3. O U T L I N E
• Organisme
• Dampak Ekonomi
• Epidemiologi
• Penularan
• Gejala Klinis dan Tanda-tanda Post Mortem
• Diagnosis dan Pengobatan
• Pencegahan dan Pengendalian
5. Virus Classical Swine Fever
• Famili Flaviviridae
– Genus Pestivirus
• Lipid-enveloped, RNA virus single-stranded
• Virulensi bervariasi
• Stabil di lingkungan
– jaringan (daging)
– temperatur dingin
6. Sejarah penyakit di dunia
• Pertama kali dikonfirmasi di AS, 1833
– Endemik pada akhir abad ke-19 dan ke-20
– Eradikasi pada akhir abad ke-20
• Dilaporkan di Inggris, 1864
• Diketahui ada di 36 negara
• Eradikasi
• Australia, Kanada, Selandia Baru, dan AS
• Sebagian besar Eropa Barat dan Tengah
8. Dampak Ekonomi
• Dampak terhadap produksi
• Kehilangan peluang perdagangan (pasar
domestik atau ekspor)
– Babi dan produk babi
• Contoh: Belanda, 1997-98
– 400 peternakan terinfeksi
– 12 juta ekor babi di’euthanasia’
– Biaya $2,3 milyar
• Biaya pengendalian
– Karantina dan pemotongan
10. Distribusi geografis
• Amerika Selatan & Tengah, Mexico
• Sebagian Afrika dan Kepulauan Caribbea
• Sebagian besar Asia
• Wabah belakangan ini terjadi di:
– Rusia
– Bulgaria
12. Morbiditas dan Mortalitas
• Umur dan status immunitas penting
• Variasi menurut strain virus
– Akut
• Mortalitas tinggi (lebih dari 100%)
– Subakut
• Morbiditas dan mortalitas lebih rendah
– Kronis
• Hanya sejumlah kecil babi terinfeksi – selalu fatal
– Sejumlah kasus tidak menunjukkan gejala
klinis (asymptomatic)
13. Sekresi virus
• Jumlah paling banyak disekresikan lewat cairan
mulut
• Jumlah lebih sedikit disekresikan melalui urin,
feses, cairan hidung dan mata
• Jumlah virus umumnya disebarkan melalui feses
yang tersebar di lingkungan
• Hewan terinfeksi sebelum memasuki masa akut
atau subakut mampu mensekresikan virus, tanpa
gejala klinis
14. Infeksi laten
• Babi terinfeksi CSF umumnya mensekresikan virus dalam
jumlah sangat banyak untuk waktu singkat sampai
mereka mati atau menjadi ‘carrier’
• Hewan yang sudah masuk masa kronis penyakit akan
menyimpan virus dalam darahnya untuk waktu yang lebih
lama
• Induk babi yang terinfeksi virus dengan strain yang lebih
rendah virulensinya akan menginfeksi keturunannya pada
beberapa masa kebuntingan, sehingga keturunannya
akan menjadi immunotoleran dan dapat mensekresikan
virus selama 153 hari atau lebih
15. Ternak ‘carrier’
• Ternak babi ‘carrier’ dapat melahirkan anak babi
yang juga ‘carrier’ (penularan bersifat vertikal),
dan secara klinis tampak normal
• Pada kelompok hewan yang terinfeksi, hewan
bunting yang ‘carrier’ bisa mencapai 43%
17. Penularan pada babi
• Sangat kontagius
– Darah, saliva, urin, feses, jaringan
• Penularan
– Makan sisa-sisa buangan atau produk daging yang
terkontaminasi
– Kontak langsung atau tidak langsung (fomites)
– Kurang umum: aerosol, semen, vektor
• Babi tertular adalah satu-satunya ‘reservoir’
18. Penularan lewat fomites
• Melalui penggunaan jarum suntik untuk lebih dari
satu hewan atau satu peternakan
• Melalui sisa-sisa botol vaksin yang tidak
dimusnahkan dengan cara yang benar
• Pakaian pekerja, alas kaki dan peralatan kandang
dan lain-lain yang kontak dengan sumber infeksi
19. Penularan lewat vektor
• Virus CSF tidak ditransmisikan secara biologis
melalui vektor arthropoda, tetapi ditransmisikan
secara mekanis melalui hewan peliharaan, burung
dan jenis arthropoda tertentu
• 3 jenis dari famili Muscidae (house flies), 2 jenis
dari family Tabanidae (stable flies), dan nyamuk
Aedes aegypti dapat menularkan virus CSF secara
mekanis
20. Faktor-faktor risiko penyebaran
penyakit
1. Manajemen kesehatan hewan - pemisahan hewan sakit
dari kelompok
2. Pemisahan induk betina dari kelompok terinfeksi –
karena sifat penularan yang vertikal
3. Lalu lintas hewan ternak dan bibit
4. Manajemen pemeliharaan hewan – dikandangkan
secara berkelompok, diliarkan
5. Status biosekuriti
6. Keberadaan babi liar
7. Management produk peternakan babi dan hasil
sampingannya (by product)
8. Keberadaan vektor mekanis
22. Gejala Klinis
• CSFV hanya menginfeksi babi
• Masa inkubasi: 2 - 14 hari
• Variasi penyakit
– Fatal akut sampai tanpa gejala (asymptomatic)
• Viremia yang persisten
– Anak babi terinfeksi secara kongenital
– Virus keluar selama berbulan-bulan
• Gejala klinis menyerupai penyakit babi lainnya
23. Gejala klinis:
CSV yang akut
• Demam tinggi (105oF)
• Berkerumun, lemah
• Anorexia
• Konjungtivitis
• Diarrhea
• Kejang-kejang
• Kebiruan/cyanosis
• Hemorrhages pada kulit
• Mati
24. Gejala klinis:
CSV Subakut/Kronis
• Subakut
– Sama dengan bentuk akut, tetapi gejala lebih ringan
– Babi mungkin bisa ‘survive’
• Kronis
– Anorexia, depresi, demam, diarrhea
– Performans reproduksi buruk, termasuk keguguran,
lahir mati, dan deformities
– Anak babi terinfeksi secara persisten
25. Tanda-tanda post mortem:
CSV yang akut
• Sangat bervariasi
• Hemorrhage
• Foci nekrotik pada tonsil
• Petechiae/ecchymoses pada
permukaan serosal dan
mucosal
– Ginjal, tenggorokan, trachea,
usus, limpa, paru-paru
29. Diagnosa
• Babi dengan dugaan CSF menunjukkan:
– Septicemia dan demam tinggi
– Sejarah diberi makan sisa-sisa/skrap
• Diagnosa tidak mungkin tanpa konfirmasi
laboratorium
• Sampel tonsil harus dikirim ke laboratorium
diagnostik dari setiap pemeriksaan terhadap
dugaan kasus
30. Pengambilan sampel
• Sebelum mengambil atau mengirimkan
sampel, Dinas yang menangani fungsi
kesehatan hewan harus dikontak
• Sampel harus dikirimkan hanya dalam kondisi
aman dan ke laboratorium yang berwenang
untuk mencegah penyebaran penyakit
31. Uji diagnostik
• Deteksi virus, antigen, nucleic acids
– Sampel jaringan (tonsil, limpa, ginjal, distal
ileum)
– Darah (whole blood)
– ELISA atau direct immunofluorescence
• Serologi
– ELISA atau virus neutralization
– Comparative neutralization test**
33. Surveilans
• Pelaporan pasif
– Dinas Kabupaten
• Monitoring aktif
– Populasi yang berisiko tinggi
– Sampel jaringan (tonsil, swab hidung)
– Serologi
34. Karantina
• Dugaan kasus atau
diagnosa
– Kasus terkonfirmasi, ternak
yang kontak dipotong
– Tindakan karantina yang
ketat untuk mencegah
penyebaran penyakit
35. Pengendalian penyakit
• Disinfektans
– Sodium hypochlorite
– Phenolic compounds
• Virus sensitif terhadap
– Pengeringan
– Sinar ultraviolet light
– pH <3 atau >11
• Mati pada tempertaur tinggi
– 150oF selama 30 menit;
160oF 1 menit
36. Pencegahan
• Jangan berikan sisa-sisa buangan atau
produk daging yang tidak dimasak untuk babi
• Minimalkan kehadiran pengunjung ke
peternakan
– Terutama yang melakukan perjalanan ke
peternakan babi dalam waktu 5 hari sebelumnya
• Implementasikan tindakan biosekuriti
– Bersihkan/disinfeksi sepatu but
– Bersihkan pakaian kerja
37. Pencegahan
• Monitor ternak apabila sakit
atau menunjukkan gejala sakit
– Inspeksi ternak setiap hari
– Laporkan ternak yang sakit
• Bersihkan dan disinfeksi
– Kendaraan
– Peralatan
– Sepatu but dan pakaian kerja
38. Pencegahan
• Isolasi babi sakit sesegera mungkin
• Karantinakan babi baru yang dibeli
– Minimum 30 hari
• Catat secara rutin kesehatan setiap ternak
babi
Center for Food Security and
Public Health, Iowa State
University, 2011
39. Vaksinasi
• Tersedia di negara-negara
endemik
– Proteksi terhadap penyakit
– Tidak menghilangkan infeksi
• Sangat membantu dalam
pengendalian wabah
40. Prioritas penyakit zoonosis di ASEAN
Primer: HPAI, rabies,
PMK, PRRS, ND, CSF,
Leptospirosis,
Salmonellosis, brucellosis
Sekunder: JE, anthrax,
Streptococcus suis,
bovine tuberculosis,
cysticercosis, virus henipa