SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 3
SUCIKAN HATI, BERANTAS KORUPSI

                            Oleh: Muhsin Hariyanto
       Bekerja dengan hati ialah: "mengoptimalkan segala sumber
       daya akal, yaitu kompetensi dan budi yang memegang peranan
       dalam perilaku". Bekerja dengan hati juga berarti: "memberikan
       dedikasi terbaik untuk mengukir sebuah karya dalam momentum
       sejarah". Bekerja dengan hati adalah: "menempatkan diri
       seadil-adilnya dalam posisi apa pun kita berperan dalam
       kehidupan". Itulah yang banyak dinyatakan oleh para trainer
       dan motivator kita, termasuk di dalamnya "pak Mario Teguh"..
         Manusia – masing-masing -- memiliki hati. Kadang-kadang bersih, dan
kadang-kadang kotor. Hati yang bersih disebut qalb salîm, selalu mendapat
petunjuk dari Allah dan dibimbing untuk berperilaku yang terpuji. Karena itu, ia
disebut qalb (hati) nûrânî (hati yang bercahaya). Sedangkan hati yang tidak kotor
disebut qalb ghairu salîm, dimurkai oleh Allah dan disebut dengan qalb (hati)
zhulmânî (hati yang gelap). Jadi, karena kita – masing-masing -- hanya
mempunyai satu hati, maka tidak mungkin separuhnya nûrânî dan separuhnya
lagi ) zhulmânî.
        Kata Rasulullah s.a.w. hati setiap manusia berpotensi untuk tetap bersih
dan juga (berpotensi) untuk menjadi kotor karena ulah manusia itu sendiri.
Sebagaimana sabdanya: "Sesungguhnya setiap orang yang beriman, di ketika
berbuat dosa, maka di dalam hatinya akan berbekas kotoran berupa bintik-bintik
hitam. Seandainya ia bertobat, tak mengulangi perbuatan dosanya dan memohon
ampun kepada Allah, maka hatinya akan kembali menjadi bersih. Namun, bila ia
mengulangi perbuatan dosanya, maka kembali kotorlah hatinya, hingga (bisa)
tertutup sama sekali oleh kotoran itu" (HR al-Baihaqi dari Abu Hurairah, dalam
kitab as-Sunan al-Kubrâ, juz 10, h. 755).
       Di antara perbuatan dosa yang kini telah dan tengah banyak dilakukan
orang dqn ditengarai sebagai sebagai "dosa besar", karena dampak negatifnya
yang luar biasa", adalah: "korupsi" dalam berbagai ragamnya.
       Ragam korupsi itu antara lain: penyuapan (bribery), baik menerima
maupun memberi, penipuan atau pencurian sumber daya (dana publik atau
sumber daya alam) yang dilakukan pihak-pihak tertentu (embezzlement),
mendistorsi atau manipulasi informasi atau fakta dengan tujuan mengambil
keuntungan pribadi (fraud), meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara
paksa (extortion), mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi pada
tindakan privatisasi sumber daya (favouritism), pengamanan kekuasaan dengan
menempatkan anggota keluarga dalam posisi-posisi kunci (nepotism).

        Korupsi ternyata sudah menggurita, jalin menjalin dan cenderung
dianggap biasa. Secara personal korupsi bersumber pada sikap tamak, rakus, dan
asosial serta terbatasnya kemampuan per individu yang diperoleh dari hasil
kerjanya untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam konteks kehidupan bersama,



                                       1
korupsi dimungkinkan karena hukum yang terlalu sempit mengartikulasikan
korupsi, tidakadanya transparansi, penegak hukum yang kurang berani, birokrasi
yang berbelit-belit sehingga memberi peluang pada orang untuk mencari jalan
pintas, dan memberi peluang pada birokrat untuk menjual jasa jalan pintas itu.
Korupsi mengakibatkan ketidakefisienan sarana dan prasarana, ketidakadilan
distribusi ekonomi sehingga terjadi kesenjangan, rusaknya tatanan kehidupan
sosial, serta sumber kehidupan menjadi terkuras. Secara pribadi korupsi
mengakibatkan merosotnya kualitas pribadi yang pada gilirannya membuat
merosotnya kualitas bangsa.
       Didin S. Damanhuri (2007) mencatat analisis yang dikemukakan dua
pemikir tentang korupsi.
       Pertama, pendapat dari Gunnar Myrdal, pemegang hadiah Nobel
ekonomi tahun 1968. Ia berpendapat dalam bukunya "Asian Drama" bahwa
korupsi di Asia Selatan dan Tenggara berasal dari penyakit neopatrimonialisme,
yakni warisan feodal kerajaan-kerajaan lama yang terbiasa dengan hubungan
patron-client. Dalam konteks tersebut, rakyat biasa atau bawahan berkewajiban
memberi upeti kepada pemegang kekuasaan atau atasan. Lebih lanjut, karena
dalam perspektif kerajaan-kerajaan lama, kekuasaan bersifat kongkrit dan harus
diwujudkan secara materi/kekayaan serta dukungan sejumlah cacah/penduduk
yang harus dipelihara kesetiaannya. Maka berkembanglah politik uang yang
sangat mencederai perkembangan sistem politik di alam reformasi sekarang ini.
        Kedua, Syed Hussein Alatas, pakar sosiologi korupsi melihat bahwa di
Asia, korupsi berkaitan dengan warisan dari kondisi historis-struktural yang telah
berjalan berabad-abad akibat represi yang dilakukan penjajah. Dengan demikian
secara terus menerus bangsa ini terbiasa melakukan penyimpangan dari norma
yang sebelum penjajahan secara utuh dihormati dan dipatuhi. Pada gilirannya
nanti mengaburkan garis pemisah antara yang boleh dan dilarang asal terjaga
loyalitas terhadap penguasa. Dengan pengulangan yang terus menerus akhirnya
menimbulkan gerak refleks ke dalam pola intelektual dan emosional yang pada
gilirannya terbentuk norma lain, yakni kebiasaan melanggar norma lama yang
sebenarnya dilarang dan negatif.
        Dengan demikian, menurut Alatas, kini dalam masyarakat, meski terdapat
pelbagai kebijakan antikorupsi, namun akhirnya korupsi tersebut diterima
sebagai praktik yang tak terhindarkan karena dirasa telah terlalu berakar dalam
untuk dapat diberantas. Dengan kondisi seperti yang diuraikan tersebut,
terjadilah sikap permisif yang menjadikan bangsa kita lebih berbudaya dan
berstruktur lembek dalam menghadapi korupsi yang oleh Gunnar Myrdal disebut
sebagai soft state terutama berlangsung di Asia Selatan dan Tenggara. Dalam
pandangan penulis sendiri, ketika melihat di lapangan, kiranya anatomi korupsi
di negeri ini lebih merupakan gabungan dari sebab-sebab neopatrimonialisme,
kondisi historis-struktural akibat penjajahan plus kondisi transisi dari masyarakat
lama yang tradisional dan agraris ke kompleksitas masyarakat baru yang lebih
industrial dengan ekonomi uang dan sofistifikasi dari struktur masyarakat
modern yang rasional dan sekuler.



                                         2
Sementara budaya dan perangkat hukum positif belum menjadi supremasi
kehidupan. Ajaran-ajaran agama yang disampaikan oleh para pemuka belumlah
bisa memunculkan world view dan teologi yang secara kuat meresap menjadi
pandangan hidup bangsa Indonesia yang sanggup mendekonstruksi perilaku
menyimpang dalam pelbagai bentuk korupsi. Saat yang sama seharusnya juga
mampu membentuk kesalehan sosial dalam hidup berbangsa dan bernegara
modern yang bersih dan patuh secara hukum bukan hanya yang tak tertulis
(kesalehan individual) tapi juga terhadap hukum positif yang berlaku secara
nasional.
        Dalam menciptakan situasi perang terhadap korupsi, dengan menyadari
kompleksitas seperti di uraikan di atas, dalam menyusun grand design penulis
mencatat beberapa hal yang kiranya amat penting. Yang utama, apapun kebijakan
antikorupsi yang diambil, haruslah disadari bahwa kebijakan dan langkah-
langkah tersebut hendaknya ditempatkan sebagai ''totok nadi'' yang strategis,
berkelanjutan, dan paling bertanggung jawab di antara semua langkah total
football, estafet dari semua pihak yang peduli terhadap pemberantasan korupsi,.
Para pemimpin kita seharusnya menjadi yang pertama dan utama dalam
berinisiatif sebagai dirigen dalam menciptakan ''koalisi-bersih''.
         Lebih dari itu, mengutip M. Quraish Shihab (2002), Manusia yang
memiliki qalb (hati) nurâni sangat rindu untuk selalu dekat dengan Allah.
Kerinduan itu pun disambut oleh Allah dengan firman-Nya, ''Hai jiwa yang
tenang, kembalilah kepada Tuhanmu denagn kepuasan dan ridha, maka
bergabunglah dengan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.'' (QS
al-Fajr, 89: 27-30). Kebalikan dari qalb (hati) nurâni adalah qalb (hati) zhulmâni
yang berarti gelap atau zalim. Gelap dari petunjuk dan menutup diri dari
kebenaran. Cenderung kepada disharmonisasi, merusak silaturahim, egois, suka
menciptakan teror dan provokasi.
       Orang yang berhati qalb (hati) zhulmâni biasanya berjiwa SMOS (Suka
Melihat Orang Susah, atau Susah Melihat Orang Senang). Jika suatu kebenaran
merugikan dirinya, ia tutup-tutupi. Mempermainkan kata-kata adalah wujud dari
kegelapan atau kezaliman hati. Gambaran bagi yang mempunyai qalb (hati)
zhulmâni adalah lebih sesat daripada binatang. (QS al-A'râf, 7: 179).
Na'udzubillâh min dzâlik.
       Saatnya (kini) kita "harus" berani berkata – dari kebersihan hati kita --
"tidak" untuk korupsi, dengan satu komitmen untuk tidak melakukan korupsi
dalam bentuk apa pun.
Penulis adalah: Dosen Tetap FAI-UMY dan Dosen Luar Biasa STIKES 'Aisyiyah
Yogyakarta.




                                        3

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Islamia-idealisme politik islam
Islamia-idealisme politik islamIslamia-idealisme politik islam
Islamia-idealisme politik islamEdi Awaludin
 
Tafsir Al azhar 114 an nas
Tafsir Al azhar 114 an nasTafsir Al azhar 114 an nas
Tafsir Al azhar 114 an nasMuhammad Idris
 
Teori Konsumsi
Teori KonsumsiTeori Konsumsi
Teori KonsumsiRia Widia
 
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islamPengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islamAbdul Ghani
 
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islamLmcp1552 pembangunan mapan dalam islam
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islamnurul nadhirah
 
Pendahuluan akhlak arsyad
Pendahuluan akhlak arsyadPendahuluan akhlak arsyad
Pendahuluan akhlak arsyadArsyad Qolbun
 
Syura dan konsep kenegaraan islam
Syura dan konsep kenegaraan islamSyura dan konsep kenegaraan islam
Syura dan konsep kenegaraan islamNooreen Jazlina
 
uMagazine by umma vol 7 (Pemuda Menjawab Tantangan Zaman)
uMagazine by umma vol 7 (Pemuda Menjawab Tantangan Zaman)uMagazine by umma vol 7 (Pemuda Menjawab Tantangan Zaman)
uMagazine by umma vol 7 (Pemuda Menjawab Tantangan Zaman)umma Indonesia
 
BAHAYA PERILAKU TINDAK KEKERASAN
BAHAYA PERILAKU TINDAK KEKERASANBAHAYA PERILAKU TINDAK KEKERASAN
BAHAYA PERILAKU TINDAK KEKERASANAli Must Can
 
Istimewanya sistem perundangan islam
Istimewanya sistem perundangan islamIstimewanya sistem perundangan islam
Istimewanya sistem perundangan islamKhosenulhan Ab Rahman
 
Benarkan setan terbelenggu
Benarkan setan terbelengguBenarkan setan terbelenggu
Benarkan setan terbelengguMuhsin Hariyanto
 
ASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAH
ASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAHASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAH
ASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAHrahman rahman
 

Mais procurados (18)

Islamia-idealisme politik islam
Islamia-idealisme politik islamIslamia-idealisme politik islam
Islamia-idealisme politik islam
 
Tafsir Al azhar 114 an nas
Tafsir Al azhar 114 an nasTafsir Al azhar 114 an nas
Tafsir Al azhar 114 an nas
 
Teori Konsumsi
Teori KonsumsiTeori Konsumsi
Teori Konsumsi
 
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islamPengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
 
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islamLmcp1552 pembangunan mapan dalam islam
Lmcp1552 pembangunan mapan dalam islam
 
Pendahuluan akhlak arsyad
Pendahuluan akhlak arsyadPendahuluan akhlak arsyad
Pendahuluan akhlak arsyad
 
Rukun al fahmu pt 2
Rukun al fahmu pt 2Rukun al fahmu pt 2
Rukun al fahmu pt 2
 
Syura dan konsep kenegaraan islam
Syura dan konsep kenegaraan islamSyura dan konsep kenegaraan islam
Syura dan konsep kenegaraan islam
 
uMagazine by umma vol 7 (Pemuda Menjawab Tantangan Zaman)
uMagazine by umma vol 7 (Pemuda Menjawab Tantangan Zaman)uMagazine by umma vol 7 (Pemuda Menjawab Tantangan Zaman)
uMagazine by umma vol 7 (Pemuda Menjawab Tantangan Zaman)
 
BAHAYA PERILAKU TINDAK KEKERASAN
BAHAYA PERILAKU TINDAK KEKERASANBAHAYA PERILAKU TINDAK KEKERASAN
BAHAYA PERILAKU TINDAK KEKERASAN
 
Akhlaqul karimah
Akhlaqul karimahAkhlaqul karimah
Akhlaqul karimah
 
Pemimpin nonmuslim haram
Pemimpin nonmuslim haramPemimpin nonmuslim haram
Pemimpin nonmuslim haram
 
Istimewanya sistem perundangan islam
Istimewanya sistem perundangan islamIstimewanya sistem perundangan islam
Istimewanya sistem perundangan islam
 
Dosa Besar Merampok
Dosa Besar MerampokDosa Besar Merampok
Dosa Besar Merampok
 
Benarkan setan terbelenggu
Benarkan setan terbelengguBenarkan setan terbelenggu
Benarkan setan terbelenggu
 
Rukun al fahmu pt 1
Rukun al fahmu pt 1Rukun al fahmu pt 1
Rukun al fahmu pt 1
 
ASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAH
ASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAHASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAH
ASWAJA_MABADI KHAIRA UMMAH
 
Tugasan 3 pmdi
Tugasan 3 pmdiTugasan 3 pmdi
Tugasan 3 pmdi
 

Destaque

Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)Muhsin Hariyanto
 
Sekalai lagi menyikapi fenomena ruwaibidhah
Sekalai lagi menyikapi fenomena ruwaibidhahSekalai lagi menyikapi fenomena ruwaibidhah
Sekalai lagi menyikapi fenomena ruwaibidhahMuhsin Hariyanto
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMuhsin Hariyanto
 
Menyikapi fenomena gerhana 01
Menyikapi fenomena gerhana 01Menyikapi fenomena gerhana 01
Menyikapi fenomena gerhana 01Muhsin Hariyanto
 
Meneladani dengan spirit fastabiqul khairat
Meneladani dengan spirit fastabiqul khairatMeneladani dengan spirit fastabiqul khairat
Meneladani dengan spirit fastabiqul khairatMuhsin Hariyanto
 
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)Muhsin Hariyanto
 
Doa agar cepat hamil lengkap
Doa agar cepat hamil lengkapDoa agar cepat hamil lengkap
Doa agar cepat hamil lengkapMuhsin Hariyanto
 
Kontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadKontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadMuhsin Hariyanto
 
Animation de communautés
Animation de communautésAnimation de communautés
Animation de communautésDujol Lionel
 
Quelle identité numérique professionnelle au sein de l’institution
Quelle identité numérique professionnelle au sein de  l’institution Quelle identité numérique professionnelle au sein de  l’institution
Quelle identité numérique professionnelle au sein de l’institution Dujol Lionel
 
Livre numérique en bibliothèque publique : s'engager ou se marginaliser
Livre numérique en bibliothèque publique : s'engager ou se marginaliserLivre numérique en bibliothèque publique : s'engager ou se marginaliser
Livre numérique en bibliothèque publique : s'engager ou se marginaliserDujol Lionel
 

Destaque (19)

Rihlah syar'iyyah
Rihlah syar'iyyahRihlah syar'iyyah
Rihlah syar'iyyah
 
Berbisnis bersama allah
Berbisnis bersama allahBerbisnis bersama allah
Berbisnis bersama allah
 
Berhala kekuasaan
Berhala kekuasaanBerhala kekuasaan
Berhala kekuasaan
 
Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)Jangan memandang rendah (revisi)
Jangan memandang rendah (revisi)
 
Man jadda wajada
Man jadda wajadaMan jadda wajada
Man jadda wajada
 
Sekalai lagi menyikapi fenomena ruwaibidhah
Sekalai lagi menyikapi fenomena ruwaibidhahSekalai lagi menyikapi fenomena ruwaibidhah
Sekalai lagi menyikapi fenomena ruwaibidhah
 
Saatnya menjadi pemenang
Saatnya menjadi pemenangSaatnya menjadi pemenang
Saatnya menjadi pemenang
 
Salam dan senyum
Salam dan senyumSalam dan senyum
Salam dan senyum
 
Matematika sedekah
Matematika sedekahMatematika sedekah
Matematika sedekah
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
 
Menyikapi fenomena gerhana 01
Menyikapi fenomena gerhana 01Menyikapi fenomena gerhana 01
Menyikapi fenomena gerhana 01
 
Meneladani dengan spirit fastabiqul khairat
Meneladani dengan spirit fastabiqul khairatMeneladani dengan spirit fastabiqul khairat
Meneladani dengan spirit fastabiqul khairat
 
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)
Fatwa 17 2007_shalat_iftitah (fatwa ppm majelis tarjih dan tajdid)
 
Doa agar cepat hamil lengkap
Doa agar cepat hamil lengkapDoa agar cepat hamil lengkap
Doa agar cepat hamil lengkap
 
Kontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadKontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihad
 
Bahan ajar ushul fiqh
Bahan ajar ushul fiqhBahan ajar ushul fiqh
Bahan ajar ushul fiqh
 
Animation de communautés
Animation de communautésAnimation de communautés
Animation de communautés
 
Quelle identité numérique professionnelle au sein de l’institution
Quelle identité numérique professionnelle au sein de  l’institution Quelle identité numérique professionnelle au sein de  l’institution
Quelle identité numérique professionnelle au sein de l’institution
 
Livre numérique en bibliothèque publique : s'engager ou se marginaliser
Livre numérique en bibliothèque publique : s'engager ou se marginaliserLivre numérique en bibliothèque publique : s'engager ou se marginaliser
Livre numérique en bibliothèque publique : s'engager ou se marginaliser
 

Semelhante a Sucikan hati, berantas korupsi

Konsep asas tamadun islam
Konsep asas tamadun islamKonsep asas tamadun islam
Konsep asas tamadun islamIzzat Najmi
 
makalah akhlak tasawuf
makalah akhlak tasawufmakalah akhlak tasawuf
makalah akhlak tasawufNIsa' Chanysaa
 
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islamyuniarkowahyu
 
Budayawan dan politisi pancasilais
Budayawan dan politisi pancasilaisBudayawan dan politisi pancasilais
Budayawan dan politisi pancasilaisSoniaHariAgatha1
 
Kepemimpinan, politik dalam perpekstif islam
Kepemimpinan, politik dalam perpekstif islamKepemimpinan, politik dalam perpekstif islam
Kepemimpinan, politik dalam perpekstif islamPEMPROP JABAR
 
sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agamabycycle
 
Kebudayaan islam
Kebudayaan islam Kebudayaan islam
Kebudayaan islam Raima Amari
 
Hubungan agama dan manusia
Hubungan agama dan manusiaHubungan agama dan manusia
Hubungan agama dan manusiaafkarunia
 

Semelhante a Sucikan hati, berantas korupsi (20)

Konsep asas tamadun islam
Konsep asas tamadun islamKonsep asas tamadun islam
Konsep asas tamadun islam
 
makalah akhlak tasawuf
makalah akhlak tasawufmakalah akhlak tasawuf
makalah akhlak tasawuf
 
Topik 6 ( tugas 4 )
Topik 6 ( tugas 4 )Topik 6 ( tugas 4 )
Topik 6 ( tugas 4 )
 
Induk akhlak islami
Induk akhlak islamiInduk akhlak islami
Induk akhlak islami
 
Tugas topik 6
Tugas topik 6Tugas topik 6
Tugas topik 6
 
Tugas topik 6[1]
Tugas topik 6[1]Tugas topik 6[1]
Tugas topik 6[1]
 
Tugas topik 6
Tugas topik 6Tugas topik 6
Tugas topik 6
 
Tugas topik 6
Tugas topik 6Tugas topik 6
Tugas topik 6
 
Tata susila 4 ppt kb 4 ok
Tata susila 4 ppt kb 4 okTata susila 4 ppt kb 4 ok
Tata susila 4 ppt kb 4 ok
 
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam
 
Budayawan dan politisi pancasilais
Budayawan dan politisi pancasilaisBudayawan dan politisi pancasilais
Budayawan dan politisi pancasilais
 
Kepemimpinan, politik dalam perpekstif islam
Kepemimpinan, politik dalam perpekstif islamKepemimpinan, politik dalam perpekstif islam
Kepemimpinan, politik dalam perpekstif islam
 
sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agama
 
4-Masyarakat-.pptx
4-Masyarakat-.pptx4-Masyarakat-.pptx
4-Masyarakat-.pptx
 
4-Madani(1).pptx
4-Madani(1).pptx4-Madani(1).pptx
4-Madani(1).pptx
 
4-Masyarakat-Madani(1).pptx
4-Masyarakat-Madani(1).pptx4-Masyarakat-Madani(1).pptx
4-Masyarakat-Madani(1).pptx
 
Islam dan Syariah Islam
Islam dan Syariah IslamIslam dan Syariah Islam
Islam dan Syariah Islam
 
Kebudayaan islam
Kebudayaan islam Kebudayaan islam
Kebudayaan islam
 
Hubungan agama dan manusia
Hubungan agama dan manusiaHubungan agama dan manusia
Hubungan agama dan manusia
 
Kepelbagaian budaya
Kepelbagaian budayaKepelbagaian budaya
Kepelbagaian budaya
 

Mais de Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

Mais de Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Sucikan hati, berantas korupsi

  • 1. SUCIKAN HATI, BERANTAS KORUPSI Oleh: Muhsin Hariyanto Bekerja dengan hati ialah: "mengoptimalkan segala sumber daya akal, yaitu kompetensi dan budi yang memegang peranan dalam perilaku". Bekerja dengan hati juga berarti: "memberikan dedikasi terbaik untuk mengukir sebuah karya dalam momentum sejarah". Bekerja dengan hati adalah: "menempatkan diri seadil-adilnya dalam posisi apa pun kita berperan dalam kehidupan". Itulah yang banyak dinyatakan oleh para trainer dan motivator kita, termasuk di dalamnya "pak Mario Teguh".. Manusia – masing-masing -- memiliki hati. Kadang-kadang bersih, dan kadang-kadang kotor. Hati yang bersih disebut qalb salîm, selalu mendapat petunjuk dari Allah dan dibimbing untuk berperilaku yang terpuji. Karena itu, ia disebut qalb (hati) nûrânî (hati yang bercahaya). Sedangkan hati yang tidak kotor disebut qalb ghairu salîm, dimurkai oleh Allah dan disebut dengan qalb (hati) zhulmânî (hati yang gelap). Jadi, karena kita – masing-masing -- hanya mempunyai satu hati, maka tidak mungkin separuhnya nûrânî dan separuhnya lagi ) zhulmânî. Kata Rasulullah s.a.w. hati setiap manusia berpotensi untuk tetap bersih dan juga (berpotensi) untuk menjadi kotor karena ulah manusia itu sendiri. Sebagaimana sabdanya: "Sesungguhnya setiap orang yang beriman, di ketika berbuat dosa, maka di dalam hatinya akan berbekas kotoran berupa bintik-bintik hitam. Seandainya ia bertobat, tak mengulangi perbuatan dosanya dan memohon ampun kepada Allah, maka hatinya akan kembali menjadi bersih. Namun, bila ia mengulangi perbuatan dosanya, maka kembali kotorlah hatinya, hingga (bisa) tertutup sama sekali oleh kotoran itu" (HR al-Baihaqi dari Abu Hurairah, dalam kitab as-Sunan al-Kubrâ, juz 10, h. 755). Di antara perbuatan dosa yang kini telah dan tengah banyak dilakukan orang dqn ditengarai sebagai sebagai "dosa besar", karena dampak negatifnya yang luar biasa", adalah: "korupsi" dalam berbagai ragamnya. Ragam korupsi itu antara lain: penyuapan (bribery), baik menerima maupun memberi, penipuan atau pencurian sumber daya (dana publik atau sumber daya alam) yang dilakukan pihak-pihak tertentu (embezzlement), mendistorsi atau manipulasi informasi atau fakta dengan tujuan mengambil keuntungan pribadi (fraud), meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa (extortion), mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi pada tindakan privatisasi sumber daya (favouritism), pengamanan kekuasaan dengan menempatkan anggota keluarga dalam posisi-posisi kunci (nepotism). Korupsi ternyata sudah menggurita, jalin menjalin dan cenderung dianggap biasa. Secara personal korupsi bersumber pada sikap tamak, rakus, dan asosial serta terbatasnya kemampuan per individu yang diperoleh dari hasil kerjanya untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam konteks kehidupan bersama, 1
  • 2. korupsi dimungkinkan karena hukum yang terlalu sempit mengartikulasikan korupsi, tidakadanya transparansi, penegak hukum yang kurang berani, birokrasi yang berbelit-belit sehingga memberi peluang pada orang untuk mencari jalan pintas, dan memberi peluang pada birokrat untuk menjual jasa jalan pintas itu. Korupsi mengakibatkan ketidakefisienan sarana dan prasarana, ketidakadilan distribusi ekonomi sehingga terjadi kesenjangan, rusaknya tatanan kehidupan sosial, serta sumber kehidupan menjadi terkuras. Secara pribadi korupsi mengakibatkan merosotnya kualitas pribadi yang pada gilirannya membuat merosotnya kualitas bangsa. Didin S. Damanhuri (2007) mencatat analisis yang dikemukakan dua pemikir tentang korupsi. Pertama, pendapat dari Gunnar Myrdal, pemegang hadiah Nobel ekonomi tahun 1968. Ia berpendapat dalam bukunya "Asian Drama" bahwa korupsi di Asia Selatan dan Tenggara berasal dari penyakit neopatrimonialisme, yakni warisan feodal kerajaan-kerajaan lama yang terbiasa dengan hubungan patron-client. Dalam konteks tersebut, rakyat biasa atau bawahan berkewajiban memberi upeti kepada pemegang kekuasaan atau atasan. Lebih lanjut, karena dalam perspektif kerajaan-kerajaan lama, kekuasaan bersifat kongkrit dan harus diwujudkan secara materi/kekayaan serta dukungan sejumlah cacah/penduduk yang harus dipelihara kesetiaannya. Maka berkembanglah politik uang yang sangat mencederai perkembangan sistem politik di alam reformasi sekarang ini. Kedua, Syed Hussein Alatas, pakar sosiologi korupsi melihat bahwa di Asia, korupsi berkaitan dengan warisan dari kondisi historis-struktural yang telah berjalan berabad-abad akibat represi yang dilakukan penjajah. Dengan demikian secara terus menerus bangsa ini terbiasa melakukan penyimpangan dari norma yang sebelum penjajahan secara utuh dihormati dan dipatuhi. Pada gilirannya nanti mengaburkan garis pemisah antara yang boleh dan dilarang asal terjaga loyalitas terhadap penguasa. Dengan pengulangan yang terus menerus akhirnya menimbulkan gerak refleks ke dalam pola intelektual dan emosional yang pada gilirannya terbentuk norma lain, yakni kebiasaan melanggar norma lama yang sebenarnya dilarang dan negatif. Dengan demikian, menurut Alatas, kini dalam masyarakat, meski terdapat pelbagai kebijakan antikorupsi, namun akhirnya korupsi tersebut diterima sebagai praktik yang tak terhindarkan karena dirasa telah terlalu berakar dalam untuk dapat diberantas. Dengan kondisi seperti yang diuraikan tersebut, terjadilah sikap permisif yang menjadikan bangsa kita lebih berbudaya dan berstruktur lembek dalam menghadapi korupsi yang oleh Gunnar Myrdal disebut sebagai soft state terutama berlangsung di Asia Selatan dan Tenggara. Dalam pandangan penulis sendiri, ketika melihat di lapangan, kiranya anatomi korupsi di negeri ini lebih merupakan gabungan dari sebab-sebab neopatrimonialisme, kondisi historis-struktural akibat penjajahan plus kondisi transisi dari masyarakat lama yang tradisional dan agraris ke kompleksitas masyarakat baru yang lebih industrial dengan ekonomi uang dan sofistifikasi dari struktur masyarakat modern yang rasional dan sekuler. 2
  • 3. Sementara budaya dan perangkat hukum positif belum menjadi supremasi kehidupan. Ajaran-ajaran agama yang disampaikan oleh para pemuka belumlah bisa memunculkan world view dan teologi yang secara kuat meresap menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia yang sanggup mendekonstruksi perilaku menyimpang dalam pelbagai bentuk korupsi. Saat yang sama seharusnya juga mampu membentuk kesalehan sosial dalam hidup berbangsa dan bernegara modern yang bersih dan patuh secara hukum bukan hanya yang tak tertulis (kesalehan individual) tapi juga terhadap hukum positif yang berlaku secara nasional. Dalam menciptakan situasi perang terhadap korupsi, dengan menyadari kompleksitas seperti di uraikan di atas, dalam menyusun grand design penulis mencatat beberapa hal yang kiranya amat penting. Yang utama, apapun kebijakan antikorupsi yang diambil, haruslah disadari bahwa kebijakan dan langkah- langkah tersebut hendaknya ditempatkan sebagai ''totok nadi'' yang strategis, berkelanjutan, dan paling bertanggung jawab di antara semua langkah total football, estafet dari semua pihak yang peduli terhadap pemberantasan korupsi,. Para pemimpin kita seharusnya menjadi yang pertama dan utama dalam berinisiatif sebagai dirigen dalam menciptakan ''koalisi-bersih''. Lebih dari itu, mengutip M. Quraish Shihab (2002), Manusia yang memiliki qalb (hati) nurâni sangat rindu untuk selalu dekat dengan Allah. Kerinduan itu pun disambut oleh Allah dengan firman-Nya, ''Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu denagn kepuasan dan ridha, maka bergabunglah dengan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.'' (QS al-Fajr, 89: 27-30). Kebalikan dari qalb (hati) nurâni adalah qalb (hati) zhulmâni yang berarti gelap atau zalim. Gelap dari petunjuk dan menutup diri dari kebenaran. Cenderung kepada disharmonisasi, merusak silaturahim, egois, suka menciptakan teror dan provokasi. Orang yang berhati qalb (hati) zhulmâni biasanya berjiwa SMOS (Suka Melihat Orang Susah, atau Susah Melihat Orang Senang). Jika suatu kebenaran merugikan dirinya, ia tutup-tutupi. Mempermainkan kata-kata adalah wujud dari kegelapan atau kezaliman hati. Gambaran bagi yang mempunyai qalb (hati) zhulmâni adalah lebih sesat daripada binatang. (QS al-A'râf, 7: 179). Na'udzubillâh min dzâlik. Saatnya (kini) kita "harus" berani berkata – dari kebersihan hati kita -- "tidak" untuk korupsi, dengan satu komitmen untuk tidak melakukan korupsi dalam bentuk apa pun. Penulis adalah: Dosen Tetap FAI-UMY dan Dosen Luar Biasa STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta. 3