MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docx
1. MAKALAH
MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRKPATRICK
Dosen Pengampuh Dr, Andriyani, M.Si
Disusun oleh:
Mukmin Amsidi
2108050024
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2022
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Model Evaluasi
Program Pembelajaran Kirkpatrick” Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan oleh Dosen Pengampu.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kalabahi, 28 Mei 2022
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masala 1
C. Tujuan Penulisan 1
D. Manfaat Penulisan 1
BAB II PENDAHULUAN 4
A. Model Kirkpatrick 4
B. Level Kirkpatrick 4
C. Hubungan Level Kirkpatrick 14
BAB III PENUTUP 15
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu Pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu siswa, kepala
sekolah, karyawan, komite sekolah, orang tua, masyarakat, kualitas
pembelajaran, kurikulum dan sebagiannya Edi Suhartoyo dalam (Putro
2000:1). Hal serupa juga disampaikan oleh Djemari Mardapi dalam (Putro
2000:1) bahwa : Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian.
Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan
kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan
mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan
memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.
Evaluasi program merupakan suatu proses menyediakan informasi
yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan tujuan yang
hendak dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat
keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman
terhadap fenomena.
Dengan demikian salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan
pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu
faktor penting untuk efektivitas pembelajaran adalah faktor evaluasi baik
terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Evaluasi Merupakan suatau proses atau kegiatan pemilihan,
pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya. National
Study On Evaluation dalam (Aulia et al., 2020:24) selanjutnya menurut Cross
dalam (Nurjanah 2018:73) Evaluation is a process wich determines the exent to
wich objectives have been achieved.
5. 2
Menurut Kirpatrick (2006) tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh
informasi yang akurat dan obyektif tentang suatu program yang telah
direncanakan dan dilaksanakan. Informasi tersebut dapt berupa proses
pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai dan efesiensi. Hasil evaluas
dapat juga dijadikan tolak ukur apakah program tersebut berhasil atau tidak,
dapat dilanjutkan atau dihentikan, serta dapat dijadikan pijakan untuk
menyusun program lanjutan. (Badu 2013:106)
Evaluasi program juga merupakan proses yang sistematis dan
berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan
dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat
keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya.
Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi
yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh
para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan
kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah
program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Oleh karena itu dalam makalah akan membahas salah satu model
evaluasi program yang dikenal dengan nama Model Evaluasi Kirkpatrick.
Kirkpatrick adalah salah seorang ahli evaluasi program pelatihan dalam bidang
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Model evaluasi yang
dikembangkan oleh Kikpatrick dikenal dengan istilah Kirkpatrick Four Levels
Evaluation Model yaitu: Level 1 Reaction, Level 2 Learning, Level 3
Behavior, Dan Level 4 Result, dari nama tersebut dibuatlah nama model
penilaian sehingga menjadi identitas Model evaluasi Kirkpatrick yang melekat
kepada penciptanya (Ridho et al., 2020 : 1486)
Model Kirkpatrick memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1). lebih komprehensif/luas, karena mencakup aspek kognitif,
Psikomotorik dan afektif; 2). objek evaluasi tidak hanya hasil
belajar semata tetapi juga mencakup proses, output maupun
outcomes.
6. 3
Sedangkan kekurangannya adalah untuk mengukur inpact sulit
dilakukan karena selain sulit tolak ukurnya sudah diluar jangkauan guru atau
sekolah. (Ritonga et al., 2019:16).
Model Kirkpatrick menjadi salah satu rujukan dan standar dari bebagai
perusahaan besar dalam program training bagi pembenahan sumber daya
manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan model evaluasi Kirkpatrick?
2. Apa saja level evaluasi dalam model evaluasi Kirkpatrick?
3. Apa hubungan antar level evaluasi model Kirkpatrick?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep model evaluasi Kirkpatrick.
2. Mengetahui level evaluasi dalam model evaluasi Kirkpatrick.
3. Mengetahui hubungan antar level evaluasi model Kirkpatrick.
D. Manfaat Penulisan
Sebagai referensi dalam memahami materi mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika bagi pembaca dan bagi penulis khususnya.
7. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Evaluasi Program Kirkpatrick
Lin & Chuang dalam (Ritonga et al., 2019:14) mengatakan model
evaluasi empat level Kirkpatrick merupakan model evaluasi yang level
evaluasinya mencakup keseluruhan program untuk menilai apa yang kita
butuhkan. Sedangkan menurut Falleta dalam (Ritonga et al., 2019:14)
model evaluasi Kirkpatrick yaitu (a) untuk membenarkan keberadaan
fungsi pelatihan dengan menunjukkan bagaimana kontribusi untuk tujuan
dan sasaran organisasi, (b) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan
program pelatihan, dan (c) meningkatkan pelatihan.
Menurut Kirkpatrick (1959) evaluasi didefinisikan sebagai kegiatan
untuk menentukan tingkat efektifitas suatu program pelatihan. Dalam
model Kirkpatrick, evaluasi dilakukan melalui empat tahap evaluasi atau
kategori. Tahap ini adalah: (1) reaction adalah evaluasi untuk mengetahui
tingkat kepuasan peserta terhadap pelaksanaan suatu pelatihan; (2)
learning adalah evaluasi untuk mengukur tingkat tambahan pengetahuan,
ketrampilan maupun perubahan sikap peserta setelah mengikuti pelatihan;
(3) behavior adalah evaluasi untuk mengetahui tingkat perubahan
perilaku kerja peserta pelatihan setelah kembali ke lingkungan kerjanya;
dan (4) result; adalah evaluasi untuk mengetahui dampak perubahan
perilaku kerja peserta pelatihan terhadap tingkat produktifitas organisasi.
(Damanik 2019:32-33)
B. Level Evaluasi dalam Model Evaluasi Kirkpatrick
Menurut Kirkpatrick (dalam Ramadhon, hlm.45) evaluasi terhadap
efektivitas program pelatihan mencakup empat level evaluasi,yaitu sebagai
berikut:
1. Reaction level Mengevaluasi terhadap reaksi peserta pelatihan berarti
mengukur kepuasan peserta (customer satisfaction). Program pelatihan
8. 5
dianggap efektif apabila proses training dirasa menyenangkan dan
memuaskan bagi peserta pelatihan sehingga mereka tertarik dan
termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain, peserta akan
termotivasi apabila proses pelatihan berjalan memuaskan bagi peserta
yang pada akhirnya akan memunculkan reaksi dari peserta yang
menyenangkan. Sebaliknya, apabila peserta tidak merasa puas
terhadap proses pelatihan yang diikutinya maka mereka tidak akan
termotivasi untuk mengikuti kegiatan pelatihan lebih lanjut. Kepuasan
peserta pelatihan dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu materi yang
diberikan, fasilitas yang diberikan, strategi penyampaian materi yang
digunakan oleh instruktur, media pembelajaran yang tersedia, jadwal
kegiatan sampai menu dan penyajian konsumsi yang disediakan.
Penjelasan Reaction,
Mengetahui tingkat kepuasan peserta dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa aspek dalam pelatihan, yang meliputi: pelayanan
panitia penyelenggara, kualitas instruktur, kurikulum pelatihan, materi
pelatihan, metode belajar, suasana kelas, fasilitas utama dan fasilitas
pendukung, kebernilaian dan kebermaknaan isi pelatihan, dan lain-lain
yang berhubungan dengan penyelenggaraan suatu pelatihan. Mengukur
reaksi ini relatif mudah karena bisa dilakukan dengan menggunakan
reaction sheet yang berbentuk angket. Evaluasi terhadap reaksi ini
sesungguhnya dimaksudkan untuk mendapatkan respon sesaat peserta
terhadap kualitas penyelenggaraan pelatihan. Oleh karena itu waktu
yang paling tepat untuk menyebarkan angket adalah sesaat setelah
pelatihan berakhir atau beberapa saat sebelum pelatihan berakhir.
Langkah-langkah dalam melakukan evaluasi di level-1 adalah:
a) Tentukan hal-hal yang dapat menginformasikan kepuasan
peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan seperti
fasilitas, jadwal, kualitas makanan, kualitas pengajar,
kualitas diktat atau modul, kualitas media pembelajaran,
9. 6
strategi pembelajaran yang diterapkan pengajar, kesigapan
dan keramahan panitia, serta informasi lainnya yang
dibutuhkan.
b) Informasi-informasi tersebut kemudian dikemas dalam
suatu format isian yang mudah dimengerti oleh subjek
evaluasi, serta dapat mengkuantifikasikan
informasi-informasi tersebut berupa angket dan Kuesioner
Tambahkan juga kolom komentar dan saran sebagai
informasi tambahan.
c) Lakukan evaluasi di level ini segera, baik ketika kegiatan
belangsung, maupun setelah kegiatan pelatihan berakhir.
Contoh Angket :
10. 7
Contoh Kuesioner :
2. Learning level Menurut Kirkpatrick (dalam Damanik 2019:33) Ada
tiga hal yang dapat pelatih ajarkan dalam program pelatihan, yaitu
pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Peserta pelatihan dikatakan
telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap,
Penjelasan Learning,
Evaluasi tahap kedua ini sesungguhnya evaluasi terhadap hasil
pelatihan. Program dikatakan berhasil ketika aspek-aspek tersebut
diatas mengalami perbaikan dengan membandingkan hasil pengukuran
sebelum dan sesudah pelatihan. Semakin tinggi tingkat perbaikannya,
berhasil pula suatu program pelatihan. Kegiatan pengukuran dalam
evaluasi tahap kedua ini relatif lebih sulit dan lebih memakan waktu
jika dibanding dengan mengukur reaksi peserta. Oleh karenanya
penggunaan alat ukur dan pemilihan waktu yang tepat akan dapat
membantu kita mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Alat ukur
yang bisa kita gunakan adalah tes tertulis dan tes kinerja. Tes tertulis
11. 8
kita gunakan untuk mengukur tingkat perbaikan pengetahuan dan sikap
peserta, sementara tes kinerja kita gunakan untuk mengetahui tingkat
penambahan ketrampilan peserta. Untuk dapat mengetahui tingkat
perbaikan aspek-aspek tersebut, tes dilakukan sebelum dan sesudah
program. Disamping itu, Kirkpatrick juga menyarankan penggunaan
kelompok pembanding sebagai referensi efek pelatihan terhadap
peserta. Kelompok pembanding ini adalah kelompok yang tidak ikut
program pelatihan. Kedua kelompok diukur dan diperbandingkan hasil
pengukuran keduanya hingga dapat diketahui efek program terhadap
pesertanya.
Langkah-langkah dalam melaksanakan evaluasi di level-2, adalah:
a) Lakukan evaluasi terkait peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan perubahan sikap sebelum dan
sesudah pelatihan.
b) Gunakan tes tertulis untuk mengukur pengetahuan dan
sikap.
c) Gunakan tes performa dalam mengukur keterampilan;
Gunakan hasil pengukuran tersebut untuk melakukan
tidakan yang sesuai. Yang dimaksud tindakan yang
sesuai dalam hal ini adalah melakukan tindakan
konfirmatif dengan hasil evaluasi di level-1, apakah
karena pengajar kurang komunikatif dalam
menyampaikan materi, terkait strategi belajar yang
tidak sesuai dengan harapan peserta, atau karena
faktor-faktor lain di level-1 yang mungkin dapat
menyebabkan peserta mengalami demotivasi dalam
belajar.
Contoh Format
13. 10
3. Behavior level Evaluasi pada level ketiga ini berbeda denga evaluasi
terhadap sikap pada level kedua. Penilaian sikap pada evaluasi level 2
difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada saat pelatihan
dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah
laku difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta kembali
ke tempat kerja. Yang dinilai dalam tingkah laku ini adalah perubahan
perilaku setelah kembali ke tempat kerja maka evaluasi level ketiga ini
dapat disebut dengan evaluasi terhadap outcome dari kegiatan
pelatihan.
Penjelasan Behaviour,
Evaluasi terhadap perilaku ini difokuskan pada perilaku kerja peserta
pelatihan setelah mereka kembali ke dalam lingkungan kerjanya.
Perilaku yang dimaksud di sini adalah perilaku kerja yang ada
hubungannya langsung dengan materi pelatihan, dan bukan perilaku
dalam konteks hubungan personal dengan rekan-rekan kerjanya. Jadi,
yang ingin diketahui dalam evaluasi ini adalah seberapa jauh
perubahan sikap mental (attitude), perbaikan pengetahuan, atau
penambahan ketrampilan peserta membawa pengaruh langsung
terhadap kinerja peserta ketika kembali ke lingkungan kerjanya.
14. 11
Apakah perubahan sikap mental (attitude), perbaikan pengetahuan,
atau penambahan ketrampilan peserta itu diimplementasikan dalam
lingkungan kerja peserta ataukah dibiarkan berkarat dalam diri peserta
tanpa pernah diimplementasikan. Evaluasi perilaku ini dapat dilakukan
melalui observasi langsung ke dalam lingkungan kerja peserta.
Disamping itu bisa juga melalui wawancara dengan atasan maupun
rekan kerja peserta. Dari sini diharapkan akan diketahui perubahan
perilaku kerja peserta sebelum dan setelah ikut program. Karena
terkadang ada kesulitan untuk mengetahui kinerja peserta sebelum ikut
pelatihan, disarankan juga untuk melakukan dokumentasi terhadap
catatan kerja peserta sebelum mengikuti pelatihan. Pada program
pelatihan yang sifatnya rutin yang merupakan kerjasama suatu institusi
dengan penyelenggara pelatihan, mengukur perilaku kerja peserta
dapat dilakukan secara simultan dari angkatan yang satu ke angkatan
berikutnya. Dalam kasus ini, biasanya pimpinan organisasi atau
institusi memegang peranan penting dan biasanya pimpinan
organisasilah yang mengambil inisiatif sebab merekalah yang paling
berkepentingan dengan hasil pelatihan yang sudah dikenakan pada
anak buahnya. Seringkali peserta pelatihan membutuhkan waktu
transisi dalam merubah perilaku kerjanya setelah ikut program. Oleh
karena itu sangat disarankan pelaksanaan evaluasi perilaku ini
dilakukan dengan terlebih dahulu memberi waktu jeda untuk masa
transisi itu. Sementara pakar evaluasi menyarankan paling cepat 3
bulan setelah pelatihan berakhir. Disamping itu disarankan juga
evaluasi ini dilakukan lebih dari satu kali dalam rentang waktu yang
cukup untuk mengetahui apakah perubahan perilaku itu bersifat
sementara ataukah permanen.
Langkah-langkah dalam melakukan evaluasi level-3 adalah:
a) Lakukan terlebih dahulu evaluasi di level-1 dan
level-2.
15. 12
b) Berikan waktu untuk berlangsungnya perubahan
perilaku, yang umumnya adalah 3 sampai dengan 6
bulan setelah pelatihan.
c) Lakukan evaluasi perilaku baik sebelum dan sesudah
program pelatihan apabila memungkinkan.
d) Lakukan metode survey menggunakan kuisioner
atau/dan wawancara pada peserta pelatihan, atasan
langsung peserta, bawahan peserta, dan pihak lain yang
sering mengamati perilaku peserta.
e) Lakukan evaluasi pada semua peserta, atau apabila
tidak memungkinkan gunakan metode sampling.
f) Lakukan evaluasi ulangan pada waktu yang sesuai,
untuk memastikan peserta tetap pada perilaku yang
sesuai dengan tujuan pelatihan.
Contoh Wawancara Kepada Atasan
4. Result level Evaluasi hasil dalam level keempat ini difokuskan pada
hasil akhir yang terjadi karena peserta mengikuti suatu program. Yang
termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu program pelatihan
diantaranya adalah membandingkan kenaikan produksi sebelum dan
sesudah mengikuti pelatihan kenaikan produksi, peningkatan kualitas,
16. 13
penurunan biaya, penurunan kuantitas, dan kenaikan keuntungan.
Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja
maupun membangun team work yang lebih baik. Dengan kata lain
adalah evaluasi terhadap impact program. (Putro 2000:10)
Penjelasan Result,
Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final
result) yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program.
evaluasi terhadap result ini bertujuan untuk mengetahui dampak
perubahan perilaku kerja peserta pelatihan terhadap tingkat kinerjanya
dalam organisasi. Dalam kegiatan pembelajaran model evaluasi ini
mengarah pada hasil akhir yang diperoleh peserta pelatihan. Evaluasi
result juga berfungsi untuk mengembangkan suatu program
pembelajaran yang meliputi desain belajar mengajar. untuk
menetapkan kedudukan suatu program pembelajaran berdasarkan
ukuran/kriteria tertentu,sehingga suatu program dapat dipercaya,
diyakini dan dapat dilaksanakan terus, atau sebaliknya program itu
harus diperbaiki.
Langkah langkah dalam melakukan evalausi di level- 4 adalah:
a) Lakukan terlebih dahulu evaluasi di level-3. Berikan waktu
dalam melihat dampak muncul atau tercapai. Tidak ada
waktu yang spesifik dalam melakukan evaluasi hasil,
sehingga dalam menentukan waktu pelaksanaan evaluasi
harus mempertimbangkan berbagai faktor yang terlibat.
b) Dapat dilakukan dengan metode survey menggunakan
kuisioner ataupun wawancara terhadap peserta pelatihan
dan pimpinan perusahaan.
c) Lakukan pengukuran, baik sebelum dan sesudah program
pelatihan apabila memungkinkan.
d) Pertimbangan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang
didapat.
17. 14
e) Dapat menggunakan data sekunder, seperti data penjualan,
data produksi, dan data lainnya yang mendukung hasil
survey dalam menganalisi hasil.
Contoh Wawancara kepada atasan:
C. Hubungan Antar Level Evaluasi Model
Evaluasi Kirkpatrick menginterpretasikan bahwa keberhasilan
pelatihan yang diukur di suatu level akan menjadi dasar keberhasilan di
level selanjutnya. Jadi jika sejak level reaksi seorang partisipan sudah
mengalami ketidakpuasan, maka tidak mungkin ia bisa meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sehingga bisa diasumsikan bahwa
untuk mencapai Level 2 maka peserta harus lulus level 1, selanjutnya untuk
mencpai level 3 maka peserta harus lulus level 2 begitu pula untuk
mencapai level 4 maka peserta haruslah berhasil dilevel 3.
18. 15
BAB I
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kirkpatrick salah seorang ahli evaluasi program pelatihan dalam
bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM). Model evaluasi yang
dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal dengan istilah Kirkpatrick Four
Levels Evaluation Model. yaitu: level 1 reaction, level 2 learning , level 3
behavior, dan level 4 result evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan
pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena siswa
B. Saran
Dalam melaksanakan evaluasi pelatihan hendaknya dilakukan secara
sistematis sistem kontrolnya lebih terarah khususnya level 3 dan level 4
19. DAFTAR PUSTAKA
Aulia, R., Diklat, B., & Jakarta, K. (2020). Penerapan Model Evaluasi
Kirkpatrick. 1.
Badu, S. Q. (2013). Implementasi Evaluasi Model Kirkpatrick Pada Perkuliahan
Masalah Nilai Awal Dan Syarat Batas. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi
Pendidikan, 16, 102–129.
Damanik, R. (2019). Evaluasi Program Pembelajaran Matematika Dengan
Pendekatan Kirkpatrick. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 8(2).
Nurjanah, A. (2018). Pengukuran Keberhasilan Diklat. Tatar Pasundan Jurnal
Diklat Keagamaan, XII(April), 71–82
Putro, W. E. (2000). Evaluasi Program Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pendidikan, 1–
16.
Ramadhon, Syafril. Penerapan Model Empat Level Kirkpatrick dalam Evaluasi
Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur di Pusdiklat Migas, Forum
Diklat, 6 (21), hlm. 45-48
Ridho, A., Kusaeri, K., Nasaruddin, N., & Rohman, F. (2020). Evaluasi Program
Gerakan Furudhul Ainiyah (Gefa) dengan Menggunakan Model Kirkpatrick.
Fikrotuna, 11(01).
Ritonga, R., Saepudin, A., & Wahyudin, U. (2019). Penerapan Model Evaluasi
Kirkpatrick Empat Level Dalam Mengevaluasi Program Diklat Di Balai
Besar Pelatihan Pertanian (Bbpp) Lembang. Jurnal Pendidikan Nonformal,
14(1), 12.