Kimia - Redoks - Bagian 5 - Sel Volta Bagian 2
Semoga bisa membantu. Thanks to my friends for creating this great presentation :). Enjoy!!
Other link --> http://www.mediafire.com/download/j57aow72gn2d7vi/5._Kel_9_-_Sel_Volta_II.pptx
2. • Candra Brilianto (10)
• Kamila Dwi F. (26)
• Raisya Nada S. (32)
• Wildan Maulana A. (40)
3. Potensial sel yang dihasilkan oleh suatu elektroda dengan
elektroda Hidrogen yang diukur pada 25oC dengan
konsentrasi ion-ion 1 M dan tekanan gas 1 atm disebut
Potensial Elektroda Standar (E0).
4. Potensial sel yang dihasilkan oleh suatu elektroda dengan
elektroda Hidrogen disebut Potensial Elektroda
5. Pengukuran potensial sel dapat
digunakan untuk membandingkan
kecenderungan logam-logam
atau spesi lain untuk mengalami
oksidasi atau reduksi.
Untuk membandingkan oksidasi
atau reduksi dari suatu elektroda
telah ditetapkan suatu elektroda
pembanding yaitu Elektroda
Hidrogen
Elektroda Hidrogen terdiri atas
gas Hidrogen yang dialirkan
kedalam larutan asam (H+)
melalui logam inert yaitu Platina
(Pt)
6. Potensial sel adalah besar selisih dari beda potensial
suatu rangkaian sel volta.
Potensial Sel dapaat ditentukan melalui percobaan dan
diukur dengan menggunakan voltmeter.
E0
sel = E0
katoda –
E0
anoda
Katode adalah elektrode yang mempunyai harga E0 lebih
besar (lebih positif), sedangkan Anode mempunyai harga
E0 lebih kecil (lebih negatif)
7. Pada rangkaian itu elektron
mengalir dari elektroda Zn ke
elektroda Cu dan tidak
sebaliknya, hal ini
menunjukkan Zn lebih mudah
teroksidasi dibandingkan
dengan Cu, dan sebaliknya
ion Cu2+ lebih mudah
tereduksi daripada ion Zn2+
8. Perbedaan kecenderungan teroksidasi menghasilkan
perbedaan rapatan muatan antara elektroda Zn dan
elektroda Cu. Perbedaan rapatan muatan itu menyebabkan
beda potensial listrik antara Zn dan Cu yang mendorong
elektron mengalir. Selisih potensial itu disebut potensial sel
(Esel).
9.
10. a) E0
sel = E0
katode – E0
anode
E0
sel = – ( )
E0
sel =
11. Diketahui : Mg | Mg2+ || Cu2+ | Cu E0 = +2,71 V
Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu E0 = +1,10 V
Tentukanlah potensial standar sel Mg | Mg2+ || Zn2+ | Zn
12. Reaksi sel dari sel volta sebelumnya :
Zn(s)+Cu2+ (1 M) Zn2+ (1 M)+Cu(s) E0 = 1,1 V
Konsentrasi dan tekanan (untuk gas) mempengaruhi nilai
potensial sel. Jika sel sama seperti gambar sebelumnya
tetapi, konsenstrasi Zn2+ 1 M dan konsentrasi Cu2+ 2 M
mempunyai potensial sel (Esel) 1,139 volt. Potensial sel
yang tidak dalam kondisi standar dinyatakan dengan
lambang E.
Zn(s)+Cu2+ (1 M) Zn2+ (1 M)+Cu(s) E = 1,139 V
13. Hubungan konsentrasi dengan poensial dikemukakan
oleh Walther Nernst pada tahun 1889 dan dinyatakan
dalam persamaan berikut :
n = jumlah elektron yang terlibat dalam
stoikiometri reaksi
Qc = kousien reaksi (nisbah konstentrasi produk
dengan konsentrasi pereaksi)
14. Tentukanlah potensial sel volta berikut!
Al(s) | Al3+ (0,36 M)|| Sn4+ (0,086 M), Sn2+ (0,54 M) | Pt
Jika diketahui :
Eo Al(s) | Al3+ = -1,66 V dan Sn4+ (0,086 M) | Sn2+ = +0,154
V
15. Al(s) + Sn4+ (0,086 M) Al3+ (0,36 M) + Sn2+ (0,54 M)
Al(s) Al3+(aq) + 3e
Jawab :
Reaksi sel yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut :
Jumlah elektron yang terlibat dalam stoikiometri dapat
ditentukan
dari masing-masing setengah reaksi, misalnya oksidasi :
Jadi, nilai n =
3
17. Potensial reaksi redoks sama dengan potensial sel yang
dihasilkannya. Potensial reaksi redoks dapat diperoleh dari
penjumlahan potensial setengah reaksi reduksi dan
setengah reaksi oksidasinya.
18. Zn(s) + Cu+(aq) Zn 2+(aq) + Cu(s)
oks
2e
red 1e
Reduksi : Cu2+ (aq) + 2e Cu(s) Eo = +0,34
V
Oksidasi : Zn(s) Zn2+ (aq) + 2e Eo = +0,76
V
Redoks : Zn(s)+ Cu2+(aq)Zn2+(aq) +Cu(s) Eo = +1,10
V
19. • Sel konsentrasi adalah sel volta yang kedua
elektrodenya sama, tetapi konsentrasinya berbeda
20. Reaksi elektrode dan reaksi sel tersebut berlangsung
sebagai berikut :
Anode : H2(1 atm) 2H+ (0,1 M)
Katode : 2H+ (1 M) H2 (1 atm)
Reaksi Sel : 2H+ (1M) 2H+ (0,1M)
Esel = E0
sel - log Qc
= 0 - log
= 0,0529 V
0,0592
n
0,0592
2
(0,1)2
12
21. • Dalam deret volta semakin kecil potensial standar
elektroda maka,
• Sebaliknya, semakin besar potensial standar elektroda,
maka
• Logam semakin reaktif ( semakin mudah melepas
elektron)
• Logam merupakan reduktor yang semakin kuat
• Logam semakin kurang reaktif (semakin sukar
melepas elektron)
• Kationnya merupakan oksidator yang semakin kuat
Susunan unsur unsur logam berdasarkan potensial
elektroda standarnya disebut Deret Volta
22. • Periksalah apakah reaksi berikut dapat berlangsung
pada kondisi standar
Fe(s) + Cu2+(aq) Fe2+(aq) + Cu(s)
Ni(s) + Zn2+(aq) Ni2+(aq) + Zn(s)
Diketahui beberapa reaksi berikut
A(s) + C2+(aq) A2+(aq) + C(s) E0 = +1,61 V
D(s) + B2+(aq) D2+(aq) + B(s) E0 = -0,78 V
C(s) + B2+(aq) C2+(aq) + B(s) E0 = +0,32 V
Susunlah unsur A, B, C, dan D berdasarkan daya
pereduksinya, dimulai dari pereduksi yang paling kuat!
23. Fe(s) + Cu2+(aq) Fe2+(aq) + Cu(s)
Fe berkedudukan lebih kiri daripada Cu, reaksi dapat
berlangsung.
Ni(s) + Zn2+(aq) Ni2+(aq) + Zn(s)
Ni berkedudukan lebih kanan daripada Zn, reaksi tidak
dapat berlangsung.
Dalam deret volta, logam yang lebih kiri (potensial standar
elektroda lebih kecil) dapat mendesak logam yang terletak
di sebelah kanannya (potensial standar elektroda lebih
besar).
24. • (1) Berdasarkan reaksi (1), unsur A dapat mendesak
unsur C, berarti unsur A berkedudukan lebih kiri dari
unsur C dengan jarak 1,61 Volt. Jika kita misalkan
potensial elektroda unsurA = 0, maka potensial unsur C
adalah +1,61 V.
• (2) reaksi (3) Potensial elektroda unsur B : 1,61 + 0,32 =
+1,93 Volt
• (3) reaksi (2), Potensial elektroda unsur D : 1,93 + 0,78 =
+2,71 Volt
1,61 V 1,93 V 2,71 V0 V
A C B D
Unsur unsur berdasarkan daya pereduksinya, dimulai dari
yang paling kuat adalah : A-C-B-D