SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 27
Sudut Pandang
Sudut Pandang (SP) merupakan salah satu unsur fiksi yang dapat
digolongkan sebagai sarana cerita. Meski begitu unsur ini tidak bisa
dianggap remeh.Apa yang Anda lihat dan rasakan ketika
menyaksikan sebuah mobil menabrak sepeda motor, tentu akan
berbeda dengan yang dilihat dan dirasa oleh si pengendara mobil
yang menabrak, atau si pengendara sepeda motor yang menjadi
korban tabrakan. Akibat dari peristiwa itu pun akan berbeda bagi
anda, si pengendara mobil, dan si pengendara motor. Sebab itu,
pemilihan SP tidak saja akan mempengaruhi penyajian cerita,
tetapi       juga        mempangaruhi            alur         cerita.
SP sendiri memiliki pengertian sebagai cara pengarang
menempatkan dirinya di dalam cerita. Dengan demikian, SP pada
hakikatnya merupakan teknik atau siasat yang sengaja dipilih
penulis untuk menyampaikan gagasan dan ceritanya, melalui kaca
mata tokoh—atau tokoh-tokoh—dalam ceritanya..
Ragam Sudut Pandang
Friedman (dalam Stevick, 1967:118)
mengemukakan        pertanyaan-pertanyaan
yang jawabannya bisa digunakan untuk
membedakan SP. Salah satu pertanyaan itu
adalah siapa yang berbicara kepada
pembaca (pengarang dalam persona ketiga,
atau pertama)? Pembedaan SP yang akan
saya kemukakan berikut berdasarkan atas
pertanyaan tersebut. Secara garis besar ada
dua macam SP, yakni, SP orang pertama dan
SP orang ketiga. Hanya kemudian dari
keduanya terbentuk variasi-variasai yang
memiliki konsekuensi berbeda-beda.
1. SP Orang Pertama Tunggal

 Pengarang dalam sudut pandang ini
 menempatkan dirinya sebagai pelaku
 sekaligus narator dalam ceritanya.
 Menggunakan kata ganti “Aku” atau
 “Saya”. Namun begitu, SP ini bisa
 dibedakan berdasarkan kedudukan
 “Aku” di dalam cerita itu. Apakah dia
 sebagai pelaku utama cerita? atau
 hanya sebagai pelaku tambahan yang
 menuturkan kisah tokoh lainnya?
 .
a.“Aku”tokohutama
Pengarang menempatkan dirinya sebagai tokoh di
dalam cerita yang menjadi pelaku utama. Melalui
tokoh “Aku” inilah pengarang mengisahkan kesadaran
dirinya sendiri (self consciousness); mengisahkan
peristiwa atau tindakan. Pembaca akan menerima
cerita sesuai dengan yang diketahui, didengar, dialami,
dan dirasakan tokoh “Aku”. Tokoh “Aku” menjadi
narator sekaligus pusat penceritaan.
Apabila peristiwa-peristiwa di dalam cerita anda
terbangun akibat adanya konflik internal (konflik batin)
akibat dari pertentangan antara dua keinginan,
keyakinan, atau harapan dari tokoh cerita, SP ini
merupakan pilihan yang tepat. Karena anda akan
leluasa mengungkapkan apa yang dirasakan dan
dipikirkan oleh tokoh cerita anda.
Sambil bermain aku melirik topi lakenku. Kulihat
sebuah kursi roda. Duduk di kursi roda itu, seorang tua
yang wajahnya tak bisa kulihat dengan jelas karena
memakai topi laken seperti aku. Rambutnya gondrong
dan sudah memutih seperti diriku, namun ketuaannya
bisa kulihat dari tangannya yang begitu kurus dan
kulitnya yang sangat keriput. Tangan itulah yang
terangkat dan tiba-tiba menggenggam sebuah gitar
listrik         yang           sangat            indah.
(Cerpen Ritchie Blackmore karya Seno Gumira
Ajidarma dalam buku Kematian Donny Osmond)

Perhatikan kata: kulihat pada penggalan cerita di atas.
Tokoh “Aku” hanya menyampaikan apa yang terlihat
oleh matanya. Begitulah, jika anda memilih SP ini,
anda tidak mungkin mengungkapkan perasaan atau
pikiran tokoh-tokoh lain, selain tokoh “Aku”.
Kebanyakan penulis yang menggunakan SP ini,
seringkali terlalu asyik menceritakan (tell) keseluruhan
cerita, tanpa berusaha menunjukkan (show) atau
memperagakannya. Akibatnya cerita menjadi kurang
dramatis. Bahkan bukan tidak mungkin, apabila anda
memilih SP ini, anda akan kesulita memperkenalkan
tokoh, apakah seorang perempuan atau lelaki. Seno
Gumira Ajidarma cukup piawai melukiskan tokoh
“Aku” lewat adegan dalam penggalan cerita di atas.
Namun, karena cerita dituturkan oleh tokoh “Aku”,
anda harus menulis dengan bahasa tokoh “Aku”, sesuai
dengan karakter yang telah anda tetapkan. Apabila
tokoh anda lebih tua atau lebih muda dari usia anda,
akan mempengaruhi bahasa yang bisa anda gunakan.
Sebab itu, mengenali dengan baik karakter tokoh anda
menjadi sebuah keharusan.
b. “Aku” tokoh tambahan

Pengarang      menempatkan      dirinya
sebagai pelaku dalam cerita, hanya saja
kedudukannya bukan sebagai tokoh
utama. Keberadaan “Aku” di dalam
cerita hanya sebagai saksi. Dengan
demikian, tokoh “Aku” bukanlah pusat
pengisahan. Dia hanya bertindak
sebagai narator yang menceritakan
kisah atau peristiwa yang dialami tokoh
lainnya yang menjadi tokoh utama.
Tetangga saya orangnya terkenal baik. Suka menolong orang. Selalu memaafkan.
Apa saja yang kita lakukan terhadapnya, ia dapat mengerti dengan hati yang
lapang, bijaksana, dan jiwa yang besar. Setiap kali ia mengambil putusan, saya
selalu tercengang karena ia dapat melakukan itu dengan kepala yang kering,
artinya sama sekali tidak ketetesan emosi. Tidak hanya terhadap persoalan yang
menyangkut orang lain, untuk setiap persoalan pribadinya pun ia selalu
bertindak sabar dan adil. Banyak orang menganggapnya sebagai orang yang
berhati                                                                 agung.
(Cerpen     Pencuri     karya     Putu    Wijaya      dalam    buku     Protes)

Dalam penggalan cerita karya Putu Wijaya di atas, terlihat tokoh “Saya”
mengomentari atau memberikan penilaian pada tokoh utama—tetangganya. SP
ini memang mirip dengan SP orang ketiga. Hanya saja narator ikut terlibat di
dalam cerita. Sebab itu dia menjadi sangat terbatas, tidak bersifat mahatahu.
Sebagai narator, tokoh “Saya” hanya mungkin mengomentari apa yang dilihat
dan didengar saja. Narator melalui tokoh “Aku” bisa saja mengungkapkan apa
yang dirasakan atau dipikirkan tokoh “Dia”, namun komentar itu hanya berupa
dugaan dari tokoh “Aku”. Atau kemungkinan berdasarkan apa yang diamati dari
gerak tubuh tokoh “Dia” atau karakter dari tokoh “Dia” yang memang telah
diketahui secara umum.
2. SP Orang Pertama Jamak

Bentuk SP ini sesungguhnya hampir
sama dengan SP orang pertama
tunggal. Hanya saja menggunakan
kata ganti orang pertama jamak,
“Kami”. Pengarang dalam sudut
pandang ini menjadi seseorang
dalam cerita yang bicara mewakili
beberapa orang atau sekelompok
orang.
Contoh
Kami bekerja sebagai juru masak di sebuah restoran
continental yang brengsek. Kami sebut restoran ini
brengsek, sebab kami diwajibkan memasak sambil
menangis. Bayangkan! Kami mengaduk kuah buntut
sambil menangis. Kami memasak nasi goreng,
merebus aneka pasta, membuat adonan pizza,
memotong daging ayam, mengupas kentang, semua
itu kami lakukan sambil menangis. Begitulah. Setiap
hari selalu ada saja airmata yang meluncur dari
sepasang mata kami; mengalir membasahi pipi, dagu,
dan menetes ke dalam setiap masakan kami.
(Cerpen Resep Airmata karya Noor H. Dee dalam buku
Sepasang Mata untuk Cinta yang Buta)
Dalam SP ini, pembaca mengikuti semua gerak dan
tindakan satu orang atau beberapa orang melalui kaca
mata sebuah kelompok. Narator dalam cerita yang
berbicara mewakili kelompoknya (“Kami”), tidak
pernah mengungkapkan jati dirinya kepada pembaca,
seakan-akan dia tidak mempunyai jati diri, selain jati
diri kelompoknya. SP orang pertama jamak ini bisa
anda pilih, jika anda ingin membuat cerita dengan latar
sebuah komunitas kecil seperti sekolah, masjid,
keluarga, restoran, dll. Anda bisa memusatkan
penceritaan pada seorang tokoh yang memiliki
masalah dengan lingkungan sekitarnya. Jika ini yang
dipilih, maka “Kami” hanya menjadi tokoh tambahan
yang menuturkan konflik yang dialami oleh tokoh
utama. Atau justru sekelompok orang itu (“Kami”)
yang memiliki masalah dengan lingkungannya, seperti
yang bisa kita lihat pada cerpen Resep Airmata, karya
Nurhadiansyah. Dengan demikian, “Kami” di dalam
cerita sekaligus menjadi tokoh utama, sebagai pusat
penceritaan.
3. SP Orang Kedua

 Pengarang menempatkan dirinya
 sebagai narator yang sedang
 berbicara kepada orang lain,
 menggambarkan       apa-apa     yang
 dilakukan oleh orang tersebut. SP ini
 menggunakan kata ganti orang
 kedua, “Kau”, “Kamu” atau “Anda”
 yang menjadi pusat pengisahan
 dalam                         cerita.
Kedua lututmu terasa lemas saat kau bersandar pada pemadam
api yang baru saja dicat merah, putih, dan biru. Nalurimu ingin
berlari mendekati mereka, berteriak, aku juga! Aku juga! Sekarang
kau bisa merasakan penyangkalan yang sudah lama sekali
kaulakukan; kau ingin berlari dan mengatakan kepadanya tentang
kehidupanmu selama tiga puluh satu tahun tanpa dirinya, dan
membuatnya berteriak dengan kepastian tanpa dosa: Oh, kau
sungguh               putri             yang               cantik!
(Cerpen Main Street Morning karya Natalie M. Patesch, pengarang
cerpen                        asal                       Amerika)

Pada SP ini pembaca seolah-olah diperlakukan sebagai pelaku
utama. Pembaca akan merasa seperti seseorang yang tengah
membaca kiriman surat dari kerabat atau orang terdekatnya.
Sehingga membuat pembaca menjadi merasa dekat dengan cerita,
karena seolah-oleh dialah pelaku utama dalam cerita itu.
4. SP Orang Ketiga Tunggal
 Pengarang menempatkan dirinya sebagai narator yang
 berada di luar cerita, atau tidak terlibat dalam cerita.
 Dalam SP ini, narator menampilkan tokoh-tokoh cerita
 dengan menyebut namanya, atau kata gantinya; “Dia”
 atau                                               “Ia”
 SP orang ketiga dapat dibedakan berdasarkan tingkat
 kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap cerita.
 Pada satu pihak, pengarang atau narator dapat bebas
 mengungkapkan segala sesuatu yang berhubungan
 dengan tokoh “Dia”. Di pihak lain, pengarang atau
 narator tidak dapat leluasa menguangkapkan segala
 hal yang berhubungan dengan tokoh “Dia”, atau
 dengan kata lain hanya bertindak sebagai pengamat.
a. SP Orang Ketiga Mahatahu

 SP ini sering juga disebut SP ‘mata
 tuhan’. Sebab dia berlaku seperti
 ‘tuhan’ terhadap tokoh-tokoh di dalam
 ceritanya. Pengarang atau narator
 mengetahui segala hal tentang tokoh-
 tokohnya, peristiwa, dan tindakan,
 termasuk           motif         yang
 melatarbelakanginya.     Dia    bebas
 berpindah dari satu tokoh ke tokoh
 lainnya. Bahkan, pengarang bebas
 mengungkapkan apa yang ada dipikiran
 serta perasaan tokoh-tokohnya.
“Ya ampun, luar biasa mimpiku ini,” kata Tomas sambil
menghela napas, kedua tangannya memegang setir,
memikirkan roket, wanita, wiski yang aromanya menyengat,
rek kereta api di virginia, dan pesta tersebut.
Sungguh visi yang aneh, pikir makhluk Mars itu, sambil
bergegas membayangkan festival, kanal, perahu, para
wanita dengan mata berkilauan bagai emas, dan aneka lagu.
(Cerpen Agustus 2002: Night Meeting karya Ray Bradbury)

Dalam SP ini, pengarang bebas memasuki pikiran dua atau
tiga orang dan menunjukkannya pada pembaca. Seperti
contoh di atas, pengarang seakan tahu apa yang ada di
pikiran Tomas, pada saat yang bersamaan dia juga
mengetahui apa yang ada di pikiran makhluk Mars.
b. SP Orang Ketiga Terbatas

 Dalam SP ini, pengarang juga bisa
 melukiskan apa yang dilihat, didengar,
 dialami, dipikirkan dan dirasakan oleh
 tokoh ceritanya. Namun hanya terbatas
 pada satu tokoh, atau terbatas dalam
 jumlah yang sangat terbatas (Stanton,
 1965:26). Pengarang tidak leluasa
 berpindah dari satu tokoh ke tokoh
 lainnya. Melainkan terikat hanya pada
 satu     atau     dua   tokoh     saja.
Selalu ada cita-cita di dalam benaknya, untuk mabuk dan
menyeret kaki di tengah malam, menyusuri Jalan Braga
menuju penginapan. Ia akan menikmati bagaimana lampu-
lampu jalan berpendar seperti kunang-kunang yang
bimbang; garis-garis bangunan pertokoan yang—yang
berderet tak putus—acap kali menghilang dari pandangan;
dan trotoar pun terasa bergelombang seperti sisa ombak
yang              menepi            ke           pantai.
(Cerpen Lagu Malam Braga karya Kurnia Effendi dalam
buku                      Senapan                 Cinta)

Dari contoh di atas, tampak Kurnia Effendi sebagai
pengarang masuk ke dalam benak tokoh “Ia” dan
menyampaikan isi kepala tokohnya itu kepada pembaca. Hal
ini mirip SP orang ketiga mahatahu. Hanya saja terpadas
pada satu orang tokoh saja yang merupakan tokoh utama.
c. SP Orang Ketiga Objektif

 Pengarang atau narator dalam SP ini
 bisa melukiskan semua tindakan
 tokoh-tokohnya, namun dia tak bisa
 mengungkapkan apa yang dipikirkan
 serta dirasakan oleh tokoh-tokohnya.
 Dia hanya boleh menduga apa yang
 dipikirkan, atau dirasakan oleh tokoh
 ceritanya.
Si lelaki tua bangkit dari kursinya, perlahan-lahan menghitung
tatakan gelas, mengeluarkan pundi-pundi kulit dari kantungnya
dan membayar minumannya dan meninggalkan persenan
setengah                                                   peseta
Si pelayan mengikutinya dengan mata ketika si lelaki tua keluar ke
jalan, seorang lelaki yang sangat tua yang berjalan terhuyung-
huyung      tetapi    tetap   dengan      penuh     harga      diri.
“Kenapa tak kau biarkan saja dia minum sampai puas?” tanya si
pelayan yang tidak tergesa-gesa. Mereka berdua sedang
menurunkan semua tirai. “Hari belum lagi jam setengah dua.”
“Aku        ingin       cepat      pulang        dan        tidur.”
( Cerpen Tempat yang Bersih dan Terang karya Ernest Hemingway
dalam              buku             Salju             Kilimanjaro)

Seperti ternampak pada penggalan cerita karya Ernest Hemingway
di atas, narator hanya berlaku seperti wartawan yang tengah
melaporkan sebuah peristiwa. Posisinya sejajar dengan pembaca.
SP ini menuntut ketelitian dalam mencatat dan mendeskripsikan
peristiwa, tindakan, latar, samapi ke detil-detil yang terkecil.
Narator tak ubahnya sebuah kamera yang merekam dan
mengabadikan sebuah objek.
5. SP Orang Ketiga Jamak
 Pengarang menjadi narator yang menuturkan cerita
 berdasarkan persepsi atau kaca mata kolektif. Narator
 akan menyebut tokoh-tokohnya dengan menggunakan
 kata ganti orang ketiga jamak; “Mereka”.
 Pada suatu hari, ketika mereka berjalan-jalan dengan
 Don Vigiliani dan dengan beberapa anak lelaki dari
 kelompok pemuda, dalam perjalanan pulang, mereka
 melihat ibu mereka di sebuah kafe di pinggir kota. Dia
 sedang duduk di dalam kafe itu; mereka melihatnya
 melalui sebuah jendela dan seorang pria duduk
 bersamanya. Ibu mereka meletakkan syal tartarnya di
 atas                                           meja…
 (Cerpen Mother karya Natalia Ginzburg, pengarang
 asal Italia)
Pada hakikatnya, SP ini mirip dengan
SP orang pertama jamak. Pembaca
menerima semua gerak dan tindakan
satu orang atau beberapa orang
melalui kaca mata sebuah kelompok.
Perbedaannya ada pada posisi
narator yang berada di luar cerita,
tidak terlibat dalam cerita yang
dituturkannya melalui kaca mata
tokoh “Mereka”.
6. SP Campuran

 Sebuah      novel     mungkin      saja
 menggunakan lebih dari satu ragam SP.
 Bahkan, belakangan ini, SP campuran
 tak hanya digunakan dalam novel saja,
 tetapi juga digunakan di dalam cerpen.
 Pengarang      menempatkan      dirinya
 bergantian dari satu tokoh ke tokoh
 lainnya dengan SP yang berbeda-beda
 menggunakan “Aku”, “Kamu”, “Kami”,
 “Mereka”, atau “Dia”.
Seketika mata Masayu membuka. Lewat pukul sembilan
malam ketika lubang pernafasaannya membaui aroma dari
daging yang terbakar. Matanya membelalak menyaksikan
api merambat cepat. Dia merasakan panas di sekujur
                        tubuhnya.
                           ***
Pernahkah dalam hidupmu, kau merasakan kebencian yang
teramat hebat? Sehingga apapun yang ada di kepalamu
selalu tentang bagaiman cara melampiaskannya?
Kami hanya dua gadis lugu yang tak pernah tahu arti
membenci. Sebelum perceraian Mami dan Papi
menyadarakan kami akan arti memiliki. Kami baru
menyadari kalau selama ini kami tak pernah benar-benar
memiliki Mami. Mungkin juga begitu yang dirasakan oleh
Papi. Sehingga dia lebih memilih berpisah dengan Mami,
dari pada hidup bersama tetapi tidak merasa memiliki.
Namanya Melly. Tubuhnya tak lebih dari dua puluh
centi. Bulunya kuning pudar dimakan usia. Hidungnya
bulat berwarna cokelat tua. Moncongnya putih gading.
Kau pasti menduga kalau Melly seekor binatang
piaraan? Hampir tepat. Dia memang menyerupai
binatang. Tapi bukan binatang. Karena dia tidak
bernyawa. Dia hanya sebuah boneka. Boneka beruang
kepunyaan Mami. Tapi meski hanya sebuah boneka
beruang, di mata Mami, Melly lebih manusia dari
manusia. Sehingga ia harus diperlakukan dengan
istimewa. Sampai-sampai Mami lupa kalau dia
memiliki dua orang putri berusia 13 dan 10 tahun. Dua
orang putri bernama Bening dan Rani—kami—yang
lebih    butuh     perlakuan     istimewa     darinya.
(Cerpen      Melly     karya     Denny       Prabowo)
Pada paragraf pertama digunakan sudut pandang
“Dia” tokoh Masayu. Pengarang berada di luar cerita.
Namun pada paragraf berikutnya pengarang
menempatkan dirinya sebagai “Kami” yang berbicara
pada “Kau”. Itu berarti, pengarang menjadi pelaku
sekaligus narator di dalam ceritanya. Sebagai narator,
tokoh “Kami” bertutur tentang tokoh lainnya bernama
                        Melly.
Dalam penggunaan SP campuran, dimungkinkan
terjadi pergantian pusat penceritaan dari seorang
tokoh ke tokoh lainnya. Dengan begitu, pembaca akan
memperoleh pandangan terhadap suatu peristiwa
atau masalah dari beberapa tokoh.
Sudut pandang

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Contoh Surat lamaran kerja
Contoh Surat lamaran kerjaContoh Surat lamaran kerja
Contoh Surat lamaran kerjaLa hamu
 
PPT Bahasa Indonesia kelas XII - Surat Lamaran Kerja.pptx
PPT Bahasa Indonesia kelas XII - Surat Lamaran Kerja.pptxPPT Bahasa Indonesia kelas XII - Surat Lamaran Kerja.pptx
PPT Bahasa Indonesia kelas XII - Surat Lamaran Kerja.pptxAdiRahadian5
 
Contoh Proposal Seminar Open Source
Contoh Proposal Seminar Open SourceContoh Proposal Seminar Open Source
Contoh Proposal Seminar Open SourceAditya NewbieCoder
 
Susunan acara pelantikan
Susunan acara pelantikanSusunan acara pelantikan
Susunan acara pelantikanDeNosRifa
 
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)Nida Chofiya
 
Materi Kelas XII "Surat lamaran pekerjaan"
Materi Kelas XII "Surat lamaran pekerjaan"Materi Kelas XII "Surat lamaran pekerjaan"
Materi Kelas XII "Surat lamaran pekerjaan"SMAN 2 Dumai
 
7. nukleotida dan asam nukleat
7. nukleotida dan asam nukleat7. nukleotida dan asam nukleat
7. nukleotida dan asam nukleatAbner D Nero
 
REFLEKSI BUKU FIKSI DAN NON FIKSI
REFLEKSI BUKU FIKSI DAN NON FIKSIREFLEKSI BUKU FIKSI DAN NON FIKSI
REFLEKSI BUKU FIKSI DAN NON FIKSIRizkaPermata2
 
Berbuat Ihsan kepada Alam Semesta
Berbuat Ihsan kepada Alam SemestaBerbuat Ihsan kepada Alam Semesta
Berbuat Ihsan kepada Alam Semestashafirahany22
 
Laporan pertanggungjawaban penjualan seblak mata kuliah wirausaha
Laporan pertanggungjawaban  penjualan seblak mata kuliah wirausahaLaporan pertanggungjawaban  penjualan seblak mata kuliah wirausaha
Laporan pertanggungjawaban penjualan seblak mata kuliah wirausahaWahyu Putro
 
Mencari fakta dan opini dalam tajuk rencana
Mencari fakta dan opini dalam tajuk rencanaMencari fakta dan opini dalam tajuk rencana
Mencari fakta dan opini dalam tajuk rencanaaprilian tsalatsa
 
Review jurnal kualitatif
Review jurnal kualitatifReview jurnal kualitatif
Review jurnal kualitatifRuyung Movia
 
Praktikum Fotosintesis Pada Percobaan Sach
Praktikum Fotosintesis Pada Percobaan SachPraktikum Fotosintesis Pada Percobaan Sach
Praktikum Fotosintesis Pada Percobaan SachHariyatunnisa Ahmad
 

Mais procurados (20)

Proposal study tour
Proposal study tourProposal study tour
Proposal study tour
 
Contoh Surat lamaran kerja
Contoh Surat lamaran kerjaContoh Surat lamaran kerja
Contoh Surat lamaran kerja
 
PPT Bahasa Indonesia kelas XII - Surat Lamaran Kerja.pptx
PPT Bahasa Indonesia kelas XII - Surat Lamaran Kerja.pptxPPT Bahasa Indonesia kelas XII - Surat Lamaran Kerja.pptx
PPT Bahasa Indonesia kelas XII - Surat Lamaran Kerja.pptx
 
Contoh Proposal Seminar Open Source
Contoh Proposal Seminar Open SourceContoh Proposal Seminar Open Source
Contoh Proposal Seminar Open Source
 
Peran fasilitator dalam peld
Peran fasilitator dalam peldPeran fasilitator dalam peld
Peran fasilitator dalam peld
 
Susunan acara pelantikan
Susunan acara pelantikanSusunan acara pelantikan
Susunan acara pelantikan
 
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
 
Materi Kelas XII "Surat lamaran pekerjaan"
Materi Kelas XII "Surat lamaran pekerjaan"Materi Kelas XII "Surat lamaran pekerjaan"
Materi Kelas XII "Surat lamaran pekerjaan"
 
7. nukleotida dan asam nukleat
7. nukleotida dan asam nukleat7. nukleotida dan asam nukleat
7. nukleotida dan asam nukleat
 
Tugas ulasan buku fiks
Tugas ulasan buku fiksTugas ulasan buku fiks
Tugas ulasan buku fiks
 
Surat izin Kuliah
Surat izin KuliahSurat izin Kuliah
Surat izin Kuliah
 
Resensi Novel Sunda
Resensi Novel SundaResensi Novel Sunda
Resensi Novel Sunda
 
Makalah Narative Text
Makalah Narative TextMakalah Narative Text
Makalah Narative Text
 
REFLEKSI BUKU FIKSI DAN NON FIKSI
REFLEKSI BUKU FIKSI DAN NON FIKSIREFLEKSI BUKU FIKSI DAN NON FIKSI
REFLEKSI BUKU FIKSI DAN NON FIKSI
 
Berbuat Ihsan kepada Alam Semesta
Berbuat Ihsan kepada Alam SemestaBerbuat Ihsan kepada Alam Semesta
Berbuat Ihsan kepada Alam Semesta
 
REVIEW SKRIPSI
REVIEW SKRIPSI REVIEW SKRIPSI
REVIEW SKRIPSI
 
Laporan pertanggungjawaban penjualan seblak mata kuliah wirausaha
Laporan pertanggungjawaban  penjualan seblak mata kuliah wirausahaLaporan pertanggungjawaban  penjualan seblak mata kuliah wirausaha
Laporan pertanggungjawaban penjualan seblak mata kuliah wirausaha
 
Mencari fakta dan opini dalam tajuk rencana
Mencari fakta dan opini dalam tajuk rencanaMencari fakta dan opini dalam tajuk rencana
Mencari fakta dan opini dalam tajuk rencana
 
Review jurnal kualitatif
Review jurnal kualitatifReview jurnal kualitatif
Review jurnal kualitatif
 
Praktikum Fotosintesis Pada Percobaan Sach
Praktikum Fotosintesis Pada Percobaan SachPraktikum Fotosintesis Pada Percobaan Sach
Praktikum Fotosintesis Pada Percobaan Sach
 

Destaque

Cara membuat puisi menjadi bentuk prosa
Cara membuat puisi menjadi bentuk prosaCara membuat puisi menjadi bentuk prosa
Cara membuat puisi menjadi bentuk prosadimas hartono
 
Psikologi anak & pendidikan
Psikologi anak & pendidikanPsikologi anak & pendidikan
Psikologi anak & pendidikanGusti Irwansyah
 
Bahasa indonesia (power point)
Bahasa indonesia (power point)Bahasa indonesia (power point)
Bahasa indonesia (power point)Linda Lusiana
 
Saat detik cinta itu tiba, Antara Pacaran atau Nikah?
Saat detik cinta itu tiba, Antara Pacaran atau Nikah?Saat detik cinta itu tiba, Antara Pacaran atau Nikah?
Saat detik cinta itu tiba, Antara Pacaran atau Nikah?sakinah cinta management
 
Ensiklopedia sastra indonesia sd smp
Ensiklopedia sastra indonesia sd smpEnsiklopedia sastra indonesia sd smp
Ensiklopedia sastra indonesia sd smpDhek Prasetya
 
Kajian tentang filsafat dakwah islam
Kajian tentang filsafat dakwah islamKajian tentang filsafat dakwah islam
Kajian tentang filsafat dakwah islamMuhsin Hariyanto
 
Syria peranan kita dgn mengambil i'tibar sejarah bprinsipkan alquran dan sunnah
Syria peranan kita dgn mengambil i'tibar sejarah bprinsipkan alquran dan sunnahSyria peranan kita dgn mengambil i'tibar sejarah bprinsipkan alquran dan sunnah
Syria peranan kita dgn mengambil i'tibar sejarah bprinsipkan alquran dan sunnahDrnoor Tahir Lubis
 

Destaque (11)

Apresiasi puisi
Apresiasi puisiApresiasi puisi
Apresiasi puisi
 
Cara membuat puisi menjadi bentuk prosa
Cara membuat puisi menjadi bentuk prosaCara membuat puisi menjadi bentuk prosa
Cara membuat puisi menjadi bentuk prosa
 
Materi prosa
Materi prosaMateri prosa
Materi prosa
 
Aku bangga menjadi guru
Aku bangga menjadi guruAku bangga menjadi guru
Aku bangga menjadi guru
 
Psikologi anak & pendidikan
Psikologi anak & pendidikanPsikologi anak & pendidikan
Psikologi anak & pendidikan
 
Bahasa indonesia (power point)
Bahasa indonesia (power point)Bahasa indonesia (power point)
Bahasa indonesia (power point)
 
Membaca nyaring teks pidato dengan intonasi yang tepat
Membaca nyaring teks pidato dengan intonasi yang tepatMembaca nyaring teks pidato dengan intonasi yang tepat
Membaca nyaring teks pidato dengan intonasi yang tepat
 
Saat detik cinta itu tiba, Antara Pacaran atau Nikah?
Saat detik cinta itu tiba, Antara Pacaran atau Nikah?Saat detik cinta itu tiba, Antara Pacaran atau Nikah?
Saat detik cinta itu tiba, Antara Pacaran atau Nikah?
 
Ensiklopedia sastra indonesia sd smp
Ensiklopedia sastra indonesia sd smpEnsiklopedia sastra indonesia sd smp
Ensiklopedia sastra indonesia sd smp
 
Kajian tentang filsafat dakwah islam
Kajian tentang filsafat dakwah islamKajian tentang filsafat dakwah islam
Kajian tentang filsafat dakwah islam
 
Syria peranan kita dgn mengambil i'tibar sejarah bprinsipkan alquran dan sunnah
Syria peranan kita dgn mengambil i'tibar sejarah bprinsipkan alquran dan sunnahSyria peranan kita dgn mengambil i'tibar sejarah bprinsipkan alquran dan sunnah
Syria peranan kita dgn mengambil i'tibar sejarah bprinsipkan alquran dan sunnah
 

Semelhante a Sudut pandang

unsur-unsur-intrinsik-cerpen(1).ppt
unsur-unsur-intrinsik-cerpen(1).pptunsur-unsur-intrinsik-cerpen(1).ppt
unsur-unsur-intrinsik-cerpen(1).pptLiuDenpasarMoon
 
Slide lse-04-bahasa-indonesia-i
Slide lse-04-bahasa-indonesia-iSlide lse-04-bahasa-indonesia-i
Slide lse-04-bahasa-indonesia-iNurHidayah332
 
Slide lse-04-bahasa-indonesia-i
Slide lse-04-bahasa-indonesia-iSlide lse-04-bahasa-indonesia-i
Slide lse-04-bahasa-indonesia-ifitriani2909
 
Slide lse-04-bahasa-indonesia-i
Slide lse-04-bahasa-indonesia-iSlide lse-04-bahasa-indonesia-i
Slide lse-04-bahasa-indonesia-iNurHidayah332
 
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptxKARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptxwahyutriwibowo098
 
unsur-unsur-intrinsik-cerpen EKUIN.ppt
unsur-unsur-intrinsik-cerpen EKUIN.pptunsur-unsur-intrinsik-cerpen EKUIN.ppt
unsur-unsur-intrinsik-cerpen EKUIN.pptMahesaSaputraFirdaus
 
STRUKTUR PROSA.ppt
STRUKTUR PROSA.pptSTRUKTUR PROSA.ppt
STRUKTUR PROSA.pptmella63
 
K6 SUDUT PANDANG.pptx
K6 SUDUT PANDANG.pptxK6 SUDUT PANDANG.pptx
K6 SUDUT PANDANG.pptxSumarniAtika
 
Power point Bahasa dan Sastra Indonesia
Power point Bahasa dan Sastra IndonesiaPower point Bahasa dan Sastra Indonesia
Power point Bahasa dan Sastra Indonesiasuhartonotono9
 
Mengidentifikasi Unsur Instrinsik Drama
Mengidentifikasi Unsur Instrinsik DramaMengidentifikasi Unsur Instrinsik Drama
Mengidentifikasi Unsur Instrinsik DramaWiwinwinengsih
 
Bab 2 cerita fantasi
Bab 2 cerita fantasiBab 2 cerita fantasi
Bab 2 cerita fantasisigit mitak
 
Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 NSS Slide
 
Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 NSS Slide
 

Semelhante a Sudut pandang (20)

05 sudut pandang
05 sudut pandang05 sudut pandang
05 sudut pandang
 
unsur-unsur-intrinsik-cerpen(1).ppt
unsur-unsur-intrinsik-cerpen(1).pptunsur-unsur-intrinsik-cerpen(1).ppt
unsur-unsur-intrinsik-cerpen(1).ppt
 
Cerita pendek PPT.pptx
Cerita pendek PPT.pptxCerita pendek PPT.pptx
Cerita pendek PPT.pptx
 
Slide lse-04-bahasa-indonesia-i
Slide lse-04-bahasa-indonesia-iSlide lse-04-bahasa-indonesia-i
Slide lse-04-bahasa-indonesia-i
 
Slide lse-04-bahasa-indonesia-i
Slide lse-04-bahasa-indonesia-iSlide lse-04-bahasa-indonesia-i
Slide lse-04-bahasa-indonesia-i
 
Slide lse-04-bahasa-indonesia-i
Slide lse-04-bahasa-indonesia-iSlide lse-04-bahasa-indonesia-i
Slide lse-04-bahasa-indonesia-i
 
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptxKARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
 
unsur-unsur-intrinsik-cerpen EKUIN.ppt
unsur-unsur-intrinsik-cerpen EKUIN.pptunsur-unsur-intrinsik-cerpen EKUIN.ppt
unsur-unsur-intrinsik-cerpen EKUIN.ppt
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
STRUKTUR PROSA.ppt
STRUKTUR PROSA.pptSTRUKTUR PROSA.ppt
STRUKTUR PROSA.ppt
 
K6 SUDUT PANDANG.pptx
K6 SUDUT PANDANG.pptxK6 SUDUT PANDANG.pptx
K6 SUDUT PANDANG.pptx
 
materi_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptxmateri_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptx
 
Uts senin
Uts seninUts senin
Uts senin
 
Power point Bahasa dan Sastra Indonesia
Power point Bahasa dan Sastra IndonesiaPower point Bahasa dan Sastra Indonesia
Power point Bahasa dan Sastra Indonesia
 
Ppt prosa
Ppt prosaPpt prosa
Ppt prosa
 
materi_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptxmateri_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptx
 
Mengidentifikasi Unsur Instrinsik Drama
Mengidentifikasi Unsur Instrinsik DramaMengidentifikasi Unsur Instrinsik Drama
Mengidentifikasi Unsur Instrinsik Drama
 
Bab 2 cerita fantasi
Bab 2 cerita fantasiBab 2 cerita fantasi
Bab 2 cerita fantasi
 
Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2
 
Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2
 

Último

.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxdedyfirgiawan
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMPNiPutuDewikAgustina
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppthidayatn24
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakAjiFauzi8
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptxfurqanridha
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 

Último (20)

.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 

Sudut pandang

  • 1. Sudut Pandang Sudut Pandang (SP) merupakan salah satu unsur fiksi yang dapat digolongkan sebagai sarana cerita. Meski begitu unsur ini tidak bisa dianggap remeh.Apa yang Anda lihat dan rasakan ketika menyaksikan sebuah mobil menabrak sepeda motor, tentu akan berbeda dengan yang dilihat dan dirasa oleh si pengendara mobil yang menabrak, atau si pengendara sepeda motor yang menjadi korban tabrakan. Akibat dari peristiwa itu pun akan berbeda bagi anda, si pengendara mobil, dan si pengendara motor. Sebab itu, pemilihan SP tidak saja akan mempengaruhi penyajian cerita, tetapi juga mempangaruhi alur cerita. SP sendiri memiliki pengertian sebagai cara pengarang menempatkan dirinya di dalam cerita. Dengan demikian, SP pada hakikatnya merupakan teknik atau siasat yang sengaja dipilih penulis untuk menyampaikan gagasan dan ceritanya, melalui kaca mata tokoh—atau tokoh-tokoh—dalam ceritanya..
  • 2. Ragam Sudut Pandang Friedman (dalam Stevick, 1967:118) mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya bisa digunakan untuk membedakan SP. Salah satu pertanyaan itu adalah siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga, atau pertama)? Pembedaan SP yang akan saya kemukakan berikut berdasarkan atas pertanyaan tersebut. Secara garis besar ada dua macam SP, yakni, SP orang pertama dan SP orang ketiga. Hanya kemudian dari keduanya terbentuk variasi-variasai yang memiliki konsekuensi berbeda-beda.
  • 3. 1. SP Orang Pertama Tunggal Pengarang dalam sudut pandang ini menempatkan dirinya sebagai pelaku sekaligus narator dalam ceritanya. Menggunakan kata ganti “Aku” atau “Saya”. Namun begitu, SP ini bisa dibedakan berdasarkan kedudukan “Aku” di dalam cerita itu. Apakah dia sebagai pelaku utama cerita? atau hanya sebagai pelaku tambahan yang menuturkan kisah tokoh lainnya? .
  • 4. a.“Aku”tokohutama Pengarang menempatkan dirinya sebagai tokoh di dalam cerita yang menjadi pelaku utama. Melalui tokoh “Aku” inilah pengarang mengisahkan kesadaran dirinya sendiri (self consciousness); mengisahkan peristiwa atau tindakan. Pembaca akan menerima cerita sesuai dengan yang diketahui, didengar, dialami, dan dirasakan tokoh “Aku”. Tokoh “Aku” menjadi narator sekaligus pusat penceritaan. Apabila peristiwa-peristiwa di dalam cerita anda terbangun akibat adanya konflik internal (konflik batin) akibat dari pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, atau harapan dari tokoh cerita, SP ini merupakan pilihan yang tepat. Karena anda akan leluasa mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh tokoh cerita anda.
  • 5. Sambil bermain aku melirik topi lakenku. Kulihat sebuah kursi roda. Duduk di kursi roda itu, seorang tua yang wajahnya tak bisa kulihat dengan jelas karena memakai topi laken seperti aku. Rambutnya gondrong dan sudah memutih seperti diriku, namun ketuaannya bisa kulihat dari tangannya yang begitu kurus dan kulitnya yang sangat keriput. Tangan itulah yang terangkat dan tiba-tiba menggenggam sebuah gitar listrik yang sangat indah. (Cerpen Ritchie Blackmore karya Seno Gumira Ajidarma dalam buku Kematian Donny Osmond) Perhatikan kata: kulihat pada penggalan cerita di atas. Tokoh “Aku” hanya menyampaikan apa yang terlihat oleh matanya. Begitulah, jika anda memilih SP ini, anda tidak mungkin mengungkapkan perasaan atau pikiran tokoh-tokoh lain, selain tokoh “Aku”.
  • 6. Kebanyakan penulis yang menggunakan SP ini, seringkali terlalu asyik menceritakan (tell) keseluruhan cerita, tanpa berusaha menunjukkan (show) atau memperagakannya. Akibatnya cerita menjadi kurang dramatis. Bahkan bukan tidak mungkin, apabila anda memilih SP ini, anda akan kesulita memperkenalkan tokoh, apakah seorang perempuan atau lelaki. Seno Gumira Ajidarma cukup piawai melukiskan tokoh “Aku” lewat adegan dalam penggalan cerita di atas. Namun, karena cerita dituturkan oleh tokoh “Aku”, anda harus menulis dengan bahasa tokoh “Aku”, sesuai dengan karakter yang telah anda tetapkan. Apabila tokoh anda lebih tua atau lebih muda dari usia anda, akan mempengaruhi bahasa yang bisa anda gunakan. Sebab itu, mengenali dengan baik karakter tokoh anda menjadi sebuah keharusan.
  • 7. b. “Aku” tokoh tambahan Pengarang menempatkan dirinya sebagai pelaku dalam cerita, hanya saja kedudukannya bukan sebagai tokoh utama. Keberadaan “Aku” di dalam cerita hanya sebagai saksi. Dengan demikian, tokoh “Aku” bukanlah pusat pengisahan. Dia hanya bertindak sebagai narator yang menceritakan kisah atau peristiwa yang dialami tokoh lainnya yang menjadi tokoh utama.
  • 8. Tetangga saya orangnya terkenal baik. Suka menolong orang. Selalu memaafkan. Apa saja yang kita lakukan terhadapnya, ia dapat mengerti dengan hati yang lapang, bijaksana, dan jiwa yang besar. Setiap kali ia mengambil putusan, saya selalu tercengang karena ia dapat melakukan itu dengan kepala yang kering, artinya sama sekali tidak ketetesan emosi. Tidak hanya terhadap persoalan yang menyangkut orang lain, untuk setiap persoalan pribadinya pun ia selalu bertindak sabar dan adil. Banyak orang menganggapnya sebagai orang yang berhati agung. (Cerpen Pencuri karya Putu Wijaya dalam buku Protes) Dalam penggalan cerita karya Putu Wijaya di atas, terlihat tokoh “Saya” mengomentari atau memberikan penilaian pada tokoh utama—tetangganya. SP ini memang mirip dengan SP orang ketiga. Hanya saja narator ikut terlibat di dalam cerita. Sebab itu dia menjadi sangat terbatas, tidak bersifat mahatahu. Sebagai narator, tokoh “Saya” hanya mungkin mengomentari apa yang dilihat dan didengar saja. Narator melalui tokoh “Aku” bisa saja mengungkapkan apa yang dirasakan atau dipikirkan tokoh “Dia”, namun komentar itu hanya berupa dugaan dari tokoh “Aku”. Atau kemungkinan berdasarkan apa yang diamati dari gerak tubuh tokoh “Dia” atau karakter dari tokoh “Dia” yang memang telah diketahui secara umum.
  • 9. 2. SP Orang Pertama Jamak Bentuk SP ini sesungguhnya hampir sama dengan SP orang pertama tunggal. Hanya saja menggunakan kata ganti orang pertama jamak, “Kami”. Pengarang dalam sudut pandang ini menjadi seseorang dalam cerita yang bicara mewakili beberapa orang atau sekelompok orang.
  • 10. Contoh Kami bekerja sebagai juru masak di sebuah restoran continental yang brengsek. Kami sebut restoran ini brengsek, sebab kami diwajibkan memasak sambil menangis. Bayangkan! Kami mengaduk kuah buntut sambil menangis. Kami memasak nasi goreng, merebus aneka pasta, membuat adonan pizza, memotong daging ayam, mengupas kentang, semua itu kami lakukan sambil menangis. Begitulah. Setiap hari selalu ada saja airmata yang meluncur dari sepasang mata kami; mengalir membasahi pipi, dagu, dan menetes ke dalam setiap masakan kami. (Cerpen Resep Airmata karya Noor H. Dee dalam buku Sepasang Mata untuk Cinta yang Buta)
  • 11. Dalam SP ini, pembaca mengikuti semua gerak dan tindakan satu orang atau beberapa orang melalui kaca mata sebuah kelompok. Narator dalam cerita yang berbicara mewakili kelompoknya (“Kami”), tidak pernah mengungkapkan jati dirinya kepada pembaca, seakan-akan dia tidak mempunyai jati diri, selain jati diri kelompoknya. SP orang pertama jamak ini bisa anda pilih, jika anda ingin membuat cerita dengan latar sebuah komunitas kecil seperti sekolah, masjid, keluarga, restoran, dll. Anda bisa memusatkan penceritaan pada seorang tokoh yang memiliki masalah dengan lingkungan sekitarnya. Jika ini yang dipilih, maka “Kami” hanya menjadi tokoh tambahan yang menuturkan konflik yang dialami oleh tokoh utama. Atau justru sekelompok orang itu (“Kami”) yang memiliki masalah dengan lingkungannya, seperti yang bisa kita lihat pada cerpen Resep Airmata, karya Nurhadiansyah. Dengan demikian, “Kami” di dalam cerita sekaligus menjadi tokoh utama, sebagai pusat penceritaan.
  • 12. 3. SP Orang Kedua Pengarang menempatkan dirinya sebagai narator yang sedang berbicara kepada orang lain, menggambarkan apa-apa yang dilakukan oleh orang tersebut. SP ini menggunakan kata ganti orang kedua, “Kau”, “Kamu” atau “Anda” yang menjadi pusat pengisahan dalam cerita.
  • 13. Kedua lututmu terasa lemas saat kau bersandar pada pemadam api yang baru saja dicat merah, putih, dan biru. Nalurimu ingin berlari mendekati mereka, berteriak, aku juga! Aku juga! Sekarang kau bisa merasakan penyangkalan yang sudah lama sekali kaulakukan; kau ingin berlari dan mengatakan kepadanya tentang kehidupanmu selama tiga puluh satu tahun tanpa dirinya, dan membuatnya berteriak dengan kepastian tanpa dosa: Oh, kau sungguh putri yang cantik! (Cerpen Main Street Morning karya Natalie M. Patesch, pengarang cerpen asal Amerika) Pada SP ini pembaca seolah-olah diperlakukan sebagai pelaku utama. Pembaca akan merasa seperti seseorang yang tengah membaca kiriman surat dari kerabat atau orang terdekatnya. Sehingga membuat pembaca menjadi merasa dekat dengan cerita, karena seolah-oleh dialah pelaku utama dalam cerita itu.
  • 14. 4. SP Orang Ketiga Tunggal Pengarang menempatkan dirinya sebagai narator yang berada di luar cerita, atau tidak terlibat dalam cerita. Dalam SP ini, narator menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut namanya, atau kata gantinya; “Dia” atau “Ia” SP orang ketiga dapat dibedakan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap cerita. Pada satu pihak, pengarang atau narator dapat bebas mengungkapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “Dia”. Di pihak lain, pengarang atau narator tidak dapat leluasa menguangkapkan segala hal yang berhubungan dengan tokoh “Dia”, atau dengan kata lain hanya bertindak sebagai pengamat.
  • 15. a. SP Orang Ketiga Mahatahu SP ini sering juga disebut SP ‘mata tuhan’. Sebab dia berlaku seperti ‘tuhan’ terhadap tokoh-tokoh di dalam ceritanya. Pengarang atau narator mengetahui segala hal tentang tokoh- tokohnya, peristiwa, dan tindakan, termasuk motif yang melatarbelakanginya. Dia bebas berpindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Bahkan, pengarang bebas mengungkapkan apa yang ada dipikiran serta perasaan tokoh-tokohnya.
  • 16. “Ya ampun, luar biasa mimpiku ini,” kata Tomas sambil menghela napas, kedua tangannya memegang setir, memikirkan roket, wanita, wiski yang aromanya menyengat, rek kereta api di virginia, dan pesta tersebut. Sungguh visi yang aneh, pikir makhluk Mars itu, sambil bergegas membayangkan festival, kanal, perahu, para wanita dengan mata berkilauan bagai emas, dan aneka lagu. (Cerpen Agustus 2002: Night Meeting karya Ray Bradbury) Dalam SP ini, pengarang bebas memasuki pikiran dua atau tiga orang dan menunjukkannya pada pembaca. Seperti contoh di atas, pengarang seakan tahu apa yang ada di pikiran Tomas, pada saat yang bersamaan dia juga mengetahui apa yang ada di pikiran makhluk Mars.
  • 17. b. SP Orang Ketiga Terbatas Dalam SP ini, pengarang juga bisa melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh ceritanya. Namun hanya terbatas pada satu tokoh, atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas (Stanton, 1965:26). Pengarang tidak leluasa berpindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Melainkan terikat hanya pada satu atau dua tokoh saja.
  • 18. Selalu ada cita-cita di dalam benaknya, untuk mabuk dan menyeret kaki di tengah malam, menyusuri Jalan Braga menuju penginapan. Ia akan menikmati bagaimana lampu- lampu jalan berpendar seperti kunang-kunang yang bimbang; garis-garis bangunan pertokoan yang—yang berderet tak putus—acap kali menghilang dari pandangan; dan trotoar pun terasa bergelombang seperti sisa ombak yang menepi ke pantai. (Cerpen Lagu Malam Braga karya Kurnia Effendi dalam buku Senapan Cinta) Dari contoh di atas, tampak Kurnia Effendi sebagai pengarang masuk ke dalam benak tokoh “Ia” dan menyampaikan isi kepala tokohnya itu kepada pembaca. Hal ini mirip SP orang ketiga mahatahu. Hanya saja terpadas pada satu orang tokoh saja yang merupakan tokoh utama.
  • 19. c. SP Orang Ketiga Objektif Pengarang atau narator dalam SP ini bisa melukiskan semua tindakan tokoh-tokohnya, namun dia tak bisa mengungkapkan apa yang dipikirkan serta dirasakan oleh tokoh-tokohnya. Dia hanya boleh menduga apa yang dipikirkan, atau dirasakan oleh tokoh ceritanya.
  • 20. Si lelaki tua bangkit dari kursinya, perlahan-lahan menghitung tatakan gelas, mengeluarkan pundi-pundi kulit dari kantungnya dan membayar minumannya dan meninggalkan persenan setengah peseta Si pelayan mengikutinya dengan mata ketika si lelaki tua keluar ke jalan, seorang lelaki yang sangat tua yang berjalan terhuyung- huyung tetapi tetap dengan penuh harga diri. “Kenapa tak kau biarkan saja dia minum sampai puas?” tanya si pelayan yang tidak tergesa-gesa. Mereka berdua sedang menurunkan semua tirai. “Hari belum lagi jam setengah dua.” “Aku ingin cepat pulang dan tidur.” ( Cerpen Tempat yang Bersih dan Terang karya Ernest Hemingway dalam buku Salju Kilimanjaro) Seperti ternampak pada penggalan cerita karya Ernest Hemingway di atas, narator hanya berlaku seperti wartawan yang tengah melaporkan sebuah peristiwa. Posisinya sejajar dengan pembaca. SP ini menuntut ketelitian dalam mencatat dan mendeskripsikan peristiwa, tindakan, latar, samapi ke detil-detil yang terkecil. Narator tak ubahnya sebuah kamera yang merekam dan mengabadikan sebuah objek.
  • 21. 5. SP Orang Ketiga Jamak Pengarang menjadi narator yang menuturkan cerita berdasarkan persepsi atau kaca mata kolektif. Narator akan menyebut tokoh-tokohnya dengan menggunakan kata ganti orang ketiga jamak; “Mereka”. Pada suatu hari, ketika mereka berjalan-jalan dengan Don Vigiliani dan dengan beberapa anak lelaki dari kelompok pemuda, dalam perjalanan pulang, mereka melihat ibu mereka di sebuah kafe di pinggir kota. Dia sedang duduk di dalam kafe itu; mereka melihatnya melalui sebuah jendela dan seorang pria duduk bersamanya. Ibu mereka meletakkan syal tartarnya di atas meja… (Cerpen Mother karya Natalia Ginzburg, pengarang asal Italia)
  • 22. Pada hakikatnya, SP ini mirip dengan SP orang pertama jamak. Pembaca menerima semua gerak dan tindakan satu orang atau beberapa orang melalui kaca mata sebuah kelompok. Perbedaannya ada pada posisi narator yang berada di luar cerita, tidak terlibat dalam cerita yang dituturkannya melalui kaca mata tokoh “Mereka”.
  • 23. 6. SP Campuran Sebuah novel mungkin saja menggunakan lebih dari satu ragam SP. Bahkan, belakangan ini, SP campuran tak hanya digunakan dalam novel saja, tetapi juga digunakan di dalam cerpen. Pengarang menempatkan dirinya bergantian dari satu tokoh ke tokoh lainnya dengan SP yang berbeda-beda menggunakan “Aku”, “Kamu”, “Kami”, “Mereka”, atau “Dia”.
  • 24. Seketika mata Masayu membuka. Lewat pukul sembilan malam ketika lubang pernafasaannya membaui aroma dari daging yang terbakar. Matanya membelalak menyaksikan api merambat cepat. Dia merasakan panas di sekujur tubuhnya. *** Pernahkah dalam hidupmu, kau merasakan kebencian yang teramat hebat? Sehingga apapun yang ada di kepalamu selalu tentang bagaiman cara melampiaskannya? Kami hanya dua gadis lugu yang tak pernah tahu arti membenci. Sebelum perceraian Mami dan Papi menyadarakan kami akan arti memiliki. Kami baru menyadari kalau selama ini kami tak pernah benar-benar memiliki Mami. Mungkin juga begitu yang dirasakan oleh Papi. Sehingga dia lebih memilih berpisah dengan Mami, dari pada hidup bersama tetapi tidak merasa memiliki.
  • 25. Namanya Melly. Tubuhnya tak lebih dari dua puluh centi. Bulunya kuning pudar dimakan usia. Hidungnya bulat berwarna cokelat tua. Moncongnya putih gading. Kau pasti menduga kalau Melly seekor binatang piaraan? Hampir tepat. Dia memang menyerupai binatang. Tapi bukan binatang. Karena dia tidak bernyawa. Dia hanya sebuah boneka. Boneka beruang kepunyaan Mami. Tapi meski hanya sebuah boneka beruang, di mata Mami, Melly lebih manusia dari manusia. Sehingga ia harus diperlakukan dengan istimewa. Sampai-sampai Mami lupa kalau dia memiliki dua orang putri berusia 13 dan 10 tahun. Dua orang putri bernama Bening dan Rani—kami—yang lebih butuh perlakuan istimewa darinya. (Cerpen Melly karya Denny Prabowo)
  • 26. Pada paragraf pertama digunakan sudut pandang “Dia” tokoh Masayu. Pengarang berada di luar cerita. Namun pada paragraf berikutnya pengarang menempatkan dirinya sebagai “Kami” yang berbicara pada “Kau”. Itu berarti, pengarang menjadi pelaku sekaligus narator di dalam ceritanya. Sebagai narator, tokoh “Kami” bertutur tentang tokoh lainnya bernama Melly. Dalam penggunaan SP campuran, dimungkinkan terjadi pergantian pusat penceritaan dari seorang tokoh ke tokoh lainnya. Dengan begitu, pembaca akan memperoleh pandangan terhadap suatu peristiwa atau masalah dari beberapa tokoh.