Dokumen tersebut membahas mengenai pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak ruminansia. Topik utama yang dibahas adalah jenis-jenis penyakit pada ternak ruminansia, program pencegahan penyakit melalui sanitasi, vaksinasi, isolasi ternak sakit, serta pengobatan penyakit-penyakit tertentu.
2. 0
KEGIATAN BELAJAR 4. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
PENYAKIT RUMINANSIA
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar ini akan membahas mengenai pencegahan dan pengobatan
penyakit pada ternak ruminansia.
2. Relevansi
Pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak ruminansia bisa
disebabkan oleh faktor luar seperti bakteri, virus, pola makan, cuaca dan juga
faktor dalam seperti genetik. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pencegahan penyakit: 1. Pencegahan lebih baik daripada mengobati, 2. Sapi-sapi
baru yang akan dimasukkan ke kandang harus dipastikan bebas dari berbagai
penyakit, 3. Lingkungan kandang harus bersih dan kering, 4. Pisahkan sapi yang
sakit dari sapi yang sehat, 5. Lakukan pencegahan stress akibat transportasi karena
stress akan menyebabkan sapi mudah terserang penyakit, 6. Pembersihan kandang
dan peralatan dilakukan setiap hari, 7. Pengendalian parasit internal (cacingan)
dan eksternal (caplak, lalat dan pinjal).
3. Panduan Belajar
Panduan belajar peserta didik untuk mata ajaran pencegahan dan
pengobatan penyakit ternak ruminansia pada Kegiatan Belajar (KB) 4 secara
umum memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai beberapa hal antara lain
sebagai berikut:
1. Defenisi penyakit
2. Pencegahan dan pengobatan penyakit ternak ruminansia
3. Jenis penyakit pada ternak ruminansia
4. Tanda-tanda ternak sakit
5. Klasifikasi penyakit pada ternak ruminansia berdasarkan asal usulnya
3. B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak
ruminansia, diharapkan peserta didik mampu:
1. Menjelaskan penyakit pada ternak ruminansia
2. Melakukan identifikasi penyakit pada ternak ruminansia
3. Melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak
ruminansia
4. Mengetahui jenis-jenis penyakit pada ternak ruminansia
2. Sub Capaian Pembelajaran
1. Menentukan penyakit pada ternak ruminansia berdasarkan
2. Menentukan identifikasi penyakit pada ternak ruminansia
3. Menentukan tindakan pencegahan dan pengobatan penyakit pada ternak
ruminansia
4. Menentukan jenis-jenis penyakit pada ternak ruminansia
3. Uraian Materi
Isi modul membahas mengenai defenisi penyakit pada ternak ruminansia,
manajemen pencegahan dan pengobatan penyakit, jenis-jenis penyakit pada ternak
ruminansia. Diharapkan modul ini dapat membekali peserta didik dalam
menguasai kompetensi yang ditetapkan pada kurikulum. Untuk peternakan besar,
sedang dan kecil masih menjadi pusat pengembangbiakkan dan konsumsi terbesar
di Indonesia. Setiap peternakan memiliki masalah dan hambatan masing-masing.
Seperti masalah penyakit, pada hewan ruminansia seperti sapi, kerbau, dan
kambing.
Penyakit adalah suatu gejala tidak normal yang menyerang tubuh hewan
ternak dan menyebabkan gejala-gejala tertentu yang dapat berakibat ringan
sampai berakibat parah seperti kematian. Pada dasarnya penyakit bisa disebabkan
oleh faktor luar seperti bakteri, virus, pola makan dan cuaca dan juga faktor dalam
4. seperti genetik. Penyakit yang berbahaya dan menjadi hambatan adalah anthrax
dan berbagai penyakit menular lainya baik secara zoonosis maupun
antropoozonosis.
A. Program Pencegahan Penyakit pada Ruminansia
Pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak ruminansia merupakan
salah satu usaha upaya mendukung program peningkatan kesehatan ternak,
breeding, peningkatan produksi ternak, dan swasembada daging yang berasal dari
berbagai ternak ruminansia (seperti sapi potong, sapi perah, kambing, domba, dan
kerbau). Untuk menguraikan secara praktis mengenai tatacara melakukan
pencegahan penyakit, pengendalian penyakit pada ternak ruminansia agar mudah
dipahami para pengguna kelompok petani ternak ruminasia ataupun binaannya
maupun pegiat peternakan ruminansia. Pencegahan penyakit dapat dilakukan
dengan memperhatikan perkandangan yang baik misalnya ventilasi kandang,
lantai kandang juga kontak dengan sapi, kambing, domba, kerbau yang sakit dan
orang yang sakit.
Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan
atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan dari
penyakit tersebut. Prinsip sanitasi yaitu bersih secara fisik, kimiawi dan
mikrobiologi (Rukmana, 2005). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi
antara lain sebagai berikut:
1. Ruang dan alat yang akan disanitasi
2. Metode sanitasi yang digunakan
3. Bahan/zat kimia serta aplikasinya
4. Monitoring program sanitasi
5. Harga bahan yang digunakan
6. Ketrampilan pekerja
7. Sifat bahan/produk dimana kegiatan akan dilakukan
Prinsip-prinsip dalam pencegahan penyakit perlu dilakukan secara intensif.
Adapun prinsip dalam pencegahan penyakit adalah:
1. Pencegahan lebih baik daripada mengobati
5. 2. Sapi-sapi baru yang akan dimasukkan ke kandang harus dipastikan bebas
dari berbagai penyakit
3. Lingkungan kandang harus bersih dan kering
4. Ternak yang sakit dari sapi yang sehat
5. Lakukan pencegahan stress akibat transportasi karena stres akan
menyebabkan sapi mudah terserang penyakit
6. Pembersihan kandang dan peralatan dilakukan setiap hari
7. Pengendalian parasit internal (cacingan) dan eksternal (caplak, lalat dan
pinjal)
Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup
besar bagi peternak khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Karena
banyak penyakit ternak yang tidak hanya menyerang ternak tetapi juga dapat
menular kepada manusia disebut penyakit zoonosis. Kesehatan ternak adalah
suatu keadaan atau kondisi dimana tubuh hewan dengan seluruh sel yang
menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi
normal. Salah satu bagian yang paling penting dalam penanganan kesehatan
ternak adalah melakukan pengamatan terhadap ternak yang sakit melalui
pemeriksaan ternak yang diduga sakit.
Pemeriksaan ternakyang diduga sakit adalah suatu proses untuk menentukan
dan mengamati perubahan yang terjadi pada ternak melalui tanda-tanda atau
gejala-gejala yang nampak sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dan suatu
penyakit dapat diketahui penyebabnya. Pencegahan penyakit pada ternak
ruminansia bisa dilakukan antisipasi dengan tindakan prepentif (sebelum
timbulnya gejala penyakit) dan kuratif (setelah adanya gejala penyakit) misalnya
dengan melakukan sanitasi kandang dan peralatan, melakukan vaksinasi dan obat-
obatan. Untuk pemberian vaksinasi dan obat-obatan memerlukan kehati-hatian
karena akan berakibat fatal dan merugikan peternak. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan vaksinasi dan pemberian obat-obatan pada ternak
ruminansia antara lain sebagai berikut:
- Selalu membaca label dan ikuti petunjuk penggunaan secara hati-hati.
6. - Lakukan vaksinasi sesuai dengan jenis vaksinnya demikian juga dengan
aplikasinya Jangan menggunakan vaksin dan obat-obat yang kedaluarsa
Jangan mencampur vaksin dan obat-obatan sekaligus.
- Berikan obat-obatan sesuai jangka waktu yang ditentukan.
- Simpan obat-obatan ditempat yang sejuk.
- Simpan vaksin dalam lemari es, pada saat vaksinasi pakailah alat yang
steril.
a. Sanitasi dan Desinfektan Kandang
Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan
atau mengukur factor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan
penyakit. Prinsip dalam melakukan sanitasi adalah untuk memperbaiki,
mempertahankan atau mengembalikan status kesehatan yang baik bagi ternak
yang dipelihara. Resiko terjadinya penyakit dipengaruhi oleh interaksi antara tiga
komponen yaitu ternak, lingkungan, dan agen penyakit. Untuk itu prinsip-prinsip
sanitasi diupayakan untuk selalu diterapkan pada setiap tahap kegiatan unit usaha
yang berkaitan dengan proses pembibitan, pemeliharaan, dan pengolahan hasil
produksi.
Desinfektan adalah upaya memusnahkan atau membasmi kuman. Upaya ini
memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang tata cara, serta
penggunaan desinfektaan yang baik. Panas sinar matahari merupakan desinfektan
yang paling baik untuk menghancurkan dan membunuh kuman yang mencemari
alas kandang, dan peralatan kandang. Beberapa kuman dapat dimatikan dengan
hembusan udara panas. Untuk seluruh areal peternakan dan peralatan kandang
baiknya selalu dibersihkan dan alat-alat dapat dijemur di bawah terik matahari.
Manajemen sanitasi dan desinfektan kandang yang baik tetap menjadi syarat
yang mutlak dalam menjaga kondisi kesehatan ternak dan menjadi kunci
pengendalian penyakit yang berkesinambungan. Kandang dan peralatanya
merupakan salah satu saran pokok yang ikut berperan dalam menentukan berhasil
tidaknya suatu usaha peternakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
kebersihan kandang, baik dari kotoran maupun dari kuman-kuman atau bibit
7. penyakit. Kandang yang sehat dan bersih akan memberikan dampak yang baik
bagi pertumbuhan dan kesehatan ternak yang dipelihara.
b. Biosecurity
Biosecurity adalah serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi
peluang masuknya suatu penyakit ke sistem usaha ternak dan mencegah
penyebaran dari suatu tempat ketempat lain yang masih bebas. Sektor peternakan
tingkat pedesaan, istilah dan pelaksanaan biosecurity masih perlu ditingkatkan,
hal ini mungkin saja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan miskonsepsi
terutama tentang besarnya biaya dalam penerapan biosecurity tanpa
mempertimbangkan keuntungan yang akan diperoleh.
Penerapan biosecurity ditingkat peternak yang hanya memelihara ternaknya
sebagai usaha sambilan bukan sebagai usaha pokok merupakan hal yang
menghambat program biosecurity. Peranan biosecurity sangat mampu dalam hal
memberikan jaminan pengamanan hidup bagi peternak, warga sekitar, dan juga
bagi ternak yang ada disekitar (Fikar dan Ruhyadi, 2010).
c. Keunggulan dan Manfaat Isolasi Ternak Sakit
Ternak yang menderita penyakit harus secepat mungkin dipisahkan atau
diisolasi dari kelompoknya. Keunggulan dan manfaat isolasi bagi ternak yang
sakit adalah dapat mengurangi resiko penularan terhadap ternak yang lain,
meminimalisir penyebaran penyakit, dan menjaga kesehatan ternak secara
kondusif selama berada dikandang isolasi. Ternak penderita diberi pengobatan
dan perawatan yang sesuai dengan kasus yang ada. Ternak diobservasi/diamati
sampai memperhatikan apakah ternak tersebut sembuh atau tidak ada gejala
penyakit. Jika dalam masa perawatan ternak mati maka harus dikubur atau dibakar
serta segera diberikan tindakan-tindakan pengendalian lainya sesuai dengan kasus
penyakit yang diderita untuk mencegah terjadinya penyakit menular secara luas
(Susetyo. 1980).
8. d. Vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu tindakan ideal dalam melakukan
pencegahan penyakit hewan. Beberapa penyakit pada ternak sapi seperti
Septicemia epizootica (SE), antrax, brucellosis, collibacillosis, penyakit mulut
dan kuku (PMK), dan sebagainya dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi
secara teratur setiap tahunya. Vaksinasi memberikan manfaat jika dilakukan
secara teratur pada ternak sehat dengan usia sesuai dosis dan cara aplikasi yang
benar.
Fungsi vaksinasi adalah untuk memicu respon tubuh ternak, dengan
memasukkan agen penyebab penyakit dengan dosis tertentu, yang diharapkan
mampu merangsang reaksi kekebalan yang akan meningkatkan sistem kekebalan
hewan/ternak untuk bereaksi secara cepat dan efektif terhadap penyakit yang
mungkin menyerang ternak di lapangan. Vaksinasi dirancang untuk mencegah
penyakit yang akan datang dan tidak berarti mencegah terjadinya infeksi.
Manfaat pemberian vaksin pada ternak ruminansia adalah untuk
pengendalian terhadap penyakit dengan melakukan upaya pencegahan penyakit
diantaranya mengurangi interaksi antara organisme penyebab penyakit dengan
tubuh hewan sampai pada tingkat hanya memicu pembentukan antibodi
(kekebalan tubuh) karena jumlah agen penyakit telah dikurangi atau dimatikan,
oleh sebab hospes telah terlindungi dan atau infeksi pada tubuh hewan dapat
dicegah.
Pemberian vaksinasi tanpa diikuti tindakan biosecurity atau sanitasi, hanya
sedikit memberikan manfaat pada kejadian atau keparahan suatu penyakit, dengan
demikian berbagai metode pengendalian atau pencegahan penyakit umumnya
saling berkaitan satu sama lainya. Kombinasi antara beberapa jenis metoda
pencegahan/pengendalian penyakit memberikan dampak yang lebih baik terhadap
pengendalian penyakit ternak secara luas.
9. B. Jenis, Pencegahan, dan Pengobatan Penyakit pada Ruminansia
Salah satu hambatan dalam rangka peningkatan produktivitas ternak adalah
adanya berbagai penyakit yang merupakan factor yang langsung berpengaruh
terhadap kehidupan ternak. Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian
ekonomi yang cukup besar bagi peternak karena selain merusak kehidupan ternak
juga dapat menular pada manusia (Widjajanto, 1992).
Kerugian ekonomi akibat serangan penyakit dapat ditekan jika diagnosis
dan pengobatan dilakukan sedini mungkin, secara cepat dan tepat, agar penyakit
tidak menyebar ke ternak lainya. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang
ternak ruminansia dilapangan beserta cara pencegahan dan pengobatan antara lain
sebagai berikut:
Penyakit tidak mau makan
Penyebab: Ternak kemungkinan tidak mau makan karena beberapa alasan.
Pertimbangkan apakah akibat stres, cedera, diare atau infeksi perut, perubahan
diet, dan penyakit lain. Gejala: Badannya kurus dan lemah, tingkah lakunya
murung. Pengobatan: Tergantung dari penyebabnya. Jika karena stres (tanpa
demam) obati dengan cortisone/dexamethasone, vitamin, dan pakan hijauan yang
dicincang. Jika karena perubahan diet maka ganti kembali ke pakan hijauan
berserat tinggi yang dicincangi. Kemudian secara bertahap kembali ke diet semula
selama dua minggu. Jika karena cedera atau penyakit lainnya obati cedera atau
penyakit seperlunya dan berikan pakan hijauan yang dicincang.
Gambar 1. Ternak sapi tidak mau makan
10. Pincang
Penyebab: Ada banyak penyebab kepincangan, yang paling umum adalah
trauma dan infeksi pada kuku dan kaki bagian bawah. Gejala: Amati saat hewan
berjalan. Cari tanda tanda kepincangan, dan kebengkakan atau luka luka pada
teracak dan kaki. Pengobatan: Jika kulit terluka dan/atau terjadi demam beri
antibiotik penicillin biasanya terbaik, anti-peradangan (tolfidine atau flunixin)
untuk mengurangi nyeri dan peradangan. Lakukan pengobatan lokal pada luka
jika kulit terluka supaya tidak dihinggapi lalat. Pastikan adanya alas yang tebal di
kandang sakit dan ruang yang cukup untuk berbaring untuk jangka waktu yang
lama. Berikan pakan hijauan yang dicincang untuk merangsang nafsu makan.
Gambar 2. Ternak sapi pincang
Diare
Gambar 3. Ternak sapi diare
11. Penyebab: Ada banyak faktor penyebab diare termasuk perubahan diet yang
mendadak, gangguan metabolisme, infeksi bakteri/virus/parasit. Gejala: Diare
tanpa disertai dengan gejala penyakit kemungkinannya merupakan efek jangka
pendek yang biasa terjadi akibat perubahan pakan. Tidak diperlukan pengobatan.
Diare yang disertai dengan gejala lain dari penyakit membutuhkan pengobatan.
Gejala-gejala ini meliputi depresi, berkurangnya nafsu makan, demam, dehidrasi,
dan feses berdarah dan berbau. Pengobatan: Antibiotik (sulpha dan trimethoprim),
anti-peradangan jika terjadi demam, vitamin, dan beri pakan hijauan yang
dicincang.
Demam
Penyebab: Infeksi virus atau bakteri dapat menyebabkan demam. Gejalanya
suhu badan lebih dari 39.5ºC; ternak lemah, lesu, murung serta tidak bernafsu
makan. Pengobatan: Obati semua kasus demam dengan antibiotik untuk melawan
infeksi ditambah, anti-peradangan untuk menurunkan suhu badan, nyeri dan
peradangan. Jangan menggunakan cortisone/dexamethason. Jika demam
disebabkan oleh pneumonia, tapi berikan oxytetracycline ditambah tolfidine atau
flunixin. Jika demam disebabkan oleh kepincangan, berikan penicillin ditambah
tolfidine atau flunixin. Jika demam disebabkan oleh diare/infeksi usus, berikan
sulpha dan trimethoprim ditambah flunixin. Berikan pengobatan kemudian
periksa lagi setelah tiga, enam dan sembilan hari bila diperlukan. Jika setelah
sembilan hari hewan tersebut tidak memberikan respon terhadap pengobatan,
maka mungkin lebih baik untuk disembelih.
12. Gambar 4. Ternak sapi demam
Transit tetany
Gambar 5. Ternak sapi terkena penyakit transit tetany
Penyebab: Transit tetany biasanya terjadi pada sapi yang lebih tua yang
datang di feedlot setelah mengalami stres perjalanan yang lama dengan truk. Hal
ini disebabkan karena menurunnya kadar kalsium dan magnesium dalam darah.
Gejalanya ternak berjalan dengan tidak limbung, tingkah lakunya agresif dan
sering melenguh, kelihatan lelah kemudian roboh. Pengobatan: Segera berikan
infus kalsium/magnesium misalnya calcigol, berikan cortisone/dexamethason, dan
biarkan ternak beristirahat dengan tenang.
Ephemeral fever
Penyebab: Juga dikenal dengan ‘penyakit tiga hari’ yang disebabkan oleh
infeksi virus yang disebarkan oleh midges (sejenis serangga). Ephemeral fever
dapat dicegah dengan vaksinasi. Gejala ternak berbaring selama tiga hari, tampak
13. demam, dan persendiannya nyeri. Virus disebarkan oleh midges maka dapat
menular ke hewan lainnya pada saat yang sama. Pengobatan: Anti-peradangan
untuk menurunkan demam dan nyeri, antibiotik untuk mencegah pneumonia
(oxytetracycline adalah yang terbaik), dan membiarkan ternak beristirahat.
Gambar 6. Sapi terkena penyakit ephemeral fever
Abses atau bengkak
Penyebab: Abses disebabkan oleh infeksi bakteri melalui luka terbuka atau
cedera. Bengkak yang bukan akibat infeksi biasanya disebabkan oleh trauma.
Gejalanya bengkak atau benjol di bawah kulit. Luka terbuka yang mengeluarkan
darah atau nanah. Pengobatan: Bengkaknya terinfeksi maka periksa suhu badan
hewan. Sedot bengkaknya dengan menggunakan syringe untuk memeriksa isi
cairan. Jika isinya nanah dan infeksi maka bedah dan kuras isinya. Obati dengan
antibiotik (yang terbaik biasanya penicillin) dan berikan anti-peradangan untuk
meredakan nyeri. Lakukan pengobatan local untuk mengontrol lalat. Jika isinya
hanya darah maka jangan dibedah dan berikan anti-peradangan jika terasa nyeri.
Gambar 7. Sapi terkena penyakit abses atau bengkak
14. Sapi terbaring ‘downers’
Penyebab: Ada banyak penyebab ternak terbaring. Ternak bisa roboh dan
tidak dapat berdiri karena cedera berat, kelelahan, bovine ephemeral fever,
gangguan metabolisme, dan bunting tua pada sapi induk. Gejalanya ternak tidak
dapat bangkit. Pengobatan: Berikan pengobatan menurut penyebabnya. Selalu
pertimbangkan penggunaan antibiotik dan dexamethosone atau antiperadangan.
Biarkan ternak penderita ephemeral fever beristirahat selama tiga hari supaya
pulih. Jika masalahnya karena penyebab lain dan hewan tidak dapat bangkit
setelah 24 jam, maka sebaiknya disembelih.
Gambar 8. Sapi terkena penyakit terbaring ‘downers’
Informasi lebih lanjut dapat diakses di link berikut
http://www.livecorp.com.au/LC/files/3d/3de4f58f-d874-4a3d-987b-
43855534b1f9.pdf.
Tabel 1. Pengelompokan asal usul penyakit yang sering menyerang ruminansia
No Asal usul penyakit Jenis penyakit
1 Penyakit yang disebabkan oleh
bacterial
1. Antrax
2. Brucellosis (keluron menular)
3. Septicemia Epizootika (SE/ngorok)
2 Penyakit yang disebabkan oleh
viral
1. Malignant catharral Fever/MCF
(pnyakit ingusan)
2. Apthae Epizootika/AE (penyakit
mulut dan kukun)
3. Bovine Ephemeral Fefer/BEF
(demam tiga hari)
15. No Asal usul penyakit Jenis penyakit
3 Penyakit yang disebabkan oleh
parasit
1. Parasit darah:
Trypanosomiasis (surra)
2. Parasit cacing
Fasciolosis (cacing hati)
Nematodosis alat pencernaan
Thelazia (cacing mata)
3. Tungau
Scabies (kudis menular)
4. Tymphani (kembung perut)
Anthrax
Nama lain dari penyakit antrax adalah radang limpa. Anthrax merupakan
penyakit menular yang akut/perakut, dapat menyerang semua jenis ternak
berdarah panas bahkan manusia. Penyakit ini dapat menyebabkan angka
kematian yang tinggi.
1. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah Bacillus antracis. Kuman anthrax dapat
membentuk spora yang tahan hidup berpuluh-puluh tahun di tanah, tahan terhadap
lingkungan yang panas, dan bahan kimia atau desinfektan. Oleh sebab itu, ternak
yang mati karena anthrax dilarang melakukan pembedahan pada bangkainya agar
tidak membuka peluang bagi organisme untuk membentuk spora. Penyakit ini
tersebar diseluruh dunia terutama daerah tropis.
2. Penularan
Infeksi pada ternak dapat berasal dari tanah yang tercemar
organisme/kuman anthrax. Kuman masuk tubuh hewan melalui luka, terhirup
bersama udara atau tertelan. Pada manusia infeksi biasanya terjadi dengan
perantara luka, dapat pula melalui pernapasan para pekerja penyeleksi bulu domba
atau melalui saluran perencanaan bagi orang yang memakan daging ternak
penderita anthrax yang tidak sempurna.
3. Tanda-tanda penyakit
a. Kematian mendadak dan adanya pendarahan di lubang kumlah (lubang
hidung, lubang anus, pori-pori kulit).
16. b. Ternak mengalami kesulitan bernapas, demam tinggi,gemetar, berjalan
sempoyogan, kondisi lemah, ambruk, dan kematian secara cepat.
c. Pada babi dan kuda gejalanya biasanya kronis dan menyebabkan
kebengkakan pada tenggorokan.
d. Pada manusia dapat terjadi tukak/luka pada kulit, dan kematian mendadak.
4. Pencegahan
a. Vaksinasi yang tetratur tiap tahun di daerah wabah.
b. Pengawasan yang ketat terhadap lalu lintas/keluar masuk ternak.
c. Mengasingkan ternak yang sakit/diduga sakit.
d. Bangkai ternak yang sakit/diduga sakit tidak boleh dibuka, tetapi harus
dibakar atau dikubur dalam-dalam.
5. Pengobatan
a. Pemberian antibiotika berspektrum luas
Procain penicillin G, dosis untuk ruminansia besar (sapi, kerbau):
6.000-20.000 IU/kg berat badan, sedang untuk ruminansia kecil
(kambing, domba): 20.000-40.000 IU/kg BB.
Streptomycin, dosis untuk ruminansia besar: 5-50 mg/kg BB,
sedang untuk ruminansia kecil: 50-100 mg/kg BB.
Kombinasi antara Procain Penisilin G dengan Streptomycin.
Oksitetrasiklin, untuk ruminansia besar: 50 mg/10 kg BB, sedang
untuk ruminansia kecil: 50 mg/5 kg BB.
b. Pemberian anti serum yang tinggi titernya (100-150 ml)
6. Hubungan kesehatan masyarakat
Anthrax merupakan penyakit zoonosis (suatu penyakit yang dapat ditularkan
antara ternak dan manusia) yang sangat berbahaya, oleh karena itu ternak yang
menderita anthrax dilarang keras untuk dipotong.
Brucellosis
Nama lain: penyakit keluron menular, penyakit bang, demam malta. Brucellosis
merupakan penyakit menular menyerang beberapa jenis ternak terutama sapi serta
juga dapat menyerang manusia. Penyakit ini juga dapat menyebabkan kerugian
17. ekonomi yang sangat besar akibat terjadinya keguguran (keluron). Pada sapi
keluron biasanya terjadi pada kebuntingan berumur 7 bulan. Anak yang dilahirkan
lemah kemudian mati. Dapat terjadi gangguan alat-alat reproduksi, sehingga
ternak menjadi mandul (majir) temporer atau permanen. Pada sapi perah produksi
air susu menurun.
1. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah bakteri/kuman Brucella. Beberapa spesies
yang sering menimbulkan masalah bagi ternak ruminansia adalah Brucella
melitensis yang menyerang kambing dan Brucella abortus yang menyerang sapi.
2. Penularan
Infeksi terjadi melalui saluran makanan, saluran kelamin, selaput lendir atau
kulit yang terluka. Penularan juga dapat melalui inseminasi buatan (IB) akibat
penggunaan semen yang tercemar oleh kuman Brucella. Brucella militensis dapat
menginfeksi sapi sewaktu digembalakan pada padang pengembalaan bersama-
sama dengan domba/kambing yang terinfeksi.
3. Tanda-tanda penyakit
a. Terjadi keguguran/keluron pada kebuntingan 5 - 8 bulan.
b. Sapi mengalami keguguran/keluron 1 - 3 kali, kemudian kelahiran normal
dan kelihatan sehat.
c. Kemajiran/kemandulan temporer atau permanen.
d. Pada sapi perah terjadi penurunan produksi susu.
e. Cairan janin yang keluar kelihatan keruh.
f. Pada ternak jantan terjadi peradangan pada buah pelir dan saluran sperma.
g. Kadang-kadang ditemukan kebengkakan pada persendian lutut.
4. Pencegahan
Usaha pencegahan terutama ditujukan pada tindakan sanitasi dan
tatalaksana. Tindakan sanitasi dilakukan sebagai berikut:
a. Sisa abortus disucihamakan, fetus dan plasenta harus dibakar, vagina bila
mengeluarkan cairan cairan harus diirigasi selama satu minggu.
b. Hindari perkawinan antar pejantan dengan betina yang mengalami
keguguran/keluron.
18. c. Anak-anak ternak yang lahir dari induk yang menderita Brucellosis
sebaiknya diberi susu dari ternak yang bebas penyakit.
d. Kandang ternak penderita dan peralatan yang tercemar oleh penderita
harus disucihamakan menggunakan desinfektan. Desinfektansi yang dapat
dipergunakan adalah phenol, kresol, ammonium, kwartener, biocid, lysol,
dan lain-lain.
5. Pengobatan
Belum ada pengobatan yang efektif.
6. Hubungan kesehatan masyarakat
Brucellosis termasuk penyakit zoonosis yang memiliki resiko tinggi, oleh
karena itu dianjurkan jangan meminum susu atau produk yang tidak dimasak atau
diproses. Sapi yang menderita Brucellosis dapat dipotong untuk dikonsumsi di
bawah pengawasan dokter hewan/petugas kesehatan hewan. Daging sebelum
dikonsumsi dilayukan terlebih dahulu, sedangkan sisa pemotongan dimusnahkan
dengan cara dibakar atau dikubur. Jangan membantu atau menangani proses
kelahiran dari ternak betina yang terinfeksi tanpa melindungi tangan dan lengan
dengan sarung tangan karet/plastik.
Septicemia Epizootica (SE)
Nama lain penyakit ngorok, septicemia hemorrhagic septicemia, barbone.
Penyakit SE merupakan penyakit menular terutama menyerang sapi dan kerbau.
Penyakit biasanya berjalan akut. Angka kematian tinggi terutama pada penderita
yang telah memperlihatkan penyakit dengan jelas.
1. Penyebab
Penyakit SE disebabkan oleh kuman Pasteurella Multocid.
2. Penularan
Infeksi berlangsung melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Cekaman
pada ternak merupakan predisposisi untuk terjangkinya penyakit. Sapi atau kerbau
yang banyak dipekerjakan, pemberian pakan yang berkualitas rendah, kandang
yang penuh dan berdesakan, kondisi pengangkutan yang melelahkan, kedinginan
dan keadaan anemia dapat memicu terjadinya infeksi.
19. 3. Tanda-tanda penyakit
a. Kondisi tubuh lesu dan lemah.
b. Suhu tubuh meningkat dengan cepat di atas 410
C.
c. Tubuh gemetar, mata sayu dan berair.
d. Selaput lender mata hiperemik.
e. Nafsu makan, memamah biak, gerakan rumen dan usus menurun sampai
hilang disertai konstipasi.
f. Pada bentuk busung, terjadi busung pada kepala, tenggorokan, leher
bagian bawah, gelambir, dan kadang-kadang pada kaki muka. Derajat
kematian bentuk ini dapat mencapai 90% dan berlangsung cepat (3 - 7
hari). Sebelum mati, ternak terlihat mengalami gangguan pernapasan,
sesak napas (dyspneu), suara ngorok dengan gigi gemeretak.
g. Pada bentuk pektoral, tanda-tanda brhoncopnemoni lebih menonjol.
Mula-mula bentuk kering dan nyeri diikuti keluarnya ingus, pernapasan
cepat dan susah. Pada bentuk ini proses penyakit berlangsung lebih lama
(1 - 3 minggu).
h. Penyakit yang berjalan kronis, ternak menjadi kurus, dan sering batuk,
nafsu makan terganggu, dan terus menerus mengeluarkan air mata, suhu
badan normal tetapi terjadi mencret bercampu darah.
4. Pencegahan
a. Pada daerah bebas SE perlu peraturan yang ketat terhadap pemasukan
ternak tersebut.
b. Bagi daerah tertular, dilakukan vaksinasi terhadap ternak yang sehat
dengan vaksin oil adjuvant. Sedikitnya setahun sekali dengan dosis 3 ml
secara intramuskuler. Vaksinasi dilakukan pada saat tidak ada kejadian
penyakit.
5. Pengobatan
a. Oxytetracycline dengan dosis 50 mg/10 kg BB (sapi, kerbau, domba).
b. Streptomycin dengan dosis 5 - 10 mg/kg BB (kambing, domba).
c. Sulphadimidine 2 gr/ 30 kg BB.
20. 6. Hubungan kesehatan masyarakat
Ternak yang terserang penyakit dapat dipotong dan dagingnya dapat
dikonsumsi di bawah pengawasan dokter hewan/ petugas kesehatan hewan.
Jaringan yang terserang terutama paru-paru dimusnahkan dengan dibakar atau
dikubur. Semua pakan dan minuman yang tercemar harus dimusnahkan dan
wadahnya disucihamakan.
Penyakit Akibat Virus
Banyak penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus yang berakibat fatal
dan mematikan pada sapi. Biasanya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus
dapat berlangsung cepat, sangat mudah menular, sulit untuk diobati dan dapat
mengakibatkan kematian yang tinggi pada sapi. Selain itu, banyak penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh virus pada sapi yang belum ada pengobatannya
serta vaksinasi juga belum tersedia sehingga tindakan pencegahan dan
pengendalian penting untuk dilakukan. Penjelasan dari masing-masing penyakit
kausa virus pada sapi terdiri dari:
Penyakit ingusan (malignant catrrahal fever/MCF)
Nama lain bovine malignant catarrhal, coryza gangraenosa bovum,
penyakit makan tanah. Penyakit ingusan merupakan penyakit menular yang
bersifat akut dan fatal pada sapi dan kerbau. Gejala yang sangat menyolok adalah
keluarnya ingus yang hebat dari hidung disertai demam tinggi, radang
mukopurelen pada selaput epitel pernapasan maupun selaput mata dan
encephalitis. Penyakit ini tersebar luas di berbagai negara di dunia. Di Indonesia,
kejadian yang terbanyak adalah pada sapi Bali dan kerbau. Penyakit ingusan dpat
menyerang ternak segala umur, namun kebanyakan yang terserang berumur 4 - 6
tahun. Jenis kelamin dan musim tidak mempengaruhi kejadian penyakit. Angka
penyakit ingusan sangat tinggi (95%).
1. Penyebab
a. AlChephaline virus-1 (ACV-1) adalah hepes virus, merupakan anggota
dari subfamily Gamma herpesviridae, family herpesviridae.
21. b. Sheep associated agent (SAA) adalah agen yang belum diketahui secara
jelas klasifikasinya dan diperkirakan ditularkan oleh domba.
2. Penularan
Domba diduga sebagai carier atau pembawa penyakit, walaupun ternak-
ternak tersebut tidak menunjukan tanda-tanda sakit. Kejadian penyakit ini lebih
tinggi pada daerah peternakan campuran antara sapi/kerbau dan domba
digembalakan secara bersamaan. Cara penularan virus masih belum diketahui
dengan jelas, namun pada sapi telah direkam beberapa kasus infeksi transplantasi
(melalui plasenta).
3. Tanda-tanda penyakit
a. Demam tinggi 40 - 410
C.
b. Keluarnya cairan dari hidung dan mata semula encer yang akhirnya
menjadi kental dan mukopurulen.
c. Peradangan mulut dan erosi permukan lidah, sehingga air liur menetes.
d. Moncong kering dan pecah-pecah terisi eksudat (nanah).
e. Hidung tersumbat kerak sehingga kesulitan bernapas.
f. Kondisi berat badan menurun, lemah dan lama kelamaan menjadi kurus.
g. Kornea mata keruh dan keputihan, dalam keadaan seriusdapat terjadi
kebutaan.
h. Kadang-kadang dapat terjadi dermatitis (radang kulit) dengan adanya
penebalan dan pengelupasan kulit.
i. Kelenjar limfe luar tubuh membengkak.
j. Kadang-kadang terjadi sembelit yang diikuti diare/mencret.
k. Gejala kelainan syaraf timbul akibat peradangan otak.
l. Otot-otot menjadi gemetar, berjalan sempoyongan, torticolis dan bersifat
agresif.
m. Terjadi kelumpuhan sebelum mati.
n. Kematian terjadi biasanya 4 - 13 hari setelah timbulnya tanda-tanda
penyakit.
22. 4. Pencegahan
a. Menghindari memelihara atau mengembalakan secara bersamaan antara
sapi, kerbau, dan domba pada satu lokasi.
b. Menghindari pemasukan domba dari daerah lain, karena domba adalah
sebagai carrier/pembawa penyakit.
c. Meningkatkan sanitasi lingkungan dan tatalaksana pemeliharaan ternak.
5. Pengobatan
Sampai saat ini tidak ada obat yang efektif, oleh karena itu dianjurkan
ternak yang menderita penyakit ingusan agar dipotong.
6. Hubungan kesehatan masyarakat
Ternak yang menderita atau tersangka penyakit ingusan dapat dipotong di
bawah pengawasan dokter hewan, yang berwenang/petugas kesehatan hewan dan
dagingnya dapat dikonsumsi. Seluruh jaringan yang mengalami
perubahan/menyimpang dari normal diafkir. Sisa hasil pemotongan harus
dimusnahkan dengan dibakar aytau dikubur.
Penyakit mulut dan kuku (PMK)
Nama lain apthae epizootika (AE), foot and mouth disease (FMD). Penyakit
PMK adalah suatu penyakit yang sangat menular pada ternak yang berkuku belah.
Angka kematian (mortalitas) akibat serangan penyakit ini rendah, namun kerugian
yang ditimbulkan akibat serangan penyakit sangat besar karena terjadi penurunan
berat badan, penurunan produksi susu, kehilangan tenaga kerja, hambatan
pertumbuhan, dan hambatan lalu lintas ternak.
1. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan digolongkan ke dalam entero virus
dari keluarga Piciornaviridae. Virus ini terbagi menjadi tujuh tipe yang bebeda,
yaitu O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3, dan Asi 1. Virus ini labil terhadap asam dan
basa serta sensitive terhadap panas.
2. Penularan
Penularan virus PMK dapat terjadi secara langsung, maupun secara tidak
langsung. Secara langsung yaitu melalui kontak dengan penderita, sekresi, eksresi,
23. atau hasil ternakseperti air susu, semen/sperma yang dibekukan dan daging.
Penularan secara tidak langsung yaitu melalui baha-bahan makanan, minuman,
dan peralatan kandang yang tercemar virus. Selain itu penularan dapat melalui
udara yang terinfeksi dapat tahan beberapa jam di dalam kondisi yang cocok,
terutama bila kelembaban 70%, dan dalam suhu rendah.
3. Tanda-tanda penyakit
a. Demam, nafsu makan menurun, dan bulu kusam
b. Peradangan pada lidah dan mulut bagian dalam yang mengakibatkan
hyperslivasi (air liur keluar banyak berbuih, dan ngiler).
c. Adanya lepuhan-lepuhan pada gusi, lidah, dan pangkal lidah, lepuh-lepuh
tersebut segera pecah dan menghasilkan tukak sehingga mengakibatkan
kesulitan mengunyah dan air liur menetes.
d. Serangan penyakit yang serius menyebabkan selaput lendir lidah
terkelupas.
e. Lepuh-lepuh di antara teracak, dan sekitar batas atas kuku sehingga
menyebabkan rasa sakit dan pincang sewaktu berjalan, luka yang parah
kuku dapat terlepas.
f. Pada ternak betina, lepuhatau tukak terjadi pada ambing, dan puting.
g. Produksi air susu menurun.
h. Keguguran pada ternak betina.
Gambar 9. Penyakit mulut dan kuku (PMK)
Sumber: mydokterhewan.blogspot.com. 2019
24. 4. Pencegahan
a. Vaksinasi secara masal
b. Memperketat arus lalu lintas ternak
c. Pemotongan paksa pada ternak yang menderita PMK
5. Pengobatan
Belum ada obat efektif untuk mengobati ternak yang menderita PMK.
6. Hubungan kesehatan masyarakat
Ternak yang menderita PMK bisa dilakukan pemotongan dengan catatan
setelah diperiksa secara klinis di bawah pengawasan dokter hewan berwenang/
petugas kesehatan hewan dan dagingnya tidak menimbulkan efek samping setelah
dikonsumsi. Biasanya setelah setelah pemotongan daging dilayukan selama 24
jam/direbus. Tempat pemotongan dibersihkan dan disucihamakan.
Bovine epheral fever (BEF)
Nama lain bovine epizooric fever, demam tiga hari, penyakit kuku. Penyakit
BEF hanya menyerang sapi dan kerbau, dan tidak dapat menulari penyakit pada
hewan lain. Sapi/kerbau yang terserang penyakit akan sembuh beberapa hari
kemudian (2 - 3 hari). Angka kematian sangat kecil tidak sampai 1%, tetapi angka
kesakitan tinggi. Dari segi produksi, dan tenaga kerja cukup berarti karena hewan
yang sedang laktasi turun produksi susunya, dan hewan pekerja tidak mampu
bekerja selama 3 - 5 hari.
1. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah virus dari genus yang tidak ada namanya,
tetapi termasuk dalam keluarga Rhabdoviridae dari virus RNA.
2. Penularan
Demam tiga hari disebarkan oleh Cullicoides sp (serangga pengisap darah)
dan nyamuk. Cullicoides yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit mencapai
2.000 km. Penyebaran penyakit dapat terjadi melalui angin.
3. Tanda-tanda penyakit
a. Demam (390
C)
b. Lesu
25. c. Kekakuan anggota gerak
d. Pincang
e. Kelemahan anggota gerak sampai tidak sanggup berdiri
f. Hypersalivasi
g. Sesak napas
h. Gemetar
i. Keluar sedikit cairan dari mata dan hidung
j. Sekali-kali ditemukan busung di daerah submandibularis dan kaki
k. Sapi yang berlaktasi produksi air susunya tturun dan berrhenti sama
sekali
4. Pencegahan
a. Menjaga kebersihan lingkungan
b. Pemakaian insektisida untuk vektor penyakit serangga
c. Mengisolasi ternak sakit
5. Pengobatan
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif, namun demikian
pemberian antibiotik berspektrum luas perlu dianjurkan untuk mencegah infeksi
sekunder dan pemberian vitamin untuk menghindari stress.
6. Hubungan kesehatan masyarakat
Ternak penderita BEF dapat dipotong dan dagingnya boleh dikonsumsi dan
diperdagangkan. Namun, mengingat angka kematian relatif sangat rendah maka
pemotongan sebaiknya hanya dilakukan pada keadaan sangat terpaksa ditinjau
dari segi medis dan atas anjuran dokter hewan. Sisa pemotongan yang masih
tertinggal harus dibakar dan dikubur dalam. Tempat pemotongan dibersihkan dan
disucihamakan (Technologi BBALIVET, 2019).
Pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit hewan menular
strategis dalam pengembangan usaha sapi potong selanjunya dapa diakses pada
link berikut:
1. http://balitnak.litbang.pertanian.go.id/index.php/publikasi/category/33-
3?download=620%3A3.
2. http://www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/721/file/Bagian-4.pdf
26. C. PENUTUP
1. Rangkuman
Rangkuman materi pembelajaran dengan topik pencegahan dan pengobatan
penyakit ternak ruminansia antara lain sebagai berikut:
1. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan
atau mengukur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai
perpindahan penyakit. Prinsip dalam melakukan sanitasi adalah untuk
memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan status kesehatan yang
baik bagi ternak yang dipelihara.
2. Biosecurity adalah serangkaian usaha untuk mencegah atau mengurangi
peluang masuknya suatu penyakit ke sistem usaha ternak dan mencegah
penyebaran dari suatu tempat ke tempat lain yang masih bebas.
3. Ternak yang menderita penyakit harus secepat mungkin dipisahkan dari
kelompoknya agar dapat mengurangi resiko penularan terhadap ternak yang
lain. Selama berada di kandang isolasi, hewan penderita diberi pengobatan dan
perawatan yang sesuai dengan kasus yang ada.
4. Vaksinasi merupakan salah satu tindakan ideal dalam melakukan pencegahan
penyakit hewan. Beberapa penyakit pada ternak sapi seperti SE, antrax,
brucellosis, collibacillosis, PMK.
5. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak ruminansia di lapangan:
a. Penyakit bakterial:
1. Antrax
2. Brucellosis (keluron menular)
3. Septicemia Epizootika (SE/ngorok)
4. Penyakit viral
5. Malignant catharral Fever/MCF (penyakit ingusan)
6. Apthae Epizootika/AE (penyakit mulut dan kuku)
7. Bovine Ephemeral Fefer/BEF (demam tiga hari)
b. Penyakit parasit
1. Parasit darah:
27. Trypanosomiasis (surra)
2. Parasit cacing
Fasciolosis (cacing hati)
Nematodosis alat pencernaan
Thelazia (cacing mata)
3. Tungau
Scabies (kudis menular)
4. Tymphani (kembung perut)
6. Tanda-tanda penyakit ingusan (Malignant Catrahal Fever = MCF)
a. Demam tinggi diatas 40 - 410
C
b. Keluarnya cairan dari hidung dan mata semula encer yang akhirnya
menjadi kental dan mukopurulen
c. Peradangan mulut dan erosi permukan lidah, sehingga air liur menetes.
d. Moncong kering dan pecah-pecah terisi eksudat (nanah)
e. Hidung tersumbat kerak sehingga kesulitan bernapas
f. Kondisi berat badan menurun, lemah dan lama kelamaan menjadi kurus
g. Kornea mata keruh dan keputihan, dalam keadaan seriusdapat terjadi
kebutaan
h. Kadang-kadang dapat terjadi dermatitis (radang kulit) dengan adanya
penebalan dan pengelupasan kulit
i. Kelenjar limfe luar tubuh membengkak
j. Kadang-kadang terjadi sembelit yang di ikuti diare/mencret
k. Gejala kelainan syaraf timbul akibat peradangan otak
l. Otot-otot menjadi gemetar, berjalan sempoyongan, torticolis dan bersifat
agresif
m. Terjadi kelumpuhan sebelum mati.
n. Kematian terjadi biasanya 4-13 hari setelah timbulnya tanda-tanda
penyakit.
28. Daftar Pustaka
Technologi BBALIVET. 2019. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Ternak
Ruminansia .Balai Besar Penelitian Vateriner. Bogor
Fikar, S., dan Ruhyadi, D. 2010. Beternak dan Bisnis Sapi Potong. PT Agromedia
Pustaka; Jakarta.
Kementrian Pertanian, dan Badan Litbang Pertanian. 2002. Penyakit Mulut dan
Kuku (PMK). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Link:
http://www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/18/. (Diakses jam 11.30
tanggal 30 Oktober, 2019).
Panduan pengobatan sapi feedlot. 2010. Dipublikasikan oleh Meat & Livestock
Australia Limited ABN 39 081 678 364. Link:
http://www.livecorp.com.au/LC/files/3d/3de4f58f-d874-4a3d-987b-
43855534b1f9.pdf. (Diakses jam 14.13 tanggal 1 Novemberber, 2019).
PPL Peternakan. Wordpress.com. 2019. Penyuluhan Peternakan. Link:
https://pplpeternakan.wordpress.com/rumput-gajah/. (Diakses jam 14.30
tanggal 09 Oktober, 2019).
Rukmana, R. 2005.Prinsip Dasar Ilmu Gizi Hijauan Pakan Ternak. Fakultas
Peternakan. Universitas Andalas. Padang.
Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Fakultas Peternakan, Institut. Pertanian
Bogor,
Widjajanto 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak IV. Gadjah Mada Press.