Golongan darah adalah sistem klasifikasi yang mengkategorikan darah berdasarkan ada tidaknya antigen dan antibodi tertentu di dalam darah. Sistem golongan darah yang paling umum adalah ABO dan Rh. Sistem ABO mengklasifikasikan darah menjadi empat kelompok: A, B, AB, dan O, berdasarkan ada tidaknya dua antigen (A dan B) pada permukaan sel darah merah. Sistem Rh mengklasifikasikan darah sebagai Rh-positif atau Rh-negatif berdasarkan ada tidaknya antigen lain yang disebut D.
1. Golongan Darah_Irawan dan Nursalam_Maret_2023_ pg. 1
GOLONGAN DARAH
1
Putra Adi Irawan, S.ST., M.Si & 2
Wa Ode Vivi Nursalam, S.Kep., Ns
1
Poltekkes Kemenkes Bengkulu, Kemenkes RI
2
RSUD Bahteramas, Prov. Sulawesi Tenggara
Email: putraadiiirawan45@gmail.com
Salah satu sistem penggolongan darah ABO ditemukan
oleh Karl Landsteiner tahun 1990, seorang ahli patologi
Amerika kelahiran Australia. Istilah sistem golongan darah
mengacu pada jenis antigen (Ag) yang terdapat pada eritrosit
yang spesifisitasnya ditentukan oleh gen pada kromosom.
Sedangkan istilah jenis golongan darah mengacu pada
spesifisitas hasil reaksi eritrosit terhadap jenis antisera
tertentu.
Berdasarkan penemuan tersebut ada empat (4)
golongan darah yang dikelompokan berdasarkan keberadaan
antigen serta antibodi A dan B pada membar eritrosit yaitu:
1) Golongan darah A; memiliki aglutinogen/ antigen A dan
aglutinin/ antibodi B, dan gula penyusun antigenya
adalah N-asetil galaktosamin. Genotip: AA atau AO
2) Golongan darah B; memiliki aglutinogen/ antigen B dan
aglutinin/ antibodi A, dan gula penyusun antigennya
adalah D-galaktosa. Genotip: BB atau BO
2. Golongan Darah_Irawan dan Nursalam_Maret_2023_ pg. 2
3) Golongan darah AB; memiliki aglutinogen/ antigen A
dan B dan tidak memiliki aglutinin/ antibodi A dan B.
Sedangkan gula penyususn antigennya adalah N-asetil
galaktosamin dan D-galaktosa. Genotip: AB
4) Golongan darah O; tidak memiliki aglutinogen/ antigen
A dan B dan memiliki aglutinin/ antibodi A dan B.
Genotip: OO.
Substansi seluler eritrosit atau antigen golongan darah,
merupakan produk gen spesifik yang umumnya imunogenik.
Setiap orang memiliki genetik spesifik (genotipe) dan
biasanya mengekspresikan diri pada eritrosit (fenotipe).
Kajian tentang golongan darah ABO lebih komples lagi
dengan adaanya kelompok subgrub diantanya: A1, A2, A1B,
dan A2B. Kesalahan pemeriksaan golongan darah dapat
disebabkan oleh antigen dengan daya reaktivitas berbeda.
Subgrup kerap menimbulkan salah tafsir, kerena antigennya
cenderung lemah dan sulit bereaksi atau bahkan tidak
bereaksi, sehingga dapat terjadi kesalahan penetapan
golongan darah. Misalnya A2 sering terbaca sebagai
golongan darah O, dan A2B sering terbaca sebagai golongan
darah B.
Permukaaan terluar eritrosit berinteraksi dengan sistem
imun yang dapat memengaruhi risiko terhadap beberapa
3. Golongan Darah_Irawan dan Nursalam_Maret_2023_ pg. 3
penyakit tertentu. Maka, kemunkinan Golongan darah baik
A, B, AB, ataupun O, memiliki tingkat rentan yang sama
rentan atau bahkan kebal terhadap penyakit seperti: jantung,
kanker, atau pun penyakit lainnya.
Ada dua tipe penggolongan darah yaitu:
1) Penggolongan berdasarkan antigen (aglutinogen)
permukaan sel eritrosit (Sel grub); yakni rangkaian
pengujian golongan darah untuk mendeteksi keberadaan
antigen di permukaan membran eritrosit dengan antisera
anti-A dan anti-B.
2) Penggolongan berdasarkan antibodi (aglutinin) dalam
plasma atau serum (Serum grub); yakni pemeriksaan
golongan darah untuk mendeteksi antibodi dalam serum
atau plasma yang direaksikan dengan suspensi ertrosit
golongan A, B dan O dari orang yang sehat dan telah
diketahui jenis golongan darahnya dan autokontrol
menggunakan eritrositnya.
Identifikasi pemeriksaan golongan darah ABO dapat
dilakukan dengan metode tabung dan metode slide, dengan
forward dan reverse typing. Interpretasi hasil forward dan
reverse typing harus selalu sesuai, bila tidak maka akan
terjadi diskrepansi golongan darah yang dapat menyebabkan
4. Golongan Darah_Irawan dan Nursalam_Maret_2023_ pg. 4
reaksi transfusi. Pencucian sel eritrosit terlebih dahulu
dengan larutan salin dianjurkan sekurang-kurangnya satu
kali untuk menghilangkan faktor substansi seluler yang
terdapat di dalam plasma. Substansi seluler tersebut bila
tidak dibuang akan mengakibatkan hasil pemeriksaan
golongan darah menjadi kurang baik, karena akan terjadi
netralisasi sehingga hasil pemeriksaan dapat keliru.
Membran eritrosit mengandung sejumlah komponen
protein dan karbohidrat yang memicu reaksi ikatan antigen
dan antibodi. Hingga kini telah diketahui sekitar ±500
antigen eritrosit dan 100 diantaranya telah dapat dideteksi
secara serologi Antigen (Ag) pada sistem golongan darah
ABO merupakan jenis Ag oligosakarida. Komponen Ag
pada sistem ABO umumnya merupakan produk dari ekspresi
gen H lokus (FUT 1), ABO dan Se (FUT 2). Ke tiga gen
tersebut menentukan jenis , sifat dan letak Ag sistem ABO
yang diekspresikan.
Gen H berada di lokus H (FUT 1) dan Gen Se terletak
pada lokus sekretor (FUT 2) terletak dalam kromosom 19
pada q.13.3. Gen H umumnya mengkode fukosil transferase
untuk memproduksi Ag H sebagai prekursor terbentuknya
golongan darah ABO. Setiap orang dengan AgH memiliki
genotip HH (Homozigot) atau Hh (Heterozigot). Jika
5. Golongan Darah_Irawan dan Nursalam_Maret_2023_ pg. 5
terdapat genotip hh, maka tidak mampu mengkode fukosil
transferase sehingga Ag H tidak dibentuk dan teridentifikasi
sebagai golongan darah O Bombay. Pembentukan Ag A
ataupun Ag B pada permukaan eritrosit, tergantung pada
enzim glikosil transferase yang melekat pada Ag H yang
disintesis dari gen ABO.
Antibodi A dan B dapat dibentuk secara alamiah dan
dapat dideteksi pada serum setiap orang setelah usia lahir
sekitar 3-6 bulan. Sistem imun membentuk Ab spesifik
terhadap antigen spesifik pula, yang timbul karena adanya
interaksi imunologik dengan lingkungannya. Jenis Ab A dan
B umumnya imunoglobulin M (IgM) yang dapat
mengaktifkan komplemen dan bereaksi optimum pada suhu
20-240
C. Jenis Ab ini dapat menyebabkan reaksi transfusi
yang berbahaya, jika terjadi inkompatibilitas/
ketidakcocokan golongan darah ABO. Selain itu, Ab A dan
B jenis IgG, dapat memicu reaksi inkompatibilitas pada ibu
golongan darah O yang mengandung anak golongan darah
non-O. Reaksi ini menyebabkan reaksi hemolitik pada bayi
baru lahir, akan tetapi tidak berbahaya seperti pada reaksi
inkompatibilitas golongan darah Rhesus.
Banyak sejumlah penelitian yang mengkaitkan antara
golongan darah sitem ABO dan penyakit. Golongan darah
6. Golongan Darah_Irawan dan Nursalam_Maret_2023_ pg. 6
A memiliki risiko paling tinggi terhadap penyakit jantung
jika dibandingkan dengan golongan O. Golongan darah A
ras Kaukasia kemungkinan memiliki resiko kanker
payudara dibandingkan golongan darah lainnya. Golongan
darah B memiliki kaitan dengan risiko hipertensi dan
penyakit jantung. Selain itu, golongan darah B juga
diketahui beresiko mengalami kanker ovarium. Mitra, et al.,
(2014) juga menjelaskan bahwa golongan darah AB juga
memiliki resiko tinggi mengalami preeklamsia, infark
miokard, stroke iskemik, dan venous thromboembolism
(VTE). Selain itu, Shimodaira, et al., (2016) juga
menjelaskan bahwa golongan darah AB juga merupakan
salah satu faktor resiko diabetes melitus gestasional wanita
hamil (n=5424) di Jepang.
Golongan O ternyata lebih rentan terhadap penyakit
lambung. Selain itu golongan darah O juga memiliki kadar
glukosa darah, kolesterol, dan tekanan darah lebih besar dari
golongan darah lainnya. Golongan darah O memiliki risiko
rendah terhadap kejadian hipertensi dibandingkan golongan
darah Non-O. Basri dan Yusdar (2014) juga
mengungkapkan bahwa terdapat hubungan golongan darah
dengan kejadian stroke serangan pertama dan berulang pada
7. Golongan Darah_Irawan dan Nursalam_Maret_2023_ pg. 7
46 responden dengan diagnosa stroke iskemik di Rumah
Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasaarkan riset yang telah dilakukan oleh Sari et al.,
(2012) pada 400 responden (≥17 tahun) di Kecamatan
Sukarame menunjukan bahwa golongan darah A rentan
terjadi anemia. Sementara, golongan darah B dan O rentan
terjadi rematik, dan golongan darah AB rentan dengan
penyakit maag. Harahap et al., (2008) juga mengungkapkan
bahwa tekanan darah sistol subjek golongan darah AB lebih
rendah dibandingkan dengan subjek yang mempunyai
golongan darah A, B atau O,dan ada perbedaan yang
bermakna antara tekanan darah diastol golongan darah AB
dengan golongan darah B. Sementara Murni (2019)
menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan (P=0,005)
antara golongan darah dengan kejadian hipertensi.
Golongan darah O (67%) memiliki risiko rendah terhadap
kejadian hipertensi dibandingkan golongan darah lainya.
Penelitian yang dilakukan di Pakistan menunjukkan
golongan darah A mempunyai risiko terkena penyakit
kardiovaskular lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan
darah lainnya. Demikian pula dengan yang diungkapkan
oleh Sharif et al., (2014) bahwa golongan darah A lebih
rentar terkena penyakit iscemic heart desease dibandingkan
8. Golongan Darah_Irawan dan Nursalam_Maret_2023_ pg. 8
golongan darah lainnya. He et al., (2012) mengungkapkan
bahwa tipe golongan darah ABO berkaitan erat dengan
risiko penyakit jantung koroner pada 62.073 responden
perempuan berdasarkan Nurses’ Health Study (NHS) dan
27.428 responden laki-laki berdasarkan Health
Professionals Follow-up Study (HPFS) dengan masa follow
up > 20 tahun (26 tahun pada NHS dan 24 tahun pada
HPFS). Akan tetapi golongan darah O memiliki resiko lebih
rendah dari golongan darah lainnya.
Pemilik golongan darah AB berisiko 23 persen lebih
besar atau paling rentan terserang penyakit jantung bila
dibandingkan dengan orang-orang yang bergolongan darah
B, A, O. Golongan darah B memiliki peningkatan 11 persen
terkena PJK, golongan darah 5 persen, dan yang paling kecil
PJK adalah golongan O. Berbeda dengan yang ditemukan
oleh Tarukbua et al., (2013) mengungkapkan bahwa tidak
ada hubungan antara golongan darah ABO dengan penyakit
jantung koroner pada 42 pasien di RSUP Prof. Dr. R. D
Kandou, Manado.
Berikut Prosedur Pemeriksaan Golongan Darah ABO
1) Pasang lanset pada autoclick dan atur kedalaman
tusukan 3-5 mm.
9. Golongan Darah_Irawan dan Nursalam_Maret_2023_ pg. 9
2) Pilih dan sterilkan menggunakan kapas alkohol 70 %
pada ujung jari manis responden dan ditunggu hingga
kering.
3) Tempatkan autoclick pada ujung jari dan tekan
tombolnya.
4) Tetesan darah pertama dibersihan terlebih dahulu
dengan tisu steril.
5) Diambil sekitar 2-4 tetes darah kapiler pada obyek
glass.
6) Pada masing-masing tetesan darah kapiler ditetesi
reagen Anti A, dan Anti B.
7) Dihomogenkan dengan pengaduk, kemudian
digoyangkan dengan membuat gerakan melingkar.
8) Dilihat adanya aglutinasi (positif)
Referensi:
1) American Heart Association. (2012). Blood Type may Influence Heart
Disease Risk. AHA; 2012. Avaiable from:
http://newsroom.heart.org/news/bloodtype-may-influence-heart-
237373
2) Flynn Jr JC. Essentials of Immunohematology. WB Saunders
Company. Philadelphia. 1998: 23-52.
3) Harmening DM. Modern Blood Banking and Transfusion Practises.
4th ed. Book Promotion & Service Co. FA Davis Company. 1999 : 90-
144.
10. Golongan Darah_Irawan dan Nursalam_Maret_2023_ pg. 10
4) Miao SY., Zhou,W., Chen, L., Wang, S., And Liu XA. (2014). Review
Article:
Influence of ABO blood group and Rhesus factor on breast
cancer risk: A meta-analysis of 9665 breast cancer patients
and 244 768 controls. Asia Pacific Journal of Clinical Oncology 10:
101–108
5) Maharani, EA., & Noviar, G. (2018). Imunohematologi dan Bank
Darah-Bahan Ajar. BPPSDMK, Kemenkes RI.
6) Sari, EP., Kuswanto, E.M dan Ifrianti, S. (2012) Distribusi Golongan
Darah Sistem ABO Dan Hubungannya Dengan Peta Penyakit Pada
Masyarakat Kecamatan Sukarame, Bandar Lampung. Prosiding
SNSMAIP III: 30.
7) Shimodaira M, Yamasaki, T., and Nakayama, T. (2016). The
association of maternal ABO blood group with gestational diabetes
mellitus in Japanese pregnant women. Artikel. Diabetes & Metabolic
Syndrome: Clinical Research & Review 10(2)1: 102-105.
8) Sharif S, Anwar N, Farasat T, Naz S. ABO blood group frequency in
Ischemic heart disease patients in Pakistani population. Pak J urnal Med
Sci 2014;30(3):593-595.
9) Turgeon ML. Fundamentals of Immunohematology Theory and
Technique. 2nd ed. William & Wilkins. Philadelphia. 1995 : 87-117.
143-204.
10) Wazirali H, Ashfaque RA, and H erzigJW. (2005). Association of Blood
Group A with Increased Risk of Coronary Heart Disease in the Pakistani
Population. Pak J Physiol: 1-2
11) World Health Organization. (2009). Blood Group Serology Module 3
(e-book).
12) World Health Organization. (2020). Dengue Control. Diakses melalui:
https://www.who.int/denguecontrol/disease/en/