SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 64
SUMBER HUKUM
INTERNASIONAL
Definisi
o Hukum Internasional sebagai dasar perbuatan
hukum dan hubungan hukum
transnasional/internasional/antar subyek-subyek
hukum internasional (Material – Dasar
mengikatnya Hukum Internasional) – Non Yuridis;
o Hukum Internasional sebagai dasar
penyelesaian sengketa transnasional
(sengketa yang terjadi karena tidak
terpenuhinya kewajiban) atau dimana kita
mendapatkan ketentuan hukum yang dapat
diterapkan sebagai kaidah dalam satu
persoalan yang konkrit (Formil) - Yuridis;
o Faktor apa yang membantu pembentukan hukum
sebagai perwujudan atau gejala dalam kehidupan
bermasyarakat (Arti lain) – Non Yuridis;
Sumber Hukum Internasional
a.
b.
c.
d.

Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional :
Perjanjian Internasional;
Kebiasaan Internasional;
Prinsip-prinsip / Asas-asas Hukum Umum;
Keputusan Pengadilan (Jurisprudensi) &
Pendapat Para Sarjana Terkemuka (Doctrine)
Diluar Pasal 38 (1) MI tersebut ada sumber
hukum internasional lain yang diakui dalam
perkembangannya, yaitu Keputusan
Organisasi Internasional (Resolusi)
 Perjanjian Internasional, Hukum
Kebiasaan Internasional dan Prinsip/Asas
Hukum Umum merupakan Sumber
Hukum Internasional Primer.
 Sedangkan, Jurisprudensi, Doktrin dan
Resolusi merupakan Sumber Hukum
Internasional Sekunder.
 Mengapa perlu dibagi primer & sekunder?
karena setiap perbuatan hukum dan dasar
penyelesaiannya harus berdasarkan
perjanjian internasional, hukum kebiasaan
internasional, asas-asas HI bila tidak ada
baru menggunakan yang Sekunder.
Perjanjian
Internasional
Pengertian Perjanjian
Internasional
Kesepakatan antara subyeksubyek Hukum Internasional
dalam bentuk tertulis,
tentang obyek tertentu dan
menimbulkan akibat-akibat
hukum tertentu.
Unsur – Unsur
Perjanjian Internasional
1.
2.
3.
4.
5.

Kesepakatan;
Subyek-subyek HI;
Tertulis;
Obyek tertentu;
Menimbulkan akibat Hukum tertentu.
Pengertian Perjanjian Internasional menurut
Undang-Undang No. 24 tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional
Perjanjian Internasional adalah Perjanjian
dalam bentuk dan nama tertentu yang
diatur oleh hukum internasional yang
dibuat secara tertulis serta menimbulkan
hak dan kewajiban dibidang hukum publik.
Dasar Hukum
Perjanjian Internasional
Undang-Undang No. 24 tahun
2000 tentang Perjanjian
Internasional – Nasional
The Vienna Convention on
The Law of Treaties 1969 &
1986; - Internasional
Perisitlahan
Perjanjian Internasional
•
•
•
•
•
•
•

Treaty
Convention
Charter
Statute
Agreement
Agreed Minutes
Covenant

•
•
•
•
•
•
•
•

Pact
Arrangement
Modus Vivendi
Letter’s of Intent
Letter’s of Note
Letter’s of Change
Accord
MOU
• Treaty, biasanya dipergunakan (secara tidak
konsisten) untuk suatu persetujuan yang sifatnya
lebih khidmad (the more solem agreement)
misalnya seperti perjanjian perdamaian, aliansi,
netralitas dan arbitrase.
Dalam Konvensi Wina 1969, Pasal-pasal yang
digunakan lebih banyak memakai treaty,
walaupun nama perjanjian itu sendiri memakai
Konvensi. Di Indonesia seringkali diterjemahkan
sebagai Traktat.
• Convention, biasanya digunakan untuk
Perjanjian Internasional yang bersifat Law Making
Treaty, yaitu Perjanjian Internasional yang
melahirkan kaidah-kaidah hukum internasional
baru. Dalam praktek istilah ini paling sering
digunakan oleh negara-negara.

• Charter, lazim digunakan untuk perjanjian yang
membentuk organisasi internasional, seperti
PBB.
• Statute, dalam bahasa Indonesia disebut Statuta,
misalnya dipakai nama Piagam oleh Mahkamah
Internasional (statute of the International of juctice) dan
dipakai oleh Peradilan Pidana Internasional (ICC)
dengan Rome Statute (Statuta Roma).
• Agreement, dalam bahasa Indonesia disebut
persetujuan, lazim dipakai untuk perjanjian yang
kurang penting dan biasanya bersifat bilateral.
• Pact, dipergunakan untuk perjanjian yang
membentuk pakta pertahanan atau pakta
perdamaian. Dalam praktek isitlah Pact ini jarang
digunakan pada saat ini.
Klasifikasi Perjanjian
Internasional
1. Subjek Perjanjian
Internasional
Negara – negara
Negara – Organisasi Internasional
Organisasi Internasional – Organisasi
Internasional
Pemberontak - Negara
Yang berhak membuat Perjanjian
Internasional (dilihat dari Konstitusi):
Negara dengan Undang-Undang
Dasarnya;
Organisasi Internasional dengan
Anggaran Dasarnya;
Pemberontak dengan kesepakatan.
2. Jumlah Pihak
• Dua (Bilateral)
• Banyak (Multilateral)
– Contoh: Biological Diversity 1992, Liability
Convention 1972, Perjanjian Pengelolaan
Selat Malaka antara Singapura – Indonesia –
Malaysia.
3. Sifat Pelaksanaan

• Menentukan (Dispositive Treaties)
Perjanjian yang begitu dilaksanakan begitu pula
tujuan tercapai dengan sendiri dan perjanjian
tersebut berakhir.
Contoh: Perjanjian batas negara (Indonesia –
Malaysia)

• Melaksanakan (Executory Treaties)
Perjanjian yang melaksanakan (proses & panjang),
tujuan tercapai dalam jangka panjang sapai ada
komitmen untuk mengakhiri.
Contoh: Perjanjian Ekstradisi (Malaysia – Indonesia)
tahun 1973 – sekarang.
* Penerapannya harus memperhatikan Asas Double
Criminality, artinya dike-2 negara harus sama-sama
dapat dipidana.
4. Bentuk – Bentuk
Perjanjian Internasional
• Tertulis – memiliki ketegasan,
kejelasan dan kepastian
hukum.
• Tidak Tertulis/Perjanjian
Internasional Lisan.
Perjanjian Internasional dalam
bentuk Tertulis, terdiri dari:
• PI antar negara : cirinya dalam
pembukaannya menggunakan kata “The
States Parties”
• PI antar Kepala Negara : The High Contracting
Parties.
• PI antar Pemerintah : isinya lebih bersifat
teknis, dengan ciri “The Government of … and
The Government of …”
• PI antar Kepala Pemerintah dan Kepala
Negara.
Macam-Macam Perjanjian
Internasional ditinjau dari berbagai
Segi/Sudut Pandang
I.

PI ditinjau dari segi jumlah negara
yang menjadi pihak
1.
2.

I.

PI Bilateral
PI Multilateral

PI ditinjau dari segi kesempatan yang
diberikan kepada Negara untuk
menjadi Pihak/Peserta
1.
2.

PI Khusus/Tertutup
PI Umum/Terbuka
III. PI ditinjau dari Kaidah Hukum
yang dilahirkan
1. PI yang melahirkan kaidah hukum
khusus bagi para pihak.
2. PI yang melahirkan kaidah hukum
yang berlaku dalam kawasan.
3. PI yang melahirkan kaidah hukum
yang berlaku umum.
IV. PI ditinjau dari segi Bahasa
yang dirumuskan
1. PI yang dirumuskan dalam satu
bahasa.
2. PI yang dirumuskan dalam dua
bahasa atau lebih, tetapi hanya satu
bahasa saja yang sah/otentik.
3. PI yang dirumuskan dalam satu
bahasa atau lebih tetapi semua
dianggap sah/otentik.
V. PI ditinjau dari segi Substansi
Hukum yang dikandung
1. PI yang seluruh pasalnya merupakan
rumusan dari Kebiasaan Internasional.
2. PI yang rumusan pasalnya merupakan
Kaidah Hukum yang baru.
3. PI yang rumusan pasalnya merupakan
perpaduan antara Kebiasaan Internasional
dan Kaidah Hukum baru.
VI. PI ditinjau dari Ruang Lingkup
Berlakunya
1. PI Khusus
2. PI Regional
3. PI Umum/Universal

VI. PI ditinjau dari segi Pemrakarsanya
1. PI yang diprakarsai oleh Negara-Negara
2. PI yang diprakarsai oleh Organisasi
Internasional.
5. Fungsi Perjanjian Internasional dalam
Pembentukan Hukum Internasional
• Treaty Contract
– Bersifat kontraktual, artinya bahwa PI
sebagai hukum bagi para pihak (arti sempit
PI = HI)

• Law Making Treaties
– PI yang membentuk HI, artinya bahwa
Wilayah dan Materi yang ada dalam PI
tersebut Luas dan Umum
6. Proses Pembuatan Perjanjian
Internasional
a. Dengan dasar hukum Konvensi Wina
1969 & 1986, ada 2 proses:
1. 2 tahap, meliputi Perundingan dan
Penandatanganan.
2. 3 tahap, meliputi:
1. Perundingan
2. Penandatanganan
3. Pengesahan, meliputi:
a)
b)
c)
d)

Ratifikasi (ratification)
Aksesi (accesion)
Akseptasi (acceptance)
Persetujuan (approval)
b. Menurut Undang-Undang No.
24 tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tahap Penjajakan
Tahap Perundingan
Tahap Perumusan Naskah
Tahap Penerimaan Naskah
Tahap Penandatangan
Tahap Pengesahan

2
T
A
H
A
P

3
T
A
H
A
P
Contoh:
RI
(Perdana Menteri)

Australia
(Perdana Menteri)

Pasal 11
UUDNRI 45
Jo. UU 24/2000
(Pelimpahan
Wewenang)

Harus melalui
Credentials/
Full Powers
(Surat Kuasa
Penuh)

DEPLU

Direktur Hankam

Diwakili oleh
Menlu

DEPLU

Direktur Hankam
Pertukaran Full Powers
1. Perundingan:
a. Perencanaan – Perumusan – Naskah (draft)
b. Penerimaan Naskah
→ Memberi paraf pada masing-masing naskah
→ Pulang mengakhiri perundingan supaya dikonsultasikan
pada masing-masing negara maksimal 1 x 24 jam.
→ Masih ada kemingkinan diubah
→ Misal Pasal “x” tidak setuju dapat diganti “x’”

a. Pengesahan Naskah (final draft)

2. Penandatanganan (Direktur masing-masing
negara)
→ Apa dengan penandatangan, rakyat dan RI (negara)
terikat?
→ Mengikat jika sudah dicantumkan dalam Lembaran Negara

→ Pengesahan
→Pengesahan
→Yang mengesahkan:
 Presiden dan DPR (menurut UU No. 24 tahun 2000)
 Presiden = Produk hukum – Keppres (versi UU No.
24 tahun 2000 – sekarang Perpres versi UU No. 10
tahun 2004)

Apa fungsi lembaga pengesahan?
Sebagai dasar hukum mengikat terhadap
rakyat.
Dalam UU 24 tahun 2000
 6 bidang yang pengesahannya
menggunakan UU:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Masalah politik, perdamaian dan Hankam;
Perubahan wilayah dan penetapan wilayah;
Perjanjian tentang kedaulatan dan hak berdaulat
HAM dan Lingkungan Hidup;
Pembentukan kaidah-kaidah hukum baru;
Pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

 Selain ke-6 bidang tersebut
pengesahannya menggunakan Keppres
(Perpres)
Batal
1.
2.
3.
4.

Kapan perjanjian
internasional itu batal
& berakhir

Hilang/lenyapnya suatu negara;
Paksaan;
Penipuan;
Bertentangan dengan asas Hukum
Internasional;
5. Muncul asas Hukum Internasional baru;
6. Pelanggaran terhadap Hukum Nasional;
Berakhir
1. Tujuan yang ada dalam perjanjian tercapai;
2. Habis waktu berlakunya perjanjian;
3. Komitmen dari masing-masing pihak untuk
mengakhiri Perjanjian Internasional;
4. Subyek punah;
5. Dipenuhinya syarat-syarat untuk mengakhiri
Perjanjian Internasional;
6. Diadakan perjanjian kembali;
7. Punahnya objek perjanjian.
M
ateri P
erjanjian Internasional
1. Preamble
a. Memuat dasar filosofis/latarbelakang;
b. Memuat dasar yuridis/hukum;
c. Memuat dasar politis/tujuan yang ingin dicapai;

2. Substansi (Hak & Kewajiban)
3. Prosedur (Pelaksanaan & Penegakan
(tidak selalu harus tercantum) )
4. Penutup (Mulai berlaku, bahasa otentik,
dibuat tanggal, dibuat di)
HUKUM KEBIASAAN
INTERNASIONAL
Peristilahan
Ada 2 istilah yang biasanya digunakan
secara bergantian, yaitu:

1. Usage (Adat Istiadat)
2. Custom (Kebiasaan)
• Adat Istiadat (Usage) merupakan tahapan yang
mendahului adanya kebiasaan (Custom).
• Kebiasaan mulai apabila adat istiadat
berakhir.
• Adat istiadat adalah suatu kebiasaan
bertindak yang belum sepenuhnya
memperoleh pengesahan hukum.
• Adat istiadat bertentangan, namun kebiasaan
harus terunifikasi dan bersesuaian (selfconsistent).
• Kebiasaan, sebagaimana dimaksudkan oleh
hukum, adalah suatu adat istiadat yang
telah memperoleh kekuatan hukum.
Penger tian
Dalam Pasal 38 (1) sub b Statuta MI,
dinyatakan, bahwa:

“International Custom as evidence of a general
practice accepted as law”
Artinya bahwa: Kebiasaan internasional
yang merupakan bukti dari adanya
praktek atau perilaku yang berlaku umum
dan diakui atau diterima sebagai hukum.
Kebiasaan sebagai Sumber Hukum
Ada 2 unsur, yaitu:
• Perilaku (kebiasaan) itu merupakan fakta dari
praktek atau perilaku yang secara umum telah
dilakukan atau dipraktekan oleh negara-negara
(the evidence of material fact);
• Perilaku yang telah dipraktekan secara umum
tersebut, oleh negara-negara atau masyarakat
internasional, telah diterima atau ditaati
sebagai perilaku yang memiliki nilai sebagai
hukum. (opinio juris sive necessitatis).
Dimana kita dapat mengetahui bukti
adanya Hukum Kebiasaan Internasional?
Hukum kebiasaan internasional dapat
dilihat dan diamati serta dibuktikan
eksistensinya, misalnya dalam bentuk:
1.
2.
3.
4.

Perilaku atau tindakan pejabat-pejabat negara;
Perjanjian-perjanjian Internasional;
Perundang-undangan nasional negara-negara;
Putusan-putusan pengadilan internasional
maupun nasional;
5. Tulisan-tulisan atau karya-karya yuridis para
sarjana;
6. Pernyataan-pernyataan pejabat tinggi negara.
P
erilaku/
tindakan P
ejabat Negara
• Perilaku negara-negara dilakukan oleh
pejabat-pejabatnya, dari perilaku-perilaku
tersebut sebagai cermin adanya
kebiasaan internasional;
• Perilaku baik aktif maupun pasif.
Perjanjian-perjanjian Internasional
Jika dibuat perjanjian bilateral atau
multilateral mengenai hal tertentu,
kemudian negara-negara lain meniru dan
mengikutinya dengan jalan membuat
perjanjian yang serupa, maka pokok
masalah yang dituangkan dan
dirumuskan dalam perjanjian-perjanjian itu
sebagai petunjuk tentang adanya atau
lahirnya hukum kebiasaan internasional.
Peraturan Perundangundangan Nasional Negaranegara

• Dari perundang-undangan nasional yang
mengandung aspek-aspek hukum
internasional, pengaturannya di dalam
perundang-undangan nasional tiap-tiap
negara terdapat kesamaan antara satu
dengan lainnya.
• Adanya kesamaan ini menunjukan adanya
perilaku atau praktek yang sama antara
negara-negara mengenai masalah yang
bersangkutan.
• Contoh: Undang-undang Tentang Batas
Wilayah Negara, Undang-undang
Tentang Kewarganegaraan, Undangundang Tentang Laut Teritorial, Undangundang Tentang Hak Lintas Damai,
Undang-undang Tentang Zona Ekonomi
Eksklusif.
Putusan Badan Peradilan
Nasional dan Internasional
• Putusan pengadilan itu telah mempengaruhi
praktek dan perilaku negaranya masingmasing.
• Dari putusan-putusan tersebut dapat dilihat
bahwa negara-negara dalam kasus yang
sama tampak berperilaku sama, sehingga
dapat dikatakan disini ada hukum
kebiasaan internasional.
Tulisan-tulisan atau karyakarya yuridis para sarjana
• Dibatasi tulisan-tulisan yang isinya
menguraikan atau mengungkapkan faktafakta yang mempunyai nilai hukum
kebiasaan internasional, yakni sebagai
pembenaran atas adanya perilaku atau
praktek negara-negara mengenai suatu
masalah tertentu.
• Bukan tulisan yang merupakan pendapat
atau pandangan pribadinya mengenai
suatu persoalan tertentu.
Pernyataan-pernyataan
pejabat tinggi negara
• Peristiwa yang sama atau sejenis, yang
terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu
yang berbeda-beda seringkali menimbulkan
reaksi yang sama dari negara-negara di
dunia.
• Peristiwa yang sama berulang-ulang terjadi,
menimbulkan reaksi yang sama dan
berulang-ulang pula.
Prinsip-prinsip
Hukum Umum
Pengertian
Dalam Pasal 38 (1) sub c Statuta MI,
dinyatakan bahwa:

“The General Principles of Law recognized by Civilized
Nations”
Artinya: Prinsip-prinsip hukum umum yang
diakui oleh bangsa-bangsa beradab.
Latar belakang
Ada 2 kelompok yang memberikan
pemahaman yang berbeda:
1. Prinsip-prinsip umum hukum internasional
beranggapan apabila sub c tidak
menunjukan pada sumber-sumber
hukum yang telah ada. (Luas)
2. Dengan adanya sub c maka Pengadilan
dituntut supaya menggunakan prinsipprinsip hukum lokal yang telah dikenal
oleh hampir seluruh bangsa dalam
upayanya mengisi kekosongan hukum.
(Terbatas)
Dilihat dari sisi fungsinya
Hukum Kebiasaan
Internasional
masukan

dasar

Asas Hukum
Internasional
Contoh:
•
•
•
•
•
•
•
•

Lex locus Intrasisi/Intrasito
Lex Locus Delictie
Par In Parem Not Habet Jurisdictionem
Lex Locus Contractus
Lex Locus Actie
Lex Destinasi
Ius Soli & Ius Sanguinis
Reciprocity
• Continuity Of Treaties
• Procedure of Disputes Settlement (Litigasi
& Kooperasi (Non Litigasi))
• Polluter Prevention Pays
• Good Faith
• Pacta Sunt Servanda
• Freedom of High Seas
• National Treatment
• Ne bis in idem
Jurisprudensi, Doktrin &
Resolusi
(Sebagai Sumber Hukum
Internasional tambahan)
Sumber Hukum Internasional
Tambahan
• Fungsi: Ketentuan Hukum
Internasional bersifat membuktikan dan
mengembangkan ketentuan Hukum
Internasional Primer;
• Ar ti: Ketentuan Hukum Internasional
yang berkembang mengikuti
keberadaan masyarakat internasional.
Jurisprudensi
Putusan tidak hanya terbatas pada badan
peradilan nasional saja, seperti putusan
Mahkamah Internasional, Mahkamah Internasional
Permanen, badan-badan arbitrase internasional,
mahkamah Hak-hak Asasi Manusia, atau yang
lainnya, termasuk didalamnya putusan badan
peradilan nasional negara-negara, badan arbitrase
internasional maupun badan peradilan nasional
lainnya yang mungkin ada dalam suatu negara.
Dibagi 2 jenis:
1. Solution Paradigm
–
–

Harus ada putusan (Jalur Litigasi)
Contoh: Putusan MI PBB tentang penguasaan
pulau Sipadan dan Ligitan, 2004.

1. Cooperative Paradigm
–
–

ADR (Alternative Disputes Resolution) atau Jalur
Non Litigasi.
Contoh: Perundingan, Kesepakatan, Mediasi,
Konsiliasi, Jasa-jasa Baik, Rechtvinding.
Doktrin
Pendapat seorang atau beberapa para
sarjana (dalam suatu komisi) yang
kemudian dikutip dan disetujui oleh
sarjana lain, yang kemudian
berkembang menjadi suatu kesamaan
padangan para sarjana maupun
anggota masyarakat luas tentang
masalah yang diberi pendapat oleh
sarjana tersebut.
Doktrine Hukum Internasional
1. The Objective Sovereignty of a State
Doctrine;
2. The Objective Responsibility of a
State Doctrine;
3. Imputability Doctrine;
4. Culpa Doctrine.
Resolusi
• Resolusi mengikat sebagai hukum bagi
organisasi internasional tersebut maupun
mengikat bagi negara-negara anggotanya;
• Resolusi (misal resolusi majelis umum
PBB), ada yang lahir dengan suara bulat
atau konsensus, ada yang lahir dengan
suara terbanyak, baik karena sejumlah
mayoritas yang pro berhadapan dengan
minoritas yang kontra, atau ditengahnya
ada yang abstain.
• Bagaimana dengan negara yang kontra
dan abstain, apakah harus
mentaati/melaksanakan resolusi tersebut?
• Karena pada hakekatnya sikap kontra
atau abstain tersebut merupakan
manifestasi dari sikap politik negara
tersebut yang sedapat mungkin harus ia
pertahankan.
• Dengan kondisi masyarakat internasional
yang koordinatif, maka tidak ada satu
pihakpun yang dapat memaksa negara
yang kontra dan abstain tersebut.
• Terhadap masalah tersebut, berdasarkan
asas demokrasi yang juga berlaku bagi
masyarakat internasional, maka negara
yang kontra dan abstain tersebut harus
terikat pada resolusi tersebut.
• Pandangan seperti ini menganalogikan
masyarakat internasional seperti
masyarakat nasional.
• Tinggal apakah, negara yang kontra dan
abstain tersebut benar-benar mentaati
atau setidak-tidaknya tidak bertentangan
dengan resolusi yang telah disepakati.
Sumber hukum internasional

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnPengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnFenti Anita Sari
 
PPT Kel 8 Perjanjian Internasional
PPT Kel 8 Perjanjian InternasionalPPT Kel 8 Perjanjian Internasional
PPT Kel 8 Perjanjian Internasionaldayurikaperdana19
 
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikFKP2B Cikarang
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negaranurul khaiva
 
Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2Warnet Raha
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negaraaishkhuw fillah
 
Mahkamah konstitusi
Mahkamah konstitusiMahkamah konstitusi
Mahkamah konstitusiRyan Danny
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumsyophi
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaSigit Riono
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANADian Oktavia
 
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Idik Saeful Bahri
 
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Sumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraSumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraUzix Moch
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdatasesukakita
 

Mais procurados (20)

Hukum internasional
Hukum internasionalHukum internasional
Hukum internasional
 
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKnPengertian dan Obyek Kajian  Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
Pengertian dan Obyek Kajian Hukum Tata Negara Tri Andari Dahlan, SH.MKn
 
PPT Kel 8 Perjanjian Internasional
PPT Kel 8 Perjanjian InternasionalPPT Kel 8 Perjanjian Internasional
PPT Kel 8 Perjanjian Internasional
 
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
 
Hukum pidana internasional
Hukum pidana internasionalHukum pidana internasional
Hukum pidana internasional
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baik
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
 
Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2Teori dalam hukum internasional 2
Teori dalam hukum internasional 2
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
Mahkamah konstitusi
Mahkamah konstitusiMahkamah konstitusi
Mahkamah konstitusi
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
 
Kumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukumKumpulan soal hukum
Kumpulan soal hukum
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana terorisme dan mengenal BNPT ...
 
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Pengadilan Hak Asasi Manusia (Idik Saeful Bahri)
 
Sumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraSumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negara
 
Hukum acara perdata
Hukum acara perdataHukum acara perdata
Hukum acara perdata
 

Semelhante a Sumber hukum internasional

Bab iv kls xi perjanjian & hub inter'l
Bab iv kls xi perjanjian & hub inter'lBab iv kls xi perjanjian & hub inter'l
Bab iv kls xi perjanjian & hub inter'lHendrastuti Retno
 
Bab iv kls xi perjanjian & hub inter'l
Bab iv kls xi perjanjian & hub inter'lBab iv kls xi perjanjian & hub inter'l
Bab iv kls xi perjanjian & hub inter'lhendrasretno
 
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)Mirza Afrizal
 
Hukum perjanjian internasiona la
Hukum perjanjian internasiona laHukum perjanjian internasiona la
Hukum perjanjian internasiona laAdhy Djr
 
Pkn perjanjian internasional XI IPA 1 Smanik
Pkn perjanjian internasional XI IPA 1 SmanikPkn perjanjian internasional XI IPA 1 Smanik
Pkn perjanjian internasional XI IPA 1 SmanikFahrizal Hari
 
Proses Pembuatan Perjanjian Internasional
Proses Pembuatan Perjanjian InternasionalProses Pembuatan Perjanjian Internasional
Proses Pembuatan Perjanjian InternasionalNidya Milano
 
KULIAH-V (1).pptx
KULIAH-V (1).pptxKULIAH-V (1).pptx
KULIAH-V (1).pptxtrblAGr
 
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Aziza Zea
 
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Aziza Zea
 
Tugas Hukum Internasional Fenti Anita Sari
Tugas  Hukum Internasional Fenti Anita SariTugas  Hukum Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Hukum Internasional Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 
Bab v sistem hukum & peradilan internasional
Bab v sistem hukum & peradilan internasionalBab v sistem hukum & peradilan internasional
Bab v sistem hukum & peradilan internasionalAnnisa Khoerunnisya
 
Kelas xi bab v sistem hk & perad int
Kelas xi bab v sistem hk & perad intKelas xi bab v sistem hk & perad int
Kelas xi bab v sistem hk & perad intdixon8888
 
Perjanjian internasional yang dilakukan oleh indonesia
Perjanjian internasional yang dilakukan oleh indonesiaPerjanjian internasional yang dilakukan oleh indonesia
Perjanjian internasional yang dilakukan oleh indonesiaAang Gustaffi
 
Sistem hukum dan perdilan internasional
Sistem hukum dan perdilan internasionalSistem hukum dan perdilan internasional
Sistem hukum dan perdilan internasionalAsmadi Asmadi
 
makna hubungan internasional indonesia
makna hubungan internasional indonesiamakna hubungan internasional indonesia
makna hubungan internasional indonesiaDicko Agustian
 

Semelhante a Sumber hukum internasional (20)

Bab iv kls xi perjanjian & hub inter'l
Bab iv kls xi perjanjian & hub inter'lBab iv kls xi perjanjian & hub inter'l
Bab iv kls xi perjanjian & hub inter'l
 
Bab iv kls xi perjanjian & hub inter'l
Bab iv kls xi perjanjian & hub inter'lBab iv kls xi perjanjian & hub inter'l
Bab iv kls xi perjanjian & hub inter'l
 
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
Bab 5: Sistem Hukum dan Peradilan Internasional (SMA Negeri 2 Surabaya)
 
Hukum perjanjian internasiona la
Hukum perjanjian internasiona laHukum perjanjian internasiona la
Hukum perjanjian internasiona la
 
Pkn perjanjian internasional XI IPA 1 Smanik
Pkn perjanjian internasional XI IPA 1 SmanikPkn perjanjian internasional XI IPA 1 Smanik
Pkn perjanjian internasional XI IPA 1 Smanik
 
Proses Pembuatan Perjanjian Internasional
Proses Pembuatan Perjanjian InternasionalProses Pembuatan Perjanjian Internasional
Proses Pembuatan Perjanjian Internasional
 
Hub internasional
Hub internasionalHub internasional
Hub internasional
 
KULIAH-V (1).pptx
KULIAH-V (1).pptxKULIAH-V (1).pptx
KULIAH-V (1).pptx
 
Sumber hi
Sumber hiSumber hi
Sumber hi
 
Sumber hi
Sumber hiSumber hi
Sumber hi
 
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
 
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )Tugas makalah (sistem hukum internasional )
Tugas makalah (sistem hukum internasional )
 
Pkn Kel 4
Pkn Kel 4Pkn Kel 4
Pkn Kel 4
 
Tugas Hukum Internasional Fenti Anita Sari
Tugas  Hukum Internasional Fenti Anita SariTugas  Hukum Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Hukum Internasional Fenti Anita Sari
 
Bab v sistem hukum & peradilan internasional
Bab v sistem hukum & peradilan internasionalBab v sistem hukum & peradilan internasional
Bab v sistem hukum & peradilan internasional
 
Kelas xi bab v sistem hk & perad int
Kelas xi bab v sistem hk & perad intKelas xi bab v sistem hk & perad int
Kelas xi bab v sistem hk & perad int
 
Perjanjian internasional yang dilakukan oleh indonesia
Perjanjian internasional yang dilakukan oleh indonesiaPerjanjian internasional yang dilakukan oleh indonesia
Perjanjian internasional yang dilakukan oleh indonesia
 
Hubungan internasional
Hubungan internasionalHubungan internasional
Hubungan internasional
 
Sistem hukum dan perdilan internasional
Sistem hukum dan perdilan internasionalSistem hukum dan perdilan internasional
Sistem hukum dan perdilan internasional
 
makna hubungan internasional indonesia
makna hubungan internasional indonesiamakna hubungan internasional indonesia
makna hubungan internasional indonesia
 

Mais de Nuelnuel11

Tujuan hukum adat
Tujuan hukum adatTujuan hukum adat
Tujuan hukum adatNuelnuel11
 
Pengertian dasar hukum adat,istilah
Pengertian dasar hukum adat,istilahPengertian dasar hukum adat,istilah
Pengertian dasar hukum adat,istilahNuelnuel11
 
Ciri dan sifat hukum adat(1)
Ciri dan sifat hukum adat(1)Ciri dan sifat hukum adat(1)
Ciri dan sifat hukum adat(1)Nuelnuel11
 
Hukum adat dgn kebiasaan
Hukum adat dgn kebiasaanHukum adat dgn kebiasaan
Hukum adat dgn kebiasaanNuelnuel11
 
Sistem parlemen
Sistem parlemenSistem parlemen
Sistem parlemenNuelnuel11
 
Htn2012 sejarah ketatanegaraan
Htn2012 sejarah ketatanegaraanHtn2012 sejarah ketatanegaraan
Htn2012 sejarah ketatanegaraanNuelnuel11
 
Htn komprehensive pertemuan i
Htn komprehensive pertemuan iHtn komprehensive pertemuan i
Htn komprehensive pertemuan iNuelnuel11
 
99 cita neg persatuan
99 cita neg persatuan99 cita neg persatuan
99 cita neg persatuanNuelnuel11
 
9 historis amandemen
9 historis amandemen9 historis amandemen
9 historis amandemenNuelnuel11
 
6 negara hukum dan demokrasi
6 negara hukum dan demokrasi6 negara hukum dan demokrasi
6 negara hukum dan demokrasiNuelnuel11
 
5 asas pancasila
5 asas pancasila5 asas pancasila
5 asas pancasilaNuelnuel11
 
4 asas negara kesatuan
4 asas negara kesatuan4 asas negara kesatuan
4 asas negara kesatuanNuelnuel11
 
3 sumber hukum tata negara
3 sumber hukum tata negara3 sumber hukum tata negara
3 sumber hukum tata negaraNuelnuel11
 
2 sejarah hukum tata negara
2 sejarah hukum tata negara2 sejarah hukum tata negara
2 sejarah hukum tata negaraNuelnuel11
 
1 pengantar htn
1 pengantar htn1 pengantar htn
1 pengantar htnNuelnuel11
 
Pendahuluan,pengertian, dll
Pendahuluan,pengertian, dllPendahuluan,pengertian, dll
Pendahuluan,pengertian, dllNuelnuel11
 
Kedaulatan negara
Kedaulatan negaraKedaulatan negara
Kedaulatan negaraNuelnuel11
 

Mais de Nuelnuel11 (20)

Tujuan hukum adat
Tujuan hukum adatTujuan hukum adat
Tujuan hukum adat
 
Pengertian dasar hukum adat,istilah
Pengertian dasar hukum adat,istilahPengertian dasar hukum adat,istilah
Pengertian dasar hukum adat,istilah
 
Ciri dan sifat hukum adat(1)
Ciri dan sifat hukum adat(1)Ciri dan sifat hukum adat(1)
Ciri dan sifat hukum adat(1)
 
Hukum adat dgn kebiasaan
Hukum adat dgn kebiasaanHukum adat dgn kebiasaan
Hukum adat dgn kebiasaan
 
Sistem parlemen
Sistem parlemenSistem parlemen
Sistem parlemen
 
Htn2012 sejarah ketatanegaraan
Htn2012 sejarah ketatanegaraanHtn2012 sejarah ketatanegaraan
Htn2012 sejarah ketatanegaraan
 
Htn komprehensive pertemuan i
Htn komprehensive pertemuan iHtn komprehensive pertemuan i
Htn komprehensive pertemuan i
 
99 cita neg persatuan
99 cita neg persatuan99 cita neg persatuan
99 cita neg persatuan
 
9 historis amandemen
9 historis amandemen9 historis amandemen
9 historis amandemen
 
6 negara hukum dan demokrasi
6 negara hukum dan demokrasi6 negara hukum dan demokrasi
6 negara hukum dan demokrasi
 
5 asas pancasila
5 asas pancasila5 asas pancasila
5 asas pancasila
 
4 asas negara kesatuan
4 asas negara kesatuan4 asas negara kesatuan
4 asas negara kesatuan
 
3 sumber hukum tata negara
3 sumber hukum tata negara3 sumber hukum tata negara
3 sumber hukum tata negara
 
2 sejarah hukum tata negara
2 sejarah hukum tata negara2 sejarah hukum tata negara
2 sejarah hukum tata negara
 
1 pengantar htn
1 pengantar htn1 pengantar htn
1 pengantar htn
 
Sumber HTN
Sumber HTNSumber HTN
Sumber HTN
 
Subyek hi2
Subyek hi2Subyek hi2
Subyek hi2
 
Pendahuluan,pengertian, dll
Pendahuluan,pengertian, dllPendahuluan,pengertian, dll
Pendahuluan,pengertian, dll
 
Kedaulatan negara
Kedaulatan negaraKedaulatan negara
Kedaulatan negara
 
Pengakuan
PengakuanPengakuan
Pengakuan
 

Sumber hukum internasional

  • 2. Definisi o Hukum Internasional sebagai dasar perbuatan hukum dan hubungan hukum transnasional/internasional/antar subyek-subyek hukum internasional (Material – Dasar mengikatnya Hukum Internasional) – Non Yuridis; o Hukum Internasional sebagai dasar penyelesaian sengketa transnasional (sengketa yang terjadi karena tidak terpenuhinya kewajiban) atau dimana kita mendapatkan ketentuan hukum yang dapat diterapkan sebagai kaidah dalam satu persoalan yang konkrit (Formil) - Yuridis; o Faktor apa yang membantu pembentukan hukum sebagai perwujudan atau gejala dalam kehidupan bermasyarakat (Arti lain) – Non Yuridis;
  • 3. Sumber Hukum Internasional a. b. c. d. Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional : Perjanjian Internasional; Kebiasaan Internasional; Prinsip-prinsip / Asas-asas Hukum Umum; Keputusan Pengadilan (Jurisprudensi) & Pendapat Para Sarjana Terkemuka (Doctrine) Diluar Pasal 38 (1) MI tersebut ada sumber hukum internasional lain yang diakui dalam perkembangannya, yaitu Keputusan Organisasi Internasional (Resolusi)
  • 4.  Perjanjian Internasional, Hukum Kebiasaan Internasional dan Prinsip/Asas Hukum Umum merupakan Sumber Hukum Internasional Primer.  Sedangkan, Jurisprudensi, Doktrin dan Resolusi merupakan Sumber Hukum Internasional Sekunder.  Mengapa perlu dibagi primer & sekunder? karena setiap perbuatan hukum dan dasar penyelesaiannya harus berdasarkan perjanjian internasional, hukum kebiasaan internasional, asas-asas HI bila tidak ada baru menggunakan yang Sekunder.
  • 6. Pengertian Perjanjian Internasional Kesepakatan antara subyeksubyek Hukum Internasional dalam bentuk tertulis, tentang obyek tertentu dan menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu.
  • 7. Unsur – Unsur Perjanjian Internasional 1. 2. 3. 4. 5. Kesepakatan; Subyek-subyek HI; Tertulis; Obyek tertentu; Menimbulkan akibat Hukum tertentu.
  • 8. Pengertian Perjanjian Internasional menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional Perjanjian Internasional adalah Perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang diatur oleh hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban dibidang hukum publik.
  • 9. Dasar Hukum Perjanjian Internasional Undang-Undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional – Nasional The Vienna Convention on The Law of Treaties 1969 & 1986; - Internasional
  • 11. • Treaty, biasanya dipergunakan (secara tidak konsisten) untuk suatu persetujuan yang sifatnya lebih khidmad (the more solem agreement) misalnya seperti perjanjian perdamaian, aliansi, netralitas dan arbitrase. Dalam Konvensi Wina 1969, Pasal-pasal yang digunakan lebih banyak memakai treaty, walaupun nama perjanjian itu sendiri memakai Konvensi. Di Indonesia seringkali diterjemahkan sebagai Traktat.
  • 12. • Convention, biasanya digunakan untuk Perjanjian Internasional yang bersifat Law Making Treaty, yaitu Perjanjian Internasional yang melahirkan kaidah-kaidah hukum internasional baru. Dalam praktek istilah ini paling sering digunakan oleh negara-negara. • Charter, lazim digunakan untuk perjanjian yang membentuk organisasi internasional, seperti PBB.
  • 13. • Statute, dalam bahasa Indonesia disebut Statuta, misalnya dipakai nama Piagam oleh Mahkamah Internasional (statute of the International of juctice) dan dipakai oleh Peradilan Pidana Internasional (ICC) dengan Rome Statute (Statuta Roma). • Agreement, dalam bahasa Indonesia disebut persetujuan, lazim dipakai untuk perjanjian yang kurang penting dan biasanya bersifat bilateral. • Pact, dipergunakan untuk perjanjian yang membentuk pakta pertahanan atau pakta perdamaian. Dalam praktek isitlah Pact ini jarang digunakan pada saat ini.
  • 15. 1. Subjek Perjanjian Internasional Negara – negara Negara – Organisasi Internasional Organisasi Internasional – Organisasi Internasional Pemberontak - Negara
  • 16. Yang berhak membuat Perjanjian Internasional (dilihat dari Konstitusi): Negara dengan Undang-Undang Dasarnya; Organisasi Internasional dengan Anggaran Dasarnya; Pemberontak dengan kesepakatan.
  • 17. 2. Jumlah Pihak • Dua (Bilateral) • Banyak (Multilateral) – Contoh: Biological Diversity 1992, Liability Convention 1972, Perjanjian Pengelolaan Selat Malaka antara Singapura – Indonesia – Malaysia.
  • 18. 3. Sifat Pelaksanaan • Menentukan (Dispositive Treaties) Perjanjian yang begitu dilaksanakan begitu pula tujuan tercapai dengan sendiri dan perjanjian tersebut berakhir. Contoh: Perjanjian batas negara (Indonesia – Malaysia) • Melaksanakan (Executory Treaties) Perjanjian yang melaksanakan (proses & panjang), tujuan tercapai dalam jangka panjang sapai ada komitmen untuk mengakhiri. Contoh: Perjanjian Ekstradisi (Malaysia – Indonesia) tahun 1973 – sekarang. * Penerapannya harus memperhatikan Asas Double Criminality, artinya dike-2 negara harus sama-sama dapat dipidana.
  • 19. 4. Bentuk – Bentuk Perjanjian Internasional • Tertulis – memiliki ketegasan, kejelasan dan kepastian hukum. • Tidak Tertulis/Perjanjian Internasional Lisan.
  • 20. Perjanjian Internasional dalam bentuk Tertulis, terdiri dari: • PI antar negara : cirinya dalam pembukaannya menggunakan kata “The States Parties” • PI antar Kepala Negara : The High Contracting Parties. • PI antar Pemerintah : isinya lebih bersifat teknis, dengan ciri “The Government of … and The Government of …” • PI antar Kepala Pemerintah dan Kepala Negara.
  • 21. Macam-Macam Perjanjian Internasional ditinjau dari berbagai Segi/Sudut Pandang I. PI ditinjau dari segi jumlah negara yang menjadi pihak 1. 2. I. PI Bilateral PI Multilateral PI ditinjau dari segi kesempatan yang diberikan kepada Negara untuk menjadi Pihak/Peserta 1. 2. PI Khusus/Tertutup PI Umum/Terbuka
  • 22. III. PI ditinjau dari Kaidah Hukum yang dilahirkan 1. PI yang melahirkan kaidah hukum khusus bagi para pihak. 2. PI yang melahirkan kaidah hukum yang berlaku dalam kawasan. 3. PI yang melahirkan kaidah hukum yang berlaku umum.
  • 23. IV. PI ditinjau dari segi Bahasa yang dirumuskan 1. PI yang dirumuskan dalam satu bahasa. 2. PI yang dirumuskan dalam dua bahasa atau lebih, tetapi hanya satu bahasa saja yang sah/otentik. 3. PI yang dirumuskan dalam satu bahasa atau lebih tetapi semua dianggap sah/otentik.
  • 24. V. PI ditinjau dari segi Substansi Hukum yang dikandung 1. PI yang seluruh pasalnya merupakan rumusan dari Kebiasaan Internasional. 2. PI yang rumusan pasalnya merupakan Kaidah Hukum yang baru. 3. PI yang rumusan pasalnya merupakan perpaduan antara Kebiasaan Internasional dan Kaidah Hukum baru.
  • 25. VI. PI ditinjau dari Ruang Lingkup Berlakunya 1. PI Khusus 2. PI Regional 3. PI Umum/Universal VI. PI ditinjau dari segi Pemrakarsanya 1. PI yang diprakarsai oleh Negara-Negara 2. PI yang diprakarsai oleh Organisasi Internasional.
  • 26. 5. Fungsi Perjanjian Internasional dalam Pembentukan Hukum Internasional • Treaty Contract – Bersifat kontraktual, artinya bahwa PI sebagai hukum bagi para pihak (arti sempit PI = HI) • Law Making Treaties – PI yang membentuk HI, artinya bahwa Wilayah dan Materi yang ada dalam PI tersebut Luas dan Umum
  • 27. 6. Proses Pembuatan Perjanjian Internasional a. Dengan dasar hukum Konvensi Wina 1969 & 1986, ada 2 proses: 1. 2 tahap, meliputi Perundingan dan Penandatanganan. 2. 3 tahap, meliputi: 1. Perundingan 2. Penandatanganan 3. Pengesahan, meliputi: a) b) c) d) Ratifikasi (ratification) Aksesi (accesion) Akseptasi (acceptance) Persetujuan (approval)
  • 28. b. Menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tahap Penjajakan Tahap Perundingan Tahap Perumusan Naskah Tahap Penerimaan Naskah Tahap Penandatangan Tahap Pengesahan 2 T A H A P 3 T A H A P
  • 29. Contoh: RI (Perdana Menteri) Australia (Perdana Menteri) Pasal 11 UUDNRI 45 Jo. UU 24/2000 (Pelimpahan Wewenang) Harus melalui Credentials/ Full Powers (Surat Kuasa Penuh) DEPLU Direktur Hankam Diwakili oleh Menlu DEPLU Direktur Hankam Pertukaran Full Powers
  • 30. 1. Perundingan: a. Perencanaan – Perumusan – Naskah (draft) b. Penerimaan Naskah → Memberi paraf pada masing-masing naskah → Pulang mengakhiri perundingan supaya dikonsultasikan pada masing-masing negara maksimal 1 x 24 jam. → Masih ada kemingkinan diubah → Misal Pasal “x” tidak setuju dapat diganti “x’” a. Pengesahan Naskah (final draft) 2. Penandatanganan (Direktur masing-masing negara) → Apa dengan penandatangan, rakyat dan RI (negara) terikat? → Mengikat jika sudah dicantumkan dalam Lembaran Negara → Pengesahan
  • 31. →Pengesahan →Yang mengesahkan:  Presiden dan DPR (menurut UU No. 24 tahun 2000)  Presiden = Produk hukum – Keppres (versi UU No. 24 tahun 2000 – sekarang Perpres versi UU No. 10 tahun 2004) Apa fungsi lembaga pengesahan? Sebagai dasar hukum mengikat terhadap rakyat.
  • 32. Dalam UU 24 tahun 2000  6 bidang yang pengesahannya menggunakan UU: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Masalah politik, perdamaian dan Hankam; Perubahan wilayah dan penetapan wilayah; Perjanjian tentang kedaulatan dan hak berdaulat HAM dan Lingkungan Hidup; Pembentukan kaidah-kaidah hukum baru; Pinjaman dan/atau hibah luar negeri.  Selain ke-6 bidang tersebut pengesahannya menggunakan Keppres (Perpres)
  • 33. Batal 1. 2. 3. 4. Kapan perjanjian internasional itu batal & berakhir Hilang/lenyapnya suatu negara; Paksaan; Penipuan; Bertentangan dengan asas Hukum Internasional; 5. Muncul asas Hukum Internasional baru; 6. Pelanggaran terhadap Hukum Nasional;
  • 34. Berakhir 1. Tujuan yang ada dalam perjanjian tercapai; 2. Habis waktu berlakunya perjanjian; 3. Komitmen dari masing-masing pihak untuk mengakhiri Perjanjian Internasional; 4. Subyek punah; 5. Dipenuhinya syarat-syarat untuk mengakhiri Perjanjian Internasional; 6. Diadakan perjanjian kembali; 7. Punahnya objek perjanjian.
  • 35. M ateri P erjanjian Internasional 1. Preamble a. Memuat dasar filosofis/latarbelakang; b. Memuat dasar yuridis/hukum; c. Memuat dasar politis/tujuan yang ingin dicapai; 2. Substansi (Hak & Kewajiban) 3. Prosedur (Pelaksanaan & Penegakan (tidak selalu harus tercantum) ) 4. Penutup (Mulai berlaku, bahasa otentik, dibuat tanggal, dibuat di)
  • 37. Peristilahan Ada 2 istilah yang biasanya digunakan secara bergantian, yaitu: 1. Usage (Adat Istiadat) 2. Custom (Kebiasaan)
  • 38. • Adat Istiadat (Usage) merupakan tahapan yang mendahului adanya kebiasaan (Custom). • Kebiasaan mulai apabila adat istiadat berakhir. • Adat istiadat adalah suatu kebiasaan bertindak yang belum sepenuhnya memperoleh pengesahan hukum. • Adat istiadat bertentangan, namun kebiasaan harus terunifikasi dan bersesuaian (selfconsistent). • Kebiasaan, sebagaimana dimaksudkan oleh hukum, adalah suatu adat istiadat yang telah memperoleh kekuatan hukum.
  • 39. Penger tian Dalam Pasal 38 (1) sub b Statuta MI, dinyatakan, bahwa: “International Custom as evidence of a general practice accepted as law” Artinya bahwa: Kebiasaan internasional yang merupakan bukti dari adanya praktek atau perilaku yang berlaku umum dan diakui atau diterima sebagai hukum.
  • 40. Kebiasaan sebagai Sumber Hukum Ada 2 unsur, yaitu: • Perilaku (kebiasaan) itu merupakan fakta dari praktek atau perilaku yang secara umum telah dilakukan atau dipraktekan oleh negara-negara (the evidence of material fact); • Perilaku yang telah dipraktekan secara umum tersebut, oleh negara-negara atau masyarakat internasional, telah diterima atau ditaati sebagai perilaku yang memiliki nilai sebagai hukum. (opinio juris sive necessitatis).
  • 41. Dimana kita dapat mengetahui bukti adanya Hukum Kebiasaan Internasional? Hukum kebiasaan internasional dapat dilihat dan diamati serta dibuktikan eksistensinya, misalnya dalam bentuk: 1. 2. 3. 4. Perilaku atau tindakan pejabat-pejabat negara; Perjanjian-perjanjian Internasional; Perundang-undangan nasional negara-negara; Putusan-putusan pengadilan internasional maupun nasional; 5. Tulisan-tulisan atau karya-karya yuridis para sarjana; 6. Pernyataan-pernyataan pejabat tinggi negara.
  • 42. P erilaku/ tindakan P ejabat Negara • Perilaku negara-negara dilakukan oleh pejabat-pejabatnya, dari perilaku-perilaku tersebut sebagai cermin adanya kebiasaan internasional; • Perilaku baik aktif maupun pasif.
  • 43. Perjanjian-perjanjian Internasional Jika dibuat perjanjian bilateral atau multilateral mengenai hal tertentu, kemudian negara-negara lain meniru dan mengikutinya dengan jalan membuat perjanjian yang serupa, maka pokok masalah yang dituangkan dan dirumuskan dalam perjanjian-perjanjian itu sebagai petunjuk tentang adanya atau lahirnya hukum kebiasaan internasional.
  • 44. Peraturan Perundangundangan Nasional Negaranegara • Dari perundang-undangan nasional yang mengandung aspek-aspek hukum internasional, pengaturannya di dalam perundang-undangan nasional tiap-tiap negara terdapat kesamaan antara satu dengan lainnya. • Adanya kesamaan ini menunjukan adanya perilaku atau praktek yang sama antara negara-negara mengenai masalah yang bersangkutan.
  • 45. • Contoh: Undang-undang Tentang Batas Wilayah Negara, Undang-undang Tentang Kewarganegaraan, Undangundang Tentang Laut Teritorial, Undangundang Tentang Hak Lintas Damai, Undang-undang Tentang Zona Ekonomi Eksklusif.
  • 46. Putusan Badan Peradilan Nasional dan Internasional • Putusan pengadilan itu telah mempengaruhi praktek dan perilaku negaranya masingmasing. • Dari putusan-putusan tersebut dapat dilihat bahwa negara-negara dalam kasus yang sama tampak berperilaku sama, sehingga dapat dikatakan disini ada hukum kebiasaan internasional.
  • 47. Tulisan-tulisan atau karyakarya yuridis para sarjana • Dibatasi tulisan-tulisan yang isinya menguraikan atau mengungkapkan faktafakta yang mempunyai nilai hukum kebiasaan internasional, yakni sebagai pembenaran atas adanya perilaku atau praktek negara-negara mengenai suatu masalah tertentu. • Bukan tulisan yang merupakan pendapat atau pandangan pribadinya mengenai suatu persoalan tertentu.
  • 48. Pernyataan-pernyataan pejabat tinggi negara • Peristiwa yang sama atau sejenis, yang terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu yang berbeda-beda seringkali menimbulkan reaksi yang sama dari negara-negara di dunia. • Peristiwa yang sama berulang-ulang terjadi, menimbulkan reaksi yang sama dan berulang-ulang pula.
  • 50. Pengertian Dalam Pasal 38 (1) sub c Statuta MI, dinyatakan bahwa: “The General Principles of Law recognized by Civilized Nations” Artinya: Prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab.
  • 51. Latar belakang Ada 2 kelompok yang memberikan pemahaman yang berbeda: 1. Prinsip-prinsip umum hukum internasional beranggapan apabila sub c tidak menunjukan pada sumber-sumber hukum yang telah ada. (Luas) 2. Dengan adanya sub c maka Pengadilan dituntut supaya menggunakan prinsipprinsip hukum lokal yang telah dikenal oleh hampir seluruh bangsa dalam upayanya mengisi kekosongan hukum. (Terbatas)
  • 52. Dilihat dari sisi fungsinya Hukum Kebiasaan Internasional masukan dasar Asas Hukum Internasional
  • 53. Contoh: • • • • • • • • Lex locus Intrasisi/Intrasito Lex Locus Delictie Par In Parem Not Habet Jurisdictionem Lex Locus Contractus Lex Locus Actie Lex Destinasi Ius Soli & Ius Sanguinis Reciprocity
  • 54. • Continuity Of Treaties • Procedure of Disputes Settlement (Litigasi & Kooperasi (Non Litigasi)) • Polluter Prevention Pays • Good Faith • Pacta Sunt Servanda • Freedom of High Seas • National Treatment • Ne bis in idem
  • 55. Jurisprudensi, Doktrin & Resolusi (Sebagai Sumber Hukum Internasional tambahan)
  • 56. Sumber Hukum Internasional Tambahan • Fungsi: Ketentuan Hukum Internasional bersifat membuktikan dan mengembangkan ketentuan Hukum Internasional Primer; • Ar ti: Ketentuan Hukum Internasional yang berkembang mengikuti keberadaan masyarakat internasional.
  • 57. Jurisprudensi Putusan tidak hanya terbatas pada badan peradilan nasional saja, seperti putusan Mahkamah Internasional, Mahkamah Internasional Permanen, badan-badan arbitrase internasional, mahkamah Hak-hak Asasi Manusia, atau yang lainnya, termasuk didalamnya putusan badan peradilan nasional negara-negara, badan arbitrase internasional maupun badan peradilan nasional lainnya yang mungkin ada dalam suatu negara.
  • 58. Dibagi 2 jenis: 1. Solution Paradigm – – Harus ada putusan (Jalur Litigasi) Contoh: Putusan MI PBB tentang penguasaan pulau Sipadan dan Ligitan, 2004. 1. Cooperative Paradigm – – ADR (Alternative Disputes Resolution) atau Jalur Non Litigasi. Contoh: Perundingan, Kesepakatan, Mediasi, Konsiliasi, Jasa-jasa Baik, Rechtvinding.
  • 59. Doktrin Pendapat seorang atau beberapa para sarjana (dalam suatu komisi) yang kemudian dikutip dan disetujui oleh sarjana lain, yang kemudian berkembang menjadi suatu kesamaan padangan para sarjana maupun anggota masyarakat luas tentang masalah yang diberi pendapat oleh sarjana tersebut.
  • 60. Doktrine Hukum Internasional 1. The Objective Sovereignty of a State Doctrine; 2. The Objective Responsibility of a State Doctrine; 3. Imputability Doctrine; 4. Culpa Doctrine.
  • 61. Resolusi • Resolusi mengikat sebagai hukum bagi organisasi internasional tersebut maupun mengikat bagi negara-negara anggotanya; • Resolusi (misal resolusi majelis umum PBB), ada yang lahir dengan suara bulat atau konsensus, ada yang lahir dengan suara terbanyak, baik karena sejumlah mayoritas yang pro berhadapan dengan minoritas yang kontra, atau ditengahnya ada yang abstain.
  • 62. • Bagaimana dengan negara yang kontra dan abstain, apakah harus mentaati/melaksanakan resolusi tersebut? • Karena pada hakekatnya sikap kontra atau abstain tersebut merupakan manifestasi dari sikap politik negara tersebut yang sedapat mungkin harus ia pertahankan. • Dengan kondisi masyarakat internasional yang koordinatif, maka tidak ada satu pihakpun yang dapat memaksa negara yang kontra dan abstain tersebut.
  • 63. • Terhadap masalah tersebut, berdasarkan asas demokrasi yang juga berlaku bagi masyarakat internasional, maka negara yang kontra dan abstain tersebut harus terikat pada resolusi tersebut. • Pandangan seperti ini menganalogikan masyarakat internasional seperti masyarakat nasional. • Tinggal apakah, negara yang kontra dan abstain tersebut benar-benar mentaati atau setidak-tidaknya tidak bertentangan dengan resolusi yang telah disepakati.