SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 163
Baixar para ler offline
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
   DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
   DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN




BUKU PEDOMAN
3R Berbasis Masyarakat
Di Kawasan Permukiman
Kata Pengantar

Amanat UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan PP no.16 /2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum untuk melaksanakan program perlin-
dungan air baku telah ditindak lanjuti dengan suatu rumusan kebijakan nasional dalam
pengembangan pengelolaan persampahan di Indonesia (Permen PU 21/PRT/M/2006
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Persamapahan).

Untuk mengatasi berbagai permasalahan persampahan berkaitan dengan keterbatasan
lahan TPA (Tempat Pemrosesan akhir) dan buruknya kinerja TPA diberbagai kota di
Indonesia serta adanya potensi sampah diberbagai sumber daya, implementasi Ke-
bijakan Pertama (Pengurangan Sampah Sejak Dari sumbernya) perlu segera dilakukan
secara memadai.

Pelaksanaan stimulant Program 3R Berbasis Masyarakat merupakan dukungan nyata
dari Pemerintah (cq. Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum) untuk memban-
tu Pemerintah Kabupaten/Kota dalam meningkatkan kesadaran masyarakat melalui
gerakan pengurangan dan pemanfaatan sampah yang ditargetkan sebesar 20% pada
tahun 2010. Peran masyarakat menjadi sangat penting dalam pola-pola berbasis
masyarakat, baik masyarakat sebagai penghasil sampah maupun sebagai actor pengel-
ola sampah.

Penyusunan buku “Pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman” ini
merupakan upaya untuk memberikan informasi dan panduan pelaksanaan pengelolaan
sampah terpadu 3R berbasis masyarakat kepada stakeholders terkait. Buku Pedoman
ini disusun berdasarkan hasil evaluasi best practice yang ada dilapangan dari berbagai
kota di Indonesia, dan terdiri dari beberapa buku, yaitu:
 Buku I                  : Pedoman Umum 3R
 Buku II                 : Pedoman Perencanaan 3R
 Buku III                : Pedoman Pelaksanaan 3R
 Buku IV                 : Pedoman Monitoring dan Evalusai 3R

Akhirnya kami mengharapkan dukungan semua pihak dan semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa memberikan Rahmat Nya bagi sukses program 3R

                                                               Jakarta, Februari 2008
                                                         Direktur Jenderal Cipta Karya




                                                                      Ir. Budi Yuwono.
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
   DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
   DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN




BUKU I
Pedoman Umum 3 R
Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
DAFTAR ISI
                   BUKU I : PEDOMAN UMUM



1. PENDAHULUAN
   1.1 LATAR BELAKANG
   1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
   1.3 SASARAN
   1.4 PENGERTIAN

2. PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT
   2.1 PENDEKATAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS
        MASYARAKAT
   2.2 PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN
        PERMUKIMAN
       2.2.1 KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH 3R SKALA RUMAH TANGGA
       2.2.2 KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH 3R SKALA KAWASAN
   2.3 PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN
       PERMUKIMAN
   2.4 ASPEK KEBERLANJUTAN PROGRAM
   2.5 PEMBIAYAAN DAN INSENTIF
   2.6 DUKUNGAN PERATURAN

3. PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT
   DI KAWASAN PERMUKIMAN

4.   KESIMPULAN DAN PENUTUP
     4.1 KESIMPULAN
     4.2 PENUTUP
BAB I
                             PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG

Mengacu pada Permen PU No. 21/PRT/M/2006 tentang kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Pengelolaan Persampahan terutama yang berkaitan dengan
kebijakan pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R
serta sasaran yang harus dicapai pada tahun 2010 sebesar 20%, pada dasarnya
merupakan tugas berat bagi semua pihak dalam mewujudkan upaya tersebut,
mengingat kondisi yang ada saat ini, baru sekitar kurang dari 3% sampah yang dapat
dikurangi atau dimanfaatkan. Namun demikian dengan berbagai gerakan yang ada di
tingkat masyarakat baik melalui peranan tokoh masyarakat, LSM ataupun pemerintah
kota/ kabupaten, telah banyak praktek-praktek unggulan (best practise) 3R yang
cukup sukses dan dapat direplikasikan di tempat lain, sehingga target pengurangan
20% bukan mustahil akan dapat dicapai.

Pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan paradigma baru dalam
pengelolaan sampah. Paradigma baru tersebut lebih ditekankan kepada metoda
pengurangan sampah yang lebih arif dan ramah lingkungan. Metoda tersebut lebih
menekankan kepada tingkat perilaku konsumtif dari masyarakat serta kesadaran
terhadap kerusakan lingkungan akibat bahan tidak terpakai lagi yang berbentuk
sampah. Pengurangan sampah dengan metoda 3R berbasis masyarakat lebih
menekankan kepada cara pengurangan sampah yang dibuang oleh individu, rumah,
atau kawasan seperti RT ataupun RW. Dari pendekatan tersebut, maka didalam
pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat ada dua kegiatan yang
harus dilakukan secara sinergi dan berkesinambungan.



                                                                                     2
Dua kegiatan tersebut adalah (1) proses pengelolaan aliran sampah dari mulai akan
dikeluarkan oleh masyarakat dan (2) proses pemahaman masyarakat dalam
pengelolaan sampah dengan metoda 3R.

Pengurangan sampah dengan program 3R dan replikasi best practise memang bukan
hal mudah untuk dilakukan karena akan sangat bergantung pada kemauan masyarakat
dalam merubah perilaku, yaitu dari pola pembuangan sampah konvensional menjadi
pola pemilah sampah. Untuk itu diperlukan berbagai upaya baik langsung maupun tidak
langsung, seperti antara lain:
 Percontohan program 3R
 Penyuluhan
 Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat
 Pendidikan

Sejak Pelita V, Departemen Pekerjaan Umum telah memberikan percontohan program
3R skala kawasan yang disebut UDPK (Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos) dan
lebih diintensifkan sejak TA 2007 yaitu dengan menerapkan program pengelolaan
sampah terpadu berbasis masyarakat melalui metode 3R ini di 25 provinsi (44 kota/
kabupaten).

Hasil evaluasi terhadap pendekatan yang pernah dilakukan dengan metode UDPK,
dianggap kurang berhasil karena masih bersifat orientasi proyek. Sedangkan
pendekatan 3R yang baru adalah menggunakan pendekatan partisipatif,
pemberdayaan dan pendampingan terhadap masyarakat yang cukup intens sehingga
diharapkan dapat lebih berhasil. Selanjutnya, kegiatan pengurangan sampah sejak dari
sumbernya akan dilakukan dengan mengedepankan pengelolaan sampah terpadu
berbasis masyarakat secara lebih memadai dan diharapkan dapat menjadi gerakan
moral nasional.




                                                                                       3
Dalam rangka memudahkan berbagai pihak untuk melaksanakan program
pengurangan sampah tersebut, disusunlah suatu Pedoman Pengelolaan Sampah
Terpadu Berbasis Masyarakat (3R) untuk skala rumah tangga dan skala kawasan


1.2   MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari diterbitkannya Buku I Pedoman Umum dalam penyelenggaraan
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah membantu para
pelaksana di lapangan yang akan melakukan kegiatan pengurangan sampah sejak dari
sumbernya untuk memahami pola pendekatan berbasis masyarakat

Sedangkan tujuan dari diterbitkannya Buku I Pedoman Umum dalam penyelenggaraan
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah:
 Memberikan penjelasan secara mendalam mengenali rencana pelaksanaan
   kegiatan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat
 Meningkatkan upaya pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan metode
   yang praktis dan telah dilaksanakan dalam best practise



1.3 SASARAN

Sasaran yang ingin dicapai dalam pedoman ini adalah tersedianya panduan
pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di Kawasan Permukiman/
Perumahan.




                                                                                   4
1.4   PENGERTIAN

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang
berbentuk padat.

Sampah Organik, yaitu memiliki sifat mudah terurai secara alami contohnya : daun,
sayuran, dan buah serta sampah sisa makanan.

Sampah non-organik, yaitu sampah yang sulit dan tidak bisa terurai secara alami meli-
puti: plastik, kaca, besi, sebagian jenis kertas dan lainnya.

Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasinya, dan/atau
jumlahnya memerlukan penanganan khusus.

Sumber Sampah adalah tempat awal/pertama dimana sampah timbul

Penghasil sampah adalah setiap orang yang menghasilkan timbulan sampah.

Penanganan Sampah 3R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce
(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (Mendaur ulang) sampah
mulai dari sumbernya.

Pengomposan adalah proses pengolahan sampah menjadi kompos

Pemberdayaan, Upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mendi-
rikan masyarakat melalui perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki atas da-
sar prakarsa dan kreativitas

Persampahan, yang dimaksud dalam pedoman ini adalah Pengelolaan persampahan

Pembiayaan sampah adalah dana yang diperuntukkan bagi pengelolaan sampah.




                                                                                        5
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan, pengumpulan, pengolahan, dan
pemrosesan akhir sampah.

Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman.

Timbulan Sampah adalah jumlah sampah yang dihasilkan perorang perhari dalam satu-
an volume maupun berat

Reduce adalah upaya mengurangi volume sampah

Reuse adalah upaya menggunakan kembali sampah tanpa perubahan bentuk untuk
kegiatan lain yang bermanfaat.

Recycle adalah upaya mendaur ulang sampah menjadi benda lain yang bermanfaat

RKM (Rencana Kerja Masyarakat), Suatu rencana yang dibuat oleh masyarakat sebagai
anggota Tim Kerja Masyarakat (TKM) bersama pengurus TKM sebagai wadah untuk
menampung aspirasi dari masyarakat desa / kampung atas kegiatan 3R

Evaluasi, Kegiatan untuk menilai, memperbaiki dan meningkatkan seberapa jauh
sebuah program kegiatan dapat berjalan secara efektif, efisien dan optimal seperti yang
telah dirumuskan bersama atau direncanakan

Fasilitator, Adalah “ Pelaku yang membantu, mendorong dan mengarahkan kegiatan
dilapangan”, dengan menggunakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam panduan
sehingga dapat membantu kelompok yang bekerjasama.




                                                                                          6
Jasa pengelolaan sampah adalah pelayanan pengelolaan sampah yang diberikan
kepada masyarakat oleh pemerintah daerah.

Komposter adalah alat untuk mengolah sampah organik menjadi kompos

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Forum musyawarah, tempat masyarakat
menyampaikan aspirasi

Operasi dan Pemeliharaan (O&P), Adalah upaya pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana
dan sarana secara optimal oleh masyarakat pengguna dengan pembinaan pemerintah
daerah secara berkesinambungan.

Organisasi persampahan adalah kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan
keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya meliputi bidang
pengelolaan sampah.




                                                                                      7
BAB II
      PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3 R BERBASIS
                                MASYARAKAT


2.1    PENDEKATAN PENGELOLAAN                 SAMPAH       TERPADU       BERBASIS
        MASYARAKAT

Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi disemua
tingkatan dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang
berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimisasi limbah dengan mendorong
barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi secara biologi
(biodegradable), dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan.
Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut aspek teknis semata, namun jauh lebih
penting menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan
pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan

Prinsip pertama Reduce adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan
mencegah timbulan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan penggunaan
kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga
Recycle adalah kegiatan mengelola sampah untuk dijadikan produk baru.

Untuk mewujudkan konsep 3R diatas, salah satu cara penerapannya adalah melalui
pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, yang diarahkan kepada daur-
ulang sampah (recycle). Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah
sejak dari sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai
bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan
industri seperti plastik, kertas, logam, gelas, dan lain-lain.



                                                                                        8
Sesuai dengan Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, diperlukan suatu perubahan paradigma
yang lebih mengedepankan proses pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, yaitu dengan
melakukan upaya pengurangan dan pemanfaatan sampah sebelum akhirnya sampah dibuang
ke TPA (target 20% pada tahun 2010).

Reduce (R1)
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di
lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap
sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif,
yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/
efisien dan sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
merubah perilaku tersebut.

Reuse (R2)
Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa
melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali
botol bekas “minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.

Recycle (R3)
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan
lain setelah melalui proses pengolahan, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain
lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak
kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi
bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lain-
lain.




                                                                                                 9
2.2       PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PER-
          MUKIMAN

      Untuk menerapkan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di kawa-
      san permukiman, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

          Komposisi dan karakteristik sampah, untuk memperkirakan jumlah sampah
           yang dapat dikurangi dan dimanfaatkan

          Karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, untuk
           mengidentifikasi sumber sampah dan pola penanganan sampah
           3R yang sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat

          Metode penanganan sampah 3R, untuk mendapatkan formula teknis dan
           prasarana dan sarana 3R yang tepat dengan kondisi masyarakat setempat.

          Proses pemberdayaan masyarakat, untuk menyiapkan masyarakat dalam
           perubahan pola penanganan sampah dari proses konvensional ”kumpul-
           angkut-buang” menjadi pola 3R.
           Misalnya: penghijauan dulu kebersihan buang sampah di tempatnya 
           pemilahan daur ulang.

          Uji coba pengelolaan, sebagai ajang pelatihan bagi masyarakat dalam
           melaksanakan berbagai metode 3R.

          Keberlanjutan pengelolaan, untuk menjamin kesinambungan proses
           pengelolaan sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri.




                                                                                        10
   Minimisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk
    yaitu dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai
    kebutuhan, memilih bahan yang mengandung sedikit sampah, dsb

   Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan menggunakan kembali
    sampah sesuai fungsinya seperti halnya pada penggunaan botol minuman
    atau kemasan lainnya.

   Upaya mendaur ulang sampah dapat
    dilakukan dengan memilah sampah
    menurut jenisnya baik yang memiliki
    nilai ekonomi sebagai material daur
    ulang (kertas, plastik, gelas/ logam, dll)
    maupun sampah B3 Rumah tangga
    yang memerlukan penanganan khusus
    (baterai, lampu neon, kaleng sisa insek-
    tisida dll) dan sampah kemasan
    (bungkus mie instan, plastik kemasan
    minyak, dll)

   Pengomposan sampah diharapkan dapat diterapkan di sumber (rumah
    tangga, kantor, sekolah, dll) yang akan secara signifikan megurangi sam-
    pah pada tahap berikutnya.




                                                                               11
2.2.1. Konsepsi Penanganan Sampah 3R Skala Rumah Tangga

        Penanganan sampah hendaknya tidak lagi hanya bertumpu pada aktivitas
         pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah.

        Penanganan sampah skala rumah tangga diharapkan dapat menerapkan upaya
         minimisasi yaitu dengan cara mengurangi, memanfaatkan kembali , dan mendaur
         ulang sampah yang dihasilkan.



                     KOMPOSTER    KOMPOS



                      ORGANIK
                       BAHAN
                      KOMPOS
                                                                 KOMPOS

                      ORGANIK
                       RESIDU
                                                                MATERI DAUR
                                                                                LAPAK
                                                                  ULANG
         RUMAH                                GEROBAK/
                        B3                               TPST
         TANGGA                               MOTOR 3R

                                                                  RESIDU        TPA
                        NON
                      ORGANIK
                       RESIDU
                                                                PENANGANAN
                                                                B3 LANJUTAB
                        NON       KERAJINAN
                      ORGANIK      TANGAN




                      SAMPAH
                      CAMPUR


                   SKALA SUMBER                                 SKALA KAWASAN


                  Gambar 1. Penanganan Sampah 3R di Sumber




                                                                                        12
1). Skenario Pemilahan Sampah Non Organik

   Skenario pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman perlu
   dilakukan, yaitu dengan cara memisahkan sampah kertas, plastik dan
   logam/kaca di masing-masing sumber dengan cara sederhana dan mudah
   dilakukan oleh masyarakat, misal menggunakan kantong plastik besar atau
   karung kecil.

   Khusus untuk sampah B3 rumah tangga, diperlukan wadah khusus yang
   pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan
   Hasil pemilahan sampah di sumber pada umumnya mempunyai kualitas
   yang lebih baik dibandingkan apabila pemilahan sampah dilakukan di TPA.




                                                                             13
2). Skenario Pengolahan Sampah Organik (Pembuatan Kompos)
    Dibedakan antara sampah organik dari kebun (daun-daunan)            dan
    sampah organik dari dapur (nasi, daging, dst.)

      Skenario pembuatan kompos secara individu
       disumber harus dilakukan dengan cara
       sederhana dan dapat mengacu pada best
       practice yang telah ada, misal seperti yang
       dilakukan di Sukunan Sleman DIY , Surabaya
       atau wilayah lainnya.

      Pembuatan kompos di sumber dapat dilakukan misalnya di Banjarsari dan
       di Rawajati dengan metode lubang (hanya dapat dilakukan untuk daerah
       yang tingkat kepadatan penduduknya masih rendah), Gentong, Bin
       Takakura atau metode lain sebagai “composter”.

      Dengan “composter gentong” (alasnya dilubangi dan
       diisi kerikil serta sekam), merupakan cara sederhana
       karena seluruh sampah organik dapat dimasukkan
       dalam gentong).

      Dengan Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas
       karton, sekam padi dan kompos matang), memerlukan
       sedikit kesabaran karena dibutuhkan sampah organik
       terseleksi dan pencacahan untuk mempercepat proses
       pematangan kompos. Composter Takakura dapat
       tempatkan di dalam rumah (tidak menimbulkan bau)

      Produk kompos dapat digunakan untuk program penghijauan dan
       penanaman bibit




                                                                               14
3). Skenario Daur Ulang
         Daur ulang di sumber dilakukan mulai dengan melakukan pemilahan sampah,
         sebaiknya dilakukan dengan cara yang sederhana agar mudah dilakukan oleh
         masyarakat. Pemilahan sampah dapat dimulai dengan memisahkan sampah
         menjadi sampah basah (organik) dan sampah kering (non organik) atau
         langsung menjadi beberapa jenis (sampah organik, kertas, plastik, kaleng,
         sampah B3 rumah tangga).

2.2.2. Konsepsi Penanganan Sampah 3R Skala Kawasan

               KOMPOSTER    KOMPOS



                ORGANIK
                 BAHAN
                KOMPOS
                                                           KOMPOS

                ORGANIK
                 RESIDU
                                                          MATERI DAUR
                                                                          LAPAK
                                                            ULANG
    RUMAH                               GEROBAK/
                  B3                               TPST
    TANGGA                              MOTOR 3R

                                                            RESIDU        TPA
                  NON
                ORGANIK
                 RESIDU
                                                          PENANGANAN
                                                          B3 LANJUTAB
                  NON       KERAJINAN
                ORGANIK      TANGAN




                SAMPAH
                CAMPUR


             SKALA SUMBER                                 SKALA KAWASAN


 Gambar 2. Metode Operasional Penanganan Sampah Skala Kawasan




                                                                                     15
1). Landasan Operasional Pengelolaan Sampah Skala Kawasan

      Perlu dibedakan tipe kawasan seperti kawasan komplek perumahan baru
       (cakupan pelayanan 1000 – 2000 unit rumah), kawasan perumahan
       teratur/ non komplek      (cakupan pelayanan 1 RW) dan kawasan
       perumahan tidak teratur/kumuh atau perumahan di bantaran sungai

      Diperlukan keterlibatan aktif masyarakat dalam upaya pengurangan
       volume sampah.

      Diperlukan keterpaduan operasional pengelolaan sampah mulai dari
       sumber, pihak penerima bahan daur ulang (lapak) dan pengangkutan
       residu ke TPA

      Diperlukan area kerja pengelolaan sampah terpadu skala kawasan yang
       disebut TPST (tempat pengolahan sampah terpadu)

      Kegiatan pengelolaan sampah di TPST meliputi pemilahan sampah,
       pembuatan kompos, pengepakan bahan daur ulang, dll

      Pemisahan sampah di TPST dilakukan untuk beberapa jenis sampah
       seperti sampah B3 Rumah tangga (selanjutnya akan dikelola sesuai
       dengan ketentuan), sampah kertas, plastik, logam/kaca (akan digunakan
       sebagai bahan daur ulang) dan sampah organik (akan digunakan sebagai
       bahan baku kompos)

      Pembuatan kompos di TPST dilakukan dengan metode Open Windrow

      Incinerator skala kecil tidak direkomendasikan karena incinerator kecil
       hanya direkomendasikan untuk sampah rumah sakit dan sampah khusus.




                                                                                 16
2). Metode Operasional Pengelolaan Sampah Skala Kawasan

   Pengumpulan Sampah
    Metode pengumpulan sampah dapat dilakukan secara individ-
      ual (door to door) maupun komunal (masyarakat membawa
      sendiri sampahnya ke Wadah / Bin Komunal yang sudah diten-
      tukan)

      Peralatan pengumpulan sampah di kawasan perumahan
       baru (cakupan luas dan jalan lebar) dapat dilakukan dengan
       menggunakan motor sampah (kapasitas 1,2 m 3), sedangkan
       untuk kawasan perumahan non komplek dan perumahan
       kumuh/bantaran     sungai     cukup    dilakukan    dengan
       menggunakan gerobak (1 m3).

      Jadual pengumpulan sampah non organik terpilah seperti kertas, plastik, logam/
       kaca dapat dilakukan seminggu sekali, sedangkan untuk sampah yang masih
       tercampur harus dilakukan minimal seminggu 2 kali.

      Motor/Gerobak sampah yang mengumpulkan sampah terpilah dapat dimodifikasi
       dengan sekat atau dilengkapi karung-karung besar (3 unit atau sesuai dengan
       jenis sampah).




                                                                                        17
3) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Skala Kawasan

   a. Lokasi
       Luas TPST bervariasi, tergantung kapasitas pelayanan dan tipe kawasan.
          Untuk kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah)
          diperlukan TPST dengan luas 1000 m². Sedangkan untuk cakupan
          pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPST dengan luas 200 – 500
          m²

         TPST dengan luas 1000 m² dapat menampung sampah dengan atau tanpa
          proses pemilahan sampah di sumber.

         TPST dengan luas < 500 m² hanya dapat menampung sampah dalam
          keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50 %.

         TPST dengan luas < 200 m² sebaiknya hanya menampung sampah
          tercampur 20 %, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80 %.



   b. Fasilitas TPST
       Fasilitas TPST meliputi wadah komunal,
          areal pemilahan dan areal composting
          dan juga dilengkapi dengan fasilitas
          penunjang lain seperti saluran drainase,
          air bersih, listrik, barier (pagar tanaman
          hidup) dan gudang penyimpan bahan
          daur ulang maupun produk kompos
          serta biodigester (opsional)




                                                                                  18
c. Daur Ulang
   Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan logam yang
    memiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk mendapatkan kualitas bahan daur
    ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber.

   Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan
    pihak lapak atau langsung dengan industri pemakai.

   Daur ulang sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterei dan lampu
    neon) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan pe-
    rundangan yang berlaku (PP 18 / 1999 tentang pengelolaan sampah B3).

   Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie in-
    stan dll) sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau bahan
    baku lain.

d. Pembuatan Kompos
       Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah
        dapur (terseleksi) dan daun-daun potongan tanaman.

       Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara
        antara lain dengan open windrow.

       Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak
        dengan parameter antara lain warna, C/N rasio, kadar N,P,K dan logam
        berat.

       Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak Koperasi
        dan Dinas (Kebersihan, Pertamanan, Pertanian dll)




                                                                                19
2.3       PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN
          PERMUKIMAN

      Untuk melaksanakan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, diperlukan
      kegiatan pemberdayaan secara terprogram, terpadu, dan berkelanjutan sehingga
      dapat dicapai perubahan perilaku masyarakat dalam program 3R. Proses pem-
      berdayaan masyarakat meliputi antara lain sosialisasi /penyuluhan, pelatihan,
      percontohan, pengembangan kegiatan dan lain-lain.

2.4   ASPEK KEBERLANJUTAN PROGRAM

      Aspek keberlanjutan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat merupakan
      hal yang sangat penting untuk menjaga kesinambungan proses pengelolaan yang
      sudah terbina. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam beberapa aspek keberlanjutan
      adalah sebagai berikut:

          Adanya lembaga kelompok masyarakat sebagai organisasi pengelola yang tidak
           formal namun terlegalisir serta sesuai dengan aspirasi masyarakat

          Adanya dukungan peraturan setingkat kelurahan untuk pelaksanaan pengelolaan
           sampah berbasis masyarakat

          Adanya dana untuk operasional pengelolaan maupun biaya pemeliharaan atau
           investasi penambahan prasarana dan sarana sesuai dengan kebutuhan. Dana
           tersebut dapat berasal dari iuran masyarakat serta hasil penjualan kompos atau
           material daur ulang dengan cash flow diketahui bersama secara transparan




                                                                                            20
   Adanya dukungan teknologi ramah lingkungan dan tersedianya prasarana dan
    sarana persampahan skala kawasan sesuai kebutuhan masyarakat

   Adanya peran aktif masyarakat untuk melaksanakan program 3R terutama yang
    berkaitan dengan perubahan perilaku dan budaya memilah sampah sejak dari
    sumbernya.

   Adanya dukungan dari instansi pengelola sampah tingkat perkotaan untuk
    pengangkutan residu, penyerapan produk kompos dan material daur ulang serta
    penanganan lanjutan sampah B3 rumah tangga sesuai ketentuan yang berlaku

   Adanya pola monitoring dan evaluasi dari instansi terkait baik ditingkat ke-
    lurahan, kecamatan, kota/kabupaten bahkan di tingkat yang lebih tinggi, yaitu
    provinsi dan pemerintah pusat. Hasil monitoring dan evaluasi dapat digunakan
    sebagai bahan masukan bagi proses replikasi atau pengembangan yang diper-
    lukan serta pendataan yang lebih akurat untuk mengetahui hasil pencapaian pro-
    gram 3R secara nasional




                                                                                     21
2.5.       PEMBIAYAAN DAN INSENTIF

           Pembiayaan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah
           terpadu berbasis masyarakat, meliputi:

               Kebutuhan biaya investasi pembelian prasarana dan sarana

               Kebutuhan biaya operasi pengumpulan sampah dan operasional TPST dan
                pemeliharaan prasarana/sarana

               Perhitungan iuran warga/bulan yang besarnya dimusyawarahkan, sebaiknya
                dapat memenuhi kebutuhan biayan investasi dan operasional.

               Perhitungan biaya hasil penjualan kompos dan produk daur ulang yang
                digunakan untuk kepentingan sosial warga atau untuk meningkatkan kualitas
                lingkungan permukiman

               Insentif yang didapat adalah berupa hasil penjualan material daur ulang dan
                produk kompos serta penjualan bibit tanaman

2.6    DUKUNGAN PERATURAN

       Untuk pelaksanan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, perlu
       didukung peraturan baik secara formal maupun non formal. Peraturan tersebut meli-
       puti :

              Ketentuan organisasi pengelola

              Tata laksana kerja

              Ketentuan teknis pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat



                                                                                              22
BAB III
  PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS
          MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN

Proses pendekatan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dikawasan
permukiman secara garis besar dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
              PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R
                                                                                       Tahap 1
                                           PERSIAPAN                                   ( Bulan Februari)



                                                                                       Tahap 2
                                       SELEKSI KOTA/                                   ( Bulan Maret)
                                        KABUPATEN


                                                                                        Tahap 3
                                       SELEKSI LOKASI                                   (Bulan
                                                                                        April)

                                                                        Sosialisasi 3R
                                             SELEKSI                    Verifikasi Teknologi
                                           FASILITATOR                   Pengolahan
                                                                        Pemilihan Lokasi TPST (utk
                                                                         kawasan)
                                                                        Pembentukan Kelompok
                                            PENYIAPAN                    Swadaya Masyarakat
                                           MASYARAKAT


                                                         SURVAI LAPANGAN                    Tahap 4
                                                           (SAMPAH DAN                      (Bulan Mei)
                                                              SOSIAL)
            PENDAMPINGAN

                                                                                        Aspek Teknis
                                                                                         Operasional
                                                         PEMILIHAN METODA               Aspek
                                                         DAN TEKNOLOGI 3R                Kelembagaan
                                                                                        Aspek
                                                                                         Pengaturan
                                                                                        Aspek
                                                                                         Pendanaan
                                PENYUSUNAN               PERENCANAAN SISTEM             Aspek Peran
                                                         PENGELOLAAN SAMPAH              Serta
                               RENCANA KERJA                 3R BERBASIS                 Masyarakat
                                MASYARAKAT                   MASYARAKAT



                    SATKER                   DED DAN RAB                                      Tahap 5
                                                                                              (Bulan
                                                                                              Oktober)
                                 PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA 3R


                                        PELAKSANAAN
                                                                              MONITORING DAN
                                    PENGELOLAAN SAMPAH 3R
                                                                                 EVALUASI
                                     BERBASIS MASYARAKAT

                                                                                             Tahap 6
                                                                                             (Bulan
                                                                                             Desember)
                           KEBERLANJUTAN             PENGEMBANGAN
                              PROGRAM                 DAN REPLIKASI                            Tahap 7


                                                                                                           23
Dalam pelaksanaannya, maka seperti pelaksanaan kegiatan pada umumnya dilakukan
dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kegiatan pelaksanaan pengelolaan sampah 3R
berbasis masyarakat secara umum sebagai berikut:

1. Tahap Pertama
   Tahap ini meliputi kegiatan:
    Persiapan yang meliputi sosialisasi pengelolaan sampah dengan metoda 3R
      kepada seluruh pemangku kepentingan tingkat pusat.
    Sosialisasi ini bertujuan menyatukan persepsi terhadap permasalahan sampah
      secara umum serta visi untuk beberapa tahun kedepan.
    Sosialisasi dilakukan dengan kegiatan seminar atau workshop yang dihadiri oleh
      pengambil keputusan tingkat pusat.

2. Tahap kedua
   Tahap ini meliputi kegiatan:
    Seleksi kota/kabupaten yang akan melaksanakan pengelolaan sampah 3R
      berbasis masyarakat dimaksudkan untuk memperoleh kota/kabupaten yang
      berminat dengan disertai komitmen yang jelas dari pimpinan daerah.
    Seleksi kota/kabupaten ini dilakukan karena dua alasan yaitu:
       Anggaran penyelenggaraan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat
          seluruhnya atau sebagian berasal dari pusat
       Diperlukan komitmen yang jelas dan tegas karena pengelolaan sampah 3R
          berbasis masyarakat kemungkinan akan melibatkan beberapa institusi daerah
          terkait dan diharapkan program dapat berkelanjutan serta berkembang.
    Seleksi kota /kabupaten dilakukan dengan workshop yang sifatnya regional yang
      dihadiri oleh perwakilan kota/kabupaten dalam regional tersebut.
    Tujuan dari workshop ini adalah mengumpulkan kota yang berminat dan seleksi
      dilakukan jika anggaran hanya diperuntukkan tidak untuk semua kota yang ada
      dalam region tersebut.




                                                                                      24
3. Tahap Ketiga
Tahap ini meliputi kegiatan:
 Seleksi lokasi dilakukan hanya pada kota terpilih.
 Tahap awal dari seleksi kota ini adalah memperoleh daftar panjang dari lokasi yang
   sesuai kriteria pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.
 Untuk memperoleh daftar pendek calon lokasi maka dilakukan tapisan awal dengan
   memilih lokasi yang paling memenuhi kriteria pengelolaan 3R berbasis masyarakat.
 Calon lokasi pada daftar pendek tersebut akan mengajukan proposal yang diikuti
   dengan presentasi.
 Dapat juga dilakukan survey cepat (Rapid Participatory Assessment) yang dilakukan
   oleh masyarakat yang berminat dengan mempresentasikan kepada pemangku
   kepentingan pada tingkat kampung.

4. Tahap Keempat
Tahap ini meliputi kegiatan:
 Pemilihan fasilitator. Keberadaan fasilitator sangat diperlukan dalam pelaksanaan
   pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.
 Fasilitator bertugas menggalang masyarakat yang berminat melaksanakan pengelolaan
   sampah 3R, bersama-sama mencari metoda penyelesaian masalah sampah, menggali
   keinginan masyarakat, dan memberikan pelatihan serta pendampingan dalam
   pelaksanaan pengelolaan sampah 3R.
 Fasilitator dipilih sesuai kapabilitas dan tingkat pemahamannya terhadap lingkungan
   umumnya dan sampah khususnya.
 Fasilitaor direkrut dan digaji oleh penyelenggara program pengelolaan sampah berbasis
   masyarakat 3R.
 Penyiapan masyarakat dengan terpilihnya lokasi dan fasilitator, maka program
   sosialisasi yang lebih intens dapat dilakukan dalam beberapa serial pertemuan yang
   digalang oleh fasilitator dengan dibantu beberapa tenaga ahli lepas.
 Pemilihan lokasi TPST untuk pengelolaan skala kawasan ataupun metoda pengolahan
   sampah di rumah tangga ditentukan pada tahapan ini.
 Kegiatan selanjutnya adalah survay lapangan baik dari komposisi dan timbulan
   sampah serta sosial masyarakatnya.


                                                                                          25
   Survey ini dilakukan dalam mencari data dasar untuk pemilihan teknologi, program
    penyuluhan, serta sebagai tolok ukur kinerja pembanding keberhasilan dari program
    yang akan dilaksanakan.

5. Tahap Kelima
Tahap ini meliputi kegiatan:
 Pembuatan DED dan RAB yang dilakukan oleh KSM dan Fasilitator kemudian
   diserahkan kepada Satker untuk kegiatan Pengadaan sarana dan Prasarana 3R yang
   dilakukan dengan sistem Tender yang terbuka.
 Pembangunan ataupun pelaksanaan operasi pengelolaan sampah 3R dilakukan
   setelah masyarakat secara bulat menerima metoda yang akan dilakukan serta lokasi
   dimana TPST akan dibangun.
 Proses pembangunan harus dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sehingga
   penolakan akibat sindrom NYMBY (Not in My Backyard) dapat ditekan seminim
   mungkin.

6. Tahap Keenam
Tahap ini meliputi kegiatan:
 Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R yang dapat dilakukan sekaligus atau bertahap
   sesuai dengan kesiapan masyarakat dan pendanaan.
 Kegiatan pelaksanaan program didampingi oleh fasilitator dengan konsultan daerah
   jika ada.
 Monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat
   meliputi pengumpulan informasi, seperti pengukuran atau pengamat




                                                                                        26
   Kegiatan pemantauan dan pengukuran bermanfaat dalam suatu manajemen pengelolaan
    seperti :
     Menelusuri tahapan kemajuan dalam memenuhi perencanaan awal, mencapai tujuan
        dan sasaran serta perbaikan berkelanjutan;
     Mengembangkan informasi untuk mengidentifikasikan aspek dalam pengelolaan
        sampah 3R yang penting;
     Memantau pelaksanaan pengolahan sampah secara 3R sesuai dengan tujuan dan
        sasaran;
     Menyediakan data untuk mendukung atau mengevaluasi pengendalian operasional;
        Menyediakan data untuk mengevaluasi kinerja organisasi;
     Menyediakan data untuk mengevaluasi kinerja sistem manajemen persampahan
        secara umum dan penyelenggaraan program 3R secara khusus.

7. Tahap Ketujuh
Tahap ini meliputi kegiatan:
 Keberlanjutan program dilaksanakan dengan salah satunya replikasi dan pengembangan.
 Pertemuan-pertemuan warga masih tetap dilakukan untuk membentuk komunitas yang
   lebih memahami perlunya mengurangi sampah di sumbernya.
 Dilakukan penguatan kapasitas pada seluruh pemangku kepentingan pada lokasi yang
   sedang melakukan kegiatan pengelolaan sampah 3R terpadu sehingga pengembangan
   lebih mudah dilakukan.

Pada pelaksanaan program pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat diperlukan
panduan yang dapat memberi arahan kepada para pengelola di daerah. Pedoman tersebut
meliputi tahapan pelaksanaan seperti diatas yang tersusun dalam aspek perencanaannya,
aspek pelaksanaannya, dan aspek monitoring dan evaluasi.




                                                                                        27
BAB IV
                         KESIMPULAN dan PENUTUP


4.1 KESIMPULAN

1.    Pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat melalui masyarakat melalui meto-
      de Reduce, Reuse, Recycle (3R) mulai saat ini sebaiknya sudah diterapkan karena
      program ini berkaitan dengan kebijakan dan strategi nasional pengembangan penge-
      lolaan persampahan terutama yang berkaitan dengan kebijakan pengurangan sam-
      pah sejak dari sumbernya.

2.    Proses pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat harus mengikuti
      7 tahapan kegiatan sebagai berikut:
       Tahap pertama ( Persiapan)
       Tahap Kedua (Seleksi kabupaten/kota)
       Tahap Ketiga (Seleksi Lokasi)
       Tahap Keempat (Penyiapan Masyarakat, Survey lapangan,Pemilihan Teknologi,
          Penyusunan RKM)
       Tahap Relima ( Pembuatan DED & RAB, Pengadaan Sarana & Prasarana 3R)
       Tahap Keenam ( Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R dan Monev)
       Tahap Ketujuh (Keberlanjutan program dan replikasi).


4.2 PENUTUP

Buku 1 (satu) ini adalah pedoman umum yang akan dijelaskan lebih lanjut di buku 2 (dua)
tentang pedoman perencanaan, buku 3 (tiga) tentang pedoman pelaksanaan dan buku 4
(empat) tentang pedoman monitoring evaluasi dan pengembangan




                                                                                          28
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
   DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
   DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN




BUKU II
Pedoman Perencanaan 3 R
Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
DAFTAR ISI

BUKU II : PEDOMAN PERENCANAAN KEGIATAN 3R BERBASIS MASYARAKAT

1. PENDAHULUAN
   1.1 LATAR BELAKANG
   1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
   1.3 SASARAN

2. PERENCANAAN PENEGLOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS
   MASYARAKAT DI PERMUKIMAN
   2.1 PENDAHULUAN
   2.2 SELEKSI KOTA/KABUPATEN
   2.3 SELEKSI LOKASI
       2.3.1 KRITERIA UMUM
       2.3.2 KRITERIA FISIK LINGKUNGAN
       2.3.4 KRITERIA SOSIAL EKONOMI
   2.4 PENYIAPAN MASYARAKAT
       2.4.1 PEMILIHAN FASILITATOR
       2.4.2 PENELITIAN SOSIAL
       2.4.3 PENELITIAN KOMPOSISI DAN TIMBULAN
   2.5 PEMILIHAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS
        MASYARAKAT
   2.6 PEMILIHAN TEKNOLOGI
       2.6.1 TEKNOLOGI PEWADAHAN
       2.6.2 TEKNOLOGI PENGOMPOSAN DENGAN KOMPOSTER
       2.6.3 TEKNOLOGI DAUR ULANG SAMPAH NON ORGANIK SKALA RT
       2.6.4 TEKNOLOGI PENGUMPULAN SAMPAH
       2.6.5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH SKALA KAWASAN
2.7   PERANCANGAN MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS
          MASYARAKAT
          2.7.1 MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT
                SKALA RUMAH TANGGA 1000 JIWA (3R-1000 RUMAH TANGGA)
          2.7.2 MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT
                SKALA KAWASAN 1000 JIWA (3R-1000 KAWASAN)
    2.8   PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT
          2.8.1 KELEMBAGAAN
          2.8.2 PENGOPERASIAN TPST
          2.8.3 PEMBIAYAAN
          2.8.4 PENGATURAN

3. PENUTUP




                                                                          2
BAB I
                              PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG

    Perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan langkah
    awal dalam pelaksanaan kegiatan. Perencanaan ini merupakan dasar dalam
    pengelolaan sampah baik skala individual maupun skala kawasan. Untuk itu perlu
    disusun suatu pedoman perencaaan. Pedoman perencanaan ini meliputi seleksi
    kota/kabupaten, seleksi lokasi, survey lapangan, analisa, pemilihan teknologi,
    pemilihan fasilitator, penyusunan rencana kerja, penyusunan peraturan,
    kelembagaan, pembiayaan, peran serta masyarakat.         Selain itu, pedoman
    perencanaan ini meliputi juga pedoman perencanaan pembangunan, operasi dan
    pemeliharaan, monitoring dan evaluasi, serta pengembangan dan replikasi.


1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

    Maksud diterbitkannya pedoman perencaraan 3R sampah berbasis masyarakat ini
    adalah untuk membantu pelaku di lapangan yang akan melakukan kegiatan
    perencanaan pengurangan sampah untuk skala rumah tangga maupun skala
    kawasan.
    Sedangkan tujuannya adalah untuk memberikan penjelasan tentang tahapan
    perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.
:




                                                                                     3
1.3 SASARAN

   Tersedianya pedoman perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat
   meliputi pengelolaan sampah skala rumah tangga dan skala kawasan.




                                                                               4
BAB II
   PERENCANAAN PENEGLOLAAN SAMPAH TERPADU 3R
       BERBASIS MASYARAKAT DI PERMUKIMAN

2.1   Pendahuluan.

Pendekatan perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat mengacu
pada proses pelaksanaan secara umum seperti telah diuraikan pada Buku Pedoman I.

                 PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R
                                                                                          Tahap 1
                                              PERSIAPAN                                   ( Bulan Februari)



                                                                                          Tahap 2
                                          SELEKSI KOTA/                                   ( Bulan Maret)
                                           KABUPATEN


                                                                                           Tahap 3
                                          SELEKSI LOKASI                                   (Bulan
                                                                                           April)

                                                                        ·   Sosialisasi 3R
                                                SELEKSI                 ·   Verifikasi Teknologi
                                              FASILITATOR                   Pengolahan
                                                                        ·   Pemilihan Lokasi TPST (utk
                                                                            kawasan)
                                                                        ·   Pembentukan Kelompok
                                               PENYIAPAN                    Swadaya Masyarakat
                                              MASYARAKAT


                                                            SURVAI LAPANGAN                    Tahap 4
                                                              (SAMPAH DAN                      (Bulan Mei)
                                                                 SOSIAL)
               PENDAMPINGAN

                                                                                      ·     Aspek Teknis
                                                                                            Operasional
                                                            PEMILIHAN METODA          ·     Aspek
                                                            DAN TEKNOLOGI 3R                Kelembagaan
                                                                                      ·     Aspek
                                                                                            Pengaturan
                                                                                      ·     Aspek
                                                                                            Pendanaan
                                   PENYUSUNAN               PERENCANAAN SISTEM        ·     Aspek Peran
                                                            PENGELOLAAN SAMPAH              Serta
                                  RENCANA KERJA                 3R BERBASIS                 Masyarakat
                                   MASYARAKAT                   MASYARAKAT



                       SATKER                   DED DAN RAB                                      Tahap 5
                                                                                                 (Bulan
                                                                                                 Oktober)
                                    PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA 3R


                                           PELAKSANAAN
                                                                                 MONITORING DAN
                                       PENGELOLAAN SAMPAH 3R
                                                                                    EVALUASI
                                        BERBASIS MASYARAKAT

                                                                                                Tahap 6
                                                                                                (Bulan
                                                                                                Desember)
                              KEBERLANJUTAN             PENGEMBANGAN
                                 PROGRAM                 DAN REPLIKASI                            Tahap 7



                                                                                                              5
2.2     Seleksi Kota/Kabupaten

Tahapan seleksi Kota/Kabupaten merupakan tahap ke 2 setelah dilakukan sosialisasi ten-
tang pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat kepada seluruh provinsi, instan-
si terkait, dan pemangku kepentingan lainnya. Seleksi Kota/Kabupaten dilaksanakan pada
setiap provinsi di Indonesia. Pada perencanaan seleksi Kota/Kabupaten maka diperlukan
kriteria sebagai berikut :

·     Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk implementasi
      penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat
      dengan membuat surat minat yang ditujukan kepada Departemen Pekerjaan Umum
      dilengkapi dengan persetujuan alokasi lahan TPST sesuai dengan Tata Ruang.
·     Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang kebersihan sebagai
      Dinas penanggung jawab.
·     Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat.
·     Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana kantor dan staf
      dinas penanggungjawab sebagai fasilitator.
·     Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga Fasilitator
      Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman 3R sebelumnya.

Dalam perencanaan pemilihan Kota/Kabupaten, maka dapat digunakan metode scoring
seperti berikut :




                                                                                                 6
KRITERIA                                         SCORE
  Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk               5
  implementasi penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah
  terpadu 3R berbasis masyarakat dengan membuat surat minat yang
  ditujukan kepada Departemen Pekerjaan Umum.

  Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang                5
  kebersihan sebagai Dinas penanggung jawab.

  Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat.             5


  Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana   5
  kantor dan staf dinas penanggungjawab sebagai fasilitator.

  Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga            5
  Fasilitator Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman
  3R sebelumnya.
  TOTAL SCORE                                                                20




Kota/Kabupaten dengan total score tertinggi yang akan masuk dalam daftar pendek untuk
tapisan berikutnya.




                                                                                         7
2.3    Seleksi Lokasi

Seleksi lokasi dilaksanakan setelah terpilihnya kota/kabupaten yang berniat akan
melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Untuk memperoleh
daftar alternatip lokasi, maka Satuan Kerja PU dan Dinas Terkait melaksanakan sosialisasi
kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pengelolaan sampah di
wilayahnya. Hasil yang diharapkan dari sosialisasi ini adalah berupa daftar panjang dari
lokasi yang berminat untuk menerapkan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat. Untuk memilih lokasi yang tepat maka digunakan kriteria sebagai berikut :



2.3.1. Kriteria Umum :

·     Batasan administrasi lahan TPST dalam batas administrasi yang sama dengan area
      pelayanan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.
·     Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya dengan surat pernyataan
      bersedia digunakan untuk prasarana dan sarana pengelolaan sampah terpadu 3R
      berbasis masyarakat.
·     Ukuran lahan antara 750 – 1000 m2
·     Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat.
·     Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat.




                                                                                            8
2.3..2. Kriteria Fisik lingkungan:

·    Permukaan air tanah di TPST >10 m
·    Lahan yang diusulkan memang telah di manfaatkan/ difungsikan sebagai lokasi TPS
     Sampah.
·    Berada didalam area yang memang direncanakan diperuntukkan sebagai lokasi TPS
     Sampah atau Rencana pemanfaatan rendah untuk fasilitas umum / taman.
·    Bebas banjir.
·    Berada di lahan datar.
·    Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik dan lebar jalan
     yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/gerobak sampah.
·    Jarak lokasi ke permukiman lebih dari 200 m dari permukiman.
·    Terletak 500 m dari jalan raya
·    Berdampak minimal terhadap tata guna lahan.
·    Terdapat zona penyangga dan kegiatan operasionalnya tidak terlihat dari luar.


2.3.3. Kriteria Sosial Ekonomi

·    Cakupan pelayanan mendekati 1000 KK.
·    Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai wawasan lingkungan yang kuat.
·    Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan program 3R merupakan kesadaran
     masyarakat secara spontan.
·    Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah.
·    Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperi PKK, Forum-forum kepedulian
     terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, club jantung sehat, club manula,
     pengelola kebersihan/sampah, dll




                                                                                           9
Dalam tapisan awal untuk memperoleh daftar pendek dari lokasi yang akan digunakan
untuk pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dapat digunakan metode
scoring seperi berikut :


                               KRITERIA                                   SCORE


Kriteria Umum :                                                              25



·   Batasan administrasi lahan TPST dalam batas administrasi yang sama
    dengan area pelayanan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
    masyarakat.                                                               5

·   Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya dengan surat       5
    pernyataan bersedia digunakan untuk prasarana dan sarana
    pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.


·   Ukuran lahan antara 500 – 1000 m2                                         5


·   Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat.                         5


·   Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat                          5






                                                                                    10
KRITERIA                                  SCORE


Kriteria Fisik lingkungan:                                                  50

·   Permukaan air tanah di TPST >10 m                                        5

·   Lahan yang diusulkan memang telah di manfaatkan/ difungsikan
    sebagai lokasi TPS Sampah.                                               5


·   Berada didalam area yang memang direncanakan diperuntukkan
    sebagai lokasi TPS Sampah atau Rencana pemanfaatan rendah untuk
    fasilitas umum / taman.                                                  5

·   Bebas banjir.                                                            5

·    Berada di lahan datar.                                                  5


·   Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik
    dan lebar jalan yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/
    gerobak sampah
                                                                             5

·   Jarak lokasi TPST 500 m ke permukiman                                    5

·   Berdampak minimal terhadap tata guna lahan                               5

·   Terdapat zona penyangga dan kegiatan operasionalnya tidak terlihat
    dari luar.                                                               5




                                                                                 11
KRITERIA                                   SCORE


Kriteria Sosial Ekonomi
                                                                              25
·   Cakupan pelayanan mendekati 1000 KK.
                                                                                  5
·   Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai wawasan
    lingkungan yang kuat.                                                         5


·   Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan program 3R merupakan
    kesadaran masyarakat secara spontan.                                          5



·   Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah.                     5



·   Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperi PKK, Forum-forum
    kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, club            5
    jantung sehat, club manula, pengelola kebersihan/sampah, dll

TOTAL SCORE                                                                  100




                                                                                      12
2.4    Penyiapan Masyarakat

Penyiapan masyarakat dilakukan setelah lokasi untuk pelaksanaan pengelolaan sampah
terpadu 3R terpilih. Penyiapan masyarakat merupakan langkah cukup penting bagi keber-
lanjutan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat karena dari tahap
ini diharapkan akan dihasilkan fasilitator, Kelompok Kerja Mayarakat, pemilihan metoda
atau teknologi yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R,
lokasi, dan Rencana Kerja Masyarakat.

Pada perencanaan penyiapan masyarakat maka ada beberapa tahap yang perlu dilakukan
yaitu :

·     Pemilihan fasilitator
·     Penelitian sosial
·     Penelitian komposisi dan timbulan sampah
·     Sosialisasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis msyarakat melalui Focal Group
      Discussion (FGD) untuk memperoleh kesepakatan dalam :
            Pemilihan metoda atau teknologi 3R yang akan digunakan
            Pemilihan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R
            Pembentukan Kelompok Kerja Masyarakat
            Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
·     Pelatihan yang terdiri dari :
            Materi umum :
              Sosialisasi perencanaan program
              Pengertian pengelolaan sampah 3R
              Pemahaman tentang sampah dan dampaknya
              Aspek pendukung seperti kelembagaan, pendanaan, pengaturan, dan
                teknis operasional




                                                                                         13
     Materi Teknis :
                  Sistem pengelolaan sampah
                  Daur ulang sampah non organik
                  Pengkomposan sampah
             Peserta pelatihan :
                  Anggota KSM
                  Warga yang terlibat

2.4.1       Pemilihan Fasilitator

Pemilihan fasilitator dilakukan oleh Satuan Kerja PU bersama-sama dengan konsultan
lokal dengan kriteria sebagai berikut :

·   Memiliki kemampuan baca dan tulis
·   Memahami karakteristik masyarakat di lokasi terpilih
·   Sehat jasmani dan rohani
·   Bisa berkomunikasi dengan baik
·   Mempunyai pengalaman dalam pemberdayaan
·   Memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas sebagai fasilitator
·   Memiliki pengetahuan dasar tentang persampahan (3R)
·   Bersedia tinggal dan bekerjasama dengan masyarakat di lokasi terpilih

TFL adalah tenaga pendamping dari daerah yang bersangkutan dan dilatih agar menjadi
terampil dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam memutuskan,
merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan Kampung terutama yang berkaitan
dengan kegiatan pengelolaan sampah 3R.




                                                                                      14
Setiap Tenaga Fasilitator mempunyai tugas dan tugas jawab sebagai berikut :

·    Memfasilitasi dan membantu masyarakat untuk dapat membentuk dan membantu
     pemilihan anggota KSM secara demokratis dengan memperhatikan kesetaraan jender
     dan kesetaraan kaya-miskin.
·    Memfasilitasi penyusunan Rencana kerja masyarakat, periode pelaksanaan
     pembangunan sarana 3R sesuai yang dibutuhkan masyarakat, dan pasca
     pembangunan, yang meliputi :
     Pelaksanaan pelatihan lanjutan tentang pelaksanaan kegiatan 3R khususnya tata
       cara operasional peralatan di lokasi 3R terpilih, pemilihan metode pengomposan
       dengan teknologi yang tepat guna, dan mudah.
     Bantuan dalam memfasilitasi masyarakat untuk mengidentifikasi masalah-masalah
       kebersihan yang berhubungan dengan masalah persampahan yang dihadapi oleh
       masyarakat dan merumuskan strategi untuk mengatasi masalah dengan
       menggunakan metologi yang sesuai.

Pelaksanaan teknis persampahan yang dibutuhkan

·    Pelaksanaan pelatihan dan supervisi dalam pelaksanaan pembangunan dengan
     pendekatan teknis pada kelompok masyarakat pelaksana 3R.
·    Pemberian dukungan dan bantuan teknis pada masyarakat.
·    Pelaksanaan pelatihan dan supervisi untuk masalah operasional dan pemeliharaan
     dan perbaikan sarana 3R
·    Pemdampingin dan pelatihan kelompok masyarakat dalam mengelola dana untuk
     pembangunan sarana 3R
·    Bantuan kepada masyarakat dalam melaksanakan monitoring sendiri pada
     pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R.
·    Melaporkan hasil kegiatan ditingkat masyarakat secara periodik (bulanan) kepada PU
     Kota/Kabupaten atau Leading Dinas.




                                                                                          15
2.4.2   Penelitian Sosial

Kegiatan survey sosial ini dilaksanakan berkaitan dengan aspek-aspek sosial yang akan
mempengaruhi keberlanjutan program 3R ini. Setidaknya ada 3 aspek yang perlu diketahui
dari masyarakat untuk mendukung keberhasilan program persampahan 3R terpadu yaitu :
norma, persepsi dan perilaku masyarakat tehadap sampah dan pengelolaannya. Dari ketiga
aspek tersebut maka akan diperoleh antara lain :

·   Wawasan masyarakat terhadap lingkungan secara umum terutama terhadap
    pengelolaan sampah,
·   Tingkat kesadaran masyarakat terhadap dampak buruk pengelolaan sampah yang tidak
    baik
·   Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah saat ini
·   Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah
·   Penerimaan masyarakat terhadap pengelolaan sampah terpadu 3R
·   Kesanggupan masyarakat dalam iuran sampah

Tahapan perencanaan survey sosial terdiri dari :

·   Penentuan jumlah responden, yaitu menentukan jumlah warga yang akan dijadikan
    responden dalam penelitian dengan cara sebagai berikut :
        Menentukan populasi (jumlah seluruh warga) dari lokasi yang akan melaksanakan
         pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat,
        Menentukan jumlah populai per strata tingkat kemapanan ekonomi jika akan
         dilakukan survey sosial per strata yaitu : strata tempat tinggal pendapatan tinggi,
         sedang, dan rendah,
        Menentukan jumlah responden sesuai kaidah ilmu statistik yang berlaku.
        Pemberitahuan atau permintaan izin dari instansi terkait dan pengurus wilayah
         (RT/RW/Lurah).




                                                                                               16
·   Penyusunan kuesioner, yaitu bahan acuan untuk melakukan pendataan yang dapat
    dilakukan secara pasif dengan membagikan kuesioner kepada responden atau aktif
    dengan wawancara langsung. Pada penyusunan kuesioener perlu diperhatikan :
     Data tentang masyarakat yang ingin dikumpulkan,
     Pertanyaan yang mudah dicerna dan tidak terlalu banyak

·   Pengarahan surveyor yaitu memberikan pengarahan terhadap calon pewawancara jika
    akan dilakukan survey dengan wawancara langsung. Beberapa persyaratan untuk
    surveyor adalah :
     Mengenal daerah yang akan disurvey
     Memiliki latar belakang sosial (dari mahasiswa jurusan sosial)
     Memiliki kemampuan wawancara.

·   Pelaksanaan survey , pelaksanaan survey ini dilakukan sesuai jadwal yang telah
    ditentukan dengan memperhatikan :
     Waktu pelaksanaan yang tidak mengganggu responden
     Bukan pada saat yang sama dengan kegiatan khusus misalnya pilkades, lebaran,
        dan lain-lain

·   Pengolahan dan analisa data survey

·   Perumusan hasil pelaksanaan survey, yaitu kesimpulan survey yang dapat dirumuskan
    melalui eberapa metoda :
     Sosial mapping dari lokasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat
     Tingkat kemauan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R




                                                                                        17
2.4.3   Penelitian Komposisi dan Timbulan Sampah

Komposisi sampah di berbagai kota di Indonesia pada umunya didominasi oleh sampah
organic yang dapat mencapai 70% dan non-organik 30%. Dari jumlah tersebut 75% sampah
tersebut dihasilkan dari kegiatan permukiman (SNI tentang Timbulan Sampah Kota Sedang
dan Kecil, 1977). Semakin maju tingkat ekonomi suatu kota/Negara, menunjukkan
kecenderungan semakin menurunnya komponen sampah organic dan meningkatnya
komponen sampah organic seperti kertas, plastik, logam.

Secara umum komposisi sampah dapat dibedakan dalam beberapa komponen yaitu:
a. Sampah Organik; yang dapat terdiri dari sisa makanan dan daun
b. Sampah Kertas; yang dapat berupa kardus, karton, kertas HVS, kertas Koran, dll.
c. Sampah Plastik; baik berupa kantung plastik, botol plastik bekas kemasan, jerigen, dll.
d. Sampah Kayu; baik berupa potongan kayu, furnitur bekas, dll
e. Sampah Karet; baik berupa ban bekas, lembaran karet, dll
f. Sampah Kulit; yang dapat berupa lembaran, potongan kulit dll
g. Sampah Kaca/beling; baik berupa potongan kaca, botol kaca, gelas kaca, dll
h. Sampah kain/perca; yang dapat berupa potongan kain, atau pakaian bekas/rusak,dll
i. Sampah lain-lain; yang dapat berupa pecahan keramik, dan sisa sampah yang tidak
   termasuk dalam kategori diatas
j. Sampah B3 rumah tangga; dapat berupa batu baterai bekas, kaleng bekas kemasan
   insektisida, lampu TL/Neon, kaleng bekas cat, hair spray, obat-obatan kedaluarsa, dan
   lain sebagainya.




                                                                                             18
Tujuan dari survey timbulan dan komposisi sampah ini adalah untuk mendapatkan suatu
besaran nilai timbulan sampah yang selanjutnya digunakan dalam perencanaan dan
pengelolaan sampah

Perencanaan penelitian lapangan komposisi dan timbulan sampah dilakukan dalam
beberapa tahapan kegiatan yaitu :

·     Menentukan wilayah yang akan diteliti
·     Menentukan jumlah rumah yang akan diteliti,
·     Mempersiapkan peralatan dan tenaga peneliti
·     Mengurus perizinan dari instansi terkait

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan terdiri dari:

·     Alat pengambil contoh berupa kantong plastik dengan volume 40 liter;
·     Alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 20 cm X 20 cm X 100 cm yang
      dilengkapi dengan skala tinggi
·     Timbangan (0 - 5 ) kg dan ( 0 – 100 ) Kg
·     Alat pengukur, volume contoh berupa bak berukuran ( 1,0 m X 0,5 m X 1,0 m) yang
      dilengkapi dengan skala tinggi;
·     Perlengkapan berupa alat pemindah ( seperti sekop) dan sarung tangan

2.5    Pemilihan Sistem Pengelolaan Sampah terpadu 3R Berbasis Masyarakat

Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat terdiri dari dua alternatif
sesuai dengan lingkup pelayanannya yaitu :

·     Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga
·     Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Kawasan




                                                                                        19
SKALA RUMAH TANGGA
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga adalah
sistem pengelolaan sampah yang menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam
mengurangi sampah di sumbernya yaitu rumah tangga.


               KOMPOSTER    KOMPOS



                ORGANIK
                 BAHAN
                KOMPOS
                                                           KOMPOS

                ORGANIK
                 RESIDU
                                                          MATERI DAUR
                                                                          LAPAK
                                                            ULANG
    RUMAH                               GEROBAK/
                  B3                               TPST
    TANGGA                              MOTOR 3R

                                                            RESIDU        TPA
                  NON
                ORGANIK
                 RESIDU
                                                          PENANGANAN
                                                          B3 LANJUTAB
                  NON       KERAJINAN
                ORGANIK      TANGAN




                SAMPAH
                CAMPUR


             SKALA SUMBER                                 SKALA KAWASAN




Sistem ini memerlukan beberapa kriteria lokasi seperti berikut :

·     Masyarakat di wilayah pelayanan bersedia melakukan pengolahan sampahnya secara
      mandiri
·     Tidak ada lokasi yang memadai untuk pengolahan sampah secara terpusat
·     Dukungan dari tokoh masyarakat
·     Dukungan dari pemerintah lokal setempat




                                                                                       20
SKALA KAWASAN
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Skala Kawasan adalah sistem pengelolaan sampah
yang melakukan pengurangan sampah secara terpusat di lokasi tertentu.

               KOMPOSTER    KOMPOS



                ORGANIK
                 BAHAN
                KOMPOS
                                                           KOMPOS

                ORGANIK
                 RESIDU
                                                          MATERI DAUR
                                                                          LAPAK
                                                            ULANG
  RUMAH                                 GEROBAK/
                  B3                               TPST
  TANGGA                                MOTOR 3R

                                                            RESIDU        TPA
                  NON
                ORGANIK
                 RESIDU
                                                          PENANGANAN
                                                          B3 LANJUTAB
                  NON       KERAJINAN
                ORGANIK      TANGAN




                SAMPAH
                CAMPUR


             SKALA SUMBER                                 SKALA KAWASAN


Sistem ini memerlukan beberapa kriteria lokasi seperti berikut :
·    Ada lokasi untuk TPST (mendekati 1000 m2) untuk pengolahan sampah secara
     terpusat
·    Dukungan dari masyarakat sekitar lokasi
·    Dukungan tokoh masyarakat
·    Adanya Kelompok Kerja Masyarakat sebagai pengelola
·    Adanya pendanaan yang cukup
·    Dukungan dari pemerintah lokal setempat

Pada penerapannya, dapat dilakukan kombinasi antara kedua sistem tersebut sesuai
dengan kemauan masyarakat setempat.

2.6        Pemilihan Teknologi

Teknologi atau metoda yang berkaitan dengan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarkat sangat terkait erat dengan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis
masyarakat yang pada umumnya terdiri dari subsistem pewadahan, subsistem komposter
rumah tangga, subsistem pengumpulan, dan subsistem pengolahan sampah terpusat untuk
kawasan.
                                                                                      21
2.6.1   Teknologi Pewadahan

Subsistem pewadahan merupakan subsistem awal dalam sistem pengelolaan sampah
terpadu 3R berbasis masyarakat yang merupakan subsistem yang bersentuhan langsung
dengan masyarakat. Dalam pemilihan teknologi untuk peawadahan, maka ada beberapa
kriteria yang sebaiknya diikuti secara benar yaitu :

·   Volume pewadahan minimal dapat menampung
    sampah dari penghuni untuk jangka waktu minimal 3
    hari untuk sampah non organik dan 1 hari untuk
    sampah organik.
·   Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah
    untuk sampah organik, sehingga umur teknis dari
    pewadahan minimal dapat mencapai 6 bulan.
·   Pada metoda pewadahan terpilah sesuai prinsip 3R
    maka setiap wadah dapat menyimpan sesuai jenis
    sampah yang akan disimpan. Untuk itu pada
    perencanaan perlu dirujuk hasil penelitian lapangan
    komposisi sampah setempat.
·   Bahan wadah paling baik dapat diperoleh secara
    lokal.
·   Pada metoda pewadahan terpilah 3R, maka warna
    wadah sebaiknya spesifik untuk setiap jenis sampah.
·   Untuk menambah estetika yang lebih baik maka
    wadah dilengkapi dengan tutup.
·   Mudah dalam operasi pemasukan sampah maupun
    pengosongan sampah.
·   Mudah dalam perawatan.




                                                                                    22
Perencanaan penentuan wadah sampah di sumbernya dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut :

·   Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, maka diperoleh perkiraan timbulan
    sampah per orang per hari pada lokasi terpilih,
·   Dari penelitian sosial, diperoleh :
         Jumlah hunian rata-rata pada rumah tangga
         Kebiasaan masyarakat membuang sampah.
·   Untuk sampah campuran, volume wadah dihitung berdasarkan : (jumlah hunian rata-
    rata) x 3 liter/orang/hari x 3 hari.
·   Untuk program 3R, volume wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan
    dipilah sebagai berikut :
         Wadah sampah organik : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampah organik/
          orang/hari x 1 hari.
         Wadah sampah non organik : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampan non
          organik/orang/hari x 3 hari.
·   Pemilihan warna dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
         Warna gelap untuk sampah yang mudah membusuk
         Warna terang untuk sampah kering non organik (dapat lebih dari satu
          tergantung jenis sampah yang dipilah)
         Warna merah untuk bahan berbahaya dan beracun.

2.6.2   Teknologi Pengkomposan dengan Komposter

Dalam sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat maka pengolahan
sampah di rumah tangga merupakan salah satu kegiatan penting dalam daur ulang
sampah. Penggunaan komposter dalam proses pengkomposan sampah organik di rumah
tangga. Beberapa teknologi komposter rumah tangga yang sekarang ini banyak digunakan
antara lain :




                                                                                        23
Keranjang Tatakura




Drum komposter statis.   Drum komposter putar



Kriteria dalam pemilihan komposter rumah tangga adalah :
· Volume komposter minimal dapat menampung sampah organik dari dapur untuk
     jangka waktu minimal 40 hari.
· Satu rumah minimal menyediakan 2 (dua) unit komposter.
· Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah untuk sampah organik, sehingga
     umur teknis dari komposter minimal dapat mencapai 1 tahun.
· Terdapat lubang pengudaraan yang cukup
· Bahan pembuatan komposter paling baik dapat diperoleh secara lokal.
· Harus dilengkapi dengan tutup.
· Mudah dalam operasi pemasukan maupun pengosongan sampah.
· Mudah dalam perawatan.




                                                                                   24
Pada perencanaan pengkomposan sampah organik skala rumah tangga, maka dilakukan
beberapa tahapan antara lain :

    ·   Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, maka diperoleh perkiraan
        timbulan sampah per orang per hari pada lokasi terpilih, asumsi rata –rata 3 liter /
        orang/hari
    ·   Dari penelitian sosial, diperoleh :
         Jumlah hunian rata-rata pada rumah tangga
         Kebiasaan masyarakat membuang sampah.
    ·   Volume komposter sampah organik dari dapur dapat ditentukan melalui perkiraan
        sebagai berikut : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampah organik/orang/hari x
        40 hari x 0,2. Rata-rata volume komposter 50 liter, jika tingkat hunian lebih dari 5
        orang, maka dapat digunakan kelipatannya.
    ·   Diperlukan minimal dua komposter untuk setiap rumah tangga, dengan tata cara
        penggunaan, komposter yang sudah penuh perlu didiamkan selama sebulan lagi
        dan dipanen jika komposter satunya sudah penuh.

2.6.3   Teknologi Daur Ulang Sampah Non Organik Skala Rumah Tangga

Daur ulang sampah non organik untuk kertas dan plastik dapat dilakukan di rumah tangga.
Dari best practice yang dilakukan oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, daur
ulang sampah non organik kertas dan plastik biasanya untuk membuat barang seni seperti
kertas seni, tas plastik, hiasan plastik, dll.

Kriteria daur ulang sampah non organik :

    ·   Tidak berbahaya bagi kesehatan
    ·   Tidak menggunakan bahan kimia beracun
    ·   Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan
    ·   Mudah dilaksanakan




                                                                                               25
Secara umum, perencanaan kegiatan daur ulang sampah non-organik dapat dilaksanakan
berdasarkan beberapa hal dibawah ini, antara lain:

Sampah yang akan didaur ulang sebaiknya berupa bahan yang terdiri dari kertas, plastik,
karet/kulit dan logam. Bahan ini memiliki nilai ekonomi tinggi, namun dalam
pelaksanaannya memerlukan penanganan khusus (pemilahan sesuai jenis dan bahan
penyusunnya), merupakan bahan daur ulang kualitas baik, dan dipilah sejak dari
sumbernya

Pemasaran produk daur ulang, dapat dilaksanakan dengan cara menjalin kerjasama
dengan pihak lapak besar atau langsung dengan industri/organisasi pengguna bahan
tersebut (misal industri kertas daur ulang, industri pengolah logam, pengolah karet bekas,
dll)

Untuk limbah yang dikategorikan sebagai bahan B3, sebaiknya bahan ini hanya
dikumpulkan dalam wadah khusus yang tidak mudah bocor dan diberi label. Daur ulang
bahan B3 ini sebaiknya di koordinasikan dengan pihak pengumpul resmi yang memiliki ijin
atau dinas kebersihan kota/kabupaten.

2.6.4   Teknologi Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah merupakan subsistem setelah pewadahan. Pengumpulan sampah
dapat dilakukan langsung oleh kendaraan pengangkut sampah atau tidak langsung melalui
penggunaan gerobak atau motor sampah. Pada kasus sistem pengelolaan sampah terpadu
3R berbasis masyarakat maka pengumpulan dilakukan melalui penggunaan gerobak atau
motor sampah. Dalam perencanaan teknologi pengumpulan maka digunakan beberapa
kriteria sebagai berikut :




                                                                                             26
· Volume gerobak atau motor sampah 1 m3 sehingga satu unit pengumpul dapat melayani
  300 jiwa atau sekitar 60 kk untuk timbulan sampah 3 liter/orang/hari. Untuk timbulan
  yang berbeda (sesuai hasil penelitian lapangan) maka cakupan pelayanan satu unit
  pengumpul dapat diperkirakan sebagai berikut : 1000 liter/(timbulan sampah dlm liter/
  orang/hari).
· Kondisi topografi yang berbukit hanya dapat dilayani dengan motor sampah
· Kondisi topografi yang datar dapat menggunakan gerobak atau motor sampah.
· Pengumpulan sampah terpilah dapat dilakukan :
      Gerobak atau motor 3R yang tersekat sesuai jenis sampah yang terpilah digunakan
       sesuai hasil pemilahan
      Gerobak tanpa sekat digunakan dengan jadwal tertentu
· Mempunyai umur teknis minimal 1 tahun
· Menggunakan ban angin.

Perencanaan pengumpulan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat Menggunakan
beberapa tahapan sebagai berikut :
· Pendataan jumlah warga pada lokasi terpilih
· Penentuan jumlah gerobak atau motor 3R yang dibutuhkan dengan cara :
   ((jumlah warga) x jumlah timbulan sampah/orang/hari)/1000 liter/rit per hari.
· Pemilihan jenis pengumpul dilihat dari topografi lokasi
· Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat
· Penyusunan anggaran operasi pengumpulan yang terdiri dari :
   Biaya tetap :
       Pegawai
       Asuransi
       Pemeliharaan
   Biaya variabel :
       Bahan bakar
· Penyusunan jadwal pengumpulan




                                                                                          27
2.6.5   Teknologi Pengolahan Sampah Skala Kawasan

Teknologi pengolahan sampah terpadu skala kawasan yang disebut juga dengan Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Tempat pengolahan sampah terpadu berdasarkan
best practice yang ada biasanya terdiri dari proses pemilahan, pengkomposan dan proses
pengemasan bahan non organik untuk daur ulang. Dari TPST ini akan keluar produk berupa
kompos dan bahan lapak. Pada perencanaan teknologi pada TPST maka ada beberapa
kriteria antara lain :

·   Fasilitas TPST terdiri dari :
     Luas lahan yang paling baik mendekati 1.000 m2 untuk keperluan lahan
        pengkomposan, kantor pengendalian, dan gudang penyimpanan.
     Bangunan pelindung untuk :
         Areal pemilahan
         Areal pengkomposan
         Kantor pengendali
         Gudang penyimpanan
     Peralatan mesin pendukung :
         Pencacah organik
         Pengayak kompos
         Pencacah plastik
     Buffer Zone




                                                                                         28
·   Karakteristik proses pengkomposan :
     Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan open
        windrows mempunyai ukuran lebar 2 meter, tinggi 1,5 meter
        dan panjang minimal 2 meter (dapat lebih dari ini sesuai lahan
        yang ada).

       Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan
        metode caspary lebar 1 meter, panjang 1 meter, dan tinggi 1
        meter.

       Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan
        metode open bin : lebar 1 meter, panjang 2 meter, dan tinggi 1
        meter.



·   Data yang dibutuhkan :

       Jumlah warga yang terlayani
       jumlah sampah yang akan diolah di TPST.
       Tersedianya data komposisi sampah.




                                                                         29
Perencanaan teknologi pengolahan sampah skala kawasan dilakukan pada beberapa
tahapan :
· Penentuan wilayah/jumlah warga yang akan dilayani
· Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, dapat diperkirakan jumlah sampah
    yang harus diolah yang terdiri dari jumlah sampah organik dan sampah non organik.
· Bersama-sama warga menentukan metoda atau teknologi yang akan diterapkan, untuk
    pengkomposan sampah ada beberapa pilihan : teknologi open windrows, teknologi
    caspary dan open bin sesuai dengan tenaga dan biaya yang ada.
· Menentukan layout dari TPST dengan memperhatikan jumlah sampah organik yang
    akan dikomposkan, metode yang akan digunakan, dan bentuk lahan yang ada.
· Menentukan organisasi pengelola
· Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat
· Penyusunan anggaran operasi pengumpulan yang terdiri dari :
     Biaya tetap :
         Pegawai
         Asuransi
         Pemeliharaan
     Biaya variabel :
         Bahan bakar
         Listrik

2.7   Perancangan Model Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat

Untuk perancangan model pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat maka
akan digunakan asumsi pengelolaan satu kawasan dengan jumlah jiwa dikelola 1.000
orang atau setara dengan 200 rumah (1 rumah diperkirakan 5 penghuni).




                                                                                        30
2.7.1      Sistem Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga

Diagram alir pada sistem peneglolaan sampah skala rumah tangga adalah seperti Gambar
berikut :

Gambar 2.1. Diagram pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.


                KOMPOSTER    KOMPOS



                 ORGANIK
                  BAHAN
                 KOMPOS
                                                              KOMPOS

                 ORGANIK
                  RESIDU
                                                             MATERI DAUR
                                                                            LAPAK
                                                               ULANG
  RUMAH                                  GEROBAK/
                   B3                               TPST
  TANGGA                                 MOTOR 3R

                                                               RESIDU       TPA
                   NON
                 ORGANIK
                  RESIDU
                                                             PENANGANAN
                                                             B3 LANJUTAB
                   NON       KERAJINAN
                 ORGANIK      TANGAN




                 SAMPAH
                 CAMPUR


              SKALA SUMBER                                  SKALA KAWASAN




                                                                                       31
Modul 3R-1000 skala rumah tangga mempunyai karakteristik sebagai berikut :


·   Melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 kk
·   Tidak mempunyai lahan kosong.
·   Dengan asumsi timbulan sampah 3 liter/orang/hari maka jumlah sampah yang diolah
    adalah 3.000 liter per hari atau 3 m3/hari
·   Dengan asumsi komposisi organik 60 % (nilai ini dapat berubah sesuai hasil penelitian
    timbulan dan komposisi setempat) maka berdasarkan pengalaman best practice, hanya
    40 % dapat dikomposkan, sisanya 20 % berupa residu organik.
·   Dengan mempertimbangkan lama proses pengkomposan 40 hari dan penyusutan
    karena lapuk dan penguapan, maka volume komposter yang digunakan per rumah
    tangga dengan 5 jiwa/rumah tangga adalah 50 liter.
·   Jumlah komposter per rumah tangga 2 unit sehingga modul 3R-1000 rumah tangga
    membutuhkan 400 unit komposter.
·   Gerobak/motor 3R yang dibutuhkan 2 unit.




                                                                                            32
Spesifikasi dari pewadahan sampah non organik adalah sebagai berikut :

    ·   Volume wadah 50 liter
    ·   Bahan terbuat dari bahan tahan air
    ·   Dilengkapi tutup
    ·   Warna terang

Spesifiaksi komposter :

    ·   Volume 50 liter
    ·   Berlubang pada dinding dan dasar
    ·   Dilengkapi tutup
    ·   Bahan komposter terbuat dari bahan tahan air

Spesifikasi gerobak:

    ·   Volume bak 1 m3
    ·   Terbuat dari bahan tahan air
    ·   Menggunakan ban angin
    ·   Lebar maksimal 1 meter
    ·   Mudah dalam mengoperasikan

Spesifikasi motor 3R :

    ·   Volume bak 1,2—1 ,5 m3
    ·   Terbuat dari bahan tahan air
    ·   Menggunakan ban angin
    ·   Mudah dalam mengoperasikan




                                                                         33
Motor Sampah




        Gerobak Sampah untuk Sampah Terpilah
Gerobak Sampah untuk Sampah Terpilah




Gerobak Sampah Tercampur




                                               34
2.7.2       Modul Pengelolaan sampah Terpadu 3R berbasis masyarakat skala
            kawasan 200 KK

Diagram alir pada sistem pengelolaan sampah skala kawasan di TPST adalah seperti pada
Gambar 2.2. Diagram alir ini dengan asumsi tidak ada pemilahan di rumah tangga.

Gambar 2.2. Diagram Alir Sistem Pengelolaan Sampah Skala Kawasan



                KOMPOSTER    KOMPOS



                 ORGANIK
                  BAHAN
                 KOMPOS
                                                               KOMPOS

                 ORGANIK
                  RESIDU
                                                              MATERI DAUR
                                                                              LAPAK
                                                                ULANG
   RUMAH                                 GEROBAK/
                   B3                               TPST
   TANGGA                                MOTOR 3R

                                                                RESIDU        TPA
                   NON
                 ORGANIK
                  RESIDU
                                                              PENANGANAN
                                                              B3 LANJUTAB
                   NON       KERAJINAN
                 ORGANIK      TANGAN




                 SAMPAH
                 CAMPUR


              SKALA SUMBER                                    SKALA KAWASAN




                                                                                        35
Modul 200 KK mempunyai karakteristik sebagai berikut :


·    Mampu melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 kk
·    Mempunyai lahan kosong
·    Diasumsikan 50 % warga bersedia mengkomposkan.
·    Dengan asumsi timbulan sampah 3 liter/orang/hari maka jumlah sampah yang
     diolah adalah 3.000 liter per hari atau 3 m3/hari
·    Dengan asumsi komposisi organik 60 % (nilai ini dapat berubah sesuai hasil
     penelitian timbulan dan komposisi setempat) maka berdasarkan pengalaman best
     practice, hanya 40 % dapat dikomposkan, sisanya 20 % berupa residu organik.
·    Dengan mempertimbangkan lama proses pengkomposan 40 hari dan penyusutan
     karena lapuk dan penguapan, maka volume komposter yang digunakan per rumah
     tangga dengan 5 jiwa/rumah tangga adalah 50 liter.
·    Jumlah komposter per rumah tangga 2 unit sehingga modul 3R-1000 rumah tangga
     membutuhkan 200 unit komposter.
·    Gerobak/motor 3R yang dibutuhkan 3 unit.
·    TPST dengan karakteristik :
         Luas lahan keseluruhan 200 m2
         Terdapat fasilitas pemilahan, pengkomposan dan penangan barang daur ulang.
         Lahan pengkomposan 100 m2 dengan 8 tumpukan.
·    Sampah non organik dikemas di TPST dan dikirim ke lapak.




                                                                                       36
Spesifikasi TPST :

      ·    Kapasitas 3 m3 per hari
      ·    Melayani 200 kk atau 1000 jiwa
      ·    Metode pengkomposan open windrows dengan ukuran lebar 1,5 meter, panjang 2
           meter, tinggi 1,5 meter
      ·    Pemilahan dilakukan manual tanpa ban berjalan
      ·    Alat pengemas bahan non organik manual.
      ·    Pembalikkan tumpukan dilakukan secara manual.
      ·    Jumlah tumpukan (open windrows) 14 unit.
      ·    Hasil kompos 1,2 ton per hari.
      ·    Waktu panen 40 hari.
      ·    Mesin pendukung :
                Alat pengayak kompos
                Alat pencacah organik



2.8       Perencanaan Peneglolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat

Pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat mencakup pengorganisasian,
pembiayaan, dan pengoperasian TPST.




                                                                                        37
2.8.1   Kelembagaan.

Pengorganisasian pengelolaan TPST sesuai aliran proses pengolahan sampah. Struktur
organisasi TPST adalah sebagai berikut :



                                    KEPALA TPST



                   SEKRETARIS                        BENDAHARA




                                                                       SEKSI
        SEKSI           SEKSI          SEKSI          SEKSI
                                                                    PEMASARAN/
        DIKLAT       DAUR ULANG      PEMILAHAN    PENGKOMPOSAN
                                                                   PEMANFAATAN




SDM yang diperlukan untuk seluruh kerja TPST diperkirakan 5 orang untuk pekerja
lapangan, 1 orang untuk bendahara merangkap sekretaris, dan satu kepala unit,.




                                                                                     38
2.8.2   Pengoperasian TPST

Pengoperasian TPST dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

·   Pemilahan sampah :
     Pembongkaran sampah dari gerobak/motor sampah
     Penyebaran sampah dipelataran pemilahan
     Pemilahan sampah organik dan non organik secara manual
     Pemilahan sampah non organik berdasar komponen

·   Pengkomposan :
     Penyusunan tumpukan sampah organik pada lajur yang ditentukan
     Pembalikan tumpukan satu kali seminggu
     Penyiraman dan pengukuran suhu tumpukan
     Pematangan kompos
     Pengeringan
     Pengayakan
     Pengemasan

·   Daur ulang non organik
     Pemilahan komponen non organik sesuai permintaan lapak
     Pengemasan per komponen non organik terpilah
     Pengiriman bahan lapak.




                                                                      39
2.8.3   Pembiayaan

Pembiayaan TPST terdiri dari biaya investasi, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap
dan biaya variabel.

Biaya Investasi.

Biaya investasi sebenarnya harus mengikuti harga satuan setempat. Untuk perkiraan maka
digunakan pengalaman dari Best Practice yaitu berkisar antara Rp. 100 juta – 250 juta per
ton kapasitas.

Biaya Operasi

Biaya operasi TPST yang terdiri dari :
·     Biaya tetap :
       Pegawai yang besarnya sesuai dengan Upah Minimum Regional setempat.
       Asuransi yang berkisar 10 % dari biaya pegawai.
       Pemeliharaan :
                Bangunan sekitar 1 % dari investasi bangunan per tahun
                Listrik sekitar 1,5 % dari investasi listrik per tahun
                Mesin 3 % dari nilai investasi mesin per tahun.
·     Biaya variabel :
       Bahan bakar
       Listrik




                                                                                                40
2.8.4   Pengaturan

Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman,
diperlukan beberapa surat keputusan untuk mengatur kelancaran operasi dari sistem yaitu :


·   Surat keputusan mengenai pembentukkan organisasi pengelola (Kelompok Swadaya
    Masyarakat yang dikeluarkan oleh institusi terkait (RW/Lurah/Camat)
·   Surat Keputusan mengenai tata tertib kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah
    oleh institusi terkait (RW/Lurah/Camat)
·   Surat Keputusan mengenai iuran pengelolaan sampah oleh institusi terkait (RW/Lurah/
    Camat)




                                                                                            41
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013
Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013
Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013
Muhammmad AlKholif
 

Mais procurados (20)

Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3RPersyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
Persyaratan Teknis Penyediaan TPS dan TPS-3R
 
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
Proses Penyusunan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan (bagian 1/3)
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Cubluk Kembar - Perencanaan T...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Cubluk Kembar - Perencanaan T...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Cubluk Kembar - Perencanaan T...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Cubluk Kembar - Perencanaan T...
 
Pengelolaan sampah rumah tangga
Pengelolaan sampah rumah tanggaPengelolaan sampah rumah tangga
Pengelolaan sampah rumah tangga
 
Tempat pembuangan akhir sampah
Tempat pembuangan akhir sampahTempat pembuangan akhir sampah
Tempat pembuangan akhir sampah
 
Pemilahan dan Pemanfaatan Sampah di Lingkungan Rumah
Pemilahan dan Pemanfaatan Sampah di Lingkungan RumahPemilahan dan Pemanfaatan Sampah di Lingkungan Rumah
Pemilahan dan Pemanfaatan Sampah di Lingkungan Rumah
 
Kebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Kebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah TanggaKebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Kebijakan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
 
Sistem pengelolaan persampahan
Sistem pengelolaan persampahanSistem pengelolaan persampahan
Sistem pengelolaan persampahan
 
Peraturan dan Standar Pengelolaan Persampahan (2/4)
Peraturan dan Standar Pengelolaan Persampahan (2/4)Peraturan dan Standar Pengelolaan Persampahan (2/4)
Peraturan dan Standar Pengelolaan Persampahan (2/4)
 
Isu, permasalahan dan tantangan pengelolaan persampahan
Isu, permasalahan dan tantangan pengelolaan persampahanIsu, permasalahan dan tantangan pengelolaan persampahan
Isu, permasalahan dan tantangan pengelolaan persampahan
 
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah
 
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
 
Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan
Penyelenggaraan Pengelolaan PersampahanPenyelenggaraan Pengelolaan Persampahan
Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan
 
Definisi dan Istilah dalam Penanganan Sampah
Definisi dan Istilah dalam Penanganan SampahDefinisi dan Istilah dalam Penanganan Sampah
Definisi dan Istilah dalam Penanganan Sampah
 
Pengolahan Sampah
Pengolahan SampahPengolahan Sampah
Pengolahan Sampah
 
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah PermukimanPola Penanganan Air Limbah Permukiman
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman
 
Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013
Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013
Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013
 
Dasar-dasar Sanitasi Permukiman
Dasar-dasar Sanitasi PermukimanDasar-dasar Sanitasi Permukiman
Dasar-dasar Sanitasi Permukiman
 
Pembangunan Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Skala Komunal, > 50 KK)
Pembangunan Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Skala Komunal, > 50 KK)Pembangunan Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Skala Komunal, > 50 KK)
Pembangunan Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Skala Komunal, > 50 KK)
 

Semelhante a Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman

Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01
Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01
Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01
Samson Supeno
 
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah komprehensif menuju zero waste
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah komprehensif menuju zero wastePeran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah komprehensif menuju zero waste
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah komprehensif menuju zero waste
azizah affandy
 
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahJakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Freddy Sebastian
 
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahJakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Freddy Sebastian
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
fathad
 

Semelhante a Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman (20)

Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01
Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01
Bukupedomanfull 121227201851-phpapp01
 
Pedoman umum 3R permukiman
Pedoman umum 3R permukimanPedoman umum 3R permukiman
Pedoman umum 3R permukiman
 
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah komprehensif menuju zero waste
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah komprehensif menuju zero wastePeran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah komprehensif menuju zero waste
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah komprehensif menuju zero waste
 
213-361-1-SM(1).pdf
213-361-1-SM(1).pdf213-361-1-SM(1).pdf
213-361-1-SM(1).pdf
 
Kelompok 2 jurnal
Kelompok 2 jurnalKelompok 2 jurnal
Kelompok 2 jurnal
 
Materi 1 Konsep Dasar STBM KA NIA.pptx
Materi 1 Konsep Dasar STBM KA NIA.pptxMateri 1 Konsep Dasar STBM KA NIA.pptx
Materi 1 Konsep Dasar STBM KA NIA.pptx
 
02 penyusunan ranperda sampah - fa 150416
02 penyusunan ranperda sampah - fa 15041602 penyusunan ranperda sampah - fa 150416
02 penyusunan ranperda sampah - fa 150416
 
02 penyusunan ranperda sampah - fa 150416
02 penyusunan ranperda sampah - fa 15041602 penyusunan ranperda sampah - fa 150416
02 penyusunan ranperda sampah - fa 150416
 
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan.
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan.Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan.
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Saatnya Masyarakat Berkawan.
 
Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan di Berbagai Wilayah di Indonesia
Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan di Berbagai Wilayah di IndonesiaKisah Sukses Pengelolaan Persampahan di Berbagai Wilayah di Indonesia
Kisah Sukses Pengelolaan Persampahan di Berbagai Wilayah di Indonesia
 
Paparan Jcc180609
Paparan Jcc180609Paparan Jcc180609
Paparan Jcc180609
 
Pengelolaan Sampah di Kota Surabaya oleh Alya Anggraini E. & Fathimah Qonita ...
Pengelolaan Sampah di Kota Surabaya oleh Alya Anggraini E. & Fathimah Qonita ...Pengelolaan Sampah di Kota Surabaya oleh Alya Anggraini E. & Fathimah Qonita ...
Pengelolaan Sampah di Kota Surabaya oleh Alya Anggraini E. & Fathimah Qonita ...
 
Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah
Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank SampahProses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah
Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah
 
MODUL P5 - Gaya Hidup Berkelanjutan.pptx
MODUL P5 - Gaya Hidup Berkelanjutan.pptxMODUL P5 - Gaya Hidup Berkelanjutan.pptx
MODUL P5 - Gaya Hidup Berkelanjutan.pptx
 
Teknis konstruksi sistem pengelolaan persampahan
Teknis konstruksi sistem pengelolaan persampahanTeknis konstruksi sistem pengelolaan persampahan
Teknis konstruksi sistem pengelolaan persampahan
 
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahJakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampah
 
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahJakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampah
 
Jakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampahJakarta kewalahan mengelola sampah
Jakarta kewalahan mengelola sampah
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Pedoman Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) 2014
Pedoman Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) 2014Pedoman Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) 2014
Pedoman Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) 2014
 

Mais de Oswar Mungkasa

Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Oswar Mungkasa
 

Mais de Oswar Mungkasa (20)

Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganUrun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan Pangan
 
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
 
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcyclingSudah saatnya mempopulerkan upcycling
Sudah saatnya mempopulerkan upcycling
 
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...
 
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAFakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERA
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama Pedoman kepemimpinan bersama
Pedoman kepemimpinan bersama
 
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentinganMemudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
Memudahkan upaya kolaborasi beragam pemangku kepentingan
 
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
Bekerja jarak jauh (telecommuting/Working from home/WFH). Konsep-Penerapan-Pe...
 
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...
 
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaranBekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
Bekerja jarak jauh (telecommuting). Konsep, penerapan dan pembelajaran
 
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksana Tugas Deputi Gubernur DKI Jakarta bid...
 
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
Laporan. Pelaksanaan Kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Rua...
 
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaPresentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
Presentation. Collaboration Towards A Resilient Jakarta
 
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiPengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasi
 
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
 

Buku pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman

  • 1. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BUKU PEDOMAN 3R Berbasis Masyarakat Di Kawasan Permukiman
  • 2. Kata Pengantar Amanat UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan PP no.16 /2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum untuk melaksanakan program perlin- dungan air baku telah ditindak lanjuti dengan suatu rumusan kebijakan nasional dalam pengembangan pengelolaan persampahan di Indonesia (Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Persamapahan). Untuk mengatasi berbagai permasalahan persampahan berkaitan dengan keterbatasan lahan TPA (Tempat Pemrosesan akhir) dan buruknya kinerja TPA diberbagai kota di Indonesia serta adanya potensi sampah diberbagai sumber daya, implementasi Ke- bijakan Pertama (Pengurangan Sampah Sejak Dari sumbernya) perlu segera dilakukan secara memadai. Pelaksanaan stimulant Program 3R Berbasis Masyarakat merupakan dukungan nyata dari Pemerintah (cq. Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum) untuk memban- tu Pemerintah Kabupaten/Kota dalam meningkatkan kesadaran masyarakat melalui gerakan pengurangan dan pemanfaatan sampah yang ditargetkan sebesar 20% pada tahun 2010. Peran masyarakat menjadi sangat penting dalam pola-pola berbasis masyarakat, baik masyarakat sebagai penghasil sampah maupun sebagai actor pengel- ola sampah. Penyusunan buku “Pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman” ini merupakan upaya untuk memberikan informasi dan panduan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat kepada stakeholders terkait. Buku Pedoman ini disusun berdasarkan hasil evaluasi best practice yang ada dilapangan dari berbagai kota di Indonesia, dan terdiri dari beberapa buku, yaitu:  Buku I : Pedoman Umum 3R  Buku II : Pedoman Perencanaan 3R  Buku III : Pedoman Pelaksanaan 3R  Buku IV : Pedoman Monitoring dan Evalusai 3R Akhirnya kami mengharapkan dukungan semua pihak dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat Nya bagi sukses program 3R Jakarta, Februari 2008 Direktur Jenderal Cipta Karya Ir. Budi Yuwono.
  • 3. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BUKU I Pedoman Umum 3 R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
  • 4. DAFTAR ISI BUKU I : PEDOMAN UMUM 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.3 SASARAN 1.4 PENGERTIAN 2. PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT 2.1 PENDEKATAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT 2.2 PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN 2.2.1 KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH 3R SKALA RUMAH TANGGA 2.2.2 KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH 3R SKALA KAWASAN 2.3 PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN 2.4 ASPEK KEBERLANJUTAN PROGRAM 2.5 PEMBIAYAAN DAN INSENTIF 2.6 DUKUNGAN PERATURAN 3. PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN 4. KESIMPULAN DAN PENUTUP 4.1 KESIMPULAN 4.2 PENUTUP
  • 5. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mengacu pada Permen PU No. 21/PRT/M/2006 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Pengelolaan Persampahan terutama yang berkaitan dengan kebijakan pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R serta sasaran yang harus dicapai pada tahun 2010 sebesar 20%, pada dasarnya merupakan tugas berat bagi semua pihak dalam mewujudkan upaya tersebut, mengingat kondisi yang ada saat ini, baru sekitar kurang dari 3% sampah yang dapat dikurangi atau dimanfaatkan. Namun demikian dengan berbagai gerakan yang ada di tingkat masyarakat baik melalui peranan tokoh masyarakat, LSM ataupun pemerintah kota/ kabupaten, telah banyak praktek-praktek unggulan (best practise) 3R yang cukup sukses dan dapat direplikasikan di tempat lain, sehingga target pengurangan 20% bukan mustahil akan dapat dicapai. Pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan paradigma baru dalam pengelolaan sampah. Paradigma baru tersebut lebih ditekankan kepada metoda pengurangan sampah yang lebih arif dan ramah lingkungan. Metoda tersebut lebih menekankan kepada tingkat perilaku konsumtif dari masyarakat serta kesadaran terhadap kerusakan lingkungan akibat bahan tidak terpakai lagi yang berbentuk sampah. Pengurangan sampah dengan metoda 3R berbasis masyarakat lebih menekankan kepada cara pengurangan sampah yang dibuang oleh individu, rumah, atau kawasan seperti RT ataupun RW. Dari pendekatan tersebut, maka didalam pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat ada dua kegiatan yang harus dilakukan secara sinergi dan berkesinambungan. 2
  • 6. Dua kegiatan tersebut adalah (1) proses pengelolaan aliran sampah dari mulai akan dikeluarkan oleh masyarakat dan (2) proses pemahaman masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan metoda 3R. Pengurangan sampah dengan program 3R dan replikasi best practise memang bukan hal mudah untuk dilakukan karena akan sangat bergantung pada kemauan masyarakat dalam merubah perilaku, yaitu dari pola pembuangan sampah konvensional menjadi pola pemilah sampah. Untuk itu diperlukan berbagai upaya baik langsung maupun tidak langsung, seperti antara lain:  Percontohan program 3R  Penyuluhan  Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat  Pendidikan Sejak Pelita V, Departemen Pekerjaan Umum telah memberikan percontohan program 3R skala kawasan yang disebut UDPK (Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos) dan lebih diintensifkan sejak TA 2007 yaitu dengan menerapkan program pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat melalui metode 3R ini di 25 provinsi (44 kota/ kabupaten). Hasil evaluasi terhadap pendekatan yang pernah dilakukan dengan metode UDPK, dianggap kurang berhasil karena masih bersifat orientasi proyek. Sedangkan pendekatan 3R yang baru adalah menggunakan pendekatan partisipatif, pemberdayaan dan pendampingan terhadap masyarakat yang cukup intens sehingga diharapkan dapat lebih berhasil. Selanjutnya, kegiatan pengurangan sampah sejak dari sumbernya akan dilakukan dengan mengedepankan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat secara lebih memadai dan diharapkan dapat menjadi gerakan moral nasional. 3
  • 7. Dalam rangka memudahkan berbagai pihak untuk melaksanakan program pengurangan sampah tersebut, disusunlah suatu Pedoman Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat (3R) untuk skala rumah tangga dan skala kawasan 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari diterbitkannya Buku I Pedoman Umum dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah membantu para pelaksana di lapangan yang akan melakukan kegiatan pengurangan sampah sejak dari sumbernya untuk memahami pola pendekatan berbasis masyarakat Sedangkan tujuan dari diterbitkannya Buku I Pedoman Umum dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah:  Memberikan penjelasan secara mendalam mengenali rencana pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat  Meningkatkan upaya pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan metode yang praktis dan telah dilaksanakan dalam best practise 1.3 SASARAN Sasaran yang ingin dicapai dalam pedoman ini adalah tersedianya panduan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di Kawasan Permukiman/ Perumahan. 4
  • 8. 1.4 PENGERTIAN Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Sampah Organik, yaitu memiliki sifat mudah terurai secara alami contohnya : daun, sayuran, dan buah serta sampah sisa makanan. Sampah non-organik, yaitu sampah yang sulit dan tidak bisa terurai secara alami meli- puti: plastik, kaca, besi, sebagian jenis kertas dan lainnya. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasinya, dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus. Sumber Sampah adalah tempat awal/pertama dimana sampah timbul Penghasil sampah adalah setiap orang yang menghasilkan timbulan sampah. Penanganan Sampah 3R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (Mendaur ulang) sampah mulai dari sumbernya. Pengomposan adalah proses pengolahan sampah menjadi kompos Pemberdayaan, Upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mendi- rikan masyarakat melalui perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki atas da- sar prakarsa dan kreativitas Persampahan, yang dimaksud dalam pedoman ini adalah Pengelolaan persampahan Pembiayaan sampah adalah dana yang diperuntukkan bagi pengelolaan sampah. 5
  • 9. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan, pengumpulan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman. Timbulan Sampah adalah jumlah sampah yang dihasilkan perorang perhari dalam satu- an volume maupun berat Reduce adalah upaya mengurangi volume sampah Reuse adalah upaya menggunakan kembali sampah tanpa perubahan bentuk untuk kegiatan lain yang bermanfaat. Recycle adalah upaya mendaur ulang sampah menjadi benda lain yang bermanfaat RKM (Rencana Kerja Masyarakat), Suatu rencana yang dibuat oleh masyarakat sebagai anggota Tim Kerja Masyarakat (TKM) bersama pengurus TKM sebagai wadah untuk menampung aspirasi dari masyarakat desa / kampung atas kegiatan 3R Evaluasi, Kegiatan untuk menilai, memperbaiki dan meningkatkan seberapa jauh sebuah program kegiatan dapat berjalan secara efektif, efisien dan optimal seperti yang telah dirumuskan bersama atau direncanakan Fasilitator, Adalah “ Pelaku yang membantu, mendorong dan mengarahkan kegiatan dilapangan”, dengan menggunakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam panduan sehingga dapat membantu kelompok yang bekerjasama. 6
  • 10. Jasa pengelolaan sampah adalah pelayanan pengelolaan sampah yang diberikan kepada masyarakat oleh pemerintah daerah. Komposter adalah alat untuk mengolah sampah organik menjadi kompos Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Forum musyawarah, tempat masyarakat menyampaikan aspirasi Operasi dan Pemeliharaan (O&P), Adalah upaya pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana dan sarana secara optimal oleh masyarakat pengguna dengan pembinaan pemerintah daerah secara berkesinambungan. Organisasi persampahan adalah kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya meliputi bidang pengelolaan sampah. 7
  • 11. BAB II PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3 R BERBASIS MASYARAKAT 2.1 PENDEKATAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi disemua tingkatan dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimisasi limbah dengan mendorong barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi secara biologi (biodegradable), dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan. Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut aspek teknis semata, namun jauh lebih penting menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan Prinsip pertama Reduce adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan mencegah timbulan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga Recycle adalah kegiatan mengelola sampah untuk dijadikan produk baru. Untuk mewujudkan konsep 3R diatas, salah satu cara penerapannya adalah melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, yang diarahkan kepada daur- ulang sampah (recycle). Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah sejak dari sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan industri seperti plastik, kertas, logam, gelas, dan lain-lain. 8
  • 12. Sesuai dengan Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, diperlukan suatu perubahan paradigma yang lebih mengedepankan proses pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, yaitu dengan melakukan upaya pengurangan dan pemanfaatan sampah sebelum akhirnya sampah dibuang ke TPA (target 20% pada tahun 2010). Reduce (R1) Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/ efisien dan sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut. Reuse (R2) Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali botol bekas “minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain. Recycle (R3) Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lain- lain. 9
  • 13. 2.2 PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PER- MUKIMAN Untuk menerapkan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di kawa- san permukiman, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :  Komposisi dan karakteristik sampah, untuk memperkirakan jumlah sampah yang dapat dikurangi dan dimanfaatkan  Karakteristik lokasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, untuk mengidentifikasi sumber sampah dan pola penanganan sampah 3R yang sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat  Metode penanganan sampah 3R, untuk mendapatkan formula teknis dan prasarana dan sarana 3R yang tepat dengan kondisi masyarakat setempat.  Proses pemberdayaan masyarakat, untuk menyiapkan masyarakat dalam perubahan pola penanganan sampah dari proses konvensional ”kumpul- angkut-buang” menjadi pola 3R. Misalnya: penghijauan dulu kebersihan buang sampah di tempatnya  pemilahan daur ulang.  Uji coba pengelolaan, sebagai ajang pelatihan bagi masyarakat dalam melaksanakan berbagai metode 3R.  Keberlanjutan pengelolaan, untuk menjamin kesinambungan proses pengelolaan sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri. 10
  • 14. Minimisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai kebutuhan, memilih bahan yang mengandung sedikit sampah, dsb  Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan menggunakan kembali sampah sesuai fungsinya seperti halnya pada penggunaan botol minuman atau kemasan lainnya.  Upaya mendaur ulang sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah menurut jenisnya baik yang memiliki nilai ekonomi sebagai material daur ulang (kertas, plastik, gelas/ logam, dll) maupun sampah B3 Rumah tangga yang memerlukan penanganan khusus (baterai, lampu neon, kaleng sisa insek- tisida dll) dan sampah kemasan (bungkus mie instan, plastik kemasan minyak, dll)  Pengomposan sampah diharapkan dapat diterapkan di sumber (rumah tangga, kantor, sekolah, dll) yang akan secara signifikan megurangi sam- pah pada tahap berikutnya. 11
  • 15. 2.2.1. Konsepsi Penanganan Sampah 3R Skala Rumah Tangga  Penanganan sampah hendaknya tidak lagi hanya bertumpu pada aktivitas pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah.  Penanganan sampah skala rumah tangga diharapkan dapat menerapkan upaya minimisasi yaitu dengan cara mengurangi, memanfaatkan kembali , dan mendaur ulang sampah yang dihasilkan. KOMPOSTER KOMPOS ORGANIK BAHAN KOMPOS KOMPOS ORGANIK RESIDU MATERI DAUR LAPAK ULANG RUMAH GEROBAK/ B3 TPST TANGGA MOTOR 3R RESIDU TPA NON ORGANIK RESIDU PENANGANAN B3 LANJUTAB NON KERAJINAN ORGANIK TANGAN SAMPAH CAMPUR SKALA SUMBER SKALA KAWASAN Gambar 1. Penanganan Sampah 3R di Sumber 12
  • 16. 1). Skenario Pemilahan Sampah Non Organik Skenario pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman perlu dilakukan, yaitu dengan cara memisahkan sampah kertas, plastik dan logam/kaca di masing-masing sumber dengan cara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat, misal menggunakan kantong plastik besar atau karung kecil. Khusus untuk sampah B3 rumah tangga, diperlukan wadah khusus yang pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan Hasil pemilahan sampah di sumber pada umumnya mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan apabila pemilahan sampah dilakukan di TPA. 13
  • 17. 2). Skenario Pengolahan Sampah Organik (Pembuatan Kompos) Dibedakan antara sampah organik dari kebun (daun-daunan) dan sampah organik dari dapur (nasi, daging, dst.)  Skenario pembuatan kompos secara individu disumber harus dilakukan dengan cara sederhana dan dapat mengacu pada best practice yang telah ada, misal seperti yang dilakukan di Sukunan Sleman DIY , Surabaya atau wilayah lainnya.  Pembuatan kompos di sumber dapat dilakukan misalnya di Banjarsari dan di Rawajati dengan metode lubang (hanya dapat dilakukan untuk daerah yang tingkat kepadatan penduduknya masih rendah), Gentong, Bin Takakura atau metode lain sebagai “composter”.  Dengan “composter gentong” (alasnya dilubangi dan diisi kerikil serta sekam), merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat dimasukkan dalam gentong).  Dengan Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas karton, sekam padi dan kompos matang), memerlukan sedikit kesabaran karena dibutuhkan sampah organik terseleksi dan pencacahan untuk mempercepat proses pematangan kompos. Composter Takakura dapat tempatkan di dalam rumah (tidak menimbulkan bau)  Produk kompos dapat digunakan untuk program penghijauan dan penanaman bibit 14
  • 18. 3). Skenario Daur Ulang Daur ulang di sumber dilakukan mulai dengan melakukan pemilahan sampah, sebaiknya dilakukan dengan cara yang sederhana agar mudah dilakukan oleh masyarakat. Pemilahan sampah dapat dimulai dengan memisahkan sampah menjadi sampah basah (organik) dan sampah kering (non organik) atau langsung menjadi beberapa jenis (sampah organik, kertas, plastik, kaleng, sampah B3 rumah tangga). 2.2.2. Konsepsi Penanganan Sampah 3R Skala Kawasan KOMPOSTER KOMPOS ORGANIK BAHAN KOMPOS KOMPOS ORGANIK RESIDU MATERI DAUR LAPAK ULANG RUMAH GEROBAK/ B3 TPST TANGGA MOTOR 3R RESIDU TPA NON ORGANIK RESIDU PENANGANAN B3 LANJUTAB NON KERAJINAN ORGANIK TANGAN SAMPAH CAMPUR SKALA SUMBER SKALA KAWASAN Gambar 2. Metode Operasional Penanganan Sampah Skala Kawasan 15
  • 19. 1). Landasan Operasional Pengelolaan Sampah Skala Kawasan  Perlu dibedakan tipe kawasan seperti kawasan komplek perumahan baru (cakupan pelayanan 1000 – 2000 unit rumah), kawasan perumahan teratur/ non komplek (cakupan pelayanan 1 RW) dan kawasan perumahan tidak teratur/kumuh atau perumahan di bantaran sungai  Diperlukan keterlibatan aktif masyarakat dalam upaya pengurangan volume sampah.  Diperlukan keterpaduan operasional pengelolaan sampah mulai dari sumber, pihak penerima bahan daur ulang (lapak) dan pengangkutan residu ke TPA  Diperlukan area kerja pengelolaan sampah terpadu skala kawasan yang disebut TPST (tempat pengolahan sampah terpadu)  Kegiatan pengelolaan sampah di TPST meliputi pemilahan sampah, pembuatan kompos, pengepakan bahan daur ulang, dll  Pemisahan sampah di TPST dilakukan untuk beberapa jenis sampah seperti sampah B3 Rumah tangga (selanjutnya akan dikelola sesuai dengan ketentuan), sampah kertas, plastik, logam/kaca (akan digunakan sebagai bahan daur ulang) dan sampah organik (akan digunakan sebagai bahan baku kompos)  Pembuatan kompos di TPST dilakukan dengan metode Open Windrow  Incinerator skala kecil tidak direkomendasikan karena incinerator kecil hanya direkomendasikan untuk sampah rumah sakit dan sampah khusus. 16
  • 20. 2). Metode Operasional Pengelolaan Sampah Skala Kawasan Pengumpulan Sampah  Metode pengumpulan sampah dapat dilakukan secara individ- ual (door to door) maupun komunal (masyarakat membawa sendiri sampahnya ke Wadah / Bin Komunal yang sudah diten- tukan)  Peralatan pengumpulan sampah di kawasan perumahan baru (cakupan luas dan jalan lebar) dapat dilakukan dengan menggunakan motor sampah (kapasitas 1,2 m 3), sedangkan untuk kawasan perumahan non komplek dan perumahan kumuh/bantaran sungai cukup dilakukan dengan menggunakan gerobak (1 m3).  Jadual pengumpulan sampah non organik terpilah seperti kertas, plastik, logam/ kaca dapat dilakukan seminggu sekali, sedangkan untuk sampah yang masih tercampur harus dilakukan minimal seminggu 2 kali.  Motor/Gerobak sampah yang mengumpulkan sampah terpilah dapat dimodifikasi dengan sekat atau dilengkapi karung-karung besar (3 unit atau sesuai dengan jenis sampah). 17
  • 21. 3) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Skala Kawasan a. Lokasi  Luas TPST bervariasi, tergantung kapasitas pelayanan dan tipe kawasan. Untuk kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah) diperlukan TPST dengan luas 1000 m². Sedangkan untuk cakupan pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPST dengan luas 200 – 500 m²  TPST dengan luas 1000 m² dapat menampung sampah dengan atau tanpa proses pemilahan sampah di sumber.  TPST dengan luas < 500 m² hanya dapat menampung sampah dalam keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50 %.  TPST dengan luas < 200 m² sebaiknya hanya menampung sampah tercampur 20 %, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80 %. b. Fasilitas TPST  Fasilitas TPST meliputi wadah komunal, areal pemilahan dan areal composting dan juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang lain seperti saluran drainase, air bersih, listrik, barier (pagar tanaman hidup) dan gudang penyimpan bahan daur ulang maupun produk kompos serta biodigester (opsional) 18
  • 22. c. Daur Ulang  Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan logam yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk mendapatkan kualitas bahan daur ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber.  Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak lapak atau langsung dengan industri pemakai.  Daur ulang sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterei dan lampu neon) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan pe- rundangan yang berlaku (PP 18 / 1999 tentang pengelolaan sampah B3).  Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie in- stan dll) sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau bahan baku lain. d. Pembuatan Kompos  Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah dapur (terseleksi) dan daun-daun potongan tanaman.  Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan open windrow.  Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak dengan parameter antara lain warna, C/N rasio, kadar N,P,K dan logam berat.  Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak Koperasi dan Dinas (Kebersihan, Pertamanan, Pertanian dll) 19
  • 23. 2.3 PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN Untuk melaksanakan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, diperlukan kegiatan pemberdayaan secara terprogram, terpadu, dan berkelanjutan sehingga dapat dicapai perubahan perilaku masyarakat dalam program 3R. Proses pem- berdayaan masyarakat meliputi antara lain sosialisasi /penyuluhan, pelatihan, percontohan, pengembangan kegiatan dan lain-lain. 2.4 ASPEK KEBERLANJUTAN PROGRAM Aspek keberlanjutan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kesinambungan proses pengelolaan yang sudah terbina. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam beberapa aspek keberlanjutan adalah sebagai berikut:  Adanya lembaga kelompok masyarakat sebagai organisasi pengelola yang tidak formal namun terlegalisir serta sesuai dengan aspirasi masyarakat  Adanya dukungan peraturan setingkat kelurahan untuk pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat  Adanya dana untuk operasional pengelolaan maupun biaya pemeliharaan atau investasi penambahan prasarana dan sarana sesuai dengan kebutuhan. Dana tersebut dapat berasal dari iuran masyarakat serta hasil penjualan kompos atau material daur ulang dengan cash flow diketahui bersama secara transparan 20
  • 24. Adanya dukungan teknologi ramah lingkungan dan tersedianya prasarana dan sarana persampahan skala kawasan sesuai kebutuhan masyarakat  Adanya peran aktif masyarakat untuk melaksanakan program 3R terutama yang berkaitan dengan perubahan perilaku dan budaya memilah sampah sejak dari sumbernya.  Adanya dukungan dari instansi pengelola sampah tingkat perkotaan untuk pengangkutan residu, penyerapan produk kompos dan material daur ulang serta penanganan lanjutan sampah B3 rumah tangga sesuai ketentuan yang berlaku  Adanya pola monitoring dan evaluasi dari instansi terkait baik ditingkat ke- lurahan, kecamatan, kota/kabupaten bahkan di tingkat yang lebih tinggi, yaitu provinsi dan pemerintah pusat. Hasil monitoring dan evaluasi dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi proses replikasi atau pengembangan yang diper- lukan serta pendataan yang lebih akurat untuk mengetahui hasil pencapaian pro- gram 3R secara nasional 21
  • 25. 2.5. PEMBIAYAAN DAN INSENTIF Pembiayaan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, meliputi:  Kebutuhan biaya investasi pembelian prasarana dan sarana  Kebutuhan biaya operasi pengumpulan sampah dan operasional TPST dan pemeliharaan prasarana/sarana  Perhitungan iuran warga/bulan yang besarnya dimusyawarahkan, sebaiknya dapat memenuhi kebutuhan biayan investasi dan operasional.  Perhitungan biaya hasil penjualan kompos dan produk daur ulang yang digunakan untuk kepentingan sosial warga atau untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman  Insentif yang didapat adalah berupa hasil penjualan material daur ulang dan produk kompos serta penjualan bibit tanaman 2.6 DUKUNGAN PERATURAN Untuk pelaksanan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, perlu didukung peraturan baik secara formal maupun non formal. Peraturan tersebut meli- puti :  Ketentuan organisasi pengelola  Tata laksana kerja  Ketentuan teknis pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat 22
  • 26. BAB III PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN Proses pendekatan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dikawasan permukiman secara garis besar dapat dilihat pada gambar dibawah ini: PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R Tahap 1 PERSIAPAN ( Bulan Februari) Tahap 2 SELEKSI KOTA/ ( Bulan Maret) KABUPATEN Tahap 3 SELEKSI LOKASI (Bulan April)  Sosialisasi 3R SELEKSI  Verifikasi Teknologi FASILITATOR Pengolahan  Pemilihan Lokasi TPST (utk kawasan)  Pembentukan Kelompok PENYIAPAN Swadaya Masyarakat MASYARAKAT SURVAI LAPANGAN Tahap 4 (SAMPAH DAN (Bulan Mei) SOSIAL) PENDAMPINGAN  Aspek Teknis Operasional PEMILIHAN METODA  Aspek DAN TEKNOLOGI 3R Kelembagaan  Aspek Pengaturan  Aspek Pendanaan PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM  Aspek Peran PENGELOLAAN SAMPAH Serta RENCANA KERJA 3R BERBASIS Masyarakat MASYARAKAT MASYARAKAT SATKER DED DAN RAB Tahap 5 (Bulan Oktober) PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA 3R PELAKSANAAN MONITORING DAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R EVALUASI BERBASIS MASYARAKAT Tahap 6 (Bulan Desember) KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN PROGRAM DAN REPLIKASI Tahap 7 23
  • 27. Dalam pelaksanaannya, maka seperti pelaksanaan kegiatan pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kegiatan pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat secara umum sebagai berikut: 1. Tahap Pertama Tahap ini meliputi kegiatan:  Persiapan yang meliputi sosialisasi pengelolaan sampah dengan metoda 3R kepada seluruh pemangku kepentingan tingkat pusat.  Sosialisasi ini bertujuan menyatukan persepsi terhadap permasalahan sampah secara umum serta visi untuk beberapa tahun kedepan.  Sosialisasi dilakukan dengan kegiatan seminar atau workshop yang dihadiri oleh pengambil keputusan tingkat pusat. 2. Tahap kedua Tahap ini meliputi kegiatan:  Seleksi kota/kabupaten yang akan melaksanakan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat dimaksudkan untuk memperoleh kota/kabupaten yang berminat dengan disertai komitmen yang jelas dari pimpinan daerah.  Seleksi kota/kabupaten ini dilakukan karena dua alasan yaitu:  Anggaran penyelenggaraan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat seluruhnya atau sebagian berasal dari pusat  Diperlukan komitmen yang jelas dan tegas karena pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat kemungkinan akan melibatkan beberapa institusi daerah terkait dan diharapkan program dapat berkelanjutan serta berkembang.  Seleksi kota /kabupaten dilakukan dengan workshop yang sifatnya regional yang dihadiri oleh perwakilan kota/kabupaten dalam regional tersebut.  Tujuan dari workshop ini adalah mengumpulkan kota yang berminat dan seleksi dilakukan jika anggaran hanya diperuntukkan tidak untuk semua kota yang ada dalam region tersebut. 24
  • 28. 3. Tahap Ketiga Tahap ini meliputi kegiatan:  Seleksi lokasi dilakukan hanya pada kota terpilih.  Tahap awal dari seleksi kota ini adalah memperoleh daftar panjang dari lokasi yang sesuai kriteria pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.  Untuk memperoleh daftar pendek calon lokasi maka dilakukan tapisan awal dengan memilih lokasi yang paling memenuhi kriteria pengelolaan 3R berbasis masyarakat.  Calon lokasi pada daftar pendek tersebut akan mengajukan proposal yang diikuti dengan presentasi.  Dapat juga dilakukan survey cepat (Rapid Participatory Assessment) yang dilakukan oleh masyarakat yang berminat dengan mempresentasikan kepada pemangku kepentingan pada tingkat kampung. 4. Tahap Keempat Tahap ini meliputi kegiatan:  Pemilihan fasilitator. Keberadaan fasilitator sangat diperlukan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat.  Fasilitator bertugas menggalang masyarakat yang berminat melaksanakan pengelolaan sampah 3R, bersama-sama mencari metoda penyelesaian masalah sampah, menggali keinginan masyarakat, dan memberikan pelatihan serta pendampingan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah 3R.  Fasilitator dipilih sesuai kapabilitas dan tingkat pemahamannya terhadap lingkungan umumnya dan sampah khususnya.  Fasilitaor direkrut dan digaji oleh penyelenggara program pengelolaan sampah berbasis masyarakat 3R.  Penyiapan masyarakat dengan terpilihnya lokasi dan fasilitator, maka program sosialisasi yang lebih intens dapat dilakukan dalam beberapa serial pertemuan yang digalang oleh fasilitator dengan dibantu beberapa tenaga ahli lepas.  Pemilihan lokasi TPST untuk pengelolaan skala kawasan ataupun metoda pengolahan sampah di rumah tangga ditentukan pada tahapan ini.  Kegiatan selanjutnya adalah survay lapangan baik dari komposisi dan timbulan sampah serta sosial masyarakatnya. 25
  • 29. Survey ini dilakukan dalam mencari data dasar untuk pemilihan teknologi, program penyuluhan, serta sebagai tolok ukur kinerja pembanding keberhasilan dari program yang akan dilaksanakan. 5. Tahap Kelima Tahap ini meliputi kegiatan:  Pembuatan DED dan RAB yang dilakukan oleh KSM dan Fasilitator kemudian diserahkan kepada Satker untuk kegiatan Pengadaan sarana dan Prasarana 3R yang dilakukan dengan sistem Tender yang terbuka.  Pembangunan ataupun pelaksanaan operasi pengelolaan sampah 3R dilakukan setelah masyarakat secara bulat menerima metoda yang akan dilakukan serta lokasi dimana TPST akan dibangun.  Proses pembangunan harus dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sehingga penolakan akibat sindrom NYMBY (Not in My Backyard) dapat ditekan seminim mungkin. 6. Tahap Keenam Tahap ini meliputi kegiatan:  Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R yang dapat dilakukan sekaligus atau bertahap sesuai dengan kesiapan masyarakat dan pendanaan.  Kegiatan pelaksanaan program didampingi oleh fasilitator dengan konsultan daerah jika ada.  Monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat meliputi pengumpulan informasi, seperti pengukuran atau pengamat 26
  • 30. Kegiatan pemantauan dan pengukuran bermanfaat dalam suatu manajemen pengelolaan seperti :  Menelusuri tahapan kemajuan dalam memenuhi perencanaan awal, mencapai tujuan dan sasaran serta perbaikan berkelanjutan;  Mengembangkan informasi untuk mengidentifikasikan aspek dalam pengelolaan sampah 3R yang penting;  Memantau pelaksanaan pengolahan sampah secara 3R sesuai dengan tujuan dan sasaran;  Menyediakan data untuk mendukung atau mengevaluasi pengendalian operasional; Menyediakan data untuk mengevaluasi kinerja organisasi;  Menyediakan data untuk mengevaluasi kinerja sistem manajemen persampahan secara umum dan penyelenggaraan program 3R secara khusus. 7. Tahap Ketujuh Tahap ini meliputi kegiatan:  Keberlanjutan program dilaksanakan dengan salah satunya replikasi dan pengembangan.  Pertemuan-pertemuan warga masih tetap dilakukan untuk membentuk komunitas yang lebih memahami perlunya mengurangi sampah di sumbernya.  Dilakukan penguatan kapasitas pada seluruh pemangku kepentingan pada lokasi yang sedang melakukan kegiatan pengelolaan sampah 3R terpadu sehingga pengembangan lebih mudah dilakukan. Pada pelaksanaan program pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat diperlukan panduan yang dapat memberi arahan kepada para pengelola di daerah. Pedoman tersebut meliputi tahapan pelaksanaan seperti diatas yang tersusun dalam aspek perencanaannya, aspek pelaksanaannya, dan aspek monitoring dan evaluasi. 27
  • 31. BAB IV KESIMPULAN dan PENUTUP 4.1 KESIMPULAN 1. Pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat melalui masyarakat melalui meto- de Reduce, Reuse, Recycle (3R) mulai saat ini sebaiknya sudah diterapkan karena program ini berkaitan dengan kebijakan dan strategi nasional pengembangan penge- lolaan persampahan terutama yang berkaitan dengan kebijakan pengurangan sam- pah sejak dari sumbernya. 2. Proses pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat harus mengikuti 7 tahapan kegiatan sebagai berikut:  Tahap pertama ( Persiapan)  Tahap Kedua (Seleksi kabupaten/kota)  Tahap Ketiga (Seleksi Lokasi)  Tahap Keempat (Penyiapan Masyarakat, Survey lapangan,Pemilihan Teknologi, Penyusunan RKM)  Tahap Relima ( Pembuatan DED & RAB, Pengadaan Sarana & Prasarana 3R)  Tahap Keenam ( Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R dan Monev)  Tahap Ketujuh (Keberlanjutan program dan replikasi). 4.2 PENUTUP Buku 1 (satu) ini adalah pedoman umum yang akan dijelaskan lebih lanjut di buku 2 (dua) tentang pedoman perencanaan, buku 3 (tiga) tentang pedoman pelaksanaan dan buku 4 (empat) tentang pedoman monitoring evaluasi dan pengembangan 28
  • 32. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BUKU II Pedoman Perencanaan 3 R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
  • 33. DAFTAR ISI BUKU II : PEDOMAN PERENCANAAN KEGIATAN 3R BERBASIS MASYARAKAT 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.3 SASARAN 2. PERENCANAAN PENEGLOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERMUKIMAN 2.1 PENDAHULUAN 2.2 SELEKSI KOTA/KABUPATEN 2.3 SELEKSI LOKASI 2.3.1 KRITERIA UMUM 2.3.2 KRITERIA FISIK LINGKUNGAN 2.3.4 KRITERIA SOSIAL EKONOMI 2.4 PENYIAPAN MASYARAKAT 2.4.1 PEMILIHAN FASILITATOR 2.4.2 PENELITIAN SOSIAL 2.4.3 PENELITIAN KOMPOSISI DAN TIMBULAN 2.5 PEMILIHAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT 2.6 PEMILIHAN TEKNOLOGI 2.6.1 TEKNOLOGI PEWADAHAN 2.6.2 TEKNOLOGI PENGOMPOSAN DENGAN KOMPOSTER 2.6.3 TEKNOLOGI DAUR ULANG SAMPAH NON ORGANIK SKALA RT 2.6.4 TEKNOLOGI PENGUMPULAN SAMPAH 2.6.5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH SKALA KAWASAN
  • 34. 2.7 PERANCANGAN MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT 2.7.1 MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT SKALA RUMAH TANGGA 1000 JIWA (3R-1000 RUMAH TANGGA) 2.7.2 MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT SKALA KAWASAN 1000 JIWA (3R-1000 KAWASAN) 2.8 PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT 2.8.1 KELEMBAGAAN 2.8.2 PENGOPERASIAN TPST 2.8.3 PEMBIAYAAN 2.8.4 PENGATURAN 3. PENUTUP 2
  • 35. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan langkah awal dalam pelaksanaan kegiatan. Perencanaan ini merupakan dasar dalam pengelolaan sampah baik skala individual maupun skala kawasan. Untuk itu perlu disusun suatu pedoman perencaaan. Pedoman perencanaan ini meliputi seleksi kota/kabupaten, seleksi lokasi, survey lapangan, analisa, pemilihan teknologi, pemilihan fasilitator, penyusunan rencana kerja, penyusunan peraturan, kelembagaan, pembiayaan, peran serta masyarakat. Selain itu, pedoman perencanaan ini meliputi juga pedoman perencanaan pembangunan, operasi dan pemeliharaan, monitoring dan evaluasi, serta pengembangan dan replikasi. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud diterbitkannya pedoman perencaraan 3R sampah berbasis masyarakat ini adalah untuk membantu pelaku di lapangan yang akan melakukan kegiatan perencanaan pengurangan sampah untuk skala rumah tangga maupun skala kawasan. Sedangkan tujuannya adalah untuk memberikan penjelasan tentang tahapan perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat. : 3
  • 36. 1.3 SASARAN Tersedianya pedoman perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat meliputi pengelolaan sampah skala rumah tangga dan skala kawasan. 4
  • 37. BAB II PERENCANAAN PENEGLOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERMUKIMAN 2.1 Pendahuluan. Pendekatan perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat mengacu pada proses pelaksanaan secara umum seperti telah diuraikan pada Buku Pedoman I. PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R Tahap 1 PERSIAPAN ( Bulan Februari) Tahap 2 SELEKSI KOTA/ ( Bulan Maret) KABUPATEN Tahap 3 SELEKSI LOKASI (Bulan April) · Sosialisasi 3R SELEKSI · Verifikasi Teknologi FASILITATOR Pengolahan · Pemilihan Lokasi TPST (utk kawasan) · Pembentukan Kelompok PENYIAPAN Swadaya Masyarakat MASYARAKAT SURVAI LAPANGAN Tahap 4 (SAMPAH DAN (Bulan Mei) SOSIAL) PENDAMPINGAN · Aspek Teknis Operasional PEMILIHAN METODA · Aspek DAN TEKNOLOGI 3R Kelembagaan · Aspek Pengaturan · Aspek Pendanaan PENYUSUNAN PERENCANAAN SISTEM · Aspek Peran PENGELOLAAN SAMPAH Serta RENCANA KERJA 3R BERBASIS Masyarakat MASYARAKAT MASYARAKAT SATKER DED DAN RAB Tahap 5 (Bulan Oktober) PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA 3R PELAKSANAAN MONITORING DAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R EVALUASI BERBASIS MASYARAKAT Tahap 6 (Bulan Desember) KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN PROGRAM DAN REPLIKASI Tahap 7 5
  • 38. 2.2 Seleksi Kota/Kabupaten Tahapan seleksi Kota/Kabupaten merupakan tahap ke 2 setelah dilakukan sosialisasi ten- tang pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat kepada seluruh provinsi, instan- si terkait, dan pemangku kepentingan lainnya. Seleksi Kota/Kabupaten dilaksanakan pada setiap provinsi di Indonesia. Pada perencanaan seleksi Kota/Kabupaten maka diperlukan kriteria sebagai berikut : · Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk implementasi penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dengan membuat surat minat yang ditujukan kepada Departemen Pekerjaan Umum dilengkapi dengan persetujuan alokasi lahan TPST sesuai dengan Tata Ruang. · Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang kebersihan sebagai Dinas penanggung jawab. · Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat. · Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana kantor dan staf dinas penanggungjawab sebagai fasilitator. · Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga Fasilitator Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman 3R sebelumnya. Dalam perencanaan pemilihan Kota/Kabupaten, maka dapat digunakan metode scoring seperti berikut : 6
  • 39. KRITERIA SCORE Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk 5 implementasi penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dengan membuat surat minat yang ditujukan kepada Departemen Pekerjaan Umum. Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang 5 kebersihan sebagai Dinas penanggung jawab. Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat. 5 Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana 5 kantor dan staf dinas penanggungjawab sebagai fasilitator. Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga 5 Fasilitator Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman 3R sebelumnya. TOTAL SCORE 20 Kota/Kabupaten dengan total score tertinggi yang akan masuk dalam daftar pendek untuk tapisan berikutnya. 7
  • 40. 2.3 Seleksi Lokasi Seleksi lokasi dilaksanakan setelah terpilihnya kota/kabupaten yang berniat akan melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Untuk memperoleh daftar alternatip lokasi, maka Satuan Kerja PU dan Dinas Terkait melaksanakan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pengelolaan sampah di wilayahnya. Hasil yang diharapkan dari sosialisasi ini adalah berupa daftar panjang dari lokasi yang berminat untuk menerapkan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Untuk memilih lokasi yang tepat maka digunakan kriteria sebagai berikut : 2.3.1. Kriteria Umum : · Batasan administrasi lahan TPST dalam batas administrasi yang sama dengan area pelayanan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. · Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya dengan surat pernyataan bersedia digunakan untuk prasarana dan sarana pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. · Ukuran lahan antara 750 – 1000 m2 · Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat. · Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat. 8
  • 41. 2.3..2. Kriteria Fisik lingkungan: · Permukaan air tanah di TPST >10 m · Lahan yang diusulkan memang telah di manfaatkan/ difungsikan sebagai lokasi TPS Sampah. · Berada didalam area yang memang direncanakan diperuntukkan sebagai lokasi TPS Sampah atau Rencana pemanfaatan rendah untuk fasilitas umum / taman. · Bebas banjir. · Berada di lahan datar. · Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik dan lebar jalan yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/gerobak sampah. · Jarak lokasi ke permukiman lebih dari 200 m dari permukiman. · Terletak 500 m dari jalan raya · Berdampak minimal terhadap tata guna lahan. · Terdapat zona penyangga dan kegiatan operasionalnya tidak terlihat dari luar. 2.3.3. Kriteria Sosial Ekonomi · Cakupan pelayanan mendekati 1000 KK. · Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai wawasan lingkungan yang kuat. · Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan program 3R merupakan kesadaran masyarakat secara spontan. · Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah. · Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperi PKK, Forum-forum kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, club jantung sehat, club manula, pengelola kebersihan/sampah, dll 9
  • 42. Dalam tapisan awal untuk memperoleh daftar pendek dari lokasi yang akan digunakan untuk pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dapat digunakan metode scoring seperi berikut : KRITERIA SCORE Kriteria Umum : 25 · Batasan administrasi lahan TPST dalam batas administrasi yang sama dengan area pelayanan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. 5 · Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya dengan surat 5 pernyataan bersedia digunakan untuk prasarana dan sarana pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. · Ukuran lahan antara 500 – 1000 m2 5 · Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat. 5 · Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat 5  10
  • 43. KRITERIA SCORE Kriteria Fisik lingkungan: 50 · Permukaan air tanah di TPST >10 m 5 · Lahan yang diusulkan memang telah di manfaatkan/ difungsikan sebagai lokasi TPS Sampah. 5 · Berada didalam area yang memang direncanakan diperuntukkan sebagai lokasi TPS Sampah atau Rencana pemanfaatan rendah untuk fasilitas umum / taman. 5 · Bebas banjir. 5 · Berada di lahan datar. 5 · Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik dan lebar jalan yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/ gerobak sampah 5 · Jarak lokasi TPST 500 m ke permukiman 5 · Berdampak minimal terhadap tata guna lahan 5 · Terdapat zona penyangga dan kegiatan operasionalnya tidak terlihat dari luar. 5 11
  • 44. KRITERIA SCORE Kriteria Sosial Ekonomi 25 · Cakupan pelayanan mendekati 1000 KK. 5 · Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai wawasan lingkungan yang kuat. 5 · Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan program 3R merupakan kesadaran masyarakat secara spontan. 5 · Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah. 5 · Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperi PKK, Forum-forum kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, club 5 jantung sehat, club manula, pengelola kebersihan/sampah, dll TOTAL SCORE 100 12
  • 45. 2.4 Penyiapan Masyarakat Penyiapan masyarakat dilakukan setelah lokasi untuk pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R terpilih. Penyiapan masyarakat merupakan langkah cukup penting bagi keber- lanjutan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat karena dari tahap ini diharapkan akan dihasilkan fasilitator, Kelompok Kerja Mayarakat, pemilihan metoda atau teknologi yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R, lokasi, dan Rencana Kerja Masyarakat. Pada perencanaan penyiapan masyarakat maka ada beberapa tahap yang perlu dilakukan yaitu : · Pemilihan fasilitator · Penelitian sosial · Penelitian komposisi dan timbulan sampah · Sosialisasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis msyarakat melalui Focal Group Discussion (FGD) untuk memperoleh kesepakatan dalam :  Pemilihan metoda atau teknologi 3R yang akan digunakan  Pemilihan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R  Pembentukan Kelompok Kerja Masyarakat  Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat · Pelatihan yang terdiri dari :  Materi umum :  Sosialisasi perencanaan program  Pengertian pengelolaan sampah 3R  Pemahaman tentang sampah dan dampaknya  Aspek pendukung seperti kelembagaan, pendanaan, pengaturan, dan teknis operasional 13
  • 46. Materi Teknis :  Sistem pengelolaan sampah  Daur ulang sampah non organik  Pengkomposan sampah  Peserta pelatihan :  Anggota KSM  Warga yang terlibat 2.4.1 Pemilihan Fasilitator Pemilihan fasilitator dilakukan oleh Satuan Kerja PU bersama-sama dengan konsultan lokal dengan kriteria sebagai berikut : · Memiliki kemampuan baca dan tulis · Memahami karakteristik masyarakat di lokasi terpilih · Sehat jasmani dan rohani · Bisa berkomunikasi dengan baik · Mempunyai pengalaman dalam pemberdayaan · Memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas sebagai fasilitator · Memiliki pengetahuan dasar tentang persampahan (3R) · Bersedia tinggal dan bekerjasama dengan masyarakat di lokasi terpilih TFL adalah tenaga pendamping dari daerah yang bersangkutan dan dilatih agar menjadi terampil dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam memutuskan, merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan Kampung terutama yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sampah 3R. 14
  • 47. Setiap Tenaga Fasilitator mempunyai tugas dan tugas jawab sebagai berikut : · Memfasilitasi dan membantu masyarakat untuk dapat membentuk dan membantu pemilihan anggota KSM secara demokratis dengan memperhatikan kesetaraan jender dan kesetaraan kaya-miskin. · Memfasilitasi penyusunan Rencana kerja masyarakat, periode pelaksanaan pembangunan sarana 3R sesuai yang dibutuhkan masyarakat, dan pasca pembangunan, yang meliputi :  Pelaksanaan pelatihan lanjutan tentang pelaksanaan kegiatan 3R khususnya tata cara operasional peralatan di lokasi 3R terpilih, pemilihan metode pengomposan dengan teknologi yang tepat guna, dan mudah.  Bantuan dalam memfasilitasi masyarakat untuk mengidentifikasi masalah-masalah kebersihan yang berhubungan dengan masalah persampahan yang dihadapi oleh masyarakat dan merumuskan strategi untuk mengatasi masalah dengan menggunakan metologi yang sesuai. Pelaksanaan teknis persampahan yang dibutuhkan · Pelaksanaan pelatihan dan supervisi dalam pelaksanaan pembangunan dengan pendekatan teknis pada kelompok masyarakat pelaksana 3R. · Pemberian dukungan dan bantuan teknis pada masyarakat. · Pelaksanaan pelatihan dan supervisi untuk masalah operasional dan pemeliharaan dan perbaikan sarana 3R · Pemdampingin dan pelatihan kelompok masyarakat dalam mengelola dana untuk pembangunan sarana 3R · Bantuan kepada masyarakat dalam melaksanakan monitoring sendiri pada pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R. · Melaporkan hasil kegiatan ditingkat masyarakat secara periodik (bulanan) kepada PU Kota/Kabupaten atau Leading Dinas. 15
  • 48. 2.4.2 Penelitian Sosial Kegiatan survey sosial ini dilaksanakan berkaitan dengan aspek-aspek sosial yang akan mempengaruhi keberlanjutan program 3R ini. Setidaknya ada 3 aspek yang perlu diketahui dari masyarakat untuk mendukung keberhasilan program persampahan 3R terpadu yaitu : norma, persepsi dan perilaku masyarakat tehadap sampah dan pengelolaannya. Dari ketiga aspek tersebut maka akan diperoleh antara lain : · Wawasan masyarakat terhadap lingkungan secara umum terutama terhadap pengelolaan sampah, · Tingkat kesadaran masyarakat terhadap dampak buruk pengelolaan sampah yang tidak baik · Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah saat ini · Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah · Penerimaan masyarakat terhadap pengelolaan sampah terpadu 3R · Kesanggupan masyarakat dalam iuran sampah Tahapan perencanaan survey sosial terdiri dari : · Penentuan jumlah responden, yaitu menentukan jumlah warga yang akan dijadikan responden dalam penelitian dengan cara sebagai berikut :  Menentukan populasi (jumlah seluruh warga) dari lokasi yang akan melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat,  Menentukan jumlah populai per strata tingkat kemapanan ekonomi jika akan dilakukan survey sosial per strata yaitu : strata tempat tinggal pendapatan tinggi, sedang, dan rendah,  Menentukan jumlah responden sesuai kaidah ilmu statistik yang berlaku.  Pemberitahuan atau permintaan izin dari instansi terkait dan pengurus wilayah (RT/RW/Lurah). 16
  • 49. · Penyusunan kuesioner, yaitu bahan acuan untuk melakukan pendataan yang dapat dilakukan secara pasif dengan membagikan kuesioner kepada responden atau aktif dengan wawancara langsung. Pada penyusunan kuesioener perlu diperhatikan :  Data tentang masyarakat yang ingin dikumpulkan,  Pertanyaan yang mudah dicerna dan tidak terlalu banyak · Pengarahan surveyor yaitu memberikan pengarahan terhadap calon pewawancara jika akan dilakukan survey dengan wawancara langsung. Beberapa persyaratan untuk surveyor adalah :  Mengenal daerah yang akan disurvey  Memiliki latar belakang sosial (dari mahasiswa jurusan sosial)  Memiliki kemampuan wawancara. · Pelaksanaan survey , pelaksanaan survey ini dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan dengan memperhatikan :  Waktu pelaksanaan yang tidak mengganggu responden  Bukan pada saat yang sama dengan kegiatan khusus misalnya pilkades, lebaran, dan lain-lain · Pengolahan dan analisa data survey · Perumusan hasil pelaksanaan survey, yaitu kesimpulan survey yang dapat dirumuskan melalui eberapa metoda :  Sosial mapping dari lokasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat  Tingkat kemauan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R 17
  • 50. 2.4.3 Penelitian Komposisi dan Timbulan Sampah Komposisi sampah di berbagai kota di Indonesia pada umunya didominasi oleh sampah organic yang dapat mencapai 70% dan non-organik 30%. Dari jumlah tersebut 75% sampah tersebut dihasilkan dari kegiatan permukiman (SNI tentang Timbulan Sampah Kota Sedang dan Kecil, 1977). Semakin maju tingkat ekonomi suatu kota/Negara, menunjukkan kecenderungan semakin menurunnya komponen sampah organic dan meningkatnya komponen sampah organic seperti kertas, plastik, logam. Secara umum komposisi sampah dapat dibedakan dalam beberapa komponen yaitu: a. Sampah Organik; yang dapat terdiri dari sisa makanan dan daun b. Sampah Kertas; yang dapat berupa kardus, karton, kertas HVS, kertas Koran, dll. c. Sampah Plastik; baik berupa kantung plastik, botol plastik bekas kemasan, jerigen, dll. d. Sampah Kayu; baik berupa potongan kayu, furnitur bekas, dll e. Sampah Karet; baik berupa ban bekas, lembaran karet, dll f. Sampah Kulit; yang dapat berupa lembaran, potongan kulit dll g. Sampah Kaca/beling; baik berupa potongan kaca, botol kaca, gelas kaca, dll h. Sampah kain/perca; yang dapat berupa potongan kain, atau pakaian bekas/rusak,dll i. Sampah lain-lain; yang dapat berupa pecahan keramik, dan sisa sampah yang tidak termasuk dalam kategori diatas j. Sampah B3 rumah tangga; dapat berupa batu baterai bekas, kaleng bekas kemasan insektisida, lampu TL/Neon, kaleng bekas cat, hair spray, obat-obatan kedaluarsa, dan lain sebagainya. 18
  • 51. Tujuan dari survey timbulan dan komposisi sampah ini adalah untuk mendapatkan suatu besaran nilai timbulan sampah yang selanjutnya digunakan dalam perencanaan dan pengelolaan sampah Perencanaan penelitian lapangan komposisi dan timbulan sampah dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan yaitu : · Menentukan wilayah yang akan diteliti · Menentukan jumlah rumah yang akan diteliti, · Mempersiapkan peralatan dan tenaga peneliti · Mengurus perizinan dari instansi terkait Peralatan dan perlengkapan yang digunakan terdiri dari: · Alat pengambil contoh berupa kantong plastik dengan volume 40 liter; · Alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 20 cm X 20 cm X 100 cm yang dilengkapi dengan skala tinggi · Timbangan (0 - 5 ) kg dan ( 0 – 100 ) Kg · Alat pengukur, volume contoh berupa bak berukuran ( 1,0 m X 0,5 m X 1,0 m) yang dilengkapi dengan skala tinggi; · Perlengkapan berupa alat pemindah ( seperti sekop) dan sarung tangan 2.5 Pemilihan Sistem Pengelolaan Sampah terpadu 3R Berbasis Masyarakat Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat terdiri dari dua alternatif sesuai dengan lingkup pelayanannya yaitu : · Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga · Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Kawasan 19
  • 52. SKALA RUMAH TANGGA Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga adalah sistem pengelolaan sampah yang menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam mengurangi sampah di sumbernya yaitu rumah tangga. KOMPOSTER KOMPOS ORGANIK BAHAN KOMPOS KOMPOS ORGANIK RESIDU MATERI DAUR LAPAK ULANG RUMAH GEROBAK/ B3 TPST TANGGA MOTOR 3R RESIDU TPA NON ORGANIK RESIDU PENANGANAN B3 LANJUTAB NON KERAJINAN ORGANIK TANGAN SAMPAH CAMPUR SKALA SUMBER SKALA KAWASAN Sistem ini memerlukan beberapa kriteria lokasi seperti berikut : · Masyarakat di wilayah pelayanan bersedia melakukan pengolahan sampahnya secara mandiri · Tidak ada lokasi yang memadai untuk pengolahan sampah secara terpusat · Dukungan dari tokoh masyarakat · Dukungan dari pemerintah lokal setempat 20
  • 53. SKALA KAWASAN Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Skala Kawasan adalah sistem pengelolaan sampah yang melakukan pengurangan sampah secara terpusat di lokasi tertentu. KOMPOSTER KOMPOS ORGANIK BAHAN KOMPOS KOMPOS ORGANIK RESIDU MATERI DAUR LAPAK ULANG RUMAH GEROBAK/ B3 TPST TANGGA MOTOR 3R RESIDU TPA NON ORGANIK RESIDU PENANGANAN B3 LANJUTAB NON KERAJINAN ORGANIK TANGAN SAMPAH CAMPUR SKALA SUMBER SKALA KAWASAN Sistem ini memerlukan beberapa kriteria lokasi seperti berikut : · Ada lokasi untuk TPST (mendekati 1000 m2) untuk pengolahan sampah secara terpusat · Dukungan dari masyarakat sekitar lokasi · Dukungan tokoh masyarakat · Adanya Kelompok Kerja Masyarakat sebagai pengelola · Adanya pendanaan yang cukup · Dukungan dari pemerintah lokal setempat Pada penerapannya, dapat dilakukan kombinasi antara kedua sistem tersebut sesuai dengan kemauan masyarakat setempat. 2.6 Pemilihan Teknologi Teknologi atau metoda yang berkaitan dengan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarkat sangat terkait erat dengan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang pada umumnya terdiri dari subsistem pewadahan, subsistem komposter rumah tangga, subsistem pengumpulan, dan subsistem pengolahan sampah terpusat untuk kawasan. 21
  • 54. 2.6.1 Teknologi Pewadahan Subsistem pewadahan merupakan subsistem awal dalam sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang merupakan subsistem yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dalam pemilihan teknologi untuk peawadahan, maka ada beberapa kriteria yang sebaiknya diikuti secara benar yaitu : · Volume pewadahan minimal dapat menampung sampah dari penghuni untuk jangka waktu minimal 3 hari untuk sampah non organik dan 1 hari untuk sampah organik. · Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah untuk sampah organik, sehingga umur teknis dari pewadahan minimal dapat mencapai 6 bulan. · Pada metoda pewadahan terpilah sesuai prinsip 3R maka setiap wadah dapat menyimpan sesuai jenis sampah yang akan disimpan. Untuk itu pada perencanaan perlu dirujuk hasil penelitian lapangan komposisi sampah setempat. · Bahan wadah paling baik dapat diperoleh secara lokal. · Pada metoda pewadahan terpilah 3R, maka warna wadah sebaiknya spesifik untuk setiap jenis sampah. · Untuk menambah estetika yang lebih baik maka wadah dilengkapi dengan tutup. · Mudah dalam operasi pemasukan sampah maupun pengosongan sampah. · Mudah dalam perawatan. 22
  • 55. Perencanaan penentuan wadah sampah di sumbernya dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : · Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, maka diperoleh perkiraan timbulan sampah per orang per hari pada lokasi terpilih, · Dari penelitian sosial, diperoleh :  Jumlah hunian rata-rata pada rumah tangga  Kebiasaan masyarakat membuang sampah. · Untuk sampah campuran, volume wadah dihitung berdasarkan : (jumlah hunian rata- rata) x 3 liter/orang/hari x 3 hari. · Untuk program 3R, volume wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dipilah sebagai berikut :  Wadah sampah organik : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampah organik/ orang/hari x 1 hari.  Wadah sampah non organik : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampan non organik/orang/hari x 3 hari. · Pemilihan warna dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :  Warna gelap untuk sampah yang mudah membusuk  Warna terang untuk sampah kering non organik (dapat lebih dari satu tergantung jenis sampah yang dipilah)  Warna merah untuk bahan berbahaya dan beracun. 2.6.2 Teknologi Pengkomposan dengan Komposter Dalam sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat maka pengolahan sampah di rumah tangga merupakan salah satu kegiatan penting dalam daur ulang sampah. Penggunaan komposter dalam proses pengkomposan sampah organik di rumah tangga. Beberapa teknologi komposter rumah tangga yang sekarang ini banyak digunakan antara lain : 23
  • 56. Keranjang Tatakura Drum komposter statis. Drum komposter putar Kriteria dalam pemilihan komposter rumah tangga adalah : · Volume komposter minimal dapat menampung sampah organik dari dapur untuk jangka waktu minimal 40 hari. · Satu rumah minimal menyediakan 2 (dua) unit komposter. · Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah untuk sampah organik, sehingga umur teknis dari komposter minimal dapat mencapai 1 tahun. · Terdapat lubang pengudaraan yang cukup · Bahan pembuatan komposter paling baik dapat diperoleh secara lokal. · Harus dilengkapi dengan tutup. · Mudah dalam operasi pemasukan maupun pengosongan sampah. · Mudah dalam perawatan. 24
  • 57. Pada perencanaan pengkomposan sampah organik skala rumah tangga, maka dilakukan beberapa tahapan antara lain : · Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, maka diperoleh perkiraan timbulan sampah per orang per hari pada lokasi terpilih, asumsi rata –rata 3 liter / orang/hari · Dari penelitian sosial, diperoleh :  Jumlah hunian rata-rata pada rumah tangga  Kebiasaan masyarakat membuang sampah. · Volume komposter sampah organik dari dapur dapat ditentukan melalui perkiraan sebagai berikut : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampah organik/orang/hari x 40 hari x 0,2. Rata-rata volume komposter 50 liter, jika tingkat hunian lebih dari 5 orang, maka dapat digunakan kelipatannya. · Diperlukan minimal dua komposter untuk setiap rumah tangga, dengan tata cara penggunaan, komposter yang sudah penuh perlu didiamkan selama sebulan lagi dan dipanen jika komposter satunya sudah penuh. 2.6.3 Teknologi Daur Ulang Sampah Non Organik Skala Rumah Tangga Daur ulang sampah non organik untuk kertas dan plastik dapat dilakukan di rumah tangga. Dari best practice yang dilakukan oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, daur ulang sampah non organik kertas dan plastik biasanya untuk membuat barang seni seperti kertas seni, tas plastik, hiasan plastik, dll. Kriteria daur ulang sampah non organik : · Tidak berbahaya bagi kesehatan · Tidak menggunakan bahan kimia beracun · Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan · Mudah dilaksanakan 25
  • 58. Secara umum, perencanaan kegiatan daur ulang sampah non-organik dapat dilaksanakan berdasarkan beberapa hal dibawah ini, antara lain: Sampah yang akan didaur ulang sebaiknya berupa bahan yang terdiri dari kertas, plastik, karet/kulit dan logam. Bahan ini memiliki nilai ekonomi tinggi, namun dalam pelaksanaannya memerlukan penanganan khusus (pemilahan sesuai jenis dan bahan penyusunnya), merupakan bahan daur ulang kualitas baik, dan dipilah sejak dari sumbernya Pemasaran produk daur ulang, dapat dilaksanakan dengan cara menjalin kerjasama dengan pihak lapak besar atau langsung dengan industri/organisasi pengguna bahan tersebut (misal industri kertas daur ulang, industri pengolah logam, pengolah karet bekas, dll) Untuk limbah yang dikategorikan sebagai bahan B3, sebaiknya bahan ini hanya dikumpulkan dalam wadah khusus yang tidak mudah bocor dan diberi label. Daur ulang bahan B3 ini sebaiknya di koordinasikan dengan pihak pengumpul resmi yang memiliki ijin atau dinas kebersihan kota/kabupaten. 2.6.4 Teknologi Pengumpulan Sampah Pengumpulan sampah merupakan subsistem setelah pewadahan. Pengumpulan sampah dapat dilakukan langsung oleh kendaraan pengangkut sampah atau tidak langsung melalui penggunaan gerobak atau motor sampah. Pada kasus sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat maka pengumpulan dilakukan melalui penggunaan gerobak atau motor sampah. Dalam perencanaan teknologi pengumpulan maka digunakan beberapa kriteria sebagai berikut : 26
  • 59. · Volume gerobak atau motor sampah 1 m3 sehingga satu unit pengumpul dapat melayani 300 jiwa atau sekitar 60 kk untuk timbulan sampah 3 liter/orang/hari. Untuk timbulan yang berbeda (sesuai hasil penelitian lapangan) maka cakupan pelayanan satu unit pengumpul dapat diperkirakan sebagai berikut : 1000 liter/(timbulan sampah dlm liter/ orang/hari). · Kondisi topografi yang berbukit hanya dapat dilayani dengan motor sampah · Kondisi topografi yang datar dapat menggunakan gerobak atau motor sampah. · Pengumpulan sampah terpilah dapat dilakukan :  Gerobak atau motor 3R yang tersekat sesuai jenis sampah yang terpilah digunakan sesuai hasil pemilahan  Gerobak tanpa sekat digunakan dengan jadwal tertentu · Mempunyai umur teknis minimal 1 tahun · Menggunakan ban angin. Perencanaan pengumpulan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat Menggunakan beberapa tahapan sebagai berikut : · Pendataan jumlah warga pada lokasi terpilih · Penentuan jumlah gerobak atau motor 3R yang dibutuhkan dengan cara : ((jumlah warga) x jumlah timbulan sampah/orang/hari)/1000 liter/rit per hari. · Pemilihan jenis pengumpul dilihat dari topografi lokasi · Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat · Penyusunan anggaran operasi pengumpulan yang terdiri dari :  Biaya tetap :  Pegawai  Asuransi  Pemeliharaan  Biaya variabel :  Bahan bakar · Penyusunan jadwal pengumpulan 27
  • 60. 2.6.5 Teknologi Pengolahan Sampah Skala Kawasan Teknologi pengolahan sampah terpadu skala kawasan yang disebut juga dengan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Tempat pengolahan sampah terpadu berdasarkan best practice yang ada biasanya terdiri dari proses pemilahan, pengkomposan dan proses pengemasan bahan non organik untuk daur ulang. Dari TPST ini akan keluar produk berupa kompos dan bahan lapak. Pada perencanaan teknologi pada TPST maka ada beberapa kriteria antara lain : · Fasilitas TPST terdiri dari :  Luas lahan yang paling baik mendekati 1.000 m2 untuk keperluan lahan pengkomposan, kantor pengendalian, dan gudang penyimpanan.  Bangunan pelindung untuk :  Areal pemilahan  Areal pengkomposan  Kantor pengendali  Gudang penyimpanan  Peralatan mesin pendukung :  Pencacah organik  Pengayak kompos  Pencacah plastik  Buffer Zone 28
  • 61. · Karakteristik proses pengkomposan :  Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan open windrows mempunyai ukuran lebar 2 meter, tinggi 1,5 meter dan panjang minimal 2 meter (dapat lebih dari ini sesuai lahan yang ada).  Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan metode caspary lebar 1 meter, panjang 1 meter, dan tinggi 1 meter.  Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan metode open bin : lebar 1 meter, panjang 2 meter, dan tinggi 1 meter. · Data yang dibutuhkan :  Jumlah warga yang terlayani  jumlah sampah yang akan diolah di TPST.  Tersedianya data komposisi sampah. 29
  • 62. Perencanaan teknologi pengolahan sampah skala kawasan dilakukan pada beberapa tahapan : · Penentuan wilayah/jumlah warga yang akan dilayani · Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, dapat diperkirakan jumlah sampah yang harus diolah yang terdiri dari jumlah sampah organik dan sampah non organik. · Bersama-sama warga menentukan metoda atau teknologi yang akan diterapkan, untuk pengkomposan sampah ada beberapa pilihan : teknologi open windrows, teknologi caspary dan open bin sesuai dengan tenaga dan biaya yang ada. · Menentukan layout dari TPST dengan memperhatikan jumlah sampah organik yang akan dikomposkan, metode yang akan digunakan, dan bentuk lahan yang ada. · Menentukan organisasi pengelola · Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat · Penyusunan anggaran operasi pengumpulan yang terdiri dari :  Biaya tetap :  Pegawai  Asuransi  Pemeliharaan  Biaya variabel :  Bahan bakar  Listrik 2.7 Perancangan Model Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Untuk perancangan model pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat maka akan digunakan asumsi pengelolaan satu kawasan dengan jumlah jiwa dikelola 1.000 orang atau setara dengan 200 rumah (1 rumah diperkirakan 5 penghuni). 30
  • 63. 2.7.1 Sistem Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga Diagram alir pada sistem peneglolaan sampah skala rumah tangga adalah seperti Gambar berikut : Gambar 2.1. Diagram pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. KOMPOSTER KOMPOS ORGANIK BAHAN KOMPOS KOMPOS ORGANIK RESIDU MATERI DAUR LAPAK ULANG RUMAH GEROBAK/ B3 TPST TANGGA MOTOR 3R RESIDU TPA NON ORGANIK RESIDU PENANGANAN B3 LANJUTAB NON KERAJINAN ORGANIK TANGAN SAMPAH CAMPUR SKALA SUMBER SKALA KAWASAN 31
  • 64. Modul 3R-1000 skala rumah tangga mempunyai karakteristik sebagai berikut : · Melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 kk · Tidak mempunyai lahan kosong. · Dengan asumsi timbulan sampah 3 liter/orang/hari maka jumlah sampah yang diolah adalah 3.000 liter per hari atau 3 m3/hari · Dengan asumsi komposisi organik 60 % (nilai ini dapat berubah sesuai hasil penelitian timbulan dan komposisi setempat) maka berdasarkan pengalaman best practice, hanya 40 % dapat dikomposkan, sisanya 20 % berupa residu organik. · Dengan mempertimbangkan lama proses pengkomposan 40 hari dan penyusutan karena lapuk dan penguapan, maka volume komposter yang digunakan per rumah tangga dengan 5 jiwa/rumah tangga adalah 50 liter. · Jumlah komposter per rumah tangga 2 unit sehingga modul 3R-1000 rumah tangga membutuhkan 400 unit komposter. · Gerobak/motor 3R yang dibutuhkan 2 unit. 32
  • 65. Spesifikasi dari pewadahan sampah non organik adalah sebagai berikut : · Volume wadah 50 liter · Bahan terbuat dari bahan tahan air · Dilengkapi tutup · Warna terang Spesifiaksi komposter : · Volume 50 liter · Berlubang pada dinding dan dasar · Dilengkapi tutup · Bahan komposter terbuat dari bahan tahan air Spesifikasi gerobak: · Volume bak 1 m3 · Terbuat dari bahan tahan air · Menggunakan ban angin · Lebar maksimal 1 meter · Mudah dalam mengoperasikan Spesifikasi motor 3R : · Volume bak 1,2—1 ,5 m3 · Terbuat dari bahan tahan air · Menggunakan ban angin · Mudah dalam mengoperasikan 33
  • 66. Motor Sampah Gerobak Sampah untuk Sampah Terpilah Gerobak Sampah untuk Sampah Terpilah Gerobak Sampah Tercampur 34
  • 67. 2.7.2 Modul Pengelolaan sampah Terpadu 3R berbasis masyarakat skala kawasan 200 KK Diagram alir pada sistem pengelolaan sampah skala kawasan di TPST adalah seperti pada Gambar 2.2. Diagram alir ini dengan asumsi tidak ada pemilahan di rumah tangga. Gambar 2.2. Diagram Alir Sistem Pengelolaan Sampah Skala Kawasan KOMPOSTER KOMPOS ORGANIK BAHAN KOMPOS KOMPOS ORGANIK RESIDU MATERI DAUR LAPAK ULANG RUMAH GEROBAK/ B3 TPST TANGGA MOTOR 3R RESIDU TPA NON ORGANIK RESIDU PENANGANAN B3 LANJUTAB NON KERAJINAN ORGANIK TANGAN SAMPAH CAMPUR SKALA SUMBER SKALA KAWASAN 35
  • 68. Modul 200 KK mempunyai karakteristik sebagai berikut : · Mampu melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 kk · Mempunyai lahan kosong · Diasumsikan 50 % warga bersedia mengkomposkan. · Dengan asumsi timbulan sampah 3 liter/orang/hari maka jumlah sampah yang diolah adalah 3.000 liter per hari atau 3 m3/hari · Dengan asumsi komposisi organik 60 % (nilai ini dapat berubah sesuai hasil penelitian timbulan dan komposisi setempat) maka berdasarkan pengalaman best practice, hanya 40 % dapat dikomposkan, sisanya 20 % berupa residu organik. · Dengan mempertimbangkan lama proses pengkomposan 40 hari dan penyusutan karena lapuk dan penguapan, maka volume komposter yang digunakan per rumah tangga dengan 5 jiwa/rumah tangga adalah 50 liter. · Jumlah komposter per rumah tangga 2 unit sehingga modul 3R-1000 rumah tangga membutuhkan 200 unit komposter. · Gerobak/motor 3R yang dibutuhkan 3 unit. · TPST dengan karakteristik :  Luas lahan keseluruhan 200 m2  Terdapat fasilitas pemilahan, pengkomposan dan penangan barang daur ulang.  Lahan pengkomposan 100 m2 dengan 8 tumpukan. · Sampah non organik dikemas di TPST dan dikirim ke lapak. 36
  • 69. Spesifikasi TPST : · Kapasitas 3 m3 per hari · Melayani 200 kk atau 1000 jiwa · Metode pengkomposan open windrows dengan ukuran lebar 1,5 meter, panjang 2 meter, tinggi 1,5 meter · Pemilahan dilakukan manual tanpa ban berjalan · Alat pengemas bahan non organik manual. · Pembalikkan tumpukan dilakukan secara manual. · Jumlah tumpukan (open windrows) 14 unit. · Hasil kompos 1,2 ton per hari. · Waktu panen 40 hari. · Mesin pendukung :  Alat pengayak kompos  Alat pencacah organik 2.8 Perencanaan Peneglolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat mencakup pengorganisasian, pembiayaan, dan pengoperasian TPST. 37
  • 70. 2.8.1 Kelembagaan. Pengorganisasian pengelolaan TPST sesuai aliran proses pengolahan sampah. Struktur organisasi TPST adalah sebagai berikut : KEPALA TPST SEKRETARIS BENDAHARA SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI PEMASARAN/ DIKLAT DAUR ULANG PEMILAHAN PENGKOMPOSAN PEMANFAATAN SDM yang diperlukan untuk seluruh kerja TPST diperkirakan 5 orang untuk pekerja lapangan, 1 orang untuk bendahara merangkap sekretaris, dan satu kepala unit,. 38
  • 71. 2.8.2 Pengoperasian TPST Pengoperasian TPST dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : · Pemilahan sampah :  Pembongkaran sampah dari gerobak/motor sampah  Penyebaran sampah dipelataran pemilahan  Pemilahan sampah organik dan non organik secara manual  Pemilahan sampah non organik berdasar komponen · Pengkomposan :  Penyusunan tumpukan sampah organik pada lajur yang ditentukan  Pembalikan tumpukan satu kali seminggu  Penyiraman dan pengukuran suhu tumpukan  Pematangan kompos  Pengeringan  Pengayakan  Pengemasan · Daur ulang non organik  Pemilahan komponen non organik sesuai permintaan lapak  Pengemasan per komponen non organik terpilah  Pengiriman bahan lapak. 39
  • 72. 2.8.3 Pembiayaan Pembiayaan TPST terdiri dari biaya investasi, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Investasi. Biaya investasi sebenarnya harus mengikuti harga satuan setempat. Untuk perkiraan maka digunakan pengalaman dari Best Practice yaitu berkisar antara Rp. 100 juta – 250 juta per ton kapasitas. Biaya Operasi Biaya operasi TPST yang terdiri dari : · Biaya tetap :  Pegawai yang besarnya sesuai dengan Upah Minimum Regional setempat.  Asuransi yang berkisar 10 % dari biaya pegawai.  Pemeliharaan :  Bangunan sekitar 1 % dari investasi bangunan per tahun  Listrik sekitar 1,5 % dari investasi listrik per tahun  Mesin 3 % dari nilai investasi mesin per tahun. · Biaya variabel :  Bahan bakar  Listrik 40
  • 73. 2.8.4 Pengaturan Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman, diperlukan beberapa surat keputusan untuk mengatur kelancaran operasi dari sistem yaitu : · Surat keputusan mengenai pembentukkan organisasi pengelola (Kelompok Swadaya Masyarakat yang dikeluarkan oleh institusi terkait (RW/Lurah/Camat) · Surat Keputusan mengenai tata tertib kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah oleh institusi terkait (RW/Lurah/Camat) · Surat Keputusan mengenai iuran pengelolaan sampah oleh institusi terkait (RW/Lurah/ Camat) 41