SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 22
EPIDEMIOLOGI KESEHATAN
LINGKUNGAN
Kelompok 2 :
- Risa Astriani Br. Ginting
- Roindryi Apose Manurung
Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kasus Filariasis di Indonesia
Pendahuluan
Filariasis limfatik merupakan penyakit
menular yang bersifat menahun disebabkan
oleh infeksi dari 3 parasit cacing filaria
dengan spesies Brugia malayi, Brugia timori,
dan Wuchereria bancrofti yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk dari 5 genus
Anopheles, Mansonia, Culex, Aedes dan
Amigeres
Persebaran
 Di Indonesia
Spesies W. bancrofti tersebar di Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
di pedesaan masih banyak ditemukan (Papua, Nusa Tenggara
Timur) sedangkan di perkotaan ditemukan di kota seperti
Jakarta, Bekasi, Semarang, Tangerang, Pekalongan dan
Lebak
Brugia malayi tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
dan beberapa pulau di Maluku
Brugia timori terdapat di kepulauan Flores, Alor, Rote, Timor
dan Sumba, umumnya endemis di daerah persawahan
Metode
 Penelitian ini menggunakan metode
systematic review dengan menelaah artikel
ilmiah yang diterbitkan oleh jurnal
internasional, nasional dan Grey Literature
 Penelitian dilakukan pada bulan November
2020 hingga bulan Februari 2021 di
Indonesia.
No Peneliti Lokasi Variabel Hasil penelitian
1 La Ode Pulau Doang-Doangan
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
2 Puji Kel. Jati Sampurna
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
3 Rizka Kab. Aceh utara
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
4 Yulius Kab. Kep. Yapen
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
5 Tribowo Kec. Ampibabo Faktor Perilaku Ada hubungan dengan kasus Filariasis
6 Inna Ayunda Kel. Padukuhan Kraton
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
7 Ike
Kec. Pekalongan
Selatan
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
8 Christine PKM Kaleke & Baluase
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
9 Nurhayati
Kec. Batu Ampar (kubu
Raya)
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
10 Wary Kec. Muara
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
11 Rizky Amelia Kel. Kertohajo
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
12 Nasrin Kab. Bangka Barat
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
13 Yudi Kec. Buaran & Tirto
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
14 Marzuki Kec. Maro Sebo
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
15 Ardias Kab. Sambas
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
16 Yusuf Kota Pekalongan
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
17 Kartika Kota Semarang
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
18 Agus Kab. Barito Kuala
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
19 Suryo Kab. Pekalongan
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
20 Jontari Sumbar
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
21 Zainul Kec. Bintan
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
22 Sri Hartati Kab. Banyuasin
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
23 Yehud Manokwari
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
24 Reyke Kab. Bonebolango
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
25 Icca Kab. Kuningan Faktor Perilaku Ada hubungan dengan kasus Filariasis
26
Putri
Widiastuti
Kab. Tanggerang
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
27 Rika jatisampurna Bekasi
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
28 Santoso Indonesia Faktor Lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis
29 Kristian Kab. Pekalongan
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
30 Bagus Kec. Tirto
Faktor Perilaku dan Faktor
lingkungan
Ada hubungan dengan kasus Filariasis
 27 Artikel (Variable Faktor perilaku dan Faktor
Lingkungan)
 2 Artikel (Variabel Faktor perilaku)
 1 Artikel (Variabel Faktor lingkungan)
 1. Faktor Perilaku Masyarakat
a. Praktik Keluar Rumah Pada Malam Hari
Nyamuk vektor filariasis mempunyai pola aktivitas menggigit
/mencari makan pada malam hari mengalami dua kali
puncak yaitu pada saat setelah matahari terbenam dan saat
matahari menjelang terbit
Christine et al (2020) responden dengan kebiasaan keluar
rumah pada malam hari berisiko 5,179 lebih besar terkena
filariasis
Ardias et al (2012) responden yang memiliki kebiasaan keluar
rumah pada malam hari memiliki risiko 39,054 kali lebih
besar tertular filariasis
b. Praktik Menggunakan Obat Anti Nyamuk
Merupakan metode perlindungan diri dari gigitan
nyamuk, dengan ukuran yang kecil, mudah dibawa
dan sederhana dalam penggunaannya, seperti obat
anti nyamuk bakar, koil, dan oles anti nyamuk
Ike Ani et al (2013) responden yang tidak menggunakan obat
anti nyamuk mempunyai risiko 6,167 kali lebih besar tertular
filariasis
Rizka Sofia et al (2020) responden yang tidak menggunakan
obat anti nyamuk mempunyai risiko 3,43 kali lebih besar
tertular filariasis
c. Praktik Menggunakan Kelambu Pada Saat Tidur
Penggunaan kelambu saat tidur merupakan tindakan efektif
untuk mencegah kontak gigitan nyamuk yang menjadi vektor
filariasis yaitu Culex sp ketika tidur baik pada siang maupun
tidur pada malam hari
La Ode et al (2016) Responden yang memiliki kebiasaan tidak
menggunakan kelambu saat tidur malam hari berisiko 3,824 kali lebih
besar menderita penyakit filariasis
Putri Widiastuti (2015) menyatakan bahwa sebanyak 82,5% responden
tidak menggunakan kelambu sebelum didiagnosis menderita filariasis
Yehud et al (2018) Responden yang tidak menggunakan kelambu pada
saat tidur memiliki risiko 4,6 kali lebih besar tertular filariasis
d. Praktik Menggunakan Pakaian Tertutup Pada Saat Keluar
Rumah
Penggunaan pakaian tertutup / lengkap atau baju panjang dan celana
panjang ketika keluar rumah merupakan salah satu upaya pencegahan
tertularnya filariasis karena menghindari kontak dengan nyamuk vektor
filariasis
Yulius et al (2012) responden yang menokok sagu tanpa menggunakan
pakaian lengkap (baju lengan Panjang dan celana panjang) mempunyai
risiko terinfeksi filariasis sebesar 7,327 kali lebih besar dibandingkan
dengan mereka yang menokok dengan menggunakan
pakaian lengkap
e. Praktik Penggunaan Kawat Kassa Pada Ventilasi
Rumah
Penggunaan kasa pada ventilasi rumah termasuk
pengendalian nyamuk secara mekanik
Rizka et al (2020) responden yang tidak menggunakan kawat
kasa pada ventilasi rumah memiliki risiko 1,508 kali lebih
besar terkena filariasis
Ardias et al (2012) responden yang tidak menggunakan kawat
kasa pada ventilasi rumah memiliki risiko 27,201 kali lebih
besar terkena filariasis
2. Faktor Lingkungan
a. Keberadaan Semak-Semak
Tempat yang disenangi nyamuk untuk istirahat selama
menunggu waktu bertelur adalah tempat yang gelap,
lembab, dan sedikit angin misalnya rerumputan, tanah
lembab dan semak-semak
Nurhayati et al (2014) responden yang terdapat semak-
semak disekitar rumah mempunyai risiko 5,909 kali
b. Keberadaan Rawa-Rawa
Rawa-rawa termasuk tempat yang disukai nyamuk untuk
meletakkan telurnya dan menjadi breeding place bagi
nyamuk. Biasanya rawa-rawa ditumbuhi dengan banyak
tumbuhan air seperti eceng gondok, kondisi inilah yang
menjadi tempat perindukan yang disukai nyamuk vektor
Mansonia
Nasrin et al (2008) di Kabupaten Bangka, menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara keberadaaan rawa-rawa dengan
kasus filariasis
Yehud et al (2018) responden yang didekat rumahnya
terdapat rawa-rawa memiliki risiko 5,8 kali lebih berisiko
tertular filariasis
c. Keberadaan Sawah
Sawah merupakan tempat yang disukai nyamuk untuk
berkembang biak (breeding place) dan biasanya dijadikan
tempat berlindung nyamuk. Lingkungan persawahan cocok
sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk karena air yang
menggenang dan tanah sebagai dasarnya
Putri Widiastuti (2015) menyatakan bahwa 85% penderita
memiliki jarak rumah dengan sawah 200 meter
d. Keberadaan Kandang Ternak dan Ternaknya
Keberadaan kandang ternak dengan ternaknya dapat
meningkatkan risiko penularan penyakit filariasis karena
kandang ternak memiliki temperatur, kelembaban dan suhu
yang ideal untuk nyamuk berkembangbiak.
Cx.quinquefasciatus cenderung menyukai suhu yang hangat.
Maka dengan kondisi seperti itulah banyak sekali ditemukan
nyamuk vektor filariasis di dalam kandang ternak
Agus et al (2020) menyatakan adanya hubungan antara
keberadaan kandang ternak dengan kasus filariasis (p-value :
0,025)
e. Keberadaan Genangan Air / Sumur / Kolam
Keberadaan genang air di sekitar rumah berpotensi menjadi
breeding place bagi nyamuk vektor filariasis. Cx
quinquefasciatus menyukai genangan air yang sedikit dan
kotor sebagai tempat Breeding Place
Rika et al (2018) yang menyatakan terdapat hubungan antara
keberadaan kolam dengan kasus filariasis (p- value : 0,020)
Kesimpulan
Faktor perilaku masyarakat dan Faktor
lingkungan terbukti dapat mempengaruhi
kejadian filariasis di Indonesia
Terimakasih……

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a JURNAL EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN.ppt

Identifikasi cacing penyabab penyakit
Identifikasi cacing penyabab penyakitIdentifikasi cacing penyabab penyakit
Identifikasi cacing penyabab penyakit
Nugroho Tristyanto
 
Filariasis di jawa
Filariasis di jawaFilariasis di jawa
Filariasis di jawa
Tia Galyani
 
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
Repository Ipb
 
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusiaPeran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Afifi Rahmadetiassani
 
PPT KTI DEDE MITHA REVISI.pptx
PPT KTI DEDE MITHA REVISI.pptxPPT KTI DEDE MITHA REVISI.pptx
PPT KTI DEDE MITHA REVISI.pptx
JaidiJai
 
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
xie_yeuw_jack
 
Materi filariasis dan kecacingan Yefa.ppt
Materi filariasis dan kecacingan Yefa.pptMateri filariasis dan kecacingan Yefa.ppt
Materi filariasis dan kecacingan Yefa.ppt
AqnaAkhila
 
Potensi 'Spillover' Virus Nipah dan Mitigasi - Presentasi Zoom, Dit P2PVTZ, K...
Potensi 'Spillover' Virus Nipah dan Mitigasi - Presentasi Zoom, Dit P2PVTZ, K...Potensi 'Spillover' Virus Nipah dan Mitigasi - Presentasi Zoom, Dit P2PVTZ, K...
Potensi 'Spillover' Virus Nipah dan Mitigasi - Presentasi Zoom, Dit P2PVTZ, K...
Tata Naipospos
 
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Operator Warnet Vast Raha
 

Semelhante a JURNAL EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN.ppt (20)

Identifikasi cacing penyabab penyakit
Identifikasi cacing penyabab penyakitIdentifikasi cacing penyabab penyakit
Identifikasi cacing penyabab penyakit
 
Proposal kti keperawatan
Proposal kti keperawatanProposal kti keperawatan
Proposal kti keperawatan
 
Filariasis di jawa
Filariasis di jawaFilariasis di jawa
Filariasis di jawa
 
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
 
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusiaPeran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusia
 
Makalah filariasis
Makalah filariasisMakalah filariasis
Makalah filariasis
 
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 BanjarmasinFaktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
Faktor Ekologi Nyamuk Malaria di SDN Belitung Selatan 4 Banjarmasin
 
PPT KTI DEDE MITHA REVISI.pptx
PPT KTI DEDE MITHA REVISI.pptxPPT KTI DEDE MITHA REVISI.pptx
PPT KTI DEDE MITHA REVISI.pptx
 
Pekerti gitam adura
Pekerti gitam aduraPekerti gitam adura
Pekerti gitam adura
 
Cacing
CacingCacing
Cacing
 
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
 
DBD PENYAKIT.pptx
DBD PENYAKIT.pptxDBD PENYAKIT.pptx
DBD PENYAKIT.pptx
 
Materi filariasis dan kecacingan Yefa.ppt
Materi filariasis dan kecacingan Yefa.pptMateri filariasis dan kecacingan Yefa.ppt
Materi filariasis dan kecacingan Yefa.ppt
 
Potensi 'Spillover' Virus Nipah dan Mitigasi - Presentasi Zoom, Dit P2PVTZ, K...
Potensi 'Spillover' Virus Nipah dan Mitigasi - Presentasi Zoom, Dit P2PVTZ, K...Potensi 'Spillover' Virus Nipah dan Mitigasi - Presentasi Zoom, Dit P2PVTZ, K...
Potensi 'Spillover' Virus Nipah dan Mitigasi - Presentasi Zoom, Dit P2PVTZ, K...
 
Jurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan maskerJurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan masker
 
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
 
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
 
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiidentifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
 
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Flu Burung
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Flu BurungPharmaceutical Care Untuk Penyakit Flu Burung
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Flu Burung
 
PENGENDALIAN VEKTOR DAN RODENT DI RUMAH SAKIT.pptx
PENGENDALIAN VEKTOR DAN RODENT DI RUMAH SAKIT.pptxPENGENDALIAN VEKTOR DAN RODENT DI RUMAH SAKIT.pptx
PENGENDALIAN VEKTOR DAN RODENT DI RUMAH SAKIT.pptx
 

JURNAL EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN.ppt

  • 1. EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN Kelompok 2 : - Risa Astriani Br. Ginting - Roindryi Apose Manurung
  • 2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kasus Filariasis di Indonesia
  • 3. Pendahuluan Filariasis limfatik merupakan penyakit menular yang bersifat menahun disebabkan oleh infeksi dari 3 parasit cacing filaria dengan spesies Brugia malayi, Brugia timori, dan Wuchereria bancrofti yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dari 5 genus Anopheles, Mansonia, Culex, Aedes dan Amigeres
  • 4. Persebaran  Di Indonesia Spesies W. bancrofti tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. di pedesaan masih banyak ditemukan (Papua, Nusa Tenggara Timur) sedangkan di perkotaan ditemukan di kota seperti Jakarta, Bekasi, Semarang, Tangerang, Pekalongan dan Lebak Brugia malayi tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan beberapa pulau di Maluku Brugia timori terdapat di kepulauan Flores, Alor, Rote, Timor dan Sumba, umumnya endemis di daerah persawahan
  • 5. Metode  Penelitian ini menggunakan metode systematic review dengan menelaah artikel ilmiah yang diterbitkan oleh jurnal internasional, nasional dan Grey Literature  Penelitian dilakukan pada bulan November 2020 hingga bulan Februari 2021 di Indonesia.
  • 6.
  • 7. No Peneliti Lokasi Variabel Hasil penelitian 1 La Ode Pulau Doang-Doangan Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 2 Puji Kel. Jati Sampurna Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 3 Rizka Kab. Aceh utara Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 4 Yulius Kab. Kep. Yapen Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 5 Tribowo Kec. Ampibabo Faktor Perilaku Ada hubungan dengan kasus Filariasis 6 Inna Ayunda Kel. Padukuhan Kraton Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 7 Ike Kec. Pekalongan Selatan Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 8 Christine PKM Kaleke & Baluase Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 9 Nurhayati Kec. Batu Ampar (kubu Raya) Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 10 Wary Kec. Muara Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis
  • 8. 11 Rizky Amelia Kel. Kertohajo Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 12 Nasrin Kab. Bangka Barat Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 13 Yudi Kec. Buaran & Tirto Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 14 Marzuki Kec. Maro Sebo Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 15 Ardias Kab. Sambas Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 16 Yusuf Kota Pekalongan Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 17 Kartika Kota Semarang Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 18 Agus Kab. Barito Kuala Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 19 Suryo Kab. Pekalongan Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 20 Jontari Sumbar Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis
  • 9. 21 Zainul Kec. Bintan Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 22 Sri Hartati Kab. Banyuasin Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 23 Yehud Manokwari Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 24 Reyke Kab. Bonebolango Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 25 Icca Kab. Kuningan Faktor Perilaku Ada hubungan dengan kasus Filariasis 26 Putri Widiastuti Kab. Tanggerang Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 27 Rika jatisampurna Bekasi Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 28 Santoso Indonesia Faktor Lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 29 Kristian Kab. Pekalongan Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis 30 Bagus Kec. Tirto Faktor Perilaku dan Faktor lingkungan Ada hubungan dengan kasus Filariasis
  • 10.  27 Artikel (Variable Faktor perilaku dan Faktor Lingkungan)  2 Artikel (Variabel Faktor perilaku)  1 Artikel (Variabel Faktor lingkungan)
  • 11.  1. Faktor Perilaku Masyarakat a. Praktik Keluar Rumah Pada Malam Hari Nyamuk vektor filariasis mempunyai pola aktivitas menggigit /mencari makan pada malam hari mengalami dua kali puncak yaitu pada saat setelah matahari terbenam dan saat matahari menjelang terbit Christine et al (2020) responden dengan kebiasaan keluar rumah pada malam hari berisiko 5,179 lebih besar terkena filariasis Ardias et al (2012) responden yang memiliki kebiasaan keluar rumah pada malam hari memiliki risiko 39,054 kali lebih besar tertular filariasis
  • 12. b. Praktik Menggunakan Obat Anti Nyamuk Merupakan metode perlindungan diri dari gigitan nyamuk, dengan ukuran yang kecil, mudah dibawa dan sederhana dalam penggunaannya, seperti obat anti nyamuk bakar, koil, dan oles anti nyamuk Ike Ani et al (2013) responden yang tidak menggunakan obat anti nyamuk mempunyai risiko 6,167 kali lebih besar tertular filariasis Rizka Sofia et al (2020) responden yang tidak menggunakan obat anti nyamuk mempunyai risiko 3,43 kali lebih besar tertular filariasis
  • 13. c. Praktik Menggunakan Kelambu Pada Saat Tidur Penggunaan kelambu saat tidur merupakan tindakan efektif untuk mencegah kontak gigitan nyamuk yang menjadi vektor filariasis yaitu Culex sp ketika tidur baik pada siang maupun tidur pada malam hari La Ode et al (2016) Responden yang memiliki kebiasaan tidak menggunakan kelambu saat tidur malam hari berisiko 3,824 kali lebih besar menderita penyakit filariasis Putri Widiastuti (2015) menyatakan bahwa sebanyak 82,5% responden tidak menggunakan kelambu sebelum didiagnosis menderita filariasis Yehud et al (2018) Responden yang tidak menggunakan kelambu pada saat tidur memiliki risiko 4,6 kali lebih besar tertular filariasis
  • 14. d. Praktik Menggunakan Pakaian Tertutup Pada Saat Keluar Rumah Penggunaan pakaian tertutup / lengkap atau baju panjang dan celana panjang ketika keluar rumah merupakan salah satu upaya pencegahan tertularnya filariasis karena menghindari kontak dengan nyamuk vektor filariasis Yulius et al (2012) responden yang menokok sagu tanpa menggunakan pakaian lengkap (baju lengan Panjang dan celana panjang) mempunyai risiko terinfeksi filariasis sebesar 7,327 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang menokok dengan menggunakan pakaian lengkap
  • 15. e. Praktik Penggunaan Kawat Kassa Pada Ventilasi Rumah Penggunaan kasa pada ventilasi rumah termasuk pengendalian nyamuk secara mekanik Rizka et al (2020) responden yang tidak menggunakan kawat kasa pada ventilasi rumah memiliki risiko 1,508 kali lebih besar terkena filariasis Ardias et al (2012) responden yang tidak menggunakan kawat kasa pada ventilasi rumah memiliki risiko 27,201 kali lebih besar terkena filariasis
  • 16. 2. Faktor Lingkungan a. Keberadaan Semak-Semak Tempat yang disenangi nyamuk untuk istirahat selama menunggu waktu bertelur adalah tempat yang gelap, lembab, dan sedikit angin misalnya rerumputan, tanah lembab dan semak-semak Nurhayati et al (2014) responden yang terdapat semak- semak disekitar rumah mempunyai risiko 5,909 kali
  • 17. b. Keberadaan Rawa-Rawa Rawa-rawa termasuk tempat yang disukai nyamuk untuk meletakkan telurnya dan menjadi breeding place bagi nyamuk. Biasanya rawa-rawa ditumbuhi dengan banyak tumbuhan air seperti eceng gondok, kondisi inilah yang menjadi tempat perindukan yang disukai nyamuk vektor Mansonia Nasrin et al (2008) di Kabupaten Bangka, menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keberadaaan rawa-rawa dengan kasus filariasis Yehud et al (2018) responden yang didekat rumahnya terdapat rawa-rawa memiliki risiko 5,8 kali lebih berisiko tertular filariasis
  • 18. c. Keberadaan Sawah Sawah merupakan tempat yang disukai nyamuk untuk berkembang biak (breeding place) dan biasanya dijadikan tempat berlindung nyamuk. Lingkungan persawahan cocok sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk karena air yang menggenang dan tanah sebagai dasarnya Putri Widiastuti (2015) menyatakan bahwa 85% penderita memiliki jarak rumah dengan sawah 200 meter
  • 19. d. Keberadaan Kandang Ternak dan Ternaknya Keberadaan kandang ternak dengan ternaknya dapat meningkatkan risiko penularan penyakit filariasis karena kandang ternak memiliki temperatur, kelembaban dan suhu yang ideal untuk nyamuk berkembangbiak. Cx.quinquefasciatus cenderung menyukai suhu yang hangat. Maka dengan kondisi seperti itulah banyak sekali ditemukan nyamuk vektor filariasis di dalam kandang ternak Agus et al (2020) menyatakan adanya hubungan antara keberadaan kandang ternak dengan kasus filariasis (p-value : 0,025)
  • 20. e. Keberadaan Genangan Air / Sumur / Kolam Keberadaan genang air di sekitar rumah berpotensi menjadi breeding place bagi nyamuk vektor filariasis. Cx quinquefasciatus menyukai genangan air yang sedikit dan kotor sebagai tempat Breeding Place Rika et al (2018) yang menyatakan terdapat hubungan antara keberadaan kolam dengan kasus filariasis (p- value : 0,020)
  • 21. Kesimpulan Faktor perilaku masyarakat dan Faktor lingkungan terbukti dapat mempengaruhi kejadian filariasis di Indonesia