Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, internal control over financing implementasi pada pt. rayas, universitas mercu buana, 2018
SISTEM INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL
(SI – PI)
Internal Control Over Financing
Implementasi pada PT. Rayas Triputra Sejati
Forum dan Kuis ke 14
Dosen :
Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
Dibuat oleh :
Min Sururi Anfusina
(55517120053)
1. Internal over financing reporting
Menurut Khristina Damayanti (2017) Pengendalian Internal atas Pelaporan Keuangan (Internal
Control over Financing Reporting — ICOFR) merupakan suatu proses yang dirancang dan
dilaksanakan oleh manajemen perusahaan dalam rangka mencapai keandalan laporan keuangan,
efisiensi, dan efektivitas operasi, serta kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku untuk
memberikan keyakinan yang memadai. Pelaksanaan ICOFR ini diatur di dalam SOX Section 404
yang berjudul “Management Assessment of Internal Control”. Section ini mengatur bahwasannya
manajemen dari perusahaan yang terdaftar di pasar modal Amerika Serikat (NYSE) wajib
melakukan pelaporan atas efektivitas ICOFR serta wajib menyertakan atestasi auditor pula atas
efektivitas ICOFR-nya.
Menurut U.S Securities and Exchange Commisission (2003) dalam Masitoh (2017) menyatakan
bahwa Internal over control financing reporting adalah sebuah proses dalam perusahaan yang
memberikan keyakinan memadai terkait keandalan dari pelaporan keuangan dan proses persiapan
laporan keuangan dan proses persiapan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Internal over financing report adalah serangkaian prosedur dan tata kelola perusahaan untuk
memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan handal akurat dan tepat waktu.
Internal over financing reporting memiliki tujuan untuk memastikan rincian transaksi yang akurat
handal dan bebas dari kesalahan yang materil atas seluruh pengelolaan transaksi yang
berhubungan dengan perusahaan, hingga akhirnya memberikan keyakinan memadai kepada
seluruh stakeholder bahwa seluruh transaksi dan pelaporannya telah dicatat,diolah, disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi atau standar yang berlaku dan memberi keyakinan bahwa internal
control merupakan upaya pencegahan dari tindak kecurangan dan memudahkan identifikasi atas
seluruh perolehan dan pengelolaannya.
2. Alasan diperlakukannya internal over financing reporting di Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Peraturan BPK RI no 1 tahun 2007, PSP 03 telah mengatur standar pelaporan pemeriksaan
keuangan, yang berkaitan pelaporan terhadap pengendalian internal, sehinga efektivitas atas
internal control pelaporan keuangan menjadi suatu keharusan bagi perusahaan
b. Untuk dapat mencegah kemungkinan adanya fraud
c. Adanya konvergensi IFRS, menyebabkan perlunya pengembangan internal control ini, karena
kebijakan akuntansi dan control, pengungkapan prosedur menjadi dasar pembuatan rancangan
risiko dan kontrol yang menyeluruh yang menggambarkan bagaimana setiap hambatan
dimitigasi, diotorisasi, dicatat, diproses, dan dilaporkan dalam laporan keuangan.
3. Manfaat program Internal over financing reporting
a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.
b. Meningkatkan tingkat kepada hukum dan peraturan yang berlaku
c. Menjaga reputasi dalam pandangan stakeholder
d. Memudahkan penilaian terhadap perusahaan
e. Pengungkapan laporan keuangan yang handal
f. Mempermudah proses audit
g. Meningkatkanya kepercayaan terhadap laporan keuangan
h. Meningkatkan kredibilitas perusahaan
i. Meningkatkan efektivitas operasi
j. Proses pengambilan keputusan yang lebih tepat
4. Elemen dalam internal controls over financing reporting)
Bostelman (2005:15) dalam Khristina Damayanti (2017) menyatakan bahwa proses pengendalian
internal atas pelaporan keuangan (internal controls over financing reporting) harus mencakup tiga
elemen, yaitu:
a. Pemeliharaan dokumentasi yang akurat, wajar, dan dalam rincian yang memadai yang
mencerminkan transaksi dan disposisi asset.
b. Keyakinan yang memadai atas pencatatan transaksi sesuai dengan prinsip akuntansi secara
umum.
c. Keyakinan yang memadai terhadap tindakan prevention atau detection pada hak akuisisi,
penggunaan, atau disposisi asset perusahaan.
5. Level control menurut TELKOM presentation to HCGA (2007:16) dalam Kristhina
Damayanti (2017) yaitu:
a. Entity level control
Soft control, pengendalian yang dilakukan oleh top manajemen, seperti: komitmen dari
pimpinan puncak, etika bisnis, dan corporate governance.
b. Transactional level control
Hard control/physical control, pengendalian di dalam proses dan sistem untuk mengawali,
mencatat, melaksanakan, dan melaporkan transaksi yang telah dilakukan. Dengan kata
lain, pengendalian internal level transaksional melibatkan serangkaian aktivitas yang
secara umum bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh akun signifikan beserta risiko
dan pengendalian terkait telah diidentifikasi, dilaksanakan, dan diuji secara memadai
sehingga efektivitasnya dapat terukur.
c. IT General control
Pengendalian atas aplikasi dan sistem pemeliharaan software dan keamanan akses dalam
program aplikasi dan data perusahaan, yang disesuaikan denganperan dan tanggung jawab
karyawan.
6. Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling berkaitan sebagai berikut:
Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi,
mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern,
menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian menyediakan arahan
bagi organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian dari orang-orang yang
ada di dalam organisasi tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh di dalam
lingkungan pengendalian antara lain integritas dan nilai etik, komitmen terhadap
kompetensi, dewan direksi dan komite audit, gaya manajemen dan gaya operasi,
struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, praktik dan kebijkan
SDM. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang lingkungan
pengendalian untuk memahami sikap, kesadaran, dan tindakan manajemen, dan
dewan komisaris terhadap lingkungan pengendalian intern, dengan
mempertimbangkan baik substansi pengendalian maupun dampaknya
secarakolektif.
Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
bagaimana risiko harus dikelola. Penentuan risiko tujuan laporan keuangan adalah
identifkasi organisasi, analisis, dan manajemen risiko yang berkaitan dengan
pembuatan laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan PABU. Manajemen
risiko menganalisis hubungan risiko asersi spesifik laporan keuangan dengan
aktivitas seperti pencatatan, pemrosesan, pengikhtisaran, dan pelaporan data-data
keuangan. Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa
dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif
mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan
melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan
keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena berbagai keadaan, antara lain
perubahan dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru
atau yang diperbaiki, teknologi baru, lini produk, produk, atau aktivitas baru,
restrukturisasi korporasi, operasi luar negeri, dan standar akuntansi baru.
Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
menjamin bahwaarahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu
memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam
pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan
diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas
pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai
kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan review terhadap kinerja,
pengolahan informasi, pengendalian fisik, dan pemisahan tugas. Aktivitas
pengendalian dapat dikategorikan sebagai berikut.
a) Pengendalian Pemrosesan Informasi
pengendalian umum
pengendalian aplikasi
otorisasi yang tepat
pencatatan dan dokumentasi
pemeriksaan independen
b) Pemisahan tuga
c) Pengendalian fisik
d) Telaah kinerja
Informasi Dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan
pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang
melaksanakan tanggung jawab mereka. Sistem informasi yang relevan dalam
pelaporan keuangan yang meliputi sistem akuntansi yang berisi metode untuk
mengidentifikasikan, menggabungkan, menganalisa, mengklasikasi, mencatat, dan
melaporkan transaksi serta menjaga akuntabilitas asset dan kewajiban. Komunikasi
meliputi penyediaan deskripsi tugas individu dan tanggung jawab berkaitan dengan
struktur pengendalian intern dalam pelaporan keuangan. Auditor harus memperoleh
pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan
keuangan untuk memahami :
a) Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan
keuangan
b) Bagaimana transaksi tersebut dimulai
c) Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan
keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi
d) Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai
dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik yang
digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses
informasi.
Pemantauan / Monitoring
Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi
pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini
dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi
secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas,
auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan
kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup
penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan pelanggan
dan respon dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah
atau bidang yang memerlukan perbaikan. Komponen pengendalian intern tersebut
berlaku dalam audit setiap entitas. Komponen tersebut harus dipertimbangkan dalam
hubungannya dengan ukuran entitas, karakteristik kepemilikan dan organisasi
entitas, sifat bisnis entitas, keberagaman dan kompleksitas operasi entitas, metode
yang digunakan oleh entitas untuk mengirimkan, mengolah, memelihara, dan
mengakses informasi, serta penerapan persyaratan hukum dan peraturan
7. Implementasi Internal over financing pada PT. Rayas Triputra Sejati
Berdasarkan pedoman ICOFR yang merujuk pada COSO maka implementasi pada PT rayas
di dasari komponen pengendalian yang terdiri dari:
1. Lingkungan Pengendalian (control environment)
2. Penilaian Resiko
3. Aktifitas pengendalian
4. Informasi dan Komunikasi
5. Pengawasan
Internal control over financing reporting memberikan keyakinan memadai bahwa proses
pencatatan di laporan keuangan telah didukung internal control yang efektif. ICOFR
terbagi menjadi delapan segmen antara lain: pendapatan, biaya operasi, aset tetap,
persediaan, proyek, perbendaharaan, perpajakan, dan pelaporan keuangan.
PT Rayas telah menerapkan dan evaluasi atas penilaian efektivitas dari transaksi
operasionl dengan menerapkan dan memelihara sistem pengendalian internal, transaksi
operasional merupakan kegiatan yang paling rentan akan terjadinya masalah fraud
terhadap proses pembelian barang, dan perhitungan cost of good sold. Hal tersebut
mendorong perusahaan dengan aktif mencanangkan dan menyusun sebuah kerangka
ICOFR untuk meminimalisr dan mencari sousli dari masalah yang terjadi sehingga
menghambat kinerja perusahaan dan manajemen dalam menghasilkan laba. Dari
implementasi ICOFR terhadap kegiatan operasional diharapkan PT. Rayas dapat
mencapai sasaran sebagai berikut:
a. Mencegah terjadinya mark up harga
b. Mencegah terjadinya fraud atas laba
c. Memberikan keandalan atas perhitungan cost pembelian barang dagang
d. Menyempurnakan proses bisnis
e. Meningkatkan laba
f. Menambah jumlah customer
Dampak dari Implemtasi ICOFR
1. Efek dari implementasi ICOFR yang diterapkan PT rayas adalah terjadinya kenaikan
laba dari tahun sebelum implemntasi ke susudah implemntasihal inimenujukan bahwa
implementasi ICOFR memberikan dampak nyata pada kinerja keuangan
2. Pada tahun 2017 hingga 2018 terjadi penurunan laba dan rasio hutang yang
meningkat untuk menambah sumber pendaanan dikarenkaan efek dari fluktuatif kurs
yang mengakibtkan naiknya cost atas perolehan barang, dan terjadi pemeriksaan
terkait kepatuhan atas data perpajakan tahun sebelum implementasi ICOFR.
3. Terdapat perbaikan sistem mulai dari pengembangan pada sistem pencatatan dengan
beralih mengunakan software akuntansi, sehingga control terhadap input data lebih
mudah dan laporan keuangan yang disajikan lebih andal dan akurat.
Sumber :
Damayanti, Khristina 2017. Implementasi dan desain ICOFR 1.
(https://medium.com/@khristdamay/implementasi-dan-desain-icofr-1-509943e5ef39, diakses
rabu 04 mei 2018 jam 21:15)
Kharisma, Megania.2017 Internal Contro over financing report.implementasi dan desai I co fr
((https://www.slideshare.net/meganiakharisma/forum-dan-quiz-minggu-14-internal-control-
over-financing-reporting-implementasi-dan-desain-i-co-fr) diakses 3 juli 2018