Dokumen ini membahas sejarah doktrin Trinitas dalam Gereja perdana, dimulai dari pandangan Tertulianus, Origenes, Irenaeus hingga Konsili-konsili besar seperti Nicea dan Konstantinopel. Konsili-konsili ini berusaha mendefinisikan konsep Trinitas dan menolak ajaran-ajaran sesat seperti Arianisme serta menekankan kesatuan dan kesetaraan Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam satu esensi ilahi
2. Doktrin Trinitas Dalam Sejarah
• Tertulianus adalah orang pertama
yang memperkenalkan Istilah
Tritunggal dengan formulasi yang
masih memiliki kecacatan, karena
ia meletakan posisi Allah Anak di
bawah Allah Bapa
3. Origen
• Ia mengajarkan secara Eksplisit bahwa Allah Putra
berada didalam posisi dibawah Allah dalam esensinya
dan Roh Kudus dibawah Allah Putra. Tetapi disisi Lain , Ia
mengembangkan konsep Homoousios (Kesatuan
keberadaan atau satu Substansi)
4. Irenaeus
•Ia berpendapat bahwa Allah
sejak kekal telah bersama-
sama dengan Firman dan
HikmatNya (hypostasis).
Anak dilahirkan sebelum ada
waktu
7. Konsili Nicea
• Allah Putra sama esensinya
dengan Allah Bapa (325 M)
• Bapa dan Anak itu berasalh
daru satu substansi
(Homoousios)
8. • Konsili NICEA dibuat untuk menolak Ajaran Arius, Anak
tidaklah diciptakan namun dilahirkan. Hal itu dimaksudkan
untuk meniadakan ide bahwa anak diciptakan sesuatu
yang tidak ada dan juga untuk menghapus pemikiran ada
saatnya Allah sebagai Bapa seorang diri, yaitu belum
memperoleh kedudukan sebagai Bapa, penolakan
terhadap paham Arianisme juga berarti kebapakan dan
kekekalan Allah itu dikenakan pula pada logos yaitu
pribadi kedua dalam trinitas. Konsili NICEA sedang
berusaha menolak pendapat Arius yang menggambarkan
Yesus sebagai setengah dewa. Konsili menekankan
bahwa Yesus Ilahi penuh . Sekaligus paham
“subordinasionisme” (anak lebih rendah dari pada Bapa)
di tolaknya.
9. • Terjadi kontroversi apakah kesatuan Bapa dan Anak itu
berarti kesamaan Substansi, sedangkan secara numeric
mereka berbeda (origenes). Atau kesamaan numeric dari
Substansi?
• Dari substansi dengan Bapa “berarti bahwa pribadi-
pribadi keilahian itu merupakan suatu makhluk ilahi
secara bersama-sama
• Konsili Nicea ingin menguatkan pendapat “diperanakan”
bukan “dibuat” dengan demikian ingin memperkuat
pendapat keilahian Anak.
• Konsili ini tidak sedang menyelesaikan persoalan
kesatuan keilahian dan keterbedaan pribadi-pribadi
10. Konsep Athanasius
• Ia membedakan bahwa Roh kudus adalah Allah yang
merupakan bagian dalam Trinitas.
• Roh kudus itu kekal, Maha ada dan satu.
• Ia secara khusus juga menekankan hubungan antara Roh
dan Anak (Yoh 16; 13-14).
• Mereka mewarisi ajaran (Origenes): ajaran mereka
tentang Allah, mereka bertolak tentang kesatuan makhluk
ilahi daripada sekedar bertolak pada tiga pribadi yang
berbeda.
• Mereka menekankan Homoousios Anak dan Homoousios
Roh.
• Ia berbicara tentang HYPOSTASIS tidak lagi berarti
hakikat namun pribadi
11. HYPOSTATIK
• Kristus memiliki dua natur yang berbeda : Manusia dan
Ilahi.
• Tidak ada percampuran dan tumpang tindih dari kedua
natur tersebut
• Meskipin memiliki dua natur namun Kristus adalah satu
pribadi.
12. • OUSIA (esensi,sbstansi) mengacu pada substansi
bersama Allah dan , Hypostasis pada bentuk-bentuk
khusus yang diambil substansi Ilahi ini dari pada Bapa,
Anak dan Roh Kudus
• Kaum Kappadokia menempatkan secara tajam kekhasan
setiap pribadi. (mengenakan kepada Bapa “kebapakan”)
kepada Anak “kekanakan” dan kepada Roh Kudus “kuasa
yang menycikan atau menguduskan”
• Mereka memberikan gambaran yang membedakan
antara satu pribadi dengan Pribadi yang lain : Bapa “tidak
dilahirkan”, Anak “dilahirkan” dan Roh kudus “berasal”
• Kaum Kappadokia berhasil menerapkan ajaran ke Esaan
maupun perbedaan antara tiga pribadi dalam trinitas
13. • Dalam waktu yang bersamaan Anthanasius dan kaum
Kappadokia berusaha menjelaskan konsep
Homoousiosbukan dalam arti numerik {jumlah} se[erti
paham yang telah beredar pada saat itu (paham
Sabelius)
14. Konsili Konstatonopel
• Menekankan keilahian Roh kudus
• Definisis pengakuan Nicea dibahas lagi dan mulai
diterima.
• lahirlah pengakuan iman Nicea-kontatinopel
• Dikemukakan pengertian “ada satu Allah, kuasa dan
substansi Bapa dan dari Anak dan dari Roh kudus;
martabat mereka adalah sama, dan kemuliaan mereka
adalah sama dalam tiga esensi yang sempurna
(Hypostasis) dan tiga pribadi yang sempurna