SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 33
Baixar para ler offline
KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN LESTARI: 
ASPEK KONSERVASI KEANEKARAGAMAN BIOLOGI 
DAN KONDISI EKOSISTEM & PRODUKTIVITAS 
RIKHZAN AINUN NUR (p3700213001) 
MUH. IKHWAN K (p3700213005) 
ERWIN DWI JAYADI (p3700213007) 
ANDI NURULMUKHLISA (p3700213409) 
HAMDAN (p3700213014) Perencanaan dan Pembangunan Hutan 
Pasca Sarjana Kehutanan Universitas Hasanuddin
Pengelolaan Hutan Lestari 
Mengacu pada rencana 
pengelolaan di Kanada, tepatnya 
tahun 1995 ada 6 kriteria , 22 
element dan 83 indicator yang 
dibentuk untuk membantu 
dalam pengelolaan hutan lestari
Conservation 
of biological 
diversity 
Ecosystem 
diversity 
Species 
diversity 
Genetic 
diversity 
Ecosystem 
condition and 
productivity 
Disturbance 
and stress 
Ecosystem 
resilience 
Extant 
biomass 
4 
indikator 
3 
indikator 
1 
indikator 
8 
indikator 
2 
indikator 
2 
indikator 
Sustainable forest management 
criteria
Keanekaragaman hayati disebut juga 
“Biodiversitas”. Keanekaragaman 
atau keberagaman dari makhluk 
hidup dapat terjadi akibat adanya 
perbedaan warna, ukuran, bentuk, 
jumlah, tekstur, penampilan dan 
sifat-sifat lainnya. Sedangkan 
keanekaragaman dari makhluk hidup 
dapat terlihat dengan adanya 
persamaan ciri antara makhluk 
hidup.
Conservation 
of biological 
diversity 
Ecosystem 
diversity 
Species 
diversity 
Genetic 
diversity 
4 
indikator 
Persentase dan luas wilayah, tipe-tipe hutan 
relatif berdasarkan kondisi sejarah dan luas 
total hutan 
Persentase dan luas kawasan menurut tipe 
hutan dan kelas umur 
Wilayah, persentase keterwakilan, dan jenis 
hutan di kawasan lindung 
Tingkat fragmentasi dan keterkaitan 
komponen ekosistem hutan
persentase dan luas wilayah, tipe-tipe 
hutan relatif berdasarkan kondisi sejarah 
dan luas total hutan 
Untuk mempermudah dalam proses inventarisasi hutan 
Kanada, maka wilayah Kanada dibagi kedalam 3 bentuk 
pengelolaan, yaitu ecozones, ecoregion, dan ecodistricts. 
Untuk di Indonesia yaitu: 
1. Ecozones adalah sistem klasifikasi wilayah berdasarkan faktor kesamaan geografi, 
vegetasi, dan kehidupan satwanya. Contoh : pengelolaan hutan berdasarkan jenis 
dan struktur tegakan seperti hutan rakyat, hutan tanaman rakyat, HKm, dan hutan 
desa 
2. Ecoregion : sistem klasifikasi wilayah berdasarkan faktor iklim, bentuk topografi 
wilayah, dan karakteristik tanah. Contoh : Ecoregion pada suatu DAS yang 
melakukan pengelolaan berdasarkan pola pemanfaatan ruang, yakni kawasan 
budidaya, kawasan penyangga, dan kawasan lindung (30%) 
3. Ecodistrict : sistem klasifikasi wilayah berdasarkan faktor transportasi (sarana dan 
prasarana wialayah). Contoh : program pengembangan kota hijau (P2KH) seperti 
taman bungkul di Surabaya
Persentase dan luas kawasan 
menurut tipe hutan dan kelas umur 
Struktur, komposisi, dan kelas umur hutan berubah akibat adanya 
kebakaran, serangan hama, dan aktivitas pemanenan kayu. 
Struktur dan komposisi tegakan banyak berdampak terhadap 
keanekaragaman atau kelansungan satwa yang hidup didalamnya. 
Contohnya yaitu perubahan struktur dan komposisi vegetasi 
terhadap keberadaan Anoa di Taman Nasional Bogani, Sulawesi 
Utara. 
Sedangkan, kelas umur tegakan berpengaruh terhadap kegiatan 
pemanenan kayunya, atau dengan kata lain sebagai sumber 
informasi untuk proses pemanenan (harvesting).
Wilayah, persentase keterwakilan, 
dan jenis hutan di kawasan lindung 
Kawasan lindung merupakan wilayah preservasi yang harus 
dialokasikan dalam suatu wilayah perencanaan minimal 
mencapai 30 % berupa lahan alami atau hutan (dapat berupa 
hutan lindung, hutan produksi atau hutan wisata) untuk 
tercapainya keseimbangan antara wilayah terbangun dengan 
wilayah alami. 
Kawasan lindung dimaksudkan untuk memelihara dan 
mewujudkan kelestarian fungsi ekosistem dan mencegah 
timbulnya kerusakan terhadap ekositem. 
Jenis hutan di kawasan lindung, dapat berupa hutan lindung 
(daerah resapan air, perlindungan plasma nutfah), dan hutan 
wisata (taman nasional, suaka alam, cagar alam).
Tingkat fragmentasi dan keterkaitan 
komponen ekosistemhutan 
1. Setiap komponen ekosistem dalam hutan tidak dapat 
dipisahkan satu sama lain karena dapat mempengaruhi 
keseimbangan ekosistem itu sendiri 
2. Jalan menjadi prasarana transportasi yang 
diperuntukkan untuk menunjang aktivitas atau kegiatan 
manusia.
Conservation 
of biological 
diversity 
Ecosystem 
diversity 
Species 
diversity 
Genetic 
diversity 
3 
indikator 
Jumlah jenis yang tergantung pada 
hutan diklasifikasi punah, terancam 
punah, langka atau rawan 
Perubahan Tingkat populasi dari 
waktu ke waktu pada jenis tertentu 
Jumlah spesies yang diketahui 
bergantung pada hutan hanya 
menempati sebagian kecil dari 
jangkauan mereka
Jumlah jenis yang tergantung pada hutan 
diklasifikasi punah, terancam punah, 
langka atau rawan 
Punah : Harimau Jawa (Panthera tigris javanica), 
Harimau Bali (Panthera tigris balica) 
Terancam Punah : Jalak Bali (Leucopsar rothschildi), 
Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) 
Langka atau Rawan : Harimau Sumatera (Panthera tigris 
sumatrae), Maleo (Macrocephalon maleo), Orang Utan 
Kalimantan (Pongo pygmaeus)
Perubahan Tingkat populasi dari waktu 
ke waktu pada jenis tertentu 
Menurut Bank Dunia dalam kurun waktu 1985-1997 degradasi hutan 
di Indonesia rata-rata 1,5 juta hektar setiap tahun dan diperkirakan 
sekitar 20 juta hektar hutan produksi yang tersisa. Sedangkan 
berdasarkan analisis FWI dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun, luas 
tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari total 
tutupan hutan di seluruh Indonesia
Habitat Spesies yang bergantung pada hutan 
semakin kecil 
Ancaman utama pada keanekaragaman hayati adalah rusak dan hilangnya 
habitat. Kelompok vertebrata, invertebrata, tumbuhan dan jamur akan 
kehilangan tempat jika habitat rusak atau hilang. Kerusakan hutan hutan 
tropis akibat penebangan liar yang tak terkendali sama halnya dengan 
kepunahan spesies. 
Proses laju penurunan mutu hutan dan pengundulan hutan pada hutan 
alam dikhawatirkan telah menyebabkan kepunahan banyak 
spesies. Kepunahan spesies merupakan aspek kerusakan lingkungan yang 
sangat serius. Apabila suatu spesies punah, populasinya tidak akan pernah 
pulih, dan komunitas tempat hidupnya akan tidak seimbang. 
Perusakan habitat alami maupun mengubah habitat alami menjadi areal 
hutan tanaman industri, areal perkebunan, areal pertanian, dan 
penukiman telah memberikan andil yang besar bagi kepunahan 
keanekaragaman hayati di Indonesia.
Conservation 
of biological 
diversity 
Ecosystem 
diversity 
Species 
diversity 
Genetic 
diversity 
1 
indikator 
Konservasi jenis in situ dan ex situ 
untuk jenis vegetasi hutan komersial 
dan terancam punah.
Konservasi jenis in situ dan ex situ untuk 
jenis vegetasi hutan komersial dan 
terancam punah. 
1 Konservasi ex-situ adalah konservasi tumbuhan dan atau 
satwa yang dilakukan di luar habitat alaminya (PerMenHut 
Nomor : P.31/Menhut-II/2012). Kebun binatang, Taman 
Safari, Arboretum,Penangkaran (mis. Buaya, Maleo, dll). 
2. Konservasi in-situ (di dalam kawasan) adalah konservasi 
flora fauna dan ekosistem yang dilakukan di dalam habitat 
aslinya agar tetap utuh dan segala proses kehidupan yang 
terjadi berjalan secara alami.
Ecosystem 
condition and 
productivity 
Disturbance 
and stress 
Ecosystem 
resilience 
Extant 
biomass 
8 
indikator 
Luas dan keparahan serangan serangga 
Luas dan keparahan penyakit kutu 
Luas dan keparahan kerusakan kebakaran 
Tingkat deposisi polutan 
Konsentrasi ozon di wilayah hutan 
Transparansi tajuk dalam persentase 
Luas dan keparahan terjadinya spesies 
eksotis merugikan kondisi hutan 
Perubahan iklim yang diukur dengan 
jumlah suhu
Luas dan keparahan serangan 
serangga dan kutu 
Pembagian hama hutan berdasarkan bagian pohon yang 
rusak adalah sebagai berikut: 
1. Serangga perusak daun (Defoliating insects). 
2. Serangga penggerek kulit pohon (Inner bark boring 
insects) 
3. Serangga pengebor batang pohon dan kayu (Wood 
boring insects) 
4.Serangga pengisap cairan pohon (Sapsucking insects) 
5. Serangga perusak pucuk dan cabang (Bud and twig 
insects) 
6. Serangga perusak anakan (Seedling insects) 
7. Serangga perusak akar (Root Insects)
Luas dan keparahan serangan 
serangga dan kutu 
1. Serangga perusak daun (Defoliating insects). 
Serangan serangga mengakibatkan sebagian atau seluruh 
bagian dari daun rusak karena dimakan. Biasanya 
serangga perusak daun ini termasuk di dalam ordo-ordo 
Lepidoptera, Hymenoptera, dan Diptera hanya stadium 
larvanya yang merusak daun, sedangkan dari ordo 
Coleoptera dan Orthoptera stadium larva dan stadium 
imagonya yang dapat merusak daun.
Luas dan keparahan serangan 
serangga dan kutu 
2. Serangga penggerek kulit pohon (Inner bark boring 
insects) 
Bagian yang dirusak adalah kulit pohon bagian dalam 
sampai ke kambium. Lubang gerekan serangga dapat 
merusak atau menutup jalan pengiriman bahan makanan 
pohon yang di kirim dari daun ke akarnya. Apabila 
kerusakan yang ditimbulkan sampai melingkari pohon, 
maka akan dapat membentuk suatu terusan yang 
mengakibatkan terhalangnya pengiriman makanan dari 
daun ke akar, sehingga bila akar pohon sampai mati. 
Serangga pengebor kulit pohon ini biasanya termasuk di 
dalam ordo Coleoptera.
Luas dan keparahan serangan 
serangga dan kutu 
3. Serangga pengebor batang pohon dan kayu (Wood 
boring insects) 
Kerusakan berbentuk lubang-lubang yang mempunyai 
bermacam-macam ukuran dan bentuk. Lubang-lubang dapat 
dijumpai, baik pada batang dan cabang yang masih hidup 
ataupun pada balok-balok dan kayu-kayu kering. Tiap-tiap 
serangga pengebor kayu mempunyai spesifikasi tersendiri. 
Ada yang tinggal di dalam kayu sebagai tempat tinggalnya 
saja, tetapi kebanyakan hidup dengan makan batang kayu. 
Beberapa serangga ada yang hanya merusak pohon yang 
sehat, ada yang merusak pohon yang sedang merana. 
Serangga pengebor batang atau kayu termasuk ke dalam 
ordo Coleoptera.
Luas dan keparahan serangan 
serangga dan kutu 
4. Serangga pengisap cairan pohon (Sapsucking insects) 
Kerusakan yang ditimbulkan berbentuk noda-noda, 
perubahan warna (discoloration), bentuk 
yang membesar (malformation), atau terhentinya 
pertumbuhan bagian-bagian tertentu, misalnya 
daun-daun atau cabang-cabang. Serangga 
pengisap cairan pohon hampir semuanya 
termasuk ordo Homoptera, Hymenoptera, Diptera, 
dan Hiteroptera.
Luas dan keparahan serangan 
serangga dan kutu 
5. Serangga perusak pucuk dan cabang (Bud and twig 
insects) 
Kerusakan yang timbul akibat dari pucuk dan 
cabang yang dirusak merupakan tempat 
pertumbuhan dari pohon, maka serangga perusak 
pucuk dan cabang sangatlah merugikan. 
Penderitaan paling berat ialah bila serangganya 
mengebor kedalam pucuk pohon. Serangga yang 
merusak pucuk biasanya termasuk kedalam ordo 
Lepidotera, Coleoptera, Hemiptera, dan 
Hymenoptera.
Luas dan keparahan serangan 
serangga dan kutu 
6. Serangga perusak anakan (Seedling insects) 
Pada umumnya seluruh bagian dari anakan 
merupakan makanan yang digemari oleh 
bermacam-macam serangga karena bagian-bagian 
itu masih muda dan lunak. Pada umumnya 
serangga atau binatang perusak anakan merusak 
pada malam hari, sehingga pada siang harinya 
anakan telah putus-putus batang, akar atau 
daunnya, sedangkan kalau dicari serangga-serangga 
perusaknya sudah tidak ada lagi.
Luas dan keparahan serangan 
serangga dan kutu 
7. Serangga perusak akar (Root Insects) 
Pada umumnya bagian akar yang rusak adalah 
ujung akar tanaman muda yang merupakan bagian 
yang sangat lunak. Anak-anakan yang dirusak 
biasanya anakan yang masih berada di tempat 
persemaian. Di samping serangga, binatang 
perusak akar yang sering dijumpai adalah cacing 
bulat (Nematoda). Serangga perusak akar biasanya 
masuk dalam ordo Coleoptera.
Luas dan dampak kerusakan 
kebakaran 
Terbakarnya hutan tentu mengakibatkan banyak efek negatif, 
baik yang bersifat ekologis, ekonomis, dan politis. Bagi 
masyarakat, efek dominan dan paling dirasakan yaitu 
gangguan asap sebab berdampak langsung terhadap 
kehidupan manusia sehari-hari. Hingga saat ini, kebakaran di 
hutan masih sering terjadi. Berdasarkan data hotspot (titik 
panas) dari NOAA-18 hingga akhir bulan September 2012, 
penyebaran titik panas masih terjadi di sejumlah provinsi 
seperti di Kalimantan Barat sekitar 6.289 titik, Riau sebanyak 
4.600 titik, Sumatera Selatan sebanyak 5.714 titik, Jambi 
sebanyak 2.311 titik, dan Kalimantan Tengah sebanyak 3.205 
titik.Melihat fakta seperti ini, diperlukan penanganan serius 
untuk mengatasi kebakaran di hutan Indonesia saat ini.
Tingkat deposisi polutan 
Deposisi polutan ada dua jenis, yaitu : 
1. Deposisi kering ialah peristiwa terkenanya benda dan 
mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat 
terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara 
akibat kendaraan maupun asap pabrik. Biasanya deposisi 
jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran. 
2. Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk 
hujan. Hal ini terjadi apabila asap di dalam udara larut di 
dalam butir-butir air di awan.
Konsentrasi ozon di wilayah 
hutan 
Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 – 48 km (12 – 
30 mil) di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul 
ozon. Konsentrasi ozon di lapisan ini mencapai 10 ppm dan terbentuk 
akibat pengaruh sinar ultraviolet Matahari terhadap molekul-molekul 
oksigen. Peristiwa ini telah terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, 
tetapi campuran molekul-molekul nitrogen yang muncul di atmosfer 
menjaga konsentrasi ozon relatif stabil. Perlindungan kapasitas dari fungsi 
atmosfer merupakan isu lingkungan yang sangat penting bagi Indonesia. 
Atmosfer mempunyai fungsi yang sangat vital sebagai sistem 
pendukung kehidupan di bumi, baik adanya lapisan ozon pada ketinggian 
antara 25-40 km maupun konsentrasi gas-gas rumah kaca pada ketinggian 
antara 10-25 km. Lapisan ozon berfungsi melindungi bumi dari sinar ultra 
violet yang dipancarkan oleh matahari. Penipisan lapisan ozon 
disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia perusak lapisan ozon 
(ozone depliting substance – ODS).
Luas dan keparahan terjadinya 
spesies eksotis merugikan kondisi 
hutan 
Spesies eksotik biasanya berasal dari wilayah lain dan terbawa 
mungkin oleh alam atau (seringkali) manusia. Kalau manusia-lah 
dalangnya, bisa jadi proses pemindahan wilayah hidup itu 
dilakukan secara sengaja (karena buahnya mahal dijual atau 
sebab lainnya) atau tidak sengaja (benihnya tersangkut di baju 
atau hewannya menyusup masuk kapal). Dalam buku 
Ensiklopedia Kehutanan Indonesia disebutkan bahwa suatu 
pohon dianggap eksotik apabila pohon tersebut tumbuh diluar 
sebaran alaminya. 
Acacia nilotica menjadi tanaman yang sangat agresif 
perkembangannya di Taman Nasional Baluran sehingga 
mendesak ruang tumbuh bagi spesies lain; spesies ini 
diintroduksi pertama kali dari Afrika sebagai tanaman pagar. 
Eceng gondok tumbuh sangat cepat di sungai-sungai dan danau. 
Spesies ini awalnya diintroduksi sebagai tanaman ornamental.
Ecosystem 
condition and 
productivity 
Disturbance 
and stress 
Ecosystem 
resilience 
Extant 
biomass 
2 
indikator 
Persentase dan luasnya kawasan 
menurut tipe hutan dan kelas umur 
Persentase luas berhasil alami 
regenerasi dan artifisial diregenerasi
Persentase luas berhasil alami 
regenerasi dan artifisial 
diregenerasi 
Yang paling banyak digunakan sistem silvikultur di 
Kanada adalah panen tebang habis, yang menciptakan 
lingkungan terbuka yang mendukung pertumbuhan bibit. 
Sebagian besar hutan kita bahkan usia dan terdiri dari 
spesies yang beregenerasi setelah gangguan besar, 
seperti kebakaran dan panen tebang habis
Ecosystem 
condition and 
productivity 
Disturbance 
and stress 
Ecosystem 
resilience 
Extant 
biomass 
2 
indikator 
Arti kenaikan tahunan menurut tipe 
hutan dan kelas umur 
Frekuensi kejadian dalam spesies 
indikator yang dipilih (vegetasi, 
burung, mamalia dan ikan)
Produksi biomassa spesies pohon merupakan salah satu 
indikator kemampuan ekosistem untuk mendukung dan 
menjaga bentuk kehidupan. Di masa depan, seperti 
inventarisasi hutan ditingkatkan dan standar pengukuran umum 
diadopsi di Kanada, pertumbuhan aktual dapat diturunkan 
dengan menggunakan model pertumbuhan berdasarkan 
masukan seperti iklim, karakteristik situs dan tipe hutan.
SEKIAN 
& 
TERIMA KASIH

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)UNIB
 
Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5necromotion
 
Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )
Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )
Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )Pyo Jihoon
 
607 1922-1-pb
607 1922-1-pb607 1922-1-pb
607 1922-1-pbhelmirmd
 
Persebaran flora di indonesia
Persebaran flora di indonesiaPersebaran flora di indonesia
Persebaran flora di indonesiaNonik Setyanik
 
Penyusutan keanekaragaman hayati (2)
Penyusutan keanekaragaman hayati (2)Penyusutan keanekaragaman hayati (2)
Penyusutan keanekaragaman hayati (2)Ig Fandy Jayanto
 
Pendidkan lingkungan hidup
Pendidkan lingkungan hidupPendidkan lingkungan hidup
Pendidkan lingkungan hiduprismaoris
 
Media pembelajaran p pt
Media pembelajaran p ptMedia pembelajaran p pt
Media pembelajaran p ptstepanisuju
 
konservasi keanekaragaman hayati
konservasi keanekaragaman hayatikonservasi keanekaragaman hayati
konservasi keanekaragaman hayatihanna234
 
Persebaran flora & fauna
Persebaran flora & faunaPersebaran flora & fauna
Persebaran flora & faunaAy Rontini
 
1 keanekaragaman-hayati-1
1 keanekaragaman-hayati-11 keanekaragaman-hayati-1
1 keanekaragaman-hayati-1lenisepti
 
ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docx
ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docxANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docx
ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docxHabibimaulana2
 

Mais procurados (19)

Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
Ppt biologi kelompok 4 (konservasi)
 
Biodiversitas
BiodiversitasBiodiversitas
Biodiversitas
 
Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5
 
Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )
Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )
Presentasi biologi ( manfaat keanekaragaman makhuk hidup )
 
BIODIVERSITAS
BIODIVERSITASBIODIVERSITAS
BIODIVERSITAS
 
Pengantar Biodiversitas
Pengantar Biodiversitas Pengantar Biodiversitas
Pengantar Biodiversitas
 
607 1922-1-pb
607 1922-1-pb607 1922-1-pb
607 1922-1-pb
 
Persebaran flora di indonesia
Persebaran flora di indonesiaPersebaran flora di indonesia
Persebaran flora di indonesia
 
Penyusutan keanekaragaman hayati (2)
Penyusutan keanekaragaman hayati (2)Penyusutan keanekaragaman hayati (2)
Penyusutan keanekaragaman hayati (2)
 
Pendidkan lingkungan hidup
Pendidkan lingkungan hidupPendidkan lingkungan hidup
Pendidkan lingkungan hidup
 
Kantung semar
Kantung semarKantung semar
Kantung semar
 
Media pembelajaran p pt
Media pembelajaran p ptMedia pembelajaran p pt
Media pembelajaran p pt
 
konservasi keanekaragaman hayati
konservasi keanekaragaman hayatikonservasi keanekaragaman hayati
konservasi keanekaragaman hayati
 
Persebaran flora & fauna
Persebaran flora & faunaPersebaran flora & fauna
Persebaran flora & fauna
 
Ppa
PpaPpa
Ppa
 
1 keanekaragaman-hayati-1
1 keanekaragaman-hayati-11 keanekaragaman-hayati-1
1 keanekaragaman-hayati-1
 
Slaid biodiversiti
Slaid biodiversitiSlaid biodiversiti
Slaid biodiversiti
 
Biodiversiti
BiodiversitiBiodiversiti
Biodiversiti
 
ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docx
ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docxANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docx
ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.docx
 

Semelhante a Kriteria Pengelolaan Hutan Lestari;Konservasi Keanekaragaman Biologi

BAB-2-Keanekaragaman-Hayati.ppt.ppt
BAB-2-Keanekaragaman-Hayati.ppt.pptBAB-2-Keanekaragaman-Hayati.ppt.ppt
BAB-2-Keanekaragaman-Hayati.ppt.pptBangDedth
 
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)RaissaMaulidya
 
Kelompok Ekosistem
Kelompok EkosistemKelompok Ekosistem
Kelompok EkosistemMitha Ye Es
 
keanekaragaman hayati.pptx
keanekaragaman hayati.pptxkeanekaragaman hayati.pptx
keanekaragaman hayati.pptxwinawinarsih4
 
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6Pujiati Puu
 
Tugas ipa over exploitasi
Tugas ipa over exploitasiTugas ipa over exploitasi
Tugas ipa over exploitasiKancana Trends
 
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6 Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6 Pujiati Puu
 
Konservasi alam
Konservasi alamKonservasi alam
Konservasi alama_novrina
 
Bab 1 IPA Biologi Kelas X
Bab 1 IPA Biologi Kelas XBab 1 IPA Biologi Kelas X
Bab 1 IPA Biologi Kelas XBangDedth
 
PPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptx
PPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptxPPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptx
PPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptxBaihakiBaihaki6
 
IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...
IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...
IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...SMAN5PATAMPANUA
 
PPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptx
PPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptxPPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptx
PPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptxyunis50
 
Muhammad Hafidz Rahman_F0117076_Keanekaragaman Hayati.pptx
Muhammad Hafidz Rahman_F0117076_Keanekaragaman Hayati.pptxMuhammad Hafidz Rahman_F0117076_Keanekaragaman Hayati.pptx
Muhammad Hafidz Rahman_F0117076_Keanekaragaman Hayati.pptxtugasTIKxi
 

Semelhante a Kriteria Pengelolaan Hutan Lestari;Konservasi Keanekaragaman Biologi (20)

BAB-2-Keanekaragaman-Hayati.ppt.ppt
BAB-2-Keanekaragaman-Hayati.ppt.pptBAB-2-Keanekaragaman-Hayati.ppt.ppt
BAB-2-Keanekaragaman-Hayati.ppt.ppt
 
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
Bab 2 Biologi Kelas X (Keanekaragaman Hayati)
 
Kelompok Ekosistem
Kelompok EkosistemKelompok Ekosistem
Kelompok Ekosistem
 
TIK LINA.pptx
TIK LINA.pptxTIK LINA.pptx
TIK LINA.pptx
 
Bagian 1.pptx
Bagian 1.pptxBagian 1.pptx
Bagian 1.pptx
 
keanekaragaman hayati.pptx
keanekaragaman hayati.pptxkeanekaragaman hayati.pptx
keanekaragaman hayati.pptx
 
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
 
Bab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayati Bab 6 keanekaragaman hayati
Bab 6 keanekaragaman hayati
 
Laporan perlintan
Laporan perlintanLaporan perlintan
Laporan perlintan
 
Keseimbangan lingkungan
Keseimbangan lingkunganKeseimbangan lingkungan
Keseimbangan lingkungan
 
Tugas ipa over exploitasi
Tugas ipa over exploitasiTugas ipa over exploitasi
Tugas ipa over exploitasi
 
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6 Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
Keanekaragaman makhluk hidup kelompok6
 
Keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayatiKeanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati
 
Konservasi alam
Konservasi alamKonservasi alam
Konservasi alam
 
Bab 1 IPA Biologi Kelas X
Bab 1 IPA Biologi Kelas XBab 1 IPA Biologi Kelas X
Bab 1 IPA Biologi Kelas X
 
PPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptx
PPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptxPPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptx
PPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptx
 
IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...
IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...
IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...
 
PPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptx
PPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptxPPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptx
PPT Bab 1 IPA Biologi Kelas X Kur Merdeka.pptx
 
Kerusakan hutan
Kerusakan hutanKerusakan hutan
Kerusakan hutan
 
Muhammad Hafidz Rahman_F0117076_Keanekaragaman Hayati.pptx
Muhammad Hafidz Rahman_F0117076_Keanekaragaman Hayati.pptxMuhammad Hafidz Rahman_F0117076_Keanekaragaman Hayati.pptx
Muhammad Hafidz Rahman_F0117076_Keanekaragaman Hayati.pptx
 

Kriteria Pengelolaan Hutan Lestari;Konservasi Keanekaragaman Biologi

  • 1. KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN LESTARI: ASPEK KONSERVASI KEANEKARAGAMAN BIOLOGI DAN KONDISI EKOSISTEM & PRODUKTIVITAS RIKHZAN AINUN NUR (p3700213001) MUH. IKHWAN K (p3700213005) ERWIN DWI JAYADI (p3700213007) ANDI NURULMUKHLISA (p3700213409) HAMDAN (p3700213014) Perencanaan dan Pembangunan Hutan Pasca Sarjana Kehutanan Universitas Hasanuddin
  • 2. Pengelolaan Hutan Lestari Mengacu pada rencana pengelolaan di Kanada, tepatnya tahun 1995 ada 6 kriteria , 22 element dan 83 indicator yang dibentuk untuk membantu dalam pengelolaan hutan lestari
  • 3. Conservation of biological diversity Ecosystem diversity Species diversity Genetic diversity Ecosystem condition and productivity Disturbance and stress Ecosystem resilience Extant biomass 4 indikator 3 indikator 1 indikator 8 indikator 2 indikator 2 indikator Sustainable forest management criteria
  • 4. Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya. Sedangkan keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri antara makhluk hidup.
  • 5. Conservation of biological diversity Ecosystem diversity Species diversity Genetic diversity 4 indikator Persentase dan luas wilayah, tipe-tipe hutan relatif berdasarkan kondisi sejarah dan luas total hutan Persentase dan luas kawasan menurut tipe hutan dan kelas umur Wilayah, persentase keterwakilan, dan jenis hutan di kawasan lindung Tingkat fragmentasi dan keterkaitan komponen ekosistem hutan
  • 6. persentase dan luas wilayah, tipe-tipe hutan relatif berdasarkan kondisi sejarah dan luas total hutan Untuk mempermudah dalam proses inventarisasi hutan Kanada, maka wilayah Kanada dibagi kedalam 3 bentuk pengelolaan, yaitu ecozones, ecoregion, dan ecodistricts. Untuk di Indonesia yaitu: 1. Ecozones adalah sistem klasifikasi wilayah berdasarkan faktor kesamaan geografi, vegetasi, dan kehidupan satwanya. Contoh : pengelolaan hutan berdasarkan jenis dan struktur tegakan seperti hutan rakyat, hutan tanaman rakyat, HKm, dan hutan desa 2. Ecoregion : sistem klasifikasi wilayah berdasarkan faktor iklim, bentuk topografi wilayah, dan karakteristik tanah. Contoh : Ecoregion pada suatu DAS yang melakukan pengelolaan berdasarkan pola pemanfaatan ruang, yakni kawasan budidaya, kawasan penyangga, dan kawasan lindung (30%) 3. Ecodistrict : sistem klasifikasi wilayah berdasarkan faktor transportasi (sarana dan prasarana wialayah). Contoh : program pengembangan kota hijau (P2KH) seperti taman bungkul di Surabaya
  • 7. Persentase dan luas kawasan menurut tipe hutan dan kelas umur Struktur, komposisi, dan kelas umur hutan berubah akibat adanya kebakaran, serangan hama, dan aktivitas pemanenan kayu. Struktur dan komposisi tegakan banyak berdampak terhadap keanekaragaman atau kelansungan satwa yang hidup didalamnya. Contohnya yaitu perubahan struktur dan komposisi vegetasi terhadap keberadaan Anoa di Taman Nasional Bogani, Sulawesi Utara. Sedangkan, kelas umur tegakan berpengaruh terhadap kegiatan pemanenan kayunya, atau dengan kata lain sebagai sumber informasi untuk proses pemanenan (harvesting).
  • 8. Wilayah, persentase keterwakilan, dan jenis hutan di kawasan lindung Kawasan lindung merupakan wilayah preservasi yang harus dialokasikan dalam suatu wilayah perencanaan minimal mencapai 30 % berupa lahan alami atau hutan (dapat berupa hutan lindung, hutan produksi atau hutan wisata) untuk tercapainya keseimbangan antara wilayah terbangun dengan wilayah alami. Kawasan lindung dimaksudkan untuk memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi ekosistem dan mencegah timbulnya kerusakan terhadap ekositem. Jenis hutan di kawasan lindung, dapat berupa hutan lindung (daerah resapan air, perlindungan plasma nutfah), dan hutan wisata (taman nasional, suaka alam, cagar alam).
  • 9. Tingkat fragmentasi dan keterkaitan komponen ekosistemhutan 1. Setiap komponen ekosistem dalam hutan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem itu sendiri 2. Jalan menjadi prasarana transportasi yang diperuntukkan untuk menunjang aktivitas atau kegiatan manusia.
  • 10. Conservation of biological diversity Ecosystem diversity Species diversity Genetic diversity 3 indikator Jumlah jenis yang tergantung pada hutan diklasifikasi punah, terancam punah, langka atau rawan Perubahan Tingkat populasi dari waktu ke waktu pada jenis tertentu Jumlah spesies yang diketahui bergantung pada hutan hanya menempati sebagian kecil dari jangkauan mereka
  • 11. Jumlah jenis yang tergantung pada hutan diklasifikasi punah, terancam punah, langka atau rawan Punah : Harimau Jawa (Panthera tigris javanica), Harimau Bali (Panthera tigris balica) Terancam Punah : Jalak Bali (Leucopsar rothschildi), Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) Langka atau Rawan : Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Maleo (Macrocephalon maleo), Orang Utan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
  • 12. Perubahan Tingkat populasi dari waktu ke waktu pada jenis tertentu Menurut Bank Dunia dalam kurun waktu 1985-1997 degradasi hutan di Indonesia rata-rata 1,5 juta hektar setiap tahun dan diperkirakan sekitar 20 juta hektar hutan produksi yang tersisa. Sedangkan berdasarkan analisis FWI dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun, luas tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari total tutupan hutan di seluruh Indonesia
  • 13. Habitat Spesies yang bergantung pada hutan semakin kecil Ancaman utama pada keanekaragaman hayati adalah rusak dan hilangnya habitat. Kelompok vertebrata, invertebrata, tumbuhan dan jamur akan kehilangan tempat jika habitat rusak atau hilang. Kerusakan hutan hutan tropis akibat penebangan liar yang tak terkendali sama halnya dengan kepunahan spesies. Proses laju penurunan mutu hutan dan pengundulan hutan pada hutan alam dikhawatirkan telah menyebabkan kepunahan banyak spesies. Kepunahan spesies merupakan aspek kerusakan lingkungan yang sangat serius. Apabila suatu spesies punah, populasinya tidak akan pernah pulih, dan komunitas tempat hidupnya akan tidak seimbang. Perusakan habitat alami maupun mengubah habitat alami menjadi areal hutan tanaman industri, areal perkebunan, areal pertanian, dan penukiman telah memberikan andil yang besar bagi kepunahan keanekaragaman hayati di Indonesia.
  • 14. Conservation of biological diversity Ecosystem diversity Species diversity Genetic diversity 1 indikator Konservasi jenis in situ dan ex situ untuk jenis vegetasi hutan komersial dan terancam punah.
  • 15. Konservasi jenis in situ dan ex situ untuk jenis vegetasi hutan komersial dan terancam punah. 1 Konservasi ex-situ adalah konservasi tumbuhan dan atau satwa yang dilakukan di luar habitat alaminya (PerMenHut Nomor : P.31/Menhut-II/2012). Kebun binatang, Taman Safari, Arboretum,Penangkaran (mis. Buaya, Maleo, dll). 2. Konservasi in-situ (di dalam kawasan) adalah konservasi flora fauna dan ekosistem yang dilakukan di dalam habitat aslinya agar tetap utuh dan segala proses kehidupan yang terjadi berjalan secara alami.
  • 16. Ecosystem condition and productivity Disturbance and stress Ecosystem resilience Extant biomass 8 indikator Luas dan keparahan serangan serangga Luas dan keparahan penyakit kutu Luas dan keparahan kerusakan kebakaran Tingkat deposisi polutan Konsentrasi ozon di wilayah hutan Transparansi tajuk dalam persentase Luas dan keparahan terjadinya spesies eksotis merugikan kondisi hutan Perubahan iklim yang diukur dengan jumlah suhu
  • 17. Luas dan keparahan serangan serangga dan kutu Pembagian hama hutan berdasarkan bagian pohon yang rusak adalah sebagai berikut: 1. Serangga perusak daun (Defoliating insects). 2. Serangga penggerek kulit pohon (Inner bark boring insects) 3. Serangga pengebor batang pohon dan kayu (Wood boring insects) 4.Serangga pengisap cairan pohon (Sapsucking insects) 5. Serangga perusak pucuk dan cabang (Bud and twig insects) 6. Serangga perusak anakan (Seedling insects) 7. Serangga perusak akar (Root Insects)
  • 18. Luas dan keparahan serangan serangga dan kutu 1. Serangga perusak daun (Defoliating insects). Serangan serangga mengakibatkan sebagian atau seluruh bagian dari daun rusak karena dimakan. Biasanya serangga perusak daun ini termasuk di dalam ordo-ordo Lepidoptera, Hymenoptera, dan Diptera hanya stadium larvanya yang merusak daun, sedangkan dari ordo Coleoptera dan Orthoptera stadium larva dan stadium imagonya yang dapat merusak daun.
  • 19. Luas dan keparahan serangan serangga dan kutu 2. Serangga penggerek kulit pohon (Inner bark boring insects) Bagian yang dirusak adalah kulit pohon bagian dalam sampai ke kambium. Lubang gerekan serangga dapat merusak atau menutup jalan pengiriman bahan makanan pohon yang di kirim dari daun ke akarnya. Apabila kerusakan yang ditimbulkan sampai melingkari pohon, maka akan dapat membentuk suatu terusan yang mengakibatkan terhalangnya pengiriman makanan dari daun ke akar, sehingga bila akar pohon sampai mati. Serangga pengebor kulit pohon ini biasanya termasuk di dalam ordo Coleoptera.
  • 20. Luas dan keparahan serangan serangga dan kutu 3. Serangga pengebor batang pohon dan kayu (Wood boring insects) Kerusakan berbentuk lubang-lubang yang mempunyai bermacam-macam ukuran dan bentuk. Lubang-lubang dapat dijumpai, baik pada batang dan cabang yang masih hidup ataupun pada balok-balok dan kayu-kayu kering. Tiap-tiap serangga pengebor kayu mempunyai spesifikasi tersendiri. Ada yang tinggal di dalam kayu sebagai tempat tinggalnya saja, tetapi kebanyakan hidup dengan makan batang kayu. Beberapa serangga ada yang hanya merusak pohon yang sehat, ada yang merusak pohon yang sedang merana. Serangga pengebor batang atau kayu termasuk ke dalam ordo Coleoptera.
  • 21. Luas dan keparahan serangan serangga dan kutu 4. Serangga pengisap cairan pohon (Sapsucking insects) Kerusakan yang ditimbulkan berbentuk noda-noda, perubahan warna (discoloration), bentuk yang membesar (malformation), atau terhentinya pertumbuhan bagian-bagian tertentu, misalnya daun-daun atau cabang-cabang. Serangga pengisap cairan pohon hampir semuanya termasuk ordo Homoptera, Hymenoptera, Diptera, dan Hiteroptera.
  • 22. Luas dan keparahan serangan serangga dan kutu 5. Serangga perusak pucuk dan cabang (Bud and twig insects) Kerusakan yang timbul akibat dari pucuk dan cabang yang dirusak merupakan tempat pertumbuhan dari pohon, maka serangga perusak pucuk dan cabang sangatlah merugikan. Penderitaan paling berat ialah bila serangganya mengebor kedalam pucuk pohon. Serangga yang merusak pucuk biasanya termasuk kedalam ordo Lepidotera, Coleoptera, Hemiptera, dan Hymenoptera.
  • 23. Luas dan keparahan serangan serangga dan kutu 6. Serangga perusak anakan (Seedling insects) Pada umumnya seluruh bagian dari anakan merupakan makanan yang digemari oleh bermacam-macam serangga karena bagian-bagian itu masih muda dan lunak. Pada umumnya serangga atau binatang perusak anakan merusak pada malam hari, sehingga pada siang harinya anakan telah putus-putus batang, akar atau daunnya, sedangkan kalau dicari serangga-serangga perusaknya sudah tidak ada lagi.
  • 24. Luas dan keparahan serangan serangga dan kutu 7. Serangga perusak akar (Root Insects) Pada umumnya bagian akar yang rusak adalah ujung akar tanaman muda yang merupakan bagian yang sangat lunak. Anak-anakan yang dirusak biasanya anakan yang masih berada di tempat persemaian. Di samping serangga, binatang perusak akar yang sering dijumpai adalah cacing bulat (Nematoda). Serangga perusak akar biasanya masuk dalam ordo Coleoptera.
  • 25. Luas dan dampak kerusakan kebakaran Terbakarnya hutan tentu mengakibatkan banyak efek negatif, baik yang bersifat ekologis, ekonomis, dan politis. Bagi masyarakat, efek dominan dan paling dirasakan yaitu gangguan asap sebab berdampak langsung terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Hingga saat ini, kebakaran di hutan masih sering terjadi. Berdasarkan data hotspot (titik panas) dari NOAA-18 hingga akhir bulan September 2012, penyebaran titik panas masih terjadi di sejumlah provinsi seperti di Kalimantan Barat sekitar 6.289 titik, Riau sebanyak 4.600 titik, Sumatera Selatan sebanyak 5.714 titik, Jambi sebanyak 2.311 titik, dan Kalimantan Tengah sebanyak 3.205 titik.Melihat fakta seperti ini, diperlukan penanganan serius untuk mengatasi kebakaran di hutan Indonesia saat ini.
  • 26. Tingkat deposisi polutan Deposisi polutan ada dua jenis, yaitu : 1. Deposisi kering ialah peristiwa terkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran. 2. Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan.
  • 27. Konsentrasi ozon di wilayah hutan Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 – 48 km (12 – 30 mil) di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon. Konsentrasi ozon di lapisan ini mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat pengaruh sinar ultraviolet Matahari terhadap molekul-molekul oksigen. Peristiwa ini telah terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, tetapi campuran molekul-molekul nitrogen yang muncul di atmosfer menjaga konsentrasi ozon relatif stabil. Perlindungan kapasitas dari fungsi atmosfer merupakan isu lingkungan yang sangat penting bagi Indonesia. Atmosfer mempunyai fungsi yang sangat vital sebagai sistem pendukung kehidupan di bumi, baik adanya lapisan ozon pada ketinggian antara 25-40 km maupun konsentrasi gas-gas rumah kaca pada ketinggian antara 10-25 km. Lapisan ozon berfungsi melindungi bumi dari sinar ultra violet yang dipancarkan oleh matahari. Penipisan lapisan ozon disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia perusak lapisan ozon (ozone depliting substance – ODS).
  • 28. Luas dan keparahan terjadinya spesies eksotis merugikan kondisi hutan Spesies eksotik biasanya berasal dari wilayah lain dan terbawa mungkin oleh alam atau (seringkali) manusia. Kalau manusia-lah dalangnya, bisa jadi proses pemindahan wilayah hidup itu dilakukan secara sengaja (karena buahnya mahal dijual atau sebab lainnya) atau tidak sengaja (benihnya tersangkut di baju atau hewannya menyusup masuk kapal). Dalam buku Ensiklopedia Kehutanan Indonesia disebutkan bahwa suatu pohon dianggap eksotik apabila pohon tersebut tumbuh diluar sebaran alaminya. Acacia nilotica menjadi tanaman yang sangat agresif perkembangannya di Taman Nasional Baluran sehingga mendesak ruang tumbuh bagi spesies lain; spesies ini diintroduksi pertama kali dari Afrika sebagai tanaman pagar. Eceng gondok tumbuh sangat cepat di sungai-sungai dan danau. Spesies ini awalnya diintroduksi sebagai tanaman ornamental.
  • 29. Ecosystem condition and productivity Disturbance and stress Ecosystem resilience Extant biomass 2 indikator Persentase dan luasnya kawasan menurut tipe hutan dan kelas umur Persentase luas berhasil alami regenerasi dan artifisial diregenerasi
  • 30. Persentase luas berhasil alami regenerasi dan artifisial diregenerasi Yang paling banyak digunakan sistem silvikultur di Kanada adalah panen tebang habis, yang menciptakan lingkungan terbuka yang mendukung pertumbuhan bibit. Sebagian besar hutan kita bahkan usia dan terdiri dari spesies yang beregenerasi setelah gangguan besar, seperti kebakaran dan panen tebang habis
  • 31. Ecosystem condition and productivity Disturbance and stress Ecosystem resilience Extant biomass 2 indikator Arti kenaikan tahunan menurut tipe hutan dan kelas umur Frekuensi kejadian dalam spesies indikator yang dipilih (vegetasi, burung, mamalia dan ikan)
  • 32. Produksi biomassa spesies pohon merupakan salah satu indikator kemampuan ekosistem untuk mendukung dan menjaga bentuk kehidupan. Di masa depan, seperti inventarisasi hutan ditingkatkan dan standar pengukuran umum diadopsi di Kanada, pertumbuhan aktual dapat diturunkan dengan menggunakan model pertumbuhan berdasarkan masukan seperti iklim, karakteristik situs dan tipe hutan.