SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 15
Sosialisasi Peningkatan Pemahaman Hak Konstitusional Warga Negara bagi
Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berprestasi Tingkat Nasional
Tahun 2018
Bogor - Jawa Barat
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
 Setiap negara didirikan atas dasar falsafah tertentu. Falsafah itu
merupakan perwujudan dari keinginan rakyatnya. Karena itu setiap
negara mempunyai falsafah yang berbeda.
 Karena suatu falsafah itu identik dengan keinginan dan watak rakyat
dan bangsanya, maka adalah tidak mungkin untuk mengambil oper
begitu saja falsafah negara lain untuk dijadikan falsafah bangsanya.
Karena falsafah itu merupakan perwujudan dari watak dan keinginan
dari suatu bangsa, maka segala aspek kehidupan bangsa tersebut
harus sesuai dengan falsafahnya.
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
 Dalam perspektif hukum tata negara, pembahasan mengenai konsep negara
(Staatsidee) menjadi penting karena suatu konsep negara – suatu pandangan
tentang negara, hakikat negara dan susunannya – mempunyai pengaruh besar
terhadap penafsiran aturan-aturan dasar dalam tata negara, membantu
memberi pengertian yang lebih tepat pada apa yang bisa dan apa yang telah
dirumuskan secara tertulis.
 Karena, pandangan tentang hakikat negara itulah, teristimewa tentang
kedudukan negara dan hubungan dengan warganya, yang digunakan sebagai
titik tolak untuk menentukan segala sesuatu yang ingin diatur (soal hak dan
kewajiban, misalnya) ketika menyusun konstitusi sebuah negara. Konsep
negara menjadi landasan, atau berfungsi sebagai norma dasar dalam sistem
hukum suatu negeri.
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
 Cita hukum bangsa Indonesia berakar dalam Pancasila, yang oleh para Bapak
Pendiri Negara Republik Indonesia ditetapkan sebagai landasan kefilsafatan
dalam menata kerangka dan struktur dasar organisasi negara sebagaimana
yang dirumuskan dalam UUD 1945.
 Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengungkapkan
pandangan bangsa Indonesia tentang hubungan antara manusia dan Tuhan,
manusia dan sesama manusia, serta manusia dan alam semesta yang
berintikan keyakinan tentang tempat manusia individual di dalam masyarakat
dan alam semesta.
 Cita hukum Pancasila harus mencerminkan tujuan menegara dan seperangkat
nilai dasar yang tercantum baik dalam Pembukaan maupun batang tubuh UUD
1945.
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
 Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dianggap sebagai norma dasar,
sebagai sumber hukum positif. Rumusan hukum dasar dalam pasal-
pasal yang terdapat pada badan (batang tubuh) UUD 1945 adalah
pancaran dari norma yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 dan
Pancasila.
 Asas-asas Pancasila terkandung dalam dan merupakan bagian dari
Pembukaan UUD 1945, sehingga dengan menyebut Pembukaan UUD
1945 saja, asas-asas itu akan dengan sendirinya telah tercakup.
 Selain disebut sebagai cita-cita hukum, bagi Pembukaan UUD 1945 ini
ada istilah lain yang digunakan, yaitu Grundnorm dan
Staatsfundamentalnorm atau “pokok kaidah fundamental negara”
seperti digunakan oleh Notonagoro.
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
1. Setelah berjalan 15 tahun sejak UUD 1945 diamandemen ada kebutuhan untuk
menyempurnakan UUD 1945 terkait kelembagaan MK, KY, DPD, DPR, MPR, dan
Komisi-komisi Negara.
2. Dampak pengalihan kewenangan Presiden dalam membentuk UU kepada DPR
menyebabkan kekuasaan DPR terlalu besar dalam rekruitmen calon pejabat negara
tetapi minim dalam fungsi legislasinya.
3. Adopsi prinsip checks and balances ke dalam sistem ketatanegaraan Indonesia
belum optimal, arogansi sektoral masih dominan.
4. Mekanisme pertanggungjawaban masing-masing lembaga negara kepada publik
sangat ‘kabur’ tafsir dan parktiknya. Bagaimana mekanismenya dan kepada siapa
sesungguhnya pertanggungjawaban lembaga negara diberikan?
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
1. Menghidupkan kembali GBHN pastinya harus dipikirkan siapa yang akan membuat
GBHN tersebut, MPR ataukah Presiden?
2. Jikalau GBHN akan dipakai untuk memberikan “haluan’ kepada Presiden, tetapi
dibuat oleh MPR, bukankah sekarang Presiden dipilih langsung oleh rakyat? Tidak
lagi mandataris MPR.
3. Melalui desain Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 kita telah menempatkan
‘Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD’, artinya semua
lembaga negara telah mendapatkan mandat langsung dari rakyat sebagaimana
yang tertuang dalam UUD.
4. Urgenkah kita melakukan amandemen ulang hanya untuk menghidupkan
kewenangan MPR seperti dahulu yang tertulis dalam Pasal 3 UUD 1945?
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
 Melalui Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi
dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR Tahun 1960 sampai
dengan Tahun 2002, MPR sudah secara tegas mengakhiri status hukum dari semua
Ketetapan MPR, kecuali 3 TAP MPR yang masih dinyatakan berlaku:
 1. Ketetapan MPR Sementara RI No. XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran PKI,
Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara RI bagi PKI
dan Larangan setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham
atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme;
 2. Ketetapan MPR RI No. XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi, dan
 3. Ketetapan MPR RI No. V/MPR/1999 tentang Penentuan Jajak Pendapat di Timor
Timur.
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
1. Kekuasaan legislasi berkurang (Pasal 5 ayat 1)
2. Pembatasan masa jabatan/periodesasi (Pasal 7)
3. Dapat di impeach (Pasal 7A)
4. Tidak dapat membekukan/membubarkan DPR (Pasal 7C)
5. Hak prerogratif presiden berkurang (Pasal 13, 14, 15).
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Scott Mainwaring mengingatkan:
1. Secara teoritis presidensialisme dan sistem multipartai adalah “kombinasi
yang sulit” dan berpeluang terjadi deadlock dalam relasi eksekutif-legislatif.
2. Apalagi jika, pada saat yang sama tidak ada partai mayoritas di parlemen
dan presiden berasal dari partai kecil, problematiknya menjadi lebih
kompleks.
Menurut Deny Indrayana:
1. Sistem presidensial lebih efektif dengan sistem dua partai atau multipartai
sederhana.
2. Sistem multipartai akan menghadirkan presiden yang ‘sial’ (minority
president), sedangkan sistem monopartai akan menghadirkan presiden yang
‘sialan’ (majority president).
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
1. Memegang kekuasaan legislasi (Pasal 20)
2. Memiliki hak-hak interpelasi, angket dan menyatakan pendapat (Pasal
20A ayat 2)
3. Anggota DPR mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan
usul dan pendapat, serta hak imunitas (Pasal 20A ayat 3)
4. Mengusulkan impeachment presiden dan/atau wakil presiden (Pasal 7A)
5. Memilih anggota BPK (Pasal 23F), Hakim Agung (Pasal 24A ayat 3),
Hakim Konstitusi (Pasal 24C ayat 3), dan KY (Pasal Pasal 24B ayat 3)
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
 Perubahan-perubahan mendasar dalam kerangka struktur parlemen
Indonesia terjadi mengenai hal-hal sebagai berikut:
 pertama, susunan keanggotaan MPR berubah secara struktural
karena dihapuskannya keberadaan Utusan Golongan yang
mencerminkan prinsip perwakilan fungsional (functional
representation) dari unsur keanggotaan MPR.
 Kedua, Majelis tidak lagi berfungsi sebagai ‘supreme body’ yang
memiliki kewenangan tertinggi dan tanpa kontrol, dan karena itu
kewenangannya pun mengalami perubahan-perubahan mendasar.
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
 Ketiga, diadopsinya prinsip pemisahan kekuasaan (separation of
power) secara tegas antara fungsi legislatif dan eksekutif dalam
perubahan UUD 1945. Dengan perubahan ini berarti UUD 1945 tidak
lagi menganut sistem MPR berdasarkan prinsip ‘supremasi
parlemen’ dan sistem pembagian kekuasaan (distribution of power)
oleh lembaga tertinggi MPR ke lembaga-lembaga negara di
bawahnya.
 Keempat, dengan diadopsinya prinsip pemilihan presiden dan wakil
presiden dalam satu paket secara langsung oleh rakyat dalam Pasal
6A ayat (1) Perubahan Ketiga UUD 1945, maka konsep dan sistem
pertanggungjawaban presiden tidak lagi dilakukan oleh MPR, tetapi
langsung oleh rakyat.
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
 Hubungan antara Pusat dan Daerah pasca Orde Baru dicirikan
sebagai hubungan yang bersifat sentralistik mengalami perubahan
paradigmatik, ditandai dengan sifat hubungan yang desentralistik
dengan melimpahkan urusan ke daerah melalui otonomi luas, nyata
dan bertanggungjawab.
 Selain bertalian dengan cara-cara penentuan urusan rumah tangga
daerah, persoalan hubungan Pusat dan Daerah bersumber pula pada
hubungan keuangan, hubungan pengawasan, dan cara menyusun dan
menyelenggarakan organisasi pemerintahan daerah.
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
 Pandangan bahwa desentralisasi itu memiliki relasi kuat dengan
demokratisasi didasarkan pada asumsi bahwa desentralisasi dapat
membuka ruang yang lebih besar kepada masyarakat untuk terlibat
di dalam proses pembuatan keputusan-keputusan politik di daerah.
Hal ini berkitan dengan realitas bahwa setelah ada desentralisasi,
lembaga-lembaga yang memiliki otoritas di dalam proses pembuatan
dan implementasi kebijakan publik itu lebih dekat dengan rakyat.
 Kedekatan itu juga yang memungkinkan rakyat melakukan kontrol
terhadap pemerintah daerah. Dengan demikian pemerintah daerah
diharapkan memiliki akuntabilitas yang lebih besar lagi. Tanpa
adanya akuntabilitas, rakyat di daerah bisa menarik mandat yang
telah diberikan melalui pemilihan.
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a materi_50_Prof. Nimatul Huda_Sistem Penyelenggaraan Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945.ppt

PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945 PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945 Fauzan Ardana
 
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...Ir. Soekarno
 
Peranan Pancasila dalam Teknik Sipil
Peranan Pancasila dalam Teknik SipilPeranan Pancasila dalam Teknik Sipil
Peranan Pancasila dalam Teknik SipilAyu Fatimah Zahra
 
Hubungan pancasila dg uud
Hubungan pancasila dg uudHubungan pancasila dg uud
Hubungan pancasila dg uudFitria Nuri
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan IndonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesiarezekysholikhah
 
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945pjj_kemenkes
 
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara dalam sistem ketata...
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara  dalam sistem ketata...Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara  dalam sistem ketata...
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara dalam sistem ketata...Operator Warnet Vast Raha
 
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanElla Feby
 
Fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Indonesia
Fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa IndonesiaFungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Indonesia
Fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Indonesiapjj_kemenkes
 
versi panjang.pptx
versi panjang.pptxversi panjang.pptx
versi panjang.pptxMardhyana
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Risky Saputra
 
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...TutikDaryatni
 
Hubungan pacasila dengan uud 1945
Hubungan pacasila dengan uud 1945Hubungan pacasila dengan uud 1945
Hubungan pacasila dengan uud 1945Naufal Annabil
 

Semelhante a materi_50_Prof. Nimatul Huda_Sistem Penyelenggaraan Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945.ppt (20)

PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945 PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
 
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
IUS CONSTITUENDUM KEWENANGAN DAN FUNGSI DPD MELALUI AMANDEMEN KE V UNDANG-UND...
 
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
 
Peranan Pancasila dalam Teknik Sipil
Peranan Pancasila dalam Teknik SipilPeranan Pancasila dalam Teknik Sipil
Peranan Pancasila dalam Teknik Sipil
 
Hubungan pancasila dg uud
Hubungan pancasila dg uudHubungan pancasila dg uud
Hubungan pancasila dg uud
 
Presentation pkn
Presentation pknPresentation pkn
Presentation pkn
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan IndonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
 
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIASISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
 
Modul 1 kwn kb 3
Modul 1 kwn kb 3Modul 1 kwn kb 3
Modul 1 kwn kb 3
 
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Hubungan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
 
Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3
 
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara dalam sistem ketata...
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara  dalam sistem ketata...Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara  dalam sistem ketata...
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara dalam sistem ketata...
 
KELOMPOK 1 MPR.pdf
KELOMPOK 1 MPR.pdf KELOMPOK 1 MPR.pdf
KELOMPOK 1 MPR.pdf
 
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
 
Fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Indonesia
Fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa IndonesiaFungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Indonesia
Fungsi Pancasila dalam kehidupan berbangsa Indonesia
 
versi panjang.pptx
versi panjang.pptxversi panjang.pptx
versi panjang.pptx
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan
 
RUU MPR.pdf
RUU MPR.pdfRUU MPR.pdf
RUU MPR.pdf
 
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
 
Hubungan pacasila dengan uud 1945
Hubungan pacasila dengan uud 1945Hubungan pacasila dengan uud 1945
Hubungan pacasila dengan uud 1945
 

Último

PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 

Último (20)

PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 

materi_50_Prof. Nimatul Huda_Sistem Penyelenggaraan Negara Menurut UUD NRI Tahun 1945.ppt

  • 1. Sosialisasi Peningkatan Pemahaman Hak Konstitusional Warga Negara bagi Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2018 Bogor - Jawa Barat Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 2.  Setiap negara didirikan atas dasar falsafah tertentu. Falsafah itu merupakan perwujudan dari keinginan rakyatnya. Karena itu setiap negara mempunyai falsafah yang berbeda.  Karena suatu falsafah itu identik dengan keinginan dan watak rakyat dan bangsanya, maka adalah tidak mungkin untuk mengambil oper begitu saja falsafah negara lain untuk dijadikan falsafah bangsanya. Karena falsafah itu merupakan perwujudan dari watak dan keinginan dari suatu bangsa, maka segala aspek kehidupan bangsa tersebut harus sesuai dengan falsafahnya. Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 3.  Dalam perspektif hukum tata negara, pembahasan mengenai konsep negara (Staatsidee) menjadi penting karena suatu konsep negara – suatu pandangan tentang negara, hakikat negara dan susunannya – mempunyai pengaruh besar terhadap penafsiran aturan-aturan dasar dalam tata negara, membantu memberi pengertian yang lebih tepat pada apa yang bisa dan apa yang telah dirumuskan secara tertulis.  Karena, pandangan tentang hakikat negara itulah, teristimewa tentang kedudukan negara dan hubungan dengan warganya, yang digunakan sebagai titik tolak untuk menentukan segala sesuatu yang ingin diatur (soal hak dan kewajiban, misalnya) ketika menyusun konstitusi sebuah negara. Konsep negara menjadi landasan, atau berfungsi sebagai norma dasar dalam sistem hukum suatu negeri. Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 4.  Cita hukum bangsa Indonesia berakar dalam Pancasila, yang oleh para Bapak Pendiri Negara Republik Indonesia ditetapkan sebagai landasan kefilsafatan dalam menata kerangka dan struktur dasar organisasi negara sebagaimana yang dirumuskan dalam UUD 1945.  Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengungkapkan pandangan bangsa Indonesia tentang hubungan antara manusia dan Tuhan, manusia dan sesama manusia, serta manusia dan alam semesta yang berintikan keyakinan tentang tempat manusia individual di dalam masyarakat dan alam semesta.  Cita hukum Pancasila harus mencerminkan tujuan menegara dan seperangkat nilai dasar yang tercantum baik dalam Pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945. Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 5.  Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dianggap sebagai norma dasar, sebagai sumber hukum positif. Rumusan hukum dasar dalam pasal- pasal yang terdapat pada badan (batang tubuh) UUD 1945 adalah pancaran dari norma yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila.  Asas-asas Pancasila terkandung dalam dan merupakan bagian dari Pembukaan UUD 1945, sehingga dengan menyebut Pembukaan UUD 1945 saja, asas-asas itu akan dengan sendirinya telah tercakup.  Selain disebut sebagai cita-cita hukum, bagi Pembukaan UUD 1945 ini ada istilah lain yang digunakan, yaitu Grundnorm dan Staatsfundamentalnorm atau “pokok kaidah fundamental negara” seperti digunakan oleh Notonagoro. Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 6. 1. Setelah berjalan 15 tahun sejak UUD 1945 diamandemen ada kebutuhan untuk menyempurnakan UUD 1945 terkait kelembagaan MK, KY, DPD, DPR, MPR, dan Komisi-komisi Negara. 2. Dampak pengalihan kewenangan Presiden dalam membentuk UU kepada DPR menyebabkan kekuasaan DPR terlalu besar dalam rekruitmen calon pejabat negara tetapi minim dalam fungsi legislasinya. 3. Adopsi prinsip checks and balances ke dalam sistem ketatanegaraan Indonesia belum optimal, arogansi sektoral masih dominan. 4. Mekanisme pertanggungjawaban masing-masing lembaga negara kepada publik sangat ‘kabur’ tafsir dan parktiknya. Bagaimana mekanismenya dan kepada siapa sesungguhnya pertanggungjawaban lembaga negara diberikan? Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 7. 1. Menghidupkan kembali GBHN pastinya harus dipikirkan siapa yang akan membuat GBHN tersebut, MPR ataukah Presiden? 2. Jikalau GBHN akan dipakai untuk memberikan “haluan’ kepada Presiden, tetapi dibuat oleh MPR, bukankah sekarang Presiden dipilih langsung oleh rakyat? Tidak lagi mandataris MPR. 3. Melalui desain Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 kita telah menempatkan ‘Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD’, artinya semua lembaga negara telah mendapatkan mandat langsung dari rakyat sebagaimana yang tertuang dalam UUD. 4. Urgenkah kita melakukan amandemen ulang hanya untuk menghidupkan kewenangan MPR seperti dahulu yang tertulis dalam Pasal 3 UUD 1945? Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 8.  Melalui Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, MPR sudah secara tegas mengakhiri status hukum dari semua Ketetapan MPR, kecuali 3 TAP MPR yang masih dinyatakan berlaku:  1. Ketetapan MPR Sementara RI No. XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran PKI, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara RI bagi PKI dan Larangan setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme;  2. Ketetapan MPR RI No. XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi, dan  3. Ketetapan MPR RI No. V/MPR/1999 tentang Penentuan Jajak Pendapat di Timor Timur. Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 9. 1. Kekuasaan legislasi berkurang (Pasal 5 ayat 1) 2. Pembatasan masa jabatan/periodesasi (Pasal 7) 3. Dapat di impeach (Pasal 7A) 4. Tidak dapat membekukan/membubarkan DPR (Pasal 7C) 5. Hak prerogratif presiden berkurang (Pasal 13, 14, 15). Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 10. Scott Mainwaring mengingatkan: 1. Secara teoritis presidensialisme dan sistem multipartai adalah “kombinasi yang sulit” dan berpeluang terjadi deadlock dalam relasi eksekutif-legislatif. 2. Apalagi jika, pada saat yang sama tidak ada partai mayoritas di parlemen dan presiden berasal dari partai kecil, problematiknya menjadi lebih kompleks. Menurut Deny Indrayana: 1. Sistem presidensial lebih efektif dengan sistem dua partai atau multipartai sederhana. 2. Sistem multipartai akan menghadirkan presiden yang ‘sial’ (minority president), sedangkan sistem monopartai akan menghadirkan presiden yang ‘sialan’ (majority president). Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 11. 1. Memegang kekuasaan legislasi (Pasal 20) 2. Memiliki hak-hak interpelasi, angket dan menyatakan pendapat (Pasal 20A ayat 2) 3. Anggota DPR mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas (Pasal 20A ayat 3) 4. Mengusulkan impeachment presiden dan/atau wakil presiden (Pasal 7A) 5. Memilih anggota BPK (Pasal 23F), Hakim Agung (Pasal 24A ayat 3), Hakim Konstitusi (Pasal 24C ayat 3), dan KY (Pasal Pasal 24B ayat 3) Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 12.  Perubahan-perubahan mendasar dalam kerangka struktur parlemen Indonesia terjadi mengenai hal-hal sebagai berikut:  pertama, susunan keanggotaan MPR berubah secara struktural karena dihapuskannya keberadaan Utusan Golongan yang mencerminkan prinsip perwakilan fungsional (functional representation) dari unsur keanggotaan MPR.  Kedua, Majelis tidak lagi berfungsi sebagai ‘supreme body’ yang memiliki kewenangan tertinggi dan tanpa kontrol, dan karena itu kewenangannya pun mengalami perubahan-perubahan mendasar. Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 13.  Ketiga, diadopsinya prinsip pemisahan kekuasaan (separation of power) secara tegas antara fungsi legislatif dan eksekutif dalam perubahan UUD 1945. Dengan perubahan ini berarti UUD 1945 tidak lagi menganut sistem MPR berdasarkan prinsip ‘supremasi parlemen’ dan sistem pembagian kekuasaan (distribution of power) oleh lembaga tertinggi MPR ke lembaga-lembaga negara di bawahnya.  Keempat, dengan diadopsinya prinsip pemilihan presiden dan wakil presiden dalam satu paket secara langsung oleh rakyat dalam Pasal 6A ayat (1) Perubahan Ketiga UUD 1945, maka konsep dan sistem pertanggungjawaban presiden tidak lagi dilakukan oleh MPR, tetapi langsung oleh rakyat. Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 14.  Hubungan antara Pusat dan Daerah pasca Orde Baru dicirikan sebagai hubungan yang bersifat sentralistik mengalami perubahan paradigmatik, ditandai dengan sifat hubungan yang desentralistik dengan melimpahkan urusan ke daerah melalui otonomi luas, nyata dan bertanggungjawab.  Selain bertalian dengan cara-cara penentuan urusan rumah tangga daerah, persoalan hubungan Pusat dan Daerah bersumber pula pada hubungan keuangan, hubungan pengawasan, dan cara menyusun dan menyelenggarakan organisasi pemerintahan daerah. Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi
  • 15.  Pandangan bahwa desentralisasi itu memiliki relasi kuat dengan demokratisasi didasarkan pada asumsi bahwa desentralisasi dapat membuka ruang yang lebih besar kepada masyarakat untuk terlibat di dalam proses pembuatan keputusan-keputusan politik di daerah. Hal ini berkitan dengan realitas bahwa setelah ada desentralisasi, lembaga-lembaga yang memiliki otoritas di dalam proses pembuatan dan implementasi kebijakan publik itu lebih dekat dengan rakyat.  Kedekatan itu juga yang memungkinkan rakyat melakukan kontrol terhadap pemerintah daerah. Dengan demikian pemerintah daerah diharapkan memiliki akuntabilitas yang lebih besar lagi. Tanpa adanya akuntabilitas, rakyat di daerah bisa menarik mandat yang telah diberikan melalui pemilihan. Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi