2. Daftar Isi:
Redaksi, Perubahan dan Kesempatan yang
Terbuka (Restu AchmHadi)
Opini, Palasar Palaya', Sebuah Filosofi
Pemetaan Partisipatif (Kristianus Atok)
Teori, Metodologi Pemetaan Pesisir (Harold
• Joppie Davido Waas)
Kegiatan, Training Geographic System
(GIS) (Restu Achmaliadi) JagatNTT
Bentuk Pokja Pemetaan Partisipatif (YL.
Frangky)
Foto, Pelatihan pemetaan di Kampung Kase
Foto, Pelatihan pemetaan di Kampung Kase
J A R I N G A N K E R J A P E M E T A A N P A R T I S I P A T I F
Seketariat,
Jl. Citarum 10
Bogor Baru
Bogor 16152
Indonesia
Telp. 0251-314020
Fax. 0251-379825
Email: jkpp@indo.net.id
Dikukung oleh BSP-Kemala
Diterbitkan Oleh:
Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
Penanggung Jawab:
Restu Achmaliadi
Redaksi:
Arianto Sangadji
Kristianus Atok
Ketut Deddy
Restu Achmaliadi
Editor:
Mohammad Djauhari
3. K E D A K S I
KABAR
JKPP *
PERUBAHAN DAN KESEMPATAN
YANG TERBUKA
R E S T U A C H M A L I A D I
ei 1998 adalah saat yang bersejarah bagi Indonesia. Orde Baru tumbang. Perubahan-perubahan terjadi sangat
cepat. Mulai saat itu wacana-wacana berbagai isu sangat tajam dan terbuka; politik, ekonomi, kebobrokan moral,
kkn, restrukturisasi negara, dsb. Akan tetapi sangat terasa bahwa wacana sumberdaya alam sangat sedikit porsinya
di dalam gelimang berita sehari-hari. Harus diakui bahwa pelaku, pembuat dan penikmat sebagian besar sumber-sumber
informasi adalah orang kota. Ketidabdilan yang dialami masyarakat adat, kerusakan sumberdaya alam adalah isu-isu pinggiran
yang terasa sangatjauh.
Keterpencilan isu-isu sumberdaya alam dan masyarakat adat tidaklah harus membuat kita pesimis. Keterbukaan dan reformasi
bubnlah hanya untuk hari ini saja. Penguatan di tingbt bawah yang terus menerus, usaha-usaha mengubah persepsi regional
terhadap sumberdaya alam, pemikiranjangb panjang perjuangan masyarabt adat, abn jauh lebih bermanfaat daripada terlena
dan tenggelam dengan wacana-wacana besar yang dominan sebrang.
Era keterbuban dan keterusterangan sangat debt di depan mata. Sudah bubn saatnya lagi "malu-malu" berpihak kepada
masyarabt adat, atau melakubn penguatan dengan "membungkus isu" (pengembangan masyarabt, konservasi, dsb.). Sudah
saatnya masyarabt adat, sebagai pelaku asli keruangan alam, yang selama ini tertindas dan terlecehbn, bergerak dan berdiri
sejajar dengan kelompok-kelompok lain di dalam kehidupan bernegara.
Pemetaan partisipatif sudah terbukti menjadi sarana yang sangat bermanfaat untuk penguatan masyarabt dan sebligus
menjadi basis informasi keruangan inisiatif-inisiatif dialog kebijabn di tingbt regional. Gerabn pemetaan partisipatif (pp)
abn sangat strategis maknanya di dalam perjuangan jangb panjang masyarabt adat. A b n tetapi kurangnya fasilitator pp,
periunya peningbtan bpasitas fasilitator pp, lemahnya kerjasama para penggiat pp masih menjadi kendala gerabn pemetaan
partisipatif
Kegiatan-kegiatan JKPP selama setahun ini lebih diarahbn pada peningbtan bpasitas pemetaan partisipatif partisipan. Dua
training of trainers (TOT) pp, 4 periode magang pp, 6 regional training, sudah dilabanabn. Fasilitator-fasilitator pp baru
bermunculan. Kerjasama-kerjasama informal antara partisipan mulai terwujud. Ada semangat besar menjadibn pemetaan
partisipatif sebagai minyak pelumas gerabn perjuangan masyarabt adat.
4. O P I N I
KABAR
JKPP J
PALASAR PALAYA* , S E B U A H
FILOSOFI P E M E T A A N
P A R T I S I P A T I F
K R I S T I A N U S A T o K
S
ebutan tanah adat yang berkembang di tengah kita
sekarang ini dipengaruhi oleh sebutan tanah ulayat di
masyarakat Minang, Sumatera Barat. Konsep
tersebut didasarbn pada telah campur tangannya manusia
secara aktif dalam proses pengubahan fungsi tanah secara
alami ke fungsi-fungsi yang lebih ditebnbn pada fungsi
budidaya.
Bagi masyarabt adat Dayak, khususnya masyarabt adat
Dayak Kanayam, konsep kepemilibnnya sesun^hnya
lebih luas dari sekedar konsep tersebut di atas. Palasarpalaya'
adalah satu istilah yang biasa kita dengar di blangan
masyarabt adat Dayak Kanayatn. Istilah tersebut
berhubungan langsung dengan batas-batas tentorial
pengelolaan sumber daya alam pada suatu bmpung (ampu'
sakampongan) masyarabt adat Dayak Kanayatn. Palasar
palaya' tidak hanya didasarbn pada "telah diubahnya fungsi
alamiah tanah oleh manusia" (pengubah fungsi pertama
biasanya pemilik tanah tersebut; atau hak individual). A b n
tetapi sangat didasarbn pada pertimbangan lingkungan
hidup secara sempurna; termasuk mempertimbangbn
keberadaan hutan primer
Palasar Palaya' meliputi semua wilayah suatu bmpung yang
peruntubn lahannya telah sedemikian rupa sehingga semua
lapisan masyarabt di suatu bmpung mengerti, dan sangat
jarang terjadi pelan^ran penggunaan lahan (penyerobotan).
Dalam konstp palasarpalaya' terdapat fungsi seperti tanah
karamat {panyugu, padagi, pantulak, kadiaman, dll), daerah
tempat berburu {udas nang aya' hakayu nang tingi (hutan
primer)), daerah tempat berladang (balubutatn, hawas) daerah
tempat bersawah {papuk (bancah),gente' (tawakng)), daerah
perkebunan rakyat {kabongatah, kompokngkalampe, kompokng
buah), daerah cagar budaya (timawakng).
Konsep palasar palaya' memadubn secara sempurna antara
tanah dan fungsi-fungsinya bagi kehidupan manusia, juga
sumber daya alam yang pengelolaannya harus selaras dengan
daya dukung alam pada lingkungan komunal suatu
masyarabt.
PALASAR PALAYA' DAN KONSEP TATA RUANG
MODERN
Tanah tanpa ruang sama artinya dengan pasir dalam brung;
artinya posisi letaknya bisa berubah-rubah dan bisa hilang tak
berbebs. Palasarpalaya' adalah tanah bersama ruang letaknya
sebligus, artinya ia tidak dapat dipisahbn, dan tidak dapat
dibedabn. Garis damarbsinya (batas) berupa kesepabtan
(lisan) antara dua atau lebih kelompok awal masyarabt adat.
Kontrolnya diatur bersama antara manusia-manusia dan
alam. Sebagai contoh adalah wilayah suatu kompokng
ditentubn oleh vegetasi (pohon-pohon tertentu), bentang
alam lobsi (alam), dan manusia. Sanbi atas pelanggaran
yang dilakubn oleh manusia abn ditentubn oleh alam
(bdang-bdang misteri).
Antara bulan Juli dan Desember 1997, kebabran hutan dan
asap yang tebal menjadi bencana nasional yang sangat
memprihatinbn. Negara tetania pun terkena dampak
bencana nasional tersebut. Asap ini bersumber dari
pembabran hutan (lahan). Pembabran hutan yang tidak
terkendaii terjadi brena peruntubn ruang modern yang
teriepas dari norma dan bidah alam yang normal.
Pengubahan fungsi lahan dalam sbla besar (ribuan hektar),
yang hanya mengutamabn pertimbangan ekonomi dan
teknis belab.
5. KABAR
J K P P ^
BABAH ARE
Fungsi-fungsi ekonomis ruang menjadi pertimbangan
utama tata ruang modern. Suatu kebalibn dengan konsep
tata ruang asli (palasarpalaya'). Tata ruang modern lebih
makro (umum), sementara tata ruang sangat mikro
(khusus), tabel peerbedaan tata ruang modern dan tata
ruang asli.
PALASAR PALAYA' DAN ISI SUMBER
DAYAALAMNYA
Ketika hztis palasarpalaya' pertama kali ditentukan, ada
beberapa hal yang mendasarinya:
1. Kekayaan sumber daya alam yang
dikandungnya.
Sumber daya alam yang dimaksudkan penduduk generasi
awal adalah bahan-bahan keperluan hidup yang langsung
bisa dimanfaatbn (tanpa diolah lebih lanjut) yang berasal
dari alam. Bahan-bahan ini berupa sagu/umbi
(karbohidrat), hewan buruan (protein dan lemak) dan
buah-buahan (vitamin dan mineral), serta pohon-pohon
tertentu yang kulit atau daunnya bisa dipabi untuk
pabian dan rumah. Dalam dinamib perkembangannya,
variasi dan diversifibsi sumberdaya alam ini semakin
meningbt.
2. Sejarah migrasi.
Sebagai ilustrasi, berikut ini adalah sejarah migrasi
Kampung Nangb, Kecamatan Menjalin, Kabupaten
Pontianak, Propinsi Kalimantan Barat. Penduduk
Kampung Nangb generasi pertama berasal dari timawakng
Babah Are. Mereb adalah: Bocong, Sampe, Gati,
Longken, Nyantom, Manto, dan Tuah. Mereb migrasi
dari Babah Are ke Tumiang; selanjutnya ke Kamuri'.
Nangb (dibelabng rumah pakYeri sebrang) adalah
lobsi terakhir proses migrasi. Ketib mereb hidup
menetap di Nangb, beberapa penduduk mendiribn
parokng di Piangu, Tangket, Kubita, Latokng, Jungkukng
dan Tima. Dalam kurun waktu yang cukup lama parokng
Jungkukng berkembang menjadi pemukiman yang cukup
besar (sebrang menjadi RTII). Mereb yang tinggal di
Jungkukng memhmi parokng di
Pak Mundi, Lago'. Penulusuran
keturunan, memperkirabn
Timawakng babah Are sudah
ada tahun 1250 Masehi.
Mencermati peta sketsa diatas,
apa yang dapat kita btabn ?
Peta sketsa di atas
menggambarbn wilayah palasar
palaya' Kampung Nangb
sebrang; migrasi yang terjadi
bubn hanya
mempertimbangbn faktor
TUMIANG
O
KAMURI
JUNGKUKNG
PAK MUNDI
LAGO'
kebutuhan ekonomi, abn tetapi
PETA SKETSA, WILAYAH JELAJAH K A M P U N G N A N G K A
T A B E L PERBEDAAN TATA R U A N G M O D E R N DAN TATA R U A N G ASLI
TATA RUANG ASLI
tanah karamat
panyugu
ulu ai
bfikit najig t ngf
bcitundngafa _
patujiuai}/. •• , -
'tikrun '
kayu i/ifng^ayi'
'ri^muktig/pdnyatitu'atn
,i] ' .02*. ' , , pertani^ndaliaij b?sali (PEB) /apukjbaficah' ' [ ,
3
6. juga menyertakan berbagai pertimbangan lain: kontrol alam,
reiigi, hubungan antar manusia, dsb., dan bersifat sangat
mikro dan tidak ada generalisasi. Apabila dilakubn
pengukuran dengan alat-alat pemetaan mab kita dapat
membuat ptta palasarpalaya'.
PALASAR PALAYA' DAN PEMETAAN
PARTISIPATIF
Sesuai dengan misinya, bahwa palasarpalaya' ditentubn
untuk mensejahterabn manusia penghuninya yang dari
masakemasa semakin banyak. Semtntanpalasarpakya'
relatif tetap bahbn berkurang, mab pengukuran diperlubn
untuk merencanabnnya secara baik dan bijabana. Salah
satu cara pengukurannya adalah dengan melakubn
pemetaan partisifatif.
Pemetaan partisifatif adalah membuat peta yang melibatbn
semua pihak yang berada atau hidup pada suatu wilayah
dengan berperan dan berbuat setara, sehingga peta yang
dihasilbn standar, efektif dan optimal. Standar artinya
sesuai dengan prinsip dan teknologi pembuatan peta; efektif
artinya dapat dimengerti oleh orang yang biasa men^nabn
peta (modern) sebligus oleh orang-orang bmpung asli;
optimal artinya dinamib penggunaan peta berkembang
sesuai dengan situasi dan kondisi, serta tidak statis. Ini
semua dimungkinbn brena banyak pihak atau orang di
dalam bmpung tersebut yang terlibat sejak dari proses
perencanaan, pembuatan dan merancang penggunaan peta
partisipatif lebih lanjut.
PALASAR PALAYA' DAN KONDISI KEHIDUPAN
MASYARAKAT ADAT SEKARANG
Masyarabt adat sebagian terbesar miskin dan tak berdaya.
Padahal mereb memiliki tanah yang dipenuhi dengan
kebyaan sumber daya alam. Apa sebenarnya yang terjadi ?
Baca secara sabama cerita berikut ini:
Seorang petugas pendamping masyarakat melakukan pertemuan
bersama masyarakat yang didampinginya. Dalampertemuan itu,
sang petugas mengatakan : "Bapak/ihu pada kesempatan yang
baik inisaya mengajak hapak/ibu untuk melaksanakan program
air bersih. Program ini sudah lama direncanakan untuk
membantu bapak/ibu mengatasi persoalan air bersih yang sangat
sulit diperoleh baik pada musim kemarau maupun pada musim
penghujan. Apakah bapak ibu setuju dengan program ini ?"
dst...dst.
Mencermati cerita diatas, sangatjelas artinya bahwa kegiatan
tersebut bubn kegiatan masyarabt setempat. Kegiatan itu
berasal dari luaryang dibawa oleh petugas tersebut.
Perencanaan kegiatan demikian disebut perencanaan top-down
(atas-bawah). Dalam kegiatan ini posisi masyarabt setempat
cenderung objek i^ang diajak ikut) untuk berpartisipasi pada
kegiatan petugas (subjek).
Langbh yang ditawarbn pemetaan partisifatif adalah
masyarabt setempat memetabn sumber daya alam dalam
palasarpalaya' mereb teriebih dahulu, kemudian melakubn
analisis untuk membuat perencanaan bersama, dan
melakubn kerja bersama dengan melibatbn tenaga
fasilitator untuk menghantarbn mereb pada pencapaian
target kegiatan. Untuk mengoptimalbn basil, masyarabt
dan fasilitator bisa melibatbn pihak ketiga (sponsor/
pemerintah). Cara demikian disebut perencanaan bottom-up.
PENUTUP
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ebistensi masyarabt adat
Dayak, sangatjelas ditunjubn oleh sistem pengelolaan
sumber daya alam dengan konsep palasarpalaya'. Konsep ini
telah diamalkan sepanjang sejarah masyarabt adat Dayak.
Abnbh, sistem ini abn terus bertahan ? Jawabannya sangat
tergantung kepada generasi masyarabt Dayak yang hidup
sebrang ini dengan didukung oleh pemahaman dan
dukungan yang baik dari para pen^erak masyarabt.
7. METODOLOGI
PEMETAAN PESISIR
H A R O L D J O P P I E D A V I D O W A A S
K
egiatan pemetaan partisipatif sudah banyak
dilakukan oleh berbagai ngo untuk kepentingan
masyarakat. Akan tetapi sebagian besar pemetaan
yang dilakubn adalah pemetaan darat. Era sebrang dan
yang abn datang, ruang laut dan pesisir abn mengalami
tebnan yang besar terutama dengan abn diterapbnnya
otonomi daerah yang lebih luas. Laut abn diebploitasi
habis-habisan sebagai sektor penyumbang devisa.
Konsekuensi logis dari bentrobn kepentingan pada
bwasan laut antar daerah abn memberibn dampak yang
kurang baik bagi masyarabt pesisir; misalnya ancaman
abn hilangnya sumberdaya laut dan hak ulayat masyarabt
adat setempat.
Pemetaan pesisir dilakubn menggunabn dua pendebtan
metode yaitu:
1. metode transek; yang merupabn kompilasi metode
survei biologi;
2. metode survei GPS.
METODE TRANSEK
Metode transek hanya bisa dilakubn pada daerah dengan
rataan terumbu tidak terlalujauh; + 200 —300 meter
Pemetaan awal dimulai dengan membuat garis pantai.
Kemudian mengidentifibsi profil dan bentubn tubir serta
sebaran sumberdaya seperti coral, seagrass, mangrove dan
spesies endemik yang ada sehin^a perencanaan dudubn
transek tepat dan jelas. Tali transek yang sudah dilengbpi
dengan intervaljarak dibentangbn sampai pada zona tubir
Padatiapinterval yang telah ditentubn dilakubn
pencuplibn data dengan kuadran 10x10 meter arah utara,
selatan, timur dan barat. Besarnya kuadran dapat disesuaibn
dan sangat dibatasi oleh visibility saat air pasang. Nilai tutupan
penuh untuktiapkuadran adalah 25% sehingga total persentase
tutupan pada luasan 400 m^ adalah 100 %.
Kriteria penentuan sebaran sumberdaya laut adalah sebagai
berikut:
• brang hidup (coral) dan lamun (seagrass) tutupan > 50% =
padat;
• brang hidup (coral) dan lamun (seagrass) tutupan < 50% =
jarang;
• babu (mangrove) tutupan canopy kepadatan > 50% =
padat;
• babu (mangrove) tutupan canopy kepadatan < 50% =
jarang.
Khusus untuk ekosistem babu, perhitungan kepadatan dapat
dilakubn melaluii transek kuadrat atau belt transek.
Data lapangan kemudian ditransfer ke dalam millimeter blok
dengan sbla 1:1,500,1:2,000,1:2,500 dan 1:5000. Setelah data
dimasubn kemudian dengan menggunabn metode interpolasi
linier dihubungbn daerah-daerah sebaran sumberdaya yang
sama. Informasi tambahan diisi oleh masyarabt bmpung
seperti: bentubn tubir, daerah pemanfaatan (pengoperasian
alat tangbp), daerah bameti (tempat aktivitas saat surut seperti
pengambilan bia, rumput laut dan gurita), daerah bertelur
penyu laut, daerah mabn duyung, aktivitas diving, snorkling,
pengaruh musim (angin, ombak dan arus), serta idenrifibsi
daerah yang berpeluang abrasi juga perlu dilakubn.
Informasi-informasi di atas sangat diperiubn untuk
perencariaan bwasan pesisir (tata ruang). Rencana tata ruang
I Dhrisi P e m e t a n a a n Yayasan HuatofMi, A m b o n
8. dapat dilakubn dengan mengoverlay beberapa peta tematik
yang diperoleh seperti peta sebaran habitat, peta sebaran
substrat, peta sebaran kedalaman, peta musim
(gelombang.arus), dan peta pemanfaatan (aktivitas tangbp).
Hasil overiay ini kemudian dibuat scoring untuk
mendapatbn kelas kemampuan lahan unit areal pemetaan
yang kemudian abn diperoleh kesesuaian lahan pada tiap-
tiap unit areal. Pada tingbtan ini perlu dilengbpi dengan
arahan pen^naan dan ditawarbn untuk masyarabt desa.
Bentuk tata ruang yang lain adalah masyarabt mengisi
sendiri informasi tata ruang pesisir yang mereb rencanabn
sebelumnya melalui musyawarah desa pada peta yang dibuat.
METODE SURVEY GPS
Metode survey GPS dapat dilakubnj i b daerah pesisir yang
disurvey adalah sangat luas dengan rataan terumbu puluhan
kilometer Untuk melakubn metode ini teriebih dahulu
harus disiapbn peta bathymetri, peta navigasi dan tabel pasut
yang dikeluarbn oleh DEHIDROS TNI AL. Tabel pasut
sangat penting brena kegiatan pemetaan tipe ini sangat
ditentubn oleh kondisi pasut.
Survey dapat dilakubn dengan menyusuri tepi tubir untuk
mengetahui denganjelas batas dan bentubn tubir serta
persen cover coral dan biotop lainnya pada peta. Kecepatan
9. speed boat atau perahu bermotor berjalan lambat seperti
melakukan sounding. Pengaturan kecepatan speed boat
dapat ditentubn lewat GPS dan pada waktu yang
bersamaan dapatjuga dilakubn evaluasi kualitas terumbu
brang dengan menggunabn metode manta tow (manta tow
survq).
Pada stasiun-stasiun yang telah direncanabn dilakubn
sampling data yang dimulai dari tepi tubir saiiipai jjada
zona tertentu di mana terdapat batas sebaran brang,
rumput laut dan babu. Pencuplibn data meliputi data
posisi, batas sebaran, persen cover dan substrat. Selain itu
dicatatjuga segala macam jenis biota laut yang ditemubn.
Pada waktu yang sama dapat pula dilakubn identifibsi
daerah untuk pengembangan bwasan wisata dan bila perlu
dapat melakubn dokumentasi. Hal yang sama dilakubn
pada stasiun-stasiun yang lain. Usahabn agar stasiun
sampling mengitari pulau danjarak antar stasiun jangan
terialu renggang. Kekosongan data dapat dipenuhi dengan
informasi dari masyarabt seperti nama-nama tanjung,
daerah aktivitas penangbpan, aktivitas ecotourism, daerah
sebaran sumberdaya laut yang lain seperti rumput laut, lola
(Trochus sp.), bia garu {Tridacna sp.), udang brang (lobster),
daerah hiu, endemik spesis, pola arus, ombak, angin dan
Iain-lain.
A^r informasi yang diperoleh lebih akurat usahabn
pengambilan informasi pada site dusun atau desa yang
disurvey Data survey dan data informasi masyarabt
kemudian ditransfer ke dalam peta dasan Peta tematik
yang dapat dibuat sangat bermacam-macam seperti pada
metode pertama. Penggambaran distribusi sumberdaya
dilakubn menggunabn metode interpolasi linier
Penggambaran peta untuk pengesahan dapat dilakubn
dengan menggunabn metode standar pemetaan darat.
Sedangbn tata ruang dapat dilakubn dengan
menggunabn prinsip pada metode pertama.
BATAS ULAYAT LAUT TRADISIONAL
Batas ulayat laut tradisional masyarabt pesisir pada dasarnya
ada tetapi tidak tertulis dan terdokumentasi secara jelas.
Pemetaan batas wilayah laut tradisional dapat dilakubn dengan
cepat menggunabn GPS atau kompas. Data posisi yang
diperoleh kemudian ditransfer pada peta navigasi yang
diterbitbn oleh DEHIDROS TNI AL. Khususnya untuk
kompas pengambilan data baringan usahabn pada lobsi-lobsi
yang mudah ditemubn dalam peta dan minimal 2 lobsi.
Pemilihan waktu survei harus tepat. Usahabn tidak melakubn
survei pada musim ombak.
FISHING GROUND TRADISIONAL
Daerah tangbpan tradisional (fishingground) dapat dipetabn
dengan men^nabn GPS dan kompas. Yang paling penting
dalam pemetaanjenis ini adalah peta dasar, yaitu peta navigasi
yang dikeluarbn oleh DEHIDROS TNI AL. Pemetaan
dilakubn pada nelayan tradisional yang melakubn aktifitas
tangbp. Data yang diambil adalah berupa: data posisi
tangbpan baik koordinat GPS dan posisi baringan (kompas),
jenis ibn nama lobl atau identifibsi nama ilmiahnya, jenis
alat tangbp, jumlah hasil tangbpan, berat hasil tangbpan,
ukuran dan tipe perahu, waktu tangbp, kondisi laut dan
musim yang berlaku. Selama sampling, bila ditemubn scholling
ibn juga dilakubn rebman data posisi dan jenis ibn yang
ditemui.
Peta tematik yang diperoleh adalah peta batas terluar daerah
tangbpan tradisional yang dapat dituangbn untuk usulan
peraturan daerah (perda) yang melindungi masyarabt pesisir
dari intervensi peribnan sbla menengah (data tata ruang
pesisir), peta sebaran ibn dan waktu tangbpan. Peta sebaran
ibn bila datanya dikolebi setahun yang mewakili musim dapat
dipabi sebagai bahan ramalan daerah dan waktu tangbpan
yang baik.
10. K E G I A T A N
KABAR
JKPP J
TRAINING GEOGRAPHIC
INFORMATION SYSTEM (GIS)
R E S T U A C H M A L I A D I
S
alah satu tujuan dari pokja metodologiJaringan
Kerja Pemetaan Panisipatif (JKPP) adalah
mengembangkan sumber daya manusia, baik LSM
maupun masyarakat adat dalam kegiatan pemetaan
partisipatif. Pemabian teknologi GIS {Geographic Information
System) sebagai alat untuk mengelola informasi dan analisis
keruangan hasil pemetaan partisipatif sudah merupabn
strategi ke depan untuk beberapa partisipanJKPP dalam
rangb mendukung partisipan lain yang membutuhbn
layanan informasi tersebut. Berdirinya beberapa pusat-pusat
GIS di beberapa region abn berfungsi sebagai pendukung
kegiatan pengelolaan informasi dan analisis keruangan di
daerah sekitarnya.
Pembangunan pusat-pusat GIS dilakubn dengan
menyediabn peralatan dan "software" selain itu, yang paling
penting adalah penyiapan sumber daya manusia yang abn
mengoperasibn peralatan GIS tersebut. Adanya
pertimbangan kebutuhan sumber daya manusia yang cukup
mendesak, mab dilakubn pelatihan GIS untuk para pelatih
ini.
Pelatihan ini dilakubn dari tanggal 15 April 1998 hingga 7
Mei 1998 di Samarinda untuk menyiapbn empat pusat GIS,
yaitu Kalbar (PPSDAK - Pancur Kasih), Kaltim (Konsorsium
Mapping Kaltim), Bogor (Latin), dan Irian Jaya (WWF
Lorentz).
TUJUAN PELATIHAN
Pelatihan bertujuan untuk memtieribn pengetahuan dan
ketrampilan kepada para peserta dalam merancang basis data
GIS dan mengaplibsibnnya sesuai dengan kebutuhan dan
fungsi lembaga yang abn memanfaatbn teknologi tersebut.
Mated yang diberikan dimulai dengan pengenalan GIS dan
pembahasan aplibsi sesuai dengan studi bsus yang dipilih
oleh masing-masing peserta.
Pelatihan dikonsentrasibn pada pemabian program Arc/
Info, Arcview, dan Idrisi dengan pertimbangan kehandalan
aplibsi dari masing-masing program untuk menunjang
analisis dan pengelolaan data GIS, di samping pertimbangan
pemanfaatan program ini yang sudah tersedia di LATIN,
WWF Lorentz dan PPSDAK — Pancur Kasih.
Hasil pelatihan adalah sebagai berikut:
1. Terbentuknya empat pusat GIS, yaitu: Kalbar (PPSDAK -
Pancur Kasih), Kaltim (Konsorsium Mapping Kaltim),
Bogor (Latin) dan Irian Jaya (WWF Lorentz).
2. Adanya Pelatih GIS yang siap untuk melatih dan
bertan^ngjawab membangun dan mengembangbn
pusat GIS; yangjuga siap untuk memberibn pelatihan
dan support kepada partisipanJKPP
3. Ujicoba Studi Kasus untuk masing-masing pusat GIS.
4. Pembuatan Manual GIS untukJKPP
Para Pelatih GIS tersebut adalah :
• Bagus Suratmoko, untuk pusat GIS di Kalbar (PPSDAK -
Pancur Kasih);
• Ade Cahyat, untuk pusat GIS di Kaltim (Konsorsium
Mapping Kaltim);
• Ganip Gunawan, untuk pusat GIS di Bogor (LATIN);
• Ferdinando, untuk pusat GIS di Irian Jaya (WWF
Lorentz).
8
11. JAGATNTT BENTUK POKJA
PEMETAAN PARTISIPATIF
G
erakan pemetaan partisipatif terus raengalir
sejalan dengan kebutuhan masyarakat adat
untuk menggamharkan sistem pengelolaan dan
ruang agraria mereb, dan juga sebagai abi masyarabt adat
untuk menolak klaim hak menguasai negara yang
ditampilbn dalam gambaran peta-peta proyek
pembangunan. Demikian pula, aktivis NGO yang bekerja
bersama masyarabt adat agar bertanggungjawab secara
moral penuh kesadaran politik, untuk bersama
memperjuangbn hak-hak masyarabt adat atas sumber-
sumber agraria. Demikian, diungkapbn olehJohn Bala
selaku koordinator Pelatihan Fasilitator Regional Pemetaan
PartisipatifJaringan Gerabn Masyarabt Adat (JAGAT)
Nusa Tenggara Timur
Lebih lanjut dijelasbn John Bala, "untuk memfasilitasi
kebutuhan gerabn pemetaan partisipatif dibutuhbn
fasilitator yang berasal dari aktivis NGO maupun
masyarabt adat setempat, untuk mempunyai pengetahuan
dan ketrampilan teknis tentang pemetaan yang nantinya
siap bekerja bersama masyarabt". Untuk tujuan
mendapatbn fasilitator pemetaan partisipatif JAGAT
bekerjasama dengan Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
(JKPP Indonesia) dan Yayasan Pikul Kupang, melakubn
Pelatihan Fasilitator Regional Pemetaan Partisipatif
(FRPP), yang melibatbn aktivis NGO partisipan JAGAT
dan masyarakat adat. Pelatihan FRPP, diikuti sekitar 32
orang, melibatbn peserta laki-laki dan perempuan, yang
berasal dari 3 (tiga) pulau besar; Timor, Flores dan Sumba.
Pelatihan FRPP, berlangsung selama 17 hari (23 Juli - 9
Agustus 1998) di Ruteng, ibukota bbupaten Manggarai.
Peserta pelatihan FRPF! selama 8 hari mengikuti kegiatan
dalam kelas mencakup kegiatan pengenalan dan filosofi
pemetaan partispatif, metode PRA, sosialisasi pemetaan dan
hak-hak masyarabt, pengetahuan teknis pemetaan, praktek
survei dan pembuatan peta, yang dilakubn dengan metode
diskusi, sharing pengalaman, ceramah dan permainan,-serta
menggunabn alat bantu peraga. Selanjutnya, peserta pelatihan
FRPP dibagi dalam 2 tim untuk kunjungan dan praktek
memfasilitasi pemetaan partisipatif di dua kampung, Bawe
(Gololijun) dan Barungkeli (Riung), selama 7 hari. Hari
berikutnya, dilanjutbn dengan evaluasi pelatihan FRPP dan
diskusi tindak lanjut dari gerabn pemetaan partispatifJAGAT
NTT
Seblipun pengetahuan dan ketrampilan pemetaan peserta yang
didapatkan masih sangat baru, dominan peserta
mengungbpbn interest mereb terhadap pemetaan partispatif
dan bisa tegas memberi kesan bahwa pemetaan partisipatif
sebagai alat perjuangan masyarabt. Semangat dan interest
peserta, dilanjutbn dengan menyepabti dan membentuk
kelompok kerja (Pokja) pemetaan JAGAT yang abn bekerja
untuk gerakan pemetaan partisipatif di wilayah Flobamora
(Flores, Sumba, Timor, Alor) NTT.
Pokja pemetaan JAGAT, yang terdiri dari tim inti 6 orang dan
tim daerah. Pokja pemetaan JAGAT merencanakan program-
program, antara lain: memfasilitasi informasi peta, pelatihan
dan pendidibn pemetaan, manajemen peta,
pendokumentasian, studi kebijabn dan pengembangan jenis
peta masyarabt dan bmpanye. Yang dalam waktu dekat, pokja
merencanakan untuk memfasilitasi teman-teman pelatihan
untuk terlibat proses pemetaan di beberapa bmpung. Jelas
Ima, yangjuga selaku koordinator Pokja pemetaan JAGAT
NTT
d a r i Yayasan T a n a h M e r d e k a , P a l u (Sulawesi Tengah)