1. MAKALAH
“Hubungan Stres dengan Motivasi Belajar dan Mekanisme Koping pada Remaja
Sekolah di Masa Pandemi Covid-19”
Sebagai syarat matakuliah Bahasa Indonesia
Disusun oleh,
Bambang Siswoko
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) China Country Office mengungkapkan
pada tanggal 31 Desember 2019, ditemukan gejala penyakit yang mirip dengan
pneumonia yang belum diketahui etiologinya di kota Wuhan, Provinsi Hubei,
China (WHO, 2020). China mengidentifikasi Pada tanggal 7 Januari 2020, gejala
penyakit yang mirip dengan pneumonia yang belum diketahui penyebabnya
termasuk jenis baru virus corona (coronavirus disease), Covid-19 (WHO, 2020).
WHO mengungkapkan pada tanggal 30 Januari 2020 bahwa virus corona menjadi
Public Health Emergency of International Concern/ kedaruratan kesehatan
masyarakat yang meresahkan dunia (PHEIC/KKMMD). Peningkatan jumlah
kasus Covid-19 berlangsung cukup cepat hingga antar negara (WHO, 2020).
Ditetapkannya Covid-19 sebagai pandemic global membuat pemerintah Indonesia
membuat kebijakan strategis agar menghindari penularan virus ini (Harahap et al,
2020).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan mengeluarkan Surat
Edaran Mendikbud Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 menyatakan agar seluruh
kegiatan belajar mengajar baik di sekolah maupun kampus/perguruan tinggi
menggunakan metoda Daring (Dalam Jaringan) atau online sebagai upaya
pencegahan dan penyebaran coronavirus disease (Covid-19) (Mendikbud, 2020).
Pembelajaran di saat pandemi Covid-19 dilakukan dengan sistem pembelajar
jarak jauh dan tidak dilakukan secara tatap muka serta menggunakan media cetak
(modul) maupun non cetak (audio/video), komputer/internet, siaran radio dan
televisi (Ferismayanti, 2020) Sistem pembelajaran jarak jauh yang dilakukan
secara online dapat menyebabkan peserta didik menjadi kurang aktif dalam
menyampaikan aspirasi dan pemikirannya, sehingga pembelajaran dapat menjadi
menjenuhkan. Seorang siswa yang mengalami kejenuhan dalam belajar dapat
membuat siswa mengalami penurunan hasil belajar (Kemdikbud, 2020).
Perubahan metode pembelajaran yang terjadi secara tiba-tiba, dapat
mempengaruhi kesehatan siswa, secara fisik maupun mental. Pengaruh kesehatan
3. yang dapat terjadi karena perubahan metode pembelajaran tatap muka (langsung)
menjadi pembelajaran jarak jauh salah satunya adalah stres (Putri et al, 2020).
Stres adalah reaksi seseorang terhadap stressor, seperti lingkungan atau
peristiwa yang membahayakan individu tersebut dan membebani kemampuan
kopingnya (Husnar et al, 2017).Stres adalah proses emosi dan fisiologis negatif
yang terjadi sewaktu orang mencoba menghadapi ancaman, dan mengganggu atau
mengancam kegiatan sehari-hari apabila orang tidak merasa bahwa mereka
sanggup mengatasi ancaman tersebut. Reaksi stres bisa berupa perilaku fisik,
psikologis, dan perilaku. Reaksi fisik mencakup sindrom adaptasi umum, yang
dimulai dengan reaksi alarm dan, jika tetap ada stresor, berlanjut ke tingkat
resistensi dan kelelahan (Kramer et al, 2014).
Dampak stres bagi siswa adalah motivasi belajar siswa yang rendah, gagal
dalam pelajaran, kompetensi yang dimiliki tidak berkembang (Rahmawati, 2016).
Motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari internal (dalam) dan eksternal
(luar) pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,
pada umumnya dengan beberapa indicator atau unsur yang mendukung. Indikator
ini mempunyai peranan penting untuk keberhasilan seseorang dalam belajar (Uno,
2013). Dari uraian diatas maka penelitian ini dilakukan dengan judul “Hubungan
Stres dengan Motivasi Belajar dan Mekanisme Koping pada Remaja Sekolah di
Masa Pandemi Covid-19”.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan stres
dengan motivasi belajar dan manajemen koping pada remaja yang menjalani SFH
(school from home) di masa pandemi COVID 19?”
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan
motivasi belajar dan manajemen koping pada remaja yang menjalani SFH (school
from home) di masa pandemi COVID 19.
4. BAB II
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis riset kepustakaan (library research). Apa
yang disebut dengan riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2008). Sedangkan
menurut Mahmud dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan menjelaskan
bahwa penelitian kepustakaan yaitu jenis penelitian yang dilakukan dengan
membaca buku-buku atau majalah dan sumber data lainnya untuk menghimpun
data dari berbagai literatur, baik perpustakaan maupun di tempat-tempat lain
(Mahmud, 2011). Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa penelitian
kepustakaan tidak hanya kegiatan membaca dan mencatat data-data yang telah
dikumpulkan. Tetapi lebih dari itu, peneliti harus mampu mengolah data yang
telah terkumpul dengan tahap-tahap penelitian kepustakaan.
Dalam penelitian ini penulis menerapkan metode penelitian kepustakaan
karena setidaknya ada beberapa alasan yang mendasarinya. Pertama bahwa
sumber data tidak melulu bisa didapat dari lapangan. Adakalanya sumber data
hanya bisa didapat dari perpustakaan atau dokumen-dokumen lain dalam bentuk
tulisan, baik dari jurnal, buku maupun literatur yang lain.
Kedua, studi kepustakaan diperlukan sebagai salah satu cara untuk
memahami gejala-gejala baru yang terjadi yang belum dapat dipahami, kemudian
dengan studi kepustakaan ini akan dapat dipahami gejala tersebut. Sehingga
dalam mengatasi suatu gejala yang terjadi, penulis dapat merumuskan konsep
untuk menyelasaikan suatu permasalahan yang muncul.
Alasan ketiga ialah data pustaka tetap andal untuk menjawab persoalan
penelitinya. Bagaimanapun, informasi atau data empirik yang telah dikumpulkan
oleh orang lain, baik berupa buku-buku, laporan-laporan ilmiah ataupun laporan-
laporan hasil penelitian tetap dapat digunakan oleh peneliti kepustakaan. Bahkan
dalam kasus tertentu data lapangan masih kurang signifikan untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang akan dilaksanakan.
5. BAB III
PEMBAHASAN
Menurut Proverawati (dalam Arista, 2017), masa remaja merupakan masa
yang penuh gejolak dimana pada masa ini suasana hati remaja bisa berubah-ubah
dengan sangat cepat, selain itu menurut Ade (dalam Arista, 2017) emosionalitas
pada remaja dapat dipengaruhi oleh adanya faktor kematangan, faktor belajar,
kemurungan, ledakan marah dan kecenderungan untuk menangis serta pada masa
ini remaja akan sangat mudah merasa gelisah, khawatir dan cepat marah.
Selama pembelajaran daring siswa merasa lebih nyaman karena dapat
belajar dari rumah dan jam pembelajaran menjadi lebih singkat daripada di
sekolah, sedangkan remaja yang mengalami stres terjadi akibat tuntutan orang tua
tentang nilai yang baik di sekolah dan orang tua yang terlalu memaksakan
kehendaksehingga membuat remaja tertekan dan mudah stres hal ini sesuai
dengan penelitian (Arista, 2017) dimana pada penelitian tersebut juga
menghasilkan data remaja banyak mengalami stres akibat tutntutan dari orang tua
Juntuk selalu mendapat nilai terbaik. Stres adalah proses emosi dan fisiologis
negatif yang terjadi sewaktu orang mencoba menghadapi ancaman, dan
mengganggu atau mengancam kegiatan sehari-hari apabila orang tidak merasa
bahwa mereka sanggup mengatasi ancaman tersebut. Reaksi stres bisa berupa
perilaku fisik, psikologis, dan perilaku. Reaksi fisik mencakup sindrom adaptasi
umum, yang dimulai dengan reaksi alarm dan, jika tetap ada stresor, berlanjut ke
tingkat resistensi dan kelelahan (Kramer et al, 2014). Mahasiswa yang mengalami
stres akademik secara emosional akan menunjukan prilaku seperti gelisah atau
cemas, sedih atau depresi yang dikarenakan tekanan akademik dan merasa harga
dirinya menurun atau merasa tidak mampu untuk melaksanakan tugas
pembelajaran dampak stres bagi mahasiswa adalah motivasi belajar mahasiswa
yang rendah, gagal dalam pelajaran, kompetensi yang dimiliki tidak berkembang
(Rahmawati, 2016).
Menurut Uno (2013) motivasi belajar adalah dorongan internal dan
ekternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang mendukungnya.
Faktor motivasi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu sumber motivasi dari
6. dalam diri (intrinsik) dan sumber motivasi dari luar (ekstrinsik). Motivasi intrinsik
adalah motif – motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang
dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Sebagai contohnya seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang
menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya
sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif – motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya rangsangan dari luar atau perilaku individu yang hanya muncul
karena adanya hukuman atau tidak muncul karena ada hukuman, sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah motif – motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
rangsangan dari luar Atau perilaku individu yang hanya muncul karena adanya
hukuman atau tidak muncul karena ada hukuman (Sardiman, 2012;Uno, 2013).
Motivasi belajar sangat mempengaruhi hasil belajar. Mujiman (dalam
Arista, 2017) menyatakan motivasi belajar yang tinggi dipengaruhi oleh teknik
belajar dimana teknik belajar yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar, dan
hasil belajar yang baik dapat meningkatkan motivasi belajar. Motivasi belajar
merupakan kekuatan yang menjadi pendorong perilaku individu untuk mencapai
tujuan tertentu. Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam perilaku
individu yaitu akan mempengaruhi kekuatan dari perilaku tersebut Sukmadinata
(dalam Pasaribu 2018). Setiap individu memiliki harapan untuk dapat
menyelesaikan pendidikan dengan hasil yang baik untuk mempermudah mereka
mendapatkan pekerjaan setelah lulus, sehingga remaja akan memiliki motivasi
tinggi untuk mewujudkan harapan tersebut.
Dari data hasil ditemukan jika stres rendah maka motivasi belajar tinggi,
dan apabila stres berat makan motivasi belajar akan rendah hal ini dikarenakan
stres merupakan perasaan yang bersifat positif maupun negatif terhadap suatu hal.
Salah satu cara untuk mengurangi stres adalah dengan melakukan koping stres.
Dalam dunia akademik tentu saja terdapat stres dan motivasi belajar dimana stres
dapat mempengaruhi motivasi belajar akan tetapi jika stres dapat dikelola dengan
baik maka stres tersebut akan menjadi dorongan seseorang untuk melakukan hal-
hal positif salah satunya rajin belajar. Dapat disimpulkan bahwa stres bukan
merupakan indikator utama yang mempengaruhi turunnya motivasi belajar siswa.
7. Menurut Hidayat (2016), stres merupakan faktor fisik, kimiawi, dan
emosional yang dapat menyebabkan tekanan pada tubuh atau mental dan dapat
menjadi faktor timbulnya penyakit. Stres adalah respons non-spesifik generalisata
tubuh terhadap setiap faktor yang mengatasi, atau mengancam untuk mengatasi,
kemampuan kompensasi tubuh untuk mempertahankan homeostasis. Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan stres dapat dibagi atas faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu mahasiswa sendiri
misalnya kondisi fisik, motivasi, dan tipe kepribadian dari mahasiswa itu sendiri.
Sedangkan Faktor eksternal biasanya berasal dari luar individu seperti keluarga,
pekerjaan, fasilitas, lingkungan, dosen dan lain-lain. (Heiman dan Kariv, 2005
dalam Sutjiato et al, 2015). Tingkatan stres terdiri dari tingkat stres ringan, stres
sedang, stres berat dan stres sangat berat.
Tingkatan stres yang masih dapat dikatakan dalam batas baik yaitu tingkat
stres ringan dan sedang. Stres ringan dan sedang memiliki gejala seperti mudah
marah, mudah tersinggung, tidak sabaran dan mudah cemas. Pada tingkatan
tersebut tubuh masih mampu mengkompensasi adanya stres yang ada. Akan tetapi
pada stres berat dan stres sangat berat tubuh mulai kesulitan untuk
mengkompensasi adanya stres dalam tubuh, sehingga akan menimbulkan efek
negatif bagi tubuh seperti munculnya perasaan tertekan, putus asa dan merasa
bahwa hidup ini tidak bermanfaat (Puspitha,2018).
Terdapat hubungan antara stres dengan motivasi belajar, dimana dalam
penelitian tersebut dijelaskan bahwa stres yang diakibatkan lingkungan yang tidak
kondusif, kebisingan, aktivitas ayng dilakukan berulang-ulang mengakibatkan
turunnya motivasi belajar.
Stress yang dialami individu menjadi bertambah atau berkurang hal ini
tergantung bagaimana individu tersebut beradaptasi terhadap stresor, proses
adaptasi tersebut dinamakan dengan mekanisme koping (Davidson dalam
Adinanda 2020). Mesuri dalam (Adinanda 2020) mengatakan individu
cenderungmenggunakan mekanisme koping adaptif pada situasi yang dapat diatasi
dan individu menggunakan mekanisme koping maladaptive pada situasi yang
berat dan diluar kemampuan individu, penggunaan mekanisme koping maladaptif
8. terus-menerus juga memiliki dampak lanjut yaitu tingkat stress akan tinggi dan
dapat menyebabkan depresi.
Apabila mereka mulai merasa stres mereka akan mencari atau melakukan
hal-hal yang bisa mengurangi rasa stress tersebut misalnya dengan bermain game,
menonton drama, tidur dan lain sebagainya.
Mekanisme koping adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan,serta respon
terhadap situasi yang mengancam (Fitriyani, 2015), ketika individu tidak memiliki
koping yang baik, maka yang muncul adalah tindakan maladaptif yang mengubah
keseimbangan kearah yang lebih buruk, kurangnya konsep diri dan kemunduran
dalam menjalankan fungsi sosial. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
siswa mempunyai mekanisme koping yang adaptifdimana usia remaja masuk pada
fase remaja pertengahan yaitu usia 15-18 tahun, hal ini sesuai dengan penelitian
Gembeck & Locke (dalam Fitriyani, 2015) yang menyatakan masa remaja awal
lebih menggunakan koping maladaptif dibanding masa remaja pertengahan, tahap
remaja pertengahan cenderung menggunakan koping adaptif.
9. BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Selama pembelajaran daring siswa merasa lebih nyaman karena dapat
belajar dari rumah dan jam pembelajaran menjadi lebih singkat daripada di
sekolah, sedangkan remaja yang mengalami stres terjadi akibat tuntutan orang tua
tentang nilai yang baik di sekolah dan orang tua yang terlalu memaksakan
kehendaksehingga membuat remaja tertekan dan mudah stress.
Stres dapat mempengaruhi motivasi belajar akan tetapi jika stres dapat
dikelola dengan baik maka stres tersebut akan menjadi dorongan seseorang untuk
melakukan hal-hal positif salah satunya rajin belajar. Dapat disimpulkan bahwa
stres bukan merupakan indikator utama yang mempengaruhi turunnya motivasi
belajar siswa.
Stress yang dialami individu menjadi bertambah atau berkurang hal ini
tergantung bagaimana individu tersebut beradaptasi terhadap stresor, proses
adaptasi tersebut dinamakan dengan mekanisme koping. Ketika individu tidak
memiliki koping yang baik, maka yang muncul adalah tindakan maladaptif yang
mengubah keseimbangan kearah yang lebih buruk, kurangnya konsep diri dan
kemunduran dalam menjalankan fungsi sosial.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, adapun saran bagi pihak yang
bersangkutan, sebagai berikut : Bagi pihak sekolah, perlu diadakannya program
untuk mengkaji tingkat stress siswa dan mengarahkan mereka agar menggunakan
strategi koping yang tepat dalam menghadapi situasi stres khususnya dalam proses
belajar. Perlunya dukungan serta pembuatan metode pembelajaran yang
menyenangkan sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi belajar siswa.
10. DAFTAR PUSTAKA
Arista, M. P. (2017). Hubungan Tingkat stres dengan Kejadian Dysmenorrea pada
Remaja Putri di MAN 1 Kota Madium. Doctoral Dissertation.
Ferismayanti, 2020. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran
Online Akibat Pandemi COVID-19. Kementrian Pendidikan Indonesia. :1-10.
Fitriyani, R. (2015). Hubungan Tingkat Stres Dengan Strategi Koping Yang
Digunakan Siswa-Siswi SMAN 2 Kota Tangerang Selatan.
http://repository.uinjkt.ac.id/
Harahap, A C P Harahap, D.P., R Harahap, S.R., 2020. Analisis Tingkat Stres
Akademik Pada Mahasiswa Selama Pembelajaran Jarak Jauh Dimasa Covid-
19.Jurnl Kajian Konseling dan Pendidikan. (3):10–14.
Hidayat, Z., Tinggi, S., Widya, I.E., Lumajang, G., 2016. Pengaruh Stres Dan
Kelelahan Kerja Terhadap Kinerja Guru Smpn 2 Sukodono Di Kabupaten
Lumajang. Jurnal Penelitian ekonomi wiga (6):36–44.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2020. Surat
Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
35952/MPK.A/HK/2020.Mendikbud RI:1–2.
Kramer, G.P., Bernstein, D.A., Phares, V., 2014. Intorduction to Clinical
Psychology, 8th ed. America: Prohibited reproduction.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. CV Pustaka Setia: Bandung.
Putri, R.M., Oktaviani, A.D., Utami, A.S.F., Ni`maturrohmah, Addiina, H.A.,
Nisa, H., 2020.
Rahmawati, M. (2019). Tingkat Stres Dan Indikator Stres Pada Remaja Yang
Melakukan Pernikahan Dini. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia.Vol.5(1)
25-33. https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/view/11180
Tusa'diyah H. Hubungan tingkat stress akademik dengan oligomenore pada
mahasiswi tahun pertama pendidikan dokter universitas andalas tahun 2017. 2018.
[skripsi]. Padang: Universitas Andalas.
Uno, H.B., 2013. Teori Motivasi dan Pengukuranya.Jakarta:PT BumiAksara,
Zed, M. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.