SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 13
Baixar para ler offline
1


                                                              SPESIFIKASI TEKNIS
                                       TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH


                                                                   I.    Pendahuluan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap
terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan
gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas
dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.
Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya
merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah
Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan
fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas dibanding pembangunan sektor lainnya.
Di TPA, sampah mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu
yang panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain
lebih lambat; bahkan ada bebrapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara
yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai
puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA
selesai digunakan pun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa
zat yang dapt mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan
terhadap TPA yang telah ditutup.

                                                  II. TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
                                                 2.1 Metode Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah mengenai beberapa metoda dalam pelaksanaannya, yaitu :
a) Open Dumping
   Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana,
   dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan terbuka tanpa
   pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemda yang
   menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana, dll)
   Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran
   lingkungan yang ditimbulkannya, seperti :
     Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll
     Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan
     Polusi air akibat banyaknya leachate (cairan sampah ) yang timbul
     Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor
2


b) Controll Landfill
   Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik
   sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi
   potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga
   dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi
   pemanfaatan lahan dan kestabilan permukan TPA.
   Di Indonesia, metode controll landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang
   dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan beberapa
   fasilitas, diantaranya :
     Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan
     Saluran pengumpul leachate dan kolam penampungan
     Pos pengendalian operasional
     Fasilitas pengendalian gas metan
     Alat berat
c) Sanitary Landfill
Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional dimana
penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan timbul dapat
diminimalkan. Namun diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal
bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota-kota
besar dan metropolitan


                                                      2.2 Persyaratan Lokasi TPA
Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka
lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Hal ini ditunjukkan dengan
sangat rincinya persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam SNI tentang Tata Cara
Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang diantaranya dalam kriteria
regional, dicantumkan :
 Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan longsor,    rawan gempa,
 dll.)
 Bukan daerah rawan hidrogeologis, yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air tanah
 kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air
 (dalam hal ini tidak terpenuhi harus dilakukan masukan teknologi)
 Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20%)
 Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara (jarak minimal 1,5 - 3
 km)
3


                                               2.3 Jenis dan fungsi Fasilitas TPA

                                                            2.3.1 Prasarana Jalan
Prasarana dasar ini sangat menentukan keberhasilan pengoperasian TPA. Semakin baik
kondisi jalan ke TPA akan semakin lancar kegiatan pengangkutan sehingga efisiensi
keduanya menjadi tinggi.
Konstruksi jalan TPA cukup beragam disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga
dikenal jalan TPA dengan konstruksi :
 Hotmix
 Beton
 Aspal
 Perkerasan sirtu
 Kayu
Dalam hal ini TPA perlu dilengkapi dengan :
 Jalan masuk/akses, yang menghubungkan TPA dengan jalan umum yang telah
 tersedia
 Jalan penghubung, yang menghubungkan antara satu bagian dengan bagian lain
 dalam wilayah TPA
 Jalan operasi/kerja, yang diperlukan oleh kendaraan pengangkut menuju titik
 pembongkaran sampah
Pada TPA dengan luas dan kapasitas pembuangan yang terbatas, biasanya jalan jalan
penghubung dapat juga berfungsi sekaligus sebagai jalan kerja/operasi

                                                         2.3.2 Prasarana Drainase
Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan dengan tujuan
memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Seperti diketahui, air hujan
merupakan faktor utama terhadap debit leachate yang dihasilkan. Semakin kecil
rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah, akan semakin kecil pula debit
leachate yang dihasilkan yang pada gilirannya akan memperkecil kebutuhan unit
pengolahannya.
Secara teknis drainase TPA dimaksudkan untuk menahan aliran limpasan air hujan dari
luar TPA agar tidak masuk ke dalam area timbunan sampah. Drainase penahan ini
umumnya dibangun di sekeliling blok atau zona penimbunan. Selain itu, untuk lahan
yang telah ditutup tanah, drainase TPA juga dapat berfungsi sebagai penangkap aliran
limpasan air hujan yang jatuh di atas timbunan sampah tersebut. Untuk itu, permukaan
tanah penutup harus dijaga kemiringannya mengarah pada saluran drainase.

                                                       2.3.3 Fasilitas Penerimaan
Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah yang datang,
pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada umumnya fasilitas ini
dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk TPA. Pada TPA besar dimana kapasitas
pembuangan telah melampaui 50 ton/hari maka dianjurkan penggunaan jembatan
timbang untuk efisiensi dan ketepatan pendataan. Sementara TPA kecil bahkan dapat
4


memanfaatkan pos tersebut sekaligus sebagai kantor TPA sederhana dimana kegiatan
administrasi ringan dapat dijalankan.

                                                             2.3.4 Lapisan Kedap Air
Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air leachate yang berbentuk di
dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Untuk itu lapisan ini harus dibentuk di
seluruh permukaan dalam TPA baik dasar maupun dinding
Bila tersedia di tempat, tanah lempung setebal ± 50 cm merupakan alternatif yang baik
sebagai lapisan kedap air. Namun bila tidak dimungkinkan dapat diganti dengan lapisan
sintetis lainnya dengan konsekuensi biaya yang relatif tinggi.

                                                    2.3.5 Fasilitas Pengamanan Gas
Gas yang terbentuk di TPA umumnya gas karbon dioksida dan metan dengan komposisi
hampir sama, di samping gas-gas lain yang sangat sedikit jumlahnya. Kedua gas
tersebut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama gas metan,
karenana perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan lepas bebas ke
atmosfer. Untuk itu perlu dipasang pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan
sampah pada titik-titik tertentu. Untuk ini perlu diperhatikan kualitas dan kondisi tanah
penutup TPA. Tanah penutup yang porous atau banyak memiliki rekahan akan
menyebabkan gas lebih mudah ke udara bebas. Pengolahan gas metan dengan cara
pembakaran sederhana dapat menurunkan potensinya dalam pemanasan global.

                                              2.3.6 Fasilitas pengamanan Leachate
Leachate merupakan air yang terbentuk dalam timbunan sampah yang melarutkan
banyak sekali senyawa yang ada sehingga memiliki kandungan pencemar khususnya zat
organic sangat tinggi. Leachate sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air baik air
tanah maupun permukaan sehingga perlu penanganan dengan baik
Tahap pertama pengamanan adalah dengan membuat fasilitas pengumpul leachate
yang dapat terbuat dari perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul maupun
pengaturan kemiringan dasar TPA, sehingga leachate secara otomatis begitu mencapai
dasar TPA akan bergerak sesuai kemiringan yang ada mengarah pada titik pengumpulan
yang disediakan.
Tempat pengumpulan leachate umumnya berupa kolam penampung yang ukurannya
dihitung berdasarkan debit leachate dan kemampuan unit pengolahannya. Aliran
leachate ke dan dari kolam pengumpul secara gravitasi sangat menguntungkan, namun
bila topografi TPA tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan cara pemompaan.
Pengolahan leachate dapat diterapkan dalam beberapa metode, diantaranya :
penguapan/evaporasi terutama untuk daerah kondisi iklim kering, sirkulasi leachate
dalam timbunan TPA untuk menurunkan baik kuantitas maupun kualitas
pensemarannya, atau pengolahan bilologis seperti hanya pengolahan air limbah.

                                                                      2.3.7 Alat Berat
Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa : bulldozer, excavator dan
loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam
operasionalnya.
5


Bulldozer sangat efisien dalam operasi perataan dan pemadatan tetapi kurang dalam
kemampuan penggalian. Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi
kurang dalam perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan
baik tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan. Untuk TPA
kecil disarankan dapat memilik bulldozer atau excavator, sementara TPA yang besar
umumnya memilik ketiga jenis alat berat tersebut.

                                                                 2.3.8 Penghijauan
Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa maksud, diantaranya adalah :
peningkatan estetika lingkungan, sebagai buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat
yang berlebihan. Untuk ini perencanaan daerah penghijauan ini perlu
mempertimbangkan letak dan jarak kegiatan masyarakat di sekitarnya (permukiman,
jalan raya, dll.)

                                                        2.3.9 Fasilitas Penujang
Beberapa fasilitas penunjang masih diperlukan untuk membantu mengoperasikan TPA
yang baik diantaranya : pemadam kebakaran, mesin penguap (mist blower),
kesehatan/keselamatan kerja, dan lain-lain.

                                                III. TEKNIS OPERASIONAL TPA

                                                       3.1 Persiapan Lahan TPA
 Sebelum lahan TPA diisi dengan sampah maka perlu dilakukan penyiapan lahan agar
 kegiatan pembuangan berikutnya dapat berjalan dengan lancar. Beberapa kegiatan
 penyiapan lahan antara meliputi :
 Penutupan lapisan kedap air dengan lapisan tanah setempat yang dimaksudkan untuk
 mencegah terjadinya kerusakan atas lapisan tersebut akibat operasi alat berat di
 atasnya. Umumnya diperlukan lapisan tanah setebal 50 cm yang dipadatkan di atas
 lapisan kedap air tersebut
 Persediaan tanah penutup perlu disiapkan di dekat lahan yang akan dioperasikan
 untuk membantu kelancaran penutupan tanah, terutama bila operasional dilakukan
 secara sanitary landfill. Pelatakan tanah harus memperhatikan kemampuan operasi
 alat berat yang ada.

                                             3.2 Tahapan Operasi Pembuangan
Kegiatan operasi pembuangan sampah secara berurutan meliputi :
a. Penerimaan sampah di pos pengendalian, dimana sampah diperiksa, dicatat dan
   diberi informasi mengenai lokasi pembuangan
b. Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang dioperasikan
   dilakukan sesuai rute yang diperintahkan
c. Pembongkaran sampah dilakukan di titik bongkar yang telah ditentukan dengan
   manuver kendaraan sesuai petunjuk pengawas.
6


d. Perataan sampah oleh alat berat yang dilakukan lapis demi lapis agar tercapai
   kepadatan optimum yang diinginkan. Dengan proses pemadatan yang baik dapat
   diharapkan kepadatan sampah sampai meningkat hampir dua kali lipat.
e. Pemadatan sampah oleh alat berat untuk mendapatkan timbunan sampah yang
   cukup padat sehingga stabilitas permukaannya dapat diharapkan untuk menyangga
   lapisan berikutnya.
f.   Penutupan sampah dengan tanah untuk mendapatkan kondisi operasi controll
     sanitary landfill
                                                                 3.3 Pengaturan Lahan
Seringkali TPA tidak diatur dengan baik. Pembongkaran sampah terjadi di sembarang
tempat dalam lahan TPA sehingga menimbulkan kesan yang tidak baik, disamping sulit
dan tidak efisiensinya pelaksanaan perkerjaan perataan, pemadatan dan penutupan
sampah tersebut. Agar lahan TPA dapat dimanfaatkan secar efisien, maka perlu
dilakukan pengaturan yang baik yang mencakup :
a. Pengaturan Sel
     Sel merupakan bagian dari TPA yang digunakan untuk menampung sampah satu
     periode operasi terpendek sebelum ditutup dengan tanah. Pada sistem sanitary
     landfill, periode operasi terpendek adalah harian yang berarti bahwa satu sel adalah
     bagian dari lahan yang digunakan untuk menampung sampah selama satu hari.
     Sementara untuk control landfill satu sel adalah untuk menampung sampah selama
     3 hari, atau 1 minggu atau periode operasi terpendek yang dimungkinkan.
     Dianjurkan periode operasi adalah 3 hari berdasarkan pertimbangan waktu
     penetasan telur lalat yang rata-rata mencapai 5 hari dan asumsi bahwa sampah
     telah berumur 2 hari saat ada di TPS sehingga sebelum menetas perlu ditutup tanah
     agar telur/larva muda segera mati.
     Untuk pengaturan sel perlu diperhatikan beberapa faktor :
      Lebar sel sebaiknya berkisar antara 1,5 – 3 lebar blade alat berat agar manuver
      alat berat dapat lebih efisien.
      Ketebalan sel sebaiknya antara 2 – 3 meter. Ketebalan terlalu besar akan
      menurunkan stabilitas permukaan, sementara terlalu tipis akan menyebabkan
      pemborosan tanah penutup
      Panjang sel dihitung berdasarkan volume sampah padat dibagi dengan lebar dan
      tebal sel.
     Sebagai contoh bila volume sampah padat adalah 150 m3/hari, tebal sel
     direncanakan 2 m, lebar sel direncanakan 3 m, maka panjang sel adalah 150/(3x2)
     = 25 m
     Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan patok-patok dan tali agar operasi
     penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar.
b. Pengaturan Blok
     Blok operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk penimbunan
     sampah selama periode operasi menengah misalnya 1 atau 2 bulan. Karenanya luas
7


   blok akan sama dengan luas sel dikalikan perbandingan periode operasi menengah
   dan pendek.
   Sebagai contoh bila sel harian berukuran lebar 3 m dan panjang 25 m maka blok
   operasi bulanan akan menjadi 30 x 75 m2 = 2.250 m2.
c. Pengaturan Zona
   Zona operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk jangka waktu
   panjang misal 1 – 3 tahun, sehingga luas zona operasi akan sama dengan luas blok
   operasi dikalikan dengan perbandingan periode operasi panjang dan menengah
   Sebagai contoh bila blok operasi bulanan memiliki luas 2.250 m2, maka zona operasi
   tahunan akan menjadi 12 x 2.250 = 2,7 ha.

                                                    3.4 Persiapan Sel Pembuangan
Sel pembuangan yang telah ditentukan ukuran panjang, lebar dan tebalnya perlu
dilengkapi dengan patok-patok yang jelas. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
petugas/operator dalam melaksanakan kegiatan pembuangan sehingga sesuai dengan
rencana yang telah dibuat
Beberapa pengaturan perlu disusun dengan rapi, diantaranya :
 Peletakan tanah penutup
 Letak titik pembongkaran sampah dari truk
 Manuver kendaraan saat pembongkaran

                                                        3.5 Pembongkaran Sampah
Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas kepada
pengemudi truk agar mereka membuang pada titik yang benar sehingga proses
berikutnya dapat dilaksanakan dengan efisien
Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas kepada
pengemudi truk agar mereka membuang pada titik yang benar sehingga proses
berikutnya dapat dilaksanakan dengan efisien
Titik bongkar umumnya diletakkan di tepi sel yang sedang dioperasikan dan berdekatan
dengan jalan kerja sehingga kendaraan truk dapat dengan mudah mencapainya.
Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa titik bongkar yang ideal sulit dicapai pada
saat hari hujan akibat licinnya jalan kerja. Hali ini perlu diantisipasi oleh penanggung
jawab TPA agar tidak terjadi.
Jumlah titik bongkar pada setiap sel ditentukan oleh beberapa faktor :
 Lebar sel
 Waktu bongkar rata-rata
 Frekuensi kedatangan truk pada jam puncak
Harus diupayakan agar setiap kendaraan yang datang dapat segera mencapai titik
bongkar dan melakukan pembongkaran sampah agar efisiensi kendaran dapat dicapai.
8




                                              3.6 Perataan dan Pemadatan Sampah
Perataan dan pemadatan sampah dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi
pemanfaatan lahan yang efisien dan stabilitas permukaan TPA yang baik. Kepadatan
sampah yang tinggi di TPA akan memerlukan volume lebih kecil sehingga daya tampung
TPA bertambah, sementara permukaan yang stabil akan sangat mendukung
penimbunan lapis berikutnya.
Pekerjaan perataan dan pemadatan              sampah   sebaiknya   dilakukan   dengan
memperhatikan efisiensi operasi alat berat.
Pada TPA dengan intensitas kedatangan truk yang tinggi, perataan dan pemadatan
perlu segera dilakukan setelah sampah menggunung sehingga pekerjaan perataannya
akan kurang efisien dilakukan
Pada TPA dengan frekuensi kedatangan truk yang rendah maka perataan dan
pemadatan sampah dapat dilakukan secara periodik, misalnya pagi dan siang. Perataan
dan pemadatan sampah perlu dilakukan dengan memperhatikan kriteria pemadatan
yang baik, yaitu :
 Peratan dilakukan lapis demi lapis
 Setiap lapis diratakan sampah setebal 20 cm – 60 cm dengan cara mengatur
 ketinggian blade alat berat
 Pemadatan sampah yang telah rata dilakukan dengan menggilas sampah tersebut 3 –
 5 kali.
 Perataan dan pemadatan dilakukan sampai ketebalan sampah mencapai ketebalan
 rencana.

                                                             3.7 Penutupan Tanah
Penutupan TPA dengan tanah mempunyai fungsi/maksud sebagai berikut :
 Untuk memotong siklus hidup lalat, khususnya dari telur menjadi lalat
 Mencegah perkembangbiakan tikus
 Mengurangi rembesan air hujan yang akan membentuk leachate
 Mengurangi bau
 Mengisolasi sampah dan gas yang ada
 Menambah kestabilan permukaan
 Meningkatkan estetika lingkungan
Frekuensi penutupan sampah dengan tanah disesuaikan dengan metode/teknologi yang
diterapkan. Penutupan sel sampah pada sistem sanitary landfill dilakukan setiap hari,
sementara pada controll landfill dianjurkan 3 hari sekali.
Ketebalan tanah penutup yang perlu dilakukan adalah :
 Untuk penutup sel (sering disebut dengan penutup harian) adalah dengan lapisan
 tanah padat setebal 20 cm
9


 Untuk penutupan antara (setelah 2- 3 lapis sel harian) adalah tanah padat setebal 30
 cm
 Untuk penutup terakhir, yang dilakukan pada saat suatu blok pembuangan telah terisi
 penuh, dilapisi dengan tanah padat setebal minimal 50 cm.

                                                           IV.    PEMELIHARAAN TPA
                                                                          4.1     Umum
Pemeliharaan TPA dimaksudkan untuk mejaga agar setiap prasarana dan sarana yang
ada selalu dalam kondisi siap operasi dengan unjuk kerja yang baik
Seperti halnya program pemeliharaan lazimnya maka sesuai tahapannya perlu
diutamakan kegiatan pemeliharaan yang bersifat preventif untuk mencegah terjadinya
kerusakan dengan melaksanakan pemeliharaan rutin.
Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk segera melakukan perbaikan kerusakan-
kerusakan kecil agar tidak berkembang menjadi besar dan kompleks.

                      4.2    Pemeliharaan Alat Bermesin (Alat Berat, pompa, dll)
Alat berat dan peralatan bermesin seperti pompa air leachate sangat vital bagi operasi
TPA sehingga kehandalan dan unjuk kerjanya harus dipelihara dengan prioritas tinggi.
Buku manual pengoperasian dan pemeliharaan alat berat harus selalu dijalankan dengan
benar agar peralatan tersebut terhindar dari kerusakan.
Kegiatan perawatan seperti penggantian minyak pelumas baik mesin maupun transmisi
harus diperhatikan sesuai ketentuan pemeliharaannya. Demikian pula dengan
pemeliharaan komponen seperti baterai, filter-filter, dan lain-lain tidak boleh dilalaikan
ataupun dihemat seperti banyak dilakukan.

                                                           4.3     Pemeliharaan Jalan
Pemeliharaan jalan TPA umumnya dijumpai pada ruas jalan masuk dimana kondisi jalan
bergelombang maupun berlubang yang disebabkan oleh beratnya beban truk sampah
yang melintasinya. Jalan yang berlubang/bergelombang menyebabkan kendaraan tidak
dapat melintasinya dengan lancar sehingga terjadi penurunan kecepatan yang berarti
menurunnya efisiensi pengangkutan, disamping lebih cepat ausnya beberapa komponen
seperti kopling, rem dan lain-lain.
Bagian lain yang juga sering mengalami kerusakan dan kesulitan adalah jalan kerja
dimana kondisi jalan temporer tersebut memiliki faktor kestabilan yang rendah,
khususnya bila dibangun di atas sel sampah. Cukup banyak pengalaman memberi
contoh betapa jalan kerja yang tidak baik telah menimbulkan kerusakan batang hidrolis
pendorong bak pada dump truck, terutama bila pengemudi memaksa membongkar
sampah pada saat posisi kendaraan tidak rata/horizontal.
Jalan kerja di banyak TPA juga memiliki faktor kesulitan lebih tinggi pada saat hari
hujan. Jalan yang licin menyebabkan truk sampah sulit bergerak dan harus dibantu oleh
alat berat, sehinggga secara keseluruhan menyebabkan waktu operasi pengangkutan di
TPA menjadi lebih panjang dan pemanfaatan alat berat untuk hal yang tidak efisien.
10


Sekali lagi perlu diperhatikan untuk memperbaiki kerusakan jalan sesegera mungkin
sebelum menjadi semakin parah. Pengurugan dengan sirtu umumnya sangat efektif
memperbaiki jalan yang bergelombang dan berlubang.

                                             4.4     Pemeliharaan Lapisan Penutup
Lapisan penutup TPA perlu dijaga kondisinya agar tetap berfungsi dengan baik.
Perubahan temperatur dan kelembaban udara dapat menyebabkan timbulnya retakan
permukaan tanah yang memungkinkan terjadinya aliran gas keluar dari TPA ataupun
mempercepat rembesan air pada saat hari hujan. Untuk itu retakan yang terjadi perlu
segera ditutup dengan tanah sejenis.
Proses penurunan permukaan tanah juga sering tidak berlangsung seragam sehingga
ada bagian yang menonjol maupun melengkung ke bawah. Ketidakteraturan permukaan
ini perlu diratakan dengan memperhatikan kemiringan ke arah saluran drainase.
Penanaman rumput dalam hal ini dianjurkan untuk mengurangi efek retakan tanah
melalui jaringan akar yang dimiliki.
Pemeriksaan kondisi permukaan TPA perlu dilakukan minimal sebulan sekali atau
beeberapa hari setelah terjadi hujan lebat untuk memastikan tidak terjadinya perubahan
drastis pada permukaan tanah penutup akibat erosi air hujan.

                                                      4.5    Pemeliharaan Drainase
Pemeliharaan saluran drainase secara umum sangat mudah dilakukan. Pemeriksaan
rutin setiap minggu khususnya pada musim hujan perlu dilakukan untuk menjaga tidak
terjadi kerusakan saluran yang serius.
Saluran drainase perlu dipelihara dari tanaman rumput atau semak yang mudah sekali
tumbuh akibat tertinggalnya endapan tanah hasil erosi tanah penutup TPA di dasar
saluran. TPA di daerah bertopografi perbukitan juga sering mengalami erosi akibat
alirtan air yang deras.
Lapisan semen yang retak atau pecah perlu segera diperbaiki agar tidak mudah lepas
oleh erosi air, sementara saluran tanah yang berubah profilnya akibat erosi perlu segera
dikembalikan ke dimensi semula agar dapat berfungsi mengalirkan air dengan baik.

                             4.6     Pemeliharaan Fasilitas Penanganan Leachate
Kolam penampung dan pengolah leachate seringkali mengalami pendangkalan akibat
endapan suspensi. Hal ini akan menyebabkan semakin kecilnya volume efektif kolam
yang berarti semakin berkurangnya waktu tinggal, yang akan berakibat pada rendahnya
efisiensi pengolahan yang berlangsung. Untuk itu, perlu diperharikan agar kedalaman
efektif kolam dapat dijaga.
Lumpur endapan yang mulai tinggi melampaui dasar efektif kolam harus segera
dikeluarkan. Alat berat excavator sangat efektif dalam pengeluaran lumpur ini. Dalam
beberapa hal dimana ukuran kolam tidak terlalu besar juga dapat digunakan truk tinja
untuk menyedot lumpur yang terkumpul yang selanjutnya dapat dibiarkan mengering
dan dimanfaatkan sebagai tanah penutup sampah.
11


                                              4.7     Pemeliharaan Fasilitas Lainnya
Fasilitas-fasilitas lain seperti bangunan kantor/pos, garasi dan sebagainya perlu
dipelihara sebagaimana lazimnya bangunan umum seperti kebersihan, pengecatan, dan
lain-lain.

                                   V.   PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN TPA
                                        5.1     Pengawasan Kegiatan Pembuangan
a. Tujuan Pengawasan dan pengendalian
   Pengawasan dan pengendalian TPA dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa setiap
   kegiatan yang ada di TPA dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
   dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
     Apakah sampah yang dibuang merupakan sampah perkotaan dan bukan jenis
     sampah yang lain?
     Apakah volume dan berat sampah yang masuk TPA diukur dan dicatat dengan
     baik?
     Apakah sel pembuangan dan titik bongkar sudah ditentukan?
     Apakah pengemudi sudah diarahkan ke lokasi yang benar?
     Apakah truk membongkar sampah pada titik yang benar?
     Apakah tanah penutup telah tersedia?
     Apakah perataan dan pemadatan dilakukan sesuai rencana?
     Apakah penutupan telah dilakukan dengan baik?
     Apakah prasarana dan sarana dioperasikan dan dipelihara dengan baik?

b. Tata Cara Pengawasan dan Pengendalian
   Pengawasan dilakukan dengan kegiatan pemeriksaan/pengecekan yang meliputi :
     Pemeriksaan kedatangan sampah
     Pengecekan rute pembuangan
     Pengecekan operasi pembuangan
     Pengecekan unjuk kerja fasilitas
   Pengendalian TPA meliputi aktivitas untuk mengarahkan operasional pembuangan
   dan unjuk kerja setiap fasilitas sesuai fungsinya, seperti :
     Pemberian petunjuk operasi pembuangan             bila   petugas     lapangan/operator
     melaksanakan tidak sesuai dengan rencana
     Pemeriksaan kualitas pengolahan          lindi   dan     pemberian     petunjuk   cara
     pengoperasian yang baik.
12




                                                  5.2   Pendataan dan Pelaporan
a. Pendataan TPA
   Data-data TPA yang diperlukan mencakup :
      Data kedatangan kendaraan pengangkut sampah dan volume sampah yang
      diperlukan untuk mengetahui kapasitas pembuangan harian, yang akan
      digunakan untuk mengetahui kapasitas pembuangan harian, yang akan
      digunakan untuk mengevaluasi perencanaan TPA yang telah disusun berkaitan
      dengan kapasita tampung dan usia pakai TPA. Data ini dapat dikumpulkan di pos
      pengendali TPA dimana terdapat petugas yang secara teliti memeriksa,
      mengukur dan mencatat data tersebut dengan bantuan form kedatangan truk
      Data kondisi instalasi pengolahan leachate khususnya kualitas parameter
      pencemar untuk mengetahui efisiensi pengolahan leachate dan potensi
      pencemaran yang masih ada. Data ini diperoleh melalui pemeriksaan kualitas air
      leachate di laboratorium
      Data operasi dan pemeliharaan alat berat yang merupakan data unjuk kerja alat
      berat dan pemantauan pemeliharaannya.
b. Pelaporan
   Data-data diatas perlu dirangkum dengan baik menjadi suatu laporan yang dengan
   mudah memberikan gambaran mengenai kondisi pengoperasian dan pemeliharaan
   TPA kepada para pengambil keputusan maupun perencana bagi pengembangan TPA
   lebih lanjut.

                                                        5.3 Pengendalian TPA
a. Pengendalian Lalat
   Perkembangan lalat dapat terjadi dengan cepat yang umumnya disebabkan oleh
   terlambatnya penutupan dampah dengan tanah sehingga tersedia cukup waktu bagi
   telur lalat untuk berkembang menjadi larva dan lalat dewasa. Karenanya perlu
   diperhatikan dengan seksama batasan waktu paling lama untuk penutupan tanah.
   Semakin pendek periode penutupan tanah akan semakin kecil pula kemungkinan
   perkembangan lalat
   Dalam hal lalat telah berkembang banyak, dapat dilakukan penyemprotan insektisida
   dengan menggunakan mistblower. Tersedianya pepohonan dalam hai ini sangat
   membantu pencegahan penyebaran lalat ke lingkungan luar TPA
b. Pencegahan Kebakaran/Asap
   Kebakaran/asap terjadi karena gas metan terlepas tanpa kendali dan bertemu
   dengan sumber api. Terlepasnya gas metan seperti telah dibahas sebelumnya
   sangat ditentukan oleh kondisi dan kualitas tanah penutup. Sampah yang tidak
   tertutup tanah sangat rawan terhadap bahaya kebakaran karena gas tersebar di
   seluruh permukaan TPA. Untuk mencegah kasus ini perlu diperhatikan pemeliharaan
   lapisan tanah penutup TPA.
13


c. Pencegahan Pencemaran Air
   Pencegahan pencemaran air di sekitar TPA perlu dilakukan dengan menjaga agar
   leachate yang dihasilkan dari TPA dapat :
      Terbentuk sesedikit mungkin, dengan mencegah rembesan air hujan melalui
      konstruksi drainase dan tanah penutup yang baik
      Terkumpul pada kolam pengumpul dengan lancar
      Diolah dengan baik pada kolam pengolahan yang kualitasnya secara periodik
      diperiksa

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Teknik operasional Secara Umum Pedoman Pengelolaan TPA
Teknik operasional Secara Umum Pedoman Pengelolaan TPATeknik operasional Secara Umum Pedoman Pengelolaan TPA
Teknik operasional Secara Umum Pedoman Pengelolaan TPAOswar Mungkasa
 
perencanaan intake
perencanaan intakeperencanaan intake
perencanaan intakeReza Nuari
 
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatinfosanitasi
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
 
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minuminfosanitasi
 
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase PerkotaanPermen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaaninfosanitasi
 
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...Joy Irman
 
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipalPengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipalinfosanitasi
 
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaJoy Irman
 
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurPerencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurJoy Irman
 
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahPersyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahJoy Irman
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3infosanitasi
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1infosanitasi
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Joy Irman
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
 
Pemilihan Lokasi TPA Metode Legrand (versi PPT)
Pemilihan Lokasi TPA Metode Legrand (versi PPT)Pemilihan Lokasi TPA Metode Legrand (versi PPT)
Pemilihan Lokasi TPA Metode Legrand (versi PPT)Nyak Nisa Ul Khairani
 
Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 (PerMenLH no 33 / 2009)
Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 (PerMenLH no 33 / 2009)Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 (PerMenLH no 33 / 2009)
Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 (PerMenLH no 33 / 2009)Firda Hartanti (Jewelfizzdz)
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Joy Irman
 

Mais procurados (20)

Teknik operasional Secara Umum Pedoman Pengelolaan TPA
Teknik operasional Secara Umum Pedoman Pengelolaan TPATeknik operasional Secara Umum Pedoman Pengelolaan TPA
Teknik operasional Secara Umum Pedoman Pengelolaan TPA
 
perencanaan intake
perencanaan intakeperencanaan intake
perencanaan intake
 
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusatPerencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
Perencanaan pengelolaan air limbah dengan sistem terpusat
 
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikPerencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara Fisik
 
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Perencanaan Teknis Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
 
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
Perencanaan Teknis Jaringan Perpipaan Air Limbah Sistem Terpusat (SPAL-T)
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase PerkotaanPermen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
 
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
PerMen Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 Standar Pelayanan Minimal bidang PU d...
 
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipalPengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
 
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaPemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/Kota
 
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurPerencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan Lumpur
 
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan SampahPersyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
Persyaratan Teknis Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan Sampah
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lampiran 3
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
 
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganPerencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara Gabungan
 
Pemilihan Lokasi TPA Metode Legrand (versi PPT)
Pemilihan Lokasi TPA Metode Legrand (versi PPT)Pemilihan Lokasi TPA Metode Legrand (versi PPT)
Pemilihan Lokasi TPA Metode Legrand (versi PPT)
 
Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 (PerMenLH no 33 / 2009)
Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 (PerMenLH no 33 / 2009)Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 (PerMenLH no 33 / 2009)
Tata Cara Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 (PerMenLH no 33 / 2009)
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
 

Destaque

Pemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampahPemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampahinfosanitasi
 
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...Oswar Mungkasa
 
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-SampahUndang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-SampahJoy Irman
 
Desain Kemitraan Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Regional Ka...
Desain Kemitraan Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Regional Ka...Desain Kemitraan Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Regional Ka...
Desain Kemitraan Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Regional Ka...infosanitasi
 
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendap...
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendap...Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendap...
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendap...Oswar Mungkasa
 
Makalah Pengelolaan Kegiatan Layanan TPA
Makalah Pengelolaan Kegiatan Layanan TPAMakalah Pengelolaan Kegiatan Layanan TPA
Makalah Pengelolaan Kegiatan Layanan TPAEko Oke
 
Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah
Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir SampahFasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah
Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir SampahJoy Irman
 
Perencanaan sistem pengelolaan persampahan
Perencanaan sistem pengelolaan persampahanPerencanaan sistem pengelolaan persampahan
Perencanaan sistem pengelolaan persampahanOswar Mungkasa
 
Metode rancang bangun (Design-Bulid)
Metode rancang bangun (Design-Bulid)Metode rancang bangun (Design-Bulid)
Metode rancang bangun (Design-Bulid)Andis Iskandar
 
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)Joy Irman
 
Hari Perumahan Nasional 25 Agustus
Hari Perumahan Nasional 25 AgustusHari Perumahan Nasional 25 Agustus
Hari Perumahan Nasional 25 AgustusOswar Mungkasa
 
Hari Tata Ruang 8 November
Hari Tata Ruang 8 NovemberHari Tata Ruang 8 November
Hari Tata Ruang 8 NovemberOswar Mungkasa
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...Joy Irman
 
Penyajian EHRA (Environmental Health RIsk Assessment) dalam Buku Putih Sanitasi
Penyajian EHRA (Environmental Health RIsk Assessment) dalam Buku Putih SanitasiPenyajian EHRA (Environmental Health RIsk Assessment) dalam Buku Putih Sanitasi
Penyajian EHRA (Environmental Health RIsk Assessment) dalam Buku Putih Sanitasiinfosanitasi
 
Metodologi Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Metodologi Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)Metodologi Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Metodologi Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)infosanitasi
 
Pengorganisasian dan Langkah Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Pengorganisasian dan Langkah Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)Pengorganisasian dan Langkah Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Pengorganisasian dan Langkah Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)infosanitasi
 
Pengantar Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Pengantar Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)Pengantar Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Pengantar Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)infosanitasi
 
Pemahaman Kuesioner EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Pemahaman Kuesioner EHRA (Environmental Health Risk Assessment)Pemahaman Kuesioner EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Pemahaman Kuesioner EHRA (Environmental Health Risk Assessment)infosanitasi
 

Destaque (20)

Pemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampahPemrosesan akhir sampah
Pemrosesan akhir sampah
 
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
Pedoman pengoperasian & pemeliharaan tpa sistem controlled landfill & sanitar...
 
Proposal pembangunan tpa
Proposal pembangunan tpaProposal pembangunan tpa
Proposal pembangunan tpa
 
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-SampahUndang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah
 
Desain Kemitraan Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Regional Ka...
Desain Kemitraan Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Regional Ka...Desain Kemitraan Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Regional Ka...
Desain Kemitraan Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Regional Ka...
 
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendap...
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendap...Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendap...
Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendap...
 
Makalah Pengelolaan Kegiatan Layanan TPA
Makalah Pengelolaan Kegiatan Layanan TPAMakalah Pengelolaan Kegiatan Layanan TPA
Makalah Pengelolaan Kegiatan Layanan TPA
 
Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah
Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir SampahFasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah
Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah
 
Perencanaan sistem pengelolaan persampahan
Perencanaan sistem pengelolaan persampahanPerencanaan sistem pengelolaan persampahan
Perencanaan sistem pengelolaan persampahan
 
Metode rancang bangun (Design-Bulid)
Metode rancang bangun (Design-Bulid)Metode rancang bangun (Design-Bulid)
Metode rancang bangun (Design-Bulid)
 
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)
 
Hari Perumahan Nasional 25 Agustus
Hari Perumahan Nasional 25 AgustusHari Perumahan Nasional 25 Agustus
Hari Perumahan Nasional 25 Agustus
 
Hari Tata Ruang 8 November
Hari Tata Ruang 8 NovemberHari Tata Ruang 8 November
Hari Tata Ruang 8 November
 
Tempat pembuangan akhir sampah
Tempat pembuangan akhir sampahTempat pembuangan akhir sampah
Tempat pembuangan akhir sampah
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
 
Penyajian EHRA (Environmental Health RIsk Assessment) dalam Buku Putih Sanitasi
Penyajian EHRA (Environmental Health RIsk Assessment) dalam Buku Putih SanitasiPenyajian EHRA (Environmental Health RIsk Assessment) dalam Buku Putih Sanitasi
Penyajian EHRA (Environmental Health RIsk Assessment) dalam Buku Putih Sanitasi
 
Metodologi Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Metodologi Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)Metodologi Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Metodologi Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
 
Pengorganisasian dan Langkah Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Pengorganisasian dan Langkah Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)Pengorganisasian dan Langkah Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Pengorganisasian dan Langkah Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
 
Pengantar Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Pengantar Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)Pengantar Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Pengantar Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
 
Pemahaman Kuesioner EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Pemahaman Kuesioner EHRA (Environmental Health Risk Assessment)Pemahaman Kuesioner EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
Pemahaman Kuesioner EHRA (Environmental Health Risk Assessment)
 

Semelhante a TPA Spesifikasi

Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfillBab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfillSetiyo Pambudi
 
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfillBab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfillmerlin0808
 
Opsi Teknologi Persampahan - Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)
Opsi Teknologi Persampahan - Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)Opsi Teknologi Persampahan - Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)
Opsi Teknologi Persampahan - Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)Joy Irman
 
Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambangselegani
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatinfosanitasi
 
Tangki septik sistem terpisah dengan bidang peresapan
Tangki septik sistem terpisah dengan bidang peresapanTangki septik sistem terpisah dengan bidang peresapan
Tangki septik sistem terpisah dengan bidang peresapanBambang Supriatna
 
Pilihan teknologi untuk meminimalkan limbah di industri pertambangan
Pilihan teknologi untuk meminimalkan limbah di industri pertambanganPilihan teknologi untuk meminimalkan limbah di industri pertambangan
Pilihan teknologi untuk meminimalkan limbah di industri pertambanganDani Gunawan
 
Teknologi pemanfaatan gas dari tpa
Teknologi pemanfaatan gas dari tpaTeknologi pemanfaatan gas dari tpa
Teknologi pemanfaatan gas dari tpaOswar Mungkasa
 
Teknologi Pemanfaatan Gas dari TPA
Teknologi Pemanfaatan Gas dari TPATeknologi Pemanfaatan Gas dari TPA
Teknologi Pemanfaatan Gas dari TPAOswar Mungkasa
 
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptxPertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptxPIPITSPP1
 
Makalah tlus pemilihan lokasi tpa klp 2
Makalah tlus pemilihan lokasi tpa klp 2Makalah tlus pemilihan lokasi tpa klp 2
Makalah tlus pemilihan lokasi tpa klp 2Nailul Husni
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Joy Irman
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Penataan Ruang
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Opsi Teknologi Sanitasi Daerah...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Opsi Teknologi Sanitasi Daerah...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Opsi Teknologi Sanitasi Daerah...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Opsi Teknologi Sanitasi Daerah...Joy Irman
 
Inspeksi_dan_Pemeliharaan_Drainase (1).pptx
Inspeksi_dan_Pemeliharaan_Drainase (1).pptxInspeksi_dan_Pemeliharaan_Drainase (1).pptx
Inspeksi_dan_Pemeliharaan_Drainase (1).pptxArieMahardikaPageno
 
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)Joy Irman
 

Semelhante a TPA Spesifikasi (20)

Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfillBab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
 
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfillBab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
 
Rencana Tapak TPA.pptx
Rencana Tapak TPA.pptxRencana Tapak TPA.pptx
Rencana Tapak TPA.pptx
 
Opsi Teknologi Persampahan - Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)
Opsi Teknologi Persampahan - Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)Opsi Teknologi Persampahan - Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)
Opsi Teknologi Persampahan - Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)
 
Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambang
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempat
 
Tangki septik sistem terpisah dengan bidang peresapan
Tangki septik sistem terpisah dengan bidang peresapanTangki septik sistem terpisah dengan bidang peresapan
Tangki septik sistem terpisah dengan bidang peresapan
 
teknisi jalan.pptx
teknisi jalan.pptxteknisi jalan.pptx
teknisi jalan.pptx
 
Pilihan teknologi untuk meminimalkan limbah di industri pertambangan
Pilihan teknologi untuk meminimalkan limbah di industri pertambanganPilihan teknologi untuk meminimalkan limbah di industri pertambangan
Pilihan teknologi untuk meminimalkan limbah di industri pertambangan
 
Bak air baku
Bak air bakuBak air baku
Bak air baku
 
Teknologi pemanfaatan gas dari tpa
Teknologi pemanfaatan gas dari tpaTeknologi pemanfaatan gas dari tpa
Teknologi pemanfaatan gas dari tpa
 
Teknologi Pemanfaatan Gas dari TPA
Teknologi Pemanfaatan Gas dari TPATeknologi Pemanfaatan Gas dari TPA
Teknologi Pemanfaatan Gas dari TPA
 
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptxPertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
 
LOGBOOK STUPA 6 D.pdf
LOGBOOK STUPA 6 D.pdfLOGBOOK STUPA 6 D.pdf
LOGBOOK STUPA 6 D.pdf
 
Makalah tlus pemilihan lokasi tpa klp 2
Makalah tlus pemilihan lokasi tpa klp 2Makalah tlus pemilihan lokasi tpa klp 2
Makalah tlus pemilihan lokasi tpa klp 2
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Upflow Anaerobic Filter - Per...
 
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Opsi Teknologi Sanitasi Daerah...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Opsi Teknologi Sanitasi Daerah...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Opsi Teknologi Sanitasi Daerah...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat -Opsi Teknologi Sanitasi Daerah...
 
Inspeksi_dan_Pemeliharaan_Drainase (1).pptx
Inspeksi_dan_Pemeliharaan_Drainase (1).pptxInspeksi_dan_Pemeliharaan_Drainase (1).pptx
Inspeksi_dan_Pemeliharaan_Drainase (1).pptx
 
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
Opsi Teknologi Air Limbah Domestik Sistem Setempat (On-Site)
 

Mais de Oswar Mungkasa

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganOswar Mungkasa
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Oswar Mungkasa
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingOswar Mungkasa
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Oswar Mungkasa
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Oswar Mungkasa
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAOswar Mungkasa
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganOswar Mungkasa
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Oswar Mungkasa
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganOswar Mungkasa
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Oswar Mungkasa
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...Oswar Mungkasa
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranOswar Mungkasa
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Oswar Mungkasa
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Oswar Mungkasa
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaOswar Mungkasa
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiOswar Mungkasa
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Oswar Mungkasa
 

Mais de Oswar Mungkasa (20)

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
 

TPA Spesifikasi

  • 1. 1 SPESIFIKASI TEKNIS TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH I. Pendahuluan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas dibanding pembangunan sektor lainnya. Di TPA, sampah mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu yang panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada bebrapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakan pun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapt mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup. II. TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR 2.1 Metode Pembuangan Sampah Pembuangan sampah mengenai beberapa metoda dalam pelaksanaannya, yaitu : a) Open Dumping Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana, dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana, dll) Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan yang ditimbulkannya, seperti : Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan Polusi air akibat banyaknya leachate (cairan sampah ) yang timbul Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor
  • 2. 2 b) Controll Landfill Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukan TPA. Di Indonesia, metode controll landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas, diantaranya : Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan Saluran pengumpul leachate dan kolam penampungan Pos pengendalian operasional Fasilitas pengendalian gas metan Alat berat c) Sanitary Landfill Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan timbul dapat diminimalkan. Namun diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota-kota besar dan metropolitan 2.2 Persyaratan Lokasi TPA Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Hal ini ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang diantaranya dalam kriteria regional, dicantumkan : Bukan daerah rawan geologi (daerah patahan, daerah rawan longsor, rawan gempa, dll.) Bukan daerah rawan hidrogeologis, yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air (dalam hal ini tidak terpenuhi harus dilakukan masukan teknologi) Bukan daerah rawan topografis (kemiringan lahan lebih dari 20%) Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara (jarak minimal 1,5 - 3 km)
  • 3. 3 2.3 Jenis dan fungsi Fasilitas TPA 2.3.1 Prasarana Jalan Prasarana dasar ini sangat menentukan keberhasilan pengoperasian TPA. Semakin baik kondisi jalan ke TPA akan semakin lancar kegiatan pengangkutan sehingga efisiensi keduanya menjadi tinggi. Konstruksi jalan TPA cukup beragam disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga dikenal jalan TPA dengan konstruksi : Hotmix Beton Aspal Perkerasan sirtu Kayu Dalam hal ini TPA perlu dilengkapi dengan : Jalan masuk/akses, yang menghubungkan TPA dengan jalan umum yang telah tersedia Jalan penghubung, yang menghubungkan antara satu bagian dengan bagian lain dalam wilayah TPA Jalan operasi/kerja, yang diperlukan oleh kendaraan pengangkut menuju titik pembongkaran sampah Pada TPA dengan luas dan kapasitas pembuangan yang terbatas, biasanya jalan jalan penghubung dapat juga berfungsi sekaligus sebagai jalan kerja/operasi 2.3.2 Prasarana Drainase Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan dengan tujuan memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Seperti diketahui, air hujan merupakan faktor utama terhadap debit leachate yang dihasilkan. Semakin kecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah, akan semakin kecil pula debit leachate yang dihasilkan yang pada gilirannya akan memperkecil kebutuhan unit pengolahannya. Secara teknis drainase TPA dimaksudkan untuk menahan aliran limpasan air hujan dari luar TPA agar tidak masuk ke dalam area timbunan sampah. Drainase penahan ini umumnya dibangun di sekeliling blok atau zona penimbunan. Selain itu, untuk lahan yang telah ditutup tanah, drainase TPA juga dapat berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air hujan yang jatuh di atas timbunan sampah tersebut. Untuk itu, permukaan tanah penutup harus dijaga kemiringannya mengarah pada saluran drainase. 2.3.3 Fasilitas Penerimaan Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah yang datang, pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada umumnya fasilitas ini dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk TPA. Pada TPA besar dimana kapasitas pembuangan telah melampaui 50 ton/hari maka dianjurkan penggunaan jembatan timbang untuk efisiensi dan ketepatan pendataan. Sementara TPA kecil bahkan dapat
  • 4. 4 memanfaatkan pos tersebut sekaligus sebagai kantor TPA sederhana dimana kegiatan administrasi ringan dapat dijalankan. 2.3.4 Lapisan Kedap Air Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air leachate yang berbentuk di dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Untuk itu lapisan ini harus dibentuk di seluruh permukaan dalam TPA baik dasar maupun dinding Bila tersedia di tempat, tanah lempung setebal ± 50 cm merupakan alternatif yang baik sebagai lapisan kedap air. Namun bila tidak dimungkinkan dapat diganti dengan lapisan sintetis lainnya dengan konsekuensi biaya yang relatif tinggi. 2.3.5 Fasilitas Pengamanan Gas Gas yang terbentuk di TPA umumnya gas karbon dioksida dan metan dengan komposisi hampir sama, di samping gas-gas lain yang sangat sedikit jumlahnya. Kedua gas tersebut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama gas metan, karenana perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan lepas bebas ke atmosfer. Untuk itu perlu dipasang pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu. Untuk ini perlu diperhatikan kualitas dan kondisi tanah penutup TPA. Tanah penutup yang porous atau banyak memiliki rekahan akan menyebabkan gas lebih mudah ke udara bebas. Pengolahan gas metan dengan cara pembakaran sederhana dapat menurunkan potensinya dalam pemanasan global. 2.3.6 Fasilitas pengamanan Leachate Leachate merupakan air yang terbentuk dalam timbunan sampah yang melarutkan banyak sekali senyawa yang ada sehingga memiliki kandungan pencemar khususnya zat organic sangat tinggi. Leachate sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air baik air tanah maupun permukaan sehingga perlu penanganan dengan baik Tahap pertama pengamanan adalah dengan membuat fasilitas pengumpul leachate yang dapat terbuat dari perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul maupun pengaturan kemiringan dasar TPA, sehingga leachate secara otomatis begitu mencapai dasar TPA akan bergerak sesuai kemiringan yang ada mengarah pada titik pengumpulan yang disediakan. Tempat pengumpulan leachate umumnya berupa kolam penampung yang ukurannya dihitung berdasarkan debit leachate dan kemampuan unit pengolahannya. Aliran leachate ke dan dari kolam pengumpul secara gravitasi sangat menguntungkan, namun bila topografi TPA tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan cara pemompaan. Pengolahan leachate dapat diterapkan dalam beberapa metode, diantaranya : penguapan/evaporasi terutama untuk daerah kondisi iklim kering, sirkulasi leachate dalam timbunan TPA untuk menurunkan baik kuantitas maupun kualitas pensemarannya, atau pengolahan bilologis seperti hanya pengolahan air limbah. 2.3.7 Alat Berat Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa : bulldozer, excavator dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam operasionalnya.
  • 5. 5 Bulldozer sangat efisien dalam operasi perataan dan pemadatan tetapi kurang dalam kemampuan penggalian. Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi kurang dalam perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan baik tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan. Untuk TPA kecil disarankan dapat memilik bulldozer atau excavator, sementara TPA yang besar umumnya memilik ketiga jenis alat berat tersebut. 2.3.8 Penghijauan Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa maksud, diantaranya adalah : peningkatan estetika lingkungan, sebagai buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat yang berlebihan. Untuk ini perencanaan daerah penghijauan ini perlu mempertimbangkan letak dan jarak kegiatan masyarakat di sekitarnya (permukiman, jalan raya, dll.) 2.3.9 Fasilitas Penujang Beberapa fasilitas penunjang masih diperlukan untuk membantu mengoperasikan TPA yang baik diantaranya : pemadam kebakaran, mesin penguap (mist blower), kesehatan/keselamatan kerja, dan lain-lain. III. TEKNIS OPERASIONAL TPA 3.1 Persiapan Lahan TPA Sebelum lahan TPA diisi dengan sampah maka perlu dilakukan penyiapan lahan agar kegiatan pembuangan berikutnya dapat berjalan dengan lancar. Beberapa kegiatan penyiapan lahan antara meliputi : Penutupan lapisan kedap air dengan lapisan tanah setempat yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan atas lapisan tersebut akibat operasi alat berat di atasnya. Umumnya diperlukan lapisan tanah setebal 50 cm yang dipadatkan di atas lapisan kedap air tersebut Persediaan tanah penutup perlu disiapkan di dekat lahan yang akan dioperasikan untuk membantu kelancaran penutupan tanah, terutama bila operasional dilakukan secara sanitary landfill. Pelatakan tanah harus memperhatikan kemampuan operasi alat berat yang ada. 3.2 Tahapan Operasi Pembuangan Kegiatan operasi pembuangan sampah secara berurutan meliputi : a. Penerimaan sampah di pos pengendalian, dimana sampah diperiksa, dicatat dan diberi informasi mengenai lokasi pembuangan b. Pengangkutan sampah dari pos penerimaan ke lokasi sel yang dioperasikan dilakukan sesuai rute yang diperintahkan c. Pembongkaran sampah dilakukan di titik bongkar yang telah ditentukan dengan manuver kendaraan sesuai petunjuk pengawas.
  • 6. 6 d. Perataan sampah oleh alat berat yang dilakukan lapis demi lapis agar tercapai kepadatan optimum yang diinginkan. Dengan proses pemadatan yang baik dapat diharapkan kepadatan sampah sampai meningkat hampir dua kali lipat. e. Pemadatan sampah oleh alat berat untuk mendapatkan timbunan sampah yang cukup padat sehingga stabilitas permukaannya dapat diharapkan untuk menyangga lapisan berikutnya. f. Penutupan sampah dengan tanah untuk mendapatkan kondisi operasi controll sanitary landfill 3.3 Pengaturan Lahan Seringkali TPA tidak diatur dengan baik. Pembongkaran sampah terjadi di sembarang tempat dalam lahan TPA sehingga menimbulkan kesan yang tidak baik, disamping sulit dan tidak efisiensinya pelaksanaan perkerjaan perataan, pemadatan dan penutupan sampah tersebut. Agar lahan TPA dapat dimanfaatkan secar efisien, maka perlu dilakukan pengaturan yang baik yang mencakup : a. Pengaturan Sel Sel merupakan bagian dari TPA yang digunakan untuk menampung sampah satu periode operasi terpendek sebelum ditutup dengan tanah. Pada sistem sanitary landfill, periode operasi terpendek adalah harian yang berarti bahwa satu sel adalah bagian dari lahan yang digunakan untuk menampung sampah selama satu hari. Sementara untuk control landfill satu sel adalah untuk menampung sampah selama 3 hari, atau 1 minggu atau periode operasi terpendek yang dimungkinkan. Dianjurkan periode operasi adalah 3 hari berdasarkan pertimbangan waktu penetasan telur lalat yang rata-rata mencapai 5 hari dan asumsi bahwa sampah telah berumur 2 hari saat ada di TPS sehingga sebelum menetas perlu ditutup tanah agar telur/larva muda segera mati. Untuk pengaturan sel perlu diperhatikan beberapa faktor : Lebar sel sebaiknya berkisar antara 1,5 – 3 lebar blade alat berat agar manuver alat berat dapat lebih efisien. Ketebalan sel sebaiknya antara 2 – 3 meter. Ketebalan terlalu besar akan menurunkan stabilitas permukaan, sementara terlalu tipis akan menyebabkan pemborosan tanah penutup Panjang sel dihitung berdasarkan volume sampah padat dibagi dengan lebar dan tebal sel. Sebagai contoh bila volume sampah padat adalah 150 m3/hari, tebal sel direncanakan 2 m, lebar sel direncanakan 3 m, maka panjang sel adalah 150/(3x2) = 25 m Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan patok-patok dan tali agar operasi penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar. b. Pengaturan Blok Blok operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk penimbunan sampah selama periode operasi menengah misalnya 1 atau 2 bulan. Karenanya luas
  • 7. 7 blok akan sama dengan luas sel dikalikan perbandingan periode operasi menengah dan pendek. Sebagai contoh bila sel harian berukuran lebar 3 m dan panjang 25 m maka blok operasi bulanan akan menjadi 30 x 75 m2 = 2.250 m2. c. Pengaturan Zona Zona operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk jangka waktu panjang misal 1 – 3 tahun, sehingga luas zona operasi akan sama dengan luas blok operasi dikalikan dengan perbandingan periode operasi panjang dan menengah Sebagai contoh bila blok operasi bulanan memiliki luas 2.250 m2, maka zona operasi tahunan akan menjadi 12 x 2.250 = 2,7 ha. 3.4 Persiapan Sel Pembuangan Sel pembuangan yang telah ditentukan ukuran panjang, lebar dan tebalnya perlu dilengkapi dengan patok-patok yang jelas. Hal ini dimaksudkan untuk membantu petugas/operator dalam melaksanakan kegiatan pembuangan sehingga sesuai dengan rencana yang telah dibuat Beberapa pengaturan perlu disusun dengan rapi, diantaranya : Peletakan tanah penutup Letak titik pembongkaran sampah dari truk Manuver kendaraan saat pembongkaran 3.5 Pembongkaran Sampah Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas kepada pengemudi truk agar mereka membuang pada titik yang benar sehingga proses berikutnya dapat dilaksanakan dengan efisien Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas kepada pengemudi truk agar mereka membuang pada titik yang benar sehingga proses berikutnya dapat dilaksanakan dengan efisien Titik bongkar umumnya diletakkan di tepi sel yang sedang dioperasikan dan berdekatan dengan jalan kerja sehingga kendaraan truk dapat dengan mudah mencapainya. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa titik bongkar yang ideal sulit dicapai pada saat hari hujan akibat licinnya jalan kerja. Hali ini perlu diantisipasi oleh penanggung jawab TPA agar tidak terjadi. Jumlah titik bongkar pada setiap sel ditentukan oleh beberapa faktor : Lebar sel Waktu bongkar rata-rata Frekuensi kedatangan truk pada jam puncak Harus diupayakan agar setiap kendaraan yang datang dapat segera mencapai titik bongkar dan melakukan pembongkaran sampah agar efisiensi kendaran dapat dicapai.
  • 8. 8 3.6 Perataan dan Pemadatan Sampah Perataan dan pemadatan sampah dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi pemanfaatan lahan yang efisien dan stabilitas permukaan TPA yang baik. Kepadatan sampah yang tinggi di TPA akan memerlukan volume lebih kecil sehingga daya tampung TPA bertambah, sementara permukaan yang stabil akan sangat mendukung penimbunan lapis berikutnya. Pekerjaan perataan dan pemadatan sampah sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan efisiensi operasi alat berat. Pada TPA dengan intensitas kedatangan truk yang tinggi, perataan dan pemadatan perlu segera dilakukan setelah sampah menggunung sehingga pekerjaan perataannya akan kurang efisien dilakukan Pada TPA dengan frekuensi kedatangan truk yang rendah maka perataan dan pemadatan sampah dapat dilakukan secara periodik, misalnya pagi dan siang. Perataan dan pemadatan sampah perlu dilakukan dengan memperhatikan kriteria pemadatan yang baik, yaitu : Peratan dilakukan lapis demi lapis Setiap lapis diratakan sampah setebal 20 cm – 60 cm dengan cara mengatur ketinggian blade alat berat Pemadatan sampah yang telah rata dilakukan dengan menggilas sampah tersebut 3 – 5 kali. Perataan dan pemadatan dilakukan sampai ketebalan sampah mencapai ketebalan rencana. 3.7 Penutupan Tanah Penutupan TPA dengan tanah mempunyai fungsi/maksud sebagai berikut : Untuk memotong siklus hidup lalat, khususnya dari telur menjadi lalat Mencegah perkembangbiakan tikus Mengurangi rembesan air hujan yang akan membentuk leachate Mengurangi bau Mengisolasi sampah dan gas yang ada Menambah kestabilan permukaan Meningkatkan estetika lingkungan Frekuensi penutupan sampah dengan tanah disesuaikan dengan metode/teknologi yang diterapkan. Penutupan sel sampah pada sistem sanitary landfill dilakukan setiap hari, sementara pada controll landfill dianjurkan 3 hari sekali. Ketebalan tanah penutup yang perlu dilakukan adalah : Untuk penutup sel (sering disebut dengan penutup harian) adalah dengan lapisan tanah padat setebal 20 cm
  • 9. 9 Untuk penutupan antara (setelah 2- 3 lapis sel harian) adalah tanah padat setebal 30 cm Untuk penutup terakhir, yang dilakukan pada saat suatu blok pembuangan telah terisi penuh, dilapisi dengan tanah padat setebal minimal 50 cm. IV. PEMELIHARAAN TPA 4.1 Umum Pemeliharaan TPA dimaksudkan untuk mejaga agar setiap prasarana dan sarana yang ada selalu dalam kondisi siap operasi dengan unjuk kerja yang baik Seperti halnya program pemeliharaan lazimnya maka sesuai tahapannya perlu diutamakan kegiatan pemeliharaan yang bersifat preventif untuk mencegah terjadinya kerusakan dengan melaksanakan pemeliharaan rutin. Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk segera melakukan perbaikan kerusakan- kerusakan kecil agar tidak berkembang menjadi besar dan kompleks. 4.2 Pemeliharaan Alat Bermesin (Alat Berat, pompa, dll) Alat berat dan peralatan bermesin seperti pompa air leachate sangat vital bagi operasi TPA sehingga kehandalan dan unjuk kerjanya harus dipelihara dengan prioritas tinggi. Buku manual pengoperasian dan pemeliharaan alat berat harus selalu dijalankan dengan benar agar peralatan tersebut terhindar dari kerusakan. Kegiatan perawatan seperti penggantian minyak pelumas baik mesin maupun transmisi harus diperhatikan sesuai ketentuan pemeliharaannya. Demikian pula dengan pemeliharaan komponen seperti baterai, filter-filter, dan lain-lain tidak boleh dilalaikan ataupun dihemat seperti banyak dilakukan. 4.3 Pemeliharaan Jalan Pemeliharaan jalan TPA umumnya dijumpai pada ruas jalan masuk dimana kondisi jalan bergelombang maupun berlubang yang disebabkan oleh beratnya beban truk sampah yang melintasinya. Jalan yang berlubang/bergelombang menyebabkan kendaraan tidak dapat melintasinya dengan lancar sehingga terjadi penurunan kecepatan yang berarti menurunnya efisiensi pengangkutan, disamping lebih cepat ausnya beberapa komponen seperti kopling, rem dan lain-lain. Bagian lain yang juga sering mengalami kerusakan dan kesulitan adalah jalan kerja dimana kondisi jalan temporer tersebut memiliki faktor kestabilan yang rendah, khususnya bila dibangun di atas sel sampah. Cukup banyak pengalaman memberi contoh betapa jalan kerja yang tidak baik telah menimbulkan kerusakan batang hidrolis pendorong bak pada dump truck, terutama bila pengemudi memaksa membongkar sampah pada saat posisi kendaraan tidak rata/horizontal. Jalan kerja di banyak TPA juga memiliki faktor kesulitan lebih tinggi pada saat hari hujan. Jalan yang licin menyebabkan truk sampah sulit bergerak dan harus dibantu oleh alat berat, sehinggga secara keseluruhan menyebabkan waktu operasi pengangkutan di TPA menjadi lebih panjang dan pemanfaatan alat berat untuk hal yang tidak efisien.
  • 10. 10 Sekali lagi perlu diperhatikan untuk memperbaiki kerusakan jalan sesegera mungkin sebelum menjadi semakin parah. Pengurugan dengan sirtu umumnya sangat efektif memperbaiki jalan yang bergelombang dan berlubang. 4.4 Pemeliharaan Lapisan Penutup Lapisan penutup TPA perlu dijaga kondisinya agar tetap berfungsi dengan baik. Perubahan temperatur dan kelembaban udara dapat menyebabkan timbulnya retakan permukaan tanah yang memungkinkan terjadinya aliran gas keluar dari TPA ataupun mempercepat rembesan air pada saat hari hujan. Untuk itu retakan yang terjadi perlu segera ditutup dengan tanah sejenis. Proses penurunan permukaan tanah juga sering tidak berlangsung seragam sehingga ada bagian yang menonjol maupun melengkung ke bawah. Ketidakteraturan permukaan ini perlu diratakan dengan memperhatikan kemiringan ke arah saluran drainase. Penanaman rumput dalam hal ini dianjurkan untuk mengurangi efek retakan tanah melalui jaringan akar yang dimiliki. Pemeriksaan kondisi permukaan TPA perlu dilakukan minimal sebulan sekali atau beeberapa hari setelah terjadi hujan lebat untuk memastikan tidak terjadinya perubahan drastis pada permukaan tanah penutup akibat erosi air hujan. 4.5 Pemeliharaan Drainase Pemeliharaan saluran drainase secara umum sangat mudah dilakukan. Pemeriksaan rutin setiap minggu khususnya pada musim hujan perlu dilakukan untuk menjaga tidak terjadi kerusakan saluran yang serius. Saluran drainase perlu dipelihara dari tanaman rumput atau semak yang mudah sekali tumbuh akibat tertinggalnya endapan tanah hasil erosi tanah penutup TPA di dasar saluran. TPA di daerah bertopografi perbukitan juga sering mengalami erosi akibat alirtan air yang deras. Lapisan semen yang retak atau pecah perlu segera diperbaiki agar tidak mudah lepas oleh erosi air, sementara saluran tanah yang berubah profilnya akibat erosi perlu segera dikembalikan ke dimensi semula agar dapat berfungsi mengalirkan air dengan baik. 4.6 Pemeliharaan Fasilitas Penanganan Leachate Kolam penampung dan pengolah leachate seringkali mengalami pendangkalan akibat endapan suspensi. Hal ini akan menyebabkan semakin kecilnya volume efektif kolam yang berarti semakin berkurangnya waktu tinggal, yang akan berakibat pada rendahnya efisiensi pengolahan yang berlangsung. Untuk itu, perlu diperharikan agar kedalaman efektif kolam dapat dijaga. Lumpur endapan yang mulai tinggi melampaui dasar efektif kolam harus segera dikeluarkan. Alat berat excavator sangat efektif dalam pengeluaran lumpur ini. Dalam beberapa hal dimana ukuran kolam tidak terlalu besar juga dapat digunakan truk tinja untuk menyedot lumpur yang terkumpul yang selanjutnya dapat dibiarkan mengering dan dimanfaatkan sebagai tanah penutup sampah.
  • 11. 11 4.7 Pemeliharaan Fasilitas Lainnya Fasilitas-fasilitas lain seperti bangunan kantor/pos, garasi dan sebagainya perlu dipelihara sebagaimana lazimnya bangunan umum seperti kebersihan, pengecatan, dan lain-lain. V. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN TPA 5.1 Pengawasan Kegiatan Pembuangan a. Tujuan Pengawasan dan pengendalian Pengawasan dan pengendalian TPA dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa setiap kegiatan yang ada di TPA dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : Apakah sampah yang dibuang merupakan sampah perkotaan dan bukan jenis sampah yang lain? Apakah volume dan berat sampah yang masuk TPA diukur dan dicatat dengan baik? Apakah sel pembuangan dan titik bongkar sudah ditentukan? Apakah pengemudi sudah diarahkan ke lokasi yang benar? Apakah truk membongkar sampah pada titik yang benar? Apakah tanah penutup telah tersedia? Apakah perataan dan pemadatan dilakukan sesuai rencana? Apakah penutupan telah dilakukan dengan baik? Apakah prasarana dan sarana dioperasikan dan dipelihara dengan baik? b. Tata Cara Pengawasan dan Pengendalian Pengawasan dilakukan dengan kegiatan pemeriksaan/pengecekan yang meliputi : Pemeriksaan kedatangan sampah Pengecekan rute pembuangan Pengecekan operasi pembuangan Pengecekan unjuk kerja fasilitas Pengendalian TPA meliputi aktivitas untuk mengarahkan operasional pembuangan dan unjuk kerja setiap fasilitas sesuai fungsinya, seperti : Pemberian petunjuk operasi pembuangan bila petugas lapangan/operator melaksanakan tidak sesuai dengan rencana Pemeriksaan kualitas pengolahan lindi dan pemberian petunjuk cara pengoperasian yang baik.
  • 12. 12 5.2 Pendataan dan Pelaporan a. Pendataan TPA Data-data TPA yang diperlukan mencakup : Data kedatangan kendaraan pengangkut sampah dan volume sampah yang diperlukan untuk mengetahui kapasitas pembuangan harian, yang akan digunakan untuk mengetahui kapasitas pembuangan harian, yang akan digunakan untuk mengevaluasi perencanaan TPA yang telah disusun berkaitan dengan kapasita tampung dan usia pakai TPA. Data ini dapat dikumpulkan di pos pengendali TPA dimana terdapat petugas yang secara teliti memeriksa, mengukur dan mencatat data tersebut dengan bantuan form kedatangan truk Data kondisi instalasi pengolahan leachate khususnya kualitas parameter pencemar untuk mengetahui efisiensi pengolahan leachate dan potensi pencemaran yang masih ada. Data ini diperoleh melalui pemeriksaan kualitas air leachate di laboratorium Data operasi dan pemeliharaan alat berat yang merupakan data unjuk kerja alat berat dan pemantauan pemeliharaannya. b. Pelaporan Data-data diatas perlu dirangkum dengan baik menjadi suatu laporan yang dengan mudah memberikan gambaran mengenai kondisi pengoperasian dan pemeliharaan TPA kepada para pengambil keputusan maupun perencana bagi pengembangan TPA lebih lanjut. 5.3 Pengendalian TPA a. Pengendalian Lalat Perkembangan lalat dapat terjadi dengan cepat yang umumnya disebabkan oleh terlambatnya penutupan dampah dengan tanah sehingga tersedia cukup waktu bagi telur lalat untuk berkembang menjadi larva dan lalat dewasa. Karenanya perlu diperhatikan dengan seksama batasan waktu paling lama untuk penutupan tanah. Semakin pendek periode penutupan tanah akan semakin kecil pula kemungkinan perkembangan lalat Dalam hal lalat telah berkembang banyak, dapat dilakukan penyemprotan insektisida dengan menggunakan mistblower. Tersedianya pepohonan dalam hai ini sangat membantu pencegahan penyebaran lalat ke lingkungan luar TPA b. Pencegahan Kebakaran/Asap Kebakaran/asap terjadi karena gas metan terlepas tanpa kendali dan bertemu dengan sumber api. Terlepasnya gas metan seperti telah dibahas sebelumnya sangat ditentukan oleh kondisi dan kualitas tanah penutup. Sampah yang tidak tertutup tanah sangat rawan terhadap bahaya kebakaran karena gas tersebar di seluruh permukaan TPA. Untuk mencegah kasus ini perlu diperhatikan pemeliharaan lapisan tanah penutup TPA.
  • 13. 13 c. Pencegahan Pencemaran Air Pencegahan pencemaran air di sekitar TPA perlu dilakukan dengan menjaga agar leachate yang dihasilkan dari TPA dapat : Terbentuk sesedikit mungkin, dengan mencegah rembesan air hujan melalui konstruksi drainase dan tanah penutup yang baik Terkumpul pada kolam pengumpul dengan lancar Diolah dengan baik pada kolam pengolahan yang kualitasnya secara periodik diperiksa