SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 26
Baixar para ler offline
i
KEGIATAN BELAJAR 2: GAMBAR BANGUNAN JALAN DAN
JEMBATAN
PENDAHULUAN
Rasional dan Deskripsi Singkat
Modul ini berisi pengetahuan dan Teknik Gambar Bangunan Jalan dan
Jembatan yang disusun untuk membantu peserta didik dalam mempelajari dan
mengenal ilmu dan kompetensi menggambar teknik untuk desain bangunan jalan
dan jembatan. Modul ini merupakan salah satu dari 6 rangkaian Pengembangan
Modul Hybrid Learning PPG untuk Paket Keahlian Teknologi Konstruksi
dan Properti.
Kegiatan Belajar 2 terdiri dari 4 sub kegiatan pembelajaran yang
disusun secara runtut mengikuti struktur kompetensi dasar. Pembahasan pada
setiap kegiatan pembelajaran dalam buku ini, terdiri dari: Capaian
Pembelajaran Mata Kegiatan, Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan, Pokok-
Pokok Materi, Urainan Materi, Rangkuman, Tugas dan Tes Formatif. Hal ini
diharapkan dapat memupuk keingintahuan peserta didik tentang topik yang akan
dibahas, berpikir kritis. Dengan model pengorganisasian seperti ini, diharapkan
peserta didik mendapatkan kemudahan untuk melatih kompetensinya terkait
dengan gambar konstruksi jalan dan jembatan.
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Mampu mengaplikasikan pembelajaran terkini terkait Gambar
Konstruksi Bangunan Jalan dan Jembatan dengan menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran inovatif dan kreatif
Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Dasar-dasar Gambar Konstruksi Bangunan Jalan.
2. Gambar Konstruksi Jalan
3. Dasar-dasar Gambar Konstruksi Bangunan Jembatan
4. Gambar Konstruksi Jembatan
I-2
2.1 DASAR-DASAR GAMBAR KONSTRUKSI JALAN
2.1.1 Konstruksi Jalan
Jalan raya ialah jalur-jalur diatas permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh
manusia dengan ukuran, konstruksi dan bentuk tertentu sehingga dapat dipakai sebagai
jalur lalulintas orang, hewan dan kendaraan. Bagian-bagian jalan terdiri dari lebar jalur,
lebar bahu, drainase dan median.
Lebar jalur adalah yang dilewati lalu lintas tidak termasuk bahu jalan. Lebar bahu
berada di samping lebar jalur lalu lintas, direncanakan sebagai ruang untuk kendaraan yang
sekali-sekali berhenti, pejalan kaki dan kendaraan lambat. Sedangkan median adalah
daerah yang memisahkan arah lalu lintas pada suatu segmen jalan yang terletak di bagian
tengah.
Pekerjaan tanah pada pekerjaan konstruksi jalan berupa pekerjaan galian tanah
dan pekerjaan urugan tanah. Tanah pada kontruksi jalan diperlukan untuk membentuk
badan jalan, yaitu leveling sesuai alinemen yang direncanakan.
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas tanah dasar (subgrade),
yang berfungsi untuk menopang lalu lintas.
1. Jenis Perkerasan Jalan
a. Perkerasan Lentur (flexible pavement)
Konstruksi perkerasan lentur yang paling banyak dilaksanakan adalah lapen dan laston.
Bagian-bagian perkerasan lentur adalah sebagai berikut:
1) Lapis pondasi bawah (LPB, sub base course).
2) Lapis pondasi atas (LPA, base course).
3) Lapis permukaan (binder course dan surface course).
Gambar 2. 1 Perkerasan Jalan Lentur.
I-3
Gambar 2. 2 Distribusi Beban pada Perkerasan Lentur.
b. Perkerasan Kaku (rigid pavement)
Konstruksi perkerasan kaku menggunakan Portland cement (PC) sebagai bahan
pengikat. Perkerasan kaku umumnya tidak menggunakan lapis pondasi atas. Ada lima
jenis perkerasan kaku antara lain:
1) Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan.
2) Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan.
3) Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan.
4) Perkerasan beton semen dengan tulangan serat baja.
5) Perkerasan beton semen pratekan
Gambar 2. 3 Perkerasan Jalan Kaku
I-4
Gambar 2. 4 Distribusi Beban Perkerasan Kaku.
2. Drainase Jalan
Drainase merupakan bagian yang penting dari konstruksi jalan, kerusakan jalan sering
disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh sistem drainase jalan. Drainase
permukaan adalah sistem drainase yang dibuat untuk mengendalikan air permukaan
akibat hujan. Tujuan dari sistem drainase ini untuk memelihara agar jalan tidak
tergenang air hujan dalam waktu cukup lama, tetapi harus segera dibuang melalui
sarana drainase jalan.
Sarana drainase permukaan terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a. Saluran samping
b. Saluran penangkap
c. Gorong gorong Sungai
3. Bangunan Pelengkap Jalan
Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan
bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan
petunjuk bagi pengguna jalan agar unsur kenyamanan, keamanan dan keselamatan dapat
terpenuhi.
Bangunan pelengkap jalan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Bangunan Drainase Jalan
b. Bangunan Penguat Tebing
c. Bangunan untuk keamanan lalu lintas, rambu dan marka jalan.
Bangunan Penguat Tebing terdiri dari:
a. Perkuatan lereng,
b. Stabilisasi timbunan
c. Tembok penahan.
I-5
4. Bahan Jalan
Bahan hanya boleh digunakan apabila telah dilakukan pengujian dan memenuhi
persyaratan. Sebelum memulai pekerjaan, terlebih dahulu harus disiapkan persediaan
bahan dalam jumlah yang cukup untuk menjamin kesinambungan pekerjaan. Untuk
menjamin keseragaman campuran sebaiknya menggunakan bahan dari sumber yang
tetap.
Bahan utama perkerasan jalan terdiri dari; 1) Agregat kasar, 2) Agregat halus, 3) Bahan
pengisi, dan 4) Aspal sebagai bahan pengikat.
5. Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempat-
kan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar
pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada
sistem strukturnya. Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan
apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu
memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya.
Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:
a. Keadaan tanah pondasi
b. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)
c. Keadaan daerah sekitar lokasi
d. Waktu dan biaya pekerjaan
e. Kokoh, kaku dan kuat
I-6
Gambar 2. 5 Konstruksi Telford
Pada saat pelaksanaan penggilasan, kadang kala diberi air secukupnya dengan tujuan
agar batu-batu kecil dapat masuk ke dalam sela-sela batu belah yang ada. Kekuatan
jenis konstruksi telford ditimbulkan oleh gesekan antar batu-batu tersebut, sehingga
kekuatan konstruksi ini sangat tergantung pada bidang-bidang kontak antar batu serta
permukaan batu harus kasar. Semakin besar bidang kontak dan semakin kasar
permukaan batu, maka akan memberi daya dukung yang besar pula. Maka untuk
konstruksi Telford dipergunakan batu belah yang memberikan gesekan yang lebih
besar. Apabila bidang kontak permukaan batu tersebut kecil atau tidak ada sama sekali
maka konstruksi Telford akan rusak.
Hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan pondasi Telford antara lain :
a. Penopang tepi pada pondasi terlepas
b. Batu yang dipakai ternyata tidak tahan aus
c. Beban yang diderita terlalu besar, sehingga gesekan yang tersedia untuk melawan
beban tersebut tidak mencukupi.
I-7
2.1.2 Istilah Dalam Perencanaan Jalan
Ruang Jalan
Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang
pengawasan jalan.
1. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya.
2. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang
manfaat jalan.
3. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada
di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
Jalur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas merupakan bagian penampang melintang jalan yang digunakan untuk
dilewati kendaraan. Jalur lalu lintas dapat terdiri dari beberapa lajur tergantung volume dan
kecepatan lalulintas rencana yang akan melewatinya. Batas jalur lalu lintas dapat berupa median,
bahu, trotoar, pula jalan dan separator. Hal hal berikut perlu diperhatikan sehubungan dengan
badan jalan yang merupakan jalur lalu lintas adalah:
1. Permukaan jalan.
Permukaan jalan harus diusahakan selalu rata, tidak licin dan tidak kasar serta tahan
dalam segala cuaca.
2. Kemiringan melintang.
Untuk memberikan kemungkinan drainase permukaan jalan. Air yang jatuh di atas
permukaan jalan dapat segera dialirkan ke saluran samping, untuk itu perkerasan
dibuat miring ke sebelah luar. Titik yang tertinggi berada di tengah, dan kemudian
menurun ke kedua tepian perkerasan. Bentuk penampang yang demikian disebut
penampang normal atau bentuk CROWN. Besar kemiringan tergantung bahan lapis
permukaan jalan, dan kemiringan diusahakan sekecil mungkin tetapi tujuannya dapat
terpenuhi, umumnya berkisar antara 1,5 – 3 % untuk lapis permukaan yang
menggunakan bahan peningkat aspal atau semen, sedangkan untuk jalan dengan lapis
permukaan yang belum menggunakan bahan pengikat kemiringan jalan bisa mencapai
5 – 6%.
3. Lajur lalu lintas.
I-8
Lajur lalu lintas adalah bagian dari jalur lalu lintas yang secara keseluruhan
merupakan bagian dari lebar manfaat yang digunakan untuk dilewati lalu lintas.
Bahu Jalan
Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan Jalur lalu lintas yang
berfungsi sebagai:
1. ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar
berhenti karena pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh,
atau untuk beristirahat.
2. ruangan untuk menghindarkan diri pada saat-saat darurat, sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan.
3. memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan
kapasitas jalan yang bersangkutan.
4. memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping.
5. ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan
jalan (untuk tempat penempatan alat-alat, dan penimbunan bahan material).
6. ruangan untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulans, yang sangat
dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan.
Trotoar
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus
dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki, maka trotoar ini
harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kereb. Perlu atau tidaknya
trotoar disediakan sangat tergantung dari volume pedestrian dan volume lalu lintas pemakai jalan
tersebut.
Median
Pada arus lalu lintas yang tinggi seringkali dibutuhkan median guna memisahkan arus
lalu lintas yang berlawanan arah, Jadi median adalah jalur yang terletak ditengah jalan untuk
membagi jalan dalam masing-masing arah.
Secara garis besar median berfungsi sebagai:
1. menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi masih dapat
mengontrol kendaraannya pada saat-saat darurat.
2. menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi/ mengurangi kesilauan terhadap
lampu besar dari kendaraan yang berlawanan arah.
I-9
3. menambah rasa kelegaan, kenyamanan dan keindahan bagi setiap pengemudi.
4. mengamankan kebebasan samping dari masing-masing arah arus lalu lintas.
Saluran Samping
Saluran samping terutama berguna untuk, mengalirkan air dari permukaan perkerasan
jalan ataupun dari bagian luar jalan,menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam
keadaan kering tidak terendam air. Umumnya bentuk saluran samping trapesium, atau empat
persegi panjang. Untuk daerah perkotaan, dimana daerah pembebasan jalan sudah sangat
terbatas, maka saluran samping dapat dibuat empat persegi panjang dari konstruksi beton dan
ditempatkan di bawah trotoar, sedangkan di daerah pedalaman dimana pembebasan jalan bukan
menjadi masalah, saluran samping umumnya dibuat berbentuk trapesium. Dinding saluran dapat
mempergunakan pasangan batu kali, atau tanah asli.
Talud Kemiringan Lereng
Talud jalan umumnya dibuat 2H:1V. tetapi untuk tanah-tanah yang mudah longsor talud
jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya landai yang aman, yang diperoleh dari perhitungan
kestabilan lereng. Berdasarkan keadaan tanah pada lokasi jalan tersebut, mungkin saja dibuat
bronjong, tembok penahan tanah, lereng bertingkat (berm) ataupun hanya ditutupi rumput saja.
Kereb
Kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan, yang terutama
dimaksudkan untuk keperluan-keperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan dari tepi
perkerasan, dan memberikan ketegasan tepi perkerasan. Pada umumnya kereb digunakan pada
jalan-jalan di daerah perkotaan, sedangkan untuk jalan-jalan antar kota kereb hanya
dipergunakan jika jalan tersebut direncanakan untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi atau
apabila melintasi perkampungan.
2.1.3 Ketentuan Gambar Konstruksi Jalan
Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi
gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan konflik atau
interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan proyek tersebut.
Gambar perencanaan yang lengkap konstruksi jalan terdiri atas:
1. Halaman Sampul
Pada halaman ini tercantum keterangan tentang :
a. Siapa pemilik dari proyek tersebut atau yang biasa disebut sebagai Pengguna Jasa.
b. Apa nama proyek tersebut beserta keterangan-keterangannya apabila diperlukan.
I-10
c. Siapa konsultan perencana-nya.
2. Daftar Gambar
Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat
daftar judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan
menggunakan huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang
sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara
lembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan
setelah huruf kapital tersebut diatas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah
lembarnya.
3. Daftar Singkatan Dan Simbol
Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah
(khususnya istilah asing) maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang
mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah yang digunakan dalam gambar
perencanaan / kerja.
4. Gambar Situasi
Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah
sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi
ini merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam
menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keterangan-keterangan
seperlunya.
5. Denah Perencanaan Jalan (Plan)
Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer.
Oleh karena itu gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya
pada sumbu jalan dipasang titik-titik pembantu dengan interval jarak tertentu,
misalnya setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau disingkat STA. Angka
dibelakang huruf STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu STA.
0. Dari denah, dapat diketahui antara lain: letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang
dan lebar jalan serta fasilitas-fasilitas jalan.
6. Potongan Memanjang (Profile)
Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan
ketinggian (peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan
rencana dasar saluran.
I-11
7. Potongan Melintang Jalan (Cross Section)
Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya
diambil potongan pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan
melintang diluar titik station apabila pada tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal
yang khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb. Dari potongan melintang
ini dapat diketahui antara lain: bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar maupun
tinggi, kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk),
dinding penahan tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll.
8. Denah Perencanaan Drainase
Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain: letak saluran air terhadap
badan jalan, arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran
tertutup.
9. Potongan Memanjang Saluran
Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan
ketinggian permukaan tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui
gambar potongan ini dapat dihitung jumlah galian maupun urugan tanah untuk
pembuatan saluran air.
10. Gambar Detail
Gambar detail adalah gambar-gambar konstruksi dengan skala kecil misalnya 1 : 5, 1 :
10 atau 1 : 20. Pada gambar potongan dilengkapi ukuran-ukuran dengan jelas dan
lengkap disamping keterangan-keterangan gambar. Bahkan dibuat tabel-tabel misalnya
untuk kebutuhan pembesian pekerjaan beton. Gambar detail biasanya meliputi
pekerjaan : detail saluran air terbuka dan tertutup, detail trotoir dan kanstin (side walk
& curb), detail dinding penahan tanah, detail pagar, pondasi, detail jembatan, pelat
penutup saluran dll.
11. Gambar Perencanaan Traffic Engineering
Traffic engineering dibuat dengan denah tersendiri agar tidak rancu dengan gamba-
gambar yang lainnya. Gambar perencanaan traffic engineering memuat antara lain:
perencanaan rambu lalu-lintas, marka jalan, penerangan jalan, pengaturan traffic light,
dll.
I-12
2.2 GAMBAR KONSTRUKSI JALAN
2.2.1 Perkerasan lentur (flexible pavement),
Umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan
pengikat.
Gambar 2. 6 Jenis Perkerasan Lentur
Tanah Dasar (sub grade)
Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan
tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-
bagian perkerasan lainnya. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
tergantung dari sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut
tanah dasar adalah sebagai berikut:
1. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban
lalu lintas.
2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
3. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah
dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat
pelaksanaan.
Lapis Pondasi Bawah (sub base course)
Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan
tanah dasar. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban
roda.
2. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan
selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
3. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
I-13
4. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan
dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat-alat besar
atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari
pengaruh cuaca.
Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih baik
dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah
setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat
bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan
Lapis Pondasi (base course)
Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan
lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah).
Fungsi lapis pondasi antara lain:
1. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda,
2. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan
pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan
dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan
sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan
semen atau kapur.
Lapis Permukaan (surface course)
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis permukaan
antara lain:
1. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda
2. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat cuaca.
3. Sebagai lapisan aus (wearing course).
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi,
dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat
bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang
berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas. Pemilihan bahan
I-14
untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana serta pentahapan
konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan.
2.2.2 Perkerasan kaku (rigid pavement)
Umumnya hanya terdiri dari satu lapisan dan menggunakan semen (portland cement)
sebagai bahan pengikat.
Gambar 2. 7 Jenis Perkerasan Kaku
Tanah dasar
Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu sesuai dengan SNI 03-
1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989, masing-masing untuk
perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai
nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton
kurus (Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar
efektif 5 %.
Pondasi bawah
Bahan pondasi bawah dapat berupa :
1. Bahan berbutir.
2. Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete)
3. Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete).
Beton semen
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength) umur 28
hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang
besarnya secara tipikal sekitar 3–5 MPa (30-50 kg/cm2).
I-15
Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat baja,
aramit atau serat karbon, harus mencapai kuat tarik lentur 5–5,5 MPa (50-55 kg/cm2
). Kekuatan
rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa
(2,5 kg/cm2
) terdekat.
Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan kuat tarik
lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk tidak lazim. Serat baja
dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plaza tol, putaran dan perhentian bus.
Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang bagian ujungnya melebar sebagai angker
dan/atau sekrup penguat untuk meningkatkan ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang antara
15 dan 50 mm dapat ditambahkan ke dalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45
kg/m³. Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan sesuai dengan
lingkungan dimana perkerasan akan dibuat.
I-16
2.2.3 Menggambar Profil Jalan
Menggambar Profil Memanjang Jalan
Gambar 2. 8 Denah/Lay out jalan
Gambar 2. 9 Profil Memanjang Jalan
Menggambar Profil Melintang Jalan
Penampang melintang suatu jalan adalah proyeksi/potongan melintang tegak lurus sumbu
jalan. Pada potongan melintang tersebut dapat dilihat bagian-bagian jalan.
I-17
Gambar 2. 10 Penampang Melintang Jalan Tanpa dan Dengan Median
Gambar profil melintang jalan dimaksudkan sebagai petunjuk teknis bagi pelaksana
proyek jalantermasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, dalam membuat gambar terlaksana jalan yang merupakan bagian dari dokumen
jalan. Persyaratan gambar penampang melintang jalan adalah sebagai berikut:
1. Data Gambar yang dicantumkan.
a. Bentuk penampang melintang dan besarnya prosentase kemiringan melintang
sampai pada batas ruang milik jalan (Rumija).
b. Lokasi penampang melintang.
c. Sumbu jalan.
d. Bagian-bagian jalan dan ukurannya.
e. Bangunan pelengkap jalan yang tepat terletak pada irisan tersebut.
f. Bangunan pengaman jalan yang tepat terletak pada irisan tersebut.
g. Bangunan utilitas dan bangunan lainnya yang tepat terletak pada irisan tersebut.
h. Batas ruang milik jalan.
I-18
2. Skala
Gambar penampang melintang dibuat dalam 2 (dua) skala:
a. Skala mendatar 1:100
b. Skala vertikal 1:50
3. Jarak Pengambaran.
a. Penampang melintang dibuat :
1) Setiap jarak 25 meter pada tikungan spiral circle spiral (SCS); spiral spiral
(SS).
2) Setiap jarak 50 meter pada tikungan tangent spiral (TS)
3) Setiap jarak 100 meter pada jalan lurus dan datar.
4) Setiap jarak 50 meter pada jalan lurus dan naik / turun dengan prosentase)
4%
b. Pada gambar penampang melintang digambarkan penampang jalan lama dan
penampang ialan yang baru dikerjakan proyek. Untuk pembangunan jalan baru
agar digambarkan muka tanah asli.
Gambar 2. 11 Contoh Gambar Tipikal Profil Melintang Perkerasan Jalan
I-19
2.3 DASAR-DASAR GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN JEMBATAN
2.3.1 Konstruksi Jembatan
Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transportasi melalui
sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah
yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang.
Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Jembatan jalan raya (highway bridge),
2. Jembatan jalan kereta api (railway bridge),
3. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).
Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Jembatan di atas sungai atau danau,
2. Jembatan di atas lembah,
3. Jembatan di atas jalan yang ada (fly over),
4. Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert),
5. Jembatan di dermaga (jetty).
Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam
:
1. Jembatan kayu (log bridge),
2. Jembatan beton (concrete bridge),
3. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),
4. Jembatan baja (steel bridge),
5. Jembatan komposit (compossite bridge).
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
antara lain :
1. Jembatan plat (slab bridge),
2. Jembatan plat berongga (voided slab bridge),
3. Jembatan gelagar (girder bridge),
4. Jembatan rangka (truss bridge),
5. Jembatan pelengkung (arch bridge),
6. Jembatan gantung (suspension bridge),
7. Jembatan kabel (cable stayed bridge),
I-20
8. Jembatan cantilever (cantilever bridge).
Secara umum struktur jembatan terdiri dari:
Gambar 2. 12 Bagian-bagian Jembatan
Bagian-bagian Konstruksi Jembatan terdiri dari :
1. Konstruksi Bangunan Atas (Superstructures)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi
berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem,
beban pejalan kaki, dll. Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a. Trotoar:
1) Sandaran dan tiang sandaran,
2) Peninggian trotoar (Kerb),
3) Slab lantai trotoar.
b. Slab lantai kendaraan,
c. Gelagar (Girder),
d. Balok diafragma,
e. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f. Tumpuan (Bearing).
I-21
2. Konstruksi Bangunan Bawah (Substructures)
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain
yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada
tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut
disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan umumnya meliputi :
a. Pangkal jembatan (Abutment),
1) Dinding belakang (Back wall),
2) Dinding penahan (Breast wall),
3) Dinding sayap (Wing wall),
4) Oprit, plat injak (Approach slab)
5) Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
6) Tumpuan (Bearing).
b. Pilar jembatan (Pier),
1) Kepala pilar (Pier Head),
2) Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
3) Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
4) Tumpuan (Bearing).
2.3.2 Ketentuan Gambar Konstruksi Jembatan
Gambar rencana teknik untuk konstruksi jembatan harus mengikuti kaidah-kaidah:
1. Standar pendetailan, khususnya untuk baja dan beton bertulang, harus konsisten untuk
seluruh gambar.
2. Komponen jembatan harus digambar sebagaimana tampak sebenarnya, hindari gambar
bayangan dan pandangan dari sisi yang berlawanan.
3. Tiap dimensi ukuran ditunjukkan hanya satu kali saja.
4. Tiap komponen jembatan harus digambarkan secara detail sebisa mungkin pada 1
lembar kertas.
5. Seluruh gambar harus memiliki skala dan skala tersebut tercantum dalam gambar
(misalnya skala 1:100 untuk potongan melintang dan denah jembatan serta skala 1:20
untuk gambar detail).
I-22
6. Prosedur standar (SOP) harus digunakan dalam menggambar jembatan dan membuat
dimensi komponen termasuk format ukuran gambar, sampul, daftar isi, petunjuk arah,
daftar simbol, rangkuman volume
2.4 GAMBAR KONSTRUKSI JEMBATAN
2.4.1 Gambar Perencanaan Jembatan Bentang 5 meter
Berikut merupakan contoh perencanaan jembatan bentang 5 meter yang bersumber dari
https://www.asdar.id/wp-content/uploads/2018/01/denah-jembatan-bentang-5-meter.jpg.
Gambar 2. 13 Jembatan Bentang 5 meter
I-23
Gambar 2. 14 Detail Jembatan Bentang 5 meter
2.4.2 Gambar Perencanaan Jembatan Bentang 6 meter
Berikut merupakan contoh perencanaan jembatan bentang 6 meter yang bersumber dari
https://www.asdar.id/wp-content/uploads/2018/01/denah-jembatan-bentang-6-meter.jpg.
Gambar 2. 15 Denah Jembatan Bentang 6 meter
I-24
Gambar 2. 16 Potongan Melintang Jembatan Bentang 6 meter
Gambar 2. 17 Potongan Memnjang Jembatan Bentang 6 meter
I-25
Gambar 2. 18 Detail Sandaran Jembatan
I-26
RANGKUMAN
Jalan raya ialah jalur-jalur diatas permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh manusia
dengan ukuran, konstruksi dan bentuk tertentu sehingga dapat dipakai sebagai jalur lalulintas
orang, hewan dan kendaraan. Bagian-bagian jalan terdiri dari lebar jalur, lebar bahu, drainase
dan median. Lebar jalur adalah yang dilewati lalu lintas tidak termasuk bahu jalan. Lebar bahu
berada di samping lebar jalur lalu lintas, direncanakan sebagai ruang untuk kendaraan yang
sekali-sekali berhenti, pejalan kaki dan kendaraan lambat. Sedangkan median adalah daerah yang
memisahkan arah lalu lintas pada suatu segmen jalan yang terletak di bagian tengah.
Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transportasi melalui
sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah
yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang.
DAFTAR PUSTAKA
Ariestadi, Dian. Modul PPG 2018.
2006. Pekerjaan Pelatihan Site Inspector Of Bridge (Inspektur Lapangan Pekerjaan Jembatan).
Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Badan Pembinaan Konstruksi Dan Sumber Daya
Manusia, Pusat Pembinaan Kompetensi Dan Pelatihan Konstruksi (Pusbin-Kpk).
Okteviani. 2006. Modul Guru Pembelajar Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga
Kependidikan 2016
2004. PEDOMAN: Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan. Jakarta: Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah, Derektorat Jendral Prasarana Wilayah.
Siswanto, Henri. 2009. Modul Pelaksana Jalan. Pusdilatjakon FT-UM.
http://meniksipil.blogspot.co.id/2011/10/macam-macam-struktur-jembatan.html
https://www.asdar.id/wp-content/uploads/2018/01/detail-jembatan-bentang-5-meter.jpg
https://www.asdar.id/wp-content/uploads/2018/01/detail-jembatan-bentang- meter.jpg
https://dokumen.tips/download/link/gambar-standar-pekerjaan-jalan-jembatan

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
Penampang melintang jalan
Penampang melintang jalanPenampang melintang jalan
Penampang melintang jalanPraboe Rienjany
 
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan rayaContoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan rayaMOSES HADUN
 
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatanfianardi
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYAAristo Amir
 
Metode teknis dan flow chart of work
Metode teknis dan  flow chart of workMetode teknis dan  flow chart of work
Metode teknis dan flow chart of workZinet Yeha
 
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringan
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringanMetode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringan
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringanHandry J
 
21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil
21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil
21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipilgaffarudin
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012فهرودين سفي
 
Lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung
Lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan GedungLingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung
Lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedungwindahrd15
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergIwan Sutriono
 
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalan
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik JalanPedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalan
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalaninfosanitasi
 
Stabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurStabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurherewith sofian
 
Perencanaan teknis bangunan gedung ppt
Perencanaan teknis bangunan gedung pptPerencanaan teknis bangunan gedung ppt
Perencanaan teknis bangunan gedung pptHarun Ariesto Wijaya
 
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANPELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANMOSES HADUN
 
Materi perkerasan Jalan
Materi perkerasan Jalan Materi perkerasan Jalan
Materi perkerasan Jalan hycal farist
 

Mais procurados (20)

perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Penampang melintang jalan
Penampang melintang jalanPenampang melintang jalan
Penampang melintang jalan
 
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan rayaContoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
Contoh metode pelaksanaan pekerjaan jalan raya
 
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
 
Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 
Metode teknis dan flow chart of work
Metode teknis dan  flow chart of workMetode teknis dan  flow chart of work
Metode teknis dan flow chart of work
 
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringan
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringanMetode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringan
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringan
 
21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil
21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil
21173129 power-point-bangunan-jembatan-teknik-sipil
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
 
Lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung
Lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan GedungLingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung
Lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
 
Pelaksanaan pondasi dalam
Pelaksanaan pondasi dalamPelaksanaan pondasi dalam
Pelaksanaan pondasi dalam
 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
 
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalan
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik JalanPedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalan
Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalan
 
Stabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurStabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapur
 
KLASIFIKASI JALAN
KLASIFIKASI JALANKLASIFIKASI JALAN
KLASIFIKASI JALAN
 
Perencanaan teknis bangunan gedung ppt
Perencanaan teknis bangunan gedung pptPerencanaan teknis bangunan gedung ppt
Perencanaan teknis bangunan gedung ppt
 
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANPELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
 
Materi perkerasan Jalan
Materi perkerasan Jalan Materi perkerasan Jalan
Materi perkerasan Jalan
 

Semelhante a MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN

Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanModul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanPPGHybrid1
 
highway (jalan raya).pptx
highway (jalan raya).pptxhighway (jalan raya).pptx
highway (jalan raya).pptximamfurqonLabib
 
kelompok 1. Geometri Jalan.pptx
kelompok 1. Geometri Jalan.pptxkelompok 1. Geometri Jalan.pptx
kelompok 1. Geometri Jalan.pptxIlaFebriyani
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)andribacotid
 
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan JembatanModul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan JembatanPPGHybrid1
 
Kelompok 1 - Rekayasa Keselamatan Fix.pdf
Kelompok 1 - Rekayasa Keselamatan Fix.pdfKelompok 1 - Rekayasa Keselamatan Fix.pdf
Kelompok 1 - Rekayasa Keselamatan Fix.pdfMeicsyNajoan
 
Modul TKP M4KB2 - Perkeras Jalan
Modul TKP M4KB2 - Perkeras JalanModul TKP M4KB2 - Perkeras Jalan
Modul TKP M4KB2 - Perkeras JalanPPGHybrid1
 
BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptx
BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptxBAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptx
BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptxJhesicaCitra
 
pelaksana pemelihara jalan terstruktur proyek
pelaksana pemelihara jalan terstruktur proyekpelaksana pemelihara jalan terstruktur proyek
pelaksana pemelihara jalan terstruktur proyekHongkongDoge
 
c951a_Modul_6_-_Pemel._Bang_Pelengkap_jalan.pdf
c951a_Modul_6_-_Pemel._Bang_Pelengkap_jalan.pdfc951a_Modul_6_-_Pemel._Bang_Pelengkap_jalan.pdf
c951a_Modul_6_-_Pemel._Bang_Pelengkap_jalan.pdfecep nurali
 
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANGSOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANGintan mustika
 
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah KusumaRIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusumaafifsalim12
 
PPT_FRANSISCA SONIA SEFE_ Pelaksana Pemeliharaan Jalan_6.pptx
PPT_FRANSISCA SONIA SEFE_ Pelaksana Pemeliharaan Jalan_6.pptxPPT_FRANSISCA SONIA SEFE_ Pelaksana Pemeliharaan Jalan_6.pptx
PPT_FRANSISCA SONIA SEFE_ Pelaksana Pemeliharaan Jalan_6.pptxSonia Sefe
 
Laporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docxLaporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docxkusmiraagustian1
 
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN JEMBATAN
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN JEMBATANPEMELIHARAAN DAN PERAWATAN JEMBATAN
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN JEMBATANEnakPunya
 
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Djunaidi Syalat
 
Dasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanDasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanArtdian Hudaya
 
Spesifikasi penguatan tebing
Spesifikasi penguatan tebingSpesifikasi penguatan tebing
Spesifikasi penguatan tebingKetut Swandana
 

Semelhante a MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN (20)

Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanModul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
 
Rjr 2 (1)
Rjr 2 (1)Rjr 2 (1)
Rjr 2 (1)
 
highway (jalan raya).pptx
highway (jalan raya).pptxhighway (jalan raya).pptx
highway (jalan raya).pptx
 
kelompok 1. Geometri Jalan.pptx
kelompok 1. Geometri Jalan.pptxkelompok 1. Geometri Jalan.pptx
kelompok 1. Geometri Jalan.pptx
 
Jembatan
JembatanJembatan
Jembatan
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
 
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan JembatanModul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
 
Kelompok 1 - Rekayasa Keselamatan Fix.pdf
Kelompok 1 - Rekayasa Keselamatan Fix.pdfKelompok 1 - Rekayasa Keselamatan Fix.pdf
Kelompok 1 - Rekayasa Keselamatan Fix.pdf
 
Modul TKP M4KB2 - Perkeras Jalan
Modul TKP M4KB2 - Perkeras JalanModul TKP M4KB2 - Perkeras Jalan
Modul TKP M4KB2 - Perkeras Jalan
 
BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptx
BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptxBAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptx
BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN.pptx
 
pelaksana pemelihara jalan terstruktur proyek
pelaksana pemelihara jalan terstruktur proyekpelaksana pemelihara jalan terstruktur proyek
pelaksana pemelihara jalan terstruktur proyek
 
c951a_Modul_6_-_Pemel._Bang_Pelengkap_jalan.pdf
c951a_Modul_6_-_Pemel._Bang_Pelengkap_jalan.pdfc951a_Modul_6_-_Pemel._Bang_Pelengkap_jalan.pdf
c951a_Modul_6_-_Pemel._Bang_Pelengkap_jalan.pdf
 
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANGSOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
SOSIALISASI INFRASTRUKTUR JALAN DI DUSUN NIPIS KABUPATEN MAGELANG
 
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah KusumaRIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
RIGIS PAVEMENT Gupita Diah Kusuma
 
PPT_FRANSISCA SONIA SEFE_ Pelaksana Pemeliharaan Jalan_6.pptx
PPT_FRANSISCA SONIA SEFE_ Pelaksana Pemeliharaan Jalan_6.pptxPPT_FRANSISCA SONIA SEFE_ Pelaksana Pemeliharaan Jalan_6.pptx
PPT_FRANSISCA SONIA SEFE_ Pelaksana Pemeliharaan Jalan_6.pptx
 
Laporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docxLaporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docx
 
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN JEMBATAN
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN JEMBATANPEMELIHARAAN DAN PERAWATAN JEMBATAN
PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN JEMBATAN
 
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
 
Dasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanDasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalan
 
Spesifikasi penguatan tebing
Spesifikasi penguatan tebingSpesifikasi penguatan tebing
Spesifikasi penguatan tebing
 

Mais de PPGHybrid1

Kelompok 6 anuitas lain
Kelompok 6 anuitas lainKelompok 6 anuitas lain
Kelompok 6 anuitas lainPPGHybrid1
 
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPGHybrid1
 
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiModul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiPPGHybrid1
 
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPGHybrid1
 
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak TertentuPPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak TertentuPPGHybrid1
 
PPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
PPT TKP M2KB3 - Mekanika BahanPPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
PPT TKP M2KB3 - Mekanika BahanPPGHybrid1
 
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis TertentuPPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis TertentuPPGHybrid1
 
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan PembebananPPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan PembebananPPGHybrid1
 
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAANPPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAANPPGHybrid1
 
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNANPPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNANPPGHybrid1
 
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTURPPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTURPPGHybrid1
 
PPT TKP M1-KB1 PONDASI
PPT TKP M1-KB1 PONDASIPPT TKP M1-KB1 PONDASI
PPT TKP M1-KB1 PONDASIPPGHybrid1
 
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek KonstruksiModul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek KonstruksiPPGHybrid1
 
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan PekerjaanModul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan PekerjaanPPGHybrid1
 
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan KonstruksiModul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan KonstruksiPPGHybrid1
 
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaModul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaPPGHybrid1
 
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNANMODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNANPPGHybrid1
 
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIRMODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIRPPGHybrid1
 
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNGMODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNGPPGHybrid1
 
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar JembatanModul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar JembatanPPGHybrid1
 

Mais de PPGHybrid1 (20)

Kelompok 6 anuitas lain
Kelompok 6 anuitas lainKelompok 6 anuitas lain
Kelompok 6 anuitas lain
 
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan Drainase
 
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama IrigasiModul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
Modul TKP M3KB2 - Saluran dan Bangunan Utama Irigasi
 
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam PertanianPPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
PPT TKP M3KB1 - Perkembangan Irigasi dan Peranannya dalam Pertanian
 
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak TertentuPPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
PPT TKP M2KB4 - Struktur Statis Tak Tertentu
 
PPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
PPT TKP M2KB3 - Mekanika BahanPPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
PPT TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
 
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis TertentuPPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
PPT TKP M2KB2 - Struktur Statis Tertentu
 
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan PembebananPPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
PPT TKP M2KB1 - Struktur dan Pembebanan
 
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAANPPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
PPT TKP M1-KB4 PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
 
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNANPPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
PPT TKP M1-KB3 INSTALASI AIR BERSIH DAN AIR KOTOR BANGUNAN
 
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTURPPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
PPT TKP M1-KB2 PEKERJAAN ARSITEKTUR
 
PPT TKP M1-KB1 PONDASI
PPT TKP M1-KB1 PONDASIPPT TKP M1-KB1 PONDASI
PPT TKP M1-KB1 PONDASI
 
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek KonstruksiModul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
Modul TKP M6KB4 - Penjadwalan Proyek Konstruksi
 
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan PekerjaanModul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Modul TKP M6KB3 - Analisa Harga Satuan Pekerjaan
 
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan KonstruksiModul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
Modul TKP M6KB2 - Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi
 
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan KerjaModul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Modul TKP M6KB1 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNANMODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
MODUL TKP M5KB4 - GAMBAR UTILITAS BANGUNAN
 
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIRMODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
MODUL TKP M5KB3 - GAMBAR BANGUNAN AIR
 
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNGMODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
MODUL TKP M5KB1 - GAMBAR BANGUNAN GEDUNG
 
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar JembatanModul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
Modul TKP M4KB3 - Dasar - dasar Jembatan
 

Último

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 

Último (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 

MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN

  • 1. i KEGIATAN BELAJAR 2: GAMBAR BANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN PENDAHULUAN Rasional dan Deskripsi Singkat Modul ini berisi pengetahuan dan Teknik Gambar Bangunan Jalan dan Jembatan yang disusun untuk membantu peserta didik dalam mempelajari dan mengenal ilmu dan kompetensi menggambar teknik untuk desain bangunan jalan dan jembatan. Modul ini merupakan salah satu dari 6 rangkaian Pengembangan Modul Hybrid Learning PPG untuk Paket Keahlian Teknologi Konstruksi dan Properti. Kegiatan Belajar 2 terdiri dari 4 sub kegiatan pembelajaran yang disusun secara runtut mengikuti struktur kompetensi dasar. Pembahasan pada setiap kegiatan pembelajaran dalam buku ini, terdiri dari: Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan, Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan, Pokok- Pokok Materi, Urainan Materi, Rangkuman, Tugas dan Tes Formatif. Hal ini diharapkan dapat memupuk keingintahuan peserta didik tentang topik yang akan dibahas, berpikir kritis. Dengan model pengorganisasian seperti ini, diharapkan peserta didik mendapatkan kemudahan untuk melatih kompetensinya terkait dengan gambar konstruksi jalan dan jembatan. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Mampu mengaplikasikan pembelajaran terkini terkait Gambar Konstruksi Bangunan Jalan dan Jembatan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran inovatif dan kreatif Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 1. Dasar-dasar Gambar Konstruksi Bangunan Jalan. 2. Gambar Konstruksi Jalan 3. Dasar-dasar Gambar Konstruksi Bangunan Jembatan 4. Gambar Konstruksi Jembatan
  • 2. I-2 2.1 DASAR-DASAR GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 2.1.1 Konstruksi Jalan Jalan raya ialah jalur-jalur diatas permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh manusia dengan ukuran, konstruksi dan bentuk tertentu sehingga dapat dipakai sebagai jalur lalulintas orang, hewan dan kendaraan. Bagian-bagian jalan terdiri dari lebar jalur, lebar bahu, drainase dan median. Lebar jalur adalah yang dilewati lalu lintas tidak termasuk bahu jalan. Lebar bahu berada di samping lebar jalur lalu lintas, direncanakan sebagai ruang untuk kendaraan yang sekali-sekali berhenti, pejalan kaki dan kendaraan lambat. Sedangkan median adalah daerah yang memisahkan arah lalu lintas pada suatu segmen jalan yang terletak di bagian tengah. Pekerjaan tanah pada pekerjaan konstruksi jalan berupa pekerjaan galian tanah dan pekerjaan urugan tanah. Tanah pada kontruksi jalan diperlukan untuk membentuk badan jalan, yaitu leveling sesuai alinemen yang direncanakan. Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang lalu lintas. 1. Jenis Perkerasan Jalan a. Perkerasan Lentur (flexible pavement) Konstruksi perkerasan lentur yang paling banyak dilaksanakan adalah lapen dan laston. Bagian-bagian perkerasan lentur adalah sebagai berikut: 1) Lapis pondasi bawah (LPB, sub base course). 2) Lapis pondasi atas (LPA, base course). 3) Lapis permukaan (binder course dan surface course). Gambar 2. 1 Perkerasan Jalan Lentur.
  • 3. I-3 Gambar 2. 2 Distribusi Beban pada Perkerasan Lentur. b. Perkerasan Kaku (rigid pavement) Konstruksi perkerasan kaku menggunakan Portland cement (PC) sebagai bahan pengikat. Perkerasan kaku umumnya tidak menggunakan lapis pondasi atas. Ada lima jenis perkerasan kaku antara lain: 1) Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan. 2) Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan. 3) Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan. 4) Perkerasan beton semen dengan tulangan serat baja. 5) Perkerasan beton semen pratekan Gambar 2. 3 Perkerasan Jalan Kaku
  • 4. I-4 Gambar 2. 4 Distribusi Beban Perkerasan Kaku. 2. Drainase Jalan Drainase merupakan bagian yang penting dari konstruksi jalan, kerusakan jalan sering disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh sistem drainase jalan. Drainase permukaan adalah sistem drainase yang dibuat untuk mengendalikan air permukaan akibat hujan. Tujuan dari sistem drainase ini untuk memelihara agar jalan tidak tergenang air hujan dalam waktu cukup lama, tetapi harus segera dibuang melalui sarana drainase jalan. Sarana drainase permukaan terdiri dari tiga jenis, yaitu: a. Saluran samping b. Saluran penangkap c. Gorong gorong Sungai 3. Bangunan Pelengkap Jalan Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan petunjuk bagi pengguna jalan agar unsur kenyamanan, keamanan dan keselamatan dapat terpenuhi. Bangunan pelengkap jalan dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Bangunan Drainase Jalan b. Bangunan Penguat Tebing c. Bangunan untuk keamanan lalu lintas, rambu dan marka jalan. Bangunan Penguat Tebing terdiri dari: a. Perkuatan lereng, b. Stabilisasi timbunan c. Tembok penahan.
  • 5. I-5 4. Bahan Jalan Bahan hanya boleh digunakan apabila telah dilakukan pengujian dan memenuhi persyaratan. Sebelum memulai pekerjaan, terlebih dahulu harus disiapkan persediaan bahan dalam jumlah yang cukup untuk menjamin kesinambungan pekerjaan. Untuk menjamin keseragaman campuran sebaiknya menggunakan bahan dari sumber yang tetap. Bahan utama perkerasan jalan terdiri dari; 1) Agregat kasar, 2) Agregat halus, 3) Bahan pengisi, dan 4) Aspal sebagai bahan pengikat. 5. Pondasi Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempat- kan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem strukturnya. Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya. Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi: a. Keadaan tanah pondasi b. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure) c. Keadaan daerah sekitar lokasi d. Waktu dan biaya pekerjaan e. Kokoh, kaku dan kuat
  • 6. I-6 Gambar 2. 5 Konstruksi Telford Pada saat pelaksanaan penggilasan, kadang kala diberi air secukupnya dengan tujuan agar batu-batu kecil dapat masuk ke dalam sela-sela batu belah yang ada. Kekuatan jenis konstruksi telford ditimbulkan oleh gesekan antar batu-batu tersebut, sehingga kekuatan konstruksi ini sangat tergantung pada bidang-bidang kontak antar batu serta permukaan batu harus kasar. Semakin besar bidang kontak dan semakin kasar permukaan batu, maka akan memberi daya dukung yang besar pula. Maka untuk konstruksi Telford dipergunakan batu belah yang memberikan gesekan yang lebih besar. Apabila bidang kontak permukaan batu tersebut kecil atau tidak ada sama sekali maka konstruksi Telford akan rusak. Hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan pondasi Telford antara lain : a. Penopang tepi pada pondasi terlepas b. Batu yang dipakai ternyata tidak tahan aus c. Beban yang diderita terlalu besar, sehingga gesekan yang tersedia untuk melawan beban tersebut tidak mencukupi.
  • 7. I-7 2.1.2 Istilah Dalam Perencanaan Jalan Ruang Jalan Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan. 1. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. 2. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. 3. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. Jalur Lalu Lintas Jalur lalu lintas merupakan bagian penampang melintang jalan yang digunakan untuk dilewati kendaraan. Jalur lalu lintas dapat terdiri dari beberapa lajur tergantung volume dan kecepatan lalulintas rencana yang akan melewatinya. Batas jalur lalu lintas dapat berupa median, bahu, trotoar, pula jalan dan separator. Hal hal berikut perlu diperhatikan sehubungan dengan badan jalan yang merupakan jalur lalu lintas adalah: 1. Permukaan jalan. Permukaan jalan harus diusahakan selalu rata, tidak licin dan tidak kasar serta tahan dalam segala cuaca. 2. Kemiringan melintang. Untuk memberikan kemungkinan drainase permukaan jalan. Air yang jatuh di atas permukaan jalan dapat segera dialirkan ke saluran samping, untuk itu perkerasan dibuat miring ke sebelah luar. Titik yang tertinggi berada di tengah, dan kemudian menurun ke kedua tepian perkerasan. Bentuk penampang yang demikian disebut penampang normal atau bentuk CROWN. Besar kemiringan tergantung bahan lapis permukaan jalan, dan kemiringan diusahakan sekecil mungkin tetapi tujuannya dapat terpenuhi, umumnya berkisar antara 1,5 – 3 % untuk lapis permukaan yang menggunakan bahan peningkat aspal atau semen, sedangkan untuk jalan dengan lapis permukaan yang belum menggunakan bahan pengikat kemiringan jalan bisa mencapai 5 – 6%. 3. Lajur lalu lintas.
  • 8. I-8 Lajur lalu lintas adalah bagian dari jalur lalu lintas yang secara keseluruhan merupakan bagian dari lebar manfaat yang digunakan untuk dilewati lalu lintas. Bahu Jalan Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan Jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai: 1. ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar berhenti karena pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh, atau untuk beristirahat. 2. ruangan untuk menghindarkan diri pada saat-saat darurat, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan. 3. memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan kapasitas jalan yang bersangkutan. 4. memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping. 5. ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan (untuk tempat penempatan alat-alat, dan penimbunan bahan material). 6. ruangan untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulans, yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan. Trotoar Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki, maka trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kereb. Perlu atau tidaknya trotoar disediakan sangat tergantung dari volume pedestrian dan volume lalu lintas pemakai jalan tersebut. Median Pada arus lalu lintas yang tinggi seringkali dibutuhkan median guna memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan arah, Jadi median adalah jalur yang terletak ditengah jalan untuk membagi jalan dalam masing-masing arah. Secara garis besar median berfungsi sebagai: 1. menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi masih dapat mengontrol kendaraannya pada saat-saat darurat. 2. menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi/ mengurangi kesilauan terhadap lampu besar dari kendaraan yang berlawanan arah.
  • 9. I-9 3. menambah rasa kelegaan, kenyamanan dan keindahan bagi setiap pengemudi. 4. mengamankan kebebasan samping dari masing-masing arah arus lalu lintas. Saluran Samping Saluran samping terutama berguna untuk, mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari bagian luar jalan,menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan kering tidak terendam air. Umumnya bentuk saluran samping trapesium, atau empat persegi panjang. Untuk daerah perkotaan, dimana daerah pembebasan jalan sudah sangat terbatas, maka saluran samping dapat dibuat empat persegi panjang dari konstruksi beton dan ditempatkan di bawah trotoar, sedangkan di daerah pedalaman dimana pembebasan jalan bukan menjadi masalah, saluran samping umumnya dibuat berbentuk trapesium. Dinding saluran dapat mempergunakan pasangan batu kali, atau tanah asli. Talud Kemiringan Lereng Talud jalan umumnya dibuat 2H:1V. tetapi untuk tanah-tanah yang mudah longsor talud jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya landai yang aman, yang diperoleh dari perhitungan kestabilan lereng. Berdasarkan keadaan tanah pada lokasi jalan tersebut, mungkin saja dibuat bronjong, tembok penahan tanah, lereng bertingkat (berm) ataupun hanya ditutupi rumput saja. Kereb Kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan, yang terutama dimaksudkan untuk keperluan-keperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan dari tepi perkerasan, dan memberikan ketegasan tepi perkerasan. Pada umumnya kereb digunakan pada jalan-jalan di daerah perkotaan, sedangkan untuk jalan-jalan antar kota kereb hanya dipergunakan jika jalan tersebut direncanakan untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi atau apabila melintasi perkampungan. 2.1.3 Ketentuan Gambar Konstruksi Jalan Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan konflik atau interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan proyek tersebut. Gambar perencanaan yang lengkap konstruksi jalan terdiri atas: 1. Halaman Sampul Pada halaman ini tercantum keterangan tentang : a. Siapa pemilik dari proyek tersebut atau yang biasa disebut sebagai Pengguna Jasa. b. Apa nama proyek tersebut beserta keterangan-keterangannya apabila diperlukan.
  • 10. I-10 c. Siapa konsultan perencana-nya. 2. Daftar Gambar Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat daftar judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan menggunakan huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara lembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan setelah huruf kapital tersebut diatas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah lembarnya. 3. Daftar Singkatan Dan Simbol Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah (khususnya istilah asing) maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah yang digunakan dalam gambar perencanaan / kerja. 4. Gambar Situasi Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keterangan-keterangan seperlunya. 5. Denah Perencanaan Jalan (Plan) Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer. Oleh karena itu gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya pada sumbu jalan dipasang titik-titik pembantu dengan interval jarak tertentu, misalnya setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau disingkat STA. Angka dibelakang huruf STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu STA. 0. Dari denah, dapat diketahui antara lain: letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang dan lebar jalan serta fasilitas-fasilitas jalan. 6. Potongan Memanjang (Profile) Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan ketinggian (peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan rencana dasar saluran.
  • 11. I-11 7. Potongan Melintang Jalan (Cross Section) Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya diambil potongan pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan melintang diluar titik station apabila pada tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal yang khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb. Dari potongan melintang ini dapat diketahui antara lain: bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar maupun tinggi, kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk), dinding penahan tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll. 8. Denah Perencanaan Drainase Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain: letak saluran air terhadap badan jalan, arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran tertutup. 9. Potongan Memanjang Saluran Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan ketinggian permukaan tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui gambar potongan ini dapat dihitung jumlah galian maupun urugan tanah untuk pembuatan saluran air. 10. Gambar Detail Gambar detail adalah gambar-gambar konstruksi dengan skala kecil misalnya 1 : 5, 1 : 10 atau 1 : 20. Pada gambar potongan dilengkapi ukuran-ukuran dengan jelas dan lengkap disamping keterangan-keterangan gambar. Bahkan dibuat tabel-tabel misalnya untuk kebutuhan pembesian pekerjaan beton. Gambar detail biasanya meliputi pekerjaan : detail saluran air terbuka dan tertutup, detail trotoir dan kanstin (side walk & curb), detail dinding penahan tanah, detail pagar, pondasi, detail jembatan, pelat penutup saluran dll. 11. Gambar Perencanaan Traffic Engineering Traffic engineering dibuat dengan denah tersendiri agar tidak rancu dengan gamba- gambar yang lainnya. Gambar perencanaan traffic engineering memuat antara lain: perencanaan rambu lalu-lintas, marka jalan, penerangan jalan, pengaturan traffic light, dll.
  • 12. I-12 2.2 GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 2.2.1 Perkerasan lentur (flexible pavement), Umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 2. 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah Dasar (sub grade) Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian- bagian perkerasan lainnya. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut: 1. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban lalu lintas. 2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air. 3. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat pelaksanaan. Lapis Pondasi Bawah (sub base course) Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain: 1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban roda. 2. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi). 3. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
  • 13. I-13 4. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca. Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang relatif lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan Lapis Pondasi (base course) Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah). Fungsi lapis pondasi antara lain: 1. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda, 2. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan. Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik. Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR > 50%, PI < 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur. Lapis Permukaan (surface course) Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis permukaan antara lain: 1. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda 2. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat cuaca. 3. Sebagai lapisan aus (wearing course). Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas. Pemilihan bahan
  • 14. I-14 untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan. 2.2.2 Perkerasan kaku (rigid pavement) Umumnya hanya terdiri dari satu lapisan dan menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Gambar 2. 7 Jenis Perkerasan Kaku Tanah dasar Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu sesuai dengan SNI 03- 1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989, masing-masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5 %. Pondasi bawah Bahan pondasi bawah dapat berupa : 1. Bahan berbutir. 2. Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete) 3. Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete). Beton semen Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3–5 MPa (30-50 kg/cm2).
  • 15. I-15 Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat baja, aramit atau serat karbon, harus mencapai kuat tarik lentur 5–5,5 MPa (50-55 kg/cm2 ). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2 ) terdekat. Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan kuat tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk tidak lazim. Serat baja dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plaza tol, putaran dan perhentian bus. Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang bagian ujungnya melebar sebagai angker dan/atau sekrup penguat untuk meningkatkan ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang antara 15 dan 50 mm dapat ditambahkan ke dalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45 kg/m³. Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan sesuai dengan lingkungan dimana perkerasan akan dibuat.
  • 16. I-16 2.2.3 Menggambar Profil Jalan Menggambar Profil Memanjang Jalan Gambar 2. 8 Denah/Lay out jalan Gambar 2. 9 Profil Memanjang Jalan Menggambar Profil Melintang Jalan Penampang melintang suatu jalan adalah proyeksi/potongan melintang tegak lurus sumbu jalan. Pada potongan melintang tersebut dapat dilihat bagian-bagian jalan.
  • 17. I-17 Gambar 2. 10 Penampang Melintang Jalan Tanpa dan Dengan Median Gambar profil melintang jalan dimaksudkan sebagai petunjuk teknis bagi pelaksana proyek jalantermasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, dalam membuat gambar terlaksana jalan yang merupakan bagian dari dokumen jalan. Persyaratan gambar penampang melintang jalan adalah sebagai berikut: 1. Data Gambar yang dicantumkan. a. Bentuk penampang melintang dan besarnya prosentase kemiringan melintang sampai pada batas ruang milik jalan (Rumija). b. Lokasi penampang melintang. c. Sumbu jalan. d. Bagian-bagian jalan dan ukurannya. e. Bangunan pelengkap jalan yang tepat terletak pada irisan tersebut. f. Bangunan pengaman jalan yang tepat terletak pada irisan tersebut. g. Bangunan utilitas dan bangunan lainnya yang tepat terletak pada irisan tersebut. h. Batas ruang milik jalan.
  • 18. I-18 2. Skala Gambar penampang melintang dibuat dalam 2 (dua) skala: a. Skala mendatar 1:100 b. Skala vertikal 1:50 3. Jarak Pengambaran. a. Penampang melintang dibuat : 1) Setiap jarak 25 meter pada tikungan spiral circle spiral (SCS); spiral spiral (SS). 2) Setiap jarak 50 meter pada tikungan tangent spiral (TS) 3) Setiap jarak 100 meter pada jalan lurus dan datar. 4) Setiap jarak 50 meter pada jalan lurus dan naik / turun dengan prosentase) 4% b. Pada gambar penampang melintang digambarkan penampang jalan lama dan penampang ialan yang baru dikerjakan proyek. Untuk pembangunan jalan baru agar digambarkan muka tanah asli. Gambar 2. 11 Contoh Gambar Tipikal Profil Melintang Perkerasan Jalan
  • 19. I-19 2.3 DASAR-DASAR GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN JEMBATAN 2.3.1 Konstruksi Jembatan Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transportasi melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang. Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut. 1. Jembatan jalan raya (highway bridge), 2. Jembatan jalan kereta api (railway bridge), 3. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge). Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut. 1. Jembatan di atas sungai atau danau, 2. Jembatan di atas lembah, 3. Jembatan di atas jalan yang ada (fly over), 4. Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert), 5. Jembatan di dermaga (jetty). Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam : 1. Jembatan kayu (log bridge), 2. Jembatan beton (concrete bridge), 3. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge), 4. Jembatan baja (steel bridge), 5. Jembatan komposit (compossite bridge). Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain : 1. Jembatan plat (slab bridge), 2. Jembatan plat berongga (voided slab bridge), 3. Jembatan gelagar (girder bridge), 4. Jembatan rangka (truss bridge), 5. Jembatan pelengkung (arch bridge), 6. Jembatan gantung (suspension bridge), 7. Jembatan kabel (cable stayed bridge),
  • 20. I-20 8. Jembatan cantilever (cantilever bridge). Secara umum struktur jembatan terdiri dari: Gambar 2. 12 Bagian-bagian Jembatan Bagian-bagian Konstruksi Jembatan terdiri dari : 1. Konstruksi Bangunan Atas (Superstructures) Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll. Struktur atas jembatan umumnya meliputi : a. Trotoar: 1) Sandaran dan tiang sandaran, 2) Peninggian trotoar (Kerb), 3) Slab lantai trotoar. b. Slab lantai kendaraan, c. Gelagar (Girder), d. Balok diafragma, e. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang), f. Tumpuan (Bearing).
  • 21. I-21 2. Konstruksi Bangunan Bawah (Substructures) Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan umumnya meliputi : a. Pangkal jembatan (Abutment), 1) Dinding belakang (Back wall), 2) Dinding penahan (Breast wall), 3) Dinding sayap (Wing wall), 4) Oprit, plat injak (Approach slab) 5) Konsol pendek untuk jacking (Corbel), 6) Tumpuan (Bearing). b. Pilar jembatan (Pier), 1) Kepala pilar (Pier Head), 2) Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal, 3) Konsol pendek untuk jacking (Corbel), 4) Tumpuan (Bearing). 2.3.2 Ketentuan Gambar Konstruksi Jembatan Gambar rencana teknik untuk konstruksi jembatan harus mengikuti kaidah-kaidah: 1. Standar pendetailan, khususnya untuk baja dan beton bertulang, harus konsisten untuk seluruh gambar. 2. Komponen jembatan harus digambar sebagaimana tampak sebenarnya, hindari gambar bayangan dan pandangan dari sisi yang berlawanan. 3. Tiap dimensi ukuran ditunjukkan hanya satu kali saja. 4. Tiap komponen jembatan harus digambarkan secara detail sebisa mungkin pada 1 lembar kertas. 5. Seluruh gambar harus memiliki skala dan skala tersebut tercantum dalam gambar (misalnya skala 1:100 untuk potongan melintang dan denah jembatan serta skala 1:20 untuk gambar detail).
  • 22. I-22 6. Prosedur standar (SOP) harus digunakan dalam menggambar jembatan dan membuat dimensi komponen termasuk format ukuran gambar, sampul, daftar isi, petunjuk arah, daftar simbol, rangkuman volume 2.4 GAMBAR KONSTRUKSI JEMBATAN 2.4.1 Gambar Perencanaan Jembatan Bentang 5 meter Berikut merupakan contoh perencanaan jembatan bentang 5 meter yang bersumber dari https://www.asdar.id/wp-content/uploads/2018/01/denah-jembatan-bentang-5-meter.jpg. Gambar 2. 13 Jembatan Bentang 5 meter
  • 23. I-23 Gambar 2. 14 Detail Jembatan Bentang 5 meter 2.4.2 Gambar Perencanaan Jembatan Bentang 6 meter Berikut merupakan contoh perencanaan jembatan bentang 6 meter yang bersumber dari https://www.asdar.id/wp-content/uploads/2018/01/denah-jembatan-bentang-6-meter.jpg. Gambar 2. 15 Denah Jembatan Bentang 6 meter
  • 24. I-24 Gambar 2. 16 Potongan Melintang Jembatan Bentang 6 meter Gambar 2. 17 Potongan Memnjang Jembatan Bentang 6 meter
  • 25. I-25 Gambar 2. 18 Detail Sandaran Jembatan
  • 26. I-26 RANGKUMAN Jalan raya ialah jalur-jalur diatas permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh manusia dengan ukuran, konstruksi dan bentuk tertentu sehingga dapat dipakai sebagai jalur lalulintas orang, hewan dan kendaraan. Bagian-bagian jalan terdiri dari lebar jalur, lebar bahu, drainase dan median. Lebar jalur adalah yang dilewati lalu lintas tidak termasuk bahu jalan. Lebar bahu berada di samping lebar jalur lalu lintas, direncanakan sebagai ruang untuk kendaraan yang sekali-sekali berhenti, pejalan kaki dan kendaraan lambat. Sedangkan median adalah daerah yang memisahkan arah lalu lintas pada suatu segmen jalan yang terletak di bagian tengah. Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transportasi melalui sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang. DAFTAR PUSTAKA Ariestadi, Dian. Modul PPG 2018. 2006. Pekerjaan Pelatihan Site Inspector Of Bridge (Inspektur Lapangan Pekerjaan Jembatan). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum, Badan Pembinaan Konstruksi Dan Sumber Daya Manusia, Pusat Pembinaan Kompetensi Dan Pelatihan Konstruksi (Pusbin-Kpk). Okteviani. 2006. Modul Guru Pembelajar Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan 2016 2004. PEDOMAN: Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan. Jakarta: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Derektorat Jendral Prasarana Wilayah. Siswanto, Henri. 2009. Modul Pelaksana Jalan. Pusdilatjakon FT-UM. http://meniksipil.blogspot.co.id/2011/10/macam-macam-struktur-jembatan.html https://www.asdar.id/wp-content/uploads/2018/01/detail-jembatan-bentang-5-meter.jpg https://www.asdar.id/wp-content/uploads/2018/01/detail-jembatan-bentang- meter.jpg https://dokumen.tips/download/link/gambar-standar-pekerjaan-jalan-jembatan