SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 50
Baixar para ler offline
KATA PENGANTAR

Dalam upaya peningkatan mutu sumberdaya manusia Indonesia agar mampu bersaing
dalam era Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008
tentang Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah
Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam era
keterbukaan dan globalisasi.
Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian
Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan
tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada akhir
tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat dicapai
akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas, maka
orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada peningkatan
mutu pendidikan.
Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun
berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan
kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan
program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait dengan
Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga diharapkan dapat
terpenuhi.
Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan,
sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan
berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan,
baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun yang
dilaksanakan langsung oleh sekolah.
Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan
program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif
dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai
dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya.
Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama
dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program
atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun
anggaran 2010.
                                                         Jakarta, Januari 2010
                                                         Direktur Pembinaan
                                                         Sekolah Menengah Pertama,




                                                       Didik Suhardi, SH., M.Si
                                                       NIP. 196312031983031004




                                         iii
DAFTAR ISI


kata Pengantar......................................................................................................iii
Daftar Isi ............................................................................................................... v
Bab I Pendahuluan................................................................................................ 1
    A.     Latar Belakang.......................................................................................... 1
    B.     Tujuan ....................................................................................................... 2
    C.     Ruang Lingkup ......................................................................................... 2
    D.     Pentingnya Integrasi Gender Pada Satuan Pendidikan Sekolah Menengah
           Pertama ..................................................................................................... 3
Bab Ii Mengenai Panduan..................................................................................... 5
    A.     Pengertian ................................................................................................. 5
    B.     Prinsip-Prinsip .......................................................................................... 5
    C.     Pengguna Panduan.................................................................................... 6
    D.     Kegunaan Panduan ................................................................................... 6
Bab Iii Pengelolaan Pendidikan Responsif Gender .............................................. 9
    A. Pengertian ................................................................................................. 9
    B. Unsur-Unsur Pengelolaan Pendidikan Responsif Gender....................... 10
    C. Isu Gender Dalam Pengelolaan Pendidikan Responsif Gender .............. 10
    D. Strategi Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Pengelolaan
       Pendidikan .............................................................................................. 12
    E. Proses Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Pengelolaan
       Pendidikan .............................................................................................. 15
    F. Hasil Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Pengelolaan
       Pendidikan .............................................................................................. 16
Bab Iv Pembelajaran Di Sekolah Menengah Pertama Yang Responsif Gender21
    A. Pengertian ............................................................................................... 21
    B. Unsur-Unsur Pembelajaran Responsif Gender ....................................... 23
    C. Isu Gender Dalam Pembelajaran Responsif Gender ............................... 23
    D. Strategi Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Proses
       Pembelajaran........................................................................................... 24
    E. Proses Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Pembelajaran30
    F. Hasil Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Pengelolaan
       Pendidikan .............................................................................................. 31




                                                                v
Bab V Komite Sekolah Dalam Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
    Responsif Gender ........................................................................................ 35
    A. Pengertian ............................................................................................... 35
    B. Unsur-Unsur Komite Sekolah Responsif Gender ................................... 36
    C. Isu Gender Dalam Komite Sekolah Responsif Gender .......................... 36
    D. Strategi Meujudkan Komite Sekolah Responsif Gender......................... 36
    E. Proses Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Komite
       Sekolah ................................................................................................... 37
    F. Hasil Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Komite Sekolah38
Bab Vi Penutup................................................................................................... 41
Lampiran:............................................................................................................ 43




                                                             vi
Belajar Untuk Masa Depanku




                                             BAB I
                                         PENDAHULUAN


A.         LATAR BELAKANG

           Sistem Pendidikan Indonesia harus menjamin pemerataan dan
           perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan daya
           saing, serta kepemerintahan yang baik, akuntabilitas, dan pencitraan
           publik. Dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Sistim Pendidikan
           Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan
           diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
           diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
           keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, dan pasal 5 ayat
           (1) menetapkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama
           untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Berdasarkan landasan
           hukum formal tersebut, setiap orang mempunyai kesempatan yang
           sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu pada semua jenis,
           jenjang maupun jalur pendidikan tanpa membedakan jenis kelamin,
           status sosial ekonomi, agama maupun latar belakang budaya.

           Dalam upaya mempersempit atau meniadakan kesenjangan gender
           dalam berbagai bidang kehidupan, pemerintah Indonesia telah
           menetapkan Inpres nomor 9 tahun 2000 tentang ”Pengarusutamaan
           Gender dalam Pembangunan Nasional”, yang kemudian ditindak lanjuti
           dengan keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun
           2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender
           Dalam Pembangunan di Daerah dan Permendiknas Nomor 84 Tahun
           2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di
           Bidang Pendidikan.

           Di bidang pendidikan, pengarusutamaan gender telah dilaksanakan
           pada jajaran birokrasi pendidikan melalui peningkatan kapasitas
           pengambil kebijakan dan perencana pendidikan, sedangkan pada satuan
           pendidikan dilakukan melalui pengembangan satuan pendidikan yang
           berwawasan gender baik pada jalur formal maupun nonformal.
           Pengarusutamaan gender pada satuan pendidikan sekolah menengah
           pertama (SMP) merupakan strategi yang sangat penting dalam rangka
           meningkatkan efisiensi pembangunan dalam berbagai bidang, termasuk
           di dalamnya peningkatan penghormatan terhadap hak-hak asasi




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                           1
Belajar Untuk Masa Depanku




     manusia. Pengarusutamaan gender di SMP akan berdampak besar
     terhadap cara
     pandang dan tindak anak-anak di masa yang akan datang karena
     mereka telah mengikuti proses pembelajaran yang mampu
     mengembangkan multi intelegensi peserta didik tanpa terkendala oleh
     jenis kelaminnya. Oleh karena itu melalui acuan ini diharapkan
     sekolah-sekolah melakukan pengembangan pendidikan secara bermutu
     dengan mengintegrasikan dimensi keadilan dan kesetaraan gender
     melalui; 1) manajemen pendidikan sekolah yang responsif gender; 2)
     proses pembelajaran yang responsif gender; dan 3) peran serta
     masyarakat dalam pendidikan yang responsif gender.

     Pengarusutamaan gender di SMP tidak berarti mengajarkan materi/
     konsep gender pada mata pelajaran akan tetapi menerapkan dimensi
     keadilan dan kesetaraan gender dalam setiap praktek-praktek pedidikan
     yang dilaksanakan oleh kepala sekolah, tenaga pendidik, tenaga
     kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik dan komite sekolah.

B.   TUJUAN

     Tujuan dari penyusunan panduan ini adalah memandu Kepala Sekolah,
     tenaga pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik
     dan komite sekolah,. pada Sekolah Menengah Pertama dalam:

     1.   Mengembangkan manajemen pendidikan yang responsif gender di
          Sekolah      Menengah Pertama, mencakup budaya sekolah,
          pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan SDM,
          pembiayaan/pendanaan pendidikan yang responsif gender.
     2.   Merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang responsif
          gender, mencakup bahan ajar, silabus, RPP, standar kompetensi
          dan indikator serta media pembelajaran yang responsif gender.
     3.   Memandu para anggota komite sekolah dalam merancang,
          mengembangkan, dan mengelola program komite sekolah yang
          responsif gender.

C.   RUANG LINGKUP

      Panduan ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
      mengintegrasikan keadilan dan kesetaraan gender pada satuan
      pendidikan SMP, terutama oleh:




2                                                        Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




           1. Pengelola Pendidikan pada Sekolah Menegah Pertama, mencakup:
               Kepala Sekolah dan pengawas sekolah dalam merancang
               pengembangan manajemen pendidikan SMP responsif gender.
            2. Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam merancang dan
               mendukung proses pembelajaran responsif gender.
            3. Peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran responsif
               gender.
            4. Komite sekolah dalam mengembangkan program komite sekolah
               responsif gender.

D.         PENTINGNYA INTEGRASI GENDER PADA                                           SATUAN
           PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

           Beberapa pertimbangan pentingnya integrasi gender dalam pendidikan
           di SMP, di antaranya:

           1.    Praktek ketidakadilan gender secara sadar atau tidak masih terjadi
                 pada proses pendidikan, baik yang dilakukan oleh keluarga
                 maupun oleh lembaga pendidikan SMP. Beberapa contoh
                 ketidakadilan gender pada SMP antara lain berupa proses
                 pembelajaran yang bersifat stereotipe, dimana anak laki-laki
                 cenderung diberi motivasi untuk menjadi kuat, agresif, pemberani,
                 melakukan kegiatan-kegiatan yang menantang, dan didorong untuk
                 menjadi pemimpin, beraktivitas di luar rumah. Di sisi lain,
                 perempuan cenderung diberi motivasi untuk menjadi penurut,
                 tergantung, mengerjakan pekerjaan yang monoton dan berulang-
                 ulang serta didorong untuk melakukan aktivitas sosial
                 kemasyarakatan dan aktivitas kerumahtanggaan (domestik).
                 Praktek ketidakadilan gender dalam bentuk pembakuan peran
                 gender yang kaku ini terjadi karena adanya keyakinan dan
                 pembenaran tentang peran gender yang kaku sehingga ditanamkan
                 sepanjang hidup manusia yang pada akhirnya dianggap sebagai hal
                 yang wajar. Padahal, pembagian peran yang kaku akan memberi
                 dampak kurang menguntungkan bagi peserta didik karena mereka
                 tidak bisa tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang utuh
                 dalam merespon dinamika kehidupan yang semakin kompleks.
           2.    Dalam rangka merubah semua ketimpangan gender dan stereotipe
                 pada kehidupan masyarakat, maka perlu dilakukan pendidikan di
                 Sekolah yang responsif gender.
           3.    Pendidikan di sekolah yang responsif gender diharapkan dapat
                 menurunkan secara signifikan tingkat kesenjangan gender (gender




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                           3
Belajar Untuk Masa Depanku




        gap) di berbagai aspek pengembangan potensi peserta didik
        sehingga dalam jangka panjang akan mengurangi masalah sosial,
        seperti kemiskinan, kekerasan dalam rumah tangga, trafficking,
        pelacuran dan lain sebagainya.

    Strategi integrasi perspektif gender dapat dilakukan antara lain melalui:
     1. Mendesain dan mengimplementasikan manajemen pendidikan
          yang menegaskan pentingnya keterlibatan perempuan dan laki-
          laki secara seimbang dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
          evaluasi maupun monitoring kebijakan/program/kegiatan
          pendidikan.
     2. Mendesain dan mengimplementasikan proses pembelajaran yang
          responsif gender, baik dalam penyusunan bahan ajar, silabus,
          RPP, standar kompetensi dan indikator serta media pembelajaran
          yang responsif gender.
     3. Mendesain kegiatan komite sekolah yang responsif gender, baik
          dalam kepengurusan komite sekolah maupun kegiatan-kegiatan
          komite sekolah.

    Metode yang dipakai dalam penyusunan panduan ini adalah metode
    participatory, dengan melibatkan seluruh stakeholders pendidikan, baik
    di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.




4                                                          Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




                               BAB II
                  PENGERTIAN DAN KEGUNAAN PANDUAN


A. PENGERTIAN

           Yang dimaksud dengan panduan adalah: suatu aturan atau prinsip-
           prinsip yang disesuaikan untuk menghasilkan tujuan yang ingin dicapai
           (A rule or principle by which a judgment or detremine a course of
           action).
           Yang dimaksud dengan panduan mencakup suatu perencanaan atau
           penjelasan terperinci yang memberikan serangkaian petunjuk atau
           menghasilkan suatu aksi (A detailed plan or explanation to privide
           direction in setting or determineing a course of action).
           Yang dimaksud dengan panduan adalah serangkaian langkah-langkah
           yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (A series of
           steps to be carried out or goals to be accomplished).
           Berdasarkan pendapat tersebut maka panduan pendidikan sekolah
           menengah responsif gender adalah suatu aturan atau prinsip-prinsip
           terperinci sebagai petunjuk bagi kepala sekolah/ tenaga pendidik/
           tenaga kependidikan/pengawas sekolah/peserta didik/komite sekolah
           agar mampu menghasilkan suatu aksi yang berkaitan dengan
           manajemen pendidikan/proses pembelajaran yang responsif gender
           serta mampu mewujudkan partisipasi masyarakat                   yang
           mengedepankan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender di SMP.

B. PRINSIP-PRINSIP

           Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam penulisan panduan ini
           adalah:
           1. Mudah dipahami oleh pengguna, yaitu kepala sekolah, tenaga
                pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik
                serta komite sekolah.
           2. Fokus pada unsur manajemen pendidikan, proses pembelajaran
                dan partisipasi pendidikan.
           3. Jelas tujuannya, yaitu sebagai panduan bagi kepala sekolah, tenaga
                pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik
                serta komite sekolah dalam mewujudkan sekolah responsif gender
           4. Jelas apa yang mau dihasilkan, yaitu dirumuskan dan
                dilaksanakannya suatu aksi dari kepala sekolah, tenaga pendidik,
                tenaga kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik serta komite



QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                           5
Belajar Untuk Masa Depanku




         sekolah yang berkaitan dengan manajemen pendidikan, proses
         pembelajaran yang responsif gender serta mewujudkan partisipasi
         masyarakat yang mengedepankan nilai-niali keadilan dan
         kesetaraan gender di SMP.
    5.   Teridentifikasi user (penggunanya), yaitu kepala sekolah, tenaga
         pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik
         serta komite sekolah pada satuan pendidikan SMP.
    6.   Menggunakan metode yang mudah dan relevan sesuai dengan
         konteks satuan pendidikan SMP serta dapat diaplikasikan dengan
         mudah, karena panduan ini diujicobakan ke satuan pendidikan
         SMP untuk mendapatkan masukan sebagai dasar perbaikan.
    7.   Bersifat formatif, dimana subyek yang sudah dirumuskan
         diujicobakan dan dinilai oleh stakeholders pendidikan pada satuan
         pendidikan SMP. Selanjutnya bahan masukan tersebut digunakan
         sebagai dasar perbaikan.

C. PENGGUNA PANDUAN

    Panduan ini dirancang untuk digunakan oleh:
    1.  Kepala sekolah dalam mengembangkan manajemen pendidikan
        yang responsif gender di sekolah Menengah Pertama, mencakup
        budaya sekolah, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan
        SDM, pembiayaan/pendanaan pendidikan yang responsif gender.
    2.  Tenaga pendidik dalam merancang dan melaksanakan proses
        pembelajaran yang responsif gender, mencakup bahan ajar,
        silabus, RPP, standar kompetensi dan indikator serta media
        pembelajaran yang responsif gender.
    3.  Komite sekolah dalam merancang, mengembangkan, dan
        mengelola program komite sekolah yang responsif gender.
    4.  Peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran yang
        mengedepankan nilai keadilan dan kesetaraan gender.
    5.  Tenaga kependidikan dalam mendukung pelaksanaan pendidikan
        responsif gender.
    6.  Pengawas sekolah dalam memonitor pelaksanaan pendidikan
        responsif gender.

D. KEGUNAAN PANDUAN

    Panduan ini berguna bagi Kepala Sekolah, tenaga pendidik, tenaga
    kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik dan komite sekolah.
    pada Sekolah Menengah Pertama untuk menyusun langkah-langkah




6                                                        Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




           terinci dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu
           mewujudkan sekolah responsif gender, baik dalam pengelolaan
           sekolah, proses pembelajaran maupun penggerak partisipasi
           masyarakat.

           Panduan ini dapat digunakan oleh siapapun yang berkeinginan untuk
           mewujudkan sekolah responsif gender, baik mereka yang sudah pernah
           maupun yang belum pernah mengikuti capacity building sensitivitas
           gender.




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                           7
Belajar Untuk Masa Depanku




                           BAB III
           PENGELOLAAN PENDIDIKAN RESPONSIF GENDER


A. PENGERTIAN

           Manajemen/pengelolaan pendidikan untuk sekolah mengacu pada
           konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dalam konsep MBS,
           terdapat tiga hal pokok yang dibahas, yaitu; manajemen sekolah, model
           pembelajaran, dan peran serta masyarakat dalam pendidikan. Di lain
           pihak, pendidikan sekolah responsif gender akan memberikan
           penguatan terhadap MBS dengan memasukkan pertimbangan gender
           dalam setiap komponen MBS. Dengan demikian model sekolah
           responsif gender dapat diartikan sebagai program sekolah yang
           menerapkan pendekatan MBS berbasis kesetaraan gender.

           Pengarusutamaan gender dalam konteks MBS dapat diintegrasikan
           melalui tugas dan fungsi (tupoksi) sekolah dalam menerapkan MBS
           yang meliputi komponen-komponen; pengelolaan proses belajar
           mengajar; perencanaan, evaluasi, dan supervisi; pengelolaan kurikulum
           dan pembelajaran; pengelolaan ketenagaan; pengelolaan fasilitas;
           pengelolaan keuangan; pelayanan peserta didik; peran serta
           masyarakat; dan pengelolaan budaya sekolah.

           Penerapan MBS responsif gender diharapkan dapat mewujudkan
           sekolah yang berprestasi bagi peserta didik perempuan dan laki-laki.
           Sekolah berprestasi dapat dikategorikan menjadi dua; yaitu prestasi
           akademik dan non akademik. Pertama, Prestasi akademik; peserta
           didik laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai prestasi
           akademik berbentuk nilai UN yang tinggi, juara karya ilmiah, juara
           lomba-lomba akademik (seperti: Bahasa Inggris, Matematika, Fisika,
           Kimia, dan sebagainya). Kedua, Prestasi non akademik; peserta didik
           laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai prestasi non akademik
           berupa semangat/kemauan belajar seumur hidup, mencintai ilmu,
           toleransi, disiplin, taat beragama, kerajinan, memiliki cita rasa seni
           yang tinggi. Ketiga, tahapan mewujudkan MBS responsif gender;
           beberapa tahapan pokok menjadi penting artinya untuk dilalui dalam
           rangka mewujudkan MBS yang responsif gender.




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                           9
Belajar Untuk Masa Depanku




B. UNSUR-UNSUR PENGELOLAAN PENDIDIKAN RESPONSIF
   GENDER

     Unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan
     pendidikan responsif gender pada SMP antara lain: Budaya sekolah,
     sarana prasarana, pengelolaan SDM (Tenaga Pendidik dan Tenaga
     Kependidikan), Pembiayaan/pendanaan pendidikan.

C. ISU GENDER DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN
   RESPONSIF GENDER

     1. Isu Gender pada Budaya Sekolah
        Budaya sekolah memberikan pencitraan terhadap sekolah itu
        sendiri, sehingga tidak jarang pandangan terhadap sekolah
        didasarkan atas budaya sekolah yang dibangun oleh warga sekolah
        di sekolah tersebut. Beberapa fokus pengkajian budaya sekolah
        dalam kaitan dengan perwujudan keadilan dan kesetaraan gender di
        antaranya:
        a. Budaya sekolah seringkali lebih banyak menguntungkan anak
           laki-laki, sehingga laki-laki mendapatkan perlakuan yang lebih
           baik dibandingkan dengan perempuan. Misal : anak laki-laki
           diprioritaskan untuk menjadi ketua OSIS, pemimpin upacara,
           dll. Hal ini sebagai salah satu bentuk pembakuan peran-peran
           gender yang ada di masyarakat, dimana pemimpin dianggap
           lebih cocok dilakukan oleh laki-laki.
        b. Kesenjangan gender dalam kaitan dengan partisipasi peserta
           didik yang dapat ditunjukkan dengan proporsi jumlah peserta
           didik di sekolah yang menyebabkan jenis kelamin laki-laki
           menjadi kelompok yang mendominasi dibandingkan dengan
           peserta didik perempuan.
        c. Stereotipe atau pembakuan citra dari peran-peran laki-laki
           maupun perempuan yang merugikan jenis gender lainnya.
        d. Diskriminasi terhadap jenis kelamin tertentu sehingga
           menghalangi jenis kelamin tersebut untuk mendapatkan hak-
           haknya serta melaksanakan peran-perannya di lingkungan
           sekolah.
        e. Kekerasan berbasis gender, baik fisik, psikis maupun seksual,
           seperti memandang lebih rendah dan meminggirkan, pelecehan
           seksual, dan yang sejenisnya.
        f. Jumlah tenaga pendidik pada jenjang sekolah menengah pertama
           lebih banyak didominasi oleh perempuan dari pada laki-laki (60-




10                                                        Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




                   70% tenaga pendidik SMP adalah perempuan), termasuk jumlah
                   peserta didik maupun tenaga pendukungnya/Tata Usaha
               g. Normatif tenaga pendidik yang mengajar olah raga di SMP
                   adalah laki-laki.
               h. Seharusnya peran dan fungsi tenaga pendidik BK sangat
                   strategis untuk memberikan pemahaman pendidikan yang
                   responsif gender kepada semua peserta didik melalui kegiatan
                   pengembangan diri dan kegiatan ekstra kurikuler yang masih
                   netral. Ketidaktahuan tenaga pendidik BK bahwa antara peserta
                   didik laki-laki dan perempuan punya potensi yang sama terhadap
                   mata pelajaran tata boga, tata busana dan mata pelajaran lainnya.
               Kondisi di atas merupakan sebagian dari kondisi yang dapat
               mempengaruhi pemikiran, sikap, dan perilaku anak-anak, baik di
               lingkungan sekolah maupun di masyarakat, baik pada saat ini
               maupun pada masa yang akan datang.

           2. Isu Gender pada Sarana dan Prasarana Sekolah
              Sarana dan prasarana sekolah seringkali dirancang                              tidak
              memperhatikan perbedaan kebutuhan antara peserta                               didik
              perempuan dan laki-laki. Misalnya :

               a.    Meja sekolah didesain terbuka sehingga tidak nyaman bagi
                     perempuan karena memakai rok,
               b.    Tidak tersedia ruang ganti berpakaian yang aman dari
                     kemungkinan terjadinya pelecehan seksual,
               c.    Tidak tersedianya perlengkapan yang dibutuhkan pada saat
                     perempuan menstruasi seperti pembalut perempuan, obat
                     pereda nyeri haid, air dalam jumlah yang cukup, dll. Padahal
                     kebutuhan tersebut mutlak diperlukan oleh perempuan dan
                     tidak diperlukan oleh laki-laki.

           3. Isu Gender pada Pengelolaan SDM
              Pengelolaan SDM di sekolah seringkali belum responsif gender,
              misalnya kesempatan untuk mendapatkan beasiswa belajar selama
              ini lebih banyak dimanfaatkan oleh tenaga pendidik laki-laki, dan
              sekolah tidak sensitif untuk memberikan tindakan affirmative action
              sebagai mekanisme pemaksa agar tenaga pendidik perempuan juga
              memanfaatkan tawaran beasiswa. Hal ini berakibat pada lebih
              rendahnya prosentase tenaga pendidik perempuan yang terakreditasi
              dibandingkan laki-laki karena kendala tingkat pendidikan di bawah
              S1.




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          11
Belajar Untuk Masa Depanku




     4. Isu Gender pada Anggaran dan Pembiayaan Sekolah
        Rencana Anggaran dan Pembiayaan Sekolah masih netral gender,
        artinya belum ada analisis tentang kebermanfaatan secara adil bagi
        laki-laki dan perempuan terhadap anggaran yang ada di sekolah.
        Disisi lain penganggaran pendidikan di sekolah belum
        mempertimbangkan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi
        baik oleh guru dan siswa laki-laki maupun perempuan.
        Isu lain dalam penganggaran dan pembiayaan pendidikan di SMP
        yaitu keterlibatan guru, dan orang tua siswa baik laki-laki maupun
        perempuan dalam penyusunan RAPBS sekolah.


D. STRATEGI INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN
   GENDER DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN

     Strategi integrasi keadilan dan kesetaraan gender dalam pengelolaan
     pendidikan akan diklasifikasikan ke dalam 4 bahasan pokok, yaitu; 1)
     penciptaan budaya sekolah yang responsif gender; 2) penataan sarana
     dan prasarana yang responsif gender; 3) pengelolaan SDM yang
     responsif gender; dan 4) pengelolaan pendanaan yang responsif gender
     di sekolah dasar.

     1. Penciptaan dan Penanaman Budaya Sekolah dan Cinta
         Lingkungan yang Responsif Gender
         Upaya untuk menciptakan dan menanamkan budaya sekolah dan
         cinta lingkungan yang Responsif Gender tersebut dapat dilakukan
         dengan beberapa langkah sebagai berikut.
        a. Memberikan contoh keteladanan dan pengalaman (nilai-nilai,
             norma, dan perilaku) dari semua pengelola sekolah (kepsek,
             tenaga pendidik, tenaga kependidikan lainnya) kepada semua
             peserta didik dalam melaksanakan budaya cinta lingkungan
             di sekolah.
        b. Menciptakan rasa aman dan nyaman tanpa ada kekerasan fisik,
             psikis, seksual berbasis perbedaan jenis kelamin
        c. Menciptakan dan melaksanakan budaya cinta lingkungan
             sekolah yang bersih, asri, hijau, indah, dan nyaman yang
             resposif gender agar anak memiliki kepekaan terhadap
             lingkungan sekitar (sekolah, keluarga, masyarakat, dan
             negara).
        d. Memberikan penghargaan dan penghormatan sesuai dengan
             posisi dan perannya masing-masing.




12                                                        Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




                 e.  Menghindari terjadinya diskriminasi gender baik terhadap
                     laki-laki maupun terhadap perempuan.
                 f. Menghilangkan stereotip gender baik mengenai fungsi dan
                     peran laki-laki maupun perempuan.
                 g. Tidak menggunakan simbol-simbol, gambar, poster, lukisan
                     dan bahasa verbal maupun non-verbal yang dapat
                     menimbulkan pelecehan laki-laki maupun perempuan.
                 Untuk mewujudkan hal tersebut, maka setiap komponen sekolah
                 memiliki peran masing-masing.
                 a. Kepala Sekolah
                     1) Memberi keteladanan setara dan adil gender
                     2) Melakukan kebijakan yang setara dan adil gender
                     3) Menegakkan peraturan tanpa diskriminasi gender
                     4) Mengembangkan relasi warga sekolah yang setara dan
                          adil gender.
                 b. Tenaga Pendidik
                     1) Memberikan keteladanan yang setara gender;
                     2) Menerapkan pembelajaran adil gender;
                     3) Memberikan penilaian yang tidak diskriminatif;
                     4) Membangun relasi gender yang tidak diskriminatif.
                 c. Peserta didik
                     1) Berperilaku tidak melecehkan gender tertentu
                     2) Mematuhi kebijakan sekolah yang responsif gender
                     3) Menerapkan kesetaraan gender dengan menempatkan diri
                          sesuai dengan posisinya
                     4) Hubungan sosial setara sesama teman tanpa diskriminasi
                          gender.
                 d. Tenaga Kependidikan
                     1) Memberi keteladanan yang setara dan adil gender
                     2) Memberikan pelayanan tanpa diskriminasi gender
                     3) Melaksanakan pekerjaan tanpa stereotipi gender dan tidak
                          memihak
                     4) Menjalankan peraturan tanpa diskriminasi gender
                     5) Menerapkan kesetaraan gender di lingkungan kerjanya
                     6) Mendukung kebijakan sekolah yang berorientasi
                          kesetaraan dan keadilan gender
                 e. Komite Sekolah
                     1) Komite sekolah memberi keteladanan dalam kesetaraan
                          dan keadilan gender
                     2) Melakukan kebijakan responsif gender




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          13
Belajar Untuk Masa Depanku




            3) Membiasakan pemberian akses, peran pengambilan
               keputusan atau kontrol yang sama antar laki-laki dan
               perempuan
            4) Mendorong terwujudnya partisipasi semua jenis kelamin
               dalam kegiatan sekolah

     2. Penciptaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah
        Menengah Pertama Responsif Gender
        Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam mewujudkan sarana
        dan prasarana yang responsif gender di sekolah dasar, di
        antaranya:
        a. Menyediakan sarana-prasarana yang ramah lingkungan
            dengan mempertimbangkan kebutuhan berbeda (spesifik)
            antara laki-laki dan perempuan.
        b. Memanfaatkan sarana-prasarana yang tidak mendukung
            terjadinya dominasi jenis kelamin tertentu.
        c. Meninjau kembali sarana-prasarana yang penggunaannya
            tidak ramah (kesulitan) pada jenis kelamin tertentu.
        d. Menyediakan sarana-prasarana untuk menunjang fungsi
            reproduksi dan kultural, misalnya: tempat penitipan anak bagi
            tenaga pendidik yang memiliki anak usia dini, kamar mandi
            terpisah, dan transportasi yang aman, dll.

     3. Pengelolaan SDM yang Responsif Gender
         Agar SDM (tenaga pendidik dan kependidikan) yang ada di
         sekolah memiliki kemampuan untuk mentransformasikan dan
         berperilaku adil dan setara gender dapat dilakukan langkah-
         langkah sebagai berikut:
         a. Mendorong semua tenaga pendidik (laki-laki dan perempuan)
             untuk dapat mengikuti pelatihan-pelatihan.
         b. Mendorong semua tenaga pendidik untuk berpartisipasi
             secara aktif dalam setiap kegiatan di sekolah dengan
             menghilangkan peran-peran stereotip gender.
         c. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua tenaga
             pendidik dan kependidikan untuk menjadi panitia atau
             kegiatan-kegiatan lainnya.
         d. Menghilangkan peran-peran stereotip gender yang ada di
             sekolah, misalnya; tenaga pendidik pramuka selalu laki-laki,
             tenaga pendidik olah raga selalu laki-laki, tenaga pendidik
             keterampilan (tata boga dan busana) selalu perempuan, dan
             sebagainya.




14                                                       Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




            4. Pembiayaan Sekolah yang Responsif Gender
                Untuk mewujudkan pembiayaan pendidikan sekolah yang
                responsif gender memang tidak mudah. Sebagian besar selalu
                beranggapan bahwa biaya pendidikan bertujuan untuk
                meningkatkan mutu dan akses yang sama bagi laki-laki dan
                perempuan. Untuk mendorong perwujudan anggaran yang
                responsif gender di sekolah perlu dilakukan beberapa strategi
                sebagai berikut:
                a. Memastikan bahwa anggaran disusun melibatkan dan
                    memperhatikan aspirasi perempuan dan laki-laki (tenaga
                    pendidik dan anggota komite sekolah) secara setara.
                b. Memastikan bahwa anggaran yang disusun memiliki manfaat
                    untuk kedua jenis kelamin secara adil dan setara gender.
                c. Memastikan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kontrol
                    yang sama terhadap pemanfaatan dana yang dikelola oleh
                    sekolah.

E.         PROSES INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN
           GENDER DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN

           Proses integrasi keadilan dan kesetaraan gender dalam pengelolaan
           pendidikan, dilakukan melalui :
           1) Memastikan bahwa kepala sekolah, guru serta tenaga kependidikan
               lainnya memahami tentang keadilan dan kesetaraan gender di
               sekolah;
           2) Mengetahui isu-isu gender di sekolah yang berkaitan dengan
               pengelolaan SMP, terutama yang berkaitan dengan budaya
               sekolah, sarana dan prasarana sekolah serta pengelolaan SDM dan
               pembiayan pendidikan responsif gender;
           3) Memasukkan isu-isu tersebut dalam perencanaan pengelolaan SMP
               responsif gender, seperti dalam penyusunan Rencana Anggaran
               dan Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS), penyusunan da
               pelaksanaan kegiatan-kegiatan budaya sekolah serta pelatihan-
               pelatihan yang diberikan kepada guru serta tenaga kependidikan
               lainnya;
           4) Melaksanakan budaya sekolah, sarana dan prasarana sekolah serta
               pengelolaan SDM dan pembiayaan pendidikan di SMP sudah
               memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender;
           5) Melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan SMP responsif
               gender.




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          15
Belajar Untuk Masa Depanku




F.   HASIL INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN
     GENDER DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN

     Hasil integrasi keadilan dan kesetaraan gender dapat diamati melalui
     pencapaian indikator keadilan dan kesetaraan gender pada budaya
     sekolah, sarana dan prasarana sekolah, pengelolaan SDM dan
     pendanaan responsif gender.

     1. Indikator Manajemen Pendidikan SMP Responsif Gender
        a. Budaya Sekolah
            Seluruh interaksi yang terjadi di lingkungan sekolah merupakan
            cerminan dari budaya yang berlaku di sekolah tersebut. Budaya
            sekolah diciptakan oleh seluruh komponen sekolah melalui
            interaksi di antara komponen sekolah.
            Untuk meningkatkan perwujudan keadilan dan kesetaraan
            gender di sekolah maka perlu diciptakan budaya sekolah yang
            responsif gender, yaitu budaya yang mendorong terwujudnya
            keadilan dan kesetaraan gender yang diwujudkan dalam bentuk
            sikap, norma dan relasi warga sekolah, sehingga laki-laki dan
            perempuan memperoleh keuntungan yang sama. Keuntungan-
            keuntungan tersebut dilihat dari beberapa aspek, di antaranya:
            1). Semua jenis kelamin memperoleh akses yang sama
                 terhadap hak-hak dasar dalam pelayanan pendidikan di
                 sekolah;
            2). Semua jenis kelamin memiliki peluang yang sama untuk
                 berpartisipasi dalam proses pencapaian hak-hak dasar dan
                 sumber daya, termasuk dalam proses pengambilan
                 keputusan;
            3). Semua jenis kelamin memiliki akses yang sama dalam
                 memberikan kontrol terhadap sumberdaya pendidikan di
                 sekolah;
            4). Semua jenis kelamin memperoleh manfaat yang sama dan
                 seimbang atas seluruh kegiatan dalam lingkungan sekolah;
            5). Semua jenis kelamin memiliki semangat yang sama untuk
                 saling menghormati, menghargai, saling membantu,
                 merasa aman, nyaman dan menyenangkan.

        b.   Sarana Prasarana
             Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di
             sekolah adalah tersedianya dan pendayagunaan sarana dan




16                                                        Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




                     prasarana belajar yang memadai. Dalam mewujudkan
                     mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan yang
                     responsif gender perlu dilakukan secara cermat sehingga semua
                     komponen sekolah yang terlibat di dalamnya memiliki akses
                     yang sama untuk mendayagunakannya dengan tanpa
                     membedakan jenis kelamin. Sebenarnya persyaratan sarana dan
                     prasarana di Sekolah Dasar sampai dengan SMA telah diatur
                     oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar
                     Sarana dan Prasarana Pendidikan, akan tetapi untuk
                     mengoptimalkan Sarana dan prasarana pendidikan agar
                     responsif gender, perlu memperhatikan dari sarana dan
                     prasarana yang responsif gender, yaitu:
                     1). Mempertimbangkan kebutuhan spesifik yang berbeda
                         antara laki-laki dan perempuan, khususnya yang terkait
                         pemeliharaan fungsi reproduksi dan pemeliharaan nilai-
                         nilai budaya.
                     2). Memberikan fasilitas yang seimbang kepada laki-laki dan
                         perempuan dalam mencapai tujuan pendidikan dan
                         perkembangan peserta didik. Pemanfaatan sarana dan
                         prasarana tidak didominasi oleh salah satu jenis kelamin.
                     3). Mendorong untuk tumbuhnya partisipasi aktif semua anak
                         laki-laki dan perempuan untuk melakukan percobaan dan
                         mencapai prestasi yang lebih baik dan menyalurkan minat
                         dan bakat peserta didik.

               c.    Pengelolaan SDM (Tenaga Pendidik dan Kependidikan)
                     Di sekolah tenaga pendidik dan kependidikan pada umumnya
                     adalah; Kepala Sekolah, tenaga pendidik dan tenaga
                     kependidikan. Tenaga pendidik memiliki peranan yang sangat
                     strategis dalam membentuk karakter peserta didik. Perlu
                     disadari bahwa anak pada usia SMP telah memasuki masa
                     perkembangan yang memungkinkan mereka melakukan hal-hal
                     yang kompleks yang menuntut kecakapan kognitif dan
                     psikomotorik yang tinggi. Kegiatan yang bersifat kanak-kanak
                     berangsur-angsur dikurangi dan diganti dengan tugas-tugas
                     yang biasanya dikerjakan oleh remaja dan orang dewasa. Selain
                     itu, karena usia anak-anak SMP telah memasuki masa remaja,
                     maka substansi dan strategi rinci dari ketiga pendekatan
                     pelaksanaan pendidikan yang resposif gender baik melalui
                     pengelolaan sekolah, proses pembelajaran, maupun peran orang
                     tua/masyarakat perlu disesuaikan, dengan memberikan




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          17
Belajar Untuk Masa Depanku




          penekanan kepada kegiatan-kegiatan, tugas-tugas atau proses
          pembelajaran untuk penguatan peran kesetaraan yang
          sebelumnya telah diperkenalkan/diinternalisasikan melalui
          jenjang sekolah dasar. Pada masa ini anak SMP cenderung
          memiliki keinginan untuk mencoba dalam mempelajari sesuatu.
          Oleh karena itu karakteristik anak usia SMP hendaknya
          menjadi perhatian para tenaga pendidik dan kependidikan di
          sekolah. Sebagian sudah mulai menunjukkan pertumbuhan dan
          perkembangan alat-alat genital, sehingga tenaga pendidik dan
          kependidikan di sekolah perlu memiliki pemahaman tentang
          hal tersebut.

          Meskipun persyaratan akademik tenaga pendidik dan
          kependidikan di sekolah telah ditetapkan melalui Standar
          Nasional Pendidikan, akan tetapi diperlukan peningkatan
          kemampuan dan pemahaman tenaga pendidik tentang
          perlakuan yang adil dan setara gender di lingkungan sekolah.
          Hal ini untuk meningkatkan sensitivitas gender pada anak-anak
          di sekolah. Tenaga pendidik tidak harus mengajarkan materi
          gender di kelas atau mengintegrasikannya dengan mata
          pelajaran yang lain, akan tetapi tenaga pendidik harus
          memberikan perlakuan yang menunjukkan keadilan dan
          kesetaraan gender di dalam kelas, di lingkungan sekolah,
          maupun di luar sekolah.

     d.   Pembiayaan/pendanaan pendidikan
          Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 mengenai
          Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa setiap aspek
          pengelolaan sekolah harus mempunyai perencanaan, baik
          perencanaan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka
          panjang dalam bentuk rencana strategis sekolah maupun jangka
          pendek dalam bentuk Rencana Anggaran Pendapatan dan
          Belanja Sekolah (RAPBS).

          Penyusunan RAPBS tidak terlepas dari peruntukan anggaran
          yang ditetapkan untuk pelaksananaan sekolah dalam waktu satu
          tahun. Dalam penyusunan anggaran sekolah diperlukan APBS
          yang disusun berdasarkan keseimbangan gender, yaitu APBS
          yang berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan untuk laki-
          laki dan perempuan secara setara, adil, dan seimbang.




18                                                     Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




                     Secara sederhana, pembiayaan pendidikan yang responsif
                     gender diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi, yaitu:
                     1). Pembelanjaan yang spesifik gender. Merupakan
                         pembelanjaan yang dikhususkan untuk memenuhi
                         kebutuhan spesifik dari salah satu jenis kelamin. Misalnya
                         pembelanjaan untuk menjawab kebutuhan perempuan
                         terkait dengan peran-peran biologis yang tidak dapat
                         dipertukarkan dengan laki-laki.
                     2). Pembelanjaan untuk mendorong kesetaraan gender. Adalah
                         anggaran untuk mengatasi kesenjangan dan ketimpangan
                         gender akibat konstruksi sosial di masyarakat. Hal ini
                         diperlukan untuk mendorong kesetaraan gender baik
                         ketertinggalan tersebut dialami oleh perempuan ataupun
                         laki-laki.
                     3). Pembelanjaan umum responsif gender, yaitu anggaran yang
                         dipergunakan        untuk      mendorong         optimalisasi
                         Pengarusutamaan Gender di sekolah.

                     Beberapa ciri yang penting dari pembiayaan pendidikan yang
                     responsif gender adalah:
                     1). Anggaran disusun dengan memperhatikan pemenuhan
                         kebutuhan yang adil antara laki-laki dan perempuan.
                     2). Anggaran yang disusun meminimalisir dampak
                         marjinalisasi/ peminggiran salah satu jenis kelamin.
                     3). Anggaran yang disusun mampu mendorong akses,
                         partisipasi, kontrol dan manfaatnya untuk laki-laki dan
                         perempuan secara setara dan adil gender.




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          19
Belajar Untuk Masa Depanku




                      BAB IV
 PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA YANG
                RESPONSIF GENDER


A.          PENGERTIAN

            John Dewey (1916) seorang ahli pendidikan yakin bahwa “kurikulum
            dan metodologi pembelajaran harus dikaitkan langsung dengan minat
            dan pengalaman peserta didik”. Keyakinan ini masih sangat konsisten
            dengan perkembangan pemikiran mutakhir, seperti yang terkenal
            dengan laporan Jack de Loor, yang telah direkomendasikan oleh
            UNESCO (1998) dengan menegaskan empat pilar pembelajaran yang
            berhasil dan sekarang tengah dalam berbagai prinsip belajar
            berkelanjutan, sebagai berikut,

            1. Prinsip learning to know; dilaporkan oleh de Loor (1998) bahwa
               tujuan belajar yang paling rendah adalah yang dinamakan ‘belajar
               untuk mengetahui’. Prinsip ‘belajar untuk mengetahui’ ini terkenal
               dengan istilah ‘rote learning’ atau belajar hanya menyebutkan dan
               menghafalkan dengan tanpa memahami secara mendasar dan
               terinternalisasikan. Tujuan belajar paling rendah ini telah
               berkembang selama ini, khususnya di negara-negara berkembang
               yang kualitas pendidikannya rata-rata lebih rendah dibandingkan
               dengan di negara-negara maju. Proses belajar seperti ini
               dimungkinkan terjadi di negara-negara berkembang di mana
               tenaga pendidik-tenaga pendidiknya berkualitas rendah, sarana
               belajarnya terbatas, dan jumlah peserta didiknya massal. Menurut
               Jack de Loor, proses belajar kualitas pendidikan yang rendah, dan
               lulusannya tidak cakap sehingga lulusan sekolah tidak produktif
               dan hanya akan menjadi beban bagi negara.

            2. Prinsip learning to do; tujuan belajar yang lebih maju adalah apa
               yang disebut “belajar untuk dapat melakukan sesuatu”. Belajar
               yang berkualitas bukan hanya untuk tujuan ‘mengetahui’ tetapi
               juga adalah untuk menjadi cakap dan terampil sehingga diharapkan
               bahwa dengan kecakapan dan keterampilan yang dimilikinya
               lulusan pendidikan mampu melakukan kegiatan produktif dalam
               mewujudkan kehidupan mereka yang lebih baik. Pembelajaran
               yang memuat keterampilan dan kecakapan itu dikembangkan oleh
               UNESCO misalnya melalui pendidikan ‘life skill education’ atau




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          21
Belajar Untuk Masa Depanku




        pendidikan berkelanjutan sebagai salah satu bentuk terobosan
        untuk merubah berkembangnya ‘rote learning’ di sekolah-sekolah
        yang terlalu menekankan pada pengembangan pembelajaran
        akademik.

     3. Prinsip learning to be; pendidikan bukan hanya bertujuan untuk
        mengetahui dan menjadi cakap dan terampil bagi lulusannya, tetapi
        juga mendidik agar menjadikan lulusan menjadi manusia-manusia
        yang mengetahui dan memahami jati dirinya sendiri sebagai
        manusia dan sebagai dirinya sendiri, sebagai anggota keluarga,
        sebagai warga negara, sebagai warga dunia, dan bahkan sebagai
        bagian dari kemanusiaan. Memahami jati diri ini penting agar
        setiap manusia terdidik mampu menempatkan dirinya secara
        fungsional di hadapan manusia lainnya sehingga tercipta kesadaran
        akan fungsi dirinya masing-masing relatif terhadap manusia lain
        baik secara pribadi maupun secara kelompok.

     4. Prinsip learning to live together; tujuan tertinggi dari pendidikan
        adalah belajar agar setiap manusia terdidik dapat hidup dengan
        manusia lainnya secara damai. Prinsip ini didasarkan pada asumsi
        bahwa kedamaian antar-manusia dan antar-negara di dunia akan
        terwujud jika setiap manusia memiliki pemahaman dan kecakapan
        untuk dapat hidup bersama dengan manusia lainnya yang berbeda
        dari dirinya, berbeda dari keluarganya, berbeda dari
        masyarakatnya, berbeda dari negaranya, dan berbeda dari
        bangsanya. Oleh karena itu dalam laporan de Loor (1998)
        ditegaskan bahwa setiap lembaga pendidikan harus mampu
        mengembangkan nilai, sikap, dan kecakapan lulusan untuk dapat
        hidup bersama secara adil, damai, dan sejahtera.

     Dalam implementasinya, seluruh pilar tersebut dapat tercapai
     manakala mengintegrasikan dimensi keadilan dan kesetaraan gender
     bidang pendidikan ke dalam proses pembelajaran, termasuk di SMP.
     Implementasi proses belajar mengajar yang responsif gender adalah
     upaya-upaya penerapan perilaku responsif gender dalam kegiatan
     belajar mengajar , baik dalam tatanan nilai yang dikembangkan,
     norma yang ditaati, perilaku yang diharapkan dan kondisi-kondisi
     yang dikembangkan guru agar tercipta suasana kesetaraan,
     kesederajatan dan saling menghormati di dalam kelas.




22                                                         Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




B.          UNSUR-UNSUR PEMBELAJARAN RESPONSIF GENDER

            Unsur-unsur pembelajaran responsif gender mencakup sekurang-
            kurangnya:
            1. Tersedianya bahan ajar responsif gender, contoh : Dalam illustrasi
               bahan ajar harus ada keseimbangan antara perempuan dan laki-
               laki;
            2. Proses komunikasi/interaksi antara tenaga pendidik dan peserta
               didik responsif gender;
            3. Tersedianya sarana dan prasarana responsif gender, contoh : toilet
               wanita lebih banyak untuk wanita
            4. Tersedianya partisipasi orang tua (komite sekolah) dalam proses
               pembelajaran responsif gender;
            5. Keterlibatannya pemangku kebijakan dan lintas sektor yang terkait.
            6. Tersedianya komunikasi dan informasi untuk SMP yang responsif
               gender.

C.          ISU GENDER DALAM PEMBELAJARAN RESPONSIF
            GENDER

            1. Laki-laki cenderung menguasai fasilitas sekolah bagian luar
               (lapangan dan alat-alat olah raga), sementara perempuan
               menguasai fasilitas yang ada dalam ruangan, misalnya
               perpustakaan.
            2. Pemberian tugas yang berbeda di kelas, di mana perempuan lebih
               diarahkan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik
               seperti menyapu, mengepel lantai, sementara laki-laki mengerjakan
               pekerjaan yang dianggap lebih berat, seperti mengambil air,
               memindahkan kursi, dan menghapus papan tulis.
            3. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik yang
               masih netral gender dan cenderung bias gender. Beberapa
               perlakukan tersebut dapat dilihat dari perlakuan yang sama
               terhadap semua jenis kelamin padahal kedua jenis kelamin tersebut
               memiliki kebutuhan dan masalah yang berbeda, atau sebaliknya,
               seringkali tenaga pendidik memberikan perlakukan, penugasan,
               dan hukuman yang berbeda kepada anak laki-laki dan perempuan
               untuk jenis kesalahan yang sama.
            4. Kurikulum, utamanya Silabus dan Rencana Pelaksanaan
               Pembelajaran (RPP) masih netral bahkan cenderung bias gender,
               yang disebabkan ketidaktahuan tenaga pendidik dalam




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          23
Belajar Untuk Masa Depanku




        memasukkan dimensi kesetaraan dan keadilan gender dalam
        kurikulum.
     5. Masih ditemukan adanya bahan ajar yang bias gender, antara lain
        ilustrasi perempuan sebagai pekerja informal dan domestik,
        sementara laki-laki sebagai pekerja formal dan publik.
     6. Potensi kemampuan siswa dalam olahraga harus memperhatikan
        kesetaraan gender

D.   STRATEGI INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN
     GENDER DALAM PROSES PEMBELAJARAN

     1. Proses Pembelajaran Responsif Gender
        Proses pembelajaran yang dilakukan di jenjang sekolah bersifat
        interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi
        peserta didik perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi aktif
        serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreatifitas, dan
        kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
        serta psikologis peserta didik usia SMP.

        a.   Perencanaan Proses Pembelajaran
             Perencanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga
             pendidik yaitu menyusun silabus dan rencana pelaksanaan
             pembelajaran (RPP). Dalam penyusunan silabus responsif
             gender tenaga pendidik memasukan isu-isu gender dalam
             materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
             pencapaian kompetensi, dan penilaian. Isu-isu gender
             didasarkan pada pengalaman, aspirasi, masalah, serta
             tantangan yang dihadapi peserta didik SMP laki-laki dan
             perempuan.
             Berdasarkan silabus yang telah disusun kemudian tenaga
             pendidik menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
             sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
             Dasar (KD) yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran
             tersebut.

        b.   Pelaksanaan Proses Pembelajaran
             Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran yang responsif
             gender mencakup antara lain:
             a) Rombongan belajar maksimal peserta didik SMP dalam
                  satu kelas adalah 32 peserta didik dengan




24                                                       Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




                                 mempertimbangkan proporsi peserta didik laki-laki dan
                                 Perempuan.
                         b)      Buku teks/bahan ajar yang digunakan sebaiknya sudah
                                 responsif gender baik substansi, ilustrasi, dan kegiatan
                                 pembelajaran dalam buku/bahan ajar tersebut agar tidak
                                 bias gender.
                         c)      Pengelolaan kelas dilakukan dengan mengatur tempat
                                 duduk peserta didik perempuan dan laki-laki sehingga
                                 bisa berinteraksi dengan baik, penyesuaian materi
                                 pembelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar
                                 peserta didik laki-laki dan perempuan serta memberikan
                                 penguatan dan menghargai pendapat yang disampaikan
                                 peserta didik laki-laki dan Perempuan.
                                 Pengembangan Model Pembelajaran

                                             Rekayasa Pembelajaran




  Guru
                                       Desain
                                      Responsif
                                                                   Pembelajaran di                 Dampak
                                       gender
                                                                       kelas                      pengajaran
 Kurikulum
yang berlaku

                                                                        Siswa
                                                                     Mengalami
                                                                                                    Hasil belajar
                                                                    Proses Belajar
      Siswa                                                           yang peka
                                                                       gender



                                                                   Siswa belajar di                 Dampak
                                                                         kelas                      pengiring



                                 Perkembangan siswa yang peka terhadap
                                        keadilan kesetaraan gender


   QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          25
Belajar Untuk Masa Depanku




     Mengacu pada bagan diatas, maka dapat dirumuskan
     mekanisme pembelajaran sebagai berikut :
     1. Tahap persiapan; persiapan proses pembelajaran yang
        menyangkut penyusunan desain (rancangan) kegiatan
        pembelajaran yang akan diselenggarakan didalamnya
        meliputi tujuan, metode, media, sumber, evaluasi dan
        kegiatan belajar siswa harus memperhatikan kesetaraan
        gender;
     2. Tahap pelaksanaan; pelaksanaan proses pembelajaran
        yang menyangkut proses pembelajaran menggambarkan
        dinamika kegiatan belajar siswa yang dipandu dan dibuat
        dinamis oleh guru dengan memperhatikan kesetaraan
        gender;
     3. Tahap evaluasi; evaluasi merupakan laporan dari proses
        pembelajaran, khususnya laporan tentang kemajuan dan
        prestasi belajar siswa tanpa membedakan gender;
     4. Tahap refleksi; sebagai tindak lanjut dalam proses
        pembelajaran dapat dipilah menjadi dua hal, yaitu:
        promosi dan rehabilitasi. Promosi adalah penetapan untuk
        melangkah dan peningkatan lebih lanjut atas keberhasilan
        siswa laki-laki dan perempuan. Rehabilitasi adalah
        perbaikan atas kekurangan yang telah terjadi dalam proses
        pembelajaran.

     Model pembelajaran yang diperkirakan dapat dimodifikasi
     menjadi responsif gender :
     a) Model classroom meeting: - Ada kehangatan hubungan
        antar individu
     -            pemahaman diri sendiri
     -            rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan
        kelompok.
     b) Model cooperative learning (dengan membagi siswa
        dalam kelompok).
        Model integrated learning: integrasi antar mata pelajaran
        atau antar SK-KD. Pembelajaran terpadu ini juga
        memungkinkan guru untuk mengintegrasikan antara
        materi pelajaran dalam pembelajaran dengan lingkungan
        kehidupan siswa.




26                                               Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




             2. Pelaksanaan pembelajaran yang responsif gender
                merupakan implementasi dari RPP yang sudah disusun.
                Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,
                penghayatan inti dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan
                pendahuluan tenaga pendidik harus memotivasi peserta didik
                perempuan dan laki-laki sehingga tertarik untuk mengikuti
                pembelajaran dengan baik. Sedangkan pada kegiatan ini tenaga
                pendidik menggunakan berbagai metode/pendekatan sehingga
                peserta didik perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi secara
                aktif dan bisa mencapai kompetensi dasar secara maksimal.
                Beberapa contoh pendekatan/metode pembelajaran yang dapat
                digunakan oleh tenaga pendidik misalnya dengan pendekatan
                PAKEM (SD) dan pendekatan KONTEKSTUAL (contextual
                teaching and learning/ CTL) untuk SMP, antara PAKEM dan CTL
                hampir sama esensinya

Pembelajaran                    Peserta didik                             Tenaga pendidik
    A                    • Membangun konsep                         • Memantau kegiatan belajar
   Aktif                 • Bertanya                                   peserta didik laki-laki dan
                         • Bekerja, terlibat dan                      perempuan
                           berpartisipasi                           • Memberi umpan balik
                         • Menemukan dan                            • Mengajukan pertanyaan
                           memecahkan masalah                         yang menantang
                         • Mengemukakan gagasan                     • Mempertanyakan gagasan
                         • Mempertanyakan gagasan                     peserta didik laki-laki dan
                                                                      perempuan
                                                                    • Merumuskan kesimpulan
     K                   • Merancang/membuat                        • Mengembangkan kegiatan
   Kreatif                 sesuatu                                    pembelajaran yang menarik
                         • Menulis/mengarang                          dan beragam bagi peserta
                         • Melaporkan hasil karangan                  didik laki-laki dan
                         • Membacakan hasil                           perempuan
                           karangan                                 • Membuat alat bantu
                                                                      mengajar
                                                                    • Memanfaatkan lingkungan
                                                                      sekitar
                                                                    • Mengelola kelas dan
                                                                      sumber belajar
                                                                    • Merencanakan proses dan
                                                                      hasil belajar




 QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                           27
Belajar Untuk Masa Depanku




                                              • Membuat remedial
     E          Peserta didik laki-laki dan   Mencapai tujuan pembelajaran
   Efektif      perempuan mencapai
                kompetensi yang diharapkan
     M          Peserta didik perempuan dan   • Kegiatan menarik,
Menyenangkan    laki-laki harus:                menantang dan
                • Berani mencoba/ berbuat       meningkatkan motivasi
                • Berani bertanya               peserta didik laki-laki dan
                • Berani mengemukakan           perempuan
                   pendapat/gagasan           • Mendapatkan pengalaman
                • Berani mempertanyakan         secara langsung
                   gagasan orang lain         • Meningkatkan kemampuan
                • Berani menjawab               berpikir kritis dan cepat
                   pertanyaan                   dalam memecahkan
                                                masalah
                                              • Tidak membuat peserta
                                                didik takut
                                              • Tidak membosankan
                                                peserta didik
                                              • Tidak membuat beban bagi
                                                peserta didik

       Beberapa hal praktis yang dapat dilakukan dalam mewujudkan
       pembelajaran yang responsif gender adalah:
       a) Peserta didik laki-laki dan perempuan terlibat dalam berbagai
          kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan
          mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
       b) Tenaga pendidik menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai
          cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan
          lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
          menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik laki-laki
          dan perempuan.
       c) Tenaga pendidik mengatur kelas dengan memfasilitasi tempat
          duduk dimana murid laki-laki dan perempuan duduk
          berdampingan.
       d) Tenaga pendidik menyediakan ruang membaca yang nyaman dan
          berisi buku-buku yang menarik untuk siswa laki-laki dan
          perempuan.
       e) Tenaga pendidik menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif
          dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok dengan proporsi




  28                                                      Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




                 yang seimbang antara anak laki-laki dan perempuan (di kelas
                 campur).
           f)    Tenaga pendidik mendorong peserta didik laki-laki dan perempuan
                 untuk menemukan caranya sendiri dalam memecahkan suatu
                 masalah, untuk mengungkapkan gagasan, dan melibatkan peserta
                 didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

            3. Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Diri
               Pelaksanaan kegiatan pengembangan diri di sekolah dilakukan
               melalui kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler
               oleh tenaga pendidik pendidik, instruktur, dan alumni dibawah
               koordinasi tenaga pendidik BK/BP. Kegiatan ini dimaksudkan
               untuk memberi kesempatan kepada peserta didik perempuan dan
               laki-laki untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
               dengan kebutuhan (pribadi, sosial, agama) potensi, bakat, minat,
               kondisi, dan perkembangan peserta didik sesuai kemampuan
               dengan kondisi sekolah.
               Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dan
               melaksanakan kegiatan pengembangan diri yang responsive gender
               adalah:
               1. Hindari pelaksanaan kegiatan pengembangan diri yang
                    mengarah kepada bias gender.
               2. Kembangkan sejumlah kegiatan pengembangan diri yang
                    secara naluriah dapat diikuti oleh baik peserta didik laki-laki
                    maupun perempuan misalnya Pramuka, OSIS, PMR, seni,
                    debat, dan Science Club.
               3. Upayakan kepengurusan dalam kegiatan pengembangan diri
                    dipegang oleh baik peserta didik laki-laki dan perempuan yang
                    dipilih berdasarkan kemampuan secara demokratis.
               4. Upayakan pembina kegiatan pengembangan diri selalu
                    kombinasi antara pembina pria dan wanita.

            4. Pelaksanaan Kegiatan Muatan Lokal
               Penyelenggaraan pendidikan yang responsif gender melalui
               muatan lokal sebenarnya bagian dari pelaksanaan pembelajaran
               yang responsive gender. Namun, karena muatan local
               dikembangkan oleh sekolah sendiri, muatan local yang responsive
               gender perlu pembahasan khusus.

                 Muatan lokal berdasarkan statusnya dapat dibedakan menjadi dua,
                 yaitu wajib dan pilihan. Muatan local wajib biasanya ditetapkan




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          29
Belajar Untuk Masa Depanku




         oleh Dinas Pendidikan Provinsi sementara muatan local pilihan
         dikembangkan oleh sekolah dengan mempertimbangkan sumber
         daya pendidikan yang ada di sekolah maupun kebutuhan peserta
         didik. Berikut adalah beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
         dalam mengembangkan pembelajaran muatan local yang
         responsive gender.
        1) SK dan KD yang disusun harus responsif gender. Demikian
            pula silabus yang merupakan operasionalisasi dari SK dan KD
            dan RPP rang merupakan jabaran dari silabus harus
            mencerminkan perencanaan yang sesuai dengan pembelajaran
            yang responsive gender.
        2) Bahan ajar yang dikembangkan – tema/topik, teks, dan
            pengalaman belajar – harus bias gender.
        3) Muatan local biasanya menyangkut pengenalan dan
            internalisasi nilai-nilai local. Bila nilai-nilai local tersebut
            dipandang bias gender, mungkin perlu penyesuaian.

      5. Penilaian Hasil Pembelajaran
         Penilaian pembelajaran dilakukan oleh tenaga pendidik untuk
         mengukur tingkat pencapaian            kompetensi peserta didik
         perempuan dan laki-laki serta digunakan sebagai bahan
         penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki
         proses pembelajaran. Penilaian hasil pembelajaran ini kemudian
         dianalisis, apakah terjadi perbedaan pencapaian kompetensi antara
         peserta didik laki-laki dan perempuan dalam setiap mata pelajaran
         atau pada mata pelajaran tertentu. Jika terjadi maka harus dicari
         penyebab dari kesenjangan pencapaian kompetensi tersebut. Hasil
         dari analisis penyebab ini kemudian menjadi point penting dalam
         mengubah pendekatan yang dilakukan oleh tenaga pendidik
         sehingga peserta didik laki-laki dan perempuan dapat mencapai
         kompetensi secara setara dan adil.

E. PROSES INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN
   GENDER DALAM PEMBELAJARAN

     Agar proses pembelajaran dapat menjadi responsif gender, maka perlu
     ada upaya untuk memastikan bahwa:
     1. tenaga pendidik sudah memahami konsep gender dan gender
         dalam bidang pendidikan terutama mengenai pembelajaran yang
         responsif gender baik melalui pelatihan, workshop atau melalui
         media sosialisasi lainnya;




30                                                          Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




           2.    Kurikulum yang disusun dalam bentuk silabus dan rencana
                 pelaksanaan pembelajaran (RPP) sudah responsife gender, melalui
                 berbagai pendekatan dan isu-isu gender yang ada di jenjang
                 sekolah dasar;
           3.    Bahan ajar yang akan digunakan tidak bias gender baik dari aspek
                 kalimat-kalimat yang digunakan maupun dari aspek ilustrasinya;
           4.    Penataan ruang kelas sudah memperhatikan kebutuhan dan kondisi
                 peserta didik laki-laki dan perempuan, sehingga semua peserta
                 didik bisa mengikuti pembelajaran dengan nyaman dan
                 menyenangkan;
           5.    Interaksi yang dibangun oleh tenaga pendidik tidak merendahkan
                 salah satu jenis kelamin, sehingga peserta didik perempuan dan
                 laki-laki termotivasi untuk mengikuti pembelajaran secara
                 maksimal dan menyenangkan;
           6.    Evaluasi pembelajaran yang dilakukan tidak menyulitkan salah
                 satu jenis kelamin, seperti dalam pemberian contoh soal harus bisa
                 dipahami oleh peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan.

F. HASIL INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER
   DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN

           Untuk mengetahui responsivitas gender pembelajaran di SMP, maka
           disusun indikator kunci dari pembelajaran yang responsif gender
           seperti yang dituangkan pada tabel di bawah ini.




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          31
Belajar Untuk Masa Depanku




    Tabel …..: Indikator kunci pembelajaran responsif gender
 No.       Komponen                            Indikator
  1    Perencanaan            – Pendidik menyusun rencana
       pembelajaran               pembelajaran dengan
                                  mempertimbangkan kebutuhan
                                  spesifik peserta didik laki-laki dan
                                  perempuan.
                                  (Rencana pembelajaran yang
                                  mempertimbangkan kebutuhan
                                  spesifik laki-laki dan perempuan)
  2    Materi bahan ajar      – Bahan ajar yang digunakan dalam
                                  pembelajaran sesuai dengan
                                  kebutuhan peserta didik laki-laki dan
                                  perempuan.
                              – Gambaran peran perempuan dan laki-
                                  laki disajikan dalam materi bahan ajar
                                  secara seimbang dan dalam frekuensi
                                  yang seimbang pula
                                  (Prosentase contoh/ilustrasi peran
                                  laki-laki dan perempuan dalam bahan
                                  ajar yang digunakan seimbang)
                              – Penggunaan media pembelajaran yang
                                  seimbang antara peserta didik laki-
                                  laki dan perempuan
                                  (Frekuensi       penggunaan       media
                                  pembelajaran oleh peserta didik laki-
                                  laki dan perempuan)
  3    Metoda                 – Pendidik memberikan peran dan
       Pembelajaran               tanggungjawab yang seimbang antara
                                  peserta didik laki-laki dan perempuan
                                  dalam pembelajaran agar semua
                                  peserta didik dapat berpartisipasi aktif
                                  dalam proses pembelajaran
                                  (prosentase              peran       dan
                                  tanggungjawab yg diberikan kepada
                                  laki-laki dan perempuan)
                              – Pendidik melakukan pendekatan
                                  kepada peserta didik untuk
                                  mendorong potensi mereka secara
                                  optimal
                                  (Posentase konseling utk memberi




32                                                          Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




                                                    motivasi kepada laki-laki dan
                                                    perempuan)
     4          Lingkungan                    –     Sarana dan prasarana pendidikan
                pembelajaran                        dapat memenuhi kebutuhan peserta
                                                    didik laki-laki dan perempuan
                                              –     Satuan pendidikan mendorong
                                                    perilaku sensitif gender, seperti
                                                    bahasa dan ungkapan-ungkapan yang
                                                    digunakan, untuk menghindari
                                                    terjadinya berbagai bentuk pelecehan
                                                    dan diskriminasi gender;
                                              –     Waktu penyelenggaraan pendidikan
                                                    disesuaikan dengan kebutuhan peserta
                                                    didik (ini sangat penting untuk
                                                    pendidikan non formal)
     5          Pendidik                      –     Pendidik memiliki pemahaman
                                                    mengenai kesetaraan dan keadilan
                                                    gender
                                              –     Setiap satuan pendidikan memberikan
                                                    kesempatan yang adil bagi pendidik
                                                    laki-laki dan perempuan untuk
                                                    meningkatkan kualitas dan
                                                    kompetensinya
                                                    (Frekuensi pendidik laki-laki dan
                                                    perempuan mengikuti pendidikan)
                                              –     Tidak terdapat dikriminasi dalam
                                                    penetapan kesejahteraan pendidik di
                                                    tingkat satuan pendidikan
                                                    (Rasio gaji (termasuk insentif) bagi
                                                    pendidik perempuan dan laki-laki)
     6          Penilaian          hasil      –     Terlaksananya penilaian pembelajaran
                belajar                             yang bisa diikuti dengan baik oleh
                                                    peserta didik laki-laki dan perempuan
                                              –     Adanya penilaian hasil pembelajaran
                                                    yang tidak diskriminatif bagi peserta
                                                    didik laki-laki dan perempuan
                                              –     Terjadi keseimbangan hasil belajar
                                                    antara peserta laki-laki dan
                                                    perempuan
                                                    (Rasio nilai ujian peserta didik laki-
                                                    laki dan perempuan)




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          33
Belajar Untuk Masa Depanku




                       BAB V
      KOMITE SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN SEKOLAH
        MENENGAH PERTAMA RESPONSIF GENDER


A. PENGERTIAN

           Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pihak
           pemerintah, sekolah, tenaga pendidik dan orangtua peserta didik serta
           masyarakat luas. Peran serta masyarakat merupakan salah satu pilar
           dalam mewujudkan sekolah efektif. Peran sinergi tersebut dapat
           menjadi kekuatan dalam menyamakan langkah untuk mengantarkan
           anak menuju masa depan penuh tantangan.
           Kenyataan dalam masyarakat menunjukkan bahwa peran serta
           masyarakat tidak serta merta menjadikan laki-laki dan perempuan dapat
           dan siap berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah secara seimbang
           sebagaimana dilihat dalam kepengurusan komite sekolah. Partisipasi
           perempuan masih sangat rendah disebabkan masih terdapat peran-peran
           stereotipi laki-laki dan perempuan dalam tugas dan tanggung jawabnya
           dalam mendukung kegiatan di sekolah.
           Partisipasi masyarakat yang responsif gender adalah keterlibatan
           masyarakat secara seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam hal
           akses, peran dan tanggung jawabnya; partisipasinya dalam fungsi
           kontrol dan pengambilan keputusan serta menerima manfaat secara
           adil. Masyarakat yang dimaksud terdiri dari orangtua peserta didik,
           tokoh agama, tokoh masyarakat, masyarakat sekitar sekolah, dunia
           usaha dan dunia industri.
           Untuk mewujudkan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam
           mendukung kegiatan di sekolah, maka salah satu bentuk dukungan
           tersebut diwujudkan dalam sebuah badan yang disebut dengan Komite
           Sekolah (Komsek). Berdasarkan Kepmen Diknas No. 044 Tahun 2002
           bahwa Komite Sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi
           peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan,
           pemerataan pendidikan, efisiensi pengelolaan pendidikan, dan
           demokratisasi pendidikan.
           Komite sekolah responsif gender adalah badan mandiri yang mewadahi
           peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan,
           pemerataan pendidikan, efisiensi pengelolaan pendidikan, dan
           demokratisasi pendidikan dengan mempertimbangkan pengalaman,
           aspirasi, kebutuhan dan kemampuan yang berbeda antara laki-laki dan
           perempuan pada satuan pendidikan.




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          35
Belajar Untuk Masa Depanku




B. UNSUR-UNSUR KOMITE SEKOLAH RESPONSIF GENDER

     Komite sekolah yang responsif gender dapat mendorong terwujudnya
     keadilan dan kesetaraan gender di sekolah dasar. Adapun tujuan
     pembentukan komite sekolah dasar yang responsif gender adalah:
     1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat
         dengan memperhatikan perbedaan gender dalam melahirkan
         kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan
         pendidikan.
     2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat yang
         seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam penyelenggaraan
         pendidikan di satuan pendidikan.
     3. Laki-laki dan perempuan bersama-sama berupaya menciptakan
         suasana dan kondisi transparansi, akuntabel, dan demokratis dalam
         penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di
         satuan pendidikan.

C. ISU GENDER DALAM KOMITE SEKOLAH RESPONSIF
   GENDER

     Isu gender yang terjadi di Komite Sekolah salah satunya adalah
     rendahnya representasi perempuan sebagai pengurus komite sekolah
     dan sebagian besar diduduki oleh laki-laki, sehingga pengambilan
     keputusan di sekolah sebagian besar oleh laki-laki. Hal ini
     dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap keputusan yang kurang
     mampu menyerap aspirasi, maupun kebutuhan perempuan di sekolah
     yang berbeda dengan laki-laki. Namun demikian, hal ini tidak menjadi
     masalah sepanjang anggota komite sudah respsonsif gender dan
     mempunyai kemampuan menyerap aspirasi dan kebutuhan spesifik
     perempuan dan laki-laki, kebutuhan praktis maupun kebutuhan
     strategis gender.

D. STRATEGI MEUJUDKAN KOMITE SEKOLAH RESPONSIF
   GENDER

     Komite sekolah akan memiliki kemampuan untuk menyerap perbedaan
     aspirasi maupun kebutuhan antara laki-laki dan perempuan apabila
     mereka memiliki sensitivitas gender. Oleh karena itu, persoalan komite
     sekolah adalah sejauhmana komite sekolah yang ada di sekolah
     menengah pertama telah mewakili aspirasi laki-laki dan perempuan
     secara adil dan setara. Namun demikian, agar komite sekolah dapat




36                                                         Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




           melaksanakan peran secara optimal perlu dikembangkan strategi untuk
           mewujudkan komite sekolah yang responsif gender. Strategi tersebut
           adalah:
           1. Pihak sekolah pada rapat awal pendahuluan sekolah melakukan
               sosialisasi tentang keadilan dan kesetaraan gender dalam
               pendidikan di sekolah, serta pentingnya pendidikan responsif
               gender pada komite sekolah, dan orang tua peserta didik.
           2. Pihak sekolah mendorong laki-laki/perempuan untuk berperan
               aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
               kegiatan komite sekolah.
           3. Pihak sekolah terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran
               kepada perempuan (wali peserta didik) untuk terlibat dalam
               kegiatan komite sekolah terutama pada tingkat pengambilan
               keputusan.
           4. Komite sekolah yang terbentuk menentukan kuota keterlibatan
               laki-laki dan perempuan secara proporsional pada kepengurusan
               komite sekolah.
           5. Komite sekolah yang terbentuk menentukan kuota keterlibatan
               laki-laki    dan    perempuan      secara   proporsional    dalam
               mengemukakan pendapat pada rapat komite sekolah dan forum-
               forum tim sekolah.

E. PROSES INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN
   GENDER DALAM KOMITE SEKOLAH

           Proses Integrasi Komite Sekolah Responsif Gender
           Proses Integrasi Komite Sekolah Responsif Gender yang dilakukan di
           jenjang sekolah menengah pertama bersifat interaktif, inspiratif,
           menyenangkan, menantang dan memotivasi orang tua peserta didik
           perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi aktif serta memberikan
           ruang yang cukup bagi prakarsa kreatifitas, dan kemandirian sesuai
           dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
           didik usia SMP.

           a. Perencanaan Proses Integrasi Gender ke dalam Komite Sekolah
              Perencanaan proses Integrasi gender kedalam Komite Sekolah yang
              memasukkan kosep gender kedalam kelembagaan komite sekolah
              yang terdiri dari orang tua murid dimaksudkan agar pemahaman
              gender berkelanjutan sampai di dalam keluarga murid laki-laki dan
              perempuan. Komite sekolah akan dapat mengidentifikasi isu-isu
              gender di dalam kehidupan sehari-hari dan di implementasikan




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          37
Belajar Untuk Masa Depanku




        kedalam, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator
        pencapaian kompetensi, dan penilaian. Isu-isu gender didasarkan
        pada pengalaman, aspirasi, masalah, serta tantangan yang dihadapi
        peserta didik SMP laki-laki dan perempuan.
        Berdasarkan isu-isu gender yang digali dalam proses peningkatan
        kapasitas komite sekolah yang disusun kemudian komite sekolah
        menyusun rencana pelaksanaan dalam mensosialisasikan kepada
        anak-anak laki-laki dan perempuan di SMP.

     b. Pelaksanaan Proses Integrasi Gender kedalam Komite Sekolah
         Pelaksanaan proses integrasi gender kedalam komite sekolah yang
         responsive gender mencakup antara lain:
         1.   Memberikan pemahaman konsep gender kepada komite
              sekolah melalui pendidikan keluarga berwawasan gender
              yang diharapkan akan diimplementasikan kedalam keluarga
              anak didik baik laki-laki maupun perempuan setelah pulang
              dari sekolah;
         2.   Memberikan ilustrasi, dan kegiatan pemahaman melalui
              kecakapan hidup pada keluarga agar dana keluarga terjadi
              pembagian peran yg adil dan setara baik laki-laki maupun
              perempuan;

F. HASIL INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER
   DALAM KOMITE SEKOLAH

     Komite sekolah memiliki peran yang sangat stratgeis dalam mendorong
     terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender di sekolah. Terdapat
     beberapa indikator yang dapat mengukur intensitas komite sekolah
     yang responsif gender, yaitu:
     1. Komite sekolah memberikan peluang yang sama kepada
         perempuan sebagaimana laki-laki dalam kepengurusan secara
         proporsional.
     2. Tidak terdapat kelompok marjinal (terutama perempuan) untuk
         terlibat dalam mendukung pemikiran, finansial, dan tenaga dalam
         penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
     3. Tersedianya akses informasi kepada anggota masyarakat laki-laki
         dan perempuan secara seimbang mengenai hak dan tanggung
         jawab mereka sebagai bagian dari satuan pendidikan.
     4. Tidak terdapat peran-peran stereotype perempuan dalam
         kepengurusan dan kegiatan komite sekolah.




38                                                        Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Masa Depanku




           5.    Terdapat pembagian peran tupoksi (tugas pokok dan fungsi) secara
                 seimbang antara laki-laki dan perempuan.
           6.    Berpartisipasi aktif dalam kegiatan secara setara.
           7.    Terdapat peluang yang sama (laki-laki dan perempuan) untuk
                 mengemukakan ide-ide yang ramah terhadap perbedaan.
           8.    Melakukan fungsi kontrol yang seimbang (laki-laki dan
                 perempuan) dalam penyusunan RPS dan RAPBS.
           9.    Melakukan pengambilan keputusan dilakukan secara demokratis
                 tanpa diskriminasi gender.
           10.   Melakukan fungsi kontrol dalam rangka transparansi dan
                 akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan pada satuan
                 pendidikan dengan melibatkan laki-laki dan perempuan secara
                 proporsional.
           11.   Menyusun alat evaluasi perkembangan sekolah yang menghindari
                 bias gender.
           12.   Mengumpulkan informasi tentang kegiatan sekolah dan hal-hal
                 yang penting untuk diketahui olah orang tua.
           13.   Mendapatkan hak-hak yang seimbang dari hasil kegiatan di
                 sekolah untuk fungsi pembimbingan belajar anak di rumah dan
                 mendukung kegiatan di sekolah




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                          39
“Belajar Untuk Masa Depanku”




                                              BAB VI
                                             PENUTUP


Sekolah menengah pertama berwawasan gender akan terwujud apabila
komponen-komponen strategis Pengarusutamaan Gender Pendidikan sudah
terwujud. Komponen-komponen strategis tersebut mencakup: (i) political
will (komitmen politik) untuk menerapkan sekolah responsif gender; (ii)
adanya kelembagaan pendidikan responsif gender; (iii) tersedianya SDM
responsif gender; (iv) adanya dukungan sumberdaya responsif gender; (v)
ketersediaan data terpilah menurut jenis kelamin, (vi) ketersediaan anggaran
responsif gender.

Political will (komitmen politik) dari stakeholders pendidikan menjadi pra
kondisi yang harus ada untuk digunakan sebagai landasan
diimplementasikannya sekolah menengah pertama responsif gender. Untuk
itu Permendiknas 84 Tahun 2008 Tentang pedoman Pengarusutamaan
Gender Bidang Pendidikan dapat digunakan sebagai acuan dalam
melahirkan kebijakan-kebijakan sekolah yang responsif gender.

Para pengambil kebijakan di lingkungan sekolah mulai dari perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi harus mengakomodir
kepentingan sumber daya manusia laki-laki dan perempuan. Untuk itu perlu
dibentuk kelembagaan di sekolah sebagai media untuk mendinamisasi,
mengadvokasi maupun memfasilitasi pendidikan responsif gender. Bentuk
kelembagaan tersebut antara lain kelompok kerja gender pada satuan
pendidikan SMP serta gender focal point pada satuan pendidikan SMP.

Sumber daya manusia di sekolah (seperti kepala sekolah, tenaga pendidik,
tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah) harus memiliki
sensitivitas gender sehingga mereka mampu melahirkan kebijakan, program
maupun kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstra kurikuler yang adil dan
setara.

Ketersediaan sumberdaya untuk mendukung terimplementasikan keadilan
dan keasetaraan gender, baik sarana prasarana sekolah maupun komponen-
komponen pembelajaran (kurikulum, bahan ajar, rencana pembelajaran,
silabus dan media pembelajaran).

Ketersediaan data pilah menurut jenis kelamin di bidang pendidikan
merupakan syarat mutlak untuk dapat digunakan sebagai dasar analisis




QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP                           41
Belajar Untuk Masa Depanku




situasi pendidikan responsif gender. Data pilah tersebut mencakup keadaan
peserta didik, tenaga pendidik, pengambil kebijakan, bahan ajar, kondisi
komite sekolah, dll). Dengan data pilah tersebut dapat digunakan sebagai
dasar penyusunan perencanaan, pelaksanaan, monitoring maupun evaluasi
kebijakan/program/ kegiatan pendidikan yang diarahkan untuk memperkecil
kesenjangan gender.

Para perencana di lingkungan sekolah menengah atas perlu menyusun
anggaran belanja yang memperhatikan kebutuhan laki-laki kepada
kepentingan laki-laki dan perempuan atau yang dikenal dengan istilah
gender budgeting. Penganggaran yang responsif gender perlu dilakukan
untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender di lingkungan sekolah.

Pada akhirnya, ketersediaan media KIE responsif gender menjadi bagian
utama sebagai alat bantu dalam mensosialisasikan pentingnya keadilan dan
kesetaraan gender bidang pendidikan. Media KIE dapat dibuat dalam
bentuk leaflet, pamlet, spnaduk, majalah dinding dan lain-lain.




42                                                       Direktorat PSMP -   QEC24711
Belajar Untuk Kesetaraan Gender
Belajar Untuk Kesetaraan Gender
Belajar Untuk Kesetaraan Gender
Belajar Untuk Kesetaraan Gender

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

1. makalah pendidikan sains untuk paud
1. makalah pendidikan sains untuk paud1. makalah pendidikan sains untuk paud
1. makalah pendidikan sains untuk paudAzizah18595
 
IPA SMP KELAS 7 SEMESTER 1
IPA SMP KELAS 7 SEMESTER 1IPA SMP KELAS 7 SEMESTER 1
IPA SMP KELAS 7 SEMESTER 1siruz manto
 
Pengelolaan sampah yang ramah lingkungan di sekolah
Pengelolaan sampah yang ramah lingkungan di sekolahPengelolaan sampah yang ramah lingkungan di sekolah
Pengelolaan sampah yang ramah lingkungan di sekolahImam Faeruzz
 
PPKn simbol-simbol Pancasila
PPKn simbol-simbol PancasilaPPKn simbol-simbol Pancasila
PPKn simbol-simbol PancasilaWIDIYAH02ASTUTIK
 
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar PernikahanPermasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahanajengseptiana
 
Lembar pengamatan sikap peserta didik
Lembar pengamatan sikap peserta didikLembar pengamatan sikap peserta didik
Lembar pengamatan sikap peserta didikjamilahmunawaroh
 
Bab 1 bilangan cacah dan lambangnya (Kelas 1 SD/MI)
Bab 1 bilangan cacah dan lambangnya (Kelas 1 SD/MI)Bab 1 bilangan cacah dan lambangnya (Kelas 1 SD/MI)
Bab 1 bilangan cacah dan lambangnya (Kelas 1 SD/MI)Christian Kaganami
 
Buku Sejarah Indonesia Kelas 11 (XI) Kurikulum 13
Buku Sejarah Indonesia Kelas 11 (XI) Kurikulum 13Buku Sejarah Indonesia Kelas 11 (XI) Kurikulum 13
Buku Sejarah Indonesia Kelas 11 (XI) Kurikulum 13MuhammadAmarRahman
 
Buku pegangan siswa ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogs...
Buku pegangan siswa ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogs...Buku pegangan siswa ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogs...
Buku pegangan siswa ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogs...Wienda Hapsari
 
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaPengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (moh toha)
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (moh toha)Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (moh toha)
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (moh toha)Ahmad Sayadi
 
RPP KELAS 6 TEMA 2 SUB TEMA 2
RPP KELAS 6 TEMA 2 SUB TEMA 2RPP KELAS 6 TEMA 2 SUB TEMA 2
RPP KELAS 6 TEMA 2 SUB TEMA 2Rachmah Safitri
 
Integrasi ICT Dalam Ruang Lingkup PAUD
Integrasi ICT Dalam Ruang Lingkup PAUDIntegrasi ICT Dalam Ruang Lingkup PAUD
Integrasi ICT Dalam Ruang Lingkup PAUDleli maimunah
 
Konsep penilaian bahasa indonesia kur 2013
Konsep penilaian bahasa indonesia kur 2013Konsep penilaian bahasa indonesia kur 2013
Konsep penilaian bahasa indonesia kur 2013Andika Dutha Bachari
 

Mais procurados (20)

1. makalah pendidikan sains untuk paud
1. makalah pendidikan sains untuk paud1. makalah pendidikan sains untuk paud
1. makalah pendidikan sains untuk paud
 
Anti Kekerasan Sekolah
Anti Kekerasan SekolahAnti Kekerasan Sekolah
Anti Kekerasan Sekolah
 
IPA SMP KELAS 7 SEMESTER 1
IPA SMP KELAS 7 SEMESTER 1IPA SMP KELAS 7 SEMESTER 1
IPA SMP KELAS 7 SEMESTER 1
 
Pengelolaan sampah yang ramah lingkungan di sekolah
Pengelolaan sampah yang ramah lingkungan di sekolahPengelolaan sampah yang ramah lingkungan di sekolah
Pengelolaan sampah yang ramah lingkungan di sekolah
 
PPKn simbol-simbol Pancasila
PPKn simbol-simbol PancasilaPPKn simbol-simbol Pancasila
PPKn simbol-simbol Pancasila
 
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar PernikahanPermasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
Permasalahan Pada Remaja: Perilaku Seks di Luar Pernikahan
 
Lembaran p engesahan ptk
Lembaran p engesahan ptkLembaran p engesahan ptk
Lembaran p engesahan ptk
 
Stop pronografi
Stop pronografiStop pronografi
Stop pronografi
 
Lembar pengamatan sikap peserta didik
Lembar pengamatan sikap peserta didikLembar pengamatan sikap peserta didik
Lembar pengamatan sikap peserta didik
 
Bab 1 bilangan cacah dan lambangnya (Kelas 1 SD/MI)
Bab 1 bilangan cacah dan lambangnya (Kelas 1 SD/MI)Bab 1 bilangan cacah dan lambangnya (Kelas 1 SD/MI)
Bab 1 bilangan cacah dan lambangnya (Kelas 1 SD/MI)
 
Buku Sejarah Indonesia Kelas 11 (XI) Kurikulum 13
Buku Sejarah Indonesia Kelas 11 (XI) Kurikulum 13Buku Sejarah Indonesia Kelas 11 (XI) Kurikulum 13
Buku Sejarah Indonesia Kelas 11 (XI) Kurikulum 13
 
ppt..seks bebas dan HIV/AIDS
ppt..seks bebas dan HIV/AIDSppt..seks bebas dan HIV/AIDS
ppt..seks bebas dan HIV/AIDS
 
Pidato tentang kesehatan
Pidato tentang kesehatanPidato tentang kesehatan
Pidato tentang kesehatan
 
Buku pegangan siswa ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogs...
Buku pegangan siswa ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogs...Buku pegangan siswa ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogs...
Buku pegangan siswa ips smp kelas 9 kurikulum 2013 wiendasblog4everyone.blogs...
 
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaPengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
 
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (moh toha)
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (moh toha)Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (moh toha)
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (moh toha)
 
RPP KELAS 6 TEMA 2 SUB TEMA 2
RPP KELAS 6 TEMA 2 SUB TEMA 2RPP KELAS 6 TEMA 2 SUB TEMA 2
RPP KELAS 6 TEMA 2 SUB TEMA 2
 
Tema 4, keluargaku (kelas 1)
Tema 4, keluargaku (kelas 1)Tema 4, keluargaku (kelas 1)
Tema 4, keluargaku (kelas 1)
 
Integrasi ICT Dalam Ruang Lingkup PAUD
Integrasi ICT Dalam Ruang Lingkup PAUDIntegrasi ICT Dalam Ruang Lingkup PAUD
Integrasi ICT Dalam Ruang Lingkup PAUD
 
Konsep penilaian bahasa indonesia kur 2013
Konsep penilaian bahasa indonesia kur 2013Konsep penilaian bahasa indonesia kur 2013
Konsep penilaian bahasa indonesia kur 2013
 

Destaque

Sabika Baig Share
Sabika Baig ShareSabika Baig Share
Sabika Baig ShareSabika Baig
 
Petunjuk teknis bos 2012 final revisi cap
Petunjuk teknis bos 2012 final revisi capPetunjuk teknis bos 2012 final revisi cap
Petunjuk teknis bos 2012 final revisi capNandang Sukmara
 
Demonstration of \"Our Legacy\" Aboriginal Web Site
Demonstration of \"Our Legacy\" Aboriginal Web SiteDemonstration of \"Our Legacy\" Aboriginal Web Site
Demonstration of \"Our Legacy\" Aboriginal Web SiteDarlene Fichter
 
Trade fares ,,,,,t
Trade fares ,,,,,tTrade fares ,,,,,t
Trade fares ,,,,,tginogorgone
 

Destaque (7)

Sabika Baig Share
Sabika Baig ShareSabika Baig Share
Sabika Baig Share
 
Climate change by johanna
Climate change by johannaClimate change by johanna
Climate change by johanna
 
Bloggeri versus jurnalişti
Bloggeri versus jurnaliştiBloggeri versus jurnalişti
Bloggeri versus jurnalişti
 
Petunjuk teknis bos 2012 final revisi cap
Petunjuk teknis bos 2012 final revisi capPetunjuk teknis bos 2012 final revisi cap
Petunjuk teknis bos 2012 final revisi cap
 
Demonstration of \"Our Legacy\" Aboriginal Web Site
Demonstration of \"Our Legacy\" Aboriginal Web SiteDemonstration of \"Our Legacy\" Aboriginal Web Site
Demonstration of \"Our Legacy\" Aboriginal Web Site
 
Trade fares ,,,,,t
Trade fares ,,,,,tTrade fares ,,,,,t
Trade fares ,,,,,t
 
Grupo dirimencia bk2
Grupo dirimencia bk2Grupo dirimencia bk2
Grupo dirimencia bk2
 

Semelhante a Belajar Untuk Kesetaraan Gender

Panduan pembinaan smp terbuka 1
Panduan pembinaan smp terbuka 1Panduan pembinaan smp terbuka 1
Panduan pembinaan smp terbuka 1Nandang Sukmara
 
Tampilan juknis pkh sip
Tampilan juknis pkh sipTampilan juknis pkh sip
Tampilan juknis pkh sipRahmat Alam
 
Juknis PPDB Tahun 2020 Jawa Barat
Juknis PPDB Tahun 2020 Jawa BaratJuknis PPDB Tahun 2020 Jawa Barat
Juknis PPDB Tahun 2020 Jawa BaratAmin Herwansyah
 
juklak-penyusunan-proyeksi-kebutuhan-kepala-sekolah-madra
juklak-penyusunan-proyeksi-kebutuhan-kepala-sekolah-madrajuklak-penyusunan-proyeksi-kebutuhan-kepala-sekolah-madra
juklak-penyusunan-proyeksi-kebutuhan-kepala-sekolah-madralargono drs
 
Ktsp smk
Ktsp smkKtsp smk
Ktsp smkharysbg
 
Pedoman Pelaksanaan RSBI
Pedoman Pelaksanaan RSBIPedoman Pelaksanaan RSBI
Pedoman Pelaksanaan RSBINandang Sukmara
 
Buku 9 panduan pelaksanaan program pendidikan keterampilan bagi siswa smp te...
Buku 9  panduan pelaksanaan program pendidikan keterampilan bagi siswa smp te...Buku 9  panduan pelaksanaan program pendidikan keterampilan bagi siswa smp te...
Buku 9 panduan pelaksanaan program pendidikan keterampilan bagi siswa smp te...Nandang Sukmara
 
Juknis Sulingjar Dikdasmen 2023.pdf
Juknis Sulingjar Dikdasmen 2023.pdfJuknis Sulingjar Dikdasmen 2023.pdf
Juknis Sulingjar Dikdasmen 2023.pdfrizalhani
 
Buku mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial smp m ts ips kelas vii
Buku mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial smp m ts ips kelas viiBuku mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial smp m ts ips kelas vii
Buku mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial smp m ts ips kelas viiPajeg Lempung
 
Buku 3 bansos ansinglap resos 2014
Buku 3 bansos ansinglap resos 2014Buku 3 bansos ansinglap resos 2014
Buku 3 bansos ansinglap resos 2014paketbpsmp
 
Peraturan pembinaan sekolah rssn
Peraturan pembinaan sekolah  rssnPeraturan pembinaan sekolah  rssn
Peraturan pembinaan sekolah rssnNandang Sukmara
 
Peraturan pembinaan sekolah rssn
Peraturan pembinaan sekolah  rssnPeraturan pembinaan sekolah  rssn
Peraturan pembinaan sekolah rssnNandang Sukmara
 
PPKn Kelas VIII Modul 1 (3).pdf
PPKn Kelas VIII Modul 1 (3).pdfPPKn Kelas VIII Modul 1 (3).pdf
PPKn Kelas VIII Modul 1 (3).pdfssuser857e79
 

Semelhante a Belajar Untuk Kesetaraan Gender (20)

Panduan pembinaan smp terbuka 1
Panduan pembinaan smp terbuka 1Panduan pembinaan smp terbuka 1
Panduan pembinaan smp terbuka 1
 
Tampilan juknis pkh sip
Tampilan juknis pkh sipTampilan juknis pkh sip
Tampilan juknis pkh sip
 
Juknis PPDB Tahun 2020 Jawa Barat
Juknis PPDB Tahun 2020 Jawa BaratJuknis PPDB Tahun 2020 Jawa Barat
Juknis PPDB Tahun 2020 Jawa Barat
 
juklak-penyusunan-proyeksi-kebutuhan-kepala-sekolah-madra
juklak-penyusunan-proyeksi-kebutuhan-kepala-sekolah-madrajuklak-penyusunan-proyeksi-kebutuhan-kepala-sekolah-madra
juklak-penyusunan-proyeksi-kebutuhan-kepala-sekolah-madra
 
Juknis PPDB Jabar 2020
Juknis PPDB Jabar 2020Juknis PPDB Jabar 2020
Juknis PPDB Jabar 2020
 
Ktsp smk
Ktsp smkKtsp smk
Ktsp smk
 
Pedoman Pelaksanaan RSBI
Pedoman Pelaksanaan RSBIPedoman Pelaksanaan RSBI
Pedoman Pelaksanaan RSBI
 
Ktsp smk
Ktsp smkKtsp smk
Ktsp smk
 
Petunjuk teknis pkh
Petunjuk teknis pkhPetunjuk teknis pkh
Petunjuk teknis pkh
 
Buku 9 panduan pelaksanaan program pendidikan keterampilan bagi siswa smp te...
Buku 9  panduan pelaksanaan program pendidikan keterampilan bagi siswa smp te...Buku 9  panduan pelaksanaan program pendidikan keterampilan bagi siswa smp te...
Buku 9 panduan pelaksanaan program pendidikan keterampilan bagi siswa smp te...
 
Buku juknis sarana pkbm
Buku juknis sarana pkbmBuku juknis sarana pkbm
Buku juknis sarana pkbm
 
Juknis Sulingjar Dikdasmen 2023.pdf
Juknis Sulingjar Dikdasmen 2023.pdfJuknis Sulingjar Dikdasmen 2023.pdf
Juknis Sulingjar Dikdasmen 2023.pdf
 
modul Pendidikan kewarganegaraan
modul Pendidikan kewarganegaraanmodul Pendidikan kewarganegaraan
modul Pendidikan kewarganegaraan
 
Buku mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial smp m ts ips kelas vii
Buku mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial smp m ts ips kelas viiBuku mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial smp m ts ips kelas vii
Buku mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial smp m ts ips kelas vii
 
Buku 3 bansos ansinglap resos 2014
Buku 3 bansos ansinglap resos 2014Buku 3 bansos ansinglap resos 2014
Buku 3 bansos ansinglap resos 2014
 
Peraturan pembinaan sekolah rssn
Peraturan pembinaan sekolah  rssnPeraturan pembinaan sekolah  rssn
Peraturan pembinaan sekolah rssn
 
Panduan pelaksanaan ssn
Panduan pelaksanaan ssnPanduan pelaksanaan ssn
Panduan pelaksanaan ssn
 
Peraturan pembinaan sekolah rssn
Peraturan pembinaan sekolah  rssnPeraturan pembinaan sekolah  rssn
Peraturan pembinaan sekolah rssn
 
PPKn Kelas VIII Modul 1 (3).pdf
PPKn Kelas VIII Modul 1 (3).pdfPPKn Kelas VIII Modul 1 (3).pdf
PPKn Kelas VIII Modul 1 (3).pdf
 
Kimia smk tr_xi_2
Kimia smk tr_xi_2Kimia smk tr_xi_2
Kimia smk tr_xi_2
 

Mais de Nandang Sukmara

Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Nandang Sukmara
 
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmPermendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmNandang Sukmara
 
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Nandang Sukmara
 
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalPermendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalNandang Sukmara
 
Pp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatPp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatNandang Sukmara
 
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikPerda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikNandang Sukmara
 
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaanPermendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaanNandang Sukmara
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasNandang Sukmara
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasNandang Sukmara
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasNandang Sukmara
 
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanPermen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanNandang Sukmara
 
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Nandang Sukmara
 
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganPaparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganNandang Sukmara
 

Mais de Nandang Sukmara (20)

Untitled Presentation
Untitled PresentationUntitled Presentation
Untitled Presentation
 
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
 
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmPermendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
 
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
 
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalPermendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
 
Pp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatPp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakat
 
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikPerda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
 
Pp38
Pp38Pp38
Pp38
 
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikanMasterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
 
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaanPermendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
 
Pp 47 2008
Pp 47 2008Pp 47 2008
Pp 47 2008
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
 
Lampiran iii br
Lampiran iii brLampiran iii br
Lampiran iii br
 
Lampiran ii br
Lampiran ii brLampiran ii br
Lampiran ii br
 
Lampiran i br
Lampiran i brLampiran i br
Lampiran i br
 
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanPermen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
 
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
 
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganPaparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
 

Último

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 

Último (20)

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 

Belajar Untuk Kesetaraan Gender

  • 1. KATA PENGANTAR Dalam upaya peningkatan mutu sumberdaya manusia Indonesia agar mampu bersaing dalam era Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi. Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait dengan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi. Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah. Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya. Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun anggaran 2010. Jakarta, Januari 2010 Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Didik Suhardi, SH., M.Si NIP. 196312031983031004 iii
  • 2.
  • 3. DAFTAR ISI kata Pengantar......................................................................................................iii Daftar Isi ............................................................................................................... v Bab I Pendahuluan................................................................................................ 1 A. Latar Belakang.......................................................................................... 1 B. Tujuan ....................................................................................................... 2 C. Ruang Lingkup ......................................................................................... 2 D. Pentingnya Integrasi Gender Pada Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ..................................................................................................... 3 Bab Ii Mengenai Panduan..................................................................................... 5 A. Pengertian ................................................................................................. 5 B. Prinsip-Prinsip .......................................................................................... 5 C. Pengguna Panduan.................................................................................... 6 D. Kegunaan Panduan ................................................................................... 6 Bab Iii Pengelolaan Pendidikan Responsif Gender .............................................. 9 A. Pengertian ................................................................................................. 9 B. Unsur-Unsur Pengelolaan Pendidikan Responsif Gender....................... 10 C. Isu Gender Dalam Pengelolaan Pendidikan Responsif Gender .............. 10 D. Strategi Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Pengelolaan Pendidikan .............................................................................................. 12 E. Proses Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Pengelolaan Pendidikan .............................................................................................. 15 F. Hasil Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Pengelolaan Pendidikan .............................................................................................. 16 Bab Iv Pembelajaran Di Sekolah Menengah Pertama Yang Responsif Gender21 A. Pengertian ............................................................................................... 21 B. Unsur-Unsur Pembelajaran Responsif Gender ....................................... 23 C. Isu Gender Dalam Pembelajaran Responsif Gender ............................... 23 D. Strategi Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Proses Pembelajaran........................................................................................... 24 E. Proses Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Pembelajaran30 F. Hasil Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Pengelolaan Pendidikan .............................................................................................. 31 v
  • 4. Bab V Komite Sekolah Dalam Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Responsif Gender ........................................................................................ 35 A. Pengertian ............................................................................................... 35 B. Unsur-Unsur Komite Sekolah Responsif Gender ................................... 36 C. Isu Gender Dalam Komite Sekolah Responsif Gender .......................... 36 D. Strategi Meujudkan Komite Sekolah Responsif Gender......................... 36 E. Proses Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Komite Sekolah ................................................................................................... 37 F. Hasil Integrasi Keadilan Dan Kesetaraan Gender Dalam Komite Sekolah38 Bab Vi Penutup................................................................................................... 41 Lampiran:............................................................................................................ 43 vi
  • 5. Belajar Untuk Masa Depanku BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem Pendidikan Indonesia harus menjamin pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta kepemerintahan yang baik, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, dan pasal 5 ayat (1) menetapkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Berdasarkan landasan hukum formal tersebut, setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu pada semua jenis, jenjang maupun jalur pendidikan tanpa membedakan jenis kelamin, status sosial ekonomi, agama maupun latar belakang budaya. Dalam upaya mempersempit atau meniadakan kesenjangan gender dalam berbagai bidang kehidupan, pemerintah Indonesia telah menetapkan Inpres nomor 9 tahun 2000 tentang ”Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional”, yang kemudian ditindak lanjuti dengan keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di Daerah dan Permendiknas Nomor 84 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Bidang Pendidikan. Di bidang pendidikan, pengarusutamaan gender telah dilaksanakan pada jajaran birokrasi pendidikan melalui peningkatan kapasitas pengambil kebijakan dan perencana pendidikan, sedangkan pada satuan pendidikan dilakukan melalui pengembangan satuan pendidikan yang berwawasan gender baik pada jalur formal maupun nonformal. Pengarusutamaan gender pada satuan pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) merupakan strategi yang sangat penting dalam rangka meningkatkan efisiensi pembangunan dalam berbagai bidang, termasuk di dalamnya peningkatan penghormatan terhadap hak-hak asasi QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 1
  • 6. Belajar Untuk Masa Depanku manusia. Pengarusutamaan gender di SMP akan berdampak besar terhadap cara pandang dan tindak anak-anak di masa yang akan datang karena mereka telah mengikuti proses pembelajaran yang mampu mengembangkan multi intelegensi peserta didik tanpa terkendala oleh jenis kelaminnya. Oleh karena itu melalui acuan ini diharapkan sekolah-sekolah melakukan pengembangan pendidikan secara bermutu dengan mengintegrasikan dimensi keadilan dan kesetaraan gender melalui; 1) manajemen pendidikan sekolah yang responsif gender; 2) proses pembelajaran yang responsif gender; dan 3) peran serta masyarakat dalam pendidikan yang responsif gender. Pengarusutamaan gender di SMP tidak berarti mengajarkan materi/ konsep gender pada mata pelajaran akan tetapi menerapkan dimensi keadilan dan kesetaraan gender dalam setiap praktek-praktek pedidikan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik dan komite sekolah. B. TUJUAN Tujuan dari penyusunan panduan ini adalah memandu Kepala Sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik dan komite sekolah,. pada Sekolah Menengah Pertama dalam: 1. Mengembangkan manajemen pendidikan yang responsif gender di Sekolah Menengah Pertama, mencakup budaya sekolah, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan SDM, pembiayaan/pendanaan pendidikan yang responsif gender. 2. Merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang responsif gender, mencakup bahan ajar, silabus, RPP, standar kompetensi dan indikator serta media pembelajaran yang responsif gender. 3. Memandu para anggota komite sekolah dalam merancang, mengembangkan, dan mengelola program komite sekolah yang responsif gender. C. RUANG LINGKUP Panduan ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar mengintegrasikan keadilan dan kesetaraan gender pada satuan pendidikan SMP, terutama oleh: 2 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 7. Belajar Untuk Masa Depanku 1. Pengelola Pendidikan pada Sekolah Menegah Pertama, mencakup: Kepala Sekolah dan pengawas sekolah dalam merancang pengembangan manajemen pendidikan SMP responsif gender. 2. Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam merancang dan mendukung proses pembelajaran responsif gender. 3. Peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran responsif gender. 4. Komite sekolah dalam mengembangkan program komite sekolah responsif gender. D. PENTINGNYA INTEGRASI GENDER PADA SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Beberapa pertimbangan pentingnya integrasi gender dalam pendidikan di SMP, di antaranya: 1. Praktek ketidakadilan gender secara sadar atau tidak masih terjadi pada proses pendidikan, baik yang dilakukan oleh keluarga maupun oleh lembaga pendidikan SMP. Beberapa contoh ketidakadilan gender pada SMP antara lain berupa proses pembelajaran yang bersifat stereotipe, dimana anak laki-laki cenderung diberi motivasi untuk menjadi kuat, agresif, pemberani, melakukan kegiatan-kegiatan yang menantang, dan didorong untuk menjadi pemimpin, beraktivitas di luar rumah. Di sisi lain, perempuan cenderung diberi motivasi untuk menjadi penurut, tergantung, mengerjakan pekerjaan yang monoton dan berulang- ulang serta didorong untuk melakukan aktivitas sosial kemasyarakatan dan aktivitas kerumahtanggaan (domestik). Praktek ketidakadilan gender dalam bentuk pembakuan peran gender yang kaku ini terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran tentang peran gender yang kaku sehingga ditanamkan sepanjang hidup manusia yang pada akhirnya dianggap sebagai hal yang wajar. Padahal, pembagian peran yang kaku akan memberi dampak kurang menguntungkan bagi peserta didik karena mereka tidak bisa tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang utuh dalam merespon dinamika kehidupan yang semakin kompleks. 2. Dalam rangka merubah semua ketimpangan gender dan stereotipe pada kehidupan masyarakat, maka perlu dilakukan pendidikan di Sekolah yang responsif gender. 3. Pendidikan di sekolah yang responsif gender diharapkan dapat menurunkan secara signifikan tingkat kesenjangan gender (gender QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 3
  • 8. Belajar Untuk Masa Depanku gap) di berbagai aspek pengembangan potensi peserta didik sehingga dalam jangka panjang akan mengurangi masalah sosial, seperti kemiskinan, kekerasan dalam rumah tangga, trafficking, pelacuran dan lain sebagainya. Strategi integrasi perspektif gender dapat dilakukan antara lain melalui: 1. Mendesain dan mengimplementasikan manajemen pendidikan yang menegaskan pentingnya keterlibatan perempuan dan laki- laki secara seimbang dalam proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi maupun monitoring kebijakan/program/kegiatan pendidikan. 2. Mendesain dan mengimplementasikan proses pembelajaran yang responsif gender, baik dalam penyusunan bahan ajar, silabus, RPP, standar kompetensi dan indikator serta media pembelajaran yang responsif gender. 3. Mendesain kegiatan komite sekolah yang responsif gender, baik dalam kepengurusan komite sekolah maupun kegiatan-kegiatan komite sekolah. Metode yang dipakai dalam penyusunan panduan ini adalah metode participatory, dengan melibatkan seluruh stakeholders pendidikan, baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota. 4 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 9. Belajar Untuk Masa Depanku BAB II PENGERTIAN DAN KEGUNAAN PANDUAN A. PENGERTIAN Yang dimaksud dengan panduan adalah: suatu aturan atau prinsip- prinsip yang disesuaikan untuk menghasilkan tujuan yang ingin dicapai (A rule or principle by which a judgment or detremine a course of action). Yang dimaksud dengan panduan mencakup suatu perencanaan atau penjelasan terperinci yang memberikan serangkaian petunjuk atau menghasilkan suatu aksi (A detailed plan or explanation to privide direction in setting or determineing a course of action). Yang dimaksud dengan panduan adalah serangkaian langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (A series of steps to be carried out or goals to be accomplished). Berdasarkan pendapat tersebut maka panduan pendidikan sekolah menengah responsif gender adalah suatu aturan atau prinsip-prinsip terperinci sebagai petunjuk bagi kepala sekolah/ tenaga pendidik/ tenaga kependidikan/pengawas sekolah/peserta didik/komite sekolah agar mampu menghasilkan suatu aksi yang berkaitan dengan manajemen pendidikan/proses pembelajaran yang responsif gender serta mampu mewujudkan partisipasi masyarakat yang mengedepankan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender di SMP. B. PRINSIP-PRINSIP Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam penulisan panduan ini adalah: 1. Mudah dipahami oleh pengguna, yaitu kepala sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik serta komite sekolah. 2. Fokus pada unsur manajemen pendidikan, proses pembelajaran dan partisipasi pendidikan. 3. Jelas tujuannya, yaitu sebagai panduan bagi kepala sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik serta komite sekolah dalam mewujudkan sekolah responsif gender 4. Jelas apa yang mau dihasilkan, yaitu dirumuskan dan dilaksanakannya suatu aksi dari kepala sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik serta komite QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 5
  • 10. Belajar Untuk Masa Depanku sekolah yang berkaitan dengan manajemen pendidikan, proses pembelajaran yang responsif gender serta mewujudkan partisipasi masyarakat yang mengedepankan nilai-niali keadilan dan kesetaraan gender di SMP. 5. Teridentifikasi user (penggunanya), yaitu kepala sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik serta komite sekolah pada satuan pendidikan SMP. 6. Menggunakan metode yang mudah dan relevan sesuai dengan konteks satuan pendidikan SMP serta dapat diaplikasikan dengan mudah, karena panduan ini diujicobakan ke satuan pendidikan SMP untuk mendapatkan masukan sebagai dasar perbaikan. 7. Bersifat formatif, dimana subyek yang sudah dirumuskan diujicobakan dan dinilai oleh stakeholders pendidikan pada satuan pendidikan SMP. Selanjutnya bahan masukan tersebut digunakan sebagai dasar perbaikan. C. PENGGUNA PANDUAN Panduan ini dirancang untuk digunakan oleh: 1. Kepala sekolah dalam mengembangkan manajemen pendidikan yang responsif gender di sekolah Menengah Pertama, mencakup budaya sekolah, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan SDM, pembiayaan/pendanaan pendidikan yang responsif gender. 2. Tenaga pendidik dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang responsif gender, mencakup bahan ajar, silabus, RPP, standar kompetensi dan indikator serta media pembelajaran yang responsif gender. 3. Komite sekolah dalam merancang, mengembangkan, dan mengelola program komite sekolah yang responsif gender. 4. Peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran yang mengedepankan nilai keadilan dan kesetaraan gender. 5. Tenaga kependidikan dalam mendukung pelaksanaan pendidikan responsif gender. 6. Pengawas sekolah dalam memonitor pelaksanaan pendidikan responsif gender. D. KEGUNAAN PANDUAN Panduan ini berguna bagi Kepala Sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, peserta didik dan komite sekolah. pada Sekolah Menengah Pertama untuk menyusun langkah-langkah 6 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 11. Belajar Untuk Masa Depanku terinci dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu mewujudkan sekolah responsif gender, baik dalam pengelolaan sekolah, proses pembelajaran maupun penggerak partisipasi masyarakat. Panduan ini dapat digunakan oleh siapapun yang berkeinginan untuk mewujudkan sekolah responsif gender, baik mereka yang sudah pernah maupun yang belum pernah mengikuti capacity building sensitivitas gender. QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 7
  • 12.
  • 13. Belajar Untuk Masa Depanku BAB III PENGELOLAAN PENDIDIKAN RESPONSIF GENDER A. PENGERTIAN Manajemen/pengelolaan pendidikan untuk sekolah mengacu pada konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dalam konsep MBS, terdapat tiga hal pokok yang dibahas, yaitu; manajemen sekolah, model pembelajaran, dan peran serta masyarakat dalam pendidikan. Di lain pihak, pendidikan sekolah responsif gender akan memberikan penguatan terhadap MBS dengan memasukkan pertimbangan gender dalam setiap komponen MBS. Dengan demikian model sekolah responsif gender dapat diartikan sebagai program sekolah yang menerapkan pendekatan MBS berbasis kesetaraan gender. Pengarusutamaan gender dalam konteks MBS dapat diintegrasikan melalui tugas dan fungsi (tupoksi) sekolah dalam menerapkan MBS yang meliputi komponen-komponen; pengelolaan proses belajar mengajar; perencanaan, evaluasi, dan supervisi; pengelolaan kurikulum dan pembelajaran; pengelolaan ketenagaan; pengelolaan fasilitas; pengelolaan keuangan; pelayanan peserta didik; peran serta masyarakat; dan pengelolaan budaya sekolah. Penerapan MBS responsif gender diharapkan dapat mewujudkan sekolah yang berprestasi bagi peserta didik perempuan dan laki-laki. Sekolah berprestasi dapat dikategorikan menjadi dua; yaitu prestasi akademik dan non akademik. Pertama, Prestasi akademik; peserta didik laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai prestasi akademik berbentuk nilai UN yang tinggi, juara karya ilmiah, juara lomba-lomba akademik (seperti: Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan sebagainya). Kedua, Prestasi non akademik; peserta didik laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai prestasi non akademik berupa semangat/kemauan belajar seumur hidup, mencintai ilmu, toleransi, disiplin, taat beragama, kerajinan, memiliki cita rasa seni yang tinggi. Ketiga, tahapan mewujudkan MBS responsif gender; beberapa tahapan pokok menjadi penting artinya untuk dilalui dalam rangka mewujudkan MBS yang responsif gender. QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 9
  • 14. Belajar Untuk Masa Depanku B. UNSUR-UNSUR PENGELOLAAN PENDIDIKAN RESPONSIF GENDER Unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan pendidikan responsif gender pada SMP antara lain: Budaya sekolah, sarana prasarana, pengelolaan SDM (Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan), Pembiayaan/pendanaan pendidikan. C. ISU GENDER DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN RESPONSIF GENDER 1. Isu Gender pada Budaya Sekolah Budaya sekolah memberikan pencitraan terhadap sekolah itu sendiri, sehingga tidak jarang pandangan terhadap sekolah didasarkan atas budaya sekolah yang dibangun oleh warga sekolah di sekolah tersebut. Beberapa fokus pengkajian budaya sekolah dalam kaitan dengan perwujudan keadilan dan kesetaraan gender di antaranya: a. Budaya sekolah seringkali lebih banyak menguntungkan anak laki-laki, sehingga laki-laki mendapatkan perlakuan yang lebih baik dibandingkan dengan perempuan. Misal : anak laki-laki diprioritaskan untuk menjadi ketua OSIS, pemimpin upacara, dll. Hal ini sebagai salah satu bentuk pembakuan peran-peran gender yang ada di masyarakat, dimana pemimpin dianggap lebih cocok dilakukan oleh laki-laki. b. Kesenjangan gender dalam kaitan dengan partisipasi peserta didik yang dapat ditunjukkan dengan proporsi jumlah peserta didik di sekolah yang menyebabkan jenis kelamin laki-laki menjadi kelompok yang mendominasi dibandingkan dengan peserta didik perempuan. c. Stereotipe atau pembakuan citra dari peran-peran laki-laki maupun perempuan yang merugikan jenis gender lainnya. d. Diskriminasi terhadap jenis kelamin tertentu sehingga menghalangi jenis kelamin tersebut untuk mendapatkan hak- haknya serta melaksanakan peran-perannya di lingkungan sekolah. e. Kekerasan berbasis gender, baik fisik, psikis maupun seksual, seperti memandang lebih rendah dan meminggirkan, pelecehan seksual, dan yang sejenisnya. f. Jumlah tenaga pendidik pada jenjang sekolah menengah pertama lebih banyak didominasi oleh perempuan dari pada laki-laki (60- 10 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 15. Belajar Untuk Masa Depanku 70% tenaga pendidik SMP adalah perempuan), termasuk jumlah peserta didik maupun tenaga pendukungnya/Tata Usaha g. Normatif tenaga pendidik yang mengajar olah raga di SMP adalah laki-laki. h. Seharusnya peran dan fungsi tenaga pendidik BK sangat strategis untuk memberikan pemahaman pendidikan yang responsif gender kepada semua peserta didik melalui kegiatan pengembangan diri dan kegiatan ekstra kurikuler yang masih netral. Ketidaktahuan tenaga pendidik BK bahwa antara peserta didik laki-laki dan perempuan punya potensi yang sama terhadap mata pelajaran tata boga, tata busana dan mata pelajaran lainnya. Kondisi di atas merupakan sebagian dari kondisi yang dapat mempengaruhi pemikiran, sikap, dan perilaku anak-anak, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat, baik pada saat ini maupun pada masa yang akan datang. 2. Isu Gender pada Sarana dan Prasarana Sekolah Sarana dan prasarana sekolah seringkali dirancang tidak memperhatikan perbedaan kebutuhan antara peserta didik perempuan dan laki-laki. Misalnya : a. Meja sekolah didesain terbuka sehingga tidak nyaman bagi perempuan karena memakai rok, b. Tidak tersedia ruang ganti berpakaian yang aman dari kemungkinan terjadinya pelecehan seksual, c. Tidak tersedianya perlengkapan yang dibutuhkan pada saat perempuan menstruasi seperti pembalut perempuan, obat pereda nyeri haid, air dalam jumlah yang cukup, dll. Padahal kebutuhan tersebut mutlak diperlukan oleh perempuan dan tidak diperlukan oleh laki-laki. 3. Isu Gender pada Pengelolaan SDM Pengelolaan SDM di sekolah seringkali belum responsif gender, misalnya kesempatan untuk mendapatkan beasiswa belajar selama ini lebih banyak dimanfaatkan oleh tenaga pendidik laki-laki, dan sekolah tidak sensitif untuk memberikan tindakan affirmative action sebagai mekanisme pemaksa agar tenaga pendidik perempuan juga memanfaatkan tawaran beasiswa. Hal ini berakibat pada lebih rendahnya prosentase tenaga pendidik perempuan yang terakreditasi dibandingkan laki-laki karena kendala tingkat pendidikan di bawah S1. QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 11
  • 16. Belajar Untuk Masa Depanku 4. Isu Gender pada Anggaran dan Pembiayaan Sekolah Rencana Anggaran dan Pembiayaan Sekolah masih netral gender, artinya belum ada analisis tentang kebermanfaatan secara adil bagi laki-laki dan perempuan terhadap anggaran yang ada di sekolah. Disisi lain penganggaran pendidikan di sekolah belum mempertimbangkan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi baik oleh guru dan siswa laki-laki maupun perempuan. Isu lain dalam penganggaran dan pembiayaan pendidikan di SMP yaitu keterlibatan guru, dan orang tua siswa baik laki-laki maupun perempuan dalam penyusunan RAPBS sekolah. D. STRATEGI INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN Strategi integrasi keadilan dan kesetaraan gender dalam pengelolaan pendidikan akan diklasifikasikan ke dalam 4 bahasan pokok, yaitu; 1) penciptaan budaya sekolah yang responsif gender; 2) penataan sarana dan prasarana yang responsif gender; 3) pengelolaan SDM yang responsif gender; dan 4) pengelolaan pendanaan yang responsif gender di sekolah dasar. 1. Penciptaan dan Penanaman Budaya Sekolah dan Cinta Lingkungan yang Responsif Gender Upaya untuk menciptakan dan menanamkan budaya sekolah dan cinta lingkungan yang Responsif Gender tersebut dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut. a. Memberikan contoh keteladanan dan pengalaman (nilai-nilai, norma, dan perilaku) dari semua pengelola sekolah (kepsek, tenaga pendidik, tenaga kependidikan lainnya) kepada semua peserta didik dalam melaksanakan budaya cinta lingkungan di sekolah. b. Menciptakan rasa aman dan nyaman tanpa ada kekerasan fisik, psikis, seksual berbasis perbedaan jenis kelamin c. Menciptakan dan melaksanakan budaya cinta lingkungan sekolah yang bersih, asri, hijau, indah, dan nyaman yang resposif gender agar anak memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar (sekolah, keluarga, masyarakat, dan negara). d. Memberikan penghargaan dan penghormatan sesuai dengan posisi dan perannya masing-masing. 12 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 17. Belajar Untuk Masa Depanku e. Menghindari terjadinya diskriminasi gender baik terhadap laki-laki maupun terhadap perempuan. f. Menghilangkan stereotip gender baik mengenai fungsi dan peran laki-laki maupun perempuan. g. Tidak menggunakan simbol-simbol, gambar, poster, lukisan dan bahasa verbal maupun non-verbal yang dapat menimbulkan pelecehan laki-laki maupun perempuan. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka setiap komponen sekolah memiliki peran masing-masing. a. Kepala Sekolah 1) Memberi keteladanan setara dan adil gender 2) Melakukan kebijakan yang setara dan adil gender 3) Menegakkan peraturan tanpa diskriminasi gender 4) Mengembangkan relasi warga sekolah yang setara dan adil gender. b. Tenaga Pendidik 1) Memberikan keteladanan yang setara gender; 2) Menerapkan pembelajaran adil gender; 3) Memberikan penilaian yang tidak diskriminatif; 4) Membangun relasi gender yang tidak diskriminatif. c. Peserta didik 1) Berperilaku tidak melecehkan gender tertentu 2) Mematuhi kebijakan sekolah yang responsif gender 3) Menerapkan kesetaraan gender dengan menempatkan diri sesuai dengan posisinya 4) Hubungan sosial setara sesama teman tanpa diskriminasi gender. d. Tenaga Kependidikan 1) Memberi keteladanan yang setara dan adil gender 2) Memberikan pelayanan tanpa diskriminasi gender 3) Melaksanakan pekerjaan tanpa stereotipi gender dan tidak memihak 4) Menjalankan peraturan tanpa diskriminasi gender 5) Menerapkan kesetaraan gender di lingkungan kerjanya 6) Mendukung kebijakan sekolah yang berorientasi kesetaraan dan keadilan gender e. Komite Sekolah 1) Komite sekolah memberi keteladanan dalam kesetaraan dan keadilan gender 2) Melakukan kebijakan responsif gender QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 13
  • 18. Belajar Untuk Masa Depanku 3) Membiasakan pemberian akses, peran pengambilan keputusan atau kontrol yang sama antar laki-laki dan perempuan 4) Mendorong terwujudnya partisipasi semua jenis kelamin dalam kegiatan sekolah 2. Penciptaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Responsif Gender Beberapa persyaratan yang diperlukan dalam mewujudkan sarana dan prasarana yang responsif gender di sekolah dasar, di antaranya: a. Menyediakan sarana-prasarana yang ramah lingkungan dengan mempertimbangkan kebutuhan berbeda (spesifik) antara laki-laki dan perempuan. b. Memanfaatkan sarana-prasarana yang tidak mendukung terjadinya dominasi jenis kelamin tertentu. c. Meninjau kembali sarana-prasarana yang penggunaannya tidak ramah (kesulitan) pada jenis kelamin tertentu. d. Menyediakan sarana-prasarana untuk menunjang fungsi reproduksi dan kultural, misalnya: tempat penitipan anak bagi tenaga pendidik yang memiliki anak usia dini, kamar mandi terpisah, dan transportasi yang aman, dll. 3. Pengelolaan SDM yang Responsif Gender Agar SDM (tenaga pendidik dan kependidikan) yang ada di sekolah memiliki kemampuan untuk mentransformasikan dan berperilaku adil dan setara gender dapat dilakukan langkah- langkah sebagai berikut: a. Mendorong semua tenaga pendidik (laki-laki dan perempuan) untuk dapat mengikuti pelatihan-pelatihan. b. Mendorong semua tenaga pendidik untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan di sekolah dengan menghilangkan peran-peran stereotip gender. c. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua tenaga pendidik dan kependidikan untuk menjadi panitia atau kegiatan-kegiatan lainnya. d. Menghilangkan peran-peran stereotip gender yang ada di sekolah, misalnya; tenaga pendidik pramuka selalu laki-laki, tenaga pendidik olah raga selalu laki-laki, tenaga pendidik keterampilan (tata boga dan busana) selalu perempuan, dan sebagainya. 14 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 19. Belajar Untuk Masa Depanku 4. Pembiayaan Sekolah yang Responsif Gender Untuk mewujudkan pembiayaan pendidikan sekolah yang responsif gender memang tidak mudah. Sebagian besar selalu beranggapan bahwa biaya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan mutu dan akses yang sama bagi laki-laki dan perempuan. Untuk mendorong perwujudan anggaran yang responsif gender di sekolah perlu dilakukan beberapa strategi sebagai berikut: a. Memastikan bahwa anggaran disusun melibatkan dan memperhatikan aspirasi perempuan dan laki-laki (tenaga pendidik dan anggota komite sekolah) secara setara. b. Memastikan bahwa anggaran yang disusun memiliki manfaat untuk kedua jenis kelamin secara adil dan setara gender. c. Memastikan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kontrol yang sama terhadap pemanfaatan dana yang dikelola oleh sekolah. E. PROSES INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN Proses integrasi keadilan dan kesetaraan gender dalam pengelolaan pendidikan, dilakukan melalui : 1) Memastikan bahwa kepala sekolah, guru serta tenaga kependidikan lainnya memahami tentang keadilan dan kesetaraan gender di sekolah; 2) Mengetahui isu-isu gender di sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan SMP, terutama yang berkaitan dengan budaya sekolah, sarana dan prasarana sekolah serta pengelolaan SDM dan pembiayan pendidikan responsif gender; 3) Memasukkan isu-isu tersebut dalam perencanaan pengelolaan SMP responsif gender, seperti dalam penyusunan Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS), penyusunan da pelaksanaan kegiatan-kegiatan budaya sekolah serta pelatihan- pelatihan yang diberikan kepada guru serta tenaga kependidikan lainnya; 4) Melaksanakan budaya sekolah, sarana dan prasarana sekolah serta pengelolaan SDM dan pembiayaan pendidikan di SMP sudah memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender; 5) Melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan SMP responsif gender. QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 15
  • 20. Belajar Untuk Masa Depanku F. HASIL INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN Hasil integrasi keadilan dan kesetaraan gender dapat diamati melalui pencapaian indikator keadilan dan kesetaraan gender pada budaya sekolah, sarana dan prasarana sekolah, pengelolaan SDM dan pendanaan responsif gender. 1. Indikator Manajemen Pendidikan SMP Responsif Gender a. Budaya Sekolah Seluruh interaksi yang terjadi di lingkungan sekolah merupakan cerminan dari budaya yang berlaku di sekolah tersebut. Budaya sekolah diciptakan oleh seluruh komponen sekolah melalui interaksi di antara komponen sekolah. Untuk meningkatkan perwujudan keadilan dan kesetaraan gender di sekolah maka perlu diciptakan budaya sekolah yang responsif gender, yaitu budaya yang mendorong terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender yang diwujudkan dalam bentuk sikap, norma dan relasi warga sekolah, sehingga laki-laki dan perempuan memperoleh keuntungan yang sama. Keuntungan- keuntungan tersebut dilihat dari beberapa aspek, di antaranya: 1). Semua jenis kelamin memperoleh akses yang sama terhadap hak-hak dasar dalam pelayanan pendidikan di sekolah; 2). Semua jenis kelamin memiliki peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam proses pencapaian hak-hak dasar dan sumber daya, termasuk dalam proses pengambilan keputusan; 3). Semua jenis kelamin memiliki akses yang sama dalam memberikan kontrol terhadap sumberdaya pendidikan di sekolah; 4). Semua jenis kelamin memperoleh manfaat yang sama dan seimbang atas seluruh kegiatan dalam lingkungan sekolah; 5). Semua jenis kelamin memiliki semangat yang sama untuk saling menghormati, menghargai, saling membantu, merasa aman, nyaman dan menyenangkan. b. Sarana Prasarana Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah adalah tersedianya dan pendayagunaan sarana dan 16 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 21. Belajar Untuk Masa Depanku prasarana belajar yang memadai. Dalam mewujudkan mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan yang responsif gender perlu dilakukan secara cermat sehingga semua komponen sekolah yang terlibat di dalamnya memiliki akses yang sama untuk mendayagunakannya dengan tanpa membedakan jenis kelamin. Sebenarnya persyaratan sarana dan prasarana di Sekolah Dasar sampai dengan SMA telah diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan, akan tetapi untuk mengoptimalkan Sarana dan prasarana pendidikan agar responsif gender, perlu memperhatikan dari sarana dan prasarana yang responsif gender, yaitu: 1). Mempertimbangkan kebutuhan spesifik yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, khususnya yang terkait pemeliharaan fungsi reproduksi dan pemeliharaan nilai- nilai budaya. 2). Memberikan fasilitas yang seimbang kepada laki-laki dan perempuan dalam mencapai tujuan pendidikan dan perkembangan peserta didik. Pemanfaatan sarana dan prasarana tidak didominasi oleh salah satu jenis kelamin. 3). Mendorong untuk tumbuhnya partisipasi aktif semua anak laki-laki dan perempuan untuk melakukan percobaan dan mencapai prestasi yang lebih baik dan menyalurkan minat dan bakat peserta didik. c. Pengelolaan SDM (Tenaga Pendidik dan Kependidikan) Di sekolah tenaga pendidik dan kependidikan pada umumnya adalah; Kepala Sekolah, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Tenaga pendidik memiliki peranan yang sangat strategis dalam membentuk karakter peserta didik. Perlu disadari bahwa anak pada usia SMP telah memasuki masa perkembangan yang memungkinkan mereka melakukan hal-hal yang kompleks yang menuntut kecakapan kognitif dan psikomotorik yang tinggi. Kegiatan yang bersifat kanak-kanak berangsur-angsur dikurangi dan diganti dengan tugas-tugas yang biasanya dikerjakan oleh remaja dan orang dewasa. Selain itu, karena usia anak-anak SMP telah memasuki masa remaja, maka substansi dan strategi rinci dari ketiga pendekatan pelaksanaan pendidikan yang resposif gender baik melalui pengelolaan sekolah, proses pembelajaran, maupun peran orang tua/masyarakat perlu disesuaikan, dengan memberikan QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 17
  • 22. Belajar Untuk Masa Depanku penekanan kepada kegiatan-kegiatan, tugas-tugas atau proses pembelajaran untuk penguatan peran kesetaraan yang sebelumnya telah diperkenalkan/diinternalisasikan melalui jenjang sekolah dasar. Pada masa ini anak SMP cenderung memiliki keinginan untuk mencoba dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu karakteristik anak usia SMP hendaknya menjadi perhatian para tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah. Sebagian sudah mulai menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan alat-alat genital, sehingga tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah perlu memiliki pemahaman tentang hal tersebut. Meskipun persyaratan akademik tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah telah ditetapkan melalui Standar Nasional Pendidikan, akan tetapi diperlukan peningkatan kemampuan dan pemahaman tenaga pendidik tentang perlakuan yang adil dan setara gender di lingkungan sekolah. Hal ini untuk meningkatkan sensitivitas gender pada anak-anak di sekolah. Tenaga pendidik tidak harus mengajarkan materi gender di kelas atau mengintegrasikannya dengan mata pelajaran yang lain, akan tetapi tenaga pendidik harus memberikan perlakuan yang menunjukkan keadilan dan kesetaraan gender di dalam kelas, di lingkungan sekolah, maupun di luar sekolah. d. Pembiayaan/pendanaan pendidikan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa setiap aspek pengelolaan sekolah harus mempunyai perencanaan, baik perencanaan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang dalam bentuk rencana strategis sekolah maupun jangka pendek dalam bentuk Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Penyusunan RAPBS tidak terlepas dari peruntukan anggaran yang ditetapkan untuk pelaksananaan sekolah dalam waktu satu tahun. Dalam penyusunan anggaran sekolah diperlukan APBS yang disusun berdasarkan keseimbangan gender, yaitu APBS yang berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan untuk laki- laki dan perempuan secara setara, adil, dan seimbang. 18 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 23. Belajar Untuk Masa Depanku Secara sederhana, pembiayaan pendidikan yang responsif gender diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi, yaitu: 1). Pembelanjaan yang spesifik gender. Merupakan pembelanjaan yang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari salah satu jenis kelamin. Misalnya pembelanjaan untuk menjawab kebutuhan perempuan terkait dengan peran-peran biologis yang tidak dapat dipertukarkan dengan laki-laki. 2). Pembelanjaan untuk mendorong kesetaraan gender. Adalah anggaran untuk mengatasi kesenjangan dan ketimpangan gender akibat konstruksi sosial di masyarakat. Hal ini diperlukan untuk mendorong kesetaraan gender baik ketertinggalan tersebut dialami oleh perempuan ataupun laki-laki. 3). Pembelanjaan umum responsif gender, yaitu anggaran yang dipergunakan untuk mendorong optimalisasi Pengarusutamaan Gender di sekolah. Beberapa ciri yang penting dari pembiayaan pendidikan yang responsif gender adalah: 1). Anggaran disusun dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan yang adil antara laki-laki dan perempuan. 2). Anggaran yang disusun meminimalisir dampak marjinalisasi/ peminggiran salah satu jenis kelamin. 3). Anggaran yang disusun mampu mendorong akses, partisipasi, kontrol dan manfaatnya untuk laki-laki dan perempuan secara setara dan adil gender. QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 19
  • 24.
  • 25. Belajar Untuk Masa Depanku BAB IV PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA YANG RESPONSIF GENDER A. PENGERTIAN John Dewey (1916) seorang ahli pendidikan yakin bahwa “kurikulum dan metodologi pembelajaran harus dikaitkan langsung dengan minat dan pengalaman peserta didik”. Keyakinan ini masih sangat konsisten dengan perkembangan pemikiran mutakhir, seperti yang terkenal dengan laporan Jack de Loor, yang telah direkomendasikan oleh UNESCO (1998) dengan menegaskan empat pilar pembelajaran yang berhasil dan sekarang tengah dalam berbagai prinsip belajar berkelanjutan, sebagai berikut, 1. Prinsip learning to know; dilaporkan oleh de Loor (1998) bahwa tujuan belajar yang paling rendah adalah yang dinamakan ‘belajar untuk mengetahui’. Prinsip ‘belajar untuk mengetahui’ ini terkenal dengan istilah ‘rote learning’ atau belajar hanya menyebutkan dan menghafalkan dengan tanpa memahami secara mendasar dan terinternalisasikan. Tujuan belajar paling rendah ini telah berkembang selama ini, khususnya di negara-negara berkembang yang kualitas pendidikannya rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan di negara-negara maju. Proses belajar seperti ini dimungkinkan terjadi di negara-negara berkembang di mana tenaga pendidik-tenaga pendidiknya berkualitas rendah, sarana belajarnya terbatas, dan jumlah peserta didiknya massal. Menurut Jack de Loor, proses belajar kualitas pendidikan yang rendah, dan lulusannya tidak cakap sehingga lulusan sekolah tidak produktif dan hanya akan menjadi beban bagi negara. 2. Prinsip learning to do; tujuan belajar yang lebih maju adalah apa yang disebut “belajar untuk dapat melakukan sesuatu”. Belajar yang berkualitas bukan hanya untuk tujuan ‘mengetahui’ tetapi juga adalah untuk menjadi cakap dan terampil sehingga diharapkan bahwa dengan kecakapan dan keterampilan yang dimilikinya lulusan pendidikan mampu melakukan kegiatan produktif dalam mewujudkan kehidupan mereka yang lebih baik. Pembelajaran yang memuat keterampilan dan kecakapan itu dikembangkan oleh UNESCO misalnya melalui pendidikan ‘life skill education’ atau QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 21
  • 26. Belajar Untuk Masa Depanku pendidikan berkelanjutan sebagai salah satu bentuk terobosan untuk merubah berkembangnya ‘rote learning’ di sekolah-sekolah yang terlalu menekankan pada pengembangan pembelajaran akademik. 3. Prinsip learning to be; pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mengetahui dan menjadi cakap dan terampil bagi lulusannya, tetapi juga mendidik agar menjadikan lulusan menjadi manusia-manusia yang mengetahui dan memahami jati dirinya sendiri sebagai manusia dan sebagai dirinya sendiri, sebagai anggota keluarga, sebagai warga negara, sebagai warga dunia, dan bahkan sebagai bagian dari kemanusiaan. Memahami jati diri ini penting agar setiap manusia terdidik mampu menempatkan dirinya secara fungsional di hadapan manusia lainnya sehingga tercipta kesadaran akan fungsi dirinya masing-masing relatif terhadap manusia lain baik secara pribadi maupun secara kelompok. 4. Prinsip learning to live together; tujuan tertinggi dari pendidikan adalah belajar agar setiap manusia terdidik dapat hidup dengan manusia lainnya secara damai. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa kedamaian antar-manusia dan antar-negara di dunia akan terwujud jika setiap manusia memiliki pemahaman dan kecakapan untuk dapat hidup bersama dengan manusia lainnya yang berbeda dari dirinya, berbeda dari keluarganya, berbeda dari masyarakatnya, berbeda dari negaranya, dan berbeda dari bangsanya. Oleh karena itu dalam laporan de Loor (1998) ditegaskan bahwa setiap lembaga pendidikan harus mampu mengembangkan nilai, sikap, dan kecakapan lulusan untuk dapat hidup bersama secara adil, damai, dan sejahtera. Dalam implementasinya, seluruh pilar tersebut dapat tercapai manakala mengintegrasikan dimensi keadilan dan kesetaraan gender bidang pendidikan ke dalam proses pembelajaran, termasuk di SMP. Implementasi proses belajar mengajar yang responsif gender adalah upaya-upaya penerapan perilaku responsif gender dalam kegiatan belajar mengajar , baik dalam tatanan nilai yang dikembangkan, norma yang ditaati, perilaku yang diharapkan dan kondisi-kondisi yang dikembangkan guru agar tercipta suasana kesetaraan, kesederajatan dan saling menghormati di dalam kelas. 22 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 27. Belajar Untuk Masa Depanku B. UNSUR-UNSUR PEMBELAJARAN RESPONSIF GENDER Unsur-unsur pembelajaran responsif gender mencakup sekurang- kurangnya: 1. Tersedianya bahan ajar responsif gender, contoh : Dalam illustrasi bahan ajar harus ada keseimbangan antara perempuan dan laki- laki; 2. Proses komunikasi/interaksi antara tenaga pendidik dan peserta didik responsif gender; 3. Tersedianya sarana dan prasarana responsif gender, contoh : toilet wanita lebih banyak untuk wanita 4. Tersedianya partisipasi orang tua (komite sekolah) dalam proses pembelajaran responsif gender; 5. Keterlibatannya pemangku kebijakan dan lintas sektor yang terkait. 6. Tersedianya komunikasi dan informasi untuk SMP yang responsif gender. C. ISU GENDER DALAM PEMBELAJARAN RESPONSIF GENDER 1. Laki-laki cenderung menguasai fasilitas sekolah bagian luar (lapangan dan alat-alat olah raga), sementara perempuan menguasai fasilitas yang ada dalam ruangan, misalnya perpustakaan. 2. Pemberian tugas yang berbeda di kelas, di mana perempuan lebih diarahkan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik seperti menyapu, mengepel lantai, sementara laki-laki mengerjakan pekerjaan yang dianggap lebih berat, seperti mengambil air, memindahkan kursi, dan menghapus papan tulis. 3. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik yang masih netral gender dan cenderung bias gender. Beberapa perlakukan tersebut dapat dilihat dari perlakuan yang sama terhadap semua jenis kelamin padahal kedua jenis kelamin tersebut memiliki kebutuhan dan masalah yang berbeda, atau sebaliknya, seringkali tenaga pendidik memberikan perlakukan, penugasan, dan hukuman yang berbeda kepada anak laki-laki dan perempuan untuk jenis kesalahan yang sama. 4. Kurikulum, utamanya Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih netral bahkan cenderung bias gender, yang disebabkan ketidaktahuan tenaga pendidik dalam QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 23
  • 28. Belajar Untuk Masa Depanku memasukkan dimensi kesetaraan dan keadilan gender dalam kurikulum. 5. Masih ditemukan adanya bahan ajar yang bias gender, antara lain ilustrasi perempuan sebagai pekerja informal dan domestik, sementara laki-laki sebagai pekerja formal dan publik. 6. Potensi kemampuan siswa dalam olahraga harus memperhatikan kesetaraan gender D. STRATEGI INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM PROSES PEMBELAJARAN 1. Proses Pembelajaran Responsif Gender Proses pembelajaran yang dilakukan di jenjang sekolah bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik usia SMP. a. Perencanaan Proses Pembelajaran Perencanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik yaitu menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam penyusunan silabus responsif gender tenaga pendidik memasukan isu-isu gender dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, dan penilaian. Isu-isu gender didasarkan pada pengalaman, aspirasi, masalah, serta tantangan yang dihadapi peserta didik SMP laki-laki dan perempuan. Berdasarkan silabus yang telah disusun kemudian tenaga pendidik menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran tersebut. b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran yang responsif gender mencakup antara lain: a) Rombongan belajar maksimal peserta didik SMP dalam satu kelas adalah 32 peserta didik dengan 24 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 29. Belajar Untuk Masa Depanku mempertimbangkan proporsi peserta didik laki-laki dan Perempuan. b) Buku teks/bahan ajar yang digunakan sebaiknya sudah responsif gender baik substansi, ilustrasi, dan kegiatan pembelajaran dalam buku/bahan ajar tersebut agar tidak bias gender. c) Pengelolaan kelas dilakukan dengan mengatur tempat duduk peserta didik perempuan dan laki-laki sehingga bisa berinteraksi dengan baik, penyesuaian materi pembelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik laki-laki dan perempuan serta memberikan penguatan dan menghargai pendapat yang disampaikan peserta didik laki-laki dan Perempuan. Pengembangan Model Pembelajaran Rekayasa Pembelajaran Guru Desain Responsif Pembelajaran di Dampak gender kelas pengajaran Kurikulum yang berlaku Siswa Mengalami Hasil belajar Proses Belajar Siswa yang peka gender Siswa belajar di Dampak kelas pengiring Perkembangan siswa yang peka terhadap keadilan kesetaraan gender QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 25
  • 30. Belajar Untuk Masa Depanku Mengacu pada bagan diatas, maka dapat dirumuskan mekanisme pembelajaran sebagai berikut : 1. Tahap persiapan; persiapan proses pembelajaran yang menyangkut penyusunan desain (rancangan) kegiatan pembelajaran yang akan diselenggarakan didalamnya meliputi tujuan, metode, media, sumber, evaluasi dan kegiatan belajar siswa harus memperhatikan kesetaraan gender; 2. Tahap pelaksanaan; pelaksanaan proses pembelajaran yang menyangkut proses pembelajaran menggambarkan dinamika kegiatan belajar siswa yang dipandu dan dibuat dinamis oleh guru dengan memperhatikan kesetaraan gender; 3. Tahap evaluasi; evaluasi merupakan laporan dari proses pembelajaran, khususnya laporan tentang kemajuan dan prestasi belajar siswa tanpa membedakan gender; 4. Tahap refleksi; sebagai tindak lanjut dalam proses pembelajaran dapat dipilah menjadi dua hal, yaitu: promosi dan rehabilitasi. Promosi adalah penetapan untuk melangkah dan peningkatan lebih lanjut atas keberhasilan siswa laki-laki dan perempuan. Rehabilitasi adalah perbaikan atas kekurangan yang telah terjadi dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang diperkirakan dapat dimodifikasi menjadi responsif gender : a) Model classroom meeting: - Ada kehangatan hubungan antar individu - pemahaman diri sendiri - rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok. b) Model cooperative learning (dengan membagi siswa dalam kelompok). Model integrated learning: integrasi antar mata pelajaran atau antar SK-KD. Pembelajaran terpadu ini juga memungkinkan guru untuk mengintegrasikan antara materi pelajaran dalam pembelajaran dengan lingkungan kehidupan siswa. 26 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 31. Belajar Untuk Masa Depanku 2. Pelaksanaan pembelajaran yang responsif gender merupakan implementasi dari RPP yang sudah disusun. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, penghayatan inti dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan tenaga pendidik harus memotivasi peserta didik perempuan dan laki-laki sehingga tertarik untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Sedangkan pada kegiatan ini tenaga pendidik menggunakan berbagai metode/pendekatan sehingga peserta didik perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi secara aktif dan bisa mencapai kompetensi dasar secara maksimal. Beberapa contoh pendekatan/metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh tenaga pendidik misalnya dengan pendekatan PAKEM (SD) dan pendekatan KONTEKSTUAL (contextual teaching and learning/ CTL) untuk SMP, antara PAKEM dan CTL hampir sama esensinya Pembelajaran Peserta didik Tenaga pendidik A • Membangun konsep • Memantau kegiatan belajar Aktif • Bertanya peserta didik laki-laki dan • Bekerja, terlibat dan perempuan berpartisipasi • Memberi umpan balik • Menemukan dan • Mengajukan pertanyaan memecahkan masalah yang menantang • Mengemukakan gagasan • Mempertanyakan gagasan • Mempertanyakan gagasan peserta didik laki-laki dan perempuan • Merumuskan kesimpulan K • Merancang/membuat • Mengembangkan kegiatan Kreatif sesuatu pembelajaran yang menarik • Menulis/mengarang dan beragam bagi peserta • Melaporkan hasil karangan didik laki-laki dan • Membacakan hasil perempuan karangan • Membuat alat bantu mengajar • Memanfaatkan lingkungan sekitar • Mengelola kelas dan sumber belajar • Merencanakan proses dan hasil belajar QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 27
  • 32. Belajar Untuk Masa Depanku • Membuat remedial E Peserta didik laki-laki dan Mencapai tujuan pembelajaran Efektif perempuan mencapai kompetensi yang diharapkan M Peserta didik perempuan dan • Kegiatan menarik, Menyenangkan laki-laki harus: menantang dan • Berani mencoba/ berbuat meningkatkan motivasi • Berani bertanya peserta didik laki-laki dan • Berani mengemukakan perempuan pendapat/gagasan • Mendapatkan pengalaman • Berani mempertanyakan secara langsung gagasan orang lain • Meningkatkan kemampuan • Berani menjawab berpikir kritis dan cepat pertanyaan dalam memecahkan masalah • Tidak membuat peserta didik takut • Tidak membosankan peserta didik • Tidak membuat beban bagi peserta didik Beberapa hal praktis yang dapat dilakukan dalam mewujudkan pembelajaran yang responsif gender adalah: a) Peserta didik laki-laki dan perempuan terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. b) Tenaga pendidik menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik laki-laki dan perempuan. c) Tenaga pendidik mengatur kelas dengan memfasilitasi tempat duduk dimana murid laki-laki dan perempuan duduk berdampingan. d) Tenaga pendidik menyediakan ruang membaca yang nyaman dan berisi buku-buku yang menarik untuk siswa laki-laki dan perempuan. e) Tenaga pendidik menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok dengan proporsi 28 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 33. Belajar Untuk Masa Depanku yang seimbang antara anak laki-laki dan perempuan (di kelas campur). f) Tenaga pendidik mendorong peserta didik laki-laki dan perempuan untuk menemukan caranya sendiri dalam memecahkan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasan, dan melibatkan peserta didik dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. 3. Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Diri Pelaksanaan kegiatan pengembangan diri di sekolah dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler oleh tenaga pendidik pendidik, instruktur, dan alumni dibawah koordinasi tenaga pendidik BK/BP. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada peserta didik perempuan dan laki-laki untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan (pribadi, sosial, agama) potensi, bakat, minat, kondisi, dan perkembangan peserta didik sesuai kemampuan dengan kondisi sekolah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pengembangan diri yang responsive gender adalah: 1. Hindari pelaksanaan kegiatan pengembangan diri yang mengarah kepada bias gender. 2. Kembangkan sejumlah kegiatan pengembangan diri yang secara naluriah dapat diikuti oleh baik peserta didik laki-laki maupun perempuan misalnya Pramuka, OSIS, PMR, seni, debat, dan Science Club. 3. Upayakan kepengurusan dalam kegiatan pengembangan diri dipegang oleh baik peserta didik laki-laki dan perempuan yang dipilih berdasarkan kemampuan secara demokratis. 4. Upayakan pembina kegiatan pengembangan diri selalu kombinasi antara pembina pria dan wanita. 4. Pelaksanaan Kegiatan Muatan Lokal Penyelenggaraan pendidikan yang responsif gender melalui muatan lokal sebenarnya bagian dari pelaksanaan pembelajaran yang responsive gender. Namun, karena muatan local dikembangkan oleh sekolah sendiri, muatan local yang responsive gender perlu pembahasan khusus. Muatan lokal berdasarkan statusnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu wajib dan pilihan. Muatan local wajib biasanya ditetapkan QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 29
  • 34. Belajar Untuk Masa Depanku oleh Dinas Pendidikan Provinsi sementara muatan local pilihan dikembangkan oleh sekolah dengan mempertimbangkan sumber daya pendidikan yang ada di sekolah maupun kebutuhan peserta didik. Berikut adalah beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pembelajaran muatan local yang responsive gender. 1) SK dan KD yang disusun harus responsif gender. Demikian pula silabus yang merupakan operasionalisasi dari SK dan KD dan RPP rang merupakan jabaran dari silabus harus mencerminkan perencanaan yang sesuai dengan pembelajaran yang responsive gender. 2) Bahan ajar yang dikembangkan – tema/topik, teks, dan pengalaman belajar – harus bias gender. 3) Muatan local biasanya menyangkut pengenalan dan internalisasi nilai-nilai local. Bila nilai-nilai local tersebut dipandang bias gender, mungkin perlu penyesuaian. 5. Penilaian Hasil Pembelajaran Penilaian pembelajaran dilakukan oleh tenaga pendidik untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik perempuan dan laki-laki serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil pembelajaran ini kemudian dianalisis, apakah terjadi perbedaan pencapaian kompetensi antara peserta didik laki-laki dan perempuan dalam setiap mata pelajaran atau pada mata pelajaran tertentu. Jika terjadi maka harus dicari penyebab dari kesenjangan pencapaian kompetensi tersebut. Hasil dari analisis penyebab ini kemudian menjadi point penting dalam mengubah pendekatan yang dilakukan oleh tenaga pendidik sehingga peserta didik laki-laki dan perempuan dapat mencapai kompetensi secara setara dan adil. E. PROSES INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM PEMBELAJARAN Agar proses pembelajaran dapat menjadi responsif gender, maka perlu ada upaya untuk memastikan bahwa: 1. tenaga pendidik sudah memahami konsep gender dan gender dalam bidang pendidikan terutama mengenai pembelajaran yang responsif gender baik melalui pelatihan, workshop atau melalui media sosialisasi lainnya; 30 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 35. Belajar Untuk Masa Depanku 2. Kurikulum yang disusun dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sudah responsife gender, melalui berbagai pendekatan dan isu-isu gender yang ada di jenjang sekolah dasar; 3. Bahan ajar yang akan digunakan tidak bias gender baik dari aspek kalimat-kalimat yang digunakan maupun dari aspek ilustrasinya; 4. Penataan ruang kelas sudah memperhatikan kebutuhan dan kondisi peserta didik laki-laki dan perempuan, sehingga semua peserta didik bisa mengikuti pembelajaran dengan nyaman dan menyenangkan; 5. Interaksi yang dibangun oleh tenaga pendidik tidak merendahkan salah satu jenis kelamin, sehingga peserta didik perempuan dan laki-laki termotivasi untuk mengikuti pembelajaran secara maksimal dan menyenangkan; 6. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan tidak menyulitkan salah satu jenis kelamin, seperti dalam pemberian contoh soal harus bisa dipahami oleh peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan. F. HASIL INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN Untuk mengetahui responsivitas gender pembelajaran di SMP, maka disusun indikator kunci dari pembelajaran yang responsif gender seperti yang dituangkan pada tabel di bawah ini. QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 31
  • 36. Belajar Untuk Masa Depanku Tabel …..: Indikator kunci pembelajaran responsif gender No. Komponen Indikator 1 Perencanaan – Pendidik menyusun rencana pembelajaran pembelajaran dengan mempertimbangkan kebutuhan spesifik peserta didik laki-laki dan perempuan. (Rencana pembelajaran yang mempertimbangkan kebutuhan spesifik laki-laki dan perempuan) 2 Materi bahan ajar – Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik laki-laki dan perempuan. – Gambaran peran perempuan dan laki- laki disajikan dalam materi bahan ajar secara seimbang dan dalam frekuensi yang seimbang pula (Prosentase contoh/ilustrasi peran laki-laki dan perempuan dalam bahan ajar yang digunakan seimbang) – Penggunaan media pembelajaran yang seimbang antara peserta didik laki- laki dan perempuan (Frekuensi penggunaan media pembelajaran oleh peserta didik laki- laki dan perempuan) 3 Metoda – Pendidik memberikan peran dan Pembelajaran tanggungjawab yang seimbang antara peserta didik laki-laki dan perempuan dalam pembelajaran agar semua peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (prosentase peran dan tanggungjawab yg diberikan kepada laki-laki dan perempuan) – Pendidik melakukan pendekatan kepada peserta didik untuk mendorong potensi mereka secara optimal (Posentase konseling utk memberi 32 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 37. Belajar Untuk Masa Depanku motivasi kepada laki-laki dan perempuan) 4 Lingkungan – Sarana dan prasarana pendidikan pembelajaran dapat memenuhi kebutuhan peserta didik laki-laki dan perempuan – Satuan pendidikan mendorong perilaku sensitif gender, seperti bahasa dan ungkapan-ungkapan yang digunakan, untuk menghindari terjadinya berbagai bentuk pelecehan dan diskriminasi gender; – Waktu penyelenggaraan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik (ini sangat penting untuk pendidikan non formal) 5 Pendidik – Pendidik memiliki pemahaman mengenai kesetaraan dan keadilan gender – Setiap satuan pendidikan memberikan kesempatan yang adil bagi pendidik laki-laki dan perempuan untuk meningkatkan kualitas dan kompetensinya (Frekuensi pendidik laki-laki dan perempuan mengikuti pendidikan) – Tidak terdapat dikriminasi dalam penetapan kesejahteraan pendidik di tingkat satuan pendidikan (Rasio gaji (termasuk insentif) bagi pendidik perempuan dan laki-laki) 6 Penilaian hasil – Terlaksananya penilaian pembelajaran belajar yang bisa diikuti dengan baik oleh peserta didik laki-laki dan perempuan – Adanya penilaian hasil pembelajaran yang tidak diskriminatif bagi peserta didik laki-laki dan perempuan – Terjadi keseimbangan hasil belajar antara peserta laki-laki dan perempuan (Rasio nilai ujian peserta didik laki- laki dan perempuan) QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 33
  • 38.
  • 39. Belajar Untuk Masa Depanku BAB V KOMITE SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA RESPONSIF GENDER A. PENGERTIAN Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemerintah, sekolah, tenaga pendidik dan orangtua peserta didik serta masyarakat luas. Peran serta masyarakat merupakan salah satu pilar dalam mewujudkan sekolah efektif. Peran sinergi tersebut dapat menjadi kekuatan dalam menyamakan langkah untuk mengantarkan anak menuju masa depan penuh tantangan. Kenyataan dalam masyarakat menunjukkan bahwa peran serta masyarakat tidak serta merta menjadikan laki-laki dan perempuan dapat dan siap berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah secara seimbang sebagaimana dilihat dalam kepengurusan komite sekolah. Partisipasi perempuan masih sangat rendah disebabkan masih terdapat peran-peran stereotipi laki-laki dan perempuan dalam tugas dan tanggung jawabnya dalam mendukung kegiatan di sekolah. Partisipasi masyarakat yang responsif gender adalah keterlibatan masyarakat secara seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam hal akses, peran dan tanggung jawabnya; partisipasinya dalam fungsi kontrol dan pengambilan keputusan serta menerima manfaat secara adil. Masyarakat yang dimaksud terdiri dari orangtua peserta didik, tokoh agama, tokoh masyarakat, masyarakat sekitar sekolah, dunia usaha dan dunia industri. Untuk mewujudkan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam mendukung kegiatan di sekolah, maka salah satu bentuk dukungan tersebut diwujudkan dalam sebuah badan yang disebut dengan Komite Sekolah (Komsek). Berdasarkan Kepmen Diknas No. 044 Tahun 2002 bahwa Komite Sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, efisiensi pengelolaan pendidikan, dan demokratisasi pendidikan. Komite sekolah responsif gender adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, efisiensi pengelolaan pendidikan, dan demokratisasi pendidikan dengan mempertimbangkan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan kemampuan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan pada satuan pendidikan. QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 35
  • 40. Belajar Untuk Masa Depanku B. UNSUR-UNSUR KOMITE SEKOLAH RESPONSIF GENDER Komite sekolah yang responsif gender dapat mendorong terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender di sekolah dasar. Adapun tujuan pembentukan komite sekolah dasar yang responsif gender adalah: 1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dengan memperhatikan perbedaan gender dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan. 2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat yang seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. 3. Laki-laki dan perempuan bersama-sama berupaya menciptakan suasana dan kondisi transparansi, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan. C. ISU GENDER DALAM KOMITE SEKOLAH RESPONSIF GENDER Isu gender yang terjadi di Komite Sekolah salah satunya adalah rendahnya representasi perempuan sebagai pengurus komite sekolah dan sebagian besar diduduki oleh laki-laki, sehingga pengambilan keputusan di sekolah sebagian besar oleh laki-laki. Hal ini dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap keputusan yang kurang mampu menyerap aspirasi, maupun kebutuhan perempuan di sekolah yang berbeda dengan laki-laki. Namun demikian, hal ini tidak menjadi masalah sepanjang anggota komite sudah respsonsif gender dan mempunyai kemampuan menyerap aspirasi dan kebutuhan spesifik perempuan dan laki-laki, kebutuhan praktis maupun kebutuhan strategis gender. D. STRATEGI MEUJUDKAN KOMITE SEKOLAH RESPONSIF GENDER Komite sekolah akan memiliki kemampuan untuk menyerap perbedaan aspirasi maupun kebutuhan antara laki-laki dan perempuan apabila mereka memiliki sensitivitas gender. Oleh karena itu, persoalan komite sekolah adalah sejauhmana komite sekolah yang ada di sekolah menengah pertama telah mewakili aspirasi laki-laki dan perempuan secara adil dan setara. Namun demikian, agar komite sekolah dapat 36 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 41. Belajar Untuk Masa Depanku melaksanakan peran secara optimal perlu dikembangkan strategi untuk mewujudkan komite sekolah yang responsif gender. Strategi tersebut adalah: 1. Pihak sekolah pada rapat awal pendahuluan sekolah melakukan sosialisasi tentang keadilan dan kesetaraan gender dalam pendidikan di sekolah, serta pentingnya pendidikan responsif gender pada komite sekolah, dan orang tua peserta didik. 2. Pihak sekolah mendorong laki-laki/perempuan untuk berperan aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan komite sekolah. 3. Pihak sekolah terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran kepada perempuan (wali peserta didik) untuk terlibat dalam kegiatan komite sekolah terutama pada tingkat pengambilan keputusan. 4. Komite sekolah yang terbentuk menentukan kuota keterlibatan laki-laki dan perempuan secara proporsional pada kepengurusan komite sekolah. 5. Komite sekolah yang terbentuk menentukan kuota keterlibatan laki-laki dan perempuan secara proporsional dalam mengemukakan pendapat pada rapat komite sekolah dan forum- forum tim sekolah. E. PROSES INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM KOMITE SEKOLAH Proses Integrasi Komite Sekolah Responsif Gender Proses Integrasi Komite Sekolah Responsif Gender yang dilakukan di jenjang sekolah menengah pertama bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi orang tua peserta didik perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik usia SMP. a. Perencanaan Proses Integrasi Gender ke dalam Komite Sekolah Perencanaan proses Integrasi gender kedalam Komite Sekolah yang memasukkan kosep gender kedalam kelembagaan komite sekolah yang terdiri dari orang tua murid dimaksudkan agar pemahaman gender berkelanjutan sampai di dalam keluarga murid laki-laki dan perempuan. Komite sekolah akan dapat mengidentifikasi isu-isu gender di dalam kehidupan sehari-hari dan di implementasikan QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 37
  • 42. Belajar Untuk Masa Depanku kedalam, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, dan penilaian. Isu-isu gender didasarkan pada pengalaman, aspirasi, masalah, serta tantangan yang dihadapi peserta didik SMP laki-laki dan perempuan. Berdasarkan isu-isu gender yang digali dalam proses peningkatan kapasitas komite sekolah yang disusun kemudian komite sekolah menyusun rencana pelaksanaan dalam mensosialisasikan kepada anak-anak laki-laki dan perempuan di SMP. b. Pelaksanaan Proses Integrasi Gender kedalam Komite Sekolah Pelaksanaan proses integrasi gender kedalam komite sekolah yang responsive gender mencakup antara lain: 1. Memberikan pemahaman konsep gender kepada komite sekolah melalui pendidikan keluarga berwawasan gender yang diharapkan akan diimplementasikan kedalam keluarga anak didik baik laki-laki maupun perempuan setelah pulang dari sekolah; 2. Memberikan ilustrasi, dan kegiatan pemahaman melalui kecakapan hidup pada keluarga agar dana keluarga terjadi pembagian peran yg adil dan setara baik laki-laki maupun perempuan; F. HASIL INTEGRASI KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM KOMITE SEKOLAH Komite sekolah memiliki peran yang sangat stratgeis dalam mendorong terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender di sekolah. Terdapat beberapa indikator yang dapat mengukur intensitas komite sekolah yang responsif gender, yaitu: 1. Komite sekolah memberikan peluang yang sama kepada perempuan sebagaimana laki-laki dalam kepengurusan secara proporsional. 2. Tidak terdapat kelompok marjinal (terutama perempuan) untuk terlibat dalam mendukung pemikiran, finansial, dan tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. 3. Tersedianya akses informasi kepada anggota masyarakat laki-laki dan perempuan secara seimbang mengenai hak dan tanggung jawab mereka sebagai bagian dari satuan pendidikan. 4. Tidak terdapat peran-peran stereotype perempuan dalam kepengurusan dan kegiatan komite sekolah. 38 Direktorat PSMP - QEC24711
  • 43. Belajar Untuk Masa Depanku 5. Terdapat pembagian peran tupoksi (tugas pokok dan fungsi) secara seimbang antara laki-laki dan perempuan. 6. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan secara setara. 7. Terdapat peluang yang sama (laki-laki dan perempuan) untuk mengemukakan ide-ide yang ramah terhadap perbedaan. 8. Melakukan fungsi kontrol yang seimbang (laki-laki dan perempuan) dalam penyusunan RPS dan RAPBS. 9. Melakukan pengambilan keputusan dilakukan secara demokratis tanpa diskriminasi gender. 10. Melakukan fungsi kontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan dengan melibatkan laki-laki dan perempuan secara proporsional. 11. Menyusun alat evaluasi perkembangan sekolah yang menghindari bias gender. 12. Mengumpulkan informasi tentang kegiatan sekolah dan hal-hal yang penting untuk diketahui olah orang tua. 13. Mendapatkan hak-hak yang seimbang dari hasil kegiatan di sekolah untuk fungsi pembimbingan belajar anak di rumah dan mendukung kegiatan di sekolah QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 39
  • 44.
  • 45. “Belajar Untuk Masa Depanku” BAB VI PENUTUP Sekolah menengah pertama berwawasan gender akan terwujud apabila komponen-komponen strategis Pengarusutamaan Gender Pendidikan sudah terwujud. Komponen-komponen strategis tersebut mencakup: (i) political will (komitmen politik) untuk menerapkan sekolah responsif gender; (ii) adanya kelembagaan pendidikan responsif gender; (iii) tersedianya SDM responsif gender; (iv) adanya dukungan sumberdaya responsif gender; (v) ketersediaan data terpilah menurut jenis kelamin, (vi) ketersediaan anggaran responsif gender. Political will (komitmen politik) dari stakeholders pendidikan menjadi pra kondisi yang harus ada untuk digunakan sebagai landasan diimplementasikannya sekolah menengah pertama responsif gender. Untuk itu Permendiknas 84 Tahun 2008 Tentang pedoman Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan dapat digunakan sebagai acuan dalam melahirkan kebijakan-kebijakan sekolah yang responsif gender. Para pengambil kebijakan di lingkungan sekolah mulai dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi harus mengakomodir kepentingan sumber daya manusia laki-laki dan perempuan. Untuk itu perlu dibentuk kelembagaan di sekolah sebagai media untuk mendinamisasi, mengadvokasi maupun memfasilitasi pendidikan responsif gender. Bentuk kelembagaan tersebut antara lain kelompok kerja gender pada satuan pendidikan SMP serta gender focal point pada satuan pendidikan SMP. Sumber daya manusia di sekolah (seperti kepala sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah) harus memiliki sensitivitas gender sehingga mereka mampu melahirkan kebijakan, program maupun kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstra kurikuler yang adil dan setara. Ketersediaan sumberdaya untuk mendukung terimplementasikan keadilan dan keasetaraan gender, baik sarana prasarana sekolah maupun komponen- komponen pembelajaran (kurikulum, bahan ajar, rencana pembelajaran, silabus dan media pembelajaran). Ketersediaan data pilah menurut jenis kelamin di bidang pendidikan merupakan syarat mutlak untuk dapat digunakan sebagai dasar analisis QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Pendidikan Berwawasan Gender Untuk SMP 41
  • 46. Belajar Untuk Masa Depanku situasi pendidikan responsif gender. Data pilah tersebut mencakup keadaan peserta didik, tenaga pendidik, pengambil kebijakan, bahan ajar, kondisi komite sekolah, dll). Dengan data pilah tersebut dapat digunakan sebagai dasar penyusunan perencanaan, pelaksanaan, monitoring maupun evaluasi kebijakan/program/ kegiatan pendidikan yang diarahkan untuk memperkecil kesenjangan gender. Para perencana di lingkungan sekolah menengah atas perlu menyusun anggaran belanja yang memperhatikan kebutuhan laki-laki kepada kepentingan laki-laki dan perempuan atau yang dikenal dengan istilah gender budgeting. Penganggaran yang responsif gender perlu dilakukan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender di lingkungan sekolah. Pada akhirnya, ketersediaan media KIE responsif gender menjadi bagian utama sebagai alat bantu dalam mensosialisasikan pentingnya keadilan dan kesetaraan gender bidang pendidikan. Media KIE dapat dibuat dalam bentuk leaflet, pamlet, spnaduk, majalah dinding dan lain-lain. 42 Direktorat PSMP - QEC24711