Dokumen tersebut membahas tentang kesulitan belajar dan memperhatikan pada anak, termasuk gejala-gejalanya, penyebabnya, dampak sosial dan emosional, serta cara membantu anak tersebut di sekolah dan rumah dengan menyesuaikan gaya belajarnya.
1. KESULITAN BELAJAR DAN MEMPERHATIKAN
Apakah anak anda:
- Masih berjuang menulis huruf di saat teman seusianya sudah bisa menulis satu kalimat?
- Bisa membaca, tapi tidak bisa menceritakan kembali isi bacaannya ?
- Tidak memahami pelajaran bila ia diminta membacanya sendiri, tapi bila dibacakan pelajaran
tersebut, dia ternyata memahami dan mampu menjawab pertanyaan.
- Sering salah melaksanakan perintah / instruksi
- Seperti tidak pernah mendengarkan nasihat / perintah anda
- Sangat pelupa
- Suka melamun dan tidak suka bergaul dengan teman-temannya
- Pemalas dan lambat bergerak
- Tidak bisa menceritakan sesuatu secara runtut, bahkan orang tuanya pun kesulitan memahami
ceritanya
- Kalau diminta menceritakan tentang suatu pengetahuan yang telah ia baca, ia akan menceritakan
dengan lengkap, tapi kalau diminta menuliskan, ia tidak bisa
- Ditolak bermain oleh teman-temannya, dan kerap dijadikan sasaran bullying / ejekan teman-
temannya
- Sulit mengerjakan soal matematika, bahkan hanya untuk tambah dan kurang yang sederhana
- Tidak tahan bila harus duduk dan belajar dalam waktu lama
- Selalu mengganggu teman-temannya, sehingga anda sering mendapat panggilan ke sekolah
Pernahkah anda curiga jangan-jangan anak anda memiliki gejala autis (autism spectrum syndrome) atau
gangguan konsentrasi yang disebut ADD / ADHD (Attention Deficit Disorder / Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) ? namun coba anda pahami dulu, jangan sampai anak anda mengalami
penanganan yang salah.
Mungkin itu karena anak anda mengalami KESULITAN BELAJAR DAN MEMPERHATIKAN, dalam
derajat yang berbeda-beda. Sesungguhnya kesulitan yang dialami anak adalah karena rendah / pendeknya
daya konsentrasinya, namun ini akan berdampak pada kemampuannya di sekolah maupun secara
komunikasi social. Paling tidak, jenis kesulitannya bisa terbagi menjadi 5 hal, walaupun satu jenis dengan
jenis yang lain akan saling terkait. Jenis kesulitan adalah :
1. Dalam hal membaca
2. 2. Dalam hal menulis
3. Dalam hal berhitung / matematika
4. Dalam hal kemampuan motorik / gerakan
5. Dalam hal ketrampilan komunikasi social
KENAPA MEREKA SEPERTI ITU ?
Mereka bukanlah anak-anak yang “pemalas, lambat, dan kurang berlatih / belajar”. lebih-lebih
lagi, mereka bukanlah anak-anak bodoh. Faktanya, mereka memiliki tingkat intelegensi rata-rata
atau diatas rata-rata. Karenanya, untuk tahu bagaimana sebenarnya anak anda, anda memerlukan
kepastian dengan tes intelegensi, tes pendengaran dan tes penglihatan (termasuk tes buta warna).
Karena kita harus memastikan anak kita tidak memliki kesulitan belajar dan memperhatikan
akibat adanya masalah pada tiga area tersebut.
Kalau memang mereka bukanlah anak bodoh / rendah tingkat kecerdasannya, lalu mengapa
mereka seperti itu ? karena kerja otak yang tidak normal pada area tertentu dan biasanya juga ada
faktor genetik atau keturunan, karena biasanya di satu keluarga ada beberapa anggota yang
memiliki kesulitan belajar dan memperhatikan. Contoh dari tidak normalnya cara kerja otak
adalah penelitian bidang kedokteran dengan menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
mengatakan bahwa bagian otak yang bertanggung jawab untuk pemrosesan bahasa bekerja
secara berbeda dengan otak normal, menyebabkan anak mengalami kesulitan membaca dan
berkomunikasi. Atau ketika bagian otak yang disebut prefrontal cortex, yang mengatur anak
untuk bisa memperhatikan, merencanakan dan menahan diri, berkembang lebih lambat, maka
anak akan mengalami gangguan kosenstrasi. Contohnya, planum temporal, sebuah ara di otak yang
berfungsi memahami bahasa, umumnya lebih besar dalam hemisphere yang dominan (sisi kiri pada
orang dengan tangan kanan) daripada hemisphere kanan. Tapi pada orang disleksia planum
temporale besarnya sama baik di sisi kiri maupun kanan.
SEPERTI APA BENTUK KESULITANNYA ?
CONTOH :
3. DI BIDANG MEMBACA DAN BAHASA :
Kesulitan Membaca dan Bahasa pada usia PAUD dan TK
Kesulitan mengenali huruf
Kesulitan mengenali huruf yang mirip, seperti b ; d dan p
Kesulitan menempelkan suku kata ke kata-kata, misalnya ke- dan -bun menjadi kebun
Kesulitan mengucapkan kata-kata yang panjang atau tidak familiar / tidak biasa diucapkan,
seperti kemarau menjadi kemau
Kesulitan mempelajari kata-kata baru
Memiliki kosa kata yang sedikit, dibanding anak seusianya
Kesulitan belajar berhitung, menghapalkan urutan nama hari atau urutan yang lain
Memiliki kesulitan rhyming / irama kata. Hal ini penting untuk menyusun puisi, seperti
daRAH seirama dengan maRAH
Kesulitan Membaca dan bahasa pada SD dan SMP
Berjuang lebih keras dalam membaca dan mengeja
Bingung atas susunan huruf dalam satu kata misalnya menuliskan “nama” padahal yang
dimaksud adalah “aman”
Kesulitan mengingat fakta dan angka
Kesulitan memegang pensil dengan benar, berdampak pada kerapian tulisan, atau
kecapaian tangan kalau untuk menulis dalam waktu lama dan cepat
Kesulitan menggunakan tata bahasa yang tepat
Kesulitan mempelajari ketrampilan baru yang memerlukan ingatan yang kuat
Terperangkap dengan soal matematika yang menggunakan soal cerita
Kesulitan menyebutkan kembali kata-kata baru / tidak dikenal
4. Kesulitan mengikuti arahan / instruksi / urutan
Kesulitan Membaca dan bahasa pada SMA
Kesulitan membaca dengan keras / reading out loud
Kemampuan membacanya dibawah level seharusnya
Kesulitan memahami bahan bercanda atau idioms
Memiliki kesulitan mengorganisir dan mengatur waktu
Berjuang untuk menyimpulkan cerita
Kesulitan belajar bahasa asing
DI BIDANG MENULIS :
Tulisannya sangat jelek, bahkan tidak terbaca oleh dirinya sendiri
Menulis sangat pelan dan berhati-hati
Mudah kewalahan oleh tugas menulis
Menolak menulis atau melakukan pekerjaan yang melibatkan menulis
Sering tertukar huruf atau tertinggal kata dan huruf
Banyak kesalahan ejaan dan tanda baca
Kesulitan menuangkan gagasannya secara tulisan
DI BIDANG MATEMATIKA :
Kesulitan Matematikan pada usia PAUD dan TK
Kesulitan menghitung hingga belasan dan puluhan
Kesulitan menghitung benda dalam suatu kelompok
Kesulitan memahami bahwa angka bisa digunakan untuk menggambarkan jumlah benda –
contohnya, angka 5 bisa digunakan untuk menggambarkan jumlah 5 pisang, 5 kucing, atau 5 jari.
Kesulitan mengenali dan menulis angka sampai dengan 20
5. Meloncati angka ketika menghitung, ketika anak-anak lain seusianya sudah mampu menghitung
secara teratur (umumnya anak bisa menghitung sampai 100 pada akhir masa TK)
Cenderung tidak mampu mengenali pola, sehingga belum mampu mengelompokkan benda
berdasar ukuran, bentuk, dan warna.
Kesulitan Matematika pada Awal Sekolah Dasar (TK-B sampai kelas 3 SD)
Tidak mampu menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan sederhana, secara mental
(missal masih menggunakan jari untuk membantu menghitung)
Kesulitan mengenali tanda-tanda dasar matematika, seperti tambah /plus atau kurang/minus
Kesulitan mengenali susunan angka, misalnya kesulitan membedakan 381 adalah 3 ratusan; 8
puluhan dan 1 satuan, sedang 38 adalah 3 puluhan dan 8 satuan. Hal ini menyebabkan sering
salah penempatan angka ketika menghitung secara vertical.
Kesulitan Matematika di kelas 4 SD hingga SMP
Tidak memahami konsep “lebih dari” dan “kurang dari”
Kesulitan belajar dan mengingat fakta matematika dasar seperti 3 x 4 = 12
Tidak bisa menghubungkan fakta matematika bahwa 5 + 5 = 10, jadi, 10 ‒ 5 = 5
Kesulitan mengenali bilangan decimal, pecahan, genap, ganjil dst.
Masih menggunakan jari untuk menghitung, dan belum menggunakan kalkulasi mental
Kesulitan meletakkan angka secara benar ketika menghitung secara vertical, misalnya
meletakkan puluhan dalam kolom ratusan
Tidak mengetahui kiri dan kanan
Menghindari games / permainan yang melibatkan strategi berhitung, seperti Sudoku
Kesulitan membaca jam
Kesulitan Matematika di SMA
Kesulitan menerapkan matematika untuk sehari-hari, misalnya untuk perencanaan keuangan
atau menambah jumlah resep makanan untuk orang yang lebih banyak
Kesulitan memahami peta dan bagan
Segan mengikuti aktivitas yang membutuhkan kemampuan memperkirakan kecepatan dan
jarak, seperti belajar mobil
6. Anak-anak dengan cara kerja otak yang berbeda seperti ini membutuhkan cara belajar khusus.
Mereka tidak bisa dipaksakan untuk terus mengikuti cara belajar konvensional / “normal” seperti
yang di sekolah. Bila itu terjadi, maka mereka tidak akan mampu memahami pelajaran dan
menyelesaikan ujian. Ujung-ujungnya, mereka akan dicap bodoh, bahkan “terbelakang” dan
ujung-ujungnya akan melukai harga diri mereka.
Sayangnya, tidak banyak orang tua dan guru memahami hal ini, sehingga mereka akan mencap
anak sebagai “malas dan kurang latihan”. Padahal, seberapa keras dan lamanya mereka berlatih
tidak akan berhasil bila tidak menemukan cara yang tepat untuk mereka. Cara belajar ini akan
mereka perlukan seumur hidup, karena bila kesulitan ini berasal dari cara kerja otak mereka,
maka hal ini akan menetap seumur hidup.
DAMPAK PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSIONAL
Jika seorang anak memiliki problem kesulitan belajar, dia mungkin akan mengalami kejadian-
kejadian yang memalukan seperti ketika dia salah mengartikan perintah guru, membuat
kesalahan ketika membaca dengan suara keras di depan kelas (sehingga membuat ia
ditertawakan seisi kelas), atau menggunakan kata-kata yang salah dalam pembicaraan. Hal ini
mengakibatkan penerimaan teman-temannya, entah mereka tidak mau berteman dengannya, atau
lebih buruk lagi, mengejeknya dan menghindarinya.
Untuk beberapa anak, situasi seperti ini semakin buruk karena mereka kesulitan membaca tanda-
tanda social (social cues). Mungkin mereka tidak sadar kalau mereka berdiri terlalu dekat
dengan lawan bicaranya, atau mereka mengulang bahan bercandaan yang sama.
BAGAIMANA KITA BISA MEMBANTU MEREKA ?
Sesungguhnya orang tua dan guru harus bekerja sama dalam membantu mereka. Namun karena
sistim pendidikan di Indonesia, sering sekolah tidak bisa menerapkan bantuan ini.
7. Contoh bantuan yang bisa dilakukan di sekolah adalah mengijinkan anak untuk :
Mempelajari materi menggunakan media digital (Mendengarkan rekaman audio/
audiobooks, film, atau video) daripada membaca text
Memberika materi text dengan item yang lebih sedikit per halamannya dan dengan font /
ukuran huruf yang lebih besar
Mendengarkan instruksi secara oral atau memberikan instruksi secara tertulis, secara
singkat dan jelas.
Merekam apa yang dikatakan guru, daripada mencatat
Meminjam catatan temannya
Memperjelas apa yang penting, yang harus dicatat
Memilih memberikan jawaban / respon dalam bentuk oral atau tertulis.
Merekam jawaban murid
Dalam hal komunikasi social, mereka perlu diingatkan secara langsung, tetapi tidak di depan
anak-anak lain, sehingga tidak menyinggung harga dirinya. Guru juga perlu membantu agar ia
tidak dijadikan bahan tertawaan bahkan bullying dengan mengajari anak-anak lain untuk
menghargai perbedaannya. Model perilaku yang diberikan guru dalam merespon anak-anak
dengan kesulitan belajar ini akan menjadi teladan pada murid-murid lain dalam merespon dan
menghargai anak lain.