Artikel ilmiah ini berisi tentang Analisis SWOT pada Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matriks TOWS dan Matriks SPACE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang untuk mencapai visi dan misi UIII sangat besar karena hasil Matriks SPACE berada di kuadran Agresif.
1. ANALISIS SWOT DAN PEMETAAN STRATEGI, IMPLEMENTASI
STRATEGI DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN KOMPETITIF
(Studi Kasus pada Pendirian Universitas Islam Internasional
Indonesia/ UIII )
ARTIKEL ILMIAH
DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. H. Hapzi Ali, CMA.
Dr. Hj. Armida, M.Pd.
OLEH:
MONA NOVITA
NIM: DMP. 17. 189
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
Juli, 2018
2. KATA PENGANTAR
Artikel Ilmiah ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas UTS mata
kuliah Manajemen Strategik dalam Kependidikan pada Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Penulisan artikel Ilmiah ini dilandasi beberapa kajian literatur yang
berhubungan dengan Analisis SWOT dan alat analisisnya yaitu Matriks
TOWS dan Matriks Space, yang dalam hal ini digunakan untuk memetakan
strategi pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu demi kelancaran dalam penyelesaian artikel Ilmiah ini,
terutama kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Hapzi Ali, CMA. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Manajemen Strategi dalam Kependidikan.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Manajemen Strategi dalam Kependidikan.
3. Teman-teman Mora angkatan 2017 Pascasarjana UIN STS Jambi.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyempurnakan
artikel ilmiah ini, namun tiada gading yang tak retak, pasti masih terdapat
kekurangan, saran dan tanggapan guna penyempurnaan artikel ilmiah ini
akan penulis terima, semoga artikel ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca
sekalian. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih.
Jambi, 26 Juli 2018
Penulis
Mona Novita
3. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................5
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Teori Pendirian Perguruan Tinggi ...........................................7
B. Deskripsi Universitas Islam Internasional
Indonesia (UIII) .......................................................................11
C. Analisis SWOT ........................................................................14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian......................... .......................................... 18
B. Kerangka Konseptual .............................................................19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................... 20
B. Pembahasan ...................................................................... 28
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ......................................................................... 35
B. Saran .................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belakangan ini muncul isu-isu politis terkait radikalisme Islam yang
merupakan tantangan baru bagi umat Islam untuk menjawabnya. Isu
radikalisme Islam sejatinya telah lama beredar di permukaan publik
internasional, apalagi di Indonesia. Radikalisme adalah salah satu faktor
yang dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Banyak label-label yang diberikan oleh kalangan Barat dalam
menyebut gerakan Islam radikal, mulai dari sebutan kelompok garis keras,
ekstrimis, militan, fundamentalisme sampai terorisme. Bahkan pola yang
dipakai oleh gerakan radikalisme saat ini sangat halus, yaitu dengan cara
merangkul dan mengajak (persuasif) para generasi muda suatu bangsa
termasuk Indonesia. Berbeda dengan dahulu yang masih menggunakan
pola kekerasan, sebagaimana yang dinyatakan oleh Mohammad Nasir
(Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi) pada acara deklarasi
kebangsaan melawan radikalisme di Universitas Kristen Indonesia1. Nasir
juga menyatakan bahwa Indonesia harus tetap menegakkan empat pilar
kebangsaan yaitu menjunjung tinggi nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika.
Cara terbaik dalam menjalankan pola halus menyusuti paham
radikalisme di Indonesia adalah dengan mendirikan sebuah Perguruan
Tinggi Islam. Hal itu karena salah satu obyek pencucian otak adalah
kalangan mahasiswa. Dan tugas pemerintah adalah memastikan bahwa
perguruan tinggi bisa aman dan jauh dari paham radikalisme yang ada di
dalam kampus. Salah satu upaya untuk membentengi berkembangnya
1 http://belmawa.ristekdikti.go.id/2017/09/19/menristekdikti-perlu-konsep-akademik-
yang-sistematis-untuk-menangkal-radikalisme/).
5. paham radikalisme di tengah-tengah masyarakat (generasi muda), negara
dan dunia adalah melalui pendirian Perguruan Tinggi Kependidikan Islam
(PTKI). Indonesia sudah memiliki 58 Perguruan Tinggi Islam Negeri yang
terdiri dari: 17 Universitas Islam Negeri, 34 Institut Agama Islam Negeri dan
7 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri2. Idealnya, dengan sudah
menjamurnya Perguruan Tinggi Islam Negeri dan Swasta yang ada di
Indonesia, maka paham dan tindakan radikalisme tidak menjadi masalah
besar lagi dalam negeri kita ini. Namun, faktanya belum sesuai dengan
harapan.
Beberapa faktor penyebabnya adalah: (1) kualifikasi PTKI yang sudah
ada di Indonesia belum sampai ke taraf internasional, sehingga fungsi
pengembangan peradaban Islam, terutama yang memberikan perhatian
yang besar terhadap Indonesia, belum maksimal. Meskipun PTKI di
Indonesia telah menjalankan perannya dengan cukup baik, seperti: (a)
memfasilitasi kelompok Muslim pinggiran yang kurang tersentuh pendidikan
modern untuk ikut berkontribusi dalam kehidupan nasional, (b) memberikan
kesempatan bagi para akademisinya untuk mengembangkan corak
keislaman yang sesuai dengan budaya Indonesia. (2) tuntutan zaman
sekarang yang mengharuskan bangsa ini untuk memiliki PTKI yang lebih
mumpuni dan proaktif mengenalkan Islam Indonesia ke mata dunia. (3)
Sumber daya dan fasilitasnya masih belum memungkinkan menjadi
lembaga pendidikan tinggi internasional3. Ketiga faktor di atas
mengakibatkan ide-ide tentang Islam Indonesia yang toleran, terbuka dan
berkemajuan masih belum mampu memberikan pengaruh di luar batas
negeri kita sendiri. Oleh karena itu, supaya peradaban islam Indonesia
dikenal dunia, maka sudah seharusnya dibangun institusi pendidikan tinggi
yang setara dengan universitas-universitas bergengsi dan berkualitas
2 http://wikipedia.com. Diakses pada tanggal 25 Juli 2018.
3 Ibid.
6. seperti Al-Azhar, Ummul Qurro atau Al-Mustafa University. Dan Perguruan
Tinggi tersebut bernama Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
UIII bisa menjadi wadah dalam proses penyusutan radikalisme
(deradikalisasi). Dengan lahirnya UIII ini, maka semakin berkembang pula
pemahaman masyarakat dunia akan islamnya Indonesia. Yaitu Islam yang
kaffah (moderat, tolerat dan demokratis4), yang mengikuti Alquran sebagai
pedoman utama dan Sunnah Rasulullah. Hal ini sebagaimana juga
diungkapkan oleh Komjenpol Syafruddin (Wakapolri), bahwa pendirian UIII
bertujuan untuk membantu pencapaian program yang dirintis Polri dan
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Selain itu, Muhibbin
Noor (Rektor UIN Walisongo Semarang) juga mengatakan bahwa peran
Perguruan Tinggi (PT) Islam termasuk UIII dalam menangkal radikalisme
sangat penting, yaitu agar dihasilkan Islam yang tidak kaku, Islam yang
memberikan tauladan yang benar seperti yang diajarkan Walisongo.
Perguruan tinggi harus tetap menempatkan diri sebagai institusi aktif yang
netral dan non-partisipan dalam kaitannya dengan keberadaan dan
kegiatan di setiap kelompok, golongan, atau kekuatan politik yang ada di
masyarakat, sebagai upaya menangkal radikalisme di dunia pendidikan
tinggi5.
Oleh karena itu, Presiden mengeluarkan Perpres No 57 Tahun 2016
tentang pendirian UIII, sebagai salah satu cara dalam peningkatan
pengakuan masyarakat akademik internasional atas Islam di Indonesia dan
menempatkannya sebagai salah satu unsur penting peradaban islam dunia.
Keputusan presiden untuk membuat UIII ini dinilai sangat tepat karena
terdapatnya beberapa fakta, yaitu:
4(https://www.kompasiana.com/praharabagoes/55485b83547b61be122524ba/upay
a-upaya-menangkal-isu-radikalisme)
5
http://belmawa.ristekdikti.go.id/2017/09/19/menristekdikti-perlu-konsep-akademik-
yang-sistematis-untuk-menangkal-radikalisme/).
7. 1. Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia,
yaitu seperti yang terlihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Urutan Populasi Muslim Terbanyak di Dunia
Urutan Negara Jumlah
1 Indonesia 225,25 juta jiwa (12,7 %
dari populasi dunia)
2 Pakistan 178 juta jiwa (11 % dari
populasi dunia)
3 India 177 juta jiwa (10,9 %
dari populasi dunia)
4 Bangladesh 149 Juta (9,2 % dari
populasi dunia)
5 Mesir 80 Juta (4,9 % dari
populasi dunia)
6 Nigeria 76 juta (4,7 % dari
populasi dunia)
7 Iran 76 juta (4,6 % dari
populasi dunia)
8 Turki 76 juta (4,6 % dari
populasi dunia)
9 Algeria 38 Juta (2,1 % dari
populasi dunia)
10 Maroko 32 juta (2 % dari
populasi dunia)
Sumber: (The Pew Forum on Religion & Public Life dalam
http://m.republika.co.id).
2. Islam adalah agama terbanyak kedua yang dianut populasi di dunia
setelah kristen6.
3. Indonesia adalah negara teraman ke-9 di dunia versi Gallups Law and
Order Tahun 20187.
4. Banyaknya mubaliqh-mubaliqh Indonesia yang memiliki penguasaan
agama Islam yang baik.
5. Banyaknya peradaban-peradaban Islam yang terdapat di Indonesia.
6. Masih lemahnya kepemimpinan Indonesia di mata dunia internasional.
6 CIA World Factbook, msn.com dan www.religionfacts.com
7 Youtube. Newschannel.com., Diakses tanggal 25 Juli 2018.
8. 7. Menjawab kebutuhan domestik dalam upaya mencegah
perkembangan radikalisme yang bisa menjadi ancaman dalam bentuk
terorisme8.
Sebagai satu-satunya Universitas Islam Internasional yang ada di
Indonesia yang siap bertanding di dunia internasional, tentu diperlukan
analisis mendalam mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
akan kehadiran UIII di Indonesia dan di mata dunia. Salah satu cara terbaik
untuk menganalisis manajemen pendidikan sebuah institusi/ organisasi
adalah dengan melakukan analisis SWOT9. Baik untuk mengukur tingkat
keberhasilan, kekuatan dan kelemahan UIII, tetapi juga untuk merumuskan
strategi dalam menghadapi persaingan kompetitif dan global. Oleh karena
itu, maka penelitian mengenai analisis SWOT Pendirian UIII ini perlu dikaji
lebih dalam.
B. Identifikasi Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam artikel ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Masih maraknya kasus/ fenomena radikalisme dan terorisme di
Indonesia dan dunia.
2. Keunikan islam Indonesia yang moderat, tolerat dan demokrat belum
diketahui dunia internasional.
3. Kajian Islam secara akademis belum mendapatkan prioritas.
4. Belum adanya upaya sistematis untuk mengumpulkan hasil karya
keagamaan para ulama, cendekiawan, sarjana dan seniman muslim.
5. Besarnya kebutuhan domestik (masyarakat Indonesia) akan
kehadiran lembaga pendidikan yang mampu menyusutkan
radikalisme.
8 http://belmawa.ristekdikti.go.id/2017/09/19/menristekdikti-perlu-konsep-akademik-
yang-sistematis-untuk-menangkal-radikalisme/).
9 Maisah, Manajemen Strategis dalam Perspektif Islam, (Jambi: Salim Media
Indonesia, 2016), hal. 43
9. 6. Masih lemahnya kepemimpinan Indonesia di mata dunia internasional.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. Teori pendirian sebuah perguruan tinggi
2. Deskripsi Universitas Islam Internasional Indonesia
3. Analisis SWOT dengan Matriks TOWS dan Space dari pendirian UIII
4. Pedoman strategi dalam menghadapi persaingan kompetitif
berdasarkan hasil analisis SWOT.
10. BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Teori Pendirian Perguruan Tinggi
1. Definisi dan Fungsi Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
Pendidikan Tinggi. Fungsi dan Peran Perguruan Tinggi menurut Pasal 58
adalah sebagai:
a. Wadah pembelajaran Mahasiswa dan Masyarakat.
b. Wadah pendidikan calon pemimpin bangsa
c. Pusat pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
d. Pusat kajian kebajikan dan kekuatan moral untuk mencari dan
menemukan kebenaran; dan
e. Pusat pengembangan peradaban bangsa.
Fungsi dan peran Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud di atas
dilaksanakan melalui kegiatan Tridharma yang ditetapkan dalam statuta
Perguruan Tinggi. Bentuk Perguruan Tinggi terdiri atas: (1) universitas; (2)
institut; (3) sekolah tinggi; (4) politeknik; (5) akademi; dan (6) akademi
komunitas10.
Konteks perguruan tinggi dalam artikel ini adalah Universitas. Secara
harfiah, universitas merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi
dalam berbagai rumpun Ilmu Pengetahuan dan/ atau Teknologi dan jika
memenuhi syarat, universitas dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
2. Asas dan Landasan Pendirian Perguruan Tinggi
Asas merupakan landasan berdiri dan tegaknya suatu kegiatan
pendidikan dalam melaksanakan perannya di masyarakat. Asas pendirian
perguruan tinggi menurut UU No. 12 tahun 2012, pasal 3 adalah:
a. Kebenaran ilmiah
b. Penalaran
c. Kejujuran
10 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Hal. 42-44
11. d. Keadilan
e. Manfaat
f. Kebajikan
g. Tanggung jawab
h. Kebhinekaaan
i. Keterjangkaun
3. Prinsip Penyelenggaran Perguruan Tinggi
Menurut UU No. 12 tahun 2012 pasal 6, prinsip penyelenggaraan
perguruan tinggi adalah:
a. Pencaharian kebenaran ilmiah oleh civitas akademika
b. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskrimanatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai budaya,
kemajemukan, persatuan dan kesatuan bangsa
c. Pengembangan budaya akademik dan pembudayaan kebiasaan baca
tulis bagi civitas akademika
d. Keteladanan, kemauan, dan pengembangan kreativitas mahasiswa
dalam pemebljaran
e. Pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa dengan
memperhatikan lingkungan secara selaras dan seimbang.
f. Kebebasan dalam memilih program studi berdasarkan minat, bakat
dan kemampuan mahasiswa
g. Satu kesatuan yang sistemik dan sistem terbuka dan multimakna
h. Keberpihakan pada kelompok masyarakat kurang mampu secara
ekonomi
i. Pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran serta
dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendididkan
tinggi11.
11 Uhar Suharsaputra, Manajemen Pendidikan Perguruan Tinggi, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2015), hal. 29-30.
12. Mengacu kepada UU No. 12 tahun 2012 Bagian Ketiga Pasal 60,
bahwa pendirian perguruan tinggi didirikan oleh Pemerintah, Masyarakat
dengan membentuk badan penyelenggara berbadan hukum yang
berprinsip nirlaba dan wajib memperoleh izin Menteri dan Badan
penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berbentuk
yayasan, perkumpulan, dan bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Organisasi penyelenggara yang dimaksud di atas
paling sedikit terdiri atas unsur: penyusun kebijakan; pelaksana akademik;
pengawas dan penjaminan mutu; penunjang akademik atau sumber
belajar; dan pelaksana administrasi atau tata usaha.
Perguruan Tinggi yang didirikan harus memenuhi standar minimum
akreditasi dan Perguruan Tinggi wajib memiliki Statuta12. Perguruan Tinggi
memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan Tridharma. Otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi
dilaksanakan berdasarkan prinsip: akuntabilitas; transparansi; nirlaba;
penjaminan mutu; dan efektivitas dan efisiensi. Otonomi pengelolaan
Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 meliputi bidang
akademik (penetapan norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan
Tridharma) dan bidang nonakademik (penetapan norma dan kebijakan
operasional serta pelaksanaan organisasi, keuangan, kemahasiswaan,
ketenagaan dan sarana prasarana)13.
4. Prinsip Dasar Manajemen Perguruan Tinggi
prinsip dasar manajemen perguruan tinggi adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Keberadaan perencanaan dalam perguruan tinggi sangat penting,
karena melalui perencanaan akan dapat ditentukan tujuan, kebijakan,
prosedur, program serta dapat memberikan cara atau pedoman
pelaksanaan yang efektif dalam mencapai tujuan perguruan tinggi.
Perencanaan pada perguruan tinggi didasarkan pada tridharma perguruan
12 Undang-undang No 12 Tahun 2012: Tentang Pendidikan Tinggi.
13 Ibid.
13. tingi, yaitu pendidikan-pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Perencanaan dalam bidang pendidikan-pengajaran berkaitan dengan visi
akademik perguruan tinggi. Perencanaan dilakukan dengan melibatkan
seluruh dimensi dan komponen perguruan tinggi, sehingga sasaran
peningkatan kualitas akademik perguruan tinggi dapat dicapai dengan baik.
Perencanaan dalam rangka peningkatan mutu akademik meliputi
perencanaan peningkatan kualitas tenaga pengajar, kualitas lulusan,
pengelolaan program studi, perencanaan keuangan, perencanaan
peningkatan sarana pendukung akademik seperti perpustakaan,
laboratorium dll. Penyusunan perencanaan pada perguruan tinggi bersifat
integral dan holistik. Perencanaan holistik merupakan perencanaan
menyeluruh dimana seluruh komponen perguruan tinggi seperti kegiatan
administrasi pada perguruan tinggi, rekrutmen dan peningkatan kualitas
tenaga non akademik, sarana pendukung seperti gedung, ruang kuliah, dan
berbagai sarana lain disusun dalam suatu perencanaan yang sesuai
dengan tujuan perguruan tinggi.
b. Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian merupakan fungsi pengisian staf yang
sesuai untuk setiap tugas dan kedudukan. Staf dan karyawan yang bekerja
pada perguruan tinggi memiliki tugas yang khas dan karakteristtik tersendiri.
Salah satu bentuk ke khasan staf dan karyawan perguruan tinggi terletak
pada tugas akademik administratif. Ada empat kelompok karyawan yang
bertugas pada perguruan tinggi yang masing-masing mempunyai tugas
berbeda, yaitu:
1) Karyawan akademik adalah para dosen dan peneliti yang bertugas
mengajar dan melakukan penelitian.
2) Karyawan administrasi adalah karyawan yang bekerja pada rektorat,
dekanat, keungan, pendaftaran, personalia dan sebaginya.
3) Karyawan penunjang akademik adalah mereka yang bekerja sebagai
ahli atau karyawan di perpustakaan, laboratorium, bengkel latihan dll.
14. 4) Karyawan penunjang lain adalah karyawan lain seperti sopir, tukang
kebun
c. Penggerakan (Actuatting)
Dalam perguruan tinggi, tugas penggerakan (actuating) adalah tugas
memanfaatkan dan menggerakkan seluruh manusia yang bekerja pada
suatu perguruan tinggi, agar masing-masing bekerja sesuai yang
ditugaskan dengan semangat dan kemampuan maksimal. Ini merupakan
tantangan yang sangat besar bagi fungsi manajemen karena menyangkut
manusia, yang mempunyai keyakinan, harapan sifat, tingkah laku, emosi,
kepuasan, pengembangan dan akal budi serta menyangkut hubungan antar
pribadi. Oleh karena itu, banyak orang yang menyatakan bahwa fungsi
penggerakan adalah fungsi yang paling penting serta paling sulit dalam
keseluruhan fungsi manajemen. Dalam penggerakan, terdapat upaya
pemberian motivasi, memimpin, menggerakkan, mengevaluasi kinerja
individu, memberikan imbal jasa.
d. Pengawasan
Pengawasan dilakukan untuk memastikan terlaksana tidaknya
perencanaan secara tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Pengawasan juga bermanfaat untuk mengetahui kendala-kendala yang
dihadapi perguruan tinggi dalam menjalankan program dan kegiatan yang
telah dituangkan dalam perencanaan. Dengan adanya pengawasan, maka
dapat dilakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan.
Pengawasan dapat dilakukan sebelum proses, pada saat proses maupun
setelah proses pelaksanaan program kegiatanm pada perguruan tinggi. 14
B. Deskripsi Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)
1. Sejarah berdirinya UIII
Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) didirikan berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2016 tentang Pendirian Universitas
14 Syahrizal Abbas, Manajemen Perguruan Tinggi, Beberapa Catatan (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), hal. 95
15. Islam Internasional Indonesia sebagai perguruan tinggi berstandar
Internasional yang menjadi model pendidikan tinggi Islam terkemuka dalam
bidang studi agama Islam, ilmu-ilmu sosial, humaniora dan sains teknologi.
Sebagai lembaga Pendidikan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH)
berbasiskan universalisme Islam, paling tidak ada beberapa hal yang utama
yang penting dijelaskan sehubungan dengan UIII ini: Pertama, konteks dan
karakteristik Islam di Indonesia sebagai model peradaban Islam. Kedua,
pendirian UIII sebagai pusat peradaban Islam melalui pendidikan; Ketiga,
kaitan UIII dengan integrasi ilmu, terutama cara pandang UIII berkaitan
dengan epistemologi ilmu, model kajian yang berkaitan dengan Islam, dan
model pengembangan kelembagaan; Keempat, UIII menjadi pusat kajian
dan riset internasional dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Sejarah lahirnya UIII ini merupakan hasil seruan presiden Sukarno
Dalam bukunya yang berjudul Dibawah Bendera Revolusi (1961). Sukarno
menyerukan kepada Muslim Indonesia agar mewujudkan watak Islam yang
modern, progresif dan maju. Tulisan-tulisan Soekarno tentang Islam yang
lain juga selalu bernada sama. Bahkan pada saat memberikan Pidato
Pengukuhan ketika menerima gelar Doktor Honoris Causa dalam Ilmu
Ushuluddin Jurusan Dakwah, gelar Guru Besar Kehormatan, dan gelar
Pendidik Agung di IAIN Jakarta 2 Desember 1964, Sukarno menekankan
perlunya memiliki universitas Islam yang membanggakan. Sebuah institusi
akademik yang mampu menggali dan mengembangkan api Islam, yang
mampu menjaga semangat kemajuan yang dikobarkan Islam.
Perkembangan paling mutakhir dari perjalanan Perguruan Tinggi Islam
terjadi pada zaman pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 031/2002, IAIN Jakarta berubah
status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) dengan mandat membuka
program kajian baru di luar wilayah tradisionalnya. Langkah transformasi ini
diikuti oleh beberapa IAIN lain seperti IAIN Jogjakarta, Malang, Riau, dan
Bandung. Transformasi IAIN menjadi universitas ini merupakan tonggak
sejarah baru bagi komunitas akademik Muslim. Mereka tidak hanya
16. diharapkan mengurusi persoalan keagamaan, tetapi juga terlibat dalam
pengembangan bidang-bidang kehidupan yang lain. Sampailah saat ini,
pada masa kepemimpinan Jokowidodo sebagai presiden Indonesia,
mengeluarkan peraturan presiden No 57 Tahun 2016 tentang pendirian UIII
sebagai cara yang tepat dalam menyempurnakan langkah para proklamotr
sebelumnya. Yaitu menjadikan Indonesia sebagai kiblat peradaban Islam
dunia.
2. Visi dan Misi UIII
a. Visi UIII: Menjadi bagian dari komunitas akademik yang memberi
konstribusi aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang
Islam dan masyarakat Muslim.
b. Misi UIII:
1) Melakukan pengajaran dan pendidikan tinggi yang berkualitas dan
inovatif dengan menjunjung moralitas, etika dan kebebasan akademik
untuk menyiapkan tenaga peneliti professional, pemikir dan intelektual
yang berkaitan dalam bidang khazanah Islam dan masyarakat Muslim;
2) Melakukan dan memfasilitasi riset-riset rintisan dan lanjutan ilmu
politik yang berkaitan dengan Islam dan masyarakat Muslim dalam
bentuk program iset (fellowship) dan paska doktoral (post-doctoral
program);
3) Melakukan kajian-kajian strategis tentang kebijakan-kebijakan yang
berkaitan dengan Islam dan masyarakat Muslim di Indonesia,
kawasan regional dan global15.
3. Peraturan Presiden No. 57 Tahun 2016 tentang Pendirian UIII
Merujuk kepada Peraturan Presiden No. 57 Tahun 2016 tentang
pendirian UIII, dinyatakan bahwa UIII merupakan perguruan tinggi yang
berstandar internasional dan menjadi model pendidikan tinggi Islam
terkemuka dalam pengkajian keIslaman strategis yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri Agama. UIII dikelola sebagai
15 https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Islam_Internasional_Indonesia
17. perguruan tinggi negeri badan hukum. Pembinaan UIII dilakukan secara
teknis akademis oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agama dan kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang Pendidikan Tinggi.
Dalam mewujudkan perguruan tinggi yang berstandar internasional
sebagaimana dimaksud pada UU No 57 Tahun 2016 pada ayat (2) dan
dalam diplomasi luar negeri, maka UIII difasilitasi oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hubungan luar negeri.
UIII mempunyai tugas utama menyelenggarakan program magister dan
doktor bidang studi ilmu agama Islam. Selain menyelenggarakan program
pendidikan tinggi ilmu agama Islam, UIII dapat menyelenggarakan program
magister dan doktor bidang studi ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta sains
dan teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
penyelenggaraan dan pengelolaan UIII diatur dengan peraturan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Agama dan
peraturan menteri lain/ pimpinan lembaga pemerintah non kementerian
yang terkait sesuai dengan kewenangannya. Pendanaan penyelenggaraan
UIII bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Non
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.16
C. Analisis SWOT
1. Definisi Analisis SWOT
Pearce dan Robinson (2008) dalam buku manajemen strategi
menguraikan analisis SWOT sebagai suatu cara sistematik untuk
mengidentifikasi faktor-faktor. Analisis ini berdasarkan pada asumsi bahwa
strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT berusaha
menentukan metode guna memanfaatkan secara maksimal semua
kekuatan yang ada serta peluang-peluang yang terbuka, sekaligus
16 Peraturan Presiden No 57 Tahun 2016, tentang Pendirian Universitas Islam
Internasional Indonesia, 2016, hal. 1-5.
18. menekan atau meminimalkan semua kelemahan serta ancaman yang
dihadapi sebagai kondisi awal organisasi.
2. Langkah Melakukan Analisis SWOT
Langkah melakukan analisis SWOT antara lain:
a. Langkah pertama, identifikasi kelemahan (internal) dan ancaman
(eksternal, globalisasi) yang paling urgen untuk diatasi secara umum
pada semua komponen pendidikan.
b. Langkah kedua, identifikasi kekuatan (internal) dan peluang
(eksternal) yang diperkirakan cocok untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman yang telah diidentifikasi pada langkah pertama.
c. Langkah ketiga, lakukan analisis SWOT lanjutan setelah diketahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam konteks sistem
manajemen pendidikan.
d. Langkah keempat, rumuskan strategi-strategi yang
direkomendasikan untuk menangani kelemahan dan ancaman,
termasuk pemecahan masalah, perbaikan dan pengembangan lebih
lanjut.
e. Langkah kelima, tentukan prioritas penanganan kelemahan dan
ancaman itu, dan disusun suatu rencana tindakan untuk
melaksanakan program penanganan17
.
Contoh usulan strategi yang harus dijalankan oleh lembaga
pendidikan islam dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
17 Afid Burhanuddin, Manajemen Pendidikan: Analisis SWOT dalam Pendidikan,
http://wordpress, diakses tanggal 25 Juli 2018
19. Tabel 1. Formulasi Analisis SWOT
Kekuatan (Stregths)
Daftarkanlah 5-10
kekuatan di sini
Kelemahan
(Weaknesses)
Daftarkanlah 5-10
kelemahan di sini
Peluang
(Opportunuities)
Daftarkanlah 5-10
peluang di sini
Strategi (SO)
Gunakan strategi yang
memanfaatkan kekuatan
untuk meraih peluang
Strategi (WO)
Gunakan strategi yang
memanfaatkan peluang
dengan mengurangi/
mengatasi kelemahan
Ancaman (Threats)
Daftarkanlah 5 -10
ancaman di sini
Strategi (ST)
Gunakan strategi
menggunakan kekuatan
menghadapi ancaman
Strategi (WT)
gunakanlah strategi
yang memperkecil
kelemahan untuk
menghadapi ancaman
Sumber: (Maisah, 2016: 43)
3. Komponen Analisis SWOT
a. Strengtht (S)
Merupakan kondisi internal positif yang memberikan keuntungan
kompetitif dalam menghadai persaingan bagi lembaga pendidikan.
Kekuatan juga merupakan keunggulan lembaga, baik dari sumber
daya yang dimiliki maupun upaya yang telah dilakukan yang lebih baik
daripada pesaing. Kekuatan ini nanti akan menjadi kunci perbedaan
antara lembaga pendidikan satu dengan lembaga pendidikan yang
lain. Kekuatan dapat berupa kemampuan khusus/ spesifik, SDM yang
memadai, kepemimpinan yang cakap dll.
b. Weaknesses (W)
Merupakan kondisi internal negatif yang dapat merendahkan penilaian
terhadap sekolah/ madrasah. Kelemahan dapat berupa rendahnya
SDM yang dimiliki, produk yang tidak berkualitas, kepemimpinan yang
buruk.
c. Opportunity (O)
Merupakan kondisi sekarang atau masa depan yang menguntungkan
perguruan tinggi. Peluang merupakan kondisi eksternal yang dapat
Faktor Internal
Faktor External
20. memberi peluang-peluang untuk kemajuan lembaga sepeti adanya
perubahan hukum, menurunnya pesaing, meningkatknya jumlah
mahasiswa baru.
d. Threats (T)
Merupakan kondisi ekternal perguruan tinggi sekarang dan yang akan
datang yang tidak akan menguntungkan dan scara serius dapat
mempengaruhi masa depan lembaga pendidikan. Contohnya:
munculnya pesaing-pesaing baru, penurunan jumlah mahasiswa18.
18 Imam Machali & Ara Hidayat, The Hand Book of Education Management, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), hal. 211-212
21. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong bahwa pendekatan kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dll secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah19. Hal ini berarti dilakukan analisis
secara mendalam mengenai faktor-faktor internal dan eksternal UIII dengan
menggunakan metode kualitatif.
Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik wawancara,
dokumentasi dan observasi. Dari teknik pengumpulan data tersebut, maka
akan diperoleh faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dari UIII. Setelah diperoleh data, kemudian disistematisasikan dalam
bentuk matriks TOWS dan Matriks Space yang kemudian dapat menghasil
empat (4) formulasi strategi yang mesti dilakukan UIII kedepannya dalam
mewujudkan visi misi yang sudah dirumuskan sebelumnya. Keempat
strategi tersebut adalah: (a) Strategi SO (Strength-Opportunity Strategy),
(b) Strategi WO (Weakness–Opportunity Strategy), (c) Strategi ST
(Strenght-Threats Strategy), dan (d) Strategi WT (Weakness-Threats
Strategy)20.
19 Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 6.
20 Machali & Hidayat, Hand Book Of Education, hal. 214
22. B. Kerangka Konseptual
Dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Sumber: Imam Machali & Ara Hidayat, 2016: 212
Analisis
Lingkungan
UIII
Internal
Factor
Analysis
Kekuatan Kelemahan
External
Factor
Analysis
Peluang Ancaman
Matriks TOWS dan
Matriks Space
23. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Analisis lingkungan yang terdiri dari analisis lingkungan internal dan
eksternal merupakan hal yang menjadi dasar dalam manajemen strategi.
Disebut penelusuran kondisi eksternal karena hanya dengan demikian
organisasi akan dapat mewaspadai dan memahami implikasi-implikasi dari
perubahan untuk kemudian dapat bersaing secara lebih efektif melalui
berbagai kebijakan yang tepat. Walaupun tampaknya sederhana, analisis
lingkungan dalam realitasnya sangatlah kompleks. Akibatnya dalam realitas
yang ada, walaupun lingkungan telah berubah dengan demikian pesatnya
dan sangat dramatis maka sering sekali gagasan-gagasan yang baik di
masa lalu diharuskan untuk menjadi pedoman kebijakan pada masa kini.
Serta mandat yang dilaksanakan dan diteruskan untuk hari esok sudah
tentu dengan semangat perbedaan yang lebih baik dari masa lalu dan lebih
baik dari yang lain (pesaing) sehingga organisasi semakin kompetitif21. Di
bawah ini adalah tabel hasil analisis lingkungan terhadap UIII yang peneliti
dapat simpulkan:
Tabel 2. Faktor Internal UIII
Kekuatan:
1. Indonesia adalah negara dengan penduduk Islam terbanyak di dunia
(225, 25 juta jiwa)
2. Indonesia adalah negara Peringkat ke-9 teraman di dunia.
3. Indonesia adalah pusat peradaban Islam terbesar di dunia.
4. Tersedianya lahan tanah pendirian kampus yang sangat luas, yaitu
142 hektar.
5. Tingginya keinginan masyarakat Indonesia dalam mengupayakan
proses deradikalisme di Indonesia.
6. Kurikulum yang mengintegrasikan antara tiga nilai dasar, yaitu ilmu
keislaman, wawasan dan proyeksi global serta keindonesiaan.
7. Indonesia memiliki keunikan/ corak islam yang tidak dimiliki negara
lain di dunia, yaitu yang toleran, terbuka dan berkemajuan. Berbeda
dengan Arabia yang bertradisi puritanisme dan Iran dengan budaya
syiah.
21 Certo, et al. 2003.
24. Kelemahan
1. Jumlah Profesor di Indonesia belum memiliki rasio yang ideal antara
jumlah mahasiswa dan program studi yang ada di Indonesia.
2. UIII Hanya diperuntukkan bagi mahasiswa magister (S2) dan Doktor
(S3) saja.
3. Lemahnya infrastruktur, (hanya tersedia gedung rektorat, fakultas 1
unit dan perumahan profesor/ dosen 5 unit
4. Masih banyak mahasiswa yang memadang bahasa arab dan bahasa
inggris sebagai momok yang menakutkan untuk menjadi kata
pengantar perkuliahan di UIII
5. Fakultas yang tersedia baru 3 fakultas untuk tahun pertama
pemakaian UIII, yaitu: (a) school of islamic studies, (b) education dan
(c) political science
6. Dana terbatas, sumber daya peneliti ahli di lingkungan pendidikan
tinggi Islam juga masih belum mencukupi.
7. Belum tersedianya jenis pendidikan tinggi selain pendidikan
akademik, yaitu pendidikan vokasi dan profesi.
8. Kiprah ulama dan intelektual Indonesia di tingkat internasional masih
sangat terbatas. Karya dan pikiran mereka belum banyak dikenal
dunia, termasuk dunia Islam sendiri.
Tabel 3. Faktor Eksternal UIII
Peluang (O)
1. Menjadi kampus islam bertaraf internasional yang diakui dunia dalam
mempertahankan kebudayaan dan peradaban islam
2. Menambah devisa negara
3. Indonesia menjadi kiblat (ikon) peradaban islam dunia
4. Menyusutnya paham radikalisme di dunia (deradikalisasi)
5. Terbentuknya jalinan kerjasama MoU antara Indonesia dengan
negara lain di dunia
6. Membuka serta menyelami khasanah intelektual Islam bermutu yang
banyak ditulis ke dalam dua bahasa.
7. Terwujudnya Islam yang moderat, tolerat, demokratis di Indonesia
dan didunia
8. Banyaknya wakil/ delegasi Indonesia keluar negeri menyiarkan
agama islam yang moderat, demokratis dan tolerat ini.
9. Memperkokoh kepemimpinan Indonesia di dunia internasional .
10. Lahirnya imam-imam muslim internasional
11. Indonesia menjadi masa depan Islam selanjutnya.
12. Dukungan dari pemerintah Indonesia, masyarakat, kementerian
riset dan teknologi, kementerian agama, dan kementerian lain yang
terkait.
13. Banyaknya Pengajar (Dosen) berkompeten yang berasal dari luar
Indonesia menjadi tenaga pendidik di UIII berakibat terjadinya
peningkatan potensi Dosen Internasional.
25. 14. Menghasilkan ahli-ahli riset tentang ilmu keislaman, yang
mumpuni dan berwawasan kemajuan
15. Tersebarnya karya-karya UIII ke negara lain, baik berupa
buku, jurnal, model bisnis dan insutri syariah, bank syariah,
industri halal dan fashion muslim.
Ancaman (T)
1. Adanya Universitas Islam Internasional yang lain selain UIII, yaitu
Universitas Islam Internasional Chittagong (Bangladesh), Universitas
Islam Internasional Islamabad, Universitas Islam Internasional
Malaysia dengan pilihan program pendidikan yang lebih banyak
daripada UIII.
2. Dijadikannya KKNI sebagai pusat rujukan kurikulum saat ini di
Indonesia.
3. Dampak sosial masyarakat (Mayarakat yang rumahnya direlokasi)
karena pendirian UIII
4. Penggunaan bahasa global/ internasional mengikis nasionalisme
mahasiswa Indonesia
Setelah dirumuskannya faktor lingkungan eksternal dan internal UIII,
maka faktor-faktor tersebut perlu dianalisis guna menghasilkan formulasi
strategi dalam pengembangan UIII menjadi kampus peradaban dunia.
Bentuk analisis yang dilakukan dalam analisis SWOT dalam penelitian ini
adalah menggunakan matriks TOWS dan matriks Space. Seperti yang akan
dijelaskan di bawah ini:
1. Hasil Analisis SWOT dengan Alat Analisis Matriks TOWS
Tabel 4 di bawah ini merupakan hasil analisis SWOT menggunakan
alat analisis matriks TOWS.
Tabel 4. Matriks SWOT/TOWS
KEKUATAN – S
1. Indonesia adalah negara
dengan penduduk Islam
terbanyak di dunia (225, 25 juta
jiwa)
2. Indonesia adalah negara
Peringkat ke-9 teraman di
dunia.
3. Indonesia adalah pusat
peradaban Islam terbesar di
dunia.
KELEMAHAN – W
1. Jumlah Profesor di
Indonesia belum memiliki
rasio yang ideal antara
jumlah mahasiswa dan
program studi yang ada.
2. UIII Hanya diperuntukkan
bagi mahasiswa magister
(S2) dan Doktor (S3) saja.
3. Lemahnya infrastruktur,
(hanya tersedia gedung
KESIMPULAN
ANALISIS FAKTOR
INTERNAL
KESIMPULAN
ANALISIS
FAKTOR
EKSTERNAL
26. 4. Tersedianya lahan tanah
pendirian kampus yang luas
yaitu 142 hektar.
5. Tingginya keinginan
masyarakat Indonesia dalam
mengupayakan proses
deradikalisme di Indonesia.
6. Kurikulum yang
mengintegrasikan antara tiga
nilai dasar, yaitu ilmu
keislaman, wawasan dan
proyeksi global serta
keindonesiaan.
7. Indonesia memiliki keunikan/
corak islam yang tidak dimiliki
negara lain di dunia, yaitu yang
toleran, terbuka dan
berkemajuan. Berbeda dengan
Arabia yang bertradisi
puritanisme dan Iran dengan
budaya syiah.
rektorat, fakultas 1 unit
dan perumahan profesor/
dosen 5 unit
4. Masih banyak mahasiswa
yang memadang bahasa
arab dan bahasa inggris
sebagai momok yang
menakutkan untuk menjadi
kata pengantar
perkuliahan di UIII
5. Fakultas yang tersedia
hany 3 fakultas untuk
tahun pertama pemakaian
UIII, yaitu: (a) school of
islamic studies, (b)
education dan (c) political
science
6. Dana terbatas, sumber
daya peneliti ahli di
lingkungan pendidikan
tinggi Islam juga masih
belum mencukupi.
7. Belum tersedianya jenis
pendidikan tinggi selain
pendidikan akademik,
yaitu pendidikan vokasi
dan profesi.
PELUANG – O
1. Menjadi kampus islam
bertaraf internasional yang
diakui dunia dalam
mempertahankan
kebudayaan dan peradaban
islam
2. Menambah devisa negara
3. Indonesia menjadi kiblat
(ikon) peradaban islam dunia
4. Menyusutnya paham
radikalisme di dunia
(deradikalisasi)
5. Terbentuknya jalinan
kerjasama MoU antara
Indonesia dengan negara
lain di dunia
6. Membuka serta menyelami
khasanah intelektual Islam
1. Indonesia sebagai negara
dengan penduduk Islam
terbanyak di dunia membuka
peluang sebagai penerus
generasi kejayaan islam
kedepannya dan menjadi kiblat
(ikon) peradaban islam dunia
(S1,O3, O11)
2. Indonesia sebagai negara ke
ke-9 teraman di dunia
membuka peluang akan
terciptanya kampus islam
bertaraf internasional yang
diakui dunia dalam
mempertahankan kebudayaan
dan peradaban islam yang
secara tidak langsung akan
memperkuat keuangan negara
(devisa negara) (S2, O1, O2).
1. Terbentuknya jalinan
kerjasama MoU antara
Indonesia dengan negara
lain di dunia dapat
menambah keilmuan
untuk menambah jenis
program pendidikan tinggi
di UIII (W2, O5)
2. Terbentuknya jalinan
kerjasama MoU antara
Indonesia dengan negara
lain di dunia dan
Dukungan dari pemerintah
Indonesia, masyarakat,
kementerian riset dan
teknologi, kementerian
agama, dan kementerian
lain yang terkait dapat
mengatasi lemahnya
27. bermutu yang banyak ditulis
ke dalam dua bahasa.
7. Terwujudnya Islam yang
moderat, tolerat, demokratis
di Indonesia dan didunia
8. Banyaknya wakil/ delegasi
Indonesia keluar negeri
menyiarkan agama islam
yang moderat, demokratis
dan tolerat ini.
9. Memperkokoh kepemimpinan
Indonesia di dunia
internasional .
10. Lahirnya imam-imam
muslim internasional
11. Indonesia menjadi
masa depan Islam selanjut
nya.
12. Dukungan dari
pemerintah Indonesia,
masyarakat, kementerian
riset dan teknologi,
kementerian agama, dan
kementerian lain yang terkait.
13. Banyaknya Pengajar
(Dosen) berkompeten yang
berasal dari luar Indonesia
menjadi tenaga pendidik di
UIII berakibat terjadinya
peningkatan potensi Dosen
Internasional.
14. Menghasilkan ahli-ahli
riset tentang ilmu
keislaman, yang mumpuni
dan berwawasan kemajuan
15. Tersebarnya karya-
karya UIII ke negara lain,
baik berupa buku, jurnal,
model bisnis dan insutri
syariah, bank syariah,
industri halal dan fashion
muslim.
3. Dengan tersedianya lahan
tanah pendirian kampus yang
sangat luas, dan tingginya
keinginan masyarakat
Indonesia dalam
mengupayakan proses
deradikalisme di Indonesia
serta keunikan budaya Islam
Indonesia, maka berpeluang
untuk mendirikan kampus islam
bertaraf internasional yang
diakui dunia, sehingga
menambah devisa negara dan
sekaligus menjadi kiblat (ikon)
peradaban islam dunia (S4, S5,
S7, O1, O2, O3)
4. Kurikulum yang
mengintegrasikan antara tiga
nilai dasar, yaitu ilmu
keislaman, wawasan dan
proyeksi global serta
keindonesiaan maka membuka
jalinan kerjasama MoU antara
Indonesia dengan negara lain di
dunia sehingga banyaknya
wakil/ delegasi Indonesia keluar
negeri menyiarkan agama islam
yang moderat, demokratis dan
tolerat ini yang secara tidak
langsung akan dapat
memperkokoh kepemimpinan
Indonesia di dunia internasional
(S6, O5, O8, O9)
infrastruktur, serta
penambahan fakultas di
UIII. (W3, W5, O5, O12)
3. Dengan banyaknya
Pengajar (Dosen)
berkompeten yang berasal
dari luar Indonesia
diharapkan mampu
mengembangkan SDM
Dosen Indonesia dan juga
dapat menyampaikan
materi menggunakan
bahasa arab dan inggris
dengan baik dan benar,
serta dapat memberikan
wawasan kepada UIII
dalam mengembangkan
Fakultas di UIII. (W4, W5,
O13)
4. Dukungan dari pemerintah
Indonesia, masyarakat,
kementerian riset dan
teknologi, kementerian
agama, dan kementerian
lain yang terkait dapat
mengatasi pendanaan dan
sumber daya peneliti ahli
di lingkungan pendidikan
tinggi Islam. (W6, O12).
5. Terbentuknya jalinan
kerjasama MoU antara
Indonesia dengan negara
lain di dunia dan
Banyaknya Pengajar
(Dosen) berkompeten
yang berasal dari luar
Indonesia menjadi tenaga
pendidik di UIII dapat
memberikan masukan
terhadap penambahan
jenis program pendidikan
tinggi di UIII (W7, O5,
O13.
28. ANCAMAN – T
1. Adanya Universitas Islam
Internasional yang lain selain
UIII, yaitu Universitas Islam
Internasional Chittagong
(Bangladesh), Universitas
Islam Internasional
Islamabad, Universitas Islam
Internasional Malaysia
dengan pilihan program
pendidikan yang lebih
banyak daripada UIII.
2. Dijadikannya KKNI sebagai
pusat rujukan kurikulum saat
ini di Indonesia.
3. Dampak sosial masyarakat
(Mayarakat yang rumahnya
direlokasi) karena pendirian
UIII
4. Penggunaan bahasa global/
internasional mengikis
nasionalisme mahasiswa
Indonesia
1. Dengan terpilihnya Indonesia
sebagai negara Peringkat ke-9
teraman di dunia, maka
terciptanya Universitas Islam
Internasional yang lebih baik
dari negara lain. (S2, T1)
2. Keunikan budaya/ corak Islam
Indonesia yaitu Islam yang
kaffah, toleran, terbuka dan
berkemajuan mampu membuat
Indonesia mampu bersaing di
dunia internasional dalam hal
kualitas universitas islamnya.
(S7, T1)
3. Kurikulum yang
mengintegrasikan antara tiga
nilai dasar, yaitu ilmu
keislaman, wawasan dan
proyeksi global serta
keindonesiaan bisa menjawab
tantangan KKNI saat ini.(S6,
T2)
4.
1. Ditambahkannya program
pendidikan akademik
seperti pendidikan vokasi
dan profesi di UIII dapat
menonjolkan keunggulan
UIII dibanding dengan
Universitas Islam
Internasional lainnya (W7,
T1).
Berdasarkan hasil analisis matriks TOWS dapat diketahui bahwa ada
empat strategi yang dapat dijalankan, yaitu (a) penguatan input perguruan
tinggi agama Islam dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM) yang
menyangkut mahasiswa dan tenaga pendidik; (b) penguatan kultur/ budaya
akademik yang ada, (c) pengembangan program pendidikan dan (d)
penguatan serta pemberdayaan lembaga-lembaga yang menunjang UIII
sebagai ikon lembaga pengkajian dan penelitian yang berorientasi
Internasional berkaitan dengan Islam dan masyarakat Muslim.
2. Hasil Analisis SWOT dengan Alat Analisis Matriks SPACE
Matriks SPACE dianalisis berdasarkan faktor kekuatan keuangan,
kekuatan UIII, stabilitas Lingkungan UIII dan keunggulan kompetitif. Analisis
matriks SPACE dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:
29. Tabel 4. Matriks SPACE
Kekuatan Keuangan (Finance Strength)/ FS
- Anggaran APBN yang cukup besar untuk
pendirian UIII (3,5 Triliun) karena dimasukkan
kedalam proyek strategis nasional bidang
pendidikan
- Peningkatan Kerjasama dengan negara muslim
Jumlah
Nilai
4
4
8
Kekuatan Industri (Industry Strength)/ IS
- Keunikan budaya/ corak islam Indonesia
- Potensi pertumbuhan yang tinggi/ Faktor
geografis Indonesia
Jumlah
4
4
8
Stabilitas Lingkungan (Environment
Stabilities)/ ES
- Resiko bisnis yang tinggi
- Kurikulum yang setiap saat berubah
Jumlah
-2
-3
-5
Keunggulan Kompetitif (Competitive
Advantage)/ CA
- Relasi dengan negara muslim dan universitas
islam lainnya
- Keunikan budaya/ corak Islam Indonesia
Jumlah
-2
-1
-3
KESIMPULAN
Rata-rata ES adalah -5/ 2 = -2,5
Rata-rata CA adalah -3/2 = -1,5
Rata-rata IS adalah 8/2 = 4
Rata-rata FS adalah 8/2 = 4
Sumbu x: -1,5 + 4 = 2,5
Sumbu Y: 4+ (-2,5) = 1,5
30. Berikut hasil matriks SPACE UIII pada gambar 1 di bawah ini:
Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 1 Matriks SPACE UIII di atas, dapat
diketahui bahwa koordinat vektor arah pada sumbu X sebesar 2,5 dan pada
sumbu Y sebesar 1,5. Dengan demikian dapat dilihat bahwa UIII berada
pada kuadran agresif/ strategi bertumbuh. Kuadran agresif/ strategi
bertumbuh yaitu suatu keadaan dimana kekuatan dan peluang yang dimiliki
organisasi lebih dominan daripada kelemahan dan ancamannya. Pada
posisi ini masih dapat dikaji lebih jauh apakah kekuatan yang dimiliki
mendominasi peluang yang ada. Yang jelas, pada posisi ini UIII harus dapat
memanfaatkan berbagai peluang yang ada22. Strategi yang cocok
digunakan adalah (a) penguatan input perguruan tinggi agama Islam dalam
hal Sumber Daya Manusia (SDM) yang menyangkut mahasiswa dan tenaga
pendidik; (b) penguatan kultur/ budaya akademik yang ada, (c)
pengembangan program pendidikan dan (d) penguatan serta
pemberdayaan lembaga-lembaga yang menunjang UIII sebagai ikon
22 Machali & Hidayat, Hand Book of Education, hal: 224.
31. lembaga pengkajian dan penelitian yang berorientasi Internasional
berkaitan dengan Islam dan masyarakat Muslim.
B. Pembahasan
1. Hasil Analisis Matriks TOWS
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka perlu dibahas tindak lanjut
formulasi strategi yang mesti dilakukan UIII sebagai perguruan tinggi islam
internasional yang baru didirikan agar visi dan misi dari UIII tersebut dapat
tercapai. Hal itu sebagaimana dinyatakan oleh Uhara Suharsaputra bahwa
setelah menentukan arah perusahaan di masa depan, maka perlu
melakukan formulasi strategi. Formulasi strategi adalah pengembangan
rencana-rencana jangka panjang untuk mengelola secara efektif peluang
dan tantangan lingkungan dengan mempertimbangkan kekuatan dan
kelemahan organisasi ( Wheelen dan Hunger, 1995). 23
Dari analisis SWOT menggunakan alat analisis Matriks TOWS, maka
diketahui terdapat empat (4) strategi yang cocok digunakan UIII yaitu (a)
penguatan input perguruan tinggi agama Islam dalam hal Sumber Daya
Manusia (SDM) yang menyangkut mahasiswa dan tenaga pendidik; (b)
penguatan kultur/ budaya akademik yang ada, (c) pengembangan program
pendidikan dan (d) penguatan serta pemberdayaan lembaga-lembaga yang
menunjang UIII sebagai ikon lembaga pengkajian dan penelitian yang
berorientasi Internasional berkaitan dengan Islam dan masyarakat Muslim.
Penjelasan untuk masing-masing strategi adalah seperti di bawah ini:
a. Penguatan Input Perguruan Tinggi Agama Islam dalam hal
Sumber Daya Manusia (SDM) yang Menyangkut Mahasiswa dan
Tenaga Pendidik
Unsur mahasiswa dan pengajar (dosen) merupakan komponen utama
dalam pengembangan kelembagaan UIII sebagai perguruan tinggi
internasional. Untuk pengembangan pendidikan tinggi Islam di tanah air
23 Wheelend, Thomas J & David Hunger, Strategic Management and Business
Policy, (Newyork: Addison Whesley), hal.
32. maka strategi pengembangan kedua komponen merupakan salah-satu kata
kunci bagi keberhasilan UIII. Berdasarkan hal tersebut, kualifikasi calon
mahasiswa potensial yang dipersyaratkan UIII tidak sama dengan
di Perguruan Tinggi Umum maupun Perguruan Tinggi Islam Indonesia. UIII
menerapkan standar akademik tinggi bagi semua calon mahasiswanya.
Strategi ini untuk memastikan agar mereka mampu mencapai target-
target belajar yang ketat. Seperti perguruan tinggi unggulan di negara-
negara maju, UIII memiliki ekspektasi tinggi bagi peserta program tingkat
master maupun doktor. Karena itu, calon mahasiswa yang akan belajar di
UIII disyaratkan untuk memenuhi kualifikasi akademik pokok seperti latar
belakang akademik yang baik, kemampuan bahasa dan pengalaman dalam
penelitian berdasarkan kajian yang akan ditekuni.
UIII menerapkan standar akademik tinggi bagi semua calon pengajar
(dosen) untuk memastikan agar pengajaran dan penelitian yang dilakukan
sesuai dengan standar intenasional. Pengajar di UIII terbuka untuk para
dosen dari dalam dan luar negeri dengan memenuhi kualifikasi antara lain
memiliki gelar akademik tertinggi (Dr), memiliki track record penelitian yang
diterbitkan dalam buku maupun jurnal internasional, dan memiliki keahlian
yang dibutuhkan UIII.
Pentingnya melakukan pembinaan terhadap kualitas SDM di sebuah
perguruan tinggi ini, juga sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Uhar
Suharsaputra bahwa dewasa ini, daya saing tidak lagi mengandalkan pada
Sumber Daya Alam (SDA), namun lebih kepada pembangunan SDM nya.
SDM menjadi penentu bagi terwujudnya competitive advantage bangsa.
Dan dari pendidikan tinggi ini, dapat dilahirkan human capital tangguh yang
mampu memerankan sebagai insan yang berintektual, ilmuan yang
profesional24. Wherther and davis menyatakan bahwa SDM dalam konteks
manajemen adalah people who are ready, willing and able to contribute to
24 Suharsaputra, Manajemen Pendidikan, hal. 42-43.
33. organizational goals25. Artinya adalah SDM dalam manajemen merupakan
orang yang siap, bersedia dan berkontribusi untuk tujuan organisasi.
b. Penguatan Kultur/ Budaya Akademik yang Ada
UIII idealnya mendesain kurikulum di setiap departemen dengan
mengacu pada patokan-patokan akademik yang sudah menjadi norma
perguruan tinggi umum terkemuka. Cara ini untuk menjamin agar lulusan
UIII tidak sekadar unggul di tingkat nasional, tetapi juga mampu menjadi
bagian dari aktivitas keilmuan komunitas akademik internasional. Program
master UIII ditujukan untuk mencetak ilmuwan setara dengan peneliti
madya. Mahasiswa program ini diarahkan untuk mempelajari secara
mendalam teori-teori utama (grand theory) dalam bidang kajian masing-
masing. Dengan budaya akademik UIII, maka mahasiswa dibekali dengan
pengetahuan tentang metodologi yang melandasi bangunan keilmuan
program studinya dan menjadi peneliti ahli yang mampu melakukan inovasi
dan melahirkan pemikiran dan temuan-temuan baru.
Dalam rangka membantu dan mengoptimalkan tercapainya tujuan dari
program magister dan doktor dari UIII, maka perlu UIII membuat mata kuliah
matrikulasi bagi calon mahasiswa yang berlatar belakang ilmu tidak sama
dengan program studi yang akan dimasuki. Pada dasarnya, semua program
studi di universitas ini lebih mengutamakan calon mahasiswa yang
bidangnya linear.
c. Pengembangan Program Pendidikan & Etika Akademik
Perguruan tinggi internasional harus menerapkan standar-standar
etika akademik yang berlaku secara universal dalam hal penelitian dan
penulisan hasil penelitian. Etika akademik meliputi berbagai hal seperti
bagaimana sebuah prosedur penelitian dilakukan, bagaimana penelitian itu
ditulis dengan sistem penulisan baku dengan mencantumkan sumber-
sumber secara cermat sampai bagaimana sebuah hasil penelitian bisa
25 Davis, Keith & John W. Newstorm, Perilaku dalam Organisasi: Terj. Agus Dharma,
(Jakarta: Erlangga, 1985).
34. diakses oleh para peneliti lain. Dalam hal ini maka UIII harus menjadi
pelopor bahwa penjiplakan atas sesuatu karya ilmiah sebagai sebuah
kejahatan intelektual (intelectual crime) dan pelakunya harus mendapatkan
sanksi hukum, bukan sebatas sanksi moral semata. Sanksi yang berat
seperti dipecat dari jabatan fungsional, misalnya, patut diberikan. Karena
itu, maka aturan atau panduan yang jelas untuk mengatur masalah
plagiarisme sehingga karya-karya intelektual yang dihasilkan oleh para
sarjana terhindar dari budaya plagiarisme mesti dilakukan dengan
membentuk Dewan Kehormatan Akademik, yang berwenang menjatuhkan
sanksi jika terjadi pelanggaran Kode Etik tersebut. Hal itu sebagaimana
seperti yang akan dilakukan UIII.
Formulasi strategik yang peneliti rumuskan di atas, sudah memenuhi
kriteria yang disampaikan Montanari, et al (1990)26, bahwa untuk memilih
strategi yang tepat dan layak (appropriate), maka panduan pertanyaan
berikut mesti terjawab yaitu: (a) Apakah strategi yang dipilih ini konsisten
dengan hasil penilaian lapangan (evaluasi diri perusahaan/ organisasi?), (b)
Apakah strategi menggunakan kekuatan dari organisasi?, (c) Apakah
strategi yang dipilih konsisten dengan misi yang dinyatakan perusahaan/
organisasi, dan apakah mencapai tujuan strategis?
2. Hasil Analisis Matriks SPACE
Berdasarkan hasil analisis matriks SPACE, bahwa UIII berada di
Kuadran agresif/ strategi bertumbuh yaitu suatu keadaan dimana kekuatan
dan peluang yang dimiliki organisasi lebih dominan daripada kelemahan
dan ancamannya. Pada posisi ini masih dapat dikaji lebih jauh apakah
kekuatan yang dimiliki mendominasi peluang yang ada. Yang jelas, pada
posisi ini UIII harus dapat memanfaatkan berbagai peluang yang ada27.
Strategi yang cocok digunakan UIII adalah (a) penguatan input perguruan
26 Montanari, John M. Startegic Mnagemet, (Chicago: The Dryden Press, 1990).
27 Machali & Hidayat, Hand Book of Education, hal: 224.
35. tinggi agama Islam dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM) yang
menyangkut mahasiswa dan tenaga pendidik; (b) penguatan kultur/ budaya
akademik yang ada, (c) pengembangan program pendidikan dan (d)
penguatan serta pemberdayaan lembaga-lembaga yang menunjang UIII
sebagai ikon lembaga pengkajian dan penelitian yang berorientasi
Internasional berkaitan dengan Islam dan masyarakat Muslim.
Tipe perencanaan strategis didirikannya UIII ini adalah tipe
perencanaan dinamis, yaitu tipe yang melihat rencana sebagai suatu
proses dengan mendasarkan pada perubahan lingkungan yang terjadi
sehingga lebih bersifat fleksibel dan kemampuan untuk merespon berbagai
perkembangan dan perubahan dapat dilakukan segera28.
Peraturan Presiden No 57 tahun 2016 ini tentang pendirian UIII sudah
memenuhi teori pendirian perguruan tinggi, hal itu sebagaimana
diungkapkan Pieter J Vermeulen bahwa penyelenggaraan perguruan tinggi
harus dapat mengantisipasi berbagai kebijakan terhadap beberapa isu-isu
yaitu:
a. Cooperation
b. Compatibility
c. Competitiveness
d. Mobility of students and staff
e. Quality assurance
f. Integrated assurance (transferable cedits)
g. Funding mechanisms29
Pendirian UIII ini sudah memenuhi fungsi dan peran perguruan tinggi,
yaitu salah satunya yaitu sebagai pusat pengembangan peradaban bangsa
indonesia (UU. No. 12 Tahun 2012, pasal 58). Pendirian UIII, juga sudah
memenuhi Asas pendirian perguruan tinggi menurut UU No. 12 tahun 2012,
pasal 3, yaitu:
28 Suharsaputra, Manajemen Pendidikan, hal. 113.
29 Suharsaputra, Manajemen Pendidikan, hal. 12
36. 1) Kebenaran ilmiah: penemuan, penyebarluasan dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kebenarannya dapat diverifikasi
secara ilmiah
2) Penalaran: yaitu penemuan, penyebarluasan dan pengembangan
ilmu pengetahaun dan teknologi mengutamakan kemampuan berpikir
3) Kejujuran: mengutamakan moral akademik dosen dan mahasiswa
untuk mengemukakan data dan informasi sebagaimana adanya
4) Keadilan: pendidikan menyediakan kesempatan yang sama kepada
semua warga negara indonesia tanpa memandang suku, agama, ras
serta latar belakang sosial dan ekonomi
5) Manfaat: pendirian perguruan tinggi harus selalu berorientasi untuk
kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia
6) Kebajikan: pendirian perguruan tinggi harus dapat mendatangkan
kebajikan, keselamatan dan kesejahteraan dalam kehidupan civitas
akademika.
7) Tanggung jawab
8) Kebinekaaan
9) Keterjangkaun
Kebijakan Presiden dengan mengeluarkan Perpres No. 57 Tahun
2016 ini juga telah mengikuti teori prosedur pembuatan kebijakan
pendidikan menurut William N. Dunn, yaitu dimulai dari: Pertama,
perumusan masalah, setelah dianalisa maka tipe kelas masalah
didirikannya UIII adalah masalah yang rumit (Ill- structured), yang ditandai
dari pengambil keputusannya sudah banyak, alternatif yang tak terbatas,
kegunaannya untuk mengatasi konflik, hasil yang tidak diketahui serta
probabilitasnya juga tidak dapat dihitung. Kedua, Peramalan yaitu suatu
prosedur untuk membuat informasi faktual tentang situasi sosial masa
depan atas dasar informasi yang telah ada tentang masalah kebijakan.
Ketiga, Rekomendasi yaitu hipotesis tentang hubungan antara tindakan
37. dan hasil kebijakan30, Keempat, Pemantauan yaitu prosedur analisis
kebijakan yang digunakan untuk memberikan informasi tentang sebab dan
akibat dari kebijakan publik. Pemantauan merupakan sumber informasi
utama tentang implementasi31, dan Kelima, Evaluasi yang tidak hanya
menghasilkan kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah telah
terselesaikan, tetapi juga menyumbang pada klarifikasi dan kritik terhadap
nilai-nilai yang mendasari kebijakan, membantu dalam penyesuaian dan
perumusan kembali masalah.32
30 William Dunn, Analisis Kebijakan, 2013: 27
31 Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier, Implementation and Public Policy, rev.
Ed (Lanham, MD: University Press of America, 1989), h. 509
32 William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2013), h. 26-29.
38. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kekuatan utama UIII terletak pada: (a) keunikan/ corak islam yang
tidak dimiliki negara lain di dunia, yaitu yang toleran, terbuka dan
berkemajuan. Berbeda dengan Arabia yang bertradisi puritanisme dan
Iran dengan budaya syiah, (b) Masuknya Indonesia sebagai negara
Peringkat ke-9 teraman di dunia, (c) Indonesia menjadi pusat
peradaban Islam terbesar di dunia dan (d) kurikulum yang
mengintegrasikan antara tiga nilai dasar, yaitu ilmu keislaman,
wawasan dan proyeksi global serta keindonesiaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor keunikan budaya/ corak islam Indonesia
merupakan kekuatan paling besar yang paling mempengaruhi faktor
internal UIII, sedangkan peluang pada UIII menurut hasil penelitian
yang dilakukan adalah terciptanya kampus islam bertaraf internasional
yang diakui dunia dalam mempertahankan kebudayaan dan
peradaban islam.
2. Hasil pengolahan data-data dan informasi menggunakan matriks
TOWS dapat diketahui bahwa UIII sebaiknya menggunakan empat
strategi, yaitu (a) penguatan input perguruan tinggi agama Islam
dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM) yang menyangkut
mahasiswa dan tenaga pendidik; (b) penguatan kultur/ budaya
akademik yang ada, (c) pengembangan program pendidikan dan (d)
penguatan serta pemberdayaan lembaga-lembaga yang menunjang
UIII sebagai ikon lembaga pengkajian dan penelitian yang berorientasi
Internasional berkaitan dengan Islam dan masyarakat Muslim.
Sedangkan hasil analisis dengan menggunakan Matriks SPACE,
diketahui bahwa UIII berada pada kuadran Agresif, artinya UIII
memiliki kekuatan dan peluang yang lebih dominan daripada
39. kelemahan dan ancamannya, sehingga sangat memungkinkan untuk
didirikan guna mencapai visi misi yang sudah dirumuskan.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran, yaitu:
1. Rekomendasi untuk Universitas Islam Internasional Indonesia
Berdasarkan hasil penelusuran peneliti diperoleh informasi bahwa
Indonesia sebagai negara yang memiliki keunikan budaya/ corak
Islamnya serta menjadi negara ke-9 teraman di dunia sangat
berpeluang menciptakan Universitas Islam Internasional yang mampu
bersaing di kancah dunia dalam mempertahankan kebudayaan dan
peradaban islam yang secara tidak langsung akan memperkuat
keuangan negara. Sementara, poin atau nilai dari kurikulum UIII yang
lebih kepada perwakilan tiga nilai dasar yaitu: keislaman, wawasan
dan proyeksi global dan keindonesiaan berkemungkinkan tidak dapat
menjalankan semua tuntutan UU No. 16 Tahun 2012 tentang KKNI.
Begitujuga dengan poin masih kurangnya jenis program pendidikan di
UIII yang hanya memiliki pendidikan akademik, memungkinkan para
mahasiswa yang ingin masuk Perguruan Tinggi Islam Internasional
lebih memilih negara lain. Apalagi untuk mahasiswa yang diterima
hanya untuk jenjang strata 2 dan program doktor. Keadaan ini
mengakibatkan kemungkinan calon mahasiswa memilih Universitas
Islam Internasioanl Malaysia. Oleh karena itu, perlu kiranya dikaji
kembali mengenai kurikulum UIII dan penambahan jenis program
pendidikan di UIII.
2. Rekomendasi untuk Para Akademisi
Pada riset-riset selanjutnya, peneliti lanjutan dapat melakukan riset
dengan teknik analisis berbeda dari penulis, yaitu menggunakan
teknik analisis SWOT dengan pendekatan kuantitatif melalui alat
analisis IFA, IFE, IE, BCG dan lain sebagainya. Sehingga dapat
40. diperoleh hasil yang lebih akurat yang dapat menambah atau
melengkapi hasil riset yang sudah ada ini. Akhirnya semoga informasi
hasil penelitian ini dapat membantu lembaga perguruan tinggi dalam
meningkatkan kemampuannya menghadapi persaingan di lingkungan
pendidikan yang semakin cepat berubah saat ini.
41. DAFTAR PUSTAKA
Afid Burhanuddin, Manajemen Pendidikan: Analisis SWOT dalam
CIA World Factbook, msn.com dan www.religionfacts.com
Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier, Implementation and Public
Policy, rev. Ed (Lanham, MD: University Press of America, 1989).
Davis, Keith & John W. Newstorm, Perilaku dalam Organisasi: Terj. Agus
Dharma. (Jakarta: Erlangga, 1985).
http://belmawa.ristekdikti.go.id/2017/09/19/menristekdikti-perlu-konsep-
akademik-yang-sistematis-untuk-menangkal-radikalisme/).
http://belmawa.ristekdikti.go.id/2017/09/19/menristekdikti-perlu-konsep-
akademik-yang-sistematis-untuk-menangkal-radikalisme/).
http://belmawa.ristekdikti.go.id/2017/09/19/menristekdikti-perlu-konsep-
akademik-yang-sistematis-untuk-menangkal-radikalisme/).
http://wikipedia.com. Diakses pada tanggal 25 Juli 2018.
https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Islam_Internasional_Indonesia
https://www.kompasiana.com/praharabagoes/55485b83547b61be122524
ba/upaya-upaya-menangkal-isu-radikalisme).
Imam Machali & Ara Hidayat. The Hand Book of Education Management.
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2016).
Lexy, J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011).
Maisah. Manajemen Strategis dalam Perspektif Islam. (Jambi: Salim Media
Indonesia, 2016).
Montanari, John M. Startegic Mnagemet. (Chicago: The Dryden Press,
1990).
Pendidikan, http://wordpress, diakses tanggal 25 Juli 2018
Peraturan Presiden No 57 Tahun 2016, tentang Pendirian Universitas Islam
Internasional Indonesia, 2016.
Syahrizal Abbas. Manajemen Perguruan Tinggi: Beberapa Catatan
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014).
42. Uhar Suharsaputra. Manajemen Pendidikan Perguruan Tinggi. (Bandung:
PT. Rosdakarya, 2016)
Undang-undang No 12 Tahun 2012: Tentang Pendidikan Tinggi.
Wheelend, Thomas J & David Hunger. Strategic Management and Business
Policy. (Newyork: Addison Whesley).
William Dunn. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2013).
Youtube. Newschannel.com., Diakses tanggal 25 Juli 2018.