SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembuatan rencana pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan belajar
dan mengajar. Tahapan pembuatan rencana pembelajaran dimulai dengan analisis
karakteristik siswa dan lingkungan. Hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi
perilaku dan karakteristik awal peserta didik adalah menentukan garis batas antara
perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada peserta
didik. Selanjutnya guru dapat melakukan pembuatan tujuan instruksional. Tujuan
instruksional terbagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional khusus (TIU) dan tujuan
instruksional khusus (TIK).
TIU sering disebut dengan standar kompetensi. TIU telah dibuat oleh
pemerintah, sehingga sebagai guru hanya melaksanakannya. Akan tetapi, guru masih
perlu membuat TIK. TIK dirumuskan oleh guru setelah memperhatikan karakteristik
dari peserta didiknya. Tujuan Instruksional (TIK) yang istilah lainnya adalah sempit
dibanding TIU dan merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku
spesifik.dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari
pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya
dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan pengajar
dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya
didasarkan pada TIU. Hal ini didasarkan pada bagan berikut ini
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 1
Penulisan Tujuan Instruksionai Khusus (TIK) merupakan langkah yang sangat
penting dalam proses penyusunan desain instruksional. Sebab TIK ini menentukan
dengan tepat apakah ketrampilan, pengetahuan dan sikap yang harus dimiliki oleh
siswa setelah mengikuti suatu pelajaran. Para guru/pendidik tak ayal lagi, perlu
memiliki keterampilan dalam penulisan TIK ini. Namun lebih penting lagi ialah
melaksanakan dengan tepat TIK yang telah dirumuskan. Uraian berikut diharapkan
dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan para guru, dosen ataupun pendidik
lainnya tentang penulisan TIK yang tepat.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apa itu TIK?
2. Bagaimana merumuskan TIK?
3. Bagaimana enggunaan kata Kerja Operasional dalam Tujuan
Instruksional?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu TIK
2. Untuk mengetahui bagaimana merumuskan TIK
3. Untuk mengetahui bagaimana kontroversi penggunaan kata Kerja
Operasional dalam Tujuan Instruksional.
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Fred dan Henry (dalam Nur’aini, 2011) mendefinisikan tujuan
instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan /
keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. Sedangkan Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) (dalam Suparman, 2012:192) merupakan terjemahan
dari specific instructional objective. Literatur asing menyebutkannya pula
sebagai objective, atau enabling objective, untuk membedakannya dengan general
instructional objective, goal, atau terminal objective yang berarti tujuan instruksional
umum (TIU) atau tujuan instruksional akhir.
Tujuan Instruksional (TIK) merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam
bentuk perilaku spesifik. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah
kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang
biasanya dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan
pengajar dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian
pernyataannya didasarkan pada TIU(Sodjarwo dalam Nita, 2011).
Perumusan TIK harus dilakukan secara pasti artinya pengertian yang
tercantum di dalamnya hanya mengandung satu pengertian dan tidak dapat
ditafsirkan kepada bentuk lain. Untuk itu TIK harus dirumuskan ke dalam kata kerja
yang dapat dilihat oleh mata (Suparman, 2012: 193). Perumusan TIK yang dapat
diukur, artinya tingkat pencapaian siswa dalam perilaku yang ada dalam TIK dapat
diukur dengan tes atau alat pengukur lainnya.
Menurut Soedjarwo (1995: 81) Penulisan sasaran belajar sedikitnya
menyatakan tentang: a). Isi materi dan bahasan b). Tingkat penampilan yang
diharapkan c). Prasyarat pengungkapan hasil kerja. Tentunya secara ideal diharapkan
peserta didik mendapatkan perubahan secara menyeluruh, baik dalam pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (motorik).
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 3
Tujuan instruksional dapat menjadi arah proses pengembangan instruksional
karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
akan dicapai siswa pada akhir proses instruksional. Keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan tersebut merupakan ukuran keberhasilan sistem instruksional yang
digunakan oleh pengajar.
Dick, Carey and Carey (2009) mengulas bagaimana Robert Mager
memengaruhi dunia pendidikan di Amerika untuk merumuskan TIK dengan kalimat
yang jelas, pasti, dan dapat diukur sejak awal tahun 1960. Yang dimaksud dengan
perumusan TIK secara jelas adalah TIK yang diungkapkan secara tertulis dan
diinformasikan kepada peserta didik sehingga peserta didik dan pengajar mempunyai
pengertian yang sama tentang apa yang tercantum dalam TIK.
Perumusan TIK secara pasti, artinya TIK tersebut mengandung satu
pengertian, atau tidak mungkin dirafsirkan ke dalam pengertian yang lain. Untuk itu,
TIK dirumuskan dalam bentuk kata kerja yang dapat dilihat oleh mata (observable).
Perumusan TIK yang dapat diukur berarti bahwa tingkat pencapaian peserta didik
dalam perilaku yang ada dalam Tik itu dapat diukur dengan tes atau alat pengukuran
yang lain.
Mager menerbitkan buku tentang penulisan tujuan instruksional pada tahun
1962. Lokakarya penulisan tujuan instruksional di Amerika dilakukan secra gencar
dengan peserta ribuan guru. Namun, tujuan instruksional yang telah ditulis oleh guru
pada waktu itu mengalami nasib yang kurang menggembirakan karena dua hal
sebagai berikut: Pertama, banyak guru yang menulis tujuan instruksional
berdasarkan daftar isi buku teks yang telah ada. Dengan kata lain, tujuan
isntruksional ditulis berdasarkan isi pelajaran. Seharusnya para guru itu melakukan
hal sebaliknya. Kedua, ribuan tujuan instruksional yang telah selesai ditulis oleh guru
itu tergeletak di atas meja mereka, tidak punya dampak terhadap proses instruksional.
Setelah penulisan tujuan instruksional tersebut, tidak ada perubahan dalam praktik
kegiatan instruksional. Dick dan Carey selanjutnya menyebutkan bahwa penyebab
keadaan di atas adalah tidak dikaitkannya penulisan tujuan instruksional tersebut
dengan proses penyusunan desain instruksional secara keseluruhan.
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 4
Para pengajar tersebut tidak melihat pengertian yang mendalam tentang
kaitan antara penulisan tujuan instruksional tersebut dengan komponen-komponen
lain dalam sistem instruksional. Mereka lebih memandang penulisan tujuan
instruksional tersebut sebagai teknik baru dalam menuliskan tujuan instruksional,
sedangkan isi pelajaran, metode instruksional, dan tes yang digunakannya tetap sama
seperti yang mereka pergunakan selama ini. Inovasi itu terbatas pada penulisan
tujuan instruksional saja.
Mungkinkah kejadian di Amerika Serikat sepanjang tahun 60-an itu terjadi
pula di Indonesia saat ini? Kita tidak tahu pasti. Riset dalam bidang itu masih sangat
diperlukan. Sejak awal tahun 1970 para pengajar di Indonesia dari tingkat sekolah
dasar (SD) sampai sekolah menengah telah ditatar dalam pengembangan
instruksional dengan menggunakan model Program Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Di samping itu, sebagian dari proses pengembangan tersebut
telah dirumuskan dalam bentuk Kurikulum tahun 1975 sebagai kurikulum yang
bersifat nasional. Dalam kurikulum tersebut, tujuan instruksional umum dan isi
pelajaran telah ditetapkan.
Para pengajar SD sampai SMTA tersebut seharusnya meneruskannya dengan
kegiatan analisis instruksional, identifikasi perilaku dan karakteristik siswa,
perumusan TIK, penulisan tes, penetuan strategi instrusional, dan penembangan
bahan instruksional bila bahan yang bersifat standar masih belum cukup. Untuk yang
terakhir ini, yaitu bahan instruksional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada
waktu itu juga telah mengeluarkan buku-buku pegangan yang dimksudkan sebagai
dasar dn patokan isi pelajaran secara nasional. Dengan tersedianya kurikulum
nasional berikut buku-buku tersebut, para guru seharusnya masih perlu
mengembangkan sendiri sistem instruksionalnya yang sesuai dengan perilaku awal
dan karakteristik awal siswa, serta fasilitas dan alat-alat yang terdapat di sekolah dan
lingkungan masing-masing. Namun pada praktiknya, mereka tidak membuatnya
sendiri melainkan menggunakan semua perangkat rencana pembelajaran yang
seragam. Di sinilah letak awal mula tidak tumbuhnya kreativitas pengajar dan
penyeragaman rencana pembelajaran pada hal kondisi setiap sekolah dan setiap
daerah sangat heterogen.
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 5
Di tingkat perguruan tinggi, para dosen telah diatur dalam perencanaan proses
belajar-mengajar. Penataran ini lebih komprehensif dari yang dilakukan di Amerika
Serikat tahun 1960-an karena tidak hanya terbatas pada penulisan tujuan instrusional,
tetapi juga dalam proses belajar-mengajar secara keseluruhan. Dilihat dari segi
materi, penataran pengajaran di Indonesia lebih luas dibandingkan dengan yang
dilakukan Amerika Serikat tahun 60-an. Tiga pertanyaan yang perlu dicari
jawabanya adalah: Pertama,seberapa jauh para pengajar melihat kedudukan tujuan
instruksional tersebut sebagai dasar dalam menetapkan komponen-komponen lain
dalam sistem instruksional? Kedua, seberapa jauh para pengajar tersebut menerapkan
prosedur pengembangan instruksional kegiatan instruksionalnya? Ketiga, seberapa
jauh pengajar yang telah ditatar itu menggunakan desain instruksional yang telah
disusunya dalam kegiatan instruksional yang dilakukanya sehari-hari.
Secara nasional, perlu dicari pula tampak usaha peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap pengajar dalam pengembangkan instruksional terhadap
presrtasi belajar belajar peserta didik.
B. Syarat- syarat Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan Instruksional Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional
Umum. Dalam perumusan TIK harus memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
1. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar,
bukan proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan
siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri nilai sosial. Rumusan Tujuan Instruksional
Khusus yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi nilai sosial”.
2. Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran
haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan Instrusional
Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika dalam satu rencana
pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut
Tujuan Instruksional Khusus: a) Dapat menjelaskan; b) Dapat memberi contoh dan ;
c) Dapat menggunakan;
3. Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus
harus sesuai dengan kemampuan siswa
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 6
4. Banyaknya TIK yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia
untuk mencapainya (Hernawan, 2005).
C. Cakupan Tujuan Instruksional
Menurut Bloom dalam bukunya “Taxonomy of Educational
Objectives” mengolongkan tujuan pendidikan/instruksional, dalam tiga ranah, yakni:
ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotorik
a. Kognitif (proses berfikir )
Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan
memecahkan masalah.Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas
enam bagian :
1) Pengetahuan (knowledge)
Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari
yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan
mengingat keterangan dengan benar.
2) Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu
tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
3) Penerapan (application)
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang
sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan
prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi
daripada pemahaman.
4) Analisis (analysis)
Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-
komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di
antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat
lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi
daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
5) Sintesa (evaluation)
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen
sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 7
tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih
tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
6) Evaluasi (evaluation)
Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi
untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih
mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan
lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran
mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu
“Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan
menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif
seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni
satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain. Aspek kognitif
lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi
standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses
pengajaran.
b. Afektif (nilai atau sikap)
Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan
operasiasi siswa. Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi
lima kategori :
1) Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon
terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah
dalam domain afektif.
2) Pemberian respon atau partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara
afektif, menjadi peserta dan tertarik.
3) Penilaian atau penentuan sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek
atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 8
menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan
opresiasi”.
4) Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat
lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu
sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat
hidup.
5) Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value
complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat
berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih
mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan
pribadi, sosial dan emosi jiwa.
Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses
pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat
perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa:“Semua sikap
bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki.
Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan
mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat
mereka.”
Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat
menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan
kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia
psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih
baik tentunya.
c. Psikomotorik (keterampilan)
Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.
Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori
yaitu :
1) Peniruan
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 9
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa
dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan
ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
2) Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada
tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya
meniru tingkah laku saja.
3) Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam
penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi
sampai pada tingkat minimum.
4) Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan
yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-
gerakan yang berbeda.
5) Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan
energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan
merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam
taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses
tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan
nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga
mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah
yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran
kegiatan evaluasi hasil belajar adalah:
a. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi
pelajaran yang telah diberikan pada mereka?
b. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 10
c. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan
secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah
itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
C. Perumusan Tujuan Instruksional Khusus
1. Hakikat dan Ragam TIK
Pada uraian sebelumnya sudah diutarakan bahwa tujuan instruksional itu
ialah segala hal yang harus dimiliki dan dapat ditampilkan siswa setelah
pembelajaran. Dengan kata lain Tujuan Instruksional Khusus adalah hasil yang
diinginkan guru untuk dimiliki oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.
Diharapkan terjadinya perubahan dan penyempurnaan diri siswa setelah melakoni
proses pembelajaran sebagaimana dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus.
Melalui Tujuan Instruksional Khusus ini diharapkan bahwa:
a. Diri siswa:
1) Memperoleh sesuatu.
2) Merubah sesuatu yang ada dalam dirinya.
3) Menyempurnakan sesuatu.
4) Membina sesuatu.
5) Menampilkan sesuatu.
b. Kelak kemudian hari melalui diri siswa yang bertindak sebagai inovator, dapat
pula terjadi perubahan/perbaikan lingkungannya. Dengan kata lain arah sasaran TIK
ini adalah:
1) Menciptakan hal yang baru
2) Merubah apa yang sudah dimiliki oleh siswa/kehidupan/keadaan.
3) Membina dan menyempurnakan apa yang sudah ada.
4) Meningktakan sesuatu.
5) Menangkal hal yang tidak diinginkan.
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 11
Objeknya adalah siswa itu sendiri, lingkungannya, masyarakat bangsa dan
negaranya. Dengan dimensi pengetahuannya, sikap, nilai, dan emosionalnya, serta
keterampilannya dengan target waktu: hari ini (kepentingan sekarang) dan besok
(masa mendatang)
Mengenai jenis ragam, TIK dapat dibedakan atas:
a. Dari segi waktu pencapaiannya
Menurut Norman E Grundlond (1976) TIK dapat dibedakan atas:
1) Tujuan yang wajib dikuasai oleh TIK yang sifatnya mendasar, esensial dan
penting yang harus dikuasai oleh siswa.
Contoh: Huruf alfabetik untuk pelajaran membaca
Bilangan untuk menghitung
Sila pancasila untuk PMP/PPKN
Letak tuts-tuts bagi pengetik dll
2) Tujuan-tujuan yang tercapai melalui suatu fase perkembangan ialah TIK yang
tidak bisa sekaligus sempurna yang dicapai oleh siswa melainkan melalui tahap
perkembangan. Contoh : menjadi pengarang harus melalui berbagai penguasaan,
kecakapan/kemahiran mengetik dengan memerlukan pelatihan/pengulangan,
kemampuan hidup bermasyarakat akan selalu berkembang dan makin sempurna.
Jadi, TIK jenis ini ada awal tetapi tidak ada akhirnya akan terus berkembang melalui
pengalaman dan kehidupannya.
3) Tujuan yang sangat ideal ialah sesuatu yang sangat sulit dicapai dalam satu kali
pukul atau dengan seketika.
Contoh: Insan Pancasila sejati, taqwa, sholeh, berbudaya dll.
4) Tujuan yang dapat dicapai segera misalnya dapat membuat bagan, dapat
mengemukan pendapat tentang X, dll.
b. Melihat sifat hasil yang dicapai siswa
1) TIK yang hanya mencakup satu masalah/bidang/disiplin saja antara lain dapat
mengemukakan teori ekonomi, dapat mengemukakan nama pejabat
pemerintah, dll.
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 12
2) Kebalikan dari hal diatas ialah multi bidang. Contoh : dapat mengemukakan
dampak dari banjir dalam berbagai kehidupan, dapat mengemukakan sebab
urbanisasi secara menyeluruh, dll.
3) TIK yang merupakan sasaran pokok yang direncanakan, ialah segala TIK
yang memang sudah ditargetkan dan dirumuskan
4) TIK yang tersembunyi yang dicapai siswa karena proses pembelajaran atau
sebagai hasil sampingan pencapaian TIK pokok/utama. Contoh: TIK utama
terampil membuat bagan X, maka disini secara implisit dicapai hasil
sampingan pemahaman atas konsep X itu sendiri.
5) Jenis TIK lain yang setaraf dengan hal diatas (TIK yang tersebunyi) yakni
khususnya aspek keterampilan:
a) Keterampilan social/hubungan social
b) Keterampilan akademik yang akan menjadi keterampilan belajar
sepanjang hayat.
Sehubungan dengan hakikat dan jenis ragam TIK yang telah diuraikan, maka
dalam memilih dan menentukan TIK yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kemungkinan memasukkan berbagai jenis TIK dalam suatu pembahasan.
b. Tuntutan kehidupan di hari esok bagi anak dan masyarakat.
c. Fungsionalisasi pelajaran dengan lingkungan dan kehidupan.
d. Dimensi domain/kawasan pendidikan yang lengkap (kognitif,afektif,
psikomotorik) dan berkadar taksonomi tinggi.
e. Memungkinkannya lahir proses belajar yang ideal dan manusiawi.
f. Mampu melahirkan hasil-hasil yang lebih tinggi/banyak.
g. Mampu membawakan arus pembahuruan: sekolah-peran siswa-guru.
Pengembangan tujuan/ TIK secara meluas ini seirama serta akan menunjang
kemudahan pengembangan-perluasan program/materi pelaran kelak disaat dilakukan
desain program. Bahkan dalam teori perumusan TIK, yang tepat dan benar (dilihat
dari aspek taksonomi dan materi yang harus dibawakan) adalah perumusan yang
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 13
mampu merakitkan/menggandengkan kata kunci operasional TIK dengan materi
pelajaran. Hal ini akan diuraikan tersendiri pada uraian selanjutnya.
2. Persyaratan dan Langkah Kegiatan Perumusan TIK
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, Tujuan Instruksional
Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional Umum. Dalam perumusan
Tujuan Instruksional Khusus harus memperhatikan rambu- rambu sebagai berikut:
a. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan
proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan
siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi. Rumusan Tujuan
Instruksional Khusus yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi ciri-
ciri demokrasi”. Bukan siswa mampu mendiskusikan ciri- ciri demokrasi bukan
merupakan rumusan tujuan tetapi proses pembelajaran.
b. Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran
haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan
Instrusional Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika
dalam satu rencana pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus,
kemampuan yang dituntut Tujuan Instruksional Khusus 1, adalah dapat
menjelaskan, Tujuan Instruksional 2: dapat memberi contoh dan Tujuan
Instruksional Khusus 3: dapat menggunakan.
c. Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus
sesuai dengan kemampuan siswa.
d. Banyaknya Tujuan Instruksional Khusus yang dirumuskan harus sesuai dengan
waktu yang tersedia untuk mencapainya.
Dengan mempertimbangkan hal- hal tersebut diharapkan akan dihasilkan
rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang dapat menjembatani pencapaian Tujuan
Instruksional Khusus. Untuk dapat membuat rumusan Tujuan Instruksional Khusus
yang benar, berikut ini disajikan komponen- komponen yang harus ada dalam suatu
rumusan.
Langkah Merumuskan TIK (tujuan intruksional khusus) yaitu terdiri dari :
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 14
a. Membuat sejumlah TIU (tujuan instruksinal umum) untuk setiap mata
pelajaran bidang studi yang akan diajarkan.
b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya
jelas, khusus, dapat diamati, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah
laku.
Dalam merumuskan TIK dapat dilakukan dengan menggunakan dua format
yaitu format Mager dan ABCD format.
Format Merger
Merger merekomendasikan syarat–syarat untuk menentukan tujuan perilaku yang
ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
a. Mengidentifikasi tingkah laku terakhir yang ingin dicapai oleh pembelajar
b. Menentukan dalam kondisi bagaimana tingkah laku tersebut dapat dicapai
c. Membuat kriteria spesifik bagaimana tingkah laku tersebut dapat diterima
Uraian di atas menunjukan bahwa Merger mengemukakan tujuan tersebut
dirumuskan dengan menentukan bagaimana pembelajar harus melakukannya,
bagaimana kondisinya, serta bagaimana mereka akan melakukannya. Dalam
penjabaran TIK ini Merger melibatkan tiga aspek yaitu begaimana kondisi
pencapaian tujuan, kriteria yang ingin dicapai, serta bagaimana tingkah laku
pencapaiannya.
Merger mendiskripsikan audiense hanya sebagai murid atau pembelajar,
dengan menggunakan sebuah format ”kamu akan bisa untuk”. Para desain
pembelajaran yang menggunakan format Marger ini biasanya menggunakan
”SWABAT” yang berarti ”the student will be able to”.
Format ABCD
Menurut Knirk dan Gustafson (1986), Ada empat komponen yang harus ada
dalam rumusan tujuan, yaitu Format ABCD digunakan oleh Institusi Pengembangan
Pembelajaran, pada prinsipnya format ini sama dengan yang dikemukakan oleh
Marger, namun pada bagian ini menambahkan dengan mengidentifikasi audiense,
atau subjek pembelajar. Unsur– unsur tersebut dikenal dengan ABCD yang berasal
dari empat kata sebagai berikut :
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 15
A = Audience
B = Behaviour
C = Condition
D = Degree
a. Audience
Audience merupakan siswa atau mahasiswa yang akan belajar, dalam hal ini
pada TIK perlu dijelaskan siapa mahasiswa atau siswa yang akan belajar. Keterangan
tentang siswa yang akan belajar tersebut harus dijelaskan secara spesifik mungkin,
agar seseorang yang berada di luar populasi yang ingin mengikuti pelajaran tersebut
dapat menempatkan diri seperti siswa atau mahasiswa yang menjadi sasaran dalam
sistim instruksional tersebut.
b. Behavior
Behavior merupakan prilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh
mahasiswa atau siswa tersebut setelah selesai mengikuti proses belajar tersebut .
Perilaku ini terdiri dari dua bahgian penting yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja ini
menunjukkan bagaimana siswa mendemonstrasikan sesuatu seperti menyebutkan,
menjelaskan, menganalisis dan lainnya. Sedangkan objek menunjukkan apa yang
didemonstrasikan.
c. Condition
Condition berarti batasan yang dikenakan kepada mahasiswa atau alat yang
digunakan mahasiswa ketika ia tes.Kondisi ini dapat memberikan gambaran kepada
pengembang tes tentang kondisi atau keadaan bagaimana siswa atau mahasiswa
diharapkan dapat mendemonstrasikan perilaku saat ini di tes,misalnya dengan
menggunakan rumus tertentu atau kriteria tertentu.
d. Degree
Degree merupakan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam mencapai perilaku
tersebut, adakalanya mahasiswa diharapkan dapat melakukan sesuatu dengan
sempurna tampa salah dalam waktu dua jam dan lainnya. Sejumlah rumusan ABCD
dalam penerapannya terkadang tidak disusun secara ber urutan namun dapat dibalik-
balikkan . Dalam praktek sehari-hari perumusan TIK terkadang hana mencantumkan
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 16
dua komponen saja , yaitu A dan B sehingga ketika diukur tidak memiliki kepastian
dalsam menyusun tes.
3. Perbendaharaan Kata-Kata Operasional dalam Perumusan Tujuan
Instruksional
Jenjang istilah yang digunakan yaitu:
a. Bidang kognitif dengan jenjang:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman,pengertian
3) Pemakaian, penggunaan
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
Istilah yang digunakan untuk tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional
khusus yaitu:
JENJANG PENGETAHUAN
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. Tahu istilah-istilah umum
2. Tahu hal terperinci
3. Tahu metode dan prosedur
4. Tahu konsep-konsep dasar
5. Tahu prinsip-prinsip
Mendefinisikan, memberikan,
mengidentifikasi, memberi nama,
mencocokkan, menyusun daftar,
menamakan, membuat garis besar,
menyatakan kembali, memilih, mencatat,
meniru. menghafal
JENJANG PEMAHAMAN DAN PENGERTIAN
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. Memahami fakta dan prinsip
2. Menginterprestasi bagan dan grafik
3. Menginterprestasi secara lisan
4. Mengubah bahan tulisan kata-kata
menjadi rumusan matematika
5. Memperkirakan akibat-akibat yang
akan datang yang tercantum dalam
data.
6. Membenarkan metode dan prosedur
Mengubah, mempertahankan,
membedakan, membandingkan,
memperkirakan, mendeskripsikan,
menguraikan, mengkategorikan, menarik
simpulan, meramalkan, melukis kembali,
membuat rangkuman
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 17
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 18
JENJANG PEMAKAIAN & PENGGUNAAN
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. Mengunakan konsep dan prinsip
terhadap situasi baru
2. Menerapkan hukum dan teori pada
situasi praktis
3. Memecahkan persoalan matematik
4. Mengkonstruksikan bagan dan grafik
5. Menunjukkan penggunaan secara
benar metode dan prosedur
Mengubah, menghitung,
mendemostarisikan, menyesuiakan,
merombak, menjalankan, menghubungkan,
menggunakan, menyusun, memproses
JENJANG ANALISIS
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. Mengenali anggapan yang tidak
dinyatakan.
2. Mengenali kesalahan logika dalam
memberalasan
3. Membedakan antara fakta dan
kseimpulan
4. Mengevaluasi hubungan antara data
5. Menganalisis struktur organisasi suatu
karya
Menganalisis, memecahkan, menyeleksi,
membuat diagram, memisahkan, membuat
garis besar, menunjukkan, memilih,
mendiagnosis, menemukan, mengakases
b. Bidang sikap serta nilai (afektif) dengan jenjang
1) Kemauan menerima
2) Kemauan menanggapi
3) Penilaian
4) Pengorganisasian
5) Karakterisasi
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 19
JENJANG SINTESIS
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. Menulis suatu tema yang tersusun baik
2. Memberi ceramah yang antersusun
baik
3. Menulis suatu naskah pendek yang
kraetif
4. Mengajukan rencana untuk suatu
eksprimen
5. Merumuskan suatu bagan untuk
menggolongkan objek, kejadian atau
piker
Mengkategorikan,
menggabungkan, menghimpun,
menyusun kembali,
membangkitkan, menceriterakan,
menyimpulkan, menyiapkan,
merangkum, menampilkan,
merekonstruksi
JENJANG EVALUASI
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. Menimbang konsistensi yang logis
dari bahan tertulis
2. Menimbang seberapa jauh suatu
kesimpulan ditunjang oleh data
3. Menimbang nilai suatu karya
dengan menggunakan criteria
internal
4. Menimbang nilai suatu karya
dengan menggunakan standar
kebenaran eksternal
Menilai, meperbandingkan,
mengkritik, menafsirkan,
memutuskan, menghubungkan,
menyimpulkan, menyokong,
mengakses, memproyksikan
Istilah yang digunakan untuk tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional
khusus yaitu:
JENJANG KEMAUAN MENERIMA
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. Mengdengarkan dengan perhatian
2. Meningkatkan kesadaran akan
pentingnya belajar
3. Menunjukkan sensitifitas akan
keperluan manusia dan persoalan-
persoalan masyarakat.
4. Menerima berbagai kebiasaan
5. Menerima dengan baik segala
aktivitas kelas
Memilih, mempertanyakan,
mengikuti, memberi, menganut,
mematuhi, menggunakan,
menjawab, merasakan, meminati
JENJANG KEMAUAN MENANGGAPI
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1.Melengkapkan PR yang ditentukan
2.Mentaati aturan sekolah
3.Ikut serta dalam diskusi sekolah
4.Sukarela melaksankan tugas khusus
5.Menyukai menolong orang lain
Menjawab, membantu,
mengajukan, mengompromikan,
menyenangi, menyambut,
mendukung, menyetujui,
menampilkan, melaporkan,
memilih, mengatakan, menolak
JENJANG PENILAIAN
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. Mendemostrasikan kepercayaan dalam
proses demokratis
2. Menghargai literature yang baik
3. Menghargai dari peranan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan
4. Mendemostrasikan sikap pemecahan
masalah
Mengasumsikan, meyakini
Melengkapi, meyakinkan
Memperjelas, memprakarsai
Mengimani, mengundang
Menggabungkan, memperjelas
Mengusulkan, menekankan
menyumbang
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 20
5. Partisipasi dalam pekerjaan sosial
JENJANG PENGORGANISASIAN
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. mengenal kebutuhan untuk
keseimbangan antara kebebasan dan
tanggung jawab dalam demokratis
2. mengenal peranan dari perencanaan
yang sistematis dalam memecahkan
maslah
3. menerima tanggung jawab untuk
tingkah lakunya sendiri
4. mengerti dan menerima kekuatan dan
keterbatasan dirinya sendiri
mencari sangkut paut, mengubah
menata, mengklasifikasikan
menkombinasikan,
mempertahankan, membangun
mengelola, menegoisasikan
merembuk
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 21
JENJANG KARAKTERISASI
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. menunjukkan kesadaran
2. mengadakan kerja sama
dalam kelompok
3. menggunakan pendekatan
yang objektif dalam
memecahkan masalah
4. menunjukkan kerajinan
ketepatan waktu dan
disiplin diri
1. mempengaruhi
2. mendengarkan
3. mengkualifikasikan
4. melayani
5. menunjukkan
6. membuktikan
7. memecahkan
c. Bidang Psikomotor
JENJANG PERSEPSI
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1) Stimulasi sensoris
mengdengar isyarat
2) Melihat bentuk & angka
3) Menyentuh bentuk sesuatu
4) Merasakan: pahit, manis
5) Membau dan memegang
sesuatu
Melihat, mendengar, menyentuh,
mengecap, memegang
JENJANG KESIAPAN
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. Kesiapan mental:
memilih& membuat
sintesa
2. Kesiapan fisik
3. Kesiapan emosional:
merespon sikap yang
tepat
Memilih, memisahkan, menunjukkan,
mengambil, menimbang, mengerjakan
JENJANG RESPONS TERPIMPIN
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. Imitasi: Menirukan, meragakan, mengerakkan,
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 22
mepertunjukkan
sesuatu
2. Mengikuti: petunjuk
sampai dengan yan
belun dikenal
3. Mengadakan
eksprimentasi
menggunakan, menyimpulkan
JENJANG MEKANISME
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. Memilih: bahan, alat
2. Merencanakan: aktifitas &
waktu
3. Melakukan tugas dengan
baik, bertanggung jawab
dan cepat memperkirakan
hasil.
Memilih, menentukan, memasang,
melakukan, mengubah, membentuk
JENJANG RESPON YANG KOMPLEKS
Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK
1. Adopsi:terhadap sumber
perencanaan dan prosezdur
yang tepat
2. Penggunaan skill dan
memilih profesi
Menyesuiakan, merencanakan,
menggunakan, melakukan, melaporkan.
Mendeskripsikan
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. TIU sering disebut dengan standar kompetensi. TIU telah dibuat oleh
pemerintah, sehingga sebagai guru hanya melaksanakannya. Akan tetapi,
guru masih perlu membuat TIK. TIK dirumuskan oleh guru setelah
memperhatikan karakteristik dari peserta didiknya. Tujuan Instruksional
(TIK) yang istilah lainnya adalah sempit dibanding TIU dan merupakan hasil
penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku spesifik.dengan kata lain dapat
disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit
dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya dinyatakan dengan kata kerja
yang operasional, sehingga memudahkan pengajar dalam mengukur hasil
belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya didasarkan pada
TIU.
2. Penggunaan kata kerja operasional dalam TIK masih menjadi kontroversi.
Sebagian pihak menganggap penggunaan kata kerja operasional
menyebabkan pembelajaran menjadi sempit dan terbatas. Namun, beberapa
pihak menyatakan penggunaan kata kerja operasional digunakan untuk
mendapatkan kepastian tentang kegiatan yang direncanakan (Suparman,
2012).
3. Menurut Knirk dan Gustafson (1986), Ada empat komponen yang harus ada
dalam rumusan tujuan, yaitu Format ABCD digunakan oleh Institusi
Pengembangan Pembelajaran, pada prinsipnya format ini sama dengan yang
dikemukakan oleh Marger, namun pada bagian ini menambahkan dengan
mengidentifikasi audiense, atau subjek pembelajar. Unsur– unsur tersebut
dikenal dengan ABCD yang berasal dari empat kata sebagai berikut :
A = Audience
B = Behaviour
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 24
C = Condition
D = Degree
DAFTAR PUSTAKA
Mager, R. F (1962). Preparing Instructional Objectives. Belmont, Cal: Fearon
Publisher
__________. (1971). Objectives Market Place Game. National Spesial Media
Institutes
Suparman, Atwi, 2012. Desain Intruksional. Jakarta: Erlangga
Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 25

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

contoh penilaian autentik
contoh penilaian autentikcontoh penilaian autentik
contoh penilaian autentik
Tuti Lestari
 
Contoh Silabus dan RPP Kurikulum 2013
Contoh Silabus dan RPP Kurikulum 2013Contoh Silabus dan RPP Kurikulum 2013
Contoh Silabus dan RPP Kurikulum 2013
Islamuddin Syam
 
Contoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil PenelitianContoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil Penelitian
Indra IR
 

Mais procurados (20)

contoh penilaian autentik
contoh penilaian autentikcontoh penilaian autentik
contoh penilaian autentik
 
Contoh Silabus dan RPP Kurikulum 2013
Contoh Silabus dan RPP Kurikulum 2013Contoh Silabus dan RPP Kurikulum 2013
Contoh Silabus dan RPP Kurikulum 2013
 
Pertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasiPertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasi
 
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilaninstrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
instrumen penilaian sikap pengetahuan dan ketrampilan
 
TEST DIAGNOSTIK
TEST DIAGNOSTIKTEST DIAGNOSTIK
TEST DIAGNOSTIK
 
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIKPENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
 
Jenis jenis biaya pendidikan
Jenis jenis biaya pendidikanJenis jenis biaya pendidikan
Jenis jenis biaya pendidikan
 
Makalah Penilaian dalam Pembelajaran Tematik
Makalah Penilaian dalam Pembelajaran TematikMakalah Penilaian dalam Pembelajaran Tematik
Makalah Penilaian dalam Pembelajaran Tematik
 
Penilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektifPenilaian ranah afektif
Penilaian ranah afektif
 
Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes
Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tesTeknik konversi-skor-mentah-hasil-tes
Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes
 
Powerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaranPowerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaran
 
Jenis dan bentuk penilaian
Jenis dan bentuk penilaianJenis dan bentuk penilaian
Jenis dan bentuk penilaian
 
Contoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil PenelitianContoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil Penelitian
 
Sumber pendanaan pendidikan
Sumber pendanaan pendidikan Sumber pendanaan pendidikan
Sumber pendanaan pendidikan
 
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
 
Pengertian perencanaan pendidikan
Pengertian perencanaan pendidikanPengertian perencanaan pendidikan
Pengertian perencanaan pendidikan
 
Tujuan instruksional dalam Evaluasi Pendidikan
Tujuan instruksional dalam Evaluasi PendidikanTujuan instruksional dalam Evaluasi Pendidikan
Tujuan instruksional dalam Evaluasi Pendidikan
 
analisis makalah
analisis makalahanalisis makalah
analisis makalah
 
Macam-macam Strategi Pembelajaran
Macam-macam Strategi PembelajaranMacam-macam Strategi Pembelajaran
Macam-macam Strategi Pembelajaran
 
Pedoman penskoran
Pedoman penskoranPedoman penskoran
Pedoman penskoran
 

Destaque

26 integral tak wajar
26 integral tak wajar26 integral tak wajar
26 integral tak wajar
Yudi Hartawan
 
Tujuan instruksional a212
Tujuan instruksional a212Tujuan instruksional a212
Tujuan instruksional a212
WaQhyoe Arryee
 

Destaque (20)

Merumuskan tujuan instruksional khusus
Merumuskan tujuan instruksional khususMerumuskan tujuan instruksional khusus
Merumuskan tujuan instruksional khusus
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
 
Tujuan pengajaran kkpi
Tujuan pengajaran kkpiTujuan pengajaran kkpi
Tujuan pengajaran kkpi
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016
 
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan TeobilDefenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
 
Kekongruenan teobil
Kekongruenan teobilKekongruenan teobil
Kekongruenan teobil
 
Rpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrikaRpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrika
 
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis MatematikaSebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
 
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
 
26 integral tak wajar
26 integral tak wajar26 integral tak wajar
26 integral tak wajar
 
Model model pengembangan instruksional
Model model pengembangan instruksionalModel model pengembangan instruksional
Model model pengembangan instruksional
 
Kongruensi linear simultan
Kongruensi linear simultanKongruensi linear simultan
Kongruensi linear simultan
 
Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1
 
83047338 modul2
83047338 modul283047338 modul2
83047338 modul2
 
Kurikulum di belanda
Kurikulum di belandaKurikulum di belanda
Kurikulum di belanda
 
TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL
TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONALTAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL
TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL
 
Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016
 
Tujuan instruksional a212
Tujuan instruksional a212Tujuan instruksional a212
Tujuan instruksional a212
 
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat MatematikaFilsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
 
Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016
 

Semelhante a TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Buku 1 makalah pengembangan kurikulum mpl
Buku 1 makalah pengembangan kurikulum mplBuku 1 makalah pengembangan kurikulum mpl
Buku 1 makalah pengembangan kurikulum mpl
MOHAMMAD YASIN, M.Pd
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
Ririn Romayanti
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
Rien Romayanti
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
Ririn Romayanti
 
Kurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan PengajaranKurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan Pengajaran
itanurhayati
 
Kurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan PengajaranKurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan Pengajaran
itanurhayati
 
Unit 2 Modul 1 Matlamat Dan Objektif Pengajaran V2
Unit 2  Modul 1  Matlamat Dan Objektif Pengajaran V2Unit 2  Modul 1  Matlamat Dan Objektif Pengajaran V2
Unit 2 Modul 1 Matlamat Dan Objektif Pengajaran V2
一世 一生
 

Semelhante a TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (20)

Teknik pembuatan lks kel.7
Teknik pembuatan lks kel.7Teknik pembuatan lks kel.7
Teknik pembuatan lks kel.7
 
Modul media pembelajaran
Modul media pembelajaranModul media pembelajaran
Modul media pembelajaran
 
Modul media pembelajaran
Modul media pembelajaranModul media pembelajaran
Modul media pembelajaran
 
Modul lks media pembelajaran
Modul lks media pembelajaranModul lks media pembelajaran
Modul lks media pembelajaran
 
Tugas media pembelajaran makalah teknik pembuatan LKS
Tugas media pembelajaran makalah teknik pembuatan LKSTugas media pembelajaran makalah teknik pembuatan LKS
Tugas media pembelajaran makalah teknik pembuatan LKS
 
Tugas Makalah Teknik Pembuatan LKS
Tugas Makalah Teknik Pembuatan LKSTugas Makalah Teknik Pembuatan LKS
Tugas Makalah Teknik Pembuatan LKS
 
Buku 1 makalah pengembangan kurikulum mpl
Buku 1 makalah pengembangan kurikulum mplBuku 1 makalah pengembangan kurikulum mpl
Buku 1 makalah pengembangan kurikulum mpl
 
Perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaranPerencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
 
Makalah kurikulum
Makalah kurikulumMakalah kurikulum
Makalah kurikulum
 
Komponen Kurikulum
Komponen KurikulumKomponen Kurikulum
Komponen Kurikulum
 
Kurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan PengajaranKurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan Pengajaran
 
Kurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan PengajaranKurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan Pengajaran
 
Unit 2 Modul 1 Matlamat Dan Objektif Pengajaran V2
Unit 2  Modul 1  Matlamat Dan Objektif Pengajaran V2Unit 2  Modul 1  Matlamat Dan Objektif Pengajaran V2
Unit 2 Modul 1 Matlamat Dan Objektif Pengajaran V2
 
Mimin
MiminMimin
Mimin
 
Mimin
MiminMimin
Mimin
 
Mimin
MiminMimin
Mimin
 
Mimin
MiminMimin
Mimin
 

Mais de Nailul Hasibuan

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Nailul Hasibuan
 

Mais de Nailul Hasibuan (20)

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika
 
Kurikulum di singapura
Kurikulum di singapuraKurikulum di singapura
Kurikulum di singapura
 
Kurikulum di USA
Kurikulum di USAKurikulum di USA
Kurikulum di USA
 
Kurikulum di Jepang
Kurikulum di JepangKurikulum di Jepang
Kurikulum di Jepang
 
Kurikulum di Australia
Kurikulum di AustraliaKurikulum di Australia
Kurikulum di Australia
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogy
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobil
 
Teori Bilangan Biner
Teori Bilangan BinerTeori Bilangan Biner
Teori Bilangan Biner
 
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKATUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
 
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis MatematikakONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
 
Gender dan Pendidikan Matematika
Gender dan Pendidikan MatematikaGender dan Pendidikan Matematika
Gender dan Pendidikan Matematika
 
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistemppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
 
Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu SistemDesain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
 
Focus on inquiry Edmonton,Alberta
Focus on inquiry Edmonton,AlbertaFocus on inquiry Edmonton,Alberta
Focus on inquiry Edmonton,Alberta
 
Foundations of PBL Maggi Savin Baden
Foundations of PBL Maggi Savin BadenFoundations of PBL Maggi Savin Baden
Foundations of PBL Maggi Savin Baden
 

Último

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Último (20)

PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan rencana pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan belajar dan mengajar. Tahapan pembuatan rencana pembelajaran dimulai dengan analisis karakteristik siswa dan lingkungan. Hasil akhir dari kegiatan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik adalah menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu diajarkan dan perilaku yang harus diajarkan kepada peserta didik. Selanjutnya guru dapat melakukan pembuatan tujuan instruksional. Tujuan instruksional terbagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional khusus (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). TIU sering disebut dengan standar kompetensi. TIU telah dibuat oleh pemerintah, sehingga sebagai guru hanya melaksanakannya. Akan tetapi, guru masih perlu membuat TIK. TIK dirumuskan oleh guru setelah memperhatikan karakteristik dari peserta didiknya. Tujuan Instruksional (TIK) yang istilah lainnya adalah sempit dibanding TIU dan merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku spesifik.dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan pengajar dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya didasarkan pada TIU. Hal ini didasarkan pada bagan berikut ini Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 1
  • 2. Penulisan Tujuan Instruksionai Khusus (TIK) merupakan langkah yang sangat penting dalam proses penyusunan desain instruksional. Sebab TIK ini menentukan dengan tepat apakah ketrampilan, pengetahuan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa setelah mengikuti suatu pelajaran. Para guru/pendidik tak ayal lagi, perlu memiliki keterampilan dalam penulisan TIK ini. Namun lebih penting lagi ialah melaksanakan dengan tepat TIK yang telah dirumuskan. Uraian berikut diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan para guru, dosen ataupun pendidik lainnya tentang penulisan TIK yang tepat. B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apa itu TIK? 2. Bagaimana merumuskan TIK? 3. Bagaimana enggunaan kata Kerja Operasional dalam Tujuan Instruksional? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui apa itu TIK 2. Untuk mengetahui bagaimana merumuskan TIK 3. Untuk mengetahui bagaimana kontroversi penggunaan kata Kerja Operasional dalam Tujuan Instruksional. Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Fred dan Henry (dalam Nur’aini, 2011) mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar. Sedangkan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) (dalam Suparman, 2012:192) merupakan terjemahan dari specific instructional objective. Literatur asing menyebutkannya pula sebagai objective, atau enabling objective, untuk membedakannya dengan general instructional objective, goal, atau terminal objective yang berarti tujuan instruksional umum (TIU) atau tujuan instruksional akhir. Tujuan Instruksional (TIK) merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku spesifik. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan pengajar dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya didasarkan pada TIU(Sodjarwo dalam Nita, 2011). Perumusan TIK harus dilakukan secara pasti artinya pengertian yang tercantum di dalamnya hanya mengandung satu pengertian dan tidak dapat ditafsirkan kepada bentuk lain. Untuk itu TIK harus dirumuskan ke dalam kata kerja yang dapat dilihat oleh mata (Suparman, 2012: 193). Perumusan TIK yang dapat diukur, artinya tingkat pencapaian siswa dalam perilaku yang ada dalam TIK dapat diukur dengan tes atau alat pengukur lainnya. Menurut Soedjarwo (1995: 81) Penulisan sasaran belajar sedikitnya menyatakan tentang: a). Isi materi dan bahasan b). Tingkat penampilan yang diharapkan c). Prasyarat pengungkapan hasil kerja. Tentunya secara ideal diharapkan peserta didik mendapatkan perubahan secara menyeluruh, baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (motorik). Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 3
  • 4. Tujuan instruksional dapat menjadi arah proses pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai siswa pada akhir proses instruksional. Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan tersebut merupakan ukuran keberhasilan sistem instruksional yang digunakan oleh pengajar. Dick, Carey and Carey (2009) mengulas bagaimana Robert Mager memengaruhi dunia pendidikan di Amerika untuk merumuskan TIK dengan kalimat yang jelas, pasti, dan dapat diukur sejak awal tahun 1960. Yang dimaksud dengan perumusan TIK secara jelas adalah TIK yang diungkapkan secara tertulis dan diinformasikan kepada peserta didik sehingga peserta didik dan pengajar mempunyai pengertian yang sama tentang apa yang tercantum dalam TIK. Perumusan TIK secara pasti, artinya TIK tersebut mengandung satu pengertian, atau tidak mungkin dirafsirkan ke dalam pengertian yang lain. Untuk itu, TIK dirumuskan dalam bentuk kata kerja yang dapat dilihat oleh mata (observable). Perumusan TIK yang dapat diukur berarti bahwa tingkat pencapaian peserta didik dalam perilaku yang ada dalam Tik itu dapat diukur dengan tes atau alat pengukuran yang lain. Mager menerbitkan buku tentang penulisan tujuan instruksional pada tahun 1962. Lokakarya penulisan tujuan instruksional di Amerika dilakukan secra gencar dengan peserta ribuan guru. Namun, tujuan instruksional yang telah ditulis oleh guru pada waktu itu mengalami nasib yang kurang menggembirakan karena dua hal sebagai berikut: Pertama, banyak guru yang menulis tujuan instruksional berdasarkan daftar isi buku teks yang telah ada. Dengan kata lain, tujuan isntruksional ditulis berdasarkan isi pelajaran. Seharusnya para guru itu melakukan hal sebaliknya. Kedua, ribuan tujuan instruksional yang telah selesai ditulis oleh guru itu tergeletak di atas meja mereka, tidak punya dampak terhadap proses instruksional. Setelah penulisan tujuan instruksional tersebut, tidak ada perubahan dalam praktik kegiatan instruksional. Dick dan Carey selanjutnya menyebutkan bahwa penyebab keadaan di atas adalah tidak dikaitkannya penulisan tujuan instruksional tersebut dengan proses penyusunan desain instruksional secara keseluruhan. Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 4
  • 5. Para pengajar tersebut tidak melihat pengertian yang mendalam tentang kaitan antara penulisan tujuan instruksional tersebut dengan komponen-komponen lain dalam sistem instruksional. Mereka lebih memandang penulisan tujuan instruksional tersebut sebagai teknik baru dalam menuliskan tujuan instruksional, sedangkan isi pelajaran, metode instruksional, dan tes yang digunakannya tetap sama seperti yang mereka pergunakan selama ini. Inovasi itu terbatas pada penulisan tujuan instruksional saja. Mungkinkah kejadian di Amerika Serikat sepanjang tahun 60-an itu terjadi pula di Indonesia saat ini? Kita tidak tahu pasti. Riset dalam bidang itu masih sangat diperlukan. Sejak awal tahun 1970 para pengajar di Indonesia dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah telah ditatar dalam pengembangan instruksional dengan menggunakan model Program Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Di samping itu, sebagian dari proses pengembangan tersebut telah dirumuskan dalam bentuk Kurikulum tahun 1975 sebagai kurikulum yang bersifat nasional. Dalam kurikulum tersebut, tujuan instruksional umum dan isi pelajaran telah ditetapkan. Para pengajar SD sampai SMTA tersebut seharusnya meneruskannya dengan kegiatan analisis instruksional, identifikasi perilaku dan karakteristik siswa, perumusan TIK, penulisan tes, penetuan strategi instrusional, dan penembangan bahan instruksional bila bahan yang bersifat standar masih belum cukup. Untuk yang terakhir ini, yaitu bahan instruksional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu juga telah mengeluarkan buku-buku pegangan yang dimksudkan sebagai dasar dn patokan isi pelajaran secara nasional. Dengan tersedianya kurikulum nasional berikut buku-buku tersebut, para guru seharusnya masih perlu mengembangkan sendiri sistem instruksionalnya yang sesuai dengan perilaku awal dan karakteristik awal siswa, serta fasilitas dan alat-alat yang terdapat di sekolah dan lingkungan masing-masing. Namun pada praktiknya, mereka tidak membuatnya sendiri melainkan menggunakan semua perangkat rencana pembelajaran yang seragam. Di sinilah letak awal mula tidak tumbuhnya kreativitas pengajar dan penyeragaman rencana pembelajaran pada hal kondisi setiap sekolah dan setiap daerah sangat heterogen. Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 5
  • 6. Di tingkat perguruan tinggi, para dosen telah diatur dalam perencanaan proses belajar-mengajar. Penataran ini lebih komprehensif dari yang dilakukan di Amerika Serikat tahun 1960-an karena tidak hanya terbatas pada penulisan tujuan instrusional, tetapi juga dalam proses belajar-mengajar secara keseluruhan. Dilihat dari segi materi, penataran pengajaran di Indonesia lebih luas dibandingkan dengan yang dilakukan Amerika Serikat tahun 60-an. Tiga pertanyaan yang perlu dicari jawabanya adalah: Pertama,seberapa jauh para pengajar melihat kedudukan tujuan instruksional tersebut sebagai dasar dalam menetapkan komponen-komponen lain dalam sistem instruksional? Kedua, seberapa jauh para pengajar tersebut menerapkan prosedur pengembangan instruksional kegiatan instruksionalnya? Ketiga, seberapa jauh pengajar yang telah ditatar itu menggunakan desain instruksional yang telah disusunya dalam kegiatan instruksional yang dilakukanya sehari-hari. Secara nasional, perlu dicari pula tampak usaha peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pengajar dalam pengembangkan instruksional terhadap presrtasi belajar belajar peserta didik. B. Syarat- syarat Tujuan Instruksional Khusus Tujuan Instruksional Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional Umum. Dalam perumusan TIK harus memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut: 1. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri nilai sosial. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi nilai sosial”. 2. Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan Instrusional Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika dalam satu rencana pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut Tujuan Instruksional Khusus: a) Dapat menjelaskan; b) Dapat memberi contoh dan ; c) Dapat menggunakan; 3. Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus sesuai dengan kemampuan siswa Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 6
  • 7. 4. Banyaknya TIK yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia untuk mencapainya (Hernawan, 2005). C. Cakupan Tujuan Instruksional Menurut Bloom dalam bukunya “Taxonomy of Educational Objectives” mengolongkan tujuan pendidikan/instruksional, dalam tiga ranah, yakni: ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotorik a. Kognitif (proses berfikir ) Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah.Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian : 1) Pengetahuan (knowledge) Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar. 2) Pemahaman (comprehension) Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah. 3) Penerapan (application) Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman. 4) Analisis (analysis) Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen- komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan. 5) Sintesa (evaluation) Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 7
  • 8. tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya. 6) Evaluasi (evaluation) Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi. Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu “Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain. Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran. b. Afektif (nilai atau sikap) Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa. Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori : 1) Penerimaan (recerving) Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif. 2) Pemberian respon atau partisipasi (responding) Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik. 3) Penilaian atau penentuan sikap (valung) Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 8
  • 9. menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”. 4) Organisasi (organization) Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup. 5) Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex) Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa:“Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.” Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya. c. Psikomotorik (keterampilan) Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu : 1) Peniruan Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 9
  • 10. terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna. 2) Manipulasi Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja. 3) Ketetapan Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. 4) Artikulasi Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan- gerakan yang berbeda. 5) Pengalamiahan Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini. Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil belajar adalah: a. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan pada mereka? b. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya? Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 10
  • 11. c. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari? Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. C. Perumusan Tujuan Instruksional Khusus 1. Hakikat dan Ragam TIK Pada uraian sebelumnya sudah diutarakan bahwa tujuan instruksional itu ialah segala hal yang harus dimiliki dan dapat ditampilkan siswa setelah pembelajaran. Dengan kata lain Tujuan Instruksional Khusus adalah hasil yang diinginkan guru untuk dimiliki oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Diharapkan terjadinya perubahan dan penyempurnaan diri siswa setelah melakoni proses pembelajaran sebagaimana dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus. Melalui Tujuan Instruksional Khusus ini diharapkan bahwa: a. Diri siswa: 1) Memperoleh sesuatu. 2) Merubah sesuatu yang ada dalam dirinya. 3) Menyempurnakan sesuatu. 4) Membina sesuatu. 5) Menampilkan sesuatu. b. Kelak kemudian hari melalui diri siswa yang bertindak sebagai inovator, dapat pula terjadi perubahan/perbaikan lingkungannya. Dengan kata lain arah sasaran TIK ini adalah: 1) Menciptakan hal yang baru 2) Merubah apa yang sudah dimiliki oleh siswa/kehidupan/keadaan. 3) Membina dan menyempurnakan apa yang sudah ada. 4) Meningktakan sesuatu. 5) Menangkal hal yang tidak diinginkan. Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 11
  • 12. Objeknya adalah siswa itu sendiri, lingkungannya, masyarakat bangsa dan negaranya. Dengan dimensi pengetahuannya, sikap, nilai, dan emosionalnya, serta keterampilannya dengan target waktu: hari ini (kepentingan sekarang) dan besok (masa mendatang) Mengenai jenis ragam, TIK dapat dibedakan atas: a. Dari segi waktu pencapaiannya Menurut Norman E Grundlond (1976) TIK dapat dibedakan atas: 1) Tujuan yang wajib dikuasai oleh TIK yang sifatnya mendasar, esensial dan penting yang harus dikuasai oleh siswa. Contoh: Huruf alfabetik untuk pelajaran membaca Bilangan untuk menghitung Sila pancasila untuk PMP/PPKN Letak tuts-tuts bagi pengetik dll 2) Tujuan-tujuan yang tercapai melalui suatu fase perkembangan ialah TIK yang tidak bisa sekaligus sempurna yang dicapai oleh siswa melainkan melalui tahap perkembangan. Contoh : menjadi pengarang harus melalui berbagai penguasaan, kecakapan/kemahiran mengetik dengan memerlukan pelatihan/pengulangan, kemampuan hidup bermasyarakat akan selalu berkembang dan makin sempurna. Jadi, TIK jenis ini ada awal tetapi tidak ada akhirnya akan terus berkembang melalui pengalaman dan kehidupannya. 3) Tujuan yang sangat ideal ialah sesuatu yang sangat sulit dicapai dalam satu kali pukul atau dengan seketika. Contoh: Insan Pancasila sejati, taqwa, sholeh, berbudaya dll. 4) Tujuan yang dapat dicapai segera misalnya dapat membuat bagan, dapat mengemukan pendapat tentang X, dll. b. Melihat sifat hasil yang dicapai siswa 1) TIK yang hanya mencakup satu masalah/bidang/disiplin saja antara lain dapat mengemukakan teori ekonomi, dapat mengemukakan nama pejabat pemerintah, dll. Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 12
  • 13. 2) Kebalikan dari hal diatas ialah multi bidang. Contoh : dapat mengemukakan dampak dari banjir dalam berbagai kehidupan, dapat mengemukakan sebab urbanisasi secara menyeluruh, dll. 3) TIK yang merupakan sasaran pokok yang direncanakan, ialah segala TIK yang memang sudah ditargetkan dan dirumuskan 4) TIK yang tersembunyi yang dicapai siswa karena proses pembelajaran atau sebagai hasil sampingan pencapaian TIK pokok/utama. Contoh: TIK utama terampil membuat bagan X, maka disini secara implisit dicapai hasil sampingan pemahaman atas konsep X itu sendiri. 5) Jenis TIK lain yang setaraf dengan hal diatas (TIK yang tersebunyi) yakni khususnya aspek keterampilan: a) Keterampilan social/hubungan social b) Keterampilan akademik yang akan menjadi keterampilan belajar sepanjang hayat. Sehubungan dengan hakikat dan jenis ragam TIK yang telah diuraikan, maka dalam memilih dan menentukan TIK yang perlu diperhatikan adalah: a. Kemungkinan memasukkan berbagai jenis TIK dalam suatu pembahasan. b. Tuntutan kehidupan di hari esok bagi anak dan masyarakat. c. Fungsionalisasi pelajaran dengan lingkungan dan kehidupan. d. Dimensi domain/kawasan pendidikan yang lengkap (kognitif,afektif, psikomotorik) dan berkadar taksonomi tinggi. e. Memungkinkannya lahir proses belajar yang ideal dan manusiawi. f. Mampu melahirkan hasil-hasil yang lebih tinggi/banyak. g. Mampu membawakan arus pembahuruan: sekolah-peran siswa-guru. Pengembangan tujuan/ TIK secara meluas ini seirama serta akan menunjang kemudahan pengembangan-perluasan program/materi pelaran kelak disaat dilakukan desain program. Bahkan dalam teori perumusan TIK, yang tepat dan benar (dilihat dari aspek taksonomi dan materi yang harus dibawakan) adalah perumusan yang Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 13
  • 14. mampu merakitkan/menggandengkan kata kunci operasional TIK dengan materi pelajaran. Hal ini akan diuraikan tersendiri pada uraian selanjutnya. 2. Persyaratan dan Langkah Kegiatan Perumusan TIK Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa, Tujuan Instruksional Khusus merupakan penjabaran dari Tujuan Instruksional Umum. Dalam perumusan Tujuan Instruksional Khusus harus memperhatikan rambu- rambu sebagai berikut: a. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus merupakan hasil belajar, bukan proses belajar. Misalnya setelah mengikuti proses diskusi guru mengharapkan siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi. Rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar adalah “siswa mampu mengidentifikasi ciri- ciri demokrasi”. Bukan siswa mampu mendiskusikan ciri- ciri demokrasi bukan merupakan rumusan tujuan tetapi proses pembelajaran. b. Perangkat Tujuan Instruksional Khusus dalam satu rencana pembelajaran haruslah komprehensif, artinya kemampuan dituntut dalam setiap Tujuan Instrusional Khusus hendaknya dari jenjang yang berbeda. Misalnya, jika dalam satu rencana pembelajaran ada tiga Tujuan Instruksional Khusus, kemampuan yang dituntut Tujuan Instruksional Khusus 1, adalah dapat menjelaskan, Tujuan Instruksional 2: dapat memberi contoh dan Tujuan Instruksional Khusus 3: dapat menggunakan. c. Kemampuan yang dituntut dalam rumusan Tujuan Instruksional Khusus harus sesuai dengan kemampuan siswa. d. Banyaknya Tujuan Instruksional Khusus yang dirumuskan harus sesuai dengan waktu yang tersedia untuk mencapainya. Dengan mempertimbangkan hal- hal tersebut diharapkan akan dihasilkan rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang dapat menjembatani pencapaian Tujuan Instruksional Khusus. Untuk dapat membuat rumusan Tujuan Instruksional Khusus yang benar, berikut ini disajikan komponen- komponen yang harus ada dalam suatu rumusan. Langkah Merumuskan TIK (tujuan intruksional khusus) yaitu terdiri dari : Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 14
  • 15. a. Membuat sejumlah TIU (tujuan instruksinal umum) untuk setiap mata pelajaran bidang studi yang akan diajarkan. b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat diamati, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah laku. Dalam merumuskan TIK dapat dilakukan dengan menggunakan dua format yaitu format Mager dan ABCD format. Format Merger Merger merekomendasikan syarat–syarat untuk menentukan tujuan perilaku yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. a. Mengidentifikasi tingkah laku terakhir yang ingin dicapai oleh pembelajar b. Menentukan dalam kondisi bagaimana tingkah laku tersebut dapat dicapai c. Membuat kriteria spesifik bagaimana tingkah laku tersebut dapat diterima Uraian di atas menunjukan bahwa Merger mengemukakan tujuan tersebut dirumuskan dengan menentukan bagaimana pembelajar harus melakukannya, bagaimana kondisinya, serta bagaimana mereka akan melakukannya. Dalam penjabaran TIK ini Merger melibatkan tiga aspek yaitu begaimana kondisi pencapaian tujuan, kriteria yang ingin dicapai, serta bagaimana tingkah laku pencapaiannya. Merger mendiskripsikan audiense hanya sebagai murid atau pembelajar, dengan menggunakan sebuah format ”kamu akan bisa untuk”. Para desain pembelajaran yang menggunakan format Marger ini biasanya menggunakan ”SWABAT” yang berarti ”the student will be able to”. Format ABCD Menurut Knirk dan Gustafson (1986), Ada empat komponen yang harus ada dalam rumusan tujuan, yaitu Format ABCD digunakan oleh Institusi Pengembangan Pembelajaran, pada prinsipnya format ini sama dengan yang dikemukakan oleh Marger, namun pada bagian ini menambahkan dengan mengidentifikasi audiense, atau subjek pembelajar. Unsur– unsur tersebut dikenal dengan ABCD yang berasal dari empat kata sebagai berikut : Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 15
  • 16. A = Audience B = Behaviour C = Condition D = Degree a. Audience Audience merupakan siswa atau mahasiswa yang akan belajar, dalam hal ini pada TIK perlu dijelaskan siapa mahasiswa atau siswa yang akan belajar. Keterangan tentang siswa yang akan belajar tersebut harus dijelaskan secara spesifik mungkin, agar seseorang yang berada di luar populasi yang ingin mengikuti pelajaran tersebut dapat menempatkan diri seperti siswa atau mahasiswa yang menjadi sasaran dalam sistim instruksional tersebut. b. Behavior Behavior merupakan prilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh mahasiswa atau siswa tersebut setelah selesai mengikuti proses belajar tersebut . Perilaku ini terdiri dari dua bahgian penting yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja ini menunjukkan bagaimana siswa mendemonstrasikan sesuatu seperti menyebutkan, menjelaskan, menganalisis dan lainnya. Sedangkan objek menunjukkan apa yang didemonstrasikan. c. Condition Condition berarti batasan yang dikenakan kepada mahasiswa atau alat yang digunakan mahasiswa ketika ia tes.Kondisi ini dapat memberikan gambaran kepada pengembang tes tentang kondisi atau keadaan bagaimana siswa atau mahasiswa diharapkan dapat mendemonstrasikan perilaku saat ini di tes,misalnya dengan menggunakan rumus tertentu atau kriteria tertentu. d. Degree Degree merupakan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam mencapai perilaku tersebut, adakalanya mahasiswa diharapkan dapat melakukan sesuatu dengan sempurna tampa salah dalam waktu dua jam dan lainnya. Sejumlah rumusan ABCD dalam penerapannya terkadang tidak disusun secara ber urutan namun dapat dibalik- balikkan . Dalam praktek sehari-hari perumusan TIK terkadang hana mencantumkan Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 16
  • 17. dua komponen saja , yaitu A dan B sehingga ketika diukur tidak memiliki kepastian dalsam menyusun tes. 3. Perbendaharaan Kata-Kata Operasional dalam Perumusan Tujuan Instruksional Jenjang istilah yang digunakan yaitu: a. Bidang kognitif dengan jenjang: 1) Pengetahuan 2) Pemahaman,pengertian 3) Pemakaian, penggunaan 4) Analisis 5) Sintesis 6) Evaluasi Istilah yang digunakan untuk tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus yaitu: JENJANG PENGETAHUAN Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. Tahu istilah-istilah umum 2. Tahu hal terperinci 3. Tahu metode dan prosedur 4. Tahu konsep-konsep dasar 5. Tahu prinsip-prinsip Mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, mencocokkan, menyusun daftar, menamakan, membuat garis besar, menyatakan kembali, memilih, mencatat, meniru. menghafal JENJANG PEMAHAMAN DAN PENGERTIAN Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. Memahami fakta dan prinsip 2. Menginterprestasi bagan dan grafik 3. Menginterprestasi secara lisan 4. Mengubah bahan tulisan kata-kata menjadi rumusan matematika 5. Memperkirakan akibat-akibat yang akan datang yang tercantum dalam data. 6. Membenarkan metode dan prosedur Mengubah, mempertahankan, membedakan, membandingkan, memperkirakan, mendeskripsikan, menguraikan, mengkategorikan, menarik simpulan, meramalkan, melukis kembali, membuat rangkuman Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 17
  • 18. Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 18 JENJANG PEMAKAIAN & PENGGUNAAN Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. Mengunakan konsep dan prinsip terhadap situasi baru 2. Menerapkan hukum dan teori pada situasi praktis 3. Memecahkan persoalan matematik 4. Mengkonstruksikan bagan dan grafik 5. Menunjukkan penggunaan secara benar metode dan prosedur Mengubah, menghitung, mendemostarisikan, menyesuiakan, merombak, menjalankan, menghubungkan, menggunakan, menyusun, memproses JENJANG ANALISIS Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. Mengenali anggapan yang tidak dinyatakan. 2. Mengenali kesalahan logika dalam memberalasan 3. Membedakan antara fakta dan kseimpulan 4. Mengevaluasi hubungan antara data 5. Menganalisis struktur organisasi suatu karya Menganalisis, memecahkan, menyeleksi, membuat diagram, memisahkan, membuat garis besar, menunjukkan, memilih, mendiagnosis, menemukan, mengakases
  • 19. b. Bidang sikap serta nilai (afektif) dengan jenjang 1) Kemauan menerima 2) Kemauan menanggapi 3) Penilaian 4) Pengorganisasian 5) Karakterisasi Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 19 JENJANG SINTESIS Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. Menulis suatu tema yang tersusun baik 2. Memberi ceramah yang antersusun baik 3. Menulis suatu naskah pendek yang kraetif 4. Mengajukan rencana untuk suatu eksprimen 5. Merumuskan suatu bagan untuk menggolongkan objek, kejadian atau piker Mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun kembali, membangkitkan, menceriterakan, menyimpulkan, menyiapkan, merangkum, menampilkan, merekonstruksi JENJANG EVALUASI Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. Menimbang konsistensi yang logis dari bahan tertulis 2. Menimbang seberapa jauh suatu kesimpulan ditunjang oleh data 3. Menimbang nilai suatu karya dengan menggunakan criteria internal 4. Menimbang nilai suatu karya dengan menggunakan standar kebenaran eksternal Menilai, meperbandingkan, mengkritik, menafsirkan, memutuskan, menghubungkan, menyimpulkan, menyokong, mengakses, memproyksikan
  • 20. Istilah yang digunakan untuk tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus yaitu: JENJANG KEMAUAN MENERIMA Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. Mengdengarkan dengan perhatian 2. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya belajar 3. Menunjukkan sensitifitas akan keperluan manusia dan persoalan- persoalan masyarakat. 4. Menerima berbagai kebiasaan 5. Menerima dengan baik segala aktivitas kelas Memilih, mempertanyakan, mengikuti, memberi, menganut, mematuhi, menggunakan, menjawab, merasakan, meminati JENJANG KEMAUAN MENANGGAPI Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1.Melengkapkan PR yang ditentukan 2.Mentaati aturan sekolah 3.Ikut serta dalam diskusi sekolah 4.Sukarela melaksankan tugas khusus 5.Menyukai menolong orang lain Menjawab, membantu, mengajukan, mengompromikan, menyenangi, menyambut, mendukung, menyetujui, menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, menolak JENJANG PENILAIAN Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. Mendemostrasikan kepercayaan dalam proses demokratis 2. Menghargai literature yang baik 3. Menghargai dari peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan 4. Mendemostrasikan sikap pemecahan masalah Mengasumsikan, meyakini Melengkapi, meyakinkan Memperjelas, memprakarsai Mengimani, mengundang Menggabungkan, memperjelas Mengusulkan, menekankan menyumbang Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 20
  • 21. 5. Partisipasi dalam pekerjaan sosial JENJANG PENGORGANISASIAN Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. mengenal kebutuhan untuk keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab dalam demokratis 2. mengenal peranan dari perencanaan yang sistematis dalam memecahkan maslah 3. menerima tanggung jawab untuk tingkah lakunya sendiri 4. mengerti dan menerima kekuatan dan keterbatasan dirinya sendiri mencari sangkut paut, mengubah menata, mengklasifikasikan menkombinasikan, mempertahankan, membangun mengelola, menegoisasikan merembuk Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 21 JENJANG KARAKTERISASI Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. menunjukkan kesadaran 2. mengadakan kerja sama dalam kelompok 3. menggunakan pendekatan yang objektif dalam memecahkan masalah 4. menunjukkan kerajinan ketepatan waktu dan disiplin diri 1. mempengaruhi 2. mendengarkan 3. mengkualifikasikan 4. melayani 5. menunjukkan 6. membuktikan 7. memecahkan
  • 22. c. Bidang Psikomotor JENJANG PERSEPSI Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1) Stimulasi sensoris mengdengar isyarat 2) Melihat bentuk & angka 3) Menyentuh bentuk sesuatu 4) Merasakan: pahit, manis 5) Membau dan memegang sesuatu Melihat, mendengar, menyentuh, mengecap, memegang JENJANG KESIAPAN Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. Kesiapan mental: memilih& membuat sintesa 2. Kesiapan fisik 3. Kesiapan emosional: merespon sikap yang tepat Memilih, memisahkan, menunjukkan, mengambil, menimbang, mengerjakan JENJANG RESPONS TERPIMPIN Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. Imitasi: Menirukan, meragakan, mengerakkan, Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 22
  • 23. mepertunjukkan sesuatu 2. Mengikuti: petunjuk sampai dengan yan belun dikenal 3. Mengadakan eksprimentasi menggunakan, menyimpulkan JENJANG MEKANISME Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. Memilih: bahan, alat 2. Merencanakan: aktifitas & waktu 3. Melakukan tugas dengan baik, bertanggung jawab dan cepat memperkirakan hasil. Memilih, menentukan, memasang, melakukan, mengubah, membentuk JENJANG RESPON YANG KOMPLEKS Istilah untuk TIU Istilah untuk TIK 1. Adopsi:terhadap sumber perencanaan dan prosezdur yang tepat 2. Penggunaan skill dan memilih profesi Menyesuiakan, merencanakan, menggunakan, melakukan, melaporkan. Mendeskripsikan Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 23
  • 24. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. TIU sering disebut dengan standar kompetensi. TIU telah dibuat oleh pemerintah, sehingga sebagai guru hanya melaksanakannya. Akan tetapi, guru masih perlu membuat TIK. TIK dirumuskan oleh guru setelah memperhatikan karakteristik dari peserta didiknya. Tujuan Instruksional (TIK) yang istilah lainnya adalah sempit dibanding TIU dan merupakan hasil penjabaran dari TIU dalam bentuk perilaku spesifik.dengan kata lain dapat disebutkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan terinci dibandingkan TIU yang biasanya dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, sehingga memudahkan pengajar dalam mengukur hasil belajar. Dalam proses pembuatan TIK rincian pernyataannya didasarkan pada TIU. 2. Penggunaan kata kerja operasional dalam TIK masih menjadi kontroversi. Sebagian pihak menganggap penggunaan kata kerja operasional menyebabkan pembelajaran menjadi sempit dan terbatas. Namun, beberapa pihak menyatakan penggunaan kata kerja operasional digunakan untuk mendapatkan kepastian tentang kegiatan yang direncanakan (Suparman, 2012). 3. Menurut Knirk dan Gustafson (1986), Ada empat komponen yang harus ada dalam rumusan tujuan, yaitu Format ABCD digunakan oleh Institusi Pengembangan Pembelajaran, pada prinsipnya format ini sama dengan yang dikemukakan oleh Marger, namun pada bagian ini menambahkan dengan mengidentifikasi audiense, atau subjek pembelajar. Unsur– unsur tersebut dikenal dengan ABCD yang berasal dari empat kata sebagai berikut : A = Audience B = Behaviour Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 24
  • 25. C = Condition D = Degree DAFTAR PUSTAKA Mager, R. F (1962). Preparing Instructional Objectives. Belmont, Cal: Fearon Publisher __________. (1971). Objectives Market Place Game. National Spesial Media Institutes Suparman, Atwi, 2012. Desain Intruksional. Jakarta: Erlangga Menulis Tujuan Instruksional Khusus: Nailul Himmi Hsb, M.Pd Page 25