SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 54
Baixar para ler offline
MODUL – 6 DINAMIKA
KEPENDUDUKAN,
PEMBANGUNAN, DAN
PROGRAM KB
1
Dinamika Kependudukan,
Pembangunan, dan Program KB
Tim Penyusun:
Omas Bulan Samosir, Ph.D
Rihlah Romdoniah, S.E.
Israul Hasanah, S.E.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunia-Nya Modul Konsep dan
Ukuran Fertilitas telah tersusun. Sehingga Modul “Dinamika
Kependudukan, Pembangunan, dan Program KB” dapat
digunakan untuk meningkatkan pemahaman peserta yang
tergabung dalam Diklat Teknis Dasar-Dasar Demografi bagi
ASN BKKBN, PLKB/PKB, Mitra kerja, maupun Motivator.
Dengan adanya misi BKKBN dalam mewujudkan
pembangunan yang berwawasan kependudukan maka semua
pegawai BKKBN baik di pusat dan daerah harus memiliki
pengetahuan tentang dasar-dasar demografi.
Modul ini masih perlu dikembangkan oleh masing-masing
pengguna dan ditindak lanjuti melalui praktek lansung di
lapangan dalam memenuhi kebutuhan operasional serta dari
sumber kepustakaan. Saran dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan bahan ajar sangatlah kami harapkan.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya modul
ini. Semoga modul ini dapat memberikan manfaat kepada
setiap peserta ajar dan pembacanya
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................5
A. Latar Belakang.....................................................................5
B. Deskripsi Singkat................................................................14
C. Manfaat Modul bagi Peserta.............................................14
D. Tujuan Pembelajaran ........................................................14
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok.................................15
F. Petunjuk Belajar ................................................................16
BAB II DINAMIKA KEPENDUDUKAN, PEMBANGUNAN, DAN
PROGRAM KB ................................................................................17
A. Dinamika Kependudukan dan Pendidikan ........................17
B. Dinamika Kependudukan dan Ekonomi ............................19
C. Dinamika Kependudukan dan Kesehatan..........................24
D. Dinamika Kependudukan dan Program KB .......................28
E. Latihan...............................................................................30
F. Rangkuman........................................................................31
G. Evaluasi..............................................................................32
H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.........................................36
BAB III PROGRAM KB DAN PEMBANGUNAN.................................37
A. Program KB dan Pendidikan..............................................37
B. Program KB dan Ekonomi..................................................38
4
C. Program KB dan Kesehatan...............................................42
D. Latihan...............................................................................44
E. Rangkuman........................................................................45
F. Evaluasi..............................................................................45
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.........................................49
BAB IV PENUTUP ...........................................................................50
A. Rangkuman........................................................................50
B. Evaluasi..............................................................................51
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................52
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya pembangunan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia dimana setiap penduduk memiliki
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
pembangunan dan menikmati hasil-hasil pembangunan tanpa
memandang umur, jenis kelamin, lokasi geografis, latar
belakang budaya, dan keyakinan serta kondisi kesulitan
fungsional. Hal ini antara lain dapat dicirikan dengan kondisi
penduduk yang bebas dari kemiskinan, sehat, terdidik, cukup
pangan dan gizi, memiliki akses air minum yang aman dan
sanitasi bersih, cukup energi, mempunyai pekerjaan dan
kehidupan yang baik dan layak, hidup dalam lingkungan yang
aman dan nyaman, memiliki pemerintah yang transparan dan
akuntabel, serta hidup dalam komunitas yang stabil dan damai.
Pencapaian peningkatan kesejahteraan manusia, baik manusia
generasi sekarang maupun manusia generasi yang akan
datang, memerlukan upaya-upaya pembangunan yang
berkelanjutan dimana ada keseimbangan yang harmonis antara
tiga pilar pembangunan – pembangunan sosial, ekonomi, dan
6
lingkungan – dengan penekanan pada pola konsumsi dan
produksi yang berkelanjutan.
Akan tetapi, ketimpangan dalam pencapaian pembangunan
antar negara masih tetap terjadi dimana beberapa negara-
negara lebih baik dalam menterjemahkan pertumbuhan
ekonomi ke dalam pencapaian pembangunan sosial yang lebih
baik melalui belanja publik yang lebih besar khususnya untuk
pendidikan dasar dan kesehatan daripada untuk angkatan
bersenjata. Selain itu, perbedaan dalam faktor-faktor
demografi, termasuk pertumbuhan penduduk, telah dianggap
sebagai penyebab ketimpangan dalam pencapaian
pembangunan sosial. Konsep pembangunan kemudian
diperluas lagi dengan menekankan perumusan kebijakan dan
program pembangunan yang memperhitungkan hubungan
timbal balik antara dinamika kependudukan dan
pembangunan. Artinya, tujuan dan kebijakan kependudukan
harus dipandang sebagai bagian terpadu dari pembangunan
sosial, ekonomi dan budaya, yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup penduduk (House 1995).
Hingga tahun 1970-an konsep pembangunan lebih ditekankan
kepada pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan produk
nasional bruto (gross national product/GNP) per kapita
7
sebagai indikator pencapaian pembangunan. Akan tetapi,
peningkatan pendapatan nasional tidak selalu berarti
terselesaikannya permasalahan pembangunan sosial, ekonomi,
dan politik. Bahkan, pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi
dapat menjadi penyebab timbulnya persoalan-persoalan
pembangunan. Sebagai contoh, revolusi industri di Eropa telah
mengakibatkan terjadinya urbanisasi yang pesat serta
persoalan-persoalan sosial yang menyertainya. Industrialisasi
selanjutnya juga telah mengakibatkan polusi dan degradasi
lingkungan. Konsep pembangunan kemudian diperluas
dengan memasukkan pembangunan sosial yang kemudian
diukur dengan indeks pembangunan manusia (IPM).
Pencapaian pembangunan di suatu negara kemudian diukur
dengan tingkat kecukupan makanan serta barang dan jasa
dasar lainnya yang di atas garis kemiskinan, kesempatan kerja
produktif yang membebaskan seseorang dari kemiskinan,
distribusi pendapatan yang merata, tingkat pendidikan yang
memadai, keamanan pangan dan gizi, mortalitas, harapan
hidup dan morbiditas, akses terhadap semua layanan sosial,
seperti kesehatan, air bersih, sanitasi, transportasi dan
perumahan, serta pemberdayaan perempuan.
8
Konsep pembangunan yang memperhitungkan dinamika
kependudukan dikenal juga sebagai pembangunan
berwawasan kependudukan atau berpusatkan penduduk.
BKKBN (2012) mengajukan sebanyak delapan aspek strategis
pembangunan berwawasan kependudukan. Pertama,
pembangunan berwawasan kependudukan adalah
pembangunan yang menempatkan penduduk sebagai titik
sentral pembangunan. Artinya, penduduk merupakan sumber
daya utama pembangunan dan pembangunan ditujukan untuk
penduduk. Kedua, pembangunan berwawasan kependudukan
adalah pembangunan yang berdasarkan situasi penduduk
(population-responsive). Artinya, kebijakan dan program
pembangunan harus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan semua kelompok penduduk – muda dan tua,
laki-laki dan perempuan, anak usia bawah lima tahun dan
remaja, perempuan usia reproduksi dan perempuan yang sudah
menopause, yang sehat dan yang sakit, yang hidup dan yang
meninggal, yang tinggal di perdesaan dan yang tinggal di
perkotaan, yang belum sekolah dan yang sekolah, yang bekerja
dan yang tidak bekerja, kepala rumah tangga laki-laki dan
kepala rumah tangga perempuan, kepala rumah tangga usia
lanjut, ibu remaja, pekerja anak, yang tidak mempunyai
9
kesulitan fungsional dan yang mempunyai kesulitan
fungsional, yang tinggal di wilayah yang mudah dijangkau dan
yang tinggal di wilayah yang sulit dijangkau, masyarakat adat,
suku terasing, penduduk lokal dan pendatang serta warga
negara Indonesia dan warga negara asing. Dalam konteks ini
penguatan data dan informasi kependudukan harus
ditingkatkan agar tersedia informasi jumlah, struktur umur dan
jenis kelamin, persebaran spasial, tingkat kelahiran, kematian
dan migrasi, serta kualitas sumber daya manusia penduduk
agar dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan
penyusunan kebijakan pembangunan. Selain itu, landasan
hukum dan kelembagaan kependudukan juga harus
diharmonisasi dan disinergikan supaya pembangunan
berwawasan kependudukan dapat dilaksanakan dengan efektif
dan efisien.
Pada tahun 2015 pemerintah negara-negara di dunia
menetapkan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development goals/SDGs) 2015–2030. SDGs terdiri dari 17
tujuan dan 169 target. Ketujuh belas SDGs meliputi (1) tanpa
kemiskinan, (2) tanpa kelaparan, (3) kehidupan sehat dan
sejahtera, (4) pendidikan berkualitas, (5) kesetaraan gender,
(6) air bersih dan sanitasi layak, (7) energi bersih dan
10
terjangkau, (8) pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, (9)
industri, inovasi, dan infrastruktur, (10) berkurangnya
kesenjangan, (11) kota dan pemukiman yang berkelanjutan,
(12) konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, (13)
penanganan perubahan iklim, (14) ekosistem lautan, (15)
ekosistem daratan, (16) perdamaian, keadilan, dan
kelembagaan yang tangguh, serta (17) kemitraan untuk
mencapai tujuan.
Komitmen pembangunan nasional tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025
yang dibagi menjadi empat Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN), yaitu 2005–2009, 2010–2014,
2015–2019, dan 2020–2024. Pada tingkat sub-nasional,
provinsi dan kabupaten/kota, komitmen pembangunan
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD).
Dinamika kependudukan (population dynamics) adalah
perubahan yang terjadi pada luaran demografis/demographic
outcomes (jumlah dan pertumbuhan penduduk, serta struktur
penduduk yang meliputi umur, jenis kelamin dan persebaran
spasial penduduk) yang disebabkan karena proses
demografis/demographic process (kelahiran, kematian, dan
11
perpindahan). Dinamika kependudukan, pembangunan, dan
program KB memiliki hubungan timbal balik yang erat.
Dinamika kependudukan merupakan determinan dan
konsekuensi pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan
(Gambar 1.1). Artinya, situasi dinamika kependudukan
menentukan pencapaian pembangunan sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Sebaliknya, pencapaian pembangunan sosial,
ekonomi, dan lingkungan berdampak pada situasi dinamika
kependudukan.
Dinamika kependudukan dapat berimplikasi, baik secara
langsung maupun tidak langsung, terhadap pembangunan
ekonomi, pasar kerja, distribusi pendapatan, kemiskinan, dan
perlidungan sosial, termasuk pensiun dan perluasan sektor jasa
care-giver (care-giving). Dinamika kependudukan
mempengaruhi keberlanjutan lingkungan, perubahan iklim,
serta keamanan pangan, air dan energi. Dinamika
kependudukan juga berdampak pada kemampuan dan
kapasitas kita untuk menjamin akses menyeluruh terhadap
layanan kesehatan, pendidikan dan layanan penting lainnya.
Keterkaitan antara dinamika kependudukan dan tantangan
pembangunan juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hak-
12
hak dan peran perempuan dalam kehidupan sosial, politik, dan
ekonomi.
Hal ini ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-20251
dan Konferensi
Internasional Kependudukan dan Pembangunan (UN 1995).
Dalam RPJPN disebutkan bahwa “kemajuan suatu bangsa juga
diukur berdasarkan indikator kependudukan, ada kaitan yang
erat antara kemajuan suatu bangsa dengan laju pertumbuhan
penduduk, termasuk derajat kesehatan. Bangsa yang sudah
maju ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih
kecil; angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan kualitas
pelayanan sosial yang lebih baik. Secara keseluruhan kualitas
sumber daya manusia yang makin baik akan tercermin dalam
produktivitas yang makin tinggi.”
Oleh karena itu, pengelolaan dinamika kependudukan,
pembangunan, dan program KB merupakan suatu kebijakan
pembangunan yang penting untuk meningkatkan pencapaian
pembangunan. Pemahaman yang tepat mengenai keterkaitan
antara dinamika kependudukan, pembangunan, dan program
KB merupakan salah satu faktor kunci untuk penyusunan
1
Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-
2025.
13
kebijakan dan pengambilan keputusan terkait kependudukan
dan KB.
Gambar 1.1
Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika
Kependudukan, Pembangunan, dan Program Keluarga
Berencana
Sumber: House (1995) (Dimodifikasi oleh Penulis).
Dinamika kependudukan
Proses demografis:
Kelahiran
Kematian
Perpindahan
Luaran demografis:
Jumlah dan pertumbuhan
penduduk
Struktur umur dan jenis
kelamin penduduk
Persebaran spasial penduduk
Pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan
Proses sosioekonomi:
Tabungan/investasi
Pemanfaatan lahan dan tenaga
kerja
Konsumsi barang dan jasa
(pangan, perumahan layanan
kesehatan, termasuk KB, dan
pendidikan)
Pengeluaran publik
Perdagangan internasional dan
keuangan
Luaran
sosioekonomi:
Pendapatan
Ketenagakerjaan
Status pendidikan
Status kesehatan,
termasuk KB, dan
gizi
Perumahan/sanitasi
Kualitas lingkungan
14
B. Deskripsi Singkat
Dalam modul ini dibahas keterkaitan antara dinamika
kependudukan, pembangunan, dan program KB.
C. Manfaat Modul bagi Peserta
Manfaat modul bagi peserta adalah sebagai bahan ajar dalam
mata Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dasar-Dasar
Demografi agar Aparatur Sipil Negara (ASN) Pembangunan
Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga
Kencana) dapat mengerti dan memahami istilah-istilah dalam
mortalitas dan kaitannya dengan pembangunan dan Program
KKBPK yang dilaksanakan oleh Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari materi ini Anda diharapkan mampu
memahami keterkaitan dinamika kependudukan,
pembangunan, dan program KB.
15
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari materi ini Anda dapat
- menjelaskan konsep dinamika kependudukan;
- menjelaskan konsep pembangunan;
- menjelaskan keterkaitan antara dinamika kependudukan,
pembangunan, dan program KB;
- menjelaskan keterkaitan antara program KB dan
pembangunan.
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
I. Kependudukan dan Pembangunan
1. Kependudukan dan pendidikan
2. Kependudukan dan ekonomi
3. Kependudukan dan kesehatan
4. Kependudukan dan program KB
II. Program KB dan Pembangunan
1. Program KB dan pendidikan
2. Program KB dan ekonomi
3. Program KB dan kesehatan
16
F. Petunjuk Belajar
1. Bacalah dengan seksama indikator keberhasilan setiap
bab karena indikator keberhasilan merupakan tolok ukur
keberhasilan Anda dalam belajar.
2. Bacalah materi yang diberikan oleh Widyaiswara secara
berurutan dengan seksama. Tanyakan apabila ada yang
kurang dimengerti.
3. Diskusikan dengan teman-teman Anda bila ada masalah
dalam penyusunan ataupun pengusulan angka kredit.
4. Kerjakan soal-soal latihan yang diberikan untuk
mengukur kemampuan Anda.
5. Jangan melihat kunci jawaban terlebih dahulu sebelum
Anda mengerjakan soal-soal latihan.
6. Untuk memperkaya pengetahuan carilah informasi dari
sumber-sumber lain yang relevan.
Baiklah, selamat belajar! Semoga Anda sukses menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang diuraikan dalam Mata
Diklat Dasar-Dasar Demografi ini dan dapat melaksanakan
tugas sehari-hari anda sebagai seorang ASN BKKBN secara
lebih baik lagi.
17
BAB II
DINAMIKA KEPENDUDUKAN, PEMBANGUNAN,
DAN PROGRAM KB
Indikator keberhasilan: Setelah mempelajari modul ini
peserta diklat dapat menjelaskan keterkaitan dinamika
kependudukan, pembangunan, dan program KB.
A. Dinamika Kependudukan dan Pendidikan
Tingkat kelahiran yang tinggi menghambat peningkatan
kesejahteraan sosial termasuk pendidikan. Pencapaian
pendidikan secara umum lebih rendah di wilayah-wilayah
dengan tingkat kelahiran yang lebih tinggi. Seperti dapat
dilihat pada Gambar 2.1, di Indonesia, semakin tinggi tingkat
kelahiran di suatu provinsi, semakin pendek lama sekolah rata-
ratanya. Peningkatan dalam TFR sebesar 1 anak per
perempuan berhubungan dengan penurunan lama sekolah rata-
rata penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 0,45 tahun. Jadi,
penurunan TFR penting untuk peningkatan lama sekolah
penduduk.
Tingkat kelahiran yang tinggi juga berhubungan dengan
partisipasi sekolah yang lebih rendah. Seperti dapat dilihat
pada Gambar 2.2, di Indonesia, semakin tinggi tingkat
18
kelahiran di suatu provinsi, semakin rendah angka partisipasi
murni sekolah menengahnya. Peningkatan dalam TFR sebesar
1 anak per perempuan berhubungan dengan penurunan angka
partisipasi murni sekolah menengah sebesar 3,32. Jadi,
penurunan TFR penting untuk peningkatan partisipasi sekolah
penduduk.
Gambar 2.1
Angka fertilitas total (TFR) 2015 dan lama sekolah rata-
rata (Sekolah) 2019 menurut provinsi Indonesia
Sumber: Bappenas dkk (2018) dan www.bps.go.id (Diolah oleh
Penulis).
Sekolah = -0,4513TFR + 9,998
R² = 0,0206
6
7
8
9
10
11
12
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Sekolah
TFR
19
Gambar 2.2
Angka fertilitas total (TFR) 2015 dan angka partisipasi
murni (APM SMA) 2019 menurut provinsi Indonesia
Sumber: Bappenas dkk (2018) dan www.bps.go.id (Diolah oleh
Penulis).
B. Dinamika Kependudukan dan Ekonomi
Tingkat kelahiran yang tinggi dapat menghambat upaya
pengentasan kemiskinan. Seperti dapat dilihat pada Gambar
2.3, di Indonesia, semakin tinggi tingkat kelahiran di suatu
provinsi, semakin tinggi persentase penduduk miskinnya.
Peningkatan dalam TFR sebesar 1 anak per perempuan
APM-SMA = -3,3192TFR + 69,537
R² = 0,0209
40
45
50
55
60
65
70
75
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
APM SMA
TFR
20
berhubungan dengan kenaikan persentase penduduk miskin
sebesar 8,46. Jadi, penurunan TFR penting untuk pengentasan
kemiskinan.
Gambar 2.3
Angka fertilitas total (TFR) 2015 dan persentase
penduduk miskin (%Miskin) 2019 menurut provinsi
Indonesia
Sumber: Bappenas dkk (2018) dan www.bps.go.id (Diolah oleh
Penulis).
%Miskin = 8,46TFR - 9,176
R² = 0,1681
0
5
10
15
20
25
30
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
%Miskin
TFR
21
Pembangunan ekonomi memiliki dampak positif terhadap
penurunan fertilitas. Pembangunan ekonomi meningkatkan
kesempatan pendidikan dan pekerjaan formal bagi perempuan
sehingga menurunkan tingkat kelahiran. Seperti dapat dilihat
pada Gambar 2.4, di Indonesia, semakin tinggi pembangunan
ekonomi di suatu provinsi, semakin rendah tingkat
kelahirannya. Kenaikan angka pertumbuhan ekonomi sebesar
satu persen (ln(produk domestik regional bruto/PDRB atas
dasar harga konstan per kapita)) sebesar 1% akan menurunkan
TFR sebesar 0,17 anak per perempuan atau 17 anak per 100
perempuan. Jadi, pembangunan ekonomi penting untuk
penurunan tingkat kelahiran.
22
Gambar 2.4
Angka pertumbuhan ekonomi 2011 dan Angka fertilitas
total (TFR) 2015 menurut provinsi Indonesia
Sumber: INDODAPOER (databank.worldbank.org) dan Bappenas
(2018) (Diolah oleh Penulis).
Tingkat kelahiran yang tinggi dapat menghambat akses
terhadap pekerjaan yang dibayar (remuneratif). Seperti dapat
dilihat pada Gambar 2.5, di Indonesia, semakin tinggi tingkat
kelahiran di suatu provinsi, semakin tinggi persentase pekerja
keluarga/tidak dibayar. Peningkatan dalam TFR sebesar 1
anak per perempuan berhubungan dengan kenaikan persentase
TFR = -0,1716ln(PDRB) + 4,9954
R² = 0,2189
1,5
1,7
1,9
2,1
2,3
2,5
2,7
2,9
0 5 10 15 20
TFR
ln(PDRB per kapita)
23
pekerja keluarga/tidak dibayar sebesar 11,4%. Jadi, penurunan
TFR penting untuk peningkatan akses terhadap pekerjaan yang
dibayar.
Gambar 2.5
Angka fertilitas total (TFR) 2015 dan persentase pekerja
keluarga/tidak dibayar (%Tak-dibayar) 2019 menurut
provinsi Indonesia
Sumber: Bappenas dkk (2018) dan BPS (2019) (Diolah oleh
Penulis).
%Tak-dibayar = 11,435TFR - 11,204
R² = 0,3311
0
5
10
15
20
25
30
35
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
%Tak-dibayar
TFR
24
C. Dinamika Kependudukan dan Kesehatan
Tingkat kelahiran yang tinggi dapat membatasi kemampuan
keluarga untuk memberikan gizi yang terbaik kepada anak usia
bawah lima tahun (balita) sehingga dapat meningkatkan
kejadian stunting. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.6, di
Indonesia, semakin tinggi tingkat kelahiran di suatu provinsi,
semakin tinggi persentase anak usia balita pendek (stunted).
Peningkatan dalam TFR sebesar 1 anak per perempuan
berhubungan dengan kenaikan persentase anak usia balita
pendek sebesar 10,8%. Jadi, penurunan TFR penting untuk
penurunan kejadian stunting.
Dinamika kependudukan, khususnya transisi demografi
penuaan penduduk (population ageing), berhubungan dengan
pandemi COVID-19. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.7, di
Indonesia, semakin tinggi persentase penduduk usia 65 tahun
ke atas di suatu provinsi, semakin tinggi angka fatalitas kasus
(case fatality rate/CFR) COVID-19. Peningkatan dalam
persentase penduduk usia 65 tahun ke atas sebesar 1%
berhubungan dengan kenaikan CFR COVID-19 sebesar 2,7%.
Jadi, pemahaman transisi demografi penuaan penduduk
penting untuk penanganan wabah COVID-19 pada masa yang
25
akan datang melalui pemenuhan kebutuhan perlindungan
sosial, khususnya kesehatan, bagi penduduk usia lanjut.
Gambar 2.6
Angka fertilitas total (TFR) 2015 dan persentase anak
usia balita pendek (%Pendek) 2018 menurut provinsi
Indonesia
Sumber: Bappenas dkk (2018) dan Kementerian Kesehatan (2018)
(Diolah oleh Penulis).
%Pendek = 10,762TFR + 5,5662
R² = 0,2948
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
%Pendek
TFR
Nusa Tenggara Timur
DKI Jakarta
26
Gambar 2.7
Persentase penduduk usia 65 tahun ke atas (Tua) dan
angka fatalitas kasus (CFR) COVID-19 menurut provinsi
Indonesia
Sumber: Bappenas dkk (2018) dan covid19.go.id (Diolah oleh
Penulis).
Dinamika kependudukan berhubungan erat dengan
pencapaian pembangunan manusia. Tingkat kelahiran yang
rendah meningkatkan kemampuan keluarga untuk
membangun kualitas sumber daya manusia, terutama
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Seperti dapat dilihat
pada Gambar 2.8, di Indonesia, semakin tinggi angka fertilitas
CFR-Covid = 2,6506Tua + 33,038
R² = 0,0194
0
20
40
60
80
100
120
140
0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0
CFR Covid-19
Persentase penduduk usia 65 tahun ke atas
Jawa Timur
Papua
27
total (TFR) di suatu provinsi, semakin rendah indeks
pembangunan manusia (IPM). Kenaikan 1 anak per
perempuan dalam TFR berhubungan dengan penurunan IPM
sebesar 7. Jadi, penurunan tingkat kelahiran penting untuk
peningkatan pencapaian pembanguan manusia.
Gambar 2.8
Angka fertilitas total (TFR) 2017 dan Indeks
Pembangunan Manusia 2019 menurut provinsi Indonesia
Sumber: BKKBN dkk (2018) dan www.bps.go.id (Diolah oleh
Penulis).
IPM = -7,0442TFR + 89,21
R² = 0,4061
50
55
60
65
70
75
80
85
1,5 2,0 2,5 3,0 3,5
IPM
TFR
28
D. Dinamika Kependudukan dan Program KB
Dinamika kependudukan berhubungan erat dengan program
KB. Tingkat kelahiran lebih rendah di wilayah-wilayah yang
pencapaian program KBnya lebih baik. Seperti dapat dilihat
pada Gambar 2.9, di Indonesia, semakin tinggi angka
prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi, semakin
rendah angka fertilitas total. Kenaikan 1 persen dalam APK
berhubungan dengan penurunan angka fertilitas total sebesar
0,03 anak per perempuan atau 30 anak per 1.000 perempuan.
Jadi, peningkatan prevalensi kontrasepsi penting untuk
penurunan tingkat fertilitas.
Tingkat kematian lebih rendah di wilayah-wilayah yang
pencapaian program KBnya lebih baik. Seperti dapat dilihat
pada Gambar 2.10, di Indonesia, semakin tinggi angka
prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi, semakin
rendah angka kematian bayi (IMR). Kenaikan 1 persen dalam
APK berhubungan dengan penurunan IMR sebesar 0,48
kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup atau 48 per 100.000
perempuan. Jadi, peningkatan prevalensi kontrasepsi penting
untuk penurunan tingkat kematian.
29
Gambar 2.9
Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan angka
fertilitas total (TFR) 2017 menurut provinsi Indonesia
Sumber: BKKBN dkk (2018) (Diolah oleh Penulis).
TFR = -0,029APK + 4,3432
R² = 0,569
1,9
2,0
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
40 45 50 55 60 65 70 75 80
TFR
APK
30
Gambar 2.10
Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan angka
kematian bayi (IMR) 2017 menurut provinsi Indonesia
Sumber: BKKBN dkk (2018) (Diolah oleh Penulis).
E. Latihan
Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi
ini, kerjakan soal-soal berikut ini.
1. Berikan contoh keterkaitan dinamika kependudukan dan
pendidikan!
2. Berikan contoh keterkaitan dinamika kependudukan dan
ekonomi!
IMR = -0,48APK + 60,151
R² = 0,1626
0
10
20
30
40
50
60
70
0 20 40 60 80
IMR
APK
31
3. Berikan contoh keterkaitan dinamika kependudukan dan
kesehatan!
4. Berikan contoh keterkaitan dinamika kependudukan dan
program KB!
F. Rangkuman
Pengelolaan dinamika kependudukan penting untuk
meningkatkan pencapaian pembangunan dan program KB.
Tingkat kelahiran yang lebih rendah akan meningkatkan akses
terhadap pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang dibayar
(renumeratif) serta menurunkan tingkat kemiskinan dan
tingkat kurang gizi pada anak usia balita.
32
G. Evaluasi
Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi
ini, kerjakan soal-soal berikut:
Soal Pilihan Ganda
Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang
Anda anggap paling benar.
1. Dinamika kependudukan, pembangunan, dan program
KB memiliki hubungan
a. Timbal balik
b. Terpisah
c. Saling berdekatan
d. Tak tergantikan
2. Penurunan TFR penting bagi kesejahteraan sosial,
termasuk
a. Peningkatan pendapatan keluarga
b. Penurunan tingkat kematian
c. Peningkatan lama sekolah penduduk
d. Peningkatan prevalensi kontrasepsi
3. Di Indonesia, semakin tinggi tingkat kelahiran di suatu
provinsi, semakin tinggi persentase penduduk miskinnya.
Hal ini menunjukkan TFR dan Kemiskinan memiliki sifat
33
a. Sejalan
b. Saling melengkapi
c. Saling menggantikan
d. Berlawanan
4. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat menurunkan
tingkat fertilitas. Hal ini menggambarkan bahwa dampak
pembangunan ekonomi terhadap penurunan fertilitas
adalah
a. Negatif
b. Netral
c. Positif
d. Tidak berdampak
5. Pembangunan ekonomi meningkatkan kesempatan
pendidikan dan pekerjaan formal bagi perempuan
sehingga akan..
a. Menurunkan tingkat kelahiran
b. Meningkatkan tingkat kelahiran
c. Menurunkan prevalensi kontrasepsi
d. Meningkatkan prevalensi kontrasepsi
6. Tingkat kelahiran yang tinggi dapat membatasi
kemampuan keluarga untuk memberikan gizi yang terbaik
kepada anak usia bawah lima tahun (balita) sehingga
34
dapat meningkatkan kejadian stunting. Maksud dari
stunting adalah
a. Gizi buruk
b. Balita pendek
c. Balita kurus
d. Cacingan
7. Pemahaman transisi demografi penuaan penduduk
penting untuk penanganan wabah COVID-19 pada masa
yang akan datang melalui pemenuhan kebutuhan
a. Pencegahan penuaan dini
b. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
c. Memiliki keturunan
d. Perlindungan sosial
8. Peningkatan pembangunan manusia dapat dicapai melalui
a. Penambahan jumlah penduduk
b. Penurunan jumlah penduduk
c. Penurunan tingkat kelahiran
d. Penambahan tingkat kematian
9. Tingkat kelahiran lebih rendah di wilayah-wilayah yang
pencapaian program KBnya
a. Rendah
b. Tinggi
35
c. Sedang
d. TIdak ada hubungan
10. Peningkatan prevalensi kontrasepsi penting untuk
a. Penurunan tingkat fertilitas dan tingkat kematian
b. Penurunan tingkat fertilitas dan peningkatan
Kesehatan
c. Peningkatan kesehatan dan kebahagiaan keluarga
d. Penurunan tingkat fertilitas dan tingkat migrasi
Soal Esai
Buatlah suatu esai (satu halaman) mengenai keterkaitan antara
dinamika kependudukan, pembangunan, dan program KB di
wilayah Anda.
36
H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Kunci jawaban Evaluasi (Pilihan Ganda)
1. A
2. C
3. D
4. C
5. A
6. B
7. D
8. C
9. B
10. A
37
BAB III
PROGRAM KB DAN PEMBANGUNAN
Indikator keberhasilan: Setelah mempelajari modul ini
peserta diklat dapat menjelaskan keterkaitan program KB
dan pembangunan.
A. Program KB dan Pendidikan
Program KB berhubungan erat dengan pencapaian
pembangunan. Pencapaian pembangunan pendidikan lebih
baik di wilayah-wilayah yang pencapaian program KBnya
lebih baik. Seperti dapat dilihat pada Gambar 3.1, di Indonesia,
semakin tinggi angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu
provinsi, semakin tinggi angka partisipasi murni SMAnya.
Kenaikan 1 persen dalam APK berhubungan dengan kenaikan
angka partisipasi murni SMA sebesar 0,09. Jadi, peningkatan
prevalensi kontrasepsi penting untuk peningkatan pencapaian
pendidikan menengah.
38
Gambar 3.1
Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan lama
sekolah rata-rata (Sekolah) 2019 menurut provinsi
Indonesia menurut provinsi Indonesia
Sumber: BKKBN dkk (2018) (Diolah oleh Penulis).
B. Program KB dan Ekonomi
Program KB memiliki dampak positif terhadap pembangunan
ekonomi, termasuk kesempatan kerja yang dibayar
(numeratif). Pencapaian pembangunan ekonomi lebih baik di
wilayah-wilayah yang pencapaian program KBnya lebih baik.
Seperti dapat dilihat pada Gambar 3.2, di Indonesia, semakin
APM-SMA = 0,088APK + 56,576
R² = 0,0173
36
41
46
51
56
61
66
71
76
0 20 40 60 80
APM-SMA
APK
39
tinggi angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi,
semakin rendah persentase pekerja keluarga/tidak dibayar.
Kenaikan 1 persen dalam APK berhubungan dengan
penurunan persentase pekerja keluarga/tidak dibayar sebesar
0,22. Jadi, peningkatan prevalensi kontrasepsi penting untuk
pengentasan pekerja keluarga/tidak dibayar.
Gambar 3.2
Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan persentase
pekerja keluarga/tidak dibayar (%Tak-dibayar) 2019
menurut provinsi Indonesia
Sumber: BKKBN dkk (2018) dan BPS (2019) (Diolah oleh Penulis).
%Tak-dibayar = -0,2189APK + 28,332
R² = 0,1433
0
5
10
15
20
25
30
35
0 20 40 60 80
%Tak-dibayar
APK
40
Pencapaian pengentasan kemiskinan lebih baik di wilayah-
wilayah yang pencapaian program KBnya lebih baik. Seperti
dapat dilihat pada Gambar 3.3, di Indonesia, semakin tinggi
angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi, semakin
rendah persentase penduduk miskin. Kenaikan 1 persen dalam
APK berhubungan dengan penurunan persentase penduduk
miskin sebesar 0,35. Jadi, peningkatan prevalensi kontrasepsi
penting untuk pengentasan kemiskinan.
Gambar 3.3
Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan persentase
penduduk miskin (%Miskin) 2019 menurut provinsi
Indonesia
Sumber: BKKBN dkk (2018) dan www.bps.go.id (Diolah oleh
Penulis).
%Miskin = -0,348APK + 31,375
R² = 0,3361
0
5
10
15
20
25
30
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0
%Miskin
APK
41
Pembangunan ekonomi berdampak positif terhadap
pencapaian program KB. Seperti dapat dilihat pada Gambar
3.4, di Indonesia, semakin tinggi angka pertumbuhan ekonomi
di suatu provinsi, semakin tinggi angka prevalensi kontrasepsi
(APK)nya. Kenaikan 1 persen dalam angka pertumbuhan
ekonomi berhubungan dengan kenaikan APK sebesar 2,7.
Jadi, peningkatan pencapaian pembangunan ekonomi penting
bagi peningkatan prevalensi kontrasepsi.
Gambar 3.4
Angka pertumbuhan ekonomi 2011 dan angka prevalensi
kontrasepsi (APK) 2017 menurut provinsi Indonesia
Sumber: BKKBN dkk (2018) dan INDODAPOER
(databank.worldbank.org) (Diolah oleh Penulis).
APK = 2,7284EconGr + 17,91
R² = 0,0464
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
10,0 12,0 14,0 16,0 18,0 20,0
APK
Angka pertumbuhan ekonomi
42
C. Program KB dan Kesehatan
Pencapaian program KB berhubungan erat dengan pencapaian
pembangunan kesehatan. Ber-KB meningkatkan kemampuan
keluarga untuk memberikan gizi yang terbaik untuk anak usia
bawah lima tahun (balita) sehingga menurunkan kejadian
stunting. Seperti dapat dilihat pada Gambar 3.5, di Indonesia,
semakin tinggi angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu
provinsi, semakin rendah persentase anak usia balita pendek
(stunted). Kenaikan 1 persen dalam APK berhubungan dengan
penurunan dalam persentase anak usia balita pendek sebesar
0,18%. Jadi, program KB penting untuk pengentasan stunting.
Pencapaian program KB berhubungan erat dengan pencapaian
pembangunan manusia. Ber-KB meningkatkan kemampuan
keluarga untuk membangun kualitas sumber daya manusia,
terutama pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Seperti dapat
dilihat pada Gambar 3.6, di Indonesia, semakin tinggi angka
prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi, semakin tinggi
indeks pembangunan manusia (IPM). Kenaikan 1 persen
dalam APK berhubungan dengan kenaikan IPM sebesar 0,22.
Jadi, program KB penting untuk peningkatan pencapaian
pembanguan manusia.
43
Gambar 3.5
Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan persentase
anak usia balita pendek (%Pendek) 2018 menurut
provinsi Indonesia
Sumber: BKKBN dkk (2018) dan Kementerian Kesehatan (2018)
(Diolah oleh Penulis).
%Pendek = -0,1801APK + 41,198
R² = 0,0975
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0
%Pendek
APK
44
Gambar 3.6
Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan Indeks
Pembangunan Manusia 2019 menurut provinsi Indonesia
Sumber: BKKBN dkk (2018) dan www.bps.go.id (Diolah oleh
Penulis).
D. Latihan
Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi
ini, kerjakan soal-soal berikut ini.
1. Berikan contoh keterkaitan antara program KB dan
pembangunan pendidikan!
2. Berikan contoh keterkaitan antara program KB dan
pembangunan ekonomi!
IPM = 0,2248APK + 57,386
R² = 0,2791
50
55
60
65
70
75
80
85
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0
IPM
APK
45
3. Berikan contoh keterkaitan antara program KB dan
pembangunan kesehatan!
E. Rangkuman
Progam KB berhubungan erat dengan pencapaian
pembangunan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.
Pencapaian pembangunan pendidikan, ekonomi, dan
kesehatan lebih baik di provinsi-provinsi dengan pencapaian
program KB yang lebih baik.
F. Evaluasi
Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi
ini, kerjakan soal-soal berikut:
Soal Pilihan Ganda
Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang
Anda anggap paling benar.
1. Progam KB berhubungan erat dengan pencapaian
pembangunan
a. Pendidikan
b. Ekonomi
46
c. Kesehatan
d. Kebahagiaan
2. Pencapaian pembangunan pendidikan, ekonomi, dan
kesehatan lebih baik di provinsi-provinsi dengan
pencapaian program KB yang
a. Lebih baik
b. Standar
c. Buruk
d. Tidak tahu
3. Peningkatan prevalensi kontrasepsi ….. pencapaian
pendidikan menengah
a. Meningkatkan
b. Menurunkan
c. Tidak mempengaruhi
d. Tidak berhubungan dengan
4. Bagaimana pengaruh tingginya APK terhadap persentase
pekerja keluarga/tidak dibayar di Indonesia
a. Semakin tinggi
b. Sama saja
c. Semakin rendah
d. Tidak tahu
47
5. Bagaimana dampak pembangunan ekonomi terhadap
pencapaian program KB
a. Negatif
b. Positif
c. Tidak berpengaruh
d. Tidak tahu
6. Berdasarkan pernyataan di atas, ketika pertumbuhan
ekonomi di suatu provinsi negatif, maka pencapaian
program KB akan
a. Negatif
b. Positif
c. Tidak berpengaruh
d. Tidak tahu
7. Manakah pernyataan dibawah ini yang merupakan
pernyataan yang benar
a. Program KB dan stunting tidak berhubungan
b. Program KB penting untuk pengentasan stunting
c. Pengentasan stunting mempengaruhi program KB
d. Program pengentasan stunting dan KB merupakan hal
yang berbeda
8. Ber-KB meningkatkan kemampuan keluarga untuk
membangun kualitas sumber daya manusia, terutama
48
a. Pendidikan, kesehatan, dan ekonomi
b. Pendidikan, ketenaga kerjaan, dan ekonomi
c. Pendidikan, kesehatan, dan kebahagiaan
d. Pendidikan, ekonomi, dan ketenaga kerjaan
9. Data di Indonesia menunjukkan bahwa suatu provinsi
memiliki persentase anak usia balita pendek (stunted)
rendah ketika provinsi tersebut
a. APKnya rendah
b. APKnya sedang
c. APKnya tinggi
d. APKnya tetap
10. Data di Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi
angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi,
maka
a. Semakin rendah indeks pembangunan manusia (IPM)
b. Semakin negatif indeks pembangunan manusia (IPM)
c. Semakin melandai indeks pembangunan manusia
(IPM)
d. Semakin tinggi indeks pembangunan manusia (IPM)
Soal Esai
49
Buatlah suatu esai (satu halaman) tentang tingkat, tren, pola
dan perbedaan, serta determinan mortalitas di wilayah Anda.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Kunci jawaban Evaluasi (Pilihan Ganda)
1. D
2. A
3. A
4. C
5. B
6. A
7. B
8. A
9. C
10. D
50
BAB IV
PENUTUP
Selamat! Anda telah mempelajari mata diklat “Dinamika
Kependudukan, Pembangunan, dan Program KB” dengan
sukses. Selanjutnya, untuk mengakhiri modul ini, Anda
dipersilakan untuk mencermati sekali lagi rangkuman yang
merupakan intisari mortilitas.
A. Rangkuman
Pengelolaan dinamika kependudukan penting untuk
meningkatkan pencapaian pembangunan dan program KB.
Tingkat kelahiran yang lebih rendah akan meningkatkan akses
terhadap pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang dibayar
(renumeratif), angka pertumbuhan ekonomi, dan pencapaian
pembangunan manusia serta menurunkan tingkat kemiskinan
dan tingkat kurang gizi pada anak usia balita.
Progam KB berhubungan erat dengan pencapaian
pembangunan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.
Pencapaian pembangunan pendidikan, ekonomi, dan
51
kesehatan lebih baik di provinsi-provinsi dengan pencapaian
program KB yang lebih baik.
B. Evaluasi
Buatlah suatu esai (satu halaman) tentang keterkaitan antara
dinamika kependudukan, pembangunan, dan program KB di
wilayah Anda.
52
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
2009. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga. Jakarta, Indonesia.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
2012. Pembangunan Berwawasan Kependudukan. Jakarta.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan,
dan ICF. 2018. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
2017. Jakarta, Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2019. Keadaan Angkatan Kerja di
Indonesia Februari 2019. Jakarta, Indonesia.
House, W.J. 1995. Integrating population factors in
development planning. Pacific Health Dialog. Vol. 2.
No.1. Original Papers.
Kementerian Kesehatan. 2018. Laporan Nasional Riskesdas
2018. Jakarta, Indonesia.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. 2015. Literasi
Dinamika Kependudukan dan Hasil Proyeksi Penduduk
53
Indonesia 2010-2035 serta Pemanfaatannya untuk
Perencanaan Pembangunan Daerah. Penulis: Omas Bulan
Samosir.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2018.
Salinan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Koordinasi, Perencanaan, Pemantauan, Evaluasi, dan
Pelaporan Pelaksanaan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. BAPPENAS: Jakarta.
United Nations (UN). 1995. Report of the International
Conference on Population and Development. Cairo, 5-13
September 1994. New York, USA.
www.bps.go.id
https://databank.worldbank.org/source/indonesia-database-
for-policy-and-economic-research

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Modul pengelolaan bkb bkkbn final
Modul pengelolaan bkb bkkbn finalModul pengelolaan bkb bkkbn final
Modul pengelolaan bkb bkkbn finalPusdiklatKKB
 
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hiPusdiklatKKB
 
Demografi terapan modul 2 fertilitas
Demografi terapan modul 2   fertilitasDemografi terapan modul 2   fertilitas
Demografi terapan modul 2 fertilitasPusdiklatKKB
 
Demografi terapan modul 3 mortalitas
Demografi terapan modul 3   mortalitasDemografi terapan modul 3   mortalitas
Demografi terapan modul 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6PusdiklatKKB
 
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografiKajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografidaldukpapua
 
Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2PusdiklatKKB
 
Juknis paud-kec-desa-2012-bintaro
Juknis paud-kec-desa-2012-bintaroJuknis paud-kec-desa-2012-bintaro
Juknis paud-kec-desa-2012-bintaroFerry Sirait
 
Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019
Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019
Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019Anindita Dyah Sekarpuri
 
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-finalJuknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-finalputralaksana
 
Demografi terapan modul 5 luaran demografi
Demografi terapan modul 5   luaran demografiDemografi terapan modul 5   luaran demografi
Demografi terapan modul 5 luaran demografiPusdiklatKKB
 
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk MahasiswaModul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswadaldukpapua
 
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus DemografiKajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografidaldukpapua
 
Buku 3 bansos ansinglap resos 2014
Buku 3 bansos ansinglap resos 2014Buku 3 bansos ansinglap resos 2014
Buku 3 bansos ansinglap resos 2014paketbpsmp
 

Mais procurados (20)

Modul pengelolaan bkb bkkbn final
Modul pengelolaan bkb bkkbn finalModul pengelolaan bkb bkkbn final
Modul pengelolaan bkb bkkbn final
 
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
3. bahan tayang kebijakan dan strategi bkb hi
 
Demografi terapan modul 2 fertilitas
Demografi terapan modul 2   fertilitasDemografi terapan modul 2   fertilitas
Demografi terapan modul 2 fertilitas
 
Demografi terapan modul 3 mortalitas
Demografi terapan modul 3   mortalitasDemografi terapan modul 3   mortalitas
Demografi terapan modul 3 mortalitas
 
Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6Bahan tayang modul 6
Bahan tayang modul 6
 
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografiKajian kesehatan menyongsong bonus demografi
Kajian kesehatan menyongsong bonus demografi
 
Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2Modul4 isi-17 juli20-r2
Modul4 isi-17 juli20-r2
 
Juknis paud-kec-desa-2012-bintaro
Juknis paud-kec-desa-2012-bintaroJuknis paud-kec-desa-2012-bintaro
Juknis paud-kec-desa-2012-bintaro
 
Buku bkr
Buku bkrBuku bkr
Buku bkr
 
Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019
Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019
Modul Bina Keluarga Remaja (BKR) BKKBN Program Prioritas Nasional (Pro PN) 2019
 
Demografi modul 1
Demografi modul 1Demografi modul 1
Demografi modul 1
 
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-finalJuknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
Juknis penyaluran-dana-ape-tahun-2012-final
 
Demografi terapan modul 5 luaran demografi
Demografi terapan modul 5   luaran demografiDemografi terapan modul 5   luaran demografi
Demografi terapan modul 5 luaran demografi
 
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk MahasiswaModul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
Modul Pendidikan Kependudukan Untuk Mahasiswa
 
Buku PIK-Remaja
Buku PIK-RemajaBuku PIK-Remaja
Buku PIK-Remaja
 
Modul3 mortalitas
Modul3 mortalitasModul3 mortalitas
Modul3 mortalitas
 
Buku pegangan kader
Buku pegangan kaderBuku pegangan kader
Buku pegangan kader
 
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus DemografiKajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
 
Materi bkr
Materi bkrMateri bkr
Materi bkr
 
Buku 3 bansos ansinglap resos 2014
Buku 3 bansos ansinglap resos 2014Buku 3 bansos ansinglap resos 2014
Buku 3 bansos ansinglap resos 2014
 

Semelhante a Modul6 isi-17 juli20-r2

Masukan untuk RPJPD Kabupaten Tanah Bumbu 2025-2045
Masukan untuk RPJPD Kabupaten Tanah Bumbu 2025-2045Masukan untuk RPJPD Kabupaten Tanah Bumbu 2025-2045
Masukan untuk RPJPD Kabupaten Tanah Bumbu 2025-2045Dadang Solihin
 
Modul 3. mortalitas
Modul   3. mortalitasModul   3. mortalitas
Modul 3. mortalitasPusdiklatKKB
 
Modul 3 - Mortalitas
Modul  3 - MortalitasModul  3 - Mortalitas
Modul 3 - MortalitasPusdiklat KKB
 
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprdSambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprdCelvinRamaPratama
 
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprdSambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprdCelvinRamaPratama
 
Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011
Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011
Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011ervinayulianti
 
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan KependudukanPolicy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukandaldukpapua
 
Modul 2 - Fertilitas
Modul  2 - FertilitasModul  2 - Fertilitas
Modul 2 - FertilitasPusdiklat KKB
 
Modul 2 fertilitas
Modul   2 fertilitasModul   2 fertilitas
Modul 2 fertilitasPusdiklatKKB
 
pembangunan berwawasan kependudukan berbasis masyarakat cerdas
pembangunan berwawasan kependudukan berbasis masyarakat cerdaspembangunan berwawasan kependudukan berbasis masyarakat cerdas
pembangunan berwawasan kependudukan berbasis masyarakat cerdasthoufan pratama
 
Modul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantarModul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantarPusdiklatKKB
 
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka RayaAnalisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxHANIFPRASETYO10
 
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI imam shofwan
 

Semelhante a Modul6 isi-17 juli20-r2 (20)

Masukan untuk RPJPD Kabupaten Tanah Bumbu 2025-2045
Masukan untuk RPJPD Kabupaten Tanah Bumbu 2025-2045Masukan untuk RPJPD Kabupaten Tanah Bumbu 2025-2045
Masukan untuk RPJPD Kabupaten Tanah Bumbu 2025-2045
 
Modul 3. mortalitas
Modul   3. mortalitasModul   3. mortalitas
Modul 3. mortalitas
 
Modul 3 - Mortalitas
Modul  3 - MortalitasModul  3 - Mortalitas
Modul 3 - Mortalitas
 
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprdSambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
 
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprdSambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
 
Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011
Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011
Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011
 
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan KependudukanPolicy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
 
Modul 2 - Fertilitas
Modul  2 - FertilitasModul  2 - Fertilitas
Modul 2 - Fertilitas
 
Modul 2 fertilitas
Modul   2 fertilitasModul   2 fertilitas
Modul 2 fertilitas
 
pembangunan berwawasan kependudukan berbasis masyarakat cerdas
pembangunan berwawasan kependudukan berbasis masyarakat cerdaspembangunan berwawasan kependudukan berbasis masyarakat cerdas
pembangunan berwawasan kependudukan berbasis masyarakat cerdas
 
Modul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantarModul1 demografi suatu pengantar
Modul1 demografi suatu pengantar
 
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka RayaAnalisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
 
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptxppt tugas teori pembangunan new.pptx
ppt tugas teori pembangunan new.pptx
 
95532571 makalah
95532571 makalah95532571 makalah
95532571 makalah
 
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
 
Tiga lalu com
Tiga lalu comTiga lalu com
Tiga lalu com
 
Tiga lalu com
Tiga lalu comTiga lalu com
Tiga lalu com
 
135703705 02-indikator-pembangunan
135703705 02-indikator-pembangunan135703705 02-indikator-pembangunan
135703705 02-indikator-pembangunan
 
135703705 02-indikator-pembangunan
135703705 02-indikator-pembangunan135703705 02-indikator-pembangunan
135703705 02-indikator-pembangunan
 
Bab iv rkpd 2012
Bab iv   rkpd 2012Bab iv   rkpd 2012
Bab iv rkpd 2012
 

Mais de PusdiklatKKB

Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1PusdiklatKKB
 
Modul 3 mortalitas
Modul 3   mortalitasModul 3   mortalitas
Modul 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
Bahan tayang 3 mortalitas
Bahan tayang 3   mortalitasBahan tayang 3   mortalitas
Bahan tayang 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 2 fertilitas
Bahan tayang modul 2   fertilitasBahan tayang modul 2   fertilitas
Bahan tayang modul 2 fertilitasPusdiklatKKB
 
Demografi terapan modul4 migrasi
Demografi terapan modul4   migrasiDemografi terapan modul4   migrasi
Demografi terapan modul4 migrasiPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran DemografisBahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran DemografisPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasiBahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasiPusdiklatKKB
 
Bahan tayang modul 3 mortalitas
Bahan tayang modul 3   mortalitasBahan tayang modul 3   mortalitas
Bahan tayang modul 3 mortalitasPusdiklatKKB
 
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul pembentukan karakter sejak dini bkkbn rev4
Modul pembentukan karakter sejak dini bkkbn rev4Modul pembentukan karakter sejak dini bkkbn rev4
Modul pembentukan karakter sejak dini bkkbn rev4PusdiklatKKB
 
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4PusdiklatKKB
 

Mais de PusdiklatKKB (12)

Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1Bahan tayang modul 1
Bahan tayang modul 1
 
Modul 3 mortalitas
Modul 3   mortalitasModul 3   mortalitas
Modul 3 mortalitas
 
Bahan tayang 3 mortalitas
Bahan tayang 3   mortalitasBahan tayang 3   mortalitas
Bahan tayang 3 mortalitas
 
Bahan tayang modul 2 fertilitas
Bahan tayang modul 2   fertilitasBahan tayang modul 2   fertilitas
Bahan tayang modul 2 fertilitas
 
Demografi terapan modul4 migrasi
Demografi terapan modul4   migrasiDemografi terapan modul4   migrasi
Demografi terapan modul4 migrasi
 
Bahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran DemografisBahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
Bahan tayang modul 5 - Luaran Demografis
 
Bahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasiBahan tayang modul 4 - migrasi
Bahan tayang modul 4 - migrasi
 
Bahan tayang modul 3 mortalitas
Bahan tayang modul 3   mortalitasBahan tayang modul 3   mortalitas
Bahan tayang modul 3 mortalitas
 
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
Modul perlindungan hak anak usia dini bkkbn rev4
 
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
Modul pengasuhan anak era digital bkkbn rev4
 
Modul pembentukan karakter sejak dini bkkbn rev4
Modul pembentukan karakter sejak dini bkkbn rev4Modul pembentukan karakter sejak dini bkkbn rev4
Modul pembentukan karakter sejak dini bkkbn rev4
 
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
Modul 1000 hari pertama kehidupan bkkbn rev4
 

Último

2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 

Último (20)

2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 

Modul6 isi-17 juli20-r2

  • 1. MODUL – 6 DINAMIKA KEPENDUDUKAN, PEMBANGUNAN, DAN PROGRAM KB
  • 2. 1 Dinamika Kependudukan, Pembangunan, dan Program KB Tim Penyusun: Omas Bulan Samosir, Ph.D Rihlah Romdoniah, S.E. Israul Hasanah, S.E.
  • 3. 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya Modul Konsep dan Ukuran Fertilitas telah tersusun. Sehingga Modul “Dinamika Kependudukan, Pembangunan, dan Program KB” dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman peserta yang tergabung dalam Diklat Teknis Dasar-Dasar Demografi bagi ASN BKKBN, PLKB/PKB, Mitra kerja, maupun Motivator. Dengan adanya misi BKKBN dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan maka semua pegawai BKKBN baik di pusat dan daerah harus memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar demografi. Modul ini masih perlu dikembangkan oleh masing-masing pengguna dan ditindak lanjuti melalui praktek lansung di lapangan dalam memenuhi kebutuhan operasional serta dari sumber kepustakaan. Saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakan bahan ajar sangatlah kami harapkan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya modul ini. Semoga modul ini dapat memberikan manfaat kepada setiap peserta ajar dan pembacanya
  • 4. 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................................2 DAFTAR ISI.......................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN......................................................................5 A. Latar Belakang.....................................................................5 B. Deskripsi Singkat................................................................14 C. Manfaat Modul bagi Peserta.............................................14 D. Tujuan Pembelajaran ........................................................14 E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok.................................15 F. Petunjuk Belajar ................................................................16 BAB II DINAMIKA KEPENDUDUKAN, PEMBANGUNAN, DAN PROGRAM KB ................................................................................17 A. Dinamika Kependudukan dan Pendidikan ........................17 B. Dinamika Kependudukan dan Ekonomi ............................19 C. Dinamika Kependudukan dan Kesehatan..........................24 D. Dinamika Kependudukan dan Program KB .......................28 E. Latihan...............................................................................30 F. Rangkuman........................................................................31 G. Evaluasi..............................................................................32 H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.........................................36 BAB III PROGRAM KB DAN PEMBANGUNAN.................................37 A. Program KB dan Pendidikan..............................................37 B. Program KB dan Ekonomi..................................................38
  • 5. 4 C. Program KB dan Kesehatan...............................................42 D. Latihan...............................................................................44 E. Rangkuman........................................................................45 F. Evaluasi..............................................................................45 G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.........................................49 BAB IV PENUTUP ...........................................................................50 A. Rangkuman........................................................................50 B. Evaluasi..............................................................................51 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................52
  • 6. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dimana setiap penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan menikmati hasil-hasil pembangunan tanpa memandang umur, jenis kelamin, lokasi geografis, latar belakang budaya, dan keyakinan serta kondisi kesulitan fungsional. Hal ini antara lain dapat dicirikan dengan kondisi penduduk yang bebas dari kemiskinan, sehat, terdidik, cukup pangan dan gizi, memiliki akses air minum yang aman dan sanitasi bersih, cukup energi, mempunyai pekerjaan dan kehidupan yang baik dan layak, hidup dalam lingkungan yang aman dan nyaman, memiliki pemerintah yang transparan dan akuntabel, serta hidup dalam komunitas yang stabil dan damai. Pencapaian peningkatan kesejahteraan manusia, baik manusia generasi sekarang maupun manusia generasi yang akan datang, memerlukan upaya-upaya pembangunan yang berkelanjutan dimana ada keseimbangan yang harmonis antara tiga pilar pembangunan – pembangunan sosial, ekonomi, dan
  • 7. 6 lingkungan – dengan penekanan pada pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Akan tetapi, ketimpangan dalam pencapaian pembangunan antar negara masih tetap terjadi dimana beberapa negara- negara lebih baik dalam menterjemahkan pertumbuhan ekonomi ke dalam pencapaian pembangunan sosial yang lebih baik melalui belanja publik yang lebih besar khususnya untuk pendidikan dasar dan kesehatan daripada untuk angkatan bersenjata. Selain itu, perbedaan dalam faktor-faktor demografi, termasuk pertumbuhan penduduk, telah dianggap sebagai penyebab ketimpangan dalam pencapaian pembangunan sosial. Konsep pembangunan kemudian diperluas lagi dengan menekankan perumusan kebijakan dan program pembangunan yang memperhitungkan hubungan timbal balik antara dinamika kependudukan dan pembangunan. Artinya, tujuan dan kebijakan kependudukan harus dipandang sebagai bagian terpadu dari pembangunan sosial, ekonomi dan budaya, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk (House 1995). Hingga tahun 1970-an konsep pembangunan lebih ditekankan kepada pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan produk nasional bruto (gross national product/GNP) per kapita
  • 8. 7 sebagai indikator pencapaian pembangunan. Akan tetapi, peningkatan pendapatan nasional tidak selalu berarti terselesaikannya permasalahan pembangunan sosial, ekonomi, dan politik. Bahkan, pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi dapat menjadi penyebab timbulnya persoalan-persoalan pembangunan. Sebagai contoh, revolusi industri di Eropa telah mengakibatkan terjadinya urbanisasi yang pesat serta persoalan-persoalan sosial yang menyertainya. Industrialisasi selanjutnya juga telah mengakibatkan polusi dan degradasi lingkungan. Konsep pembangunan kemudian diperluas dengan memasukkan pembangunan sosial yang kemudian diukur dengan indeks pembangunan manusia (IPM). Pencapaian pembangunan di suatu negara kemudian diukur dengan tingkat kecukupan makanan serta barang dan jasa dasar lainnya yang di atas garis kemiskinan, kesempatan kerja produktif yang membebaskan seseorang dari kemiskinan, distribusi pendapatan yang merata, tingkat pendidikan yang memadai, keamanan pangan dan gizi, mortalitas, harapan hidup dan morbiditas, akses terhadap semua layanan sosial, seperti kesehatan, air bersih, sanitasi, transportasi dan perumahan, serta pemberdayaan perempuan.
  • 9. 8 Konsep pembangunan yang memperhitungkan dinamika kependudukan dikenal juga sebagai pembangunan berwawasan kependudukan atau berpusatkan penduduk. BKKBN (2012) mengajukan sebanyak delapan aspek strategis pembangunan berwawasan kependudukan. Pertama, pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang menempatkan penduduk sebagai titik sentral pembangunan. Artinya, penduduk merupakan sumber daya utama pembangunan dan pembangunan ditujukan untuk penduduk. Kedua, pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang berdasarkan situasi penduduk (population-responsive). Artinya, kebijakan dan program pembangunan harus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan semua kelompok penduduk – muda dan tua, laki-laki dan perempuan, anak usia bawah lima tahun dan remaja, perempuan usia reproduksi dan perempuan yang sudah menopause, yang sehat dan yang sakit, yang hidup dan yang meninggal, yang tinggal di perdesaan dan yang tinggal di perkotaan, yang belum sekolah dan yang sekolah, yang bekerja dan yang tidak bekerja, kepala rumah tangga laki-laki dan kepala rumah tangga perempuan, kepala rumah tangga usia lanjut, ibu remaja, pekerja anak, yang tidak mempunyai
  • 10. 9 kesulitan fungsional dan yang mempunyai kesulitan fungsional, yang tinggal di wilayah yang mudah dijangkau dan yang tinggal di wilayah yang sulit dijangkau, masyarakat adat, suku terasing, penduduk lokal dan pendatang serta warga negara Indonesia dan warga negara asing. Dalam konteks ini penguatan data dan informasi kependudukan harus ditingkatkan agar tersedia informasi jumlah, struktur umur dan jenis kelamin, persebaran spasial, tingkat kelahiran, kematian dan migrasi, serta kualitas sumber daya manusia penduduk agar dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan penyusunan kebijakan pembangunan. Selain itu, landasan hukum dan kelembagaan kependudukan juga harus diharmonisasi dan disinergikan supaya pembangunan berwawasan kependudukan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Pada tahun 2015 pemerintah negara-negara di dunia menetapkan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) 2015–2030. SDGs terdiri dari 17 tujuan dan 169 target. Ketujuh belas SDGs meliputi (1) tanpa kemiskinan, (2) tanpa kelaparan, (3) kehidupan sehat dan sejahtera, (4) pendidikan berkualitas, (5) kesetaraan gender, (6) air bersih dan sanitasi layak, (7) energi bersih dan
  • 11. 10 terjangkau, (8) pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, (9) industri, inovasi, dan infrastruktur, (10) berkurangnya kesenjangan, (11) kota dan pemukiman yang berkelanjutan, (12) konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, (13) penanganan perubahan iklim, (14) ekosistem lautan, (15) ekosistem daratan, (16) perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh, serta (17) kemitraan untuk mencapai tujuan. Komitmen pembangunan nasional tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025 yang dibagi menjadi empat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yaitu 2005–2009, 2010–2014, 2015–2019, dan 2020–2024. Pada tingkat sub-nasional, provinsi dan kabupaten/kota, komitmen pembangunan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dinamika kependudukan (population dynamics) adalah perubahan yang terjadi pada luaran demografis/demographic outcomes (jumlah dan pertumbuhan penduduk, serta struktur penduduk yang meliputi umur, jenis kelamin dan persebaran spasial penduduk) yang disebabkan karena proses demografis/demographic process (kelahiran, kematian, dan
  • 12. 11 perpindahan). Dinamika kependudukan, pembangunan, dan program KB memiliki hubungan timbal balik yang erat. Dinamika kependudukan merupakan determinan dan konsekuensi pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan (Gambar 1.1). Artinya, situasi dinamika kependudukan menentukan pencapaian pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sebaliknya, pencapaian pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan berdampak pada situasi dinamika kependudukan. Dinamika kependudukan dapat berimplikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap pembangunan ekonomi, pasar kerja, distribusi pendapatan, kemiskinan, dan perlidungan sosial, termasuk pensiun dan perluasan sektor jasa care-giver (care-giving). Dinamika kependudukan mempengaruhi keberlanjutan lingkungan, perubahan iklim, serta keamanan pangan, air dan energi. Dinamika kependudukan juga berdampak pada kemampuan dan kapasitas kita untuk menjamin akses menyeluruh terhadap layanan kesehatan, pendidikan dan layanan penting lainnya. Keterkaitan antara dinamika kependudukan dan tantangan pembangunan juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hak-
  • 13. 12 hak dan peran perempuan dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Hal ini ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-20251 dan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (UN 1995). Dalam RPJPN disebutkan bahwa “kemajuan suatu bangsa juga diukur berdasarkan indikator kependudukan, ada kaitan yang erat antara kemajuan suatu bangsa dengan laju pertumbuhan penduduk, termasuk derajat kesehatan. Bangsa yang sudah maju ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang lebih kecil; angka harapan hidup yang lebih tinggi; dan kualitas pelayanan sosial yang lebih baik. Secara keseluruhan kualitas sumber daya manusia yang makin baik akan tercermin dalam produktivitas yang makin tinggi.” Oleh karena itu, pengelolaan dinamika kependudukan, pembangunan, dan program KB merupakan suatu kebijakan pembangunan yang penting untuk meningkatkan pencapaian pembangunan. Pemahaman yang tepat mengenai keterkaitan antara dinamika kependudukan, pembangunan, dan program KB merupakan salah satu faktor kunci untuk penyusunan 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005- 2025.
  • 14. 13 kebijakan dan pengambilan keputusan terkait kependudukan dan KB. Gambar 1.1 Kerangka Pikir Hubungan antara Dinamika Kependudukan, Pembangunan, dan Program Keluarga Berencana Sumber: House (1995) (Dimodifikasi oleh Penulis). Dinamika kependudukan Proses demografis: Kelahiran Kematian Perpindahan Luaran demografis: Jumlah dan pertumbuhan penduduk Struktur umur dan jenis kelamin penduduk Persebaran spasial penduduk Pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan Proses sosioekonomi: Tabungan/investasi Pemanfaatan lahan dan tenaga kerja Konsumsi barang dan jasa (pangan, perumahan layanan kesehatan, termasuk KB, dan pendidikan) Pengeluaran publik Perdagangan internasional dan keuangan Luaran sosioekonomi: Pendapatan Ketenagakerjaan Status pendidikan Status kesehatan, termasuk KB, dan gizi Perumahan/sanitasi Kualitas lingkungan
  • 15. 14 B. Deskripsi Singkat Dalam modul ini dibahas keterkaitan antara dinamika kependudukan, pembangunan, dan program KB. C. Manfaat Modul bagi Peserta Manfaat modul bagi peserta adalah sebagai bahan ajar dalam mata Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dasar-Dasar Demografi agar Aparatur Sipil Negara (ASN) Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dapat mengerti dan memahami istilah-istilah dalam mortalitas dan kaitannya dengan pembangunan dan Program KKBPK yang dilaksanakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). D. Tujuan Pembelajaran 1. Kompetensi Dasar Setelah mempelajari materi ini Anda diharapkan mampu memahami keterkaitan dinamika kependudukan, pembangunan, dan program KB.
  • 16. 15 2. Indikator Keberhasilan Setelah mempelajari materi ini Anda dapat - menjelaskan konsep dinamika kependudukan; - menjelaskan konsep pembangunan; - menjelaskan keterkaitan antara dinamika kependudukan, pembangunan, dan program KB; - menjelaskan keterkaitan antara program KB dan pembangunan. E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok I. Kependudukan dan Pembangunan 1. Kependudukan dan pendidikan 2. Kependudukan dan ekonomi 3. Kependudukan dan kesehatan 4. Kependudukan dan program KB II. Program KB dan Pembangunan 1. Program KB dan pendidikan 2. Program KB dan ekonomi 3. Program KB dan kesehatan
  • 17. 16 F. Petunjuk Belajar 1. Bacalah dengan seksama indikator keberhasilan setiap bab karena indikator keberhasilan merupakan tolok ukur keberhasilan Anda dalam belajar. 2. Bacalah materi yang diberikan oleh Widyaiswara secara berurutan dengan seksama. Tanyakan apabila ada yang kurang dimengerti. 3. Diskusikan dengan teman-teman Anda bila ada masalah dalam penyusunan ataupun pengusulan angka kredit. 4. Kerjakan soal-soal latihan yang diberikan untuk mengukur kemampuan Anda. 5. Jangan melihat kunci jawaban terlebih dahulu sebelum Anda mengerjakan soal-soal latihan. 6. Untuk memperkaya pengetahuan carilah informasi dari sumber-sumber lain yang relevan. Baiklah, selamat belajar! Semoga Anda sukses menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diuraikan dalam Mata Diklat Dasar-Dasar Demografi ini dan dapat melaksanakan tugas sehari-hari anda sebagai seorang ASN BKKBN secara lebih baik lagi.
  • 18. 17 BAB II DINAMIKA KEPENDUDUKAN, PEMBANGUNAN, DAN PROGRAM KB Indikator keberhasilan: Setelah mempelajari modul ini peserta diklat dapat menjelaskan keterkaitan dinamika kependudukan, pembangunan, dan program KB. A. Dinamika Kependudukan dan Pendidikan Tingkat kelahiran yang tinggi menghambat peningkatan kesejahteraan sosial termasuk pendidikan. Pencapaian pendidikan secara umum lebih rendah di wilayah-wilayah dengan tingkat kelahiran yang lebih tinggi. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1, di Indonesia, semakin tinggi tingkat kelahiran di suatu provinsi, semakin pendek lama sekolah rata- ratanya. Peningkatan dalam TFR sebesar 1 anak per perempuan berhubungan dengan penurunan lama sekolah rata- rata penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 0,45 tahun. Jadi, penurunan TFR penting untuk peningkatan lama sekolah penduduk. Tingkat kelahiran yang tinggi juga berhubungan dengan partisipasi sekolah yang lebih rendah. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.2, di Indonesia, semakin tinggi tingkat
  • 19. 18 kelahiran di suatu provinsi, semakin rendah angka partisipasi murni sekolah menengahnya. Peningkatan dalam TFR sebesar 1 anak per perempuan berhubungan dengan penurunan angka partisipasi murni sekolah menengah sebesar 3,32. Jadi, penurunan TFR penting untuk peningkatan partisipasi sekolah penduduk. Gambar 2.1 Angka fertilitas total (TFR) 2015 dan lama sekolah rata- rata (Sekolah) 2019 menurut provinsi Indonesia Sumber: Bappenas dkk (2018) dan www.bps.go.id (Diolah oleh Penulis). Sekolah = -0,4513TFR + 9,998 R² = 0,0206 6 7 8 9 10 11 12 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 Sekolah TFR
  • 20. 19 Gambar 2.2 Angka fertilitas total (TFR) 2015 dan angka partisipasi murni (APM SMA) 2019 menurut provinsi Indonesia Sumber: Bappenas dkk (2018) dan www.bps.go.id (Diolah oleh Penulis). B. Dinamika Kependudukan dan Ekonomi Tingkat kelahiran yang tinggi dapat menghambat upaya pengentasan kemiskinan. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.3, di Indonesia, semakin tinggi tingkat kelahiran di suatu provinsi, semakin tinggi persentase penduduk miskinnya. Peningkatan dalam TFR sebesar 1 anak per perempuan APM-SMA = -3,3192TFR + 69,537 R² = 0,0209 40 45 50 55 60 65 70 75 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 APM SMA TFR
  • 21. 20 berhubungan dengan kenaikan persentase penduduk miskin sebesar 8,46. Jadi, penurunan TFR penting untuk pengentasan kemiskinan. Gambar 2.3 Angka fertilitas total (TFR) 2015 dan persentase penduduk miskin (%Miskin) 2019 menurut provinsi Indonesia Sumber: Bappenas dkk (2018) dan www.bps.go.id (Diolah oleh Penulis). %Miskin = 8,46TFR - 9,176 R² = 0,1681 0 5 10 15 20 25 30 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 %Miskin TFR
  • 22. 21 Pembangunan ekonomi memiliki dampak positif terhadap penurunan fertilitas. Pembangunan ekonomi meningkatkan kesempatan pendidikan dan pekerjaan formal bagi perempuan sehingga menurunkan tingkat kelahiran. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.4, di Indonesia, semakin tinggi pembangunan ekonomi di suatu provinsi, semakin rendah tingkat kelahirannya. Kenaikan angka pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen (ln(produk domestik regional bruto/PDRB atas dasar harga konstan per kapita)) sebesar 1% akan menurunkan TFR sebesar 0,17 anak per perempuan atau 17 anak per 100 perempuan. Jadi, pembangunan ekonomi penting untuk penurunan tingkat kelahiran.
  • 23. 22 Gambar 2.4 Angka pertumbuhan ekonomi 2011 dan Angka fertilitas total (TFR) 2015 menurut provinsi Indonesia Sumber: INDODAPOER (databank.worldbank.org) dan Bappenas (2018) (Diolah oleh Penulis). Tingkat kelahiran yang tinggi dapat menghambat akses terhadap pekerjaan yang dibayar (remuneratif). Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.5, di Indonesia, semakin tinggi tingkat kelahiran di suatu provinsi, semakin tinggi persentase pekerja keluarga/tidak dibayar. Peningkatan dalam TFR sebesar 1 anak per perempuan berhubungan dengan kenaikan persentase TFR = -0,1716ln(PDRB) + 4,9954 R² = 0,2189 1,5 1,7 1,9 2,1 2,3 2,5 2,7 2,9 0 5 10 15 20 TFR ln(PDRB per kapita)
  • 24. 23 pekerja keluarga/tidak dibayar sebesar 11,4%. Jadi, penurunan TFR penting untuk peningkatan akses terhadap pekerjaan yang dibayar. Gambar 2.5 Angka fertilitas total (TFR) 2015 dan persentase pekerja keluarga/tidak dibayar (%Tak-dibayar) 2019 menurut provinsi Indonesia Sumber: Bappenas dkk (2018) dan BPS (2019) (Diolah oleh Penulis). %Tak-dibayar = 11,435TFR - 11,204 R² = 0,3311 0 5 10 15 20 25 30 35 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 %Tak-dibayar TFR
  • 25. 24 C. Dinamika Kependudukan dan Kesehatan Tingkat kelahiran yang tinggi dapat membatasi kemampuan keluarga untuk memberikan gizi yang terbaik kepada anak usia bawah lima tahun (balita) sehingga dapat meningkatkan kejadian stunting. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.6, di Indonesia, semakin tinggi tingkat kelahiran di suatu provinsi, semakin tinggi persentase anak usia balita pendek (stunted). Peningkatan dalam TFR sebesar 1 anak per perempuan berhubungan dengan kenaikan persentase anak usia balita pendek sebesar 10,8%. Jadi, penurunan TFR penting untuk penurunan kejadian stunting. Dinamika kependudukan, khususnya transisi demografi penuaan penduduk (population ageing), berhubungan dengan pandemi COVID-19. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.7, di Indonesia, semakin tinggi persentase penduduk usia 65 tahun ke atas di suatu provinsi, semakin tinggi angka fatalitas kasus (case fatality rate/CFR) COVID-19. Peningkatan dalam persentase penduduk usia 65 tahun ke atas sebesar 1% berhubungan dengan kenaikan CFR COVID-19 sebesar 2,7%. Jadi, pemahaman transisi demografi penuaan penduduk penting untuk penanganan wabah COVID-19 pada masa yang
  • 26. 25 akan datang melalui pemenuhan kebutuhan perlindungan sosial, khususnya kesehatan, bagi penduduk usia lanjut. Gambar 2.6 Angka fertilitas total (TFR) 2015 dan persentase anak usia balita pendek (%Pendek) 2018 menurut provinsi Indonesia Sumber: Bappenas dkk (2018) dan Kementerian Kesehatan (2018) (Diolah oleh Penulis). %Pendek = 10,762TFR + 5,5662 R² = 0,2948 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 %Pendek TFR Nusa Tenggara Timur DKI Jakarta
  • 27. 26 Gambar 2.7 Persentase penduduk usia 65 tahun ke atas (Tua) dan angka fatalitas kasus (CFR) COVID-19 menurut provinsi Indonesia Sumber: Bappenas dkk (2018) dan covid19.go.id (Diolah oleh Penulis). Dinamika kependudukan berhubungan erat dengan pencapaian pembangunan manusia. Tingkat kelahiran yang rendah meningkatkan kemampuan keluarga untuk membangun kualitas sumber daya manusia, terutama pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.8, di Indonesia, semakin tinggi angka fertilitas CFR-Covid = 2,6506Tua + 33,038 R² = 0,0194 0 20 40 60 80 100 120 140 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 CFR Covid-19 Persentase penduduk usia 65 tahun ke atas Jawa Timur Papua
  • 28. 27 total (TFR) di suatu provinsi, semakin rendah indeks pembangunan manusia (IPM). Kenaikan 1 anak per perempuan dalam TFR berhubungan dengan penurunan IPM sebesar 7. Jadi, penurunan tingkat kelahiran penting untuk peningkatan pencapaian pembanguan manusia. Gambar 2.8 Angka fertilitas total (TFR) 2017 dan Indeks Pembangunan Manusia 2019 menurut provinsi Indonesia Sumber: BKKBN dkk (2018) dan www.bps.go.id (Diolah oleh Penulis). IPM = -7,0442TFR + 89,21 R² = 0,4061 50 55 60 65 70 75 80 85 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 IPM TFR
  • 29. 28 D. Dinamika Kependudukan dan Program KB Dinamika kependudukan berhubungan erat dengan program KB. Tingkat kelahiran lebih rendah di wilayah-wilayah yang pencapaian program KBnya lebih baik. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.9, di Indonesia, semakin tinggi angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi, semakin rendah angka fertilitas total. Kenaikan 1 persen dalam APK berhubungan dengan penurunan angka fertilitas total sebesar 0,03 anak per perempuan atau 30 anak per 1.000 perempuan. Jadi, peningkatan prevalensi kontrasepsi penting untuk penurunan tingkat fertilitas. Tingkat kematian lebih rendah di wilayah-wilayah yang pencapaian program KBnya lebih baik. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.10, di Indonesia, semakin tinggi angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi, semakin rendah angka kematian bayi (IMR). Kenaikan 1 persen dalam APK berhubungan dengan penurunan IMR sebesar 0,48 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup atau 48 per 100.000 perempuan. Jadi, peningkatan prevalensi kontrasepsi penting untuk penurunan tingkat kematian.
  • 30. 29 Gambar 2.9 Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan angka fertilitas total (TFR) 2017 menurut provinsi Indonesia Sumber: BKKBN dkk (2018) (Diolah oleh Penulis). TFR = -0,029APK + 4,3432 R² = 0,569 1,9 2,0 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 40 45 50 55 60 65 70 75 80 TFR APK
  • 31. 30 Gambar 2.10 Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan angka kematian bayi (IMR) 2017 menurut provinsi Indonesia Sumber: BKKBN dkk (2018) (Diolah oleh Penulis). E. Latihan Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi ini, kerjakan soal-soal berikut ini. 1. Berikan contoh keterkaitan dinamika kependudukan dan pendidikan! 2. Berikan contoh keterkaitan dinamika kependudukan dan ekonomi! IMR = -0,48APK + 60,151 R² = 0,1626 0 10 20 30 40 50 60 70 0 20 40 60 80 IMR APK
  • 32. 31 3. Berikan contoh keterkaitan dinamika kependudukan dan kesehatan! 4. Berikan contoh keterkaitan dinamika kependudukan dan program KB! F. Rangkuman Pengelolaan dinamika kependudukan penting untuk meningkatkan pencapaian pembangunan dan program KB. Tingkat kelahiran yang lebih rendah akan meningkatkan akses terhadap pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang dibayar (renumeratif) serta menurunkan tingkat kemiskinan dan tingkat kurang gizi pada anak usia balita.
  • 33. 32 G. Evaluasi Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi ini, kerjakan soal-soal berikut: Soal Pilihan Ganda Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang Anda anggap paling benar. 1. Dinamika kependudukan, pembangunan, dan program KB memiliki hubungan a. Timbal balik b. Terpisah c. Saling berdekatan d. Tak tergantikan 2. Penurunan TFR penting bagi kesejahteraan sosial, termasuk a. Peningkatan pendapatan keluarga b. Penurunan tingkat kematian c. Peningkatan lama sekolah penduduk d. Peningkatan prevalensi kontrasepsi 3. Di Indonesia, semakin tinggi tingkat kelahiran di suatu provinsi, semakin tinggi persentase penduduk miskinnya. Hal ini menunjukkan TFR dan Kemiskinan memiliki sifat
  • 34. 33 a. Sejalan b. Saling melengkapi c. Saling menggantikan d. Berlawanan 4. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat menurunkan tingkat fertilitas. Hal ini menggambarkan bahwa dampak pembangunan ekonomi terhadap penurunan fertilitas adalah a. Negatif b. Netral c. Positif d. Tidak berdampak 5. Pembangunan ekonomi meningkatkan kesempatan pendidikan dan pekerjaan formal bagi perempuan sehingga akan.. a. Menurunkan tingkat kelahiran b. Meningkatkan tingkat kelahiran c. Menurunkan prevalensi kontrasepsi d. Meningkatkan prevalensi kontrasepsi 6. Tingkat kelahiran yang tinggi dapat membatasi kemampuan keluarga untuk memberikan gizi yang terbaik kepada anak usia bawah lima tahun (balita) sehingga
  • 35. 34 dapat meningkatkan kejadian stunting. Maksud dari stunting adalah a. Gizi buruk b. Balita pendek c. Balita kurus d. Cacingan 7. Pemahaman transisi demografi penuaan penduduk penting untuk penanganan wabah COVID-19 pada masa yang akan datang melalui pemenuhan kebutuhan a. Pencegahan penuaan dini b. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat c. Memiliki keturunan d. Perlindungan sosial 8. Peningkatan pembangunan manusia dapat dicapai melalui a. Penambahan jumlah penduduk b. Penurunan jumlah penduduk c. Penurunan tingkat kelahiran d. Penambahan tingkat kematian 9. Tingkat kelahiran lebih rendah di wilayah-wilayah yang pencapaian program KBnya a. Rendah b. Tinggi
  • 36. 35 c. Sedang d. TIdak ada hubungan 10. Peningkatan prevalensi kontrasepsi penting untuk a. Penurunan tingkat fertilitas dan tingkat kematian b. Penurunan tingkat fertilitas dan peningkatan Kesehatan c. Peningkatan kesehatan dan kebahagiaan keluarga d. Penurunan tingkat fertilitas dan tingkat migrasi Soal Esai Buatlah suatu esai (satu halaman) mengenai keterkaitan antara dinamika kependudukan, pembangunan, dan program KB di wilayah Anda.
  • 37. 36 H. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Kunci jawaban Evaluasi (Pilihan Ganda) 1. A 2. C 3. D 4. C 5. A 6. B 7. D 8. C 9. B 10. A
  • 38. 37 BAB III PROGRAM KB DAN PEMBANGUNAN Indikator keberhasilan: Setelah mempelajari modul ini peserta diklat dapat menjelaskan keterkaitan program KB dan pembangunan. A. Program KB dan Pendidikan Program KB berhubungan erat dengan pencapaian pembangunan. Pencapaian pembangunan pendidikan lebih baik di wilayah-wilayah yang pencapaian program KBnya lebih baik. Seperti dapat dilihat pada Gambar 3.1, di Indonesia, semakin tinggi angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi, semakin tinggi angka partisipasi murni SMAnya. Kenaikan 1 persen dalam APK berhubungan dengan kenaikan angka partisipasi murni SMA sebesar 0,09. Jadi, peningkatan prevalensi kontrasepsi penting untuk peningkatan pencapaian pendidikan menengah.
  • 39. 38 Gambar 3.1 Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan lama sekolah rata-rata (Sekolah) 2019 menurut provinsi Indonesia menurut provinsi Indonesia Sumber: BKKBN dkk (2018) (Diolah oleh Penulis). B. Program KB dan Ekonomi Program KB memiliki dampak positif terhadap pembangunan ekonomi, termasuk kesempatan kerja yang dibayar (numeratif). Pencapaian pembangunan ekonomi lebih baik di wilayah-wilayah yang pencapaian program KBnya lebih baik. Seperti dapat dilihat pada Gambar 3.2, di Indonesia, semakin APM-SMA = 0,088APK + 56,576 R² = 0,0173 36 41 46 51 56 61 66 71 76 0 20 40 60 80 APM-SMA APK
  • 40. 39 tinggi angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi, semakin rendah persentase pekerja keluarga/tidak dibayar. Kenaikan 1 persen dalam APK berhubungan dengan penurunan persentase pekerja keluarga/tidak dibayar sebesar 0,22. Jadi, peningkatan prevalensi kontrasepsi penting untuk pengentasan pekerja keluarga/tidak dibayar. Gambar 3.2 Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan persentase pekerja keluarga/tidak dibayar (%Tak-dibayar) 2019 menurut provinsi Indonesia Sumber: BKKBN dkk (2018) dan BPS (2019) (Diolah oleh Penulis). %Tak-dibayar = -0,2189APK + 28,332 R² = 0,1433 0 5 10 15 20 25 30 35 0 20 40 60 80 %Tak-dibayar APK
  • 41. 40 Pencapaian pengentasan kemiskinan lebih baik di wilayah- wilayah yang pencapaian program KBnya lebih baik. Seperti dapat dilihat pada Gambar 3.3, di Indonesia, semakin tinggi angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi, semakin rendah persentase penduduk miskin. Kenaikan 1 persen dalam APK berhubungan dengan penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,35. Jadi, peningkatan prevalensi kontrasepsi penting untuk pengentasan kemiskinan. Gambar 3.3 Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan persentase penduduk miskin (%Miskin) 2019 menurut provinsi Indonesia Sumber: BKKBN dkk (2018) dan www.bps.go.id (Diolah oleh Penulis). %Miskin = -0,348APK + 31,375 R² = 0,3361 0 5 10 15 20 25 30 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 %Miskin APK
  • 42. 41 Pembangunan ekonomi berdampak positif terhadap pencapaian program KB. Seperti dapat dilihat pada Gambar 3.4, di Indonesia, semakin tinggi angka pertumbuhan ekonomi di suatu provinsi, semakin tinggi angka prevalensi kontrasepsi (APK)nya. Kenaikan 1 persen dalam angka pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan kenaikan APK sebesar 2,7. Jadi, peningkatan pencapaian pembangunan ekonomi penting bagi peningkatan prevalensi kontrasepsi. Gambar 3.4 Angka pertumbuhan ekonomi 2011 dan angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 menurut provinsi Indonesia Sumber: BKKBN dkk (2018) dan INDODAPOER (databank.worldbank.org) (Diolah oleh Penulis). APK = 2,7284EconGr + 17,91 R² = 0,0464 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0 20,0 APK Angka pertumbuhan ekonomi
  • 43. 42 C. Program KB dan Kesehatan Pencapaian program KB berhubungan erat dengan pencapaian pembangunan kesehatan. Ber-KB meningkatkan kemampuan keluarga untuk memberikan gizi yang terbaik untuk anak usia bawah lima tahun (balita) sehingga menurunkan kejadian stunting. Seperti dapat dilihat pada Gambar 3.5, di Indonesia, semakin tinggi angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi, semakin rendah persentase anak usia balita pendek (stunted). Kenaikan 1 persen dalam APK berhubungan dengan penurunan dalam persentase anak usia balita pendek sebesar 0,18%. Jadi, program KB penting untuk pengentasan stunting. Pencapaian program KB berhubungan erat dengan pencapaian pembangunan manusia. Ber-KB meningkatkan kemampuan keluarga untuk membangun kualitas sumber daya manusia, terutama pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Seperti dapat dilihat pada Gambar 3.6, di Indonesia, semakin tinggi angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi, semakin tinggi indeks pembangunan manusia (IPM). Kenaikan 1 persen dalam APK berhubungan dengan kenaikan IPM sebesar 0,22. Jadi, program KB penting untuk peningkatan pencapaian pembanguan manusia.
  • 44. 43 Gambar 3.5 Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan persentase anak usia balita pendek (%Pendek) 2018 menurut provinsi Indonesia Sumber: BKKBN dkk (2018) dan Kementerian Kesehatan (2018) (Diolah oleh Penulis). %Pendek = -0,1801APK + 41,198 R² = 0,0975 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 %Pendek APK
  • 45. 44 Gambar 3.6 Angka prevalensi kontrasepsi (APK) 2017 dan Indeks Pembangunan Manusia 2019 menurut provinsi Indonesia Sumber: BKKBN dkk (2018) dan www.bps.go.id (Diolah oleh Penulis). D. Latihan Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi ini, kerjakan soal-soal berikut ini. 1. Berikan contoh keterkaitan antara program KB dan pembangunan pendidikan! 2. Berikan contoh keterkaitan antara program KB dan pembangunan ekonomi! IPM = 0,2248APK + 57,386 R² = 0,2791 50 55 60 65 70 75 80 85 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 IPM APK
  • 46. 45 3. Berikan contoh keterkaitan antara program KB dan pembangunan kesehatan! E. Rangkuman Progam KB berhubungan erat dengan pencapaian pembangunan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Pencapaian pembangunan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan lebih baik di provinsi-provinsi dengan pencapaian program KB yang lebih baik. F. Evaluasi Untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi ini, kerjakan soal-soal berikut: Soal Pilihan Ganda Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang Anda anggap paling benar. 1. Progam KB berhubungan erat dengan pencapaian pembangunan a. Pendidikan b. Ekonomi
  • 47. 46 c. Kesehatan d. Kebahagiaan 2. Pencapaian pembangunan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan lebih baik di provinsi-provinsi dengan pencapaian program KB yang a. Lebih baik b. Standar c. Buruk d. Tidak tahu 3. Peningkatan prevalensi kontrasepsi ….. pencapaian pendidikan menengah a. Meningkatkan b. Menurunkan c. Tidak mempengaruhi d. Tidak berhubungan dengan 4. Bagaimana pengaruh tingginya APK terhadap persentase pekerja keluarga/tidak dibayar di Indonesia a. Semakin tinggi b. Sama saja c. Semakin rendah d. Tidak tahu
  • 48. 47 5. Bagaimana dampak pembangunan ekonomi terhadap pencapaian program KB a. Negatif b. Positif c. Tidak berpengaruh d. Tidak tahu 6. Berdasarkan pernyataan di atas, ketika pertumbuhan ekonomi di suatu provinsi negatif, maka pencapaian program KB akan a. Negatif b. Positif c. Tidak berpengaruh d. Tidak tahu 7. Manakah pernyataan dibawah ini yang merupakan pernyataan yang benar a. Program KB dan stunting tidak berhubungan b. Program KB penting untuk pengentasan stunting c. Pengentasan stunting mempengaruhi program KB d. Program pengentasan stunting dan KB merupakan hal yang berbeda 8. Ber-KB meningkatkan kemampuan keluarga untuk membangun kualitas sumber daya manusia, terutama
  • 49. 48 a. Pendidikan, kesehatan, dan ekonomi b. Pendidikan, ketenaga kerjaan, dan ekonomi c. Pendidikan, kesehatan, dan kebahagiaan d. Pendidikan, ekonomi, dan ketenaga kerjaan 9. Data di Indonesia menunjukkan bahwa suatu provinsi memiliki persentase anak usia balita pendek (stunted) rendah ketika provinsi tersebut a. APKnya rendah b. APKnya sedang c. APKnya tinggi d. APKnya tetap 10. Data di Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi angka prevalensi kontrasepsi (APK) di suatu provinsi, maka a. Semakin rendah indeks pembangunan manusia (IPM) b. Semakin negatif indeks pembangunan manusia (IPM) c. Semakin melandai indeks pembangunan manusia (IPM) d. Semakin tinggi indeks pembangunan manusia (IPM) Soal Esai
  • 50. 49 Buatlah suatu esai (satu halaman) tentang tingkat, tren, pola dan perbedaan, serta determinan mortalitas di wilayah Anda. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Kunci jawaban Evaluasi (Pilihan Ganda) 1. D 2. A 3. A 4. C 5. B 6. A 7. B 8. A 9. C 10. D
  • 51. 50 BAB IV PENUTUP Selamat! Anda telah mempelajari mata diklat “Dinamika Kependudukan, Pembangunan, dan Program KB” dengan sukses. Selanjutnya, untuk mengakhiri modul ini, Anda dipersilakan untuk mencermati sekali lagi rangkuman yang merupakan intisari mortilitas. A. Rangkuman Pengelolaan dinamika kependudukan penting untuk meningkatkan pencapaian pembangunan dan program KB. Tingkat kelahiran yang lebih rendah akan meningkatkan akses terhadap pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang dibayar (renumeratif), angka pertumbuhan ekonomi, dan pencapaian pembangunan manusia serta menurunkan tingkat kemiskinan dan tingkat kurang gizi pada anak usia balita. Progam KB berhubungan erat dengan pencapaian pembangunan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Pencapaian pembangunan pendidikan, ekonomi, dan
  • 52. 51 kesehatan lebih baik di provinsi-provinsi dengan pencapaian program KB yang lebih baik. B. Evaluasi Buatlah suatu esai (satu halaman) tentang keterkaitan antara dinamika kependudukan, pembangunan, dan program KB di wilayah Anda.
  • 53. 52 DAFTAR PUSTAKA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2009. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Jakarta, Indonesia. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2012. Pembangunan Berwawasan Kependudukan. Jakarta. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan, dan ICF. 2018. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta, Indonesia. Badan Pusat Statistik. 2019. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Februari 2019. Jakarta, Indonesia. House, W.J. 1995. Integrating population factors in development planning. Pacific Health Dialog. Vol. 2. No.1. Original Papers. Kementerian Kesehatan. 2018. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta, Indonesia. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2015. Literasi Dinamika Kependudukan dan Hasil Proyeksi Penduduk
  • 54. 53 Indonesia 2010-2035 serta Pemanfaatannya untuk Perencanaan Pembangunan Daerah. Penulis: Omas Bulan Samosir. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2018. Salinan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 tentang Koordinasi, Perencanaan, Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. BAPPENAS: Jakarta. United Nations (UN). 1995. Report of the International Conference on Population and Development. Cairo, 5-13 September 1994. New York, USA. www.bps.go.id https://databank.worldbank.org/source/indonesia-database- for-policy-and-economic-research