SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 19
TUGAS MANDIRI

                 DETERMINAN
             Mata Kuliah: Aljabar Linier




Nama Mahasiswa     : Parningotan Panggabean
NPM                : 110210225
Kode Kelas         : 112-TI005-M1
Dosen              : Neni Marlina br.Purba,S.pd


    UNIVERSITAS PUTERA BATAM
                       2012
KATA PENGANTAR



       Puji Syukur penulis senantiasa panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini dengan judul “Determinan”. Penulis sangat bersyukur sekali karena dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh nilai tugas mandiri Aljabar Linier pada Fakultas Teknik Informatika
Universitas Putera Batam.

       Makalah ini membahas tentang bagaimana langkah-langkah meghitung
suatu determinan dengan menggunakan beberapa operasi hitung pada Aljabar
Linier sehingga dapat membantu para pembaca khususnya mahasiswa          untuk
mengetahui cara menghitung suatu determinan dengan benar.

       Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan dan di harapakan
sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan di masa mendatang.Harapan
saya semoga Makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khusunya di bidang ilmu Aljabar Linier secara khusus di dalam memberikan cara-
cara menghitung suatu determinan dengan mudah.

       Akhir kata,penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.




                                                         Batam, Mei 2012




                                                              Penulis
DAFTAR ISI




KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . ii

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

          A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

          B. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 1

BAB II ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . 1

DETERMINAN

          1. Menghitung determinan dengan perkalian elementer . . . . . . . . . . . . . . 2
          2. Menghitung determinan dengan operasi baris elementer . . . . . . . . . . . 6
          3. Sifat-sifat determinan suatu matriks . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 8
          4. Menghitung determinan dengan Expansi kofaktor . . . . . . . . . . . . . . . . 9
          5. Penyelesaian SPL dengan aturan cramer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 12

BAB III PENUTUP

     B. KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 14

     A. SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . 14

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 15
BAB I
                             PENDAHULUAN


A. Latar belakang


     Banyak orang yang beranggapan bahwa Matematika itu rumit, karena alasan
itulah banyak orang yang menghindari Matematika. Padahal Matematika dapat
kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari, dan mau tidak mau kita pasti
menggunakan Matematika. Oleh karena itu saya membuat makalah ini dengan
maksud membantu pemahaman mahasiswa agar mereka tidak menilai Matematika
adalah sesuatu yang buruk.Secara khusus dalam ilmu pengetahuan Aljabar Linear.




B. Tujuan


     Makalah ini dibuat dengan tujuan utama untuk memenuhi Tugas Mandiri
mata kuliah Aljabar Linear, yang diberikan oleh dosen saya Ibu Neni Marlina.
Dan tujuan berikutnya adalah sebagai sumber informasi yang saya harapkan
bermanfaat dan dapat menambah wawasan para pembaca makalah ini.
BAB II
                                            ISI
                                    DETERMINAN


Determinan : Produk (hasil kali) bertanda dari unsur-unsur matriks sedemikian
hingga berasal dari baris dan kolom yang berbeda,kemudian hasilnya di
jumlahkan.
A = a11      a12    det (A) = a11 a22 – a12 – a21
     a21     a22


A. Fungsi Determinan
Definisi
Suatu permutasi dari bilangan-bilangan bulat {1, 2, 3, …, n} adalah penyusunan
bilangan bilangan tersebut dengan urutan tanpa pengulangan.


Contoh:
Permutasi dari {1, 2, 3} adalah
       (1, 2, 3)      (2, 1, 3)       (3, 1, 2)
       (1, 3, 2)      (2, 3, 1)       (3, 2, 1)
Secara umum, bilangan-bilangan pada {1, 2, …, n} akan mempunyai n!
permutasi.
Sub Bahasan Determinan
   1. Menghitung determinan dengan perkalian elementer
   2. Menghitung determinan dengan operasi baris elementer
   3. Sifat-sifat determinan suatu matriks
   4. Menghitung determinan dengan expansi kofaktor
   5. Penyelesaian SPL dengan aturan cramer


1. Menghitung Determinan dengan Perkalian Elementer
       Pada bagian ini kita akan membahas tentang determinan dan cara
mencarinya.Determinan merupakan nilai yang paling penting dalam perhitungan
matriks.Definisi-definisi maupun teorema yang penting yang berhubungan dengan
pencarian matriks.
Definisi 1.
Sebuah permutasi dari himpunan bilangan bulat positif {1,2,3, . . . .,n} adalah
susunan       bilangan-bilangan    bulat    ini   menurut    aturan     tertentu   “tanpa
menghilangkan” “tanpa mengurangi” bilangan bulat tersebut.
        Contoh 1.
                 Permutasi dari {1,2} adalan (1,2) dan (2,1).
                 Permutasi                 dari             {1,2,3}                adalah
                 (1,2,3),(3,1,2),(2,3,1),(2,1,3),(1,3,2),dan (3,2,1).
Dari definisi permutasi,apabila ada 4 bagian,maka banyaknya permutasi adalah 24
buah.Hal ini dapat di hitung dari rumus n.
Dapat dilihat untuk n = 2,maka ada 2 permutasi.Untuk n = 3,maka ada 6 = 3.2.1
permutasi.Untuk n = 4,maka ada 24 = 4.3.2.1 permutasi.
        Contoh 2.
        Tentukan jumlah inversi dari permutasi berikut :
              a. (6,5,3,1,4,2)
              b. (2,4,1,3)
              c. (1,2,3,4)
              Penyelesaian :
                      Jumlah inversi/pembalik : 5 + 4 + 2 + 0 + 1 + = 12
                      Jumlah inversi/pembalik : 1 + +2 + 0 =3
                      Tidak ada inversi/pembalik dalam permutasi ini
Definisi 2.
Dalam permutasi,di katakan terjadi sebuah inversi apabila sebuah bilangan bulat
yang lebih besar mendahului sebuah bilangan yang lebih kecil.
        Contoh :
        Kita akan menghitung inversi dalam dalam permutasi (2,4,1,3).caranya
sebuah berikut :
Banyak nya bilangan bulat lebih kecil daripada j 1 = 2 dan mengikuti (yaitu j3 =
1),dapat di lihat pada permutasi (2,4,1,3).Dalam permutasi tersebut j1 = 2 , j2 = 4,
j3 = 1, dan j4 = 3.
Banyak nya bilangan bulat yang lebih kecil daripada j2 = 4 dan mengikutinya,ada
dua ( yaitu j3 = 1 dan j4 = 3).
Banyaknya bilangan bulat yang lebih kecil daripada j3 = 1 dan mengikutinya
adalah nol.
Sehingga banyaknya inversi dalam permutasi ini adalah 1 + 2 + 0 = 3
Definisi 3.
Sebuah permutasi di namakan permutasi genap jika banyaknya inversi dalam
permutasi tersebut genap.Sebaliknya sebuah permutasi di namakan permutasi
ganjil jika banyaknya inversi dalam permutasi tersebut ganjil.
        Contoh :
        Permutasi (2,4,1,3) adalah permutasi ganjil karena banyaknya inversi
dalam permutasi tersebut ganjil.sementara itu ,permutasi (1,2,3,4,5,6) adalah
permutasi genap.
        Contoh .Tabel berikut merupakan klasifikasi berbagai permutasi dari
{1,2,3} sebagai genap atau ganjil


Permutasi      Jumlah Inversi     klasifikasi
   (1,2,3)             0            Genap
   (1,3,2)             1            Ganjil
   (2,1,3)             1            Ganjil
   (2,3,1)             2            Genap
   (3,1,2)             2            Genap
   (3,2,1)             3            Ganjil


4. Definisi
Hasil perkalian elementer matriks A yang berukuran n x n adalah hasil perkalian
elemen-elemen tersebut berasal dari baris yang sama atau kolom yang sama.
        Contoh :
        Hasil perkalian elemen matriks A yang berukuran 4 x 4 adalan a31 a22 a43
a14.
a11     a12      a13     a14
          a21     a22      a23     a24
          a31     a32      a33     a34
          a41     a42      a43     a44


Sementara itu ,a11,a12,a23,a34 adalah bukan hasil perkalian elementer sebab bentuk
a11,a12,a23,a34 mempunnyai elemen pada baris yang sama,yaitu elemen a11 dan a12
terletak pada baris yang sama.
Cara mencari seluruh hasil perkalian elementer dalam matriks A yang berukuran n
x n adalah sebagai berikut.
     1. Tulislah bentuk a1.,a2.,a3.,....,an.
     2. Tanda dalam bentuk tersebut di ganti dengan seluruh permutasi
          (j1,j2,j3,....jn) maka tentulah di dapat n.
          Hasil perkalian elementer.
          Contoh :                       a11 a12         a13
        Dipunyai matriks a =             a21     a22     a23
                                   a31         a32     a33


maka kita tuliskan a1.,a2.,a3. Dan permutasi-permutasi dari n = 3 adalah :
(1,2,3,) (2,1,3) (3,1,2)
(1,3,2) (2,3,1) (3,2,1)
Hasil perkalian elemennya adalah :
(1,2,3)           a11 a22 a33
(2,1,3)           a12 a21 a33
Definisi 5.
Sebuah hasil perkalian elementer bertanda dari A adalah sebuah hasil perkalian
elementer (a1.,a2.,...an) yang di kalikan dengan + 1 jika permutasi nya genap dan
dikalikan dengan – 1 jika permutasinya ganjil.
          Contoh :
Untuk matrisk A yang berukuran 3 x 3,maka hasil perkalian bertanda dari a11 a23 a
32   adalah – a11 a23 a32 (karena permutasi yang bersesuaian adalah (1,3,2) yang
merupakan permutasi ganjil.
Definisi 6.
A adalah matriks bujur sangkar.Determinan matriks A yang di simbolkan det (A)
dapat di definisikan sebagai jumlahan semua hasil perkalian elementer bertanda
dari matriks A.
Definisi di atas apabila di notasikan akan berbentuk :
          Det(A) =          ∑ ± a1j1 a2j2 a3j3 . . .an jn
                         (j1j2jn)
          Contoh :
Hasil untuk pencarian determinan akan di jabarkan dalam bagian berikut ini :
Untuk n = 2
                     A = A11A12

permutasi                  A21 a22                   invers            hasil perkalian elementer
bertanda
  (1,2)              0                                      a11 a22
  (2,1)              1                                      -a12 a21
Jadi,det (A) = a11 a22 – a12 a21




2. Menghitung Determinan dengan Operasi Baris Elementer
Determinan suatu matriks dapat di hitung dengan menggunakan operasi baris
elementer yang telah di perkenalkan pada bab sebelumnya .Perhitungan
determinan suatu matriks dapat di lakukan dengan mudah apabila kita mengenal
sifat-sifat atau teorema yang berhubungan dengan determinan.
Teorema-teorema yang berhubungan denga determinan adalah sebagai berikut :
Teorema 1.
Apabila A adalah suatu matriks yang berukuran n x n dan memuat sebuah baris
(kolom) yang elemenya semua nol,maka det(A) = 0.
          Contoh :
                              1 2      1   -1
                  det         3 -1 2        0     =0
                              0     0 0     0
                              -1 -1 2       1
Teorema 2.
Apabila A adalah suatu matriks yang berukuran n x n dan terdapat 2 baris (kolom)
yang sama maka,det A = 0.
             Contoh :


                                1    -2    3    4
                       det      -2   2 4        4       =0
                                1    1 -1       2
                                1    -2    3    4
Teorema 3.
Jika A adalah matriks segitiga (atas/bawah) yang berukuran n x n,maka det(A)
adalah hasil dari perkalian elemen-elemen di agonal utama,yaitu det (A) = a11 a22 a
33 ...ann.



Contoh :


                                                                    1     0    0    0   0
1    1       -1   2                                                 -1 -1 0         0   0
0    3       2    -2         = (1)(2)(-3)(2) = - 12          det     -3       2 -1 0 0
0    0       -3   1                                                  2        3 -1 2 0
0    0       0    2                                                  7     6 4      2   1


= (1)(-1)(-1)(2)(1) =2
Teorema 4.
Apabila A1 adalah matriks sebagai hasil dari matriks A                             yang sebuah
baris/kolomnya di kalikan dengan konstanta k,maka det A1) = kdet(A).
             Contoh :
                                          1 1       1
                       Bila A             2 -1 2 ,maka kita dapat menghitung det(B)
                                          1 -2 2
1   1     1
                 Untuk B               4 -2 4
                                       1 -2 -4


Jelas di hitung bahwa det (A) = 15,maka det (B) = 30 (sebab matriks B di peroleh
dari A dengan baris ke dua dari matriks A di kalikan 2).
Teorema 5.
Apabila B1 adalah matriks sebagai hasil dari matriks B ( bila dua baris matriks B
di pertukarkan letak tempatnya,maka det(B1) = -det (B).
       Contoh :
                            Coba tunjukkan dengan perkalian elementer bertanda
apakah benar :




                 1     -2       -4               1     1 1
       det       2     -1        2    = -det     2     -1 2    = 15
                 1     1         1               1     -2 -4


Teorema 6.
Jika C1 adalah matriks yang di hasilkan bila sebuah kelipatan suatu konstanta k ≠
0 dari 1 baris (kolom) matriks C yang di tambahkan ke baris atau (kolom) yang
lain,maka det (C1) = det (C).
       Contoh :


                            1        1 1                  1    1   1
                 det        0 -3 0             = det      2 -1     2   = 15
                            1 -2 -4                       1 -2 -4


Sebab matriks di atas di hasilkan dari matriks A dengan operasi baris elementer
yang ke tiga,yaitu R2 R2 + (2) R1 atau perkalian konstanta (2) terhadap baris satu
yang di tambahkan ke baris 2.
Dan akhirnya dari teorema 1 sampai dengan teorema 6,kita akan dapat
menghitung determinan matriks dengan lebih cepat secara manual.


3. Sifat-Sifat Determinan Suatu Matriks
       Pada bagian berikut ini akan di bahas beberapa sifat determinan sebagai
lanjutan dari ke enam sifat determinan yang telah di berikan pada bagian
sebelumnya.
       Teorema 1.
       Bila A adalah matriks yang berukuran n x n,maka :
       Det (AT) = det (A)
         Contoh :
   Elemen matriks ini menggunakan perkalian elementer bertanda
         1    2   3                1    -1 2
 det     -1    0 -1     dan det    2    0       1
         2    1   -2               3    -1 -2
Teorema 2.
Misalkan A,A1 dan A2 adalah matriks yang berukuran n x n yang berbeda di
dalam sebuah baris/kolom saja (katankanlah baris/kolom b) dan baris/kolom b
dari A2 di peroleh dari penjumlahan elemen-elemen yang bersesuaian di dalam
baris/kolom b dari matriks A dan matriks A1,maka :
Det (A2) = det (A) + det (A1)
Contoh :
                  2    1    3     2     1        3        21     3
              A= 1     1    4     A1= 1             -1       -3 A2= 2    01
                  2    1    1      2        1        1       2       1   1
Teorema 3.
Jika A dan B adalah matriks bujur sangkar dengan ukuran n x n,maka det(AB) =
det (A) + det (B).Contoh :
                  1    3    1      -1           3        1
         A=       -1   1    0     B=            -1       0 0
                  0    -1   1      1            -1       2
Teorema 4.
Sebuah matriks A yang berukuran n x n merupakan matriks invertilbe jika dan
hanya jika det (A) ≠ 0.
Teorema 5.
Jika A merupakan matriks invertible,maka
       det (A-1) =     1
                     det (A)
Teorema 6.
Diberikan E adalah matriks elementer yang berukuran n x n.
   a) Jika E di hasilkan dari pertukaran 2 baris In,maka det (E) = -1.
   b) Jika E di hasilkan dari mengalikan satu baris In dengan konstanta k,maka
       det (E) = k.
   c) Jika E di hasilkan dari penambahan k kali baris kepada baris yang lain dari
       In,maka det (E) = 1.


   4. Menghitung Determinan dengan Ekspansi Kofaktor
    Nilai determinan suatu matriks dapat juga di hitung dengan menggunakan
    ekspansi      kofaktor        sebeelum   kita   menghitung   determinan   suatu
    matriks.Namun sebelum itu,perhatikan terlebih dahulu beberapa definisi dan
    istilah-istilah yang berhubungan dengan kosep perhitungan tersebut.


    Definisi 1.
    Bila A adalah sebuah matriks bujur sangkar,maka minor elemen aij
    (disimbolkan dengan Mij) di definisikan sebagai determinan dari submatriks
    yang ada setelah baris ke –i dan kolom ke –j di coret dari A.
    Nilai (-1)i+j di tuls sebagai Cij dan dinamakan kofaktor elemen aij.
    Jadi,Cij = (-1)i+j Mij.
       Contoh :
                           121
       Diberikan A         -13    -3 ,maka
                           2-21
1        2        1
         M32 = det                -1       3        -3 = det 1   1 = (1)(-3)-(1)(-1) = -3 += -2
                                  2        2        1        -1 -3


Dan C32 = (-1)3+2 M32 = (-1)(-2) = 2
Jadi, C32 = 2 dan M32 = -2.
Contoh lain :
Hitunglah determinan matriks A berikut ini :
         1     2    1
A=       1     2    3
         3     1    1
Dengan menggunakan ekspansi kofaktor baris 1 ekspansi kofaktor baris 2.
Jawab :
Perhitungan determinan dengan ekspansi kofaktor baris 1 adalah sebagai berikut :


Det(A) = (1)        2 3 -2 1               3 +1 1       2
                    1     1            3   1    3       1


= (-2)(-8) + 2(-2) -1(2) = 16-4-2 =10
Definisi 2. (Matriks Kofaktor)
Jika A adalah sembarang matriks n x n dan Cik adalah kofaktor dari aij,maka
matriks dengan bentuk :
         C11       C12   .... C1n

         C21       C22   ....C2n

          .         .         .
         Cn1       Cn2        Cnn


Dinamakan matriks kofaktor dari matriks A.
Reduksi Baris
Determinan sebuah matriks dapat di hitung dengan mereduksi matriks
menggunakan operasi baris elementer sehingga matriks berada pada bentuk eselon
baris.
Defenisi 3.
Matriks adjoin A di simbolkan dengan Ajd(A) adalah transpose dari matriks
kofaktor A.
Definisi 5.
Jika A adalah matriks yang berukuran n x n dan A adalah matriks yang
invertibel,maka :
        A-1 =             1    adj(A)
                    det(A)
Denga kata lain kita dapat mencari A-1 dengan menggunakan det (A) dan adj (A).


Contoh 1.                            3   1 -4
Tentukan A-1,bila A = 6                  9    -2   Dengan menggunakan Adj (A).
                                     1   2     1




Jawab : 3          1      -4         maka
        6      9       -2
1   2    1


Sedangkan apabila di hitung,maka di dapat det (A) = 43 sehingga :




                                                       13 -9 34             13/43 -9/43 34/43

                                             A-1=1/43 -8   7 -18 =          -8/43 7/43   -18/43
        Contoh 2.
                                                       3 -5 21              3/43 -5/43   21/43
A=      a11        a12         a13
        a 21       a 22       a 23
        a 31       a 32       a 33
Ekspansi melalui baris pertama :
                                     Det(A) = a11C11 + a12C12 + a13C13
Atau ekspansi melalui baris ketiga :
                                     Det(A) = a31 C31 + a32 C32 + a33 C33
Atau ekspansi melalui kolom ke dua :
                          Det(A) = a12C12 + a22C22 + a32C32


5.     Penyelesaian SPL dengan Aturan Cramer
Kita dapar menggunakan konsep determinan untuk mendapatkan penyelesaian
 SPL.caranya adalah dengan menggunakan aturan Cramer.
Aturan Cramer :
Bila Ax = B adalah SPL yang terdiri dari n persaman linier dengan n variabel
 yang tidak di ketahui dan det (A) ≠ 0,maka SP; tersebut mempunyai
 penyelesaian tunggal dan penyelesaiaanya adalah :
 x1 = det (A1)            x2 = det (A2)          x3 = det (An)
      det (A)                  det(A)                    det(A)
Dengan matriks Aj,j = 1,2,4,. . . .,n adalah matriks yang di peroleh dengan
 mengganti elemen kolom j dari matriks A dengan matriks :                         b1
                                                                          b2
                                                             B=           b3
                                                                          bn
Contoh : Dipunyai SPL                     x + y -2z =1
SPL ini bersesuaian dengan SPL bentuk A x =B                 2x – y + z = 2
                                                 x -2y – 4z = -4
                 1   1    -2              x1                 1
Dengan A = 2         -1    1       x = x2      dan B = 2
                 1   -2 -4                x3                 -4
                 1   1    -2




Det (A) = det 2      -1    1 =21 ;det(A1) = det      2       -2       1        = 26
                 1   -2   -4                         -4          -2   -4
                 1   1     1                             1       1    1
Det (A2)=det   2    2    1   =25 ;det(A3)=det        2    -4   2   = 15
               1   -4   -4                  1   -2       -4


Jadi dengan menggunakan aturan Cramer di dapat :


x = det(A1)    = 26           y = det(A2)   = 25               z = det(A3) = 15
     det(A)        21             det(A)        21                  det(A)   21
BAB III
                                    PENUTUP


         Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diambil dari keseluruhan isi
dari makalah ini yang telah di teliti dan di pelajari untuk di ambil kesimpulan dan
saran.
A. Kesimpulan
         Determinan adalah suatu fungsi tertentu yang menghubungkan suatu
bilangan    real   dengan   suatu   matriks   bujursangkar.Determinan     memiliki
penyelesaian, yaitu himpunan angka yang akan memenuhi suatu determinan
matriks.Ada beberapa macam penyelesaian determinan di antaranya dengan
Ekspansi Kofaktor,Adjoin,Matirks segi tiga,metode cramer dan metode –metode
lainnya,dan yang paling sering di gunakan yaitu dengan Ekspansi Kofaktor


B. Saran


         Dalam menyusun makalah ini,penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi
makalah ini belumlah sempurna dan masih kurang baik mengenai materi maupun
cara penulisannya.Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari pihak lain yang dapat menyempurnakan makalah
berikutnya.Dan alangkah baiknya juga apabila kita terus mengembangkan
berbagai makalah-makalah tentang Ilmu Pengetahuan Aljabar Linier di tengah-
tengah masyarakat luas secara khusus dalam mahasiswa agar lebih mengerti
bagaimana langkah-langkah yang lebih mudah dalam memecahkan suatu masalah
dalam suatu determinan pada Ilmu Aljabar Linier.
DAFTAR PUSTAKA


Buku :
Dasar-Dasar Aljabar Linear Jilid 1
Dasar-Dasar Aljabar Linear Jilid 2
Sumber Lain :
www.wikipedia.com
www.google.co.id

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)Ig Fandy Jayanto
 
Ukuran kemiringan dan keruncingan data
Ukuran kemiringan dan keruncingan dataUkuran kemiringan dan keruncingan data
Ukuran kemiringan dan keruncingan dataSriwijaya University
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
 
Makalah Kegunaan Matematika Diskrit pada Teknik Informatika
Makalah Kegunaan Matematika Diskrit pada Teknik InformatikaMakalah Kegunaan Matematika Diskrit pada Teknik Informatika
Makalah Kegunaan Matematika Diskrit pada Teknik Informatikasaid zulhelmi
 
Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)zachrison htg
 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierSartiniNuha
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarmaman wijaya
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Phe Phe
 
Sistem persamaan linear homogen
Sistem persamaan linear homogenSistem persamaan linear homogen
Sistem persamaan linear homogenIpit Sabrina
 
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORBAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORMustahal SSi
 
Makalah matematika
Makalah matematikaMakalah matematika
Makalah matematikaMutiaIranda
 
Pembuktian Sifat – Sifat Operasi Matriks
Pembuktian Sifat – Sifat Operasi MatriksPembuktian Sifat – Sifat Operasi Matriks
Pembuktian Sifat – Sifat Operasi MatriksIpit Sabrina
 
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaMAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaShally Rahmawaty
 
Rumus Manual Uji homogenitas
Rumus Manual Uji homogenitasRumus Manual Uji homogenitas
Rumus Manual Uji homogenitasMaya Umami
 
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERMella Imelda
 

Mais procurados (20)

Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
 
Ukuran kemiringan dan keruncingan data
Ukuran kemiringan dan keruncingan dataUkuran kemiringan dan keruncingan data
Ukuran kemiringan dan keruncingan data
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Makalah Kegunaan Matematika Diskrit pada Teknik Informatika
Makalah Kegunaan Matematika Diskrit pada Teknik InformatikaMakalah Kegunaan Matematika Diskrit pada Teknik Informatika
Makalah Kegunaan Matematika Diskrit pada Teknik Informatika
 
Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)
 
Regula falsi
Regula falsiRegula falsi
Regula falsi
 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar Linier
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
 
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial ParsialPengenalan Persamaan Differensial Parsial
Pengenalan Persamaan Differensial Parsial
 
Bab 2 aljabar himpunan
Bab 2 aljabar himpunanBab 2 aljabar himpunan
Bab 2 aljabar himpunan
 
Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )Analisis Vektor ( Bidang )
Analisis Vektor ( Bidang )
 
Sistem persamaan linear homogen
Sistem persamaan linear homogenSistem persamaan linear homogen
Sistem persamaan linear homogen
 
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTORBAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
BAB 2 : KALIMAT BERKUANTOR
 
Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18
 
Makalah matematika
Makalah matematikaMakalah matematika
Makalah matematika
 
Sistem numerasi
Sistem numerasi Sistem numerasi
Sistem numerasi
 
Pembuktian Sifat – Sifat Operasi Matriks
Pembuktian Sifat – Sifat Operasi MatriksPembuktian Sifat – Sifat Operasi Matriks
Pembuktian Sifat – Sifat Operasi Matriks
 
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaMAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Rumus Manual Uji homogenitas
Rumus Manual Uji homogenitasRumus Manual Uji homogenitas
Rumus Manual Uji homogenitas
 
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTERALJABAR LINEAR ELEMENTER
ALJABAR LINEAR ELEMENTER
 

Destaque

Contoh kesimpulan-dan-saran-makalah
Contoh kesimpulan-dan-saran-makalahContoh kesimpulan-dan-saran-makalah
Contoh kesimpulan-dan-saran-makalahhermanwae
 
Pengenalan matlab
Pengenalan matlab Pengenalan matlab
Pengenalan matlab Kinko Gua
 
Fisika Matematika I (3 - 4) Persamaan linier
Fisika Matematika I (3 - 4) Persamaan linierFisika Matematika I (3 - 4) Persamaan linier
Fisika Matematika I (3 - 4) Persamaan linierjayamartha
 
Sistem persamaan linear
Sistem persamaan linearSistem persamaan linear
Sistem persamaan linearKi Rizki
 
Matriks & Operasinya Matriks invers
Matriks  & Operasinya Matriks inversMatriks  & Operasinya Matriks invers
Matriks & Operasinya Matriks inversMuhammad Martayuda
 
Aljabar linier : Notasi Matriks
Aljabar linier : Notasi MatriksAljabar linier : Notasi Matriks
Aljabar linier : Notasi MatriksMuhammad Martayuda
 
Matriks dan Determinan
Matriks dan DeterminanMatriks dan Determinan
Matriks dan DeterminanAndari Ursulla
 
Makalah variabel dan definisi operasional
Makalah variabel dan definisi operasionalMakalah variabel dan definisi operasional
Makalah variabel dan definisi operasionalDewi Bahagia
 
Cal2 1 matriks
Cal2 1   matriksCal2 1   matriks
Cal2 1 matriksTri Satya
 
Determinan
Determinan Determinan
Determinan yayatsh
 
Eliminasi gauss
Eliminasi gaussEliminasi gauss
Eliminasi gaussagung8463
 

Destaque (20)

Contoh kesimpulan-dan-saran-makalah
Contoh kesimpulan-dan-saran-makalahContoh kesimpulan-dan-saran-makalah
Contoh kesimpulan-dan-saran-makalah
 
Pengenalan matlab
Pengenalan matlab Pengenalan matlab
Pengenalan matlab
 
Laundry manmut
Laundry manmutLaundry manmut
Laundry manmut
 
Invers Matriks
Invers MatriksInvers Matriks
Invers Matriks
 
Aturan cramer
Aturan cramerAturan cramer
Aturan cramer
 
matrik dan determinan
matrik dan determinanmatrik dan determinan
matrik dan determinan
 
Num bab4
Num bab4Num bab4
Num bab4
 
Matriks
MatriksMatriks
Matriks
 
Fisika Matematika I (3 - 4) Persamaan linier
Fisika Matematika I (3 - 4) Persamaan linierFisika Matematika I (3 - 4) Persamaan linier
Fisika Matematika I (3 - 4) Persamaan linier
 
Sistem persamaan linear
Sistem persamaan linearSistem persamaan linear
Sistem persamaan linear
 
Matriks & Operasinya Matriks invers
Matriks  & Operasinya Matriks inversMatriks  & Operasinya Matriks invers
Matriks & Operasinya Matriks invers
 
Bab 1-matriks
Bab 1-matriksBab 1-matriks
Bab 1-matriks
 
Aljabar linier : Notasi Matriks
Aljabar linier : Notasi MatriksAljabar linier : Notasi Matriks
Aljabar linier : Notasi Matriks
 
Makalah Matriks dalam Struktur Data
Makalah Matriks dalam Struktur DataMakalah Matriks dalam Struktur Data
Makalah Matriks dalam Struktur Data
 
Matriks dan Determinan
Matriks dan DeterminanMatriks dan Determinan
Matriks dan Determinan
 
Makalah variabel dan definisi operasional
Makalah variabel dan definisi operasionalMakalah variabel dan definisi operasional
Makalah variabel dan definisi operasional
 
Cal2 1 matriks
Cal2 1   matriksCal2 1   matriks
Cal2 1 matriks
 
Makalah numerik
Makalah numerikMakalah numerik
Makalah numerik
 
Determinan
Determinan Determinan
Determinan
 
Eliminasi gauss
Eliminasi gaussEliminasi gauss
Eliminasi gauss
 

Semelhante a Makalah Determinan UPB

Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMP
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMPBahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMP
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMPIra Marion
 
Aljabar matriks-its
Aljabar matriks-itsAljabar matriks-its
Aljabar matriks-itsMasnia Siti
 
Modul aljabar matriks
Modul aljabar matriksModul aljabar matriks
Modul aljabar matriksSafran Nasoha
 
BARISAN ARITMATIKA-1.docx
BARISAN ARITMATIKA-1.docxBARISAN ARITMATIKA-1.docx
BARISAN ARITMATIKA-1.docxdhiratamahatta
 
MAKALAH BILANGAN BULAT.pdf
MAKALAH BILANGAN BULAT.pdfMAKALAH BILANGAN BULAT.pdf
MAKALAH BILANGAN BULAT.pdfIwanLubisSPd
 
Tinjauan numerik rapat keadaan graphene layer
Tinjauan numerik rapat keadaan graphene layerTinjauan numerik rapat keadaan graphene layer
Tinjauan numerik rapat keadaan graphene layerUniversitas Gadjah Mada
 
Pertidaksamaan rasional dan irrasional kd 32
Pertidaksamaan rasional dan irrasional kd 32Pertidaksamaan rasional dan irrasional kd 32
Pertidaksamaan rasional dan irrasional kd 32Amphie Yuurisman
 
RPP OPERASI MATRIKS( penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan sebuah bilang...
RPP OPERASI MATRIKS( penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan sebuah bilang...RPP OPERASI MATRIKS( penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan sebuah bilang...
RPP OPERASI MATRIKS( penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan sebuah bilang...Universitas Lambung Mangkurat
 
Prediksi materi soal berdasarkan kisi matematika
Prediksi materi soal berdasarkan kisi matematikaPrediksi materi soal berdasarkan kisi matematika
Prediksi materi soal berdasarkan kisi matematikaarif widyatma
 
Tugas kalkulus ii
Tugas kalkulus iiTugas kalkulus ii
Tugas kalkulus iiMuzz Lhieya
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Maya Umami
 
Modul operasi dan faktorisasi hitung aljabar
Modul operasi dan faktorisasi hitung aljabarModul operasi dan faktorisasi hitung aljabar
Modul operasi dan faktorisasi hitung aljabarrezkiyurika
 
Materi ajar matriks pdf
Materi ajar matriks pdfMateri ajar matriks pdf
Materi ajar matriks pdfLalu Irpahlan
 
Matriks X
Matriks XMatriks X
Matriks XKet Ket
 

Semelhante a Makalah Determinan UPB (20)

Kelompok 3 (matriks)
Kelompok 3 (matriks)Kelompok 3 (matriks)
Kelompok 3 (matriks)
 
Kelompok3matriks 120302112125-phpapp01
Kelompok3matriks 120302112125-phpapp01Kelompok3matriks 120302112125-phpapp01
Kelompok3matriks 120302112125-phpapp01
 
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMP
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMPBahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMP
Bahan Ajar Materi Bilangan Berpangkat K13 untuk Kelas VII SMP
 
Aljabar matriks-its
Aljabar matriks-itsAljabar matriks-its
Aljabar matriks-its
 
Modul aljabar matriks
Modul aljabar matriksModul aljabar matriks
Modul aljabar matriks
 
BARISAN ARITMATIKA-1.docx
BARISAN ARITMATIKA-1.docxBARISAN ARITMATIKA-1.docx
BARISAN ARITMATIKA-1.docx
 
MAKALAH BILANGAN BULAT.pdf
MAKALAH BILANGAN BULAT.pdfMAKALAH BILANGAN BULAT.pdf
MAKALAH BILANGAN BULAT.pdf
 
Himpunan matematika diskrit
Himpunan matematika diskritHimpunan matematika diskrit
Himpunan matematika diskrit
 
Tinjauan numerik rapat keadaan graphene layer
Tinjauan numerik rapat keadaan graphene layerTinjauan numerik rapat keadaan graphene layer
Tinjauan numerik rapat keadaan graphene layer
 
Matriks
MatriksMatriks
Matriks
 
Pertidaksamaan rasional dan irrasional kd 32
Pertidaksamaan rasional dan irrasional kd 32Pertidaksamaan rasional dan irrasional kd 32
Pertidaksamaan rasional dan irrasional kd 32
 
RPP OPERASI MATRIKS( penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan sebuah bilang...
RPP OPERASI MATRIKS( penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan sebuah bilang...RPP OPERASI MATRIKS( penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan sebuah bilang...
RPP OPERASI MATRIKS( penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan sebuah bilang...
 
Prediksi materi soal berdasarkan kisi matematika
Prediksi materi soal berdasarkan kisi matematikaPrediksi materi soal berdasarkan kisi matematika
Prediksi materi soal berdasarkan kisi matematika
 
Tugas kalkulus ii
Tugas kalkulus iiTugas kalkulus ii
Tugas kalkulus ii
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
 
Kel 5
Kel 5Kel 5
Kel 5
 
Modul operasi dan faktorisasi hitung aljabar
Modul operasi dan faktorisasi hitung aljabarModul operasi dan faktorisasi hitung aljabar
Modul operasi dan faktorisasi hitung aljabar
 
Materi ajar matriks pdf
Materi ajar matriks pdfMateri ajar matriks pdf
Materi ajar matriks pdf
 
Matriks X
Matriks XMatriks X
Matriks X
 
Makalah arit kel.7
Makalah arit kel.7Makalah arit kel.7
Makalah arit kel.7
 

Mais de Parningotan Panggabean

Mais de Parningotan Panggabean (7)

Makalah Kehidupan Beragama di Lingkungan Keluarga
Makalah Kehidupan Beragama di Lingkungan KeluargaMakalah Kehidupan Beragama di Lingkungan Keluarga
Makalah Kehidupan Beragama di Lingkungan Keluarga
 
Makalah Jaringan Komputer
Makalah Jaringan KomputerMakalah Jaringan Komputer
Makalah Jaringan Komputer
 
Implementasi Pancasila di Era setelah Reformasi
Implementasi Pancasila di Era setelah ReformasiImplementasi Pancasila di Era setelah Reformasi
Implementasi Pancasila di Era setelah Reformasi
 
Elemen-Elemen Program Pascal
Elemen-Elemen Program PascalElemen-Elemen Program Pascal
Elemen-Elemen Program Pascal
 
Program Penjualan Supermarket
Program Penjualan SupermarketProgram Penjualan Supermarket
Program Penjualan Supermarket
 
Makalah Usaha dan Energi
Makalah Usaha dan EnergiMakalah Usaha dan Energi
Makalah Usaha dan Energi
 
Motivating Employees
Motivating EmployeesMotivating Employees
Motivating Employees
 

Último

Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 

Último (20)

Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 

Makalah Determinan UPB

  • 1. TUGAS MANDIRI DETERMINAN Mata Kuliah: Aljabar Linier Nama Mahasiswa : Parningotan Panggabean NPM : 110210225 Kode Kelas : 112-TI005-M1 Dosen : Neni Marlina br.Purba,S.pd UNIVERSITAS PUTERA BATAM 2012
  • 2. KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis senantiasa panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan judul “Determinan”. Penulis sangat bersyukur sekali karena dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh nilai tugas mandiri Aljabar Linier pada Fakultas Teknik Informatika Universitas Putera Batam. Makalah ini membahas tentang bagaimana langkah-langkah meghitung suatu determinan dengan menggunakan beberapa operasi hitung pada Aljabar Linier sehingga dapat membantu para pembaca khususnya mahasiswa untuk mengetahui cara menghitung suatu determinan dengan benar. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan dan di harapakan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan di masa mendatang.Harapan saya semoga Makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu Aljabar Linier secara khusus di dalam memberikan cara- cara menghitung suatu determinan dengan mudah. Akhir kata,penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Batam, Mei 2012 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . ii BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 B. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 1 BAB II ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . 1 DETERMINAN 1. Menghitung determinan dengan perkalian elementer . . . . . . . . . . . . . . 2 2. Menghitung determinan dengan operasi baris elementer . . . . . . . . . . . 6 3. Sifat-sifat determinan suatu matriks . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 8 4. Menghitung determinan dengan Expansi kofaktor . . . . . . . . . . . . . . . . 9 5. Penyelesaian SPL dengan aturan cramer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 12 BAB III PENUTUP B. KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 14 A. SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . 14 DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 15
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak orang yang beranggapan bahwa Matematika itu rumit, karena alasan itulah banyak orang yang menghindari Matematika. Padahal Matematika dapat kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari, dan mau tidak mau kita pasti menggunakan Matematika. Oleh karena itu saya membuat makalah ini dengan maksud membantu pemahaman mahasiswa agar mereka tidak menilai Matematika adalah sesuatu yang buruk.Secara khusus dalam ilmu pengetahuan Aljabar Linear. B. Tujuan Makalah ini dibuat dengan tujuan utama untuk memenuhi Tugas Mandiri mata kuliah Aljabar Linear, yang diberikan oleh dosen saya Ibu Neni Marlina. Dan tujuan berikutnya adalah sebagai sumber informasi yang saya harapkan bermanfaat dan dapat menambah wawasan para pembaca makalah ini.
  • 5. BAB II ISI DETERMINAN Determinan : Produk (hasil kali) bertanda dari unsur-unsur matriks sedemikian hingga berasal dari baris dan kolom yang berbeda,kemudian hasilnya di jumlahkan. A = a11 a12 det (A) = a11 a22 – a12 – a21 a21 a22 A. Fungsi Determinan Definisi Suatu permutasi dari bilangan-bilangan bulat {1, 2, 3, …, n} adalah penyusunan bilangan bilangan tersebut dengan urutan tanpa pengulangan. Contoh: Permutasi dari {1, 2, 3} adalah (1, 2, 3) (2, 1, 3) (3, 1, 2) (1, 3, 2) (2, 3, 1) (3, 2, 1) Secara umum, bilangan-bilangan pada {1, 2, …, n} akan mempunyai n! permutasi. Sub Bahasan Determinan 1. Menghitung determinan dengan perkalian elementer 2. Menghitung determinan dengan operasi baris elementer 3. Sifat-sifat determinan suatu matriks 4. Menghitung determinan dengan expansi kofaktor 5. Penyelesaian SPL dengan aturan cramer 1. Menghitung Determinan dengan Perkalian Elementer Pada bagian ini kita akan membahas tentang determinan dan cara mencarinya.Determinan merupakan nilai yang paling penting dalam perhitungan
  • 6. matriks.Definisi-definisi maupun teorema yang penting yang berhubungan dengan pencarian matriks. Definisi 1. Sebuah permutasi dari himpunan bilangan bulat positif {1,2,3, . . . .,n} adalah susunan bilangan-bilangan bulat ini menurut aturan tertentu “tanpa menghilangkan” “tanpa mengurangi” bilangan bulat tersebut. Contoh 1. Permutasi dari {1,2} adalan (1,2) dan (2,1). Permutasi dari {1,2,3} adalah (1,2,3),(3,1,2),(2,3,1),(2,1,3),(1,3,2),dan (3,2,1). Dari definisi permutasi,apabila ada 4 bagian,maka banyaknya permutasi adalah 24 buah.Hal ini dapat di hitung dari rumus n. Dapat dilihat untuk n = 2,maka ada 2 permutasi.Untuk n = 3,maka ada 6 = 3.2.1 permutasi.Untuk n = 4,maka ada 24 = 4.3.2.1 permutasi. Contoh 2. Tentukan jumlah inversi dari permutasi berikut : a. (6,5,3,1,4,2) b. (2,4,1,3) c. (1,2,3,4) Penyelesaian : Jumlah inversi/pembalik : 5 + 4 + 2 + 0 + 1 + = 12 Jumlah inversi/pembalik : 1 + +2 + 0 =3 Tidak ada inversi/pembalik dalam permutasi ini Definisi 2. Dalam permutasi,di katakan terjadi sebuah inversi apabila sebuah bilangan bulat yang lebih besar mendahului sebuah bilangan yang lebih kecil. Contoh : Kita akan menghitung inversi dalam dalam permutasi (2,4,1,3).caranya sebuah berikut : Banyak nya bilangan bulat lebih kecil daripada j 1 = 2 dan mengikuti (yaitu j3 = 1),dapat di lihat pada permutasi (2,4,1,3).Dalam permutasi tersebut j1 = 2 , j2 = 4, j3 = 1, dan j4 = 3.
  • 7. Banyak nya bilangan bulat yang lebih kecil daripada j2 = 4 dan mengikutinya,ada dua ( yaitu j3 = 1 dan j4 = 3). Banyaknya bilangan bulat yang lebih kecil daripada j3 = 1 dan mengikutinya adalah nol. Sehingga banyaknya inversi dalam permutasi ini adalah 1 + 2 + 0 = 3 Definisi 3. Sebuah permutasi di namakan permutasi genap jika banyaknya inversi dalam permutasi tersebut genap.Sebaliknya sebuah permutasi di namakan permutasi ganjil jika banyaknya inversi dalam permutasi tersebut ganjil. Contoh : Permutasi (2,4,1,3) adalah permutasi ganjil karena banyaknya inversi dalam permutasi tersebut ganjil.sementara itu ,permutasi (1,2,3,4,5,6) adalah permutasi genap. Contoh .Tabel berikut merupakan klasifikasi berbagai permutasi dari {1,2,3} sebagai genap atau ganjil Permutasi Jumlah Inversi klasifikasi (1,2,3) 0 Genap (1,3,2) 1 Ganjil (2,1,3) 1 Ganjil (2,3,1) 2 Genap (3,1,2) 2 Genap (3,2,1) 3 Ganjil 4. Definisi Hasil perkalian elementer matriks A yang berukuran n x n adalah hasil perkalian elemen-elemen tersebut berasal dari baris yang sama atau kolom yang sama. Contoh : Hasil perkalian elemen matriks A yang berukuran 4 x 4 adalan a31 a22 a43 a14.
  • 8. a11 a12 a13 a14 a21 a22 a23 a24 a31 a32 a33 a34 a41 a42 a43 a44 Sementara itu ,a11,a12,a23,a34 adalah bukan hasil perkalian elementer sebab bentuk a11,a12,a23,a34 mempunnyai elemen pada baris yang sama,yaitu elemen a11 dan a12 terletak pada baris yang sama. Cara mencari seluruh hasil perkalian elementer dalam matriks A yang berukuran n x n adalah sebagai berikut. 1. Tulislah bentuk a1.,a2.,a3.,....,an. 2. Tanda dalam bentuk tersebut di ganti dengan seluruh permutasi (j1,j2,j3,....jn) maka tentulah di dapat n. Hasil perkalian elementer. Contoh : a11 a12 a13 Dipunyai matriks a = a21 a22 a23 a31 a32 a33 maka kita tuliskan a1.,a2.,a3. Dan permutasi-permutasi dari n = 3 adalah : (1,2,3,) (2,1,3) (3,1,2) (1,3,2) (2,3,1) (3,2,1) Hasil perkalian elemennya adalah : (1,2,3) a11 a22 a33 (2,1,3) a12 a21 a33 Definisi 5. Sebuah hasil perkalian elementer bertanda dari A adalah sebuah hasil perkalian elementer (a1.,a2.,...an) yang di kalikan dengan + 1 jika permutasi nya genap dan dikalikan dengan – 1 jika permutasinya ganjil. Contoh : Untuk matrisk A yang berukuran 3 x 3,maka hasil perkalian bertanda dari a11 a23 a 32 adalah – a11 a23 a32 (karena permutasi yang bersesuaian adalah (1,3,2) yang merupakan permutasi ganjil.
  • 9. Definisi 6. A adalah matriks bujur sangkar.Determinan matriks A yang di simbolkan det (A) dapat di definisikan sebagai jumlahan semua hasil perkalian elementer bertanda dari matriks A. Definisi di atas apabila di notasikan akan berbentuk : Det(A) = ∑ ± a1j1 a2j2 a3j3 . . .an jn (j1j2jn) Contoh : Hasil untuk pencarian determinan akan di jabarkan dalam bagian berikut ini : Untuk n = 2 A = A11A12 permutasi A21 a22 invers hasil perkalian elementer bertanda (1,2) 0 a11 a22 (2,1) 1 -a12 a21 Jadi,det (A) = a11 a22 – a12 a21 2. Menghitung Determinan dengan Operasi Baris Elementer Determinan suatu matriks dapat di hitung dengan menggunakan operasi baris elementer yang telah di perkenalkan pada bab sebelumnya .Perhitungan determinan suatu matriks dapat di lakukan dengan mudah apabila kita mengenal sifat-sifat atau teorema yang berhubungan dengan determinan. Teorema-teorema yang berhubungan denga determinan adalah sebagai berikut : Teorema 1. Apabila A adalah suatu matriks yang berukuran n x n dan memuat sebuah baris (kolom) yang elemenya semua nol,maka det(A) = 0. Contoh : 1 2 1 -1 det 3 -1 2 0 =0 0 0 0 0 -1 -1 2 1
  • 10. Teorema 2. Apabila A adalah suatu matriks yang berukuran n x n dan terdapat 2 baris (kolom) yang sama maka,det A = 0. Contoh : 1 -2 3 4 det -2 2 4 4 =0 1 1 -1 2 1 -2 3 4 Teorema 3. Jika A adalah matriks segitiga (atas/bawah) yang berukuran n x n,maka det(A) adalah hasil dari perkalian elemen-elemen di agonal utama,yaitu det (A) = a11 a22 a 33 ...ann. Contoh : 1 0 0 0 0 1 1 -1 2 -1 -1 0 0 0 0 3 2 -2 = (1)(2)(-3)(2) = - 12 det -3 2 -1 0 0 0 0 -3 1 2 3 -1 2 0 0 0 0 2 7 6 4 2 1 = (1)(-1)(-1)(2)(1) =2 Teorema 4. Apabila A1 adalah matriks sebagai hasil dari matriks A yang sebuah baris/kolomnya di kalikan dengan konstanta k,maka det A1) = kdet(A). Contoh : 1 1 1 Bila A 2 -1 2 ,maka kita dapat menghitung det(B) 1 -2 2
  • 11. 1 1 1 Untuk B 4 -2 4 1 -2 -4 Jelas di hitung bahwa det (A) = 15,maka det (B) = 30 (sebab matriks B di peroleh dari A dengan baris ke dua dari matriks A di kalikan 2). Teorema 5. Apabila B1 adalah matriks sebagai hasil dari matriks B ( bila dua baris matriks B di pertukarkan letak tempatnya,maka det(B1) = -det (B). Contoh : Coba tunjukkan dengan perkalian elementer bertanda apakah benar : 1 -2 -4 1 1 1 det 2 -1 2 = -det 2 -1 2 = 15 1 1 1 1 -2 -4 Teorema 6. Jika C1 adalah matriks yang di hasilkan bila sebuah kelipatan suatu konstanta k ≠ 0 dari 1 baris (kolom) matriks C yang di tambahkan ke baris atau (kolom) yang lain,maka det (C1) = det (C). Contoh : 1 1 1 1 1 1 det 0 -3 0 = det 2 -1 2 = 15 1 -2 -4 1 -2 -4 Sebab matriks di atas di hasilkan dari matriks A dengan operasi baris elementer yang ke tiga,yaitu R2 R2 + (2) R1 atau perkalian konstanta (2) terhadap baris satu yang di tambahkan ke baris 2.
  • 12. Dan akhirnya dari teorema 1 sampai dengan teorema 6,kita akan dapat menghitung determinan matriks dengan lebih cepat secara manual. 3. Sifat-Sifat Determinan Suatu Matriks Pada bagian berikut ini akan di bahas beberapa sifat determinan sebagai lanjutan dari ke enam sifat determinan yang telah di berikan pada bagian sebelumnya. Teorema 1. Bila A adalah matriks yang berukuran n x n,maka : Det (AT) = det (A) Contoh : Elemen matriks ini menggunakan perkalian elementer bertanda 1 2 3 1 -1 2 det -1 0 -1 dan det 2 0 1 2 1 -2 3 -1 -2 Teorema 2. Misalkan A,A1 dan A2 adalah matriks yang berukuran n x n yang berbeda di dalam sebuah baris/kolom saja (katankanlah baris/kolom b) dan baris/kolom b dari A2 di peroleh dari penjumlahan elemen-elemen yang bersesuaian di dalam baris/kolom b dari matriks A dan matriks A1,maka : Det (A2) = det (A) + det (A1) Contoh : 2 1 3 2 1 3 21 3 A= 1 1 4 A1= 1 -1 -3 A2= 2 01 2 1 1 2 1 1 2 1 1 Teorema 3. Jika A dan B adalah matriks bujur sangkar dengan ukuran n x n,maka det(AB) = det (A) + det (B).Contoh : 1 3 1 -1 3 1 A= -1 1 0 B= -1 0 0 0 -1 1 1 -1 2
  • 13. Teorema 4. Sebuah matriks A yang berukuran n x n merupakan matriks invertilbe jika dan hanya jika det (A) ≠ 0. Teorema 5. Jika A merupakan matriks invertible,maka det (A-1) = 1 det (A) Teorema 6. Diberikan E adalah matriks elementer yang berukuran n x n. a) Jika E di hasilkan dari pertukaran 2 baris In,maka det (E) = -1. b) Jika E di hasilkan dari mengalikan satu baris In dengan konstanta k,maka det (E) = k. c) Jika E di hasilkan dari penambahan k kali baris kepada baris yang lain dari In,maka det (E) = 1. 4. Menghitung Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Nilai determinan suatu matriks dapat juga di hitung dengan menggunakan ekspansi kofaktor sebeelum kita menghitung determinan suatu matriks.Namun sebelum itu,perhatikan terlebih dahulu beberapa definisi dan istilah-istilah yang berhubungan dengan kosep perhitungan tersebut. Definisi 1. Bila A adalah sebuah matriks bujur sangkar,maka minor elemen aij (disimbolkan dengan Mij) di definisikan sebagai determinan dari submatriks yang ada setelah baris ke –i dan kolom ke –j di coret dari A. Nilai (-1)i+j di tuls sebagai Cij dan dinamakan kofaktor elemen aij. Jadi,Cij = (-1)i+j Mij. Contoh : 121 Diberikan A -13 -3 ,maka 2-21
  • 14. 1 2 1 M32 = det -1 3 -3 = det 1 1 = (1)(-3)-(1)(-1) = -3 += -2 2 2 1 -1 -3 Dan C32 = (-1)3+2 M32 = (-1)(-2) = 2 Jadi, C32 = 2 dan M32 = -2. Contoh lain : Hitunglah determinan matriks A berikut ini : 1 2 1 A= 1 2 3 3 1 1 Dengan menggunakan ekspansi kofaktor baris 1 ekspansi kofaktor baris 2. Jawab : Perhitungan determinan dengan ekspansi kofaktor baris 1 adalah sebagai berikut : Det(A) = (1) 2 3 -2 1 3 +1 1 2 1 1 3 1 3 1 = (-2)(-8) + 2(-2) -1(2) = 16-4-2 =10 Definisi 2. (Matriks Kofaktor) Jika A adalah sembarang matriks n x n dan Cik adalah kofaktor dari aij,maka matriks dengan bentuk : C11 C12 .... C1n C21 C22 ....C2n . . . Cn1 Cn2 Cnn Dinamakan matriks kofaktor dari matriks A. Reduksi Baris Determinan sebuah matriks dapat di hitung dengan mereduksi matriks menggunakan operasi baris elementer sehingga matriks berada pada bentuk eselon baris.
  • 15. Defenisi 3. Matriks adjoin A di simbolkan dengan Ajd(A) adalah transpose dari matriks kofaktor A. Definisi 5. Jika A adalah matriks yang berukuran n x n dan A adalah matriks yang invertibel,maka : A-1 = 1 adj(A) det(A) Denga kata lain kita dapat mencari A-1 dengan menggunakan det (A) dan adj (A). Contoh 1. 3 1 -4 Tentukan A-1,bila A = 6 9 -2 Dengan menggunakan Adj (A). 1 2 1 Jawab : 3 1 -4 maka 6 9 -2 1 2 1 Sedangkan apabila di hitung,maka di dapat det (A) = 43 sehingga : 13 -9 34 13/43 -9/43 34/43 A-1=1/43 -8 7 -18 = -8/43 7/43 -18/43 Contoh 2. 3 -5 21 3/43 -5/43 21/43 A= a11 a12 a13 a 21 a 22 a 23 a 31 a 32 a 33 Ekspansi melalui baris pertama : Det(A) = a11C11 + a12C12 + a13C13 Atau ekspansi melalui baris ketiga : Det(A) = a31 C31 + a32 C32 + a33 C33
  • 16. Atau ekspansi melalui kolom ke dua : Det(A) = a12C12 + a22C22 + a32C32 5. Penyelesaian SPL dengan Aturan Cramer Kita dapar menggunakan konsep determinan untuk mendapatkan penyelesaian SPL.caranya adalah dengan menggunakan aturan Cramer. Aturan Cramer : Bila Ax = B adalah SPL yang terdiri dari n persaman linier dengan n variabel yang tidak di ketahui dan det (A) ≠ 0,maka SP; tersebut mempunyai penyelesaian tunggal dan penyelesaiaanya adalah : x1 = det (A1) x2 = det (A2) x3 = det (An) det (A) det(A) det(A) Dengan matriks Aj,j = 1,2,4,. . . .,n adalah matriks yang di peroleh dengan mengganti elemen kolom j dari matriks A dengan matriks : b1 b2 B= b3 bn Contoh : Dipunyai SPL x + y -2z =1 SPL ini bersesuaian dengan SPL bentuk A x =B 2x – y + z = 2 x -2y – 4z = -4 1 1 -2 x1 1 Dengan A = 2 -1 1 x = x2 dan B = 2 1 -2 -4 x3 -4 1 1 -2 Det (A) = det 2 -1 1 =21 ;det(A1) = det 2 -2 1 = 26 1 -2 -4 -4 -2 -4 1 1 1 1 1 1
  • 17. Det (A2)=det 2 2 1 =25 ;det(A3)=det 2 -4 2 = 15 1 -4 -4 1 -2 -4 Jadi dengan menggunakan aturan Cramer di dapat : x = det(A1) = 26 y = det(A2) = 25 z = det(A3) = 15 det(A) 21 det(A) 21 det(A) 21
  • 18. BAB III PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diambil dari keseluruhan isi dari makalah ini yang telah di teliti dan di pelajari untuk di ambil kesimpulan dan saran. A. Kesimpulan Determinan adalah suatu fungsi tertentu yang menghubungkan suatu bilangan real dengan suatu matriks bujursangkar.Determinan memiliki penyelesaian, yaitu himpunan angka yang akan memenuhi suatu determinan matriks.Ada beberapa macam penyelesaian determinan di antaranya dengan Ekspansi Kofaktor,Adjoin,Matirks segi tiga,metode cramer dan metode –metode lainnya,dan yang paling sering di gunakan yaitu dengan Ekspansi Kofaktor B. Saran Dalam menyusun makalah ini,penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini belumlah sempurna dan masih kurang baik mengenai materi maupun cara penulisannya.Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pihak lain yang dapat menyempurnakan makalah berikutnya.Dan alangkah baiknya juga apabila kita terus mengembangkan berbagai makalah-makalah tentang Ilmu Pengetahuan Aljabar Linier di tengah- tengah masyarakat luas secara khusus dalam mahasiswa agar lebih mengerti bagaimana langkah-langkah yang lebih mudah dalam memecahkan suatu masalah dalam suatu determinan pada Ilmu Aljabar Linier.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Buku : Dasar-Dasar Aljabar Linear Jilid 1 Dasar-Dasar Aljabar Linear Jilid 2 Sumber Lain : www.wikipedia.com www.google.co.id