SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 28
Baixar para ler offline
0
0
KEGIATAN BELAJAR 4. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
PENYAKIT RUMINANSIA
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar ini akan membahas mengenai pencegahan dan pengobatan
penyakit pada ternak ruminansia.
2. Relevansi
Pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak ruminansia bisa
disebabkan oleh faktor luar seperti bakteri, virus, pola makan, cuaca dan juga
faktor dalam seperti genetik. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pencegahan penyakit: 1. Pencegahan lebih baik daripada mengobati, 2. Sapi-sapi
baru yang akan dimasukkan ke kandang harus dipastikan bebas dari berbagai
penyakit, 3. Lingkungan kandang harus bersih dan kering, 4. Pisahkan sapi yang
sakit dari sapi yang sehat, 5. Lakukan pencegahan stress akibat transportasi karena
stress akan menyebabkan sapi mudah terserang penyakit, 6. Pembersihan kandang
dan peralatan dilakukan setiap hari, 7. Pengendalian parasit internal (cacingan)
dan eksternal (caplak, lalat dan pinjal).
3. Panduan Belajar
Panduan belajar peserta didik untuk mata ajaran pencegahan dan
pengobatan penyakit ternak ruminansia pada Kegiatan Belajar (KB) 4 secara
umum memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai beberapa hal antara lain
sebagai berikut:
1. Defenisi penyakit
2. Pencegahan dan pengobatan penyakit ternak ruminansia
3. Jenis penyakit pada ternak ruminansia
4. Tanda-tanda ternak sakit
5. Klasifikasi penyakit pada ternak ruminansia berdasarkan asal usulnya
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak
ruminansia, diharapkan peserta didik mampu:
1. Menjelaskan penyakit pada ternak ruminansia
2. Melakukan identifikasi penyakit pada ternak ruminansia
3. Melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak
ruminansia
4. Mengetahui jenis-jenis penyakit pada ternak ruminansia
2. Sub Capaian Pembelajaran
1. Menentukan penyakit pada ternak ruminansia berdasarkan
2. Menentukan identifikasi penyakit pada ternak ruminansia
3. Menentukan tindakan pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak
ruminansia
4. Menentukan jenis-jenis penyakit pada ternak ruminansia
3. Uraian Materi
Isi modul membahas mengenai defenisi penyakit pada ternak ruminansia,
manajemen pencegahan dan pengobatan penyakit, jenis-jenis penyakit pada ternak
ruminansia. Diharapkan modul ini dapat membekali peserta didik dalam
menguasai kompetensi yang ditetapkan pada kurikulum. Untuk peternakan besar,
sedang dan kecil masih menjadi pusat pengembangbiakkan dan konsumsi terbesar
di Indonesia. Setiap peternakan memiliki masalah dan hambatan masing-masing.
Seperti masalah penyakit, pada hewan ruminansia seperti sapi, kerbau, dan
kambing.
Penyakit adalah suatu gejala tidak normal yang menyerang tubuh hewan
ternak dan menyebabkan gejala-gejala tertentu yang dapat berakibat ringan
sampai berakibat parah seperti kematian. Pada dasarnya penyakit bisa disebabkan
oleh faktor luar seperti bakteri, virus, pola makan dan cuaca dan juga faktor dalam
seperti genetik. Penyakit yang berbahaya dan menjadi hambatan adalah anthrax
dan berbagai penyakit menular lainya baik secara zoonosis maupun
antropoozonosis.
A. Program Pencegahan Penyakit pada Ruminansia
Pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak ruminansia merupakan
salah satu usaha upaya mendukung program peningkatan kesehatan ternak,
breeding, peningkatan produksi ternak, dan swasembada daging yang berasal dari
berbagai ternak ruminansia (seperti sapi potong, sapi perah, kambing, domba, dan
kerbau). Untuk menguraikan secara praktis mengenai tatacara melakukan
pencegahan penyakit, pengendalian penyakit pada ternak ruminansia agar mudah
dipahami para pengguna kelompok petani ternak ruminasia ataupun binaannya
maupun pegiat peternakan ruminansia. Pencegahan penyakit dapat dilakukan
dengan memperhatikan perkandangan yang baik misalnya ventilasi kandang,
lantai kandang juga kontak dengan sapi, kambing, domba, kerbau yang sakit dan
orang yang sakit.
Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan
atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan dari
penyakit tersebut. Prinsip sanitasi yaitu bersih secara fisik, kimiawi dan
mikrobiologi (Rukmana, 2005). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi
antara lain sebagai berikut:
1. Ruang dan alat yang akan disanitasi
2. Metode sanitasi yang digunakan
3. Bahan/zat kimia serta aplikasinya
4. Monitoring program sanitasi
5. Harga bahan yang digunakan
6. Ketrampilan pekerja
7. Sifat bahan/produk dimana kegiatan akan dilakukan
Prinsip-prinsip dalam pencegahan penyakit perlu dilakukan secara intensif.
Adapun prinsip dalam pencegahan penyakit adalah:
1. Pencegahan lebih baik daripada mengobati
2. Sapi-sapi baru yang akan dimasukkan ke kandang harus dipastikan bebas
dari berbagai penyakit
3. Lingkungan kandang harus bersih dan kering
4. Ternak yang sakit dari sapi yang sehat
5. Lakukan pencegahan stress akibat transportasi karena stres akan
menyebabkan sapi mudah terserang penyakit
6. Pembersihan kandang dan peralatan dilakukan setiap hari
7. Pengendalian parasit internal (cacingan) dan eksternal (caplak, lalat dan
pinjal)
Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup
besar bagi peternak khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena
banyak penyakit ternak yang tidak hanya menyerang ternak tetapi juga dapat
menular kepada manusia disebut penyakit zoonosis. Kesehatan ternak adalah
suatu keadaan atau kondisi dimana tubuh hewan dengan seluruh sel yang
menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi
normal. Salah satu bagian yang paling penting dalam penanganan kesehatan
ternak adalah melakukan pengamatan terhadap ternak yang sakit melalui
pemeriksaan ternak yang diduga sakit.
Pemeriksaan ternakyang diduga sakit adalah suatu proses untuk menentukan
dan mengamati perubahan yang terjadi pada ternak melalui tanda-tanda atau
gejala-gejala yang nampak sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dan suatu
penyakit dapat diketahui penyebabnya. Pencegahan penyakit pada ternak
ruminansia bisa dilakukan antisipasi dengan tindakan prepentif (sebelum
timbulnya gejala penyakit) dan kuratif (setelah adanya gejala penyakit) misalnya
dengan melakukan sanitasi kandang dan peralatan, melakukan vaksinasi dan obat-
obatan. Untuk pemberian vaksinasi dan obat-obatan memerlukan kehati-hatian
karena akan berakibat fatal dan merugikan peternak. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan vaksinasi dan pemberian obat-obatan pada ternak
ruminansia antara lain sebagai berikut:
- Selalu membaca label dan ikuti petunjuk penggunaan secara hati-hati.
- Lakukan vaksinasi sesuai dengan jenis vaksinnya demikian juga dengan
aplikasinya Jangan menggunakan vaksin dan obat-obat yang kedaluarsa
Jangan mencampur vaksin dan obat-obatan sekaligus.
- Berikan obat-obatan sesuai jangka waktu yang ditentukan.
- Simpan obat-obatan ditempat yang sejuk.
- Simpan vaksin dalam lemari es, pada saat vaksinasi pakailah alat yang
steril.
a. Sanitasi dan Desinfektan Kandang
Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan
atau mengukur factor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan
penyakit. Prinsip dalam melakukan sanitasi adalah untuk memperbaiki,
mempertahankan atau mengembalikan status kesehatan yang baik bagi ternak
yang dipelihara. Resiko terjadinya penyakit dipengaruhi oleh interaksi antara tiga
komponen yaitu ternak, lingkungan, dan agen penyakit. Untuk itu prinsip-prinsip
sanitasi diupayakan untuk selalu diterapkan pada setiap tahap kegiatan unit usaha
yang berkaitan dengan proses pembibitan, pemeliharaan, dan pengolahan hasil
produksi.
Desinfektan adalah upaya memusnahkan atau membasmi kuman. Upaya ini
memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang tata cara, serta
penggunaan desinfektaan yang baik. Panas sinar matahari merupakan desinfektan
yang paling baik untuk menghancurkan dan membunuh kuman yang mencemari
alas kandang, dan peralatan kandang. Beberapa kuman dapat dimatikan dengan
hembusan udara panas. Untuk seluruh areal peternakan dan peralatan kandang
baiknya selalu dibersihkan dan alat-alat dapat dijemur di bawah terik matahari.
Manajemen sanitasi dan desinfektan kandang yang baik tetap menjadi syarat
yang mutlak dalam menjaga kondisi kesehatan ternak dan menjadi kunci
pengendalian penyakit yang berkesinambungan. Kandang dan peralatanya
merupakan salah satu saran pokok yang ikut berperan dalam menentukan berhasil
tidaknya suatu usaha peternakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
kebersihan kandang, baik dari kotoran maupun dari kuman-kuman atau bibit
penyakit. Kandang yang sehat dan bersih akan memberikan dampak yang baik
bagi pertumbuhan dan kesehatan ternak yang dipelihara.
b. Biosecurity
Biosecurity adalah serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi
peluang masuknya suatu penyakit ke sistem usaha ternak dan mencegah
penyebaran dari suatu tempat ketempat lain yang masih bebas. Sektor peternakan
tingkat pedesaan, istilah dan pelaksanaan biosecurity masih perlu ditingkatkan,
hal ini mungkin saja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan miskonsepsi
terutama tentang besarnya biaya dalam penerapan biosecurity tanpa
mempertimbangkan keuntungan yang akan diperoleh.
Penerapan biosecurity ditingkat peternak yang hanya memelihara ternaknya
sebagai usaha sambilan bukan sebagai usaha pokok merupakan hal yang
menghambat program biosecurity. Peranan biosecurity sangat mampu dalam hal
memberikan jaminan pengamanan hidup bagi peternak, warga sekitar, dan juga
bagi ternak yang ada disekitar (Fikar dan Ruhyadi, 2010).
c. Keunggulan dan Manfaat Isolasi Ternak Sakit
Ternak yang menderita penyakit harus secepat mungkin dipisahkan atau
diisolasi dari kelompoknya. Keunggulan dan manfaat isolasi bagi ternak yang
sakit adalah dapat mengurangi resiko penularan terhadap ternak yang lain,
meminimalisir penyebaran penyakit, dan menjaga kesehatan ternak secara
kondusif selama berada dikandang isolasi. Ternak penderita diberi pengobatan
dan perawatan yang sesuai dengan kasus yang ada. Ternak diobservasi/diamati
sampai memperhatikan apakah ternak tersebut sembuh atau tidak ada gejala
penyakit. Jika dalam masa perawatan ternak mati maka harus dikubur atau dibakar
serta segera diberikan tindakan-tindakan pengendalian lainya sesuai dengan kasus
penyakit yang diderita untuk mencegah terjadinya penyakit menular secara luas
(Susetyo. 1980).
d. Vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu tindakan ideal dalam melakukan
pencegahan penyakit hewan. Beberapa penyakit pada ternak sapi seperti
Septicemia epizootica (SE), antrax, brucellosis, collibacillosis, penyakit mulut
dan kuku (PMK), dan sebagainya dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi
secara teratur setiap tahunya. Vaksinasi memberikan manfaat jika dilakukan
secara teratur pada ternak sehat dengan usia sesuai dosis dan cara aplikasi yang
benar.
Fungsi vaksinasi adalah untuk memicu respon tubuh ternak, dengan
memasukkan agen penyebab penyakit dengan dosis tertentu, yang diharapkan
mampu merangsang reaksi kekebalan yang akan meningkatkan sistem kekebalan
hewan/ternak untuk bereaksi secara cepat dan efektif terhadap penyakit yang
mungkin menyerang ternak di lapangan. Vaksinasi dirancang untuk mencegah
penyakit yang akan datang dan tidak berarti mencegah terjadinya infeksi.
Manfaat pemberian vaksin pada ternak ruminansia adalah untuk
pengendalian terhadap penyakit dengan melakukan upaya pencegahan penyakit
diantaranya mengurangi interaksi antara organisme penyebab penyakit dengan
tubuh hewan sampai pada tingkat hanya memicu pembentukan antibodi
(kekebalan tubuh) karena jumlah agen penyakit telah dikurangi atau dimatikan,
oleh sebab hospes telah terlindungi dan atau infeksi pada tubuh hewan dapat
dicegah.
Pemberian vaksinasi tanpa diikuti tindakan biosecurity atau sanitasi, hanya
sedikit memberikan manfaat pada kejadian atau keparahan suatu penyakit, dengan
demikian berbagai metode pengendalian atau pencegahan penyakit umumnya
saling berkaitan satu sama lainya. Kombinasi antara beberapa jenis metoda
pencegahan/pengendalian penyakit memberikan dampak yang lebih baik terhadap
pengendalian penyakit ternak secara luas.
B. Jenis, Pencegahan, dan Pengobatan Penyakit pada Ruminansia
Salah satu hambatan dalam rangka peningkatan produktivitas ternak adalah
adanya berbagai penyakit yang merupakan factor yang langsung berpengaruh
terhadap kehidupan ternak. Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian
ekonomi yang cukup besar bagi peternak karena selain merusak kehidupan ternak
juga dapat menular pada manusia (Widjajanto, 1992).
Kerugian ekonomi akibat serangan penyakit dapat ditekan jika diagnosis
dan pengobatan dilakukan sedini mungkin, secara cepat dan tepat, agar penyakit
tidak menyebar ke ternak lainya. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang
ternak ruminansia dilapangan beserta cara pencegahan dan pengobatan antara lain
sebagai berikut:
Penyakit tidak mau makan
Penyebab: Ternak kemungkinan tidak mau makan karena beberapa alasan.
Pertimbangkan apakah akibat stres, cedera, diare atau infeksi perut, perubahan
diet, dan penyakit lain. Gejala: Badannya kurus dan lemah, tingkah lakunya
murung. Pengobatan: Tergantung dari penyebabnya. Jika karena stres (tanpa
demam) obati dengan cortisone/dexamethasone, vitamin, dan pakan hijauan yang
dicincang. Jika karena perubahan diet maka ganti kembali ke pakan hijauan
berserat tinggi yang dicincangi. Kemudian secara bertahap kembali ke diet semula
selama dua minggu. Jika karena cedera atau penyakit lainnya obati cedera atau
penyakit seperlunya dan berikan pakan hijauan yang dicincang.
Gambar 1. Ternak sapi tidak mau makan
Pincang
Penyebab: Ada banyak penyebab kepincangan, yang paling umum adalah
trauma dan infeksi pada kuku dan kaki bagian bawah. Gejala: Amati saat hewan
berjalan. Cari tanda tanda kepincangan, dan kebengkakan atau luka luka pada
teracak dan kaki. Pengobatan: Jika kulit terluka dan/atau terjadi demam beri
antibiotik penicillin biasanya terbaik, anti-peradangan (tolfidine atau flunixin)
untuk mengurangi nyeri dan peradangan. Lakukan pengobatan lokal pada luka
jika kulit terluka supaya tidak dihinggapi lalat. Pastikan adanya alas yang tebal di
kandang sakit dan ruang yang cukup untuk berbaring untuk jangka waktu yang
lama. Berikan pakan hijauan yang dicincang untuk merangsang nafsu makan.
Gambar 2. Ternak sapi pincang
Diare
Gambar 3. Ternak sapi diare
Penyebab: Ada banyak faktor penyebab diare termasuk perubahan diet yang
mendadak, gangguan metabolisme, infeksi bakteri/virus/parasit. Gejala: Diare
tanpa disertai dengan gejala penyakit kemungkinannya merupakan efek jangka
pendek yang biasa terjadi akibat perubahan pakan. Tidak diperlukan pengobatan.
Diare yang disertai dengan gejala lain dari penyakit membutuhkan pengobatan.
Gejala-gejala ini meliputi depresi, berkurangnya nafsu makan, demam, dehidrasi,
dan feses berdarah dan berbau. Pengobatan: Antibiotik (sulpha dan trimethoprim),
anti-peradangan jika terjadi demam, vitamin, dan beri pakan hijauan yang
dicincang.
Demam
Penyebab: Infeksi virus atau bakteri dapat menyebabkan demam. Gejalanya
suhu badan lebih dari 39.5ºC; ternak lemah, lesu, murung serta tidak bernafsu
makan. Pengobatan: Obati semua kasus demam dengan antibiotik untuk melawan
infeksi ditambah, anti-peradangan untuk menurunkan suhu badan, nyeri dan
peradangan. Jangan menggunakan cortisone/dexamethason. Jika demam
disebabkan oleh pneumonia, tapi berikan oxytetracycline ditambah tolfidine atau
flunixin. Jika demam disebabkan oleh kepincangan, berikan penicillin ditambah
tolfidine atau flunixin. Jika demam disebabkan oleh diare/infeksi usus, berikan
sulpha dan trimethoprim ditambah flunixin. Berikan pengobatan kemudian
periksa lagi setelah tiga, enam dan sembilan hari bila diperlukan. Jika setelah
sembilan hari hewan tersebut tidak memberikan respon terhadap pengobatan,
maka mungkin lebih baik untuk disembelih.
Gambar 4. Ternak sapi demam
Transit tetany
Gambar 5. Ternak sapi terkena penyakit transit tetany
Penyebab: Transit tetany biasanya terjadi pada sapi yang lebih tua yang
datang di feedlot setelah mengalami stres perjalanan yang lama dengan truk. Hal
ini disebabkan karena menurunnya kadar kalsium dan magnesium dalam darah.
Gejalanya ternak berjalan dengan tidak limbung, tingkah lakunya agresif dan
sering melenguh, kelihatan lelah kemudian roboh. Pengobatan: Segera berikan
infus kalsium/magnesium misalnya calcigol, berikan cortisone/dexamethason, dan
biarkan ternak beristirahat dengan tenang.
Ephemeral fever
Penyebab: Juga dikenal dengan ‘penyakit tiga hari’ yang disebabkan oleh
infeksi virus yang disebarkan oleh midges (sejenis serangga). Ephemeral fever
dapat dicegah dengan vaksinasi. Gejala ternak berbaring selama tiga hari, tampak
demam, dan persendiannya nyeri. Virus disebarkan oleh midges maka dapat
menular ke hewan lainnya pada saat yang sama. Pengobatan: Anti-peradangan
untuk menurunkan demam dan nyeri, antibiotik untuk mencegah pneumonia
(oxytetracycline adalah yang terbaik), dan membiarkan ternak beristirahat.
Gambar 6. Sapi terkena penyakit ephemeral fever
Abses atau bengkak
Penyebab: Abses disebabkan oleh infeksi bakteri melalui luka terbuka atau
cedera. Bengkak yang bukan akibat infeksi biasanya disebabkan oleh trauma.
Gejalanya bengkak atau benjol di bawah kulit. Luka terbuka yang mengeluarkan
darah atau nanah. Pengobatan: Bengkaknya terinfeksi maka periksa suhu badan
hewan. Sedot bengkaknya dengan menggunakan syringe untuk memeriksa isi
cairan. Jika isinya nanah dan infeksi maka bedah dan kuras isinya. Obati dengan
antibiotik (yang terbaik biasanya penicillin) dan berikan anti-peradangan untuk
meredakan nyeri. Lakukan pengobatan local untuk mengontrol lalat. Jika isinya
hanya darah maka jangan dibedah dan berikan anti-peradangan jika terasa nyeri.
Gambar 7. Sapi terkena penyakit abses atau bengkak
Sapi terbaring ‘downers’
Penyebab: Ada banyak penyebab ternak terbaring. Ternak bisa roboh dan
tidak dapat berdiri karena cedera berat, kelelahan, bovine ephemeral fever,
gangguan metabolisme, dan bunting tua pada sapi induk. Gejalanya ternak tidak
dapat bangkit. Pengobatan: Berikan pengobatan menurut penyebabnya. Selalu
pertimbangkan penggunaan antibiotik dan dexamethosone atau antiperadangan.
Biarkan ternak penderita ephemeral fever beristirahat selama tiga hari supaya
pulih. Jika masalahnya karena penyebab lain dan hewan tidak dapat bangkit
setelah 24 jam, maka sebaiknya disembelih.
Gambar 8. Sapi terkena penyakit terbaring ‘downers’
Informasi lebih lanjut dapat diakses di link berikut
http://www.livecorp.com.au/LC/files/3d/3de4f58f-d874-4a3d-987b-
43855534b1f9.pdf.
Tabel 1. Pengelompokan asal usul penyakit yang sering menyerang ruminansia
No Asal usul penyakit Jenis penyakit
1 Penyakit yang disebabkan oleh
bacterial
1. Antrax
2. Brucellosis (keluron menular)
3. Septicemia Epizootika (SE/ngorok)
2 Penyakit yang disebabkan oleh
viral
1. Malignant catharral Fever/MCF
(pnyakit ingusan)
2. Apthae Epizootika/AE (penyakit
mulut dan kukun)
3. Bovine Ephemeral Fefer/BEF
(demam tiga hari)
No Asal usul penyakit Jenis penyakit
3 Penyakit yang disebabkan oleh
parasit
1. Parasit darah:
 Trypanosomiasis (surra)
2. Parasit cacing
 Fasciolosis (cacing hati)
 Nematodosis alat pencernaan
 Thelazia (cacing mata)
3. Tungau
 Scabies (kudis menular)
4. Tymphani (kembung perut)
Anthrax
Nama lain dari penyakit antrax adalah radang limpa. Anthrax merupakan
penyakit menular yang akut/perakut, dapat menyerang semua jenis ternak
berdarah panas bahkan manusia. Penyakit ini dapat menyebabkan angka
kematian yang tinggi.
1. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah Bacillus antracis. Kuman anthrax dapat
membentuk spora yang tahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah, tahan terhadap
lingkungan yang panas, dan bahan kimia atau desinfektan. Oleh sebab itu, ternak
yang mati karena anthrax dilarang melakukan pembedahan pada bangkainya agar
tidak membuka peluang bagi organisme untuk membentuk spora. Penyakit ini
tersebar diseluruh dunia terutama daerah tropis.
2. Penularan
Infeksi pada ternak dapat berasal dari tanah yang tercemar
organisme/kuman anthrax. Kuman masuk tubuh hewan melalui luka, terhirup
bersama udara atau tertelan. Pada manusia infeksi biasanya terjadi dengan
perantara luka, dapat pula melalui pernapasan para pekerja penyeleksi bulu domba
atau melalui saluran perencanaan bagi orang yang memakan daging ternak
penderita anthrax yang tidak sempurna.
3. Tanda-tanda penyakit
a. Kematian mendadak dan adanya pendarahan di lubang kumlah (lubang
hidung, lubang anus, pori-pori kulit).
b. Ternak mengalami kesulitan bernapas, demam tinggi,gemetar, berjalan
sempoyogan, kondisi lemah, ambruk, dan kematian secara cepat.
c. Pada babi dan kuda gejalanya biasanya kronis dan menyebabkan
kebengkakan pada tenggorokan.
d. Pada manusia dapat terjadi tukak/luka pada kulit, dan kematian mendadak.
4. Pencegahan
a. Vaksinasi yang tetratur tiap tahun di daerah wabah.
b. Pengawasan yang ketat terhadap lalu lintas/keluar masuk ternak.
c. Mengasingkan ternak yang sakit/diduga sakit.
d. Bangkai ternak yang sakit/diduga sakit tidak boleh dibuka, tetapi harus
dibakar atau dikubur dalam-dalam.
5. Pengobatan
a. Pemberian antibiotika berspektrum luas
 Procain penicillin G, dosis untuk ruminansia besar (sapi, kerbau):
6.000-20.000 IU/kg berat badan, sedang untuk ruminansia kecil
(kambing, domba): 20.000-40.000 IU/kg BB.
 Streptomycin, dosis untuk ruminansia besar: 5-50 mg/kg BB,
sedang untuk ruminansia kecil: 50-100 mg/kg BB.
 Kombinasi antara Procain Penisilin G dengan Streptomycin.
 Oksitetrasiklin, untuk ruminansia besar: 50 mg/10 kg BB, sedang
untuk ruminansia kecil: 50 mg/5 kg BB.
b. Pemberian anti serum yang tinggi titernya (100-150 ml)
6. Hubungan kesehatan masyarakat
Anthrax merupakan penyakit zoonosis (suatu penyakit yang dapat ditularkan
antara ternak dan manusia) yang sangat berbahaya, oleh karena itu ternak yang
menderita anthrax dilarang keras untuk dipotong.
Brucellosis
Nama lain: penyakit keluron menular, penyakit bang, demam malta. Brucellosis
merupakan penyakit menular menyerang beberapa jenis ternak terutama sapi serta
juga dapat menyerang manusia. Penyakit ini juga dapat menyebabkan kerugian
ekonomi yang sangat besar akibat terjadinya keguguran (keluron). Pada sapi
keluron biasanya terjadi pada kebuntingan berumur 7 bulan. Anak yang dilahirkan
lemah kemudian mati. Dapat terjadi gangguan alat-alat reproduksi, sehingga
ternak menjadi mandul (majir) temporer atau permanen. Pada sapi perah produksi
air susu menurun.
1. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah bakteri/kuman Brucella. Beberapa spesies
yang sering menimbulkan masalah bagi ternak ruminansia adalah Brucella
melitensis yang menyerang kambing dan Brucella abortus yang menyerang sapi.
2. Penularan
Infeksi terjadi melalui saluran makanan, saluran kelamin, selaput lendir atau
kulit yang terluka. Penularan juga dapat melalui inseminasi buatan (IB) akibat
penggunaan semen yang tercemar oleh kuman Brucella. Brucella militensis dapat
menginfeksi sapi sewaktu digembalakan pada padang pengembalaan bersama-
sama dengan domba/kambing yang terinfeksi.
3. Tanda-tanda penyakit
a. Terjadi keguguran/keluron pada kebuntingan 5 - 8 bulan.
b. Sapi mengalami keguguran/keluron 1 - 3 kali, kemudian kelahiran normal
dan kelihatan sehat.
c. Kemajiran/kemandulan temporer atau permanen.
d. Pada sapi perah terjadi penurunan produksi susu.
e. Cairan janin yang keluar kelihatan keruh.
f. Pada ternak jantan terjadi peradangan pada buah pelir dan saluran sperma.
g. Kadang-kadang ditemukan kebengkakan pada persendian lutut.
4. Pencegahan
Usaha pencegahan terutama ditujukan pada tindakan sanitasi dan
tatalaksana. Tindakan sanitasi dilakukan sebagai berikut:
a. Sisa abortus disucihamakan, fetus dan plasenta harus dibakar, vagina bila
mengeluarkan cairan cairan harus diirigasi selama satu minggu.
b. Hindari perkawinan antar pejantan dengan betina yang mengalami
keguguran/keluron.
c. Anak-anak ternak yang lahir dari induk yang menderita Brucellosis
sebaiknya diberi susu dari ternak yang bebas penyakit.
d. Kandang ternak penderita dan peralatan yang tercemar oleh penderita
harus disucihamakan menggunakan desinfektan. Desinfektansi yang dapat
dipergunakan adalah phenol, kresol, ammonium, kwartener, biocid, lysol,
dan lain-lain.
5. Pengobatan
Belum ada pengobatan yang efektif.
6. Hubungan kesehatan masyarakat
Brucellosis termasuk penyakit zoonosis yang memiliki resiko tinggi, oleh
karena itu dianjurkan jangan meminum susu atau produk yang tidak dimasak atau
diproses. Sapi yang menderita Brucellosis dapat dipotong untuk dikonsumsi di
bawah pengawasan dokter hewan/petugas kesehatan hewan. Daging sebelum
dikonsumsi dilayukan terlebih dahulu, sedangkan sisa pemotongan dimusnahkan
dengan cara dibakar atau dikubur. Jangan membantu atau menangani proses
kelahiran dari ternak betina yang terinfeksi tanpa melindungi tangan dan lengan
dengan sarung tangan karet/plastik.
Septicemia Epizootica (SE)
Nama lain penyakit ngorok, septicemia hemorrhagic septicemia, barbone.
Penyakit SE merupakan penyakit menular terutama menyerang sapi dan kerbau.
Penyakit biasanya berjalan akut. Angka kematian tinggi terutama pada penderita
yang telah memperlihatkan penyakit dengan jelas.
1. Penyebab
Penyakit SE disebabkan oleh kuman Pasteurella Multocid.
2. Penularan
Infeksi berlangsung melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Cekaman
pada ternak merupakan predisposisi untuk terjangkinya penyakit. Sapi atau kerbau
yang banyak dipekerjakan, pemberian pakan yang berkualitas rendah, kandang
yang penuh dan berdesakan, kondisi pengangkutan yang melelahkan, kedinginan
dan keadaan anemia dapat memicu terjadinya infeksi.
3. Tanda-tanda penyakit
a. Kondisi tubuh lesu dan lemah.
b. Suhu tubuh meningkat dengan cepat di atas 410
C.
c. Tubuh gemetar, mata sayu dan berair.
d. Selaput lender mata hiperemik.
e. Nafsu makan, memamah biak, gerakan rumen dan usus menurun sampai
hilang disertai konstipasi.
f. Pada bentuk busung, terjadi busung pada kepala, tenggorokan, leher
bagian bawah, gelambir, dan kadang-kadang pada kaki muka. Derajat
kematian bentuk ini dapat mencapai 90% dan berlangsung cepat (3 - 7
hari). Sebelum mati, ternak terlihat mengalami gangguan pernapasan,
sesak napas (dyspneu), suara ngorok dengan gigi gemeretak.
g. Pada bentuk pektoral, tanda-tanda brhoncopnemoni lebih menonjol.
Mula-mula bentuk kering dan nyeri diikuti keluarnya ingus, pernapasan
cepat dan susah. Pada bentuk ini proses penyakit berlangsung lebih lama
(1 - 3 minggu).
h. Penyakit yang berjalan kronis, ternak menjadi kurus, dan sering batuk,
nafsu makan terganggu, dan terus menerus mengeluarkan air mata, suhu
badan normal tetapi terjadi mencret bercampu darah.
4. Pencegahan
a. Pada daerah bebas SE perlu peraturan yang ketat terhadap pemasukan
ternak tersebut.
b. Bagi daerah tertular, dilakukan vaksinasi terhadap ternak yang sehat
dengan vaksin oil adjuvant. Sedikitnya setahun sekali dengan dosis 3 ml
secara intramuskuler. Vaksinasi dilakukan pada saat tidak ada kejadian
penyakit.
5. Pengobatan
a. Oxytetracycline dengan dosis 50 mg/10 kg BB (sapi, kerbau, domba).
b. Streptomycin dengan dosis 5 - 10 mg/kg BB (kambing, domba).
c. Sulphadimidine 2 gr/ 30 kg BB.
6. Hubungan kesehatan masyarakat
Ternak yang terserang penyakit dapat dipotong dan dagingnya dapat
dikonsumsi di bawah pengawasan dokter hewan/ petugas kesehatan hewan.
Jaringan yang terserang terutama paru-paru dimusnahkan dengan dibakar atau
dikubur. Semua pakan dan minuman yang tercemar harus dimusnahkan dan
wadahnya disucihamakan.
Penyakit Akibat Virus
Banyak penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus yang berakibat fatal
dan mematikan pada sapi. Biasanya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus
dapat berlangsung cepat, sangat mudah menular, sulit untuk diobati dan dapat
mengakibatkan kematian yang tinggi pada sapi. Selain itu, banyak penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh virus pada sapi yang belum ada pengobatannya
serta vaksinasi juga belum tersedia sehingga tindakan pencegahan dan
pengendalian penting untuk dilakukan. Penjelasan dari masing-masing penyakit
kausa virus pada sapi terdiri dari:
Penyakit ingusan (malignant catrrahal fever/MCF)
Nama lain bovine malignant catarrhal, coryza gangraenosa bovum,
penyakit makan tanah. Penyakit ingusan merupakan penyakit menular yang
bersifat akut dan fatal pada sapi dan kerbau. Gejala yang sangat menyolok adalah
keluarnya ingus yang hebat dari hidung disertai demam tinggi, radang
mukopurelen pada selaput epitel pernapasan maupun selaput mata dan
encephalitis. Penyakit ini tersebar luas di berbagai negara di dunia. Di Indonesia,
kejadian yang terbanyak adalah pada sapi Bali dan kerbau. Penyakit ingusan dpat
menyerang ternak segala umur, namun kebanyakan yang terserang berumur 4 - 6
tahun. Jenis kelamin dan musim tidak mempengaruhi kejadian penyakit. Angka
penyakit ingusan sangat tinggi (95%).
1. Penyebab
a. AlChephaline virus-1 (ACV-1) adalah hepes virus, merupakan anggota
dari subfamily Gamma herpesviridae, family herpesviridae.
b. Sheep associated agent (SAA) adalah agen yang belum diketahui secara
jelas klasifikasinya dan diperkirakan ditularkan oleh domba.
2. Penularan
Domba diduga sebagai carier atau pembawa penyakit, walaupun ternak-
ternak tersebut tidak menunjukan tanda-tanda sakit. Kejadian penyakit ini lebih
tinggi pada daerah peternakan campuran antara sapi/kerbau dan domba
digembalakan secara bersamaan. Cara penularan virus masih belum diketahui
dengan jelas, namun pada sapi telah direkam beberapa kasus infeksi transplantasi
(melalui plasenta).
3. Tanda-tanda penyakit
a. Demam tinggi 40 - 410
C.
b. Keluarnya cairan dari hidung dan mata semula encer yang akhirnya
menjadi kental dan mukopurulen.
c. Peradangan mulut dan erosi permukan lidah, sehingga air liur menetes.
d. Moncong kering dan pecah-pecah terisi eksudat (nanah).
e. Hidung tersumbat kerak sehingga kesulitan bernapas.
f. Kondisi berat badan menurun, lemah dan lama kelamaan menjadi kurus.
g. Kornea mata keruh dan keputihan, dalam keadaan seriusdapat terjadi
kebutaan.
h. Kadang-kadang dapat terjadi dermatitis (radang kulit) dengan adanya
penebalan dan pengelupasan kulit.
i. Kelenjar limfe luar tubuh membengkak.
j. Kadang-kadang terjadi sembelit yang diikuti diare/mencret.
k. Gejala kelainan syaraf timbul akibat peradangan otak.
l. Otot-otot menjadi gemetar, berjalan sempoyongan, torticolis dan bersifat
agresif.
m. Terjadi kelumpuhan sebelum mati.
n. Kematian terjadi biasanya 4 - 13 hari setelah timbulnya tanda-tanda
penyakit.
4. Pencegahan
a. Menghindari memelihara atau mengembalakan secara bersamaan antara
sapi, kerbau, dan domba pada satu lokasi.
b. Menghindari pemasukan domba dari daerah lain, karena domba adalah
sebagai carrier/pembawa penyakit.
c. Meningkatkan sanitasi lingkungan dan tatalaksana pemeliharaan ternak.
5. Pengobatan
Sampai saat ini tidak ada obat yang efektif, oleh karena itu dianjurkan
ternak yang menderita penyakit ingusan agar dipotong.
6. Hubungan kesehatan masyarakat
Ternak yang menderita atau tersangka penyakit ingusan dapat dipotong di
bawah pengawasan dokter hewan, yang berwenang/petugas kesehatan hewan dan
dagingnya dapat dikonsumsi. Seluruh jaringan yang mengalami
perubahan/menyimpang dari normal diafkir. Sisa hasil pemotongan harus
dimusnahkan dengan dibakar aytau dikubur.
Penyakit mulut dan kuku (PMK)
Nama lain apthae epizootika (AE), foot and mouth disease (FMD). Penyakit
PMK adalah suatu penyakit yang sangat menular pada ternak yang berkuku belah.
Angka kematian (mortalitas) akibat serangan penyakit ini rendah, namun kerugian
yang ditimbulkan akibat serangan penyakit sangat besar karena terjadi penurunan
berat badan, penurunan produksi susu, kehilangan tenaga kerja, hambatan
pertumbuhan, dan hambatan lalu lintas ternak.
1. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan digolongkan ke dalam entero virus
dari keluarga Piciornaviridae. Virus ini terbagi menjadi tujuh tipe yang bebeda,
yaitu O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3, dan Asi 1. Virus ini labil terhadap asam dan
basa serta sensitive terhadap panas.
2. Penularan
Penularan virus PMK dapat terjadi secara langsung, maupun secara tidak
langsung. Secara langsung yaitu melalui kontak dengan penderita, sekresi, eksresi,
atau hasil ternakseperti air susu, semen/sperma yang dibekukan dan daging.
Penularan secara tidak langsung yaitu melalui baha-bahan makanan, minuman,
dan peralatan kandang yang tercemar virus. Selain itu penularan dapat melalui
udara yang terinfeksi dapat tahan beberapa jam di dalam kondisi yang cocok,
terutama bila kelembaban 70%, dan dalam suhu rendah.
3. Tanda-tanda penyakit
a. Demam, nafsu makan menurun, dan bulu kusam
b. Peradangan pada lidah dan mulut bagian dalam yang mengakibatkan
hyperslivasi (air liur keluar banyak berbuih, dan ngiler).
c. Adanya lepuhan-lepuhan pada gusi, lidah, dan pangkal lidah, lepuh-lepuh
tersebut segera pecah dan menghasilkan tukak sehingga mengakibatkan
kesulitan mengunyah dan air liur menetes.
d. Serangan penyakit yang serius menyebabkan selaput lendir lidah
terkelupas.
e. Lepuh-lepuh di antara teracak, dan sekitar batas atas kuku sehingga
menyebabkan rasa sakit dan pincang sewaktu berjalan, luka yang parah
kuku dapat terlepas.
f. Pada ternak betina, lepuhatau tukak terjadi pada ambing, dan puting.
g. Produksi air susu menurun.
h. Keguguran pada ternak betina.
Gambar 9. Penyakit mulut dan kuku (PMK)
Sumber: mydokterhewan.blogspot.com. 2019
4. Pencegahan
a. Vaksinasi secara masal
b. Memperketat arus lalu lintas ternak
c. Pemotongan paksa pada ternak yang menderita PMK
5. Pengobatan
Belum ada obat efektif untuk mengobati ternak yang menderita PMK.
6. Hubungan kesehatan masyarakat
Ternak yang menderita PMK bisa dilakukan pemotongan dengan catatan
setelah diperiksa secara klinis di bawah pengawasan dokter hewan berwenang/
petugas kesehatan hewan dan dagingnya tidak menimbulkan efek samping setelah
dikonsumsi. Biasanya setelah setelah pemotongan daging dilayukan selama 24
jam/direbus. Tempat pemotongan dibersihkan dan disucihamakan.
Bovine epheral fever (BEF)
Nama lain bovine epizooric fever, demam tiga hari, penyakit kuku. Penyakit
BEF hanya menyerang sapi dan kerbau, dan tidak dapat menulari penyakit pada
hewan lain. Sapi/kerbau yang terserang penyakit akan sembuh beberapa hari
kemudian (2 - 3 hari). Angka kematian sangat kecil tidak sampai 1%, tetapi angka
kesakitan tinggi. Dari segi produksi, dan tenaga kerja cukup berarti karena hewan
yang sedang laktasi turun produksi susunya, dan hewan pekerja tidak mampu
bekerja selama 3 - 5 hari.
1. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah virus dari genus yang tidak ada namanya,
tetapi termasuk dalam keluarga Rhabdoviridae dari virus RNA.
2. Penularan
Demam tiga hari disebarkan oleh Cullicoides sp (serangga pengisap darah)
dan nyamuk. Cullicoides yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit mencapai
2.000 km. Penyebaran penyakit dapat terjadi melalui angin.
3. Tanda-tanda penyakit
a. Demam (390
C)
b. Lesu
c. Kekakuan anggota gerak
d. Pincang
e. Kelemahan anggota gerak sampai tidak sanggup berdiri
f. Hypersalivasi
g. Sesak napas
h. Gemetar
i. Keluar sedikit cairan dari mata dan hidung
j. Sekali-kali ditemukan busung di daerah submandibularis dan kaki
k. Sapi yang berlaktasi produksi air susunya tturun dan berrhenti sama
sekali
4. Pencegahan
a. Menjaga kebersihan lingkungan
b. Pemakaian insektisida untuk vektor penyakit serangga
c. Mengisolasi ternak sakit
5. Pengobatan
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif, namun demikian
pemberian antibiotik berspektrum luas perlu dianjurkan untuk mencegah infeksi
sekunder dan pemberian vitamin untuk menghindari stress.
6. Hubungan kesehatan masyarakat
Ternak penderita BEF dapat dipotong dan dagingnya boleh dikonsumsi dan
diperdagangkan. Namun, mengingat angka kematian relatif sangat rendah maka
pemotongan sebaiknya hanya dilakukan pada keadaan sangat terpaksa ditinjau
dari segi medis dan atas anjuran dokter hewan. Sisa pemotongan yang masih
tertinggal harus dibakar dan dikubur dalam. Tempat pemotongan dibersihkan dan
disucihamakan (Technologi BBALIVET, 2019).
Pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit hewan menular
strategis dalam pengembangan usaha sapi potong selanjunya dapa diakses pada
link berikut:
1. http://balitnak.litbang.pertanian.go.id/index.php/publikasi/category/33-
3?download=620%3A3.
2. http://www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/721/file/Bagian-4.pdf
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Rangkuman materi pembelajaran dengan topik pencegahan dan pengobatan
penyakit ternak ruminansia antara lain sebagai berikut:
1. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan
atau mengukur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai
perpindahan penyakit. Prinsip dalam melakukan sanitasi adalah untuk
memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan status kesehatan yang
baik bagi ternak yang dipelihara.
2. Biosecurity adalah serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi
peluang masuknya suatu penyakit ke sistem usaha ternak dan mencegah
penyebaran dari suatu tempat ke tempat lain yang masih bebas.
3. Ternak yang menderita penyakit harus secepat mungkin dipisahkan dari
kelompoknya agar dapat mengurangi resiko penularan terhadap ternak yang
lain. Selama berada di kandang isolasi, hewan penderita diberi pengobatan dan
perawatan yang sesuai dengan kasus yang ada.
4. Vaksinasi merupakan salah satu tindakan ideal dalam melakukan pencegahan
penyakit hewan. Beberapa penyakit pada ternak sapi seperti SE, antrax,
brucellosis, collibacillosis, PMK.
5. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia di lapangan:
a. Penyakit bakterial:
1. Antrax
2. Brucellosis (keluron menular)
3. Septicemia Epizootika (SE/ngorok)
4. Penyakit viral
5. Malignant catharral Fever/MCF (penyakit ingusan)
6. Apthae Epizootika/AE (penyakit mulut dan kuku)
7. Bovine Ephemeral Fefer/BEF (demam tiga hari)
b. Penyakit parasit
1. Parasit darah:
Trypanosomiasis (surra)
2. Parasit cacing
Fasciolosis (cacing hati)
Nematodosis alat pencernaan
Thelazia (cacing mata)
3. Tungau
Scabies (kudis menular)
4. Tymphani (kembung perut)
6. Tanda-tanda penyakit ingusan (Malignant Catrahal Fever = MCF)
a. Demam tinggi diatas 40 - 410
C
b. Keluarnya cairan dari hidung dan mata semula encer yang akhirnya
menjadi kental dan mukopurulen
c. Peradangan mulut dan erosi permukan lidah, sehingga air liur menetes.
d. Moncong kering dan pecah-pecah terisi eksudat (nanah)
e. Hidung tersumbat kerak sehingga kesulitan bernapas
f. Kondisi berat badan menurun, lemah dan lama kelamaan menjadi kurus
g. Kornea mata keruh dan keputihan, dalam keadaan seriusdapat terjadi
kebutaan
h. Kadang-kadang dapat terjadi dermatitis (radang kulit) dengan adanya
penebalan dan pengelupasan kulit
i. Kelenjar limfe luar tubuh membengkak
j. Kadang-kadang terjadi sembelit yang di ikuti diare/mencret
k. Gejala kelainan syaraf timbul akibat peradangan otak
l. Otot-otot menjadi gemetar, berjalan sempoyongan, torticolis dan bersifat
agresif
m. Terjadi kelumpuhan sebelum mati.
n. Kematian terjadi biasanya 4-13 hari setelah timbulnya tanda-tanda
penyakit.
Daftar Pustaka
Technologi BBALIVET. 2019. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Ternak
Ruminansia .Balai Besar Penelitian Vateriner. Bogor
Fikar, S., dan Ruhyadi, D. 2010. Beternak dan Bisnis Sapi Potong. PT Agromedia
Pustaka; Jakarta.
Kementrian Pertanian, dan Badan Litbang Pertanian. 2002. Penyakit Mulut dan
Kuku (PMK). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Link:
http://www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/18/. (Diakses jam 11.30
tanggal 30 Oktober, 2019).
Panduan pengobatan sapi feedlot. 2010. Dipublikasikan oleh Meat & Livestock
Australia Limited ABN 39 081 678 364. Link:
http://www.livecorp.com.au/LC/files/3d/3de4f58f-d874-4a3d-987b-
43855534b1f9.pdf. (Diakses jam 14.13 tanggal 1 Novemberber, 2019).
PPL Peternakan. Wordpress.com. 2019. Penyuluhan Peternakan. Link:
https://pplpeternakan.wordpress.com/rumput-gajah/. (Diakses jam 14.30
tanggal 09 Oktober, 2019).
Rukmana, R. 2005.Prinsip Dasar Ilmu Gizi Hijauan Pakan Ternak. Fakultas
Peternakan. Universitas Andalas. Padang.
Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Fakultas Peternakan, Institut. Pertanian
Bogor,
Widjajanto 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak IV. Gadjah Mada Press.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOMKebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOMStenly Mandagi
 
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiKeamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiAul Ndink
 
MAKALAH SANITASI MAKANAN
MAKALAH SANITASI MAKANANMAKALAH SANITASI MAKANAN
MAKALAH SANITASI MAKANANApapunituzar
 
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Tata Naipospos
 
Resistensi Antimikroba Pada Ayam Pedaging - BRAVA 2021, IMAKAHI Universitas B...
Resistensi Antimikroba Pada Ayam Pedaging - BRAVA 2021, IMAKAHI Universitas B...Resistensi Antimikroba Pada Ayam Pedaging - BRAVA 2021, IMAKAHI Universitas B...
Resistensi Antimikroba Pada Ayam Pedaging - BRAVA 2021, IMAKAHI Universitas B...Tata Naipospos
 
presentasi makalah sanitasi makanan
presentasi makalah sanitasi makananpresentasi makalah sanitasi makanan
presentasi makalah sanitasi makananApapunituzar
 
Training sanitasi dan Hiygiene makanan - Created by Jamaludin
Training sanitasi dan Hiygiene makanan - Created by JamaludinTraining sanitasi dan Hiygiene makanan - Created by Jamaludin
Training sanitasi dan Hiygiene makanan - Created by JamaludinJamaludin S.Pd
 
Personal higiene edit
Personal higiene editPersonal higiene edit
Personal higiene editChairil Anwar
 
Peningkatan higyene dan sanitasi ttupm
Peningkatan higyene dan sanitasi ttupmPeningkatan higyene dan sanitasi ttupm
Peningkatan higyene dan sanitasi ttupmEndang Sri Lestari
 
Hygiene dan sanitasi makanan
Hygiene dan sanitasi makananHygiene dan sanitasi makanan
Hygiene dan sanitasi makananPeny Gama
 
Matakuliah kesehatan masyarakat
Matakuliah kesehatan masyarakatMatakuliah kesehatan masyarakat
Matakuliah kesehatan masyarakatKhoirul Anam
 
2.memahami teknologi pangan
2.memahami teknologi pangan2.memahami teknologi pangan
2.memahami teknologi panganTina Julianti
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitfahmiganteng
 
Hygiene Sanitasi Makanan
Hygiene Sanitasi MakananHygiene Sanitasi Makanan
Hygiene Sanitasi MakananGilang Rosul
 
1.silabus pengantar teknologi pangan
1.silabus pengantar teknologi pangan1.silabus pengantar teknologi pangan
1.silabus pengantar teknologi panganTina Julianti
 
Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...
Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...
Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...Tata Naipospos
 
Konsep Multisektor Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba ...
Konsep Multisektor Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba ...Konsep Multisektor Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba ...
Konsep Multisektor Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba ...Tata Naipospos
 

Mais procurados (20)

Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOMKebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
Kebijakan Pengawasan Keamanan Pangan - BPOM
 
Sanitasi & hygiene
Sanitasi & hygieneSanitasi & hygiene
Sanitasi & hygiene
 
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasiKeamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
Keamanan makanan, foodborn disease dan pengendalian kontaminasi
 
MAKALAH SANITASI MAKANAN
MAKALAH SANITASI MAKANANMAKALAH SANITASI MAKANAN
MAKALAH SANITASI MAKANAN
 
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
 
laporan akhir objek 3 print
laporan akhir objek 3 printlaporan akhir objek 3 print
laporan akhir objek 3 print
 
Resistensi Antimikroba Pada Ayam Pedaging - BRAVA 2021, IMAKAHI Universitas B...
Resistensi Antimikroba Pada Ayam Pedaging - BRAVA 2021, IMAKAHI Universitas B...Resistensi Antimikroba Pada Ayam Pedaging - BRAVA 2021, IMAKAHI Universitas B...
Resistensi Antimikroba Pada Ayam Pedaging - BRAVA 2021, IMAKAHI Universitas B...
 
Artian pht
Artian phtArtian pht
Artian pht
 
presentasi makalah sanitasi makanan
presentasi makalah sanitasi makananpresentasi makalah sanitasi makanan
presentasi makalah sanitasi makanan
 
Training sanitasi dan Hiygiene makanan - Created by Jamaludin
Training sanitasi dan Hiygiene makanan - Created by JamaludinTraining sanitasi dan Hiygiene makanan - Created by Jamaludin
Training sanitasi dan Hiygiene makanan - Created by Jamaludin
 
Personal higiene edit
Personal higiene editPersonal higiene edit
Personal higiene edit
 
Peningkatan higyene dan sanitasi ttupm
Peningkatan higyene dan sanitasi ttupmPeningkatan higyene dan sanitasi ttupm
Peningkatan higyene dan sanitasi ttupm
 
Hygiene dan sanitasi makanan
Hygiene dan sanitasi makananHygiene dan sanitasi makanan
Hygiene dan sanitasi makanan
 
Matakuliah kesehatan masyarakat
Matakuliah kesehatan masyarakatMatakuliah kesehatan masyarakat
Matakuliah kesehatan masyarakat
 
2.memahami teknologi pangan
2.memahami teknologi pangan2.memahami teknologi pangan
2.memahami teknologi pangan
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
 
Hygiene Sanitasi Makanan
Hygiene Sanitasi MakananHygiene Sanitasi Makanan
Hygiene Sanitasi Makanan
 
1.silabus pengantar teknologi pangan
1.silabus pengantar teknologi pangan1.silabus pengantar teknologi pangan
1.silabus pengantar teknologi pangan
 
Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...
Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...
Avian Influenza Pada Unggas dan Dampak Ekonomi - Seminar Kamajaya, Jakarta, 2...
 
Konsep Multisektor Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba ...
Konsep Multisektor Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba ...Konsep Multisektor Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba ...
Konsep Multisektor Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba ...
 

Semelhante a PENCEGAHAN PENYAKIT RUMINANSIA

Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitBab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitRMontong
 
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...Tata Naipospos
 
Pencegahan klb wabah
Pencegahan klb wabahPencegahan klb wabah
Pencegahan klb wabahAnggita Dewi
 
Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ter...
Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ter...Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ter...
Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ter...Tata Naipospos
 
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Tata Naipospos
 
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewanKebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan232448
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan232448
 
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dkMateri ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dkDediKusmana2
 
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Tata Naipospos
 
Memastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptx
Memastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptxMemastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptx
Memastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptxrullyprayoga1
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Penerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdf
Penerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdfPenerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdf
Penerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdfAsepSaefunnajat
 
Pengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabahPengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabahAnggita Dewi
 
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptPengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptItangPurnama1
 
pengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptpengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptLukman Nurdiana
 

Semelhante a PENCEGAHAN PENYAKIT RUMINANSIA (20)

Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakitBab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
Bab viii pengendalian dan penanggulangan penyakit
 
Buku penyakit ternak
Buku penyakit ternakBuku penyakit ternak
Buku penyakit ternak
 
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptim...
 
Pencegahan klb wabah
Pencegahan klb wabahPencegahan klb wabah
Pencegahan klb wabah
 
Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ter...
Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ter...Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ter...
Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ter...
 
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
 
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewanKebijakan dan keamanan pangan asal hewan
Kebijakan dan keamanan pangan asal hewan
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewanKebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
Kebijakan karantina hewan dan pengawasan keamanan pangan asal perta hewan
 
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dkMateri ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
Materi ajar berbasis problem based learning m5 kb3 dk
 
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
Pentingnya Biosekuriti dalam Pencegahan Penyakit Hewan di Balai Pembibitan Te...
 
Memastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptx
Memastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptxMemastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptx
Memastikan Produk Aman dan Halal Dari Peternakan Sampai.pptx
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Makalah mikrobiologi steriliasi dan disinfeksi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
 
Penerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdf
Penerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdfPenerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdf
Penerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdf
 
Pengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabahPengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabah
 
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptPengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
 
pengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptpengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.ppt
 
Keamanan pangan
Keamanan panganKeamanan pangan
Keamanan pangan
 
KEAMANAN PANGAN.ppt
KEAMANAN PANGAN.pptKEAMANAN PANGAN.ppt
KEAMANAN PANGAN.ppt
 

Mais de PPGhybrid3

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1PPGhybrid3
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORPPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4PPGhybrid3
 

Mais de PPGhybrid3 (20)

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4
 

Último

Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 

Último (20)

Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 

PENCEGAHAN PENYAKIT RUMINANSIA

  • 1. 0
  • 2. 0 KEGIATAN BELAJAR 4. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT RUMINANSIA A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Kegiatan belajar ini akan membahas mengenai pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak ruminansia. 2. Relevansi Pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak ruminansia bisa disebabkan oleh faktor luar seperti bakteri, virus, pola makan, cuaca dan juga faktor dalam seperti genetik. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pencegahan penyakit: 1. Pencegahan lebih baik daripada mengobati, 2. Sapi-sapi baru yang akan dimasukkan ke kandang harus dipastikan bebas dari berbagai penyakit, 3. Lingkungan kandang harus bersih dan kering, 4. Pisahkan sapi yang sakit dari sapi yang sehat, 5. Lakukan pencegahan stress akibat transportasi karena stress akan menyebabkan sapi mudah terserang penyakit, 6. Pembersihan kandang dan peralatan dilakukan setiap hari, 7. Pengendalian parasit internal (cacingan) dan eksternal (caplak, lalat dan pinjal). 3. Panduan Belajar Panduan belajar peserta didik untuk mata ajaran pencegahan dan pengobatan penyakit ternak ruminansia pada Kegiatan Belajar (KB) 4 secara umum memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai beberapa hal antara lain sebagai berikut: 1. Defenisi penyakit 2. Pencegahan dan pengobatan penyakit ternak ruminansia 3. Jenis penyakit pada ternak ruminansia 4. Tanda-tanda ternak sakit 5. Klasifikasi penyakit pada ternak ruminansia berdasarkan asal usulnya
  • 3. B. INTI 1. Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari materi pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak ruminansia, diharapkan peserta didik mampu: 1. Menjelaskan penyakit pada ternak ruminansia 2. Melakukan identifikasi penyakit pada ternak ruminansia 3. Melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak ruminansia 4. Mengetahui jenis-jenis penyakit pada ternak ruminansia 2. Sub Capaian Pembelajaran 1. Menentukan penyakit pada ternak ruminansia berdasarkan 2. Menentukan identifikasi penyakit pada ternak ruminansia 3. Menentukan tindakan pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak ruminansia 4. Menentukan jenis-jenis penyakit pada ternak ruminansia 3. Uraian Materi Isi modul membahas mengenai defenisi penyakit pada ternak ruminansia, manajemen pencegahan dan pengobatan penyakit, jenis-jenis penyakit pada ternak ruminansia. Diharapkan modul ini dapat membekali peserta didik dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan pada kurikulum. Untuk peternakan besar, sedang dan kecil masih menjadi pusat pengembangbiakkan dan konsumsi terbesar di Indonesia. Setiap peternakan memiliki masalah dan hambatan masing-masing. Seperti masalah penyakit, pada hewan ruminansia seperti sapi, kerbau, dan kambing. Penyakit adalah suatu gejala tidak normal yang menyerang tubuh hewan ternak dan menyebabkan gejala-gejala tertentu yang dapat berakibat ringan sampai berakibat parah seperti kematian. Pada dasarnya penyakit bisa disebabkan oleh faktor luar seperti bakteri, virus, pola makan dan cuaca dan juga faktor dalam
  • 4. seperti genetik. Penyakit yang berbahaya dan menjadi hambatan adalah anthrax dan berbagai penyakit menular lainya baik secara zoonosis maupun antropoozonosis. A. Program Pencegahan Penyakit pada Ruminansia Pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak ruminansia merupakan salah satu usaha upaya mendukung program peningkatan kesehatan ternak, breeding, peningkatan produksi ternak, dan swasembada daging yang berasal dari berbagai ternak ruminansia (seperti sapi potong, sapi perah, kambing, domba, dan kerbau). Untuk menguraikan secara praktis mengenai tatacara melakukan pencegahan penyakit, pengendalian penyakit pada ternak ruminansia agar mudah dipahami para pengguna kelompok petani ternak ruminasia ataupun binaannya maupun pegiat peternakan ruminansia. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memperhatikan perkandangan yang baik misalnya ventilasi kandang, lantai kandang juga kontak dengan sapi, kambing, domba, kerbau yang sakit dan orang yang sakit. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan dari penyakit tersebut. Prinsip sanitasi yaitu bersih secara fisik, kimiawi dan mikrobiologi (Rukmana, 2005). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi antara lain sebagai berikut: 1. Ruang dan alat yang akan disanitasi 2. Metode sanitasi yang digunakan 3. Bahan/zat kimia serta aplikasinya 4. Monitoring program sanitasi 5. Harga bahan yang digunakan 6. Ketrampilan pekerja 7. Sifat bahan/produk dimana kegiatan akan dilakukan Prinsip-prinsip dalam pencegahan penyakit perlu dilakukan secara intensif. Adapun prinsip dalam pencegahan penyakit adalah: 1. Pencegahan lebih baik daripada mengobati
  • 5. 2. Sapi-sapi baru yang akan dimasukkan ke kandang harus dipastikan bebas dari berbagai penyakit 3. Lingkungan kandang harus bersih dan kering 4. Ternak yang sakit dari sapi yang sehat 5. Lakukan pencegahan stress akibat transportasi karena stres akan menyebabkan sapi mudah terserang penyakit 6. Pembersihan kandang dan peralatan dilakukan setiap hari 7. Pengendalian parasit internal (cacingan) dan eksternal (caplak, lalat dan pinjal) Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena banyak penyakit ternak yang tidak hanya menyerang ternak tetapi juga dapat menular kepada manusia disebut penyakit zoonosis. Kesehatan ternak adalah suatu keadaan atau kondisi dimana tubuh hewan dengan seluruh sel yang menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi normal. Salah satu bagian yang paling penting dalam penanganan kesehatan ternak adalah melakukan pengamatan terhadap ternak yang sakit melalui pemeriksaan ternak yang diduga sakit. Pemeriksaan ternakyang diduga sakit adalah suatu proses untuk menentukan dan mengamati perubahan yang terjadi pada ternak melalui tanda-tanda atau gejala-gejala yang nampak sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dan suatu penyakit dapat diketahui penyebabnya. Pencegahan penyakit pada ternak ruminansia bisa dilakukan antisipasi dengan tindakan prepentif (sebelum timbulnya gejala penyakit) dan kuratif (setelah adanya gejala penyakit) misalnya dengan melakukan sanitasi kandang dan peralatan, melakukan vaksinasi dan obat- obatan. Untuk pemberian vaksinasi dan obat-obatan memerlukan kehati-hatian karena akan berakibat fatal dan merugikan peternak. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan vaksinasi dan pemberian obat-obatan pada ternak ruminansia antara lain sebagai berikut: - Selalu membaca label dan ikuti petunjuk penggunaan secara hati-hati.
  • 6. - Lakukan vaksinasi sesuai dengan jenis vaksinnya demikian juga dengan aplikasinya Jangan menggunakan vaksin dan obat-obat yang kedaluarsa Jangan mencampur vaksin dan obat-obatan sekaligus. - Berikan obat-obatan sesuai jangka waktu yang ditentukan. - Simpan obat-obatan ditempat yang sejuk. - Simpan vaksin dalam lemari es, pada saat vaksinasi pakailah alat yang steril. a. Sanitasi dan Desinfektan Kandang Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengukur factor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit. Prinsip dalam melakukan sanitasi adalah untuk memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan status kesehatan yang baik bagi ternak yang dipelihara. Resiko terjadinya penyakit dipengaruhi oleh interaksi antara tiga komponen yaitu ternak, lingkungan, dan agen penyakit. Untuk itu prinsip-prinsip sanitasi diupayakan untuk selalu diterapkan pada setiap tahap kegiatan unit usaha yang berkaitan dengan proses pembibitan, pemeliharaan, dan pengolahan hasil produksi. Desinfektan adalah upaya memusnahkan atau membasmi kuman. Upaya ini memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang tata cara, serta penggunaan desinfektaan yang baik. Panas sinar matahari merupakan desinfektan yang paling baik untuk menghancurkan dan membunuh kuman yang mencemari alas kandang, dan peralatan kandang. Beberapa kuman dapat dimatikan dengan hembusan udara panas. Untuk seluruh areal peternakan dan peralatan kandang baiknya selalu dibersihkan dan alat-alat dapat dijemur di bawah terik matahari. Manajemen sanitasi dan desinfektan kandang yang baik tetap menjadi syarat yang mutlak dalam menjaga kondisi kesehatan ternak dan menjadi kunci pengendalian penyakit yang berkesinambungan. Kandang dan peralatanya merupakan salah satu saran pokok yang ikut berperan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu usaha peternakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan kandang, baik dari kotoran maupun dari kuman-kuman atau bibit
  • 7. penyakit. Kandang yang sehat dan bersih akan memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan dan kesehatan ternak yang dipelihara. b. Biosecurity Biosecurity adalah serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi peluang masuknya suatu penyakit ke sistem usaha ternak dan mencegah penyebaran dari suatu tempat ketempat lain yang masih bebas. Sektor peternakan tingkat pedesaan, istilah dan pelaksanaan biosecurity masih perlu ditingkatkan, hal ini mungkin saja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan miskonsepsi terutama tentang besarnya biaya dalam penerapan biosecurity tanpa mempertimbangkan keuntungan yang akan diperoleh. Penerapan biosecurity ditingkat peternak yang hanya memelihara ternaknya sebagai usaha sambilan bukan sebagai usaha pokok merupakan hal yang menghambat program biosecurity. Peranan biosecurity sangat mampu dalam hal memberikan jaminan pengamanan hidup bagi peternak, warga sekitar, dan juga bagi ternak yang ada disekitar (Fikar dan Ruhyadi, 2010). c. Keunggulan dan Manfaat Isolasi Ternak Sakit Ternak yang menderita penyakit harus secepat mungkin dipisahkan atau diisolasi dari kelompoknya. Keunggulan dan manfaat isolasi bagi ternak yang sakit adalah dapat mengurangi resiko penularan terhadap ternak yang lain, meminimalisir penyebaran penyakit, dan menjaga kesehatan ternak secara kondusif selama berada dikandang isolasi. Ternak penderita diberi pengobatan dan perawatan yang sesuai dengan kasus yang ada. Ternak diobservasi/diamati sampai memperhatikan apakah ternak tersebut sembuh atau tidak ada gejala penyakit. Jika dalam masa perawatan ternak mati maka harus dikubur atau dibakar serta segera diberikan tindakan-tindakan pengendalian lainya sesuai dengan kasus penyakit yang diderita untuk mencegah terjadinya penyakit menular secara luas (Susetyo. 1980).
  • 8. d. Vaksinasi Vaksinasi merupakan salah satu tindakan ideal dalam melakukan pencegahan penyakit hewan. Beberapa penyakit pada ternak sapi seperti Septicemia epizootica (SE), antrax, brucellosis, collibacillosis, penyakit mulut dan kuku (PMK), dan sebagainya dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi secara teratur setiap tahunya. Vaksinasi memberikan manfaat jika dilakukan secara teratur pada ternak sehat dengan usia sesuai dosis dan cara aplikasi yang benar. Fungsi vaksinasi adalah untuk memicu respon tubuh ternak, dengan memasukkan agen penyebab penyakit dengan dosis tertentu, yang diharapkan mampu merangsang reaksi kekebalan yang akan meningkatkan sistem kekebalan hewan/ternak untuk bereaksi secara cepat dan efektif terhadap penyakit yang mungkin menyerang ternak di lapangan. Vaksinasi dirancang untuk mencegah penyakit yang akan datang dan tidak berarti mencegah terjadinya infeksi. Manfaat pemberian vaksin pada ternak ruminansia adalah untuk pengendalian terhadap penyakit dengan melakukan upaya pencegahan penyakit diantaranya mengurangi interaksi antara organisme penyebab penyakit dengan tubuh hewan sampai pada tingkat hanya memicu pembentukan antibodi (kekebalan tubuh) karena jumlah agen penyakit telah dikurangi atau dimatikan, oleh sebab hospes telah terlindungi dan atau infeksi pada tubuh hewan dapat dicegah. Pemberian vaksinasi tanpa diikuti tindakan biosecurity atau sanitasi, hanya sedikit memberikan manfaat pada kejadian atau keparahan suatu penyakit, dengan demikian berbagai metode pengendalian atau pencegahan penyakit umumnya saling berkaitan satu sama lainya. Kombinasi antara beberapa jenis metoda pencegahan/pengendalian penyakit memberikan dampak yang lebih baik terhadap pengendalian penyakit ternak secara luas.
  • 9. B. Jenis, Pencegahan, dan Pengobatan Penyakit pada Ruminansia Salah satu hambatan dalam rangka peningkatan produktivitas ternak adalah adanya berbagai penyakit yang merupakan factor yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan ternak. Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi peternak karena selain merusak kehidupan ternak juga dapat menular pada manusia (Widjajanto, 1992). Kerugian ekonomi akibat serangan penyakit dapat ditekan jika diagnosis dan pengobatan dilakukan sedini mungkin, secara cepat dan tepat, agar penyakit tidak menyebar ke ternak lainya. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia dilapangan beserta cara pencegahan dan pengobatan antara lain sebagai berikut: Penyakit tidak mau makan Penyebab: Ternak kemungkinan tidak mau makan karena beberapa alasan. Pertimbangkan apakah akibat stres, cedera, diare atau infeksi perut, perubahan diet, dan penyakit lain. Gejala: Badannya kurus dan lemah, tingkah lakunya murung. Pengobatan: Tergantung dari penyebabnya. Jika karena stres (tanpa demam) obati dengan cortisone/dexamethasone, vitamin, dan pakan hijauan yang dicincang. Jika karena perubahan diet maka ganti kembali ke pakan hijauan berserat tinggi yang dicincangi. Kemudian secara bertahap kembali ke diet semula selama dua minggu. Jika karena cedera atau penyakit lainnya obati cedera atau penyakit seperlunya dan berikan pakan hijauan yang dicincang. Gambar 1. Ternak sapi tidak mau makan
  • 10. Pincang Penyebab: Ada banyak penyebab kepincangan, yang paling umum adalah trauma dan infeksi pada kuku dan kaki bagian bawah. Gejala: Amati saat hewan berjalan. Cari tanda tanda kepincangan, dan kebengkakan atau luka luka pada teracak dan kaki. Pengobatan: Jika kulit terluka dan/atau terjadi demam beri antibiotik penicillin biasanya terbaik, anti-peradangan (tolfidine atau flunixin) untuk mengurangi nyeri dan peradangan. Lakukan pengobatan lokal pada luka jika kulit terluka supaya tidak dihinggapi lalat. Pastikan adanya alas yang tebal di kandang sakit dan ruang yang cukup untuk berbaring untuk jangka waktu yang lama. Berikan pakan hijauan yang dicincang untuk merangsang nafsu makan. Gambar 2. Ternak sapi pincang Diare Gambar 3. Ternak sapi diare
  • 11. Penyebab: Ada banyak faktor penyebab diare termasuk perubahan diet yang mendadak, gangguan metabolisme, infeksi bakteri/virus/parasit. Gejala: Diare tanpa disertai dengan gejala penyakit kemungkinannya merupakan efek jangka pendek yang biasa terjadi akibat perubahan pakan. Tidak diperlukan pengobatan. Diare yang disertai dengan gejala lain dari penyakit membutuhkan pengobatan. Gejala-gejala ini meliputi depresi, berkurangnya nafsu makan, demam, dehidrasi, dan feses berdarah dan berbau. Pengobatan: Antibiotik (sulpha dan trimethoprim), anti-peradangan jika terjadi demam, vitamin, dan beri pakan hijauan yang dicincang. Demam Penyebab: Infeksi virus atau bakteri dapat menyebabkan demam. Gejalanya suhu badan lebih dari 39.5ºC; ternak lemah, lesu, murung serta tidak bernafsu makan. Pengobatan: Obati semua kasus demam dengan antibiotik untuk melawan infeksi ditambah, anti-peradangan untuk menurunkan suhu badan, nyeri dan peradangan. Jangan menggunakan cortisone/dexamethason. Jika demam disebabkan oleh pneumonia, tapi berikan oxytetracycline ditambah tolfidine atau flunixin. Jika demam disebabkan oleh kepincangan, berikan penicillin ditambah tolfidine atau flunixin. Jika demam disebabkan oleh diare/infeksi usus, berikan sulpha dan trimethoprim ditambah flunixin. Berikan pengobatan kemudian periksa lagi setelah tiga, enam dan sembilan hari bila diperlukan. Jika setelah sembilan hari hewan tersebut tidak memberikan respon terhadap pengobatan, maka mungkin lebih baik untuk disembelih.
  • 12. Gambar 4. Ternak sapi demam Transit tetany Gambar 5. Ternak sapi terkena penyakit transit tetany Penyebab: Transit tetany biasanya terjadi pada sapi yang lebih tua yang datang di feedlot setelah mengalami stres perjalanan yang lama dengan truk. Hal ini disebabkan karena menurunnya kadar kalsium dan magnesium dalam darah. Gejalanya ternak berjalan dengan tidak limbung, tingkah lakunya agresif dan sering melenguh, kelihatan lelah kemudian roboh. Pengobatan: Segera berikan infus kalsium/magnesium misalnya calcigol, berikan cortisone/dexamethason, dan biarkan ternak beristirahat dengan tenang. Ephemeral fever Penyebab: Juga dikenal dengan ‘penyakit tiga hari’ yang disebabkan oleh infeksi virus yang disebarkan oleh midges (sejenis serangga). Ephemeral fever dapat dicegah dengan vaksinasi. Gejala ternak berbaring selama tiga hari, tampak
  • 13. demam, dan persendiannya nyeri. Virus disebarkan oleh midges maka dapat menular ke hewan lainnya pada saat yang sama. Pengobatan: Anti-peradangan untuk menurunkan demam dan nyeri, antibiotik untuk mencegah pneumonia (oxytetracycline adalah yang terbaik), dan membiarkan ternak beristirahat. Gambar 6. Sapi terkena penyakit ephemeral fever Abses atau bengkak Penyebab: Abses disebabkan oleh infeksi bakteri melalui luka terbuka atau cedera. Bengkak yang bukan akibat infeksi biasanya disebabkan oleh trauma. Gejalanya bengkak atau benjol di bawah kulit. Luka terbuka yang mengeluarkan darah atau nanah. Pengobatan: Bengkaknya terinfeksi maka periksa suhu badan hewan. Sedot bengkaknya dengan menggunakan syringe untuk memeriksa isi cairan. Jika isinya nanah dan infeksi maka bedah dan kuras isinya. Obati dengan antibiotik (yang terbaik biasanya penicillin) dan berikan anti-peradangan untuk meredakan nyeri. Lakukan pengobatan local untuk mengontrol lalat. Jika isinya hanya darah maka jangan dibedah dan berikan anti-peradangan jika terasa nyeri. Gambar 7. Sapi terkena penyakit abses atau bengkak
  • 14. Sapi terbaring ‘downers’ Penyebab: Ada banyak penyebab ternak terbaring. Ternak bisa roboh dan tidak dapat berdiri karena cedera berat, kelelahan, bovine ephemeral fever, gangguan metabolisme, dan bunting tua pada sapi induk. Gejalanya ternak tidak dapat bangkit. Pengobatan: Berikan pengobatan menurut penyebabnya. Selalu pertimbangkan penggunaan antibiotik dan dexamethosone atau antiperadangan. Biarkan ternak penderita ephemeral fever beristirahat selama tiga hari supaya pulih. Jika masalahnya karena penyebab lain dan hewan tidak dapat bangkit setelah 24 jam, maka sebaiknya disembelih. Gambar 8. Sapi terkena penyakit terbaring ‘downers’ Informasi lebih lanjut dapat diakses di link berikut http://www.livecorp.com.au/LC/files/3d/3de4f58f-d874-4a3d-987b- 43855534b1f9.pdf. Tabel 1. Pengelompokan asal usul penyakit yang sering menyerang ruminansia No Asal usul penyakit Jenis penyakit 1 Penyakit yang disebabkan oleh bacterial 1. Antrax 2. Brucellosis (keluron menular) 3. Septicemia Epizootika (SE/ngorok) 2 Penyakit yang disebabkan oleh viral 1. Malignant catharral Fever/MCF (pnyakit ingusan) 2. Apthae Epizootika/AE (penyakit mulut dan kukun) 3. Bovine Ephemeral Fefer/BEF (demam tiga hari)
  • 15. No Asal usul penyakit Jenis penyakit 3 Penyakit yang disebabkan oleh parasit 1. Parasit darah:  Trypanosomiasis (surra) 2. Parasit cacing  Fasciolosis (cacing hati)  Nematodosis alat pencernaan  Thelazia (cacing mata) 3. Tungau  Scabies (kudis menular) 4. Tymphani (kembung perut) Anthrax Nama lain dari penyakit antrax adalah radang limpa. Anthrax merupakan penyakit menular yang akut/perakut, dapat menyerang semua jenis ternak berdarah panas bahkan manusia. Penyakit ini dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi. 1. Penyebab Penyebab penyakit ini adalah Bacillus antracis. Kuman anthrax dapat membentuk spora yang tahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah, tahan terhadap lingkungan yang panas, dan bahan kimia atau desinfektan. Oleh sebab itu, ternak yang mati karena anthrax dilarang melakukan pembedahan pada bangkainya agar tidak membuka peluang bagi organisme untuk membentuk spora. Penyakit ini tersebar diseluruh dunia terutama daerah tropis. 2. Penularan Infeksi pada ternak dapat berasal dari tanah yang tercemar organisme/kuman anthrax. Kuman masuk tubuh hewan melalui luka, terhirup bersama udara atau tertelan. Pada manusia infeksi biasanya terjadi dengan perantara luka, dapat pula melalui pernapasan para pekerja penyeleksi bulu domba atau melalui saluran perencanaan bagi orang yang memakan daging ternak penderita anthrax yang tidak sempurna. 3. Tanda-tanda penyakit a. Kematian mendadak dan adanya pendarahan di lubang kumlah (lubang hidung, lubang anus, pori-pori kulit).
  • 16. b. Ternak mengalami kesulitan bernapas, demam tinggi,gemetar, berjalan sempoyogan, kondisi lemah, ambruk, dan kematian secara cepat. c. Pada babi dan kuda gejalanya biasanya kronis dan menyebabkan kebengkakan pada tenggorokan. d. Pada manusia dapat terjadi tukak/luka pada kulit, dan kematian mendadak. 4. Pencegahan a. Vaksinasi yang tetratur tiap tahun di daerah wabah. b. Pengawasan yang ketat terhadap lalu lintas/keluar masuk ternak. c. Mengasingkan ternak yang sakit/diduga sakit. d. Bangkai ternak yang sakit/diduga sakit tidak boleh dibuka, tetapi harus dibakar atau dikubur dalam-dalam. 5. Pengobatan a. Pemberian antibiotika berspektrum luas  Procain penicillin G, dosis untuk ruminansia besar (sapi, kerbau): 6.000-20.000 IU/kg berat badan, sedang untuk ruminansia kecil (kambing, domba): 20.000-40.000 IU/kg BB.  Streptomycin, dosis untuk ruminansia besar: 5-50 mg/kg BB, sedang untuk ruminansia kecil: 50-100 mg/kg BB.  Kombinasi antara Procain Penisilin G dengan Streptomycin.  Oksitetrasiklin, untuk ruminansia besar: 50 mg/10 kg BB, sedang untuk ruminansia kecil: 50 mg/5 kg BB. b. Pemberian anti serum yang tinggi titernya (100-150 ml) 6. Hubungan kesehatan masyarakat Anthrax merupakan penyakit zoonosis (suatu penyakit yang dapat ditularkan antara ternak dan manusia) yang sangat berbahaya, oleh karena itu ternak yang menderita anthrax dilarang keras untuk dipotong. Brucellosis Nama lain: penyakit keluron menular, penyakit bang, demam malta. Brucellosis merupakan penyakit menular menyerang beberapa jenis ternak terutama sapi serta juga dapat menyerang manusia. Penyakit ini juga dapat menyebabkan kerugian
  • 17. ekonomi yang sangat besar akibat terjadinya keguguran (keluron). Pada sapi keluron biasanya terjadi pada kebuntingan berumur 7 bulan. Anak yang dilahirkan lemah kemudian mati. Dapat terjadi gangguan alat-alat reproduksi, sehingga ternak menjadi mandul (majir) temporer atau permanen. Pada sapi perah produksi air susu menurun. 1. Penyebab Penyebab penyakit ini adalah bakteri/kuman Brucella. Beberapa spesies yang sering menimbulkan masalah bagi ternak ruminansia adalah Brucella melitensis yang menyerang kambing dan Brucella abortus yang menyerang sapi. 2. Penularan Infeksi terjadi melalui saluran makanan, saluran kelamin, selaput lendir atau kulit yang terluka. Penularan juga dapat melalui inseminasi buatan (IB) akibat penggunaan semen yang tercemar oleh kuman Brucella. Brucella militensis dapat menginfeksi sapi sewaktu digembalakan pada padang pengembalaan bersama- sama dengan domba/kambing yang terinfeksi. 3. Tanda-tanda penyakit a. Terjadi keguguran/keluron pada kebuntingan 5 - 8 bulan. b. Sapi mengalami keguguran/keluron 1 - 3 kali, kemudian kelahiran normal dan kelihatan sehat. c. Kemajiran/kemandulan temporer atau permanen. d. Pada sapi perah terjadi penurunan produksi susu. e. Cairan janin yang keluar kelihatan keruh. f. Pada ternak jantan terjadi peradangan pada buah pelir dan saluran sperma. g. Kadang-kadang ditemukan kebengkakan pada persendian lutut. 4. Pencegahan Usaha pencegahan terutama ditujukan pada tindakan sanitasi dan tatalaksana. Tindakan sanitasi dilakukan sebagai berikut: a. Sisa abortus disucihamakan, fetus dan plasenta harus dibakar, vagina bila mengeluarkan cairan cairan harus diirigasi selama satu minggu. b. Hindari perkawinan antar pejantan dengan betina yang mengalami keguguran/keluron.
  • 18. c. Anak-anak ternak yang lahir dari induk yang menderita Brucellosis sebaiknya diberi susu dari ternak yang bebas penyakit. d. Kandang ternak penderita dan peralatan yang tercemar oleh penderita harus disucihamakan menggunakan desinfektan. Desinfektansi yang dapat dipergunakan adalah phenol, kresol, ammonium, kwartener, biocid, lysol, dan lain-lain. 5. Pengobatan Belum ada pengobatan yang efektif. 6. Hubungan kesehatan masyarakat Brucellosis termasuk penyakit zoonosis yang memiliki resiko tinggi, oleh karena itu dianjurkan jangan meminum susu atau produk yang tidak dimasak atau diproses. Sapi yang menderita Brucellosis dapat dipotong untuk dikonsumsi di bawah pengawasan dokter hewan/petugas kesehatan hewan. Daging sebelum dikonsumsi dilayukan terlebih dahulu, sedangkan sisa pemotongan dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur. Jangan membantu atau menangani proses kelahiran dari ternak betina yang terinfeksi tanpa melindungi tangan dan lengan dengan sarung tangan karet/plastik. Septicemia Epizootica (SE) Nama lain penyakit ngorok, septicemia hemorrhagic septicemia, barbone. Penyakit SE merupakan penyakit menular terutama menyerang sapi dan kerbau. Penyakit biasanya berjalan akut. Angka kematian tinggi terutama pada penderita yang telah memperlihatkan penyakit dengan jelas. 1. Penyebab Penyakit SE disebabkan oleh kuman Pasteurella Multocid. 2. Penularan Infeksi berlangsung melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Cekaman pada ternak merupakan predisposisi untuk terjangkinya penyakit. Sapi atau kerbau yang banyak dipekerjakan, pemberian pakan yang berkualitas rendah, kandang yang penuh dan berdesakan, kondisi pengangkutan yang melelahkan, kedinginan dan keadaan anemia dapat memicu terjadinya infeksi.
  • 19. 3. Tanda-tanda penyakit a. Kondisi tubuh lesu dan lemah. b. Suhu tubuh meningkat dengan cepat di atas 410 C. c. Tubuh gemetar, mata sayu dan berair. d. Selaput lender mata hiperemik. e. Nafsu makan, memamah biak, gerakan rumen dan usus menurun sampai hilang disertai konstipasi. f. Pada bentuk busung, terjadi busung pada kepala, tenggorokan, leher bagian bawah, gelambir, dan kadang-kadang pada kaki muka. Derajat kematian bentuk ini dapat mencapai 90% dan berlangsung cepat (3 - 7 hari). Sebelum mati, ternak terlihat mengalami gangguan pernapasan, sesak napas (dyspneu), suara ngorok dengan gigi gemeretak. g. Pada bentuk pektoral, tanda-tanda brhoncopnemoni lebih menonjol. Mula-mula bentuk kering dan nyeri diikuti keluarnya ingus, pernapasan cepat dan susah. Pada bentuk ini proses penyakit berlangsung lebih lama (1 - 3 minggu). h. Penyakit yang berjalan kronis, ternak menjadi kurus, dan sering batuk, nafsu makan terganggu, dan terus menerus mengeluarkan air mata, suhu badan normal tetapi terjadi mencret bercampu darah. 4. Pencegahan a. Pada daerah bebas SE perlu peraturan yang ketat terhadap pemasukan ternak tersebut. b. Bagi daerah tertular, dilakukan vaksinasi terhadap ternak yang sehat dengan vaksin oil adjuvant. Sedikitnya setahun sekali dengan dosis 3 ml secara intramuskuler. Vaksinasi dilakukan pada saat tidak ada kejadian penyakit. 5. Pengobatan a. Oxytetracycline dengan dosis 50 mg/10 kg BB (sapi, kerbau, domba). b. Streptomycin dengan dosis 5 - 10 mg/kg BB (kambing, domba). c. Sulphadimidine 2 gr/ 30 kg BB.
  • 20. 6. Hubungan kesehatan masyarakat Ternak yang terserang penyakit dapat dipotong dan dagingnya dapat dikonsumsi di bawah pengawasan dokter hewan/ petugas kesehatan hewan. Jaringan yang terserang terutama paru-paru dimusnahkan dengan dibakar atau dikubur. Semua pakan dan minuman yang tercemar harus dimusnahkan dan wadahnya disucihamakan. Penyakit Akibat Virus Banyak penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus yang berakibat fatal dan mematikan pada sapi. Biasanya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus dapat berlangsung cepat, sangat mudah menular, sulit untuk diobati dan dapat mengakibatkan kematian yang tinggi pada sapi. Selain itu, banyak penyakit- penyakit yang disebabkan oleh virus pada sapi yang belum ada pengobatannya serta vaksinasi juga belum tersedia sehingga tindakan pencegahan dan pengendalian penting untuk dilakukan. Penjelasan dari masing-masing penyakit kausa virus pada sapi terdiri dari: Penyakit ingusan (malignant catrrahal fever/MCF) Nama lain bovine malignant catarrhal, coryza gangraenosa bovum, penyakit makan tanah. Penyakit ingusan merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan fatal pada sapi dan kerbau. Gejala yang sangat menyolok adalah keluarnya ingus yang hebat dari hidung disertai demam tinggi, radang mukopurelen pada selaput epitel pernapasan maupun selaput mata dan encephalitis. Penyakit ini tersebar luas di berbagai negara di dunia. Di Indonesia, kejadian yang terbanyak adalah pada sapi Bali dan kerbau. Penyakit ingusan dpat menyerang ternak segala umur, namun kebanyakan yang terserang berumur 4 - 6 tahun. Jenis kelamin dan musim tidak mempengaruhi kejadian penyakit. Angka penyakit ingusan sangat tinggi (95%). 1. Penyebab a. AlChephaline virus-1 (ACV-1) adalah hepes virus, merupakan anggota dari subfamily Gamma herpesviridae, family herpesviridae.
  • 21. b. Sheep associated agent (SAA) adalah agen yang belum diketahui secara jelas klasifikasinya dan diperkirakan ditularkan oleh domba. 2. Penularan Domba diduga sebagai carier atau pembawa penyakit, walaupun ternak- ternak tersebut tidak menunjukan tanda-tanda sakit. Kejadian penyakit ini lebih tinggi pada daerah peternakan campuran antara sapi/kerbau dan domba digembalakan secara bersamaan. Cara penularan virus masih belum diketahui dengan jelas, namun pada sapi telah direkam beberapa kasus infeksi transplantasi (melalui plasenta). 3. Tanda-tanda penyakit a. Demam tinggi 40 - 410 C. b. Keluarnya cairan dari hidung dan mata semula encer yang akhirnya menjadi kental dan mukopurulen. c. Peradangan mulut dan erosi permukan lidah, sehingga air liur menetes. d. Moncong kering dan pecah-pecah terisi eksudat (nanah). e. Hidung tersumbat kerak sehingga kesulitan bernapas. f. Kondisi berat badan menurun, lemah dan lama kelamaan menjadi kurus. g. Kornea mata keruh dan keputihan, dalam keadaan seriusdapat terjadi kebutaan. h. Kadang-kadang dapat terjadi dermatitis (radang kulit) dengan adanya penebalan dan pengelupasan kulit. i. Kelenjar limfe luar tubuh membengkak. j. Kadang-kadang terjadi sembelit yang diikuti diare/mencret. k. Gejala kelainan syaraf timbul akibat peradangan otak. l. Otot-otot menjadi gemetar, berjalan sempoyongan, torticolis dan bersifat agresif. m. Terjadi kelumpuhan sebelum mati. n. Kematian terjadi biasanya 4 - 13 hari setelah timbulnya tanda-tanda penyakit.
  • 22. 4. Pencegahan a. Menghindari memelihara atau mengembalakan secara bersamaan antara sapi, kerbau, dan domba pada satu lokasi. b. Menghindari pemasukan domba dari daerah lain, karena domba adalah sebagai carrier/pembawa penyakit. c. Meningkatkan sanitasi lingkungan dan tatalaksana pemeliharaan ternak. 5. Pengobatan Sampai saat ini tidak ada obat yang efektif, oleh karena itu dianjurkan ternak yang menderita penyakit ingusan agar dipotong. 6. Hubungan kesehatan masyarakat Ternak yang menderita atau tersangka penyakit ingusan dapat dipotong di bawah pengawasan dokter hewan, yang berwenang/petugas kesehatan hewan dan dagingnya dapat dikonsumsi. Seluruh jaringan yang mengalami perubahan/menyimpang dari normal diafkir. Sisa hasil pemotongan harus dimusnahkan dengan dibakar aytau dikubur. Penyakit mulut dan kuku (PMK) Nama lain apthae epizootika (AE), foot and mouth disease (FMD). Penyakit PMK adalah suatu penyakit yang sangat menular pada ternak yang berkuku belah. Angka kematian (mortalitas) akibat serangan penyakit ini rendah, namun kerugian yang ditimbulkan akibat serangan penyakit sangat besar karena terjadi penurunan berat badan, penurunan produksi susu, kehilangan tenaga kerja, hambatan pertumbuhan, dan hambatan lalu lintas ternak. 1. Penyebab Penyakit ini disebabkan oleh virus dan digolongkan ke dalam entero virus dari keluarga Piciornaviridae. Virus ini terbagi menjadi tujuh tipe yang bebeda, yaitu O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3, dan Asi 1. Virus ini labil terhadap asam dan basa serta sensitive terhadap panas. 2. Penularan Penularan virus PMK dapat terjadi secara langsung, maupun secara tidak langsung. Secara langsung yaitu melalui kontak dengan penderita, sekresi, eksresi,
  • 23. atau hasil ternakseperti air susu, semen/sperma yang dibekukan dan daging. Penularan secara tidak langsung yaitu melalui baha-bahan makanan, minuman, dan peralatan kandang yang tercemar virus. Selain itu penularan dapat melalui udara yang terinfeksi dapat tahan beberapa jam di dalam kondisi yang cocok, terutama bila kelembaban 70%, dan dalam suhu rendah. 3. Tanda-tanda penyakit a. Demam, nafsu makan menurun, dan bulu kusam b. Peradangan pada lidah dan mulut bagian dalam yang mengakibatkan hyperslivasi (air liur keluar banyak berbuih, dan ngiler). c. Adanya lepuhan-lepuhan pada gusi, lidah, dan pangkal lidah, lepuh-lepuh tersebut segera pecah dan menghasilkan tukak sehingga mengakibatkan kesulitan mengunyah dan air liur menetes. d. Serangan penyakit yang serius menyebabkan selaput lendir lidah terkelupas. e. Lepuh-lepuh di antara teracak, dan sekitar batas atas kuku sehingga menyebabkan rasa sakit dan pincang sewaktu berjalan, luka yang parah kuku dapat terlepas. f. Pada ternak betina, lepuhatau tukak terjadi pada ambing, dan puting. g. Produksi air susu menurun. h. Keguguran pada ternak betina. Gambar 9. Penyakit mulut dan kuku (PMK) Sumber: mydokterhewan.blogspot.com. 2019
  • 24. 4. Pencegahan a. Vaksinasi secara masal b. Memperketat arus lalu lintas ternak c. Pemotongan paksa pada ternak yang menderita PMK 5. Pengobatan Belum ada obat efektif untuk mengobati ternak yang menderita PMK. 6. Hubungan kesehatan masyarakat Ternak yang menderita PMK bisa dilakukan pemotongan dengan catatan setelah diperiksa secara klinis di bawah pengawasan dokter hewan berwenang/ petugas kesehatan hewan dan dagingnya tidak menimbulkan efek samping setelah dikonsumsi. Biasanya setelah setelah pemotongan daging dilayukan selama 24 jam/direbus. Tempat pemotongan dibersihkan dan disucihamakan. Bovine epheral fever (BEF) Nama lain bovine epizooric fever, demam tiga hari, penyakit kuku. Penyakit BEF hanya menyerang sapi dan kerbau, dan tidak dapat menulari penyakit pada hewan lain. Sapi/kerbau yang terserang penyakit akan sembuh beberapa hari kemudian (2 - 3 hari). Angka kematian sangat kecil tidak sampai 1%, tetapi angka kesakitan tinggi. Dari segi produksi, dan tenaga kerja cukup berarti karena hewan yang sedang laktasi turun produksi susunya, dan hewan pekerja tidak mampu bekerja selama 3 - 5 hari. 1. Penyebab Penyebab penyakit ini adalah virus dari genus yang tidak ada namanya, tetapi termasuk dalam keluarga Rhabdoviridae dari virus RNA. 2. Penularan Demam tiga hari disebarkan oleh Cullicoides sp (serangga pengisap darah) dan nyamuk. Cullicoides yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit mencapai 2.000 km. Penyebaran penyakit dapat terjadi melalui angin. 3. Tanda-tanda penyakit a. Demam (390 C) b. Lesu
  • 25. c. Kekakuan anggota gerak d. Pincang e. Kelemahan anggota gerak sampai tidak sanggup berdiri f. Hypersalivasi g. Sesak napas h. Gemetar i. Keluar sedikit cairan dari mata dan hidung j. Sekali-kali ditemukan busung di daerah submandibularis dan kaki k. Sapi yang berlaktasi produksi air susunya tturun dan berrhenti sama sekali 4. Pencegahan a. Menjaga kebersihan lingkungan b. Pemakaian insektisida untuk vektor penyakit serangga c. Mengisolasi ternak sakit 5. Pengobatan Sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif, namun demikian pemberian antibiotik berspektrum luas perlu dianjurkan untuk mencegah infeksi sekunder dan pemberian vitamin untuk menghindari stress. 6. Hubungan kesehatan masyarakat Ternak penderita BEF dapat dipotong dan dagingnya boleh dikonsumsi dan diperdagangkan. Namun, mengingat angka kematian relatif sangat rendah maka pemotongan sebaiknya hanya dilakukan pada keadaan sangat terpaksa ditinjau dari segi medis dan atas anjuran dokter hewan. Sisa pemotongan yang masih tertinggal harus dibakar dan dikubur dalam. Tempat pemotongan dibersihkan dan disucihamakan (Technologi BBALIVET, 2019). Pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit hewan menular strategis dalam pengembangan usaha sapi potong selanjunya dapa diakses pada link berikut: 1. http://balitnak.litbang.pertanian.go.id/index.php/publikasi/category/33- 3?download=620%3A3. 2. http://www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/721/file/Bagian-4.pdf
  • 26. C. PENUTUP 1. Rangkuman Rangkuman materi pembelajaran dengan topik pencegahan dan pengobatan penyakit ternak ruminansia antara lain sebagai berikut: 1. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengukur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan penyakit. Prinsip dalam melakukan sanitasi adalah untuk memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan status kesehatan yang baik bagi ternak yang dipelihara. 2. Biosecurity adalah serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi peluang masuknya suatu penyakit ke sistem usaha ternak dan mencegah penyebaran dari suatu tempat ke tempat lain yang masih bebas. 3. Ternak yang menderita penyakit harus secepat mungkin dipisahkan dari kelompoknya agar dapat mengurangi resiko penularan terhadap ternak yang lain. Selama berada di kandang isolasi, hewan penderita diberi pengobatan dan perawatan yang sesuai dengan kasus yang ada. 4. Vaksinasi merupakan salah satu tindakan ideal dalam melakukan pencegahan penyakit hewan. Beberapa penyakit pada ternak sapi seperti SE, antrax, brucellosis, collibacillosis, PMK. 5. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia di lapangan: a. Penyakit bakterial: 1. Antrax 2. Brucellosis (keluron menular) 3. Septicemia Epizootika (SE/ngorok) 4. Penyakit viral 5. Malignant catharral Fever/MCF (penyakit ingusan) 6. Apthae Epizootika/AE (penyakit mulut dan kuku) 7. Bovine Ephemeral Fefer/BEF (demam tiga hari) b. Penyakit parasit 1. Parasit darah:
  • 27. Trypanosomiasis (surra) 2. Parasit cacing Fasciolosis (cacing hati) Nematodosis alat pencernaan Thelazia (cacing mata) 3. Tungau Scabies (kudis menular) 4. Tymphani (kembung perut) 6. Tanda-tanda penyakit ingusan (Malignant Catrahal Fever = MCF) a. Demam tinggi diatas 40 - 410 C b. Keluarnya cairan dari hidung dan mata semula encer yang akhirnya menjadi kental dan mukopurulen c. Peradangan mulut dan erosi permukan lidah, sehingga air liur menetes. d. Moncong kering dan pecah-pecah terisi eksudat (nanah) e. Hidung tersumbat kerak sehingga kesulitan bernapas f. Kondisi berat badan menurun, lemah dan lama kelamaan menjadi kurus g. Kornea mata keruh dan keputihan, dalam keadaan seriusdapat terjadi kebutaan h. Kadang-kadang dapat terjadi dermatitis (radang kulit) dengan adanya penebalan dan pengelupasan kulit i. Kelenjar limfe luar tubuh membengkak j. Kadang-kadang terjadi sembelit yang di ikuti diare/mencret k. Gejala kelainan syaraf timbul akibat peradangan otak l. Otot-otot menjadi gemetar, berjalan sempoyongan, torticolis dan bersifat agresif m. Terjadi kelumpuhan sebelum mati. n. Kematian terjadi biasanya 4-13 hari setelah timbulnya tanda-tanda penyakit.
  • 28. Daftar Pustaka Technologi BBALIVET. 2019. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Ternak Ruminansia .Balai Besar Penelitian Vateriner. Bogor Fikar, S., dan Ruhyadi, D. 2010. Beternak dan Bisnis Sapi Potong. PT Agromedia Pustaka; Jakarta. Kementrian Pertanian, dan Badan Litbang Pertanian. 2002. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Link: http://www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/18/. (Diakses jam 11.30 tanggal 30 Oktober, 2019). Panduan pengobatan sapi feedlot. 2010. Dipublikasikan oleh Meat & Livestock Australia Limited ABN 39 081 678 364. Link: http://www.livecorp.com.au/LC/files/3d/3de4f58f-d874-4a3d-987b- 43855534b1f9.pdf. (Diakses jam 14.13 tanggal 1 Novemberber, 2019). PPL Peternakan. Wordpress.com. 2019. Penyuluhan Peternakan. Link: https://pplpeternakan.wordpress.com/rumput-gajah/. (Diakses jam 14.30 tanggal 09 Oktober, 2019). Rukmana, R. 2005.Prinsip Dasar Ilmu Gizi Hijauan Pakan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Padang. Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Fakultas Peternakan, Institut. Pertanian Bogor, Widjajanto 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak IV. Gadjah Mada Press.