SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 14
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI
A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar
1. Definisi
Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu emosional
disertai kerusakan secara aktual maupun potenial atau kerusakan jaringan secara
menyeluruh (Ignativicius (1991) dalam Lukman & Ningsih, 2013). Nyeri adalah
suatu mekanisme protektif bagi tubuh, nyeri timbul bilamana jaringan rusak dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untung menghilangkan rasa nyeri
tersebut. (Lukman & Ningsih, 2013).
The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan
nyeri sebagai berikut nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan.
Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen
objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek emosional
dan psikologis). Sedangkan nyeri akut disebabkan oleh stimulasi noxious akibat
trauma, proses suatu penyakit atau akibat fungsi otot atau viseral yang terganggu.
Nyeri tipe ini berkaitan dengan stress neuroendokrin yang sebanding dengan
intensitasnya. Nyeri akut akan disertai hiperaktifitas saraf otonom dan umumnya
mereda dan hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan (Ni Putu Wardani,
2014).
2. Etiologi
a. Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab
yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik
misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis,
kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah.
Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma
psikologis.
b. Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikis berkaitan dengan terganggunya
serabut saraf reseptor nyeri. serabut saraf resptor nyeri ini terletak dan tersebar
pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih
dalam. Sedangkan nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri
yang dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma
psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik (Asmadi, 2008).
3. Klasifikasi
Menurut Prasetyo (2010) klasifikasi nyeri di bagi menjadi :
a. Nyeri Akut
Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cidera akut, penyakit, atau intervensi
bedah memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan
sampai berat) dan berlangsug untuk waktu singkat. Nyeri akut merupakan
signal bagi tubuh akan cidera atau penyakit yang akan datang namun nyeri akut
akan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah area pulih kembali.
Nyeri akut disebabkan oleh aktivitas nosireseptor dan biasanya
berlangsung dalam wantu yang singkat atau kurang dari 6 bulan, dan datang
tiba-tiba. Nyeri akut dianggap memiliki durasi terbatas dan bisa diprediksi,
seperti nyeri pasca operasi, yang biasanya akan menghilang ketika luka
sembuh. Klien sebagian besar menggunakan kata-kata “tajam”,“tertusuk”, dan
tertembak untuk mendiskripsikan nyerinya (Black & Hawks, 2014).
Penyebab dari nyeri akut adalah agen cedera fisiologis (misalnya:
inflamasi), agen pencedera kimiawi (misalnya: bahan kimia iritan), dan agen
pencedera fisik (misalnya: abses, prosedur operasi, trauma). Kondisi klinis
terkait nyeri akut adalah kondisi pembedahan, cedera traumatis, infeksi,
sindrom koroner akut dan glaukoma. (PPNI, 2016).
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang periode waktu. Nyeri kronik berlangsung diluar waktu penyembuhan
yang sering dikaitkan dengan penyebab atau cedera fisik. Nyeri kronik dapat
terjadi pada kanker tetapi nyeri jenis ini mempunyai penyebab yang dapat
diidentifikasi. Misal nyeri pada kanker timbul akibat kompresi saraf perifer,
atau meninges akibat kerusakan struktur ini setelah pembedahan, kemoterapi
dan infiltrasi tumor. (Smeltzer & Bare, 2013).
Menurut Black & Hawks (2014) menjelaskan bahwa nyeri kronik
biasanya dianggap sebagai nyeri yang berlangsung lebih dari 6 bulan (atau 1
bulan lebih dari normal di masa-masa akhir kondisi yang menyebabkan nyeri)
dan tidak diketahui kapan berakhir kecuali nika terjadi penyembuhan yang
lambat, seperti pada luka bakar. Sedangkan menurut PPNI (2016) nyeri kronik
adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan sampai berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3
bulan. Penyebab dari nyeri kronik adalah kondisi muskuloskeletal kronis,
keruskan sistem saraf, penekanan saraf, infiltrasi tumor, ketidakseimbangan
nerotransmiter, neuromodulator, dan reseptor, gangguan imunitas, ganguan
metabolik. Kondisi klinis terkait nyeri kronik misalnya arthritis rematoid,
infeksi, cedera medula spinalis dan kondisi pasca trauma.
4. Faktor Persepsi dan Reaksi terhadap Nyeri
Menurut Prasetyo (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi
terhadap nyeri meliputi :
a. Usia
Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada
individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri
dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Karena anak kecil
yang belum dapat mengungkapkan kata-kata juga mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan secara verbal dan mengekpresikan nyeri kepada kedua
orangtua ataupun pada perawat. Terkadang anak-anak enggan menungkapkan
keberadaan nyeri yang mereka alami dikarenakan mereka takut akan tindakan
keperawatan yang harus mereka terima nantinya.
Sedangkan pada pasien lansia perawat harus melakukan penkajian lebih
rinci ketika lansia melaporkan adanya nyeri. Seringkali lansia memiliki sumber
nyeri lebih dari satu. Terkadang penyakit yang berbeda-beda yang diderita
lansia menimbulkan gejala yang sama, sebagai contoh nyeri dada tidak selalu
mengindikasikan serangan jantung, nyeri dada dapat timbul karena gejala
arthritis pada spinal dan gejala gangguan abdomen. Sebagai lansia terkadang
pasrah terhadap apa yang mereka rasakan, mereka menganggap bahwa hal
tersebut merupakan konsekuensi penuaan yang tidak bisa dihindari.
b. Jenis Kelamin
Secara umum wanita dan pria tidak berbeda secara signifikan dalam
berespon terhadap nyeri. Hanya berbeda budaya yang menganggap bahwa
seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis
dibandingkan anak perempuan dalam situasi sama ketika merasakan nyeri.
Namun berdasar penelitian terahir dalam memperhatikan hoemon seks pada
mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormon seks
testosteron menaikan ambang nyeri pada percobaan binatang sedangkan
estrogen meningkatkan pengenalan sensitivitasan terhadap nyeri.
Bagaimanapun manusia itu lebih kompleks dan dipengaruhi oleh personal,
sosial, budaya dan lain-lain.
c. Kebudayaan
Seringkali perawat berasumsi bahwa respon pada setiap klien dalam
maslah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira bagaimana klien
berespon terhadap nyeri. Sebagai contoh, apabila seorang perawat yakin
bahwa menangis dan merintih mengidentifikasikan suatu ketidakmampuan
dalam mengontrol nyeri, akibtanya pemberian terapi bisa jadi tidak cocok klien
berkebangsaan Maroko-Amerika, karena mereka tidak selalu mempersiapkan
pengalaman nyeri sebagai suatu yang berat atau mengharapkan perawat
melakukan intervensi.
d. Makna Nyeri
Nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seorang
beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang merasakan nyeri saat bersalin
akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan lainnya yang nyeri karena
dipukul suaminya.
e. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan
pada masing-masing individu. Nyeri sering dirasakan mungkin terasa ringan,
sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan
kualitas nyeri, masing- masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan
nyeri seperti tertusuk, nyeri tumpul, berdenyut dan lain-lain. Misalnya individu
yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri yang berbeda dengan individu
yang tersiram air panas.
f. Perhatian
Tingkat nyeri pada seseorang terhadap nyeri akan mempengarui persepsi
nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon
nyeri sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan penurunan
respon nyeri. Konsep inilah yang mendasari berbagai terapi untuk
menghilangkan nyeri seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided
imagery) dan masase.
g. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang
dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri
juga dapat menimbulkan perasaan cemas. Sebagai contoh seorang yang
menderita kanker kronis dan merasa takut akan kondisi penyakitnya akan
meningkatkan persepsi nyerinya.
h. Keletihan (kelelahan)
Keletihan / kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan
sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu.
i. Pengalaman Sebelumnya
Indi
vidu bealajar dari penagalaman nyeri sebelumnya, akan tetapi
pengalaman yang dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu
tersebut akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa mendatang.
Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih mudah mengantisipasi
nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit akan nyeri.
j. Dukungan Keluarga dan Sosial
Seseorang yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan,
bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain atau teman dekat. Meskipun
nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang dicintai akan meminimalkan
kesepian dan ketakutan sehingga klien tidak berfokus pada nyeri yang
dirasakan.
5. Efek Nyeri
Menurut Wahyudi & Wahid, (2016) menjelaskan efek nyeri adalah sebagai
berikut ini :
a. Tanda dan gejala fisik
Tanda fisiologis dapat menunjukan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak
mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk engkaji
tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi keterlibatan
saraf otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah dan
frekuensi pernapasan meningkat.
b. Efek perilaku
Pasien seringkali saat mengalami nyeri pasien sering meringis, mengerutkan
dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot,
menghindari kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan
nyeri.
c. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Klien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam
aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam tindakan higine normal dan
dapat mengganggu aktivitas sosial dan berhubungan seksual.
6. Patofisiologi dan Pathway
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang
nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas
dalam kulit yang berespons hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial
merusak. Reseptor nyeri disebut juga nyeri nosiseptor. Secara anatomis, reseptor
nyeri (nosiseptor) ada yang bermialin dan ada yang tidak bermialin dari saraf
eferen.
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa
rute saraf dan akhirnya sampai didalam massa berwarna abu-abu di medula
spinalis. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan
pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan
nyeri. Semua kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus internal, mekanik,
kimiawi, atau stimulus listrik yang menyebabkan pelepasan substansi yang
menghasilkan nyeri.
Nosiseptor kutanius berasal dari kulit dan subkutan. Nyeri yang berasal dari
daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan
kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen, yaitu:
a. Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det) yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang apalagi
penyebab nyeri dihilangkan.
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5-2m/det) yang
terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
dilokalisasi (Tamsuri, 2010).
Pahways Nyeri :
Trauma jaringan,
infeksi, cidera
Kerusakan sel
Pelepasan mediator nyeri
(histamine, bradikinin,
prostaglandin, serotonin, ion
kalium, dll)
Tekanan mekanisme,
deformitas, suhu
ekstrim
Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)
Dihantarkan serabut
tipe A, dan serabut
tipe C
Medulla spinalis
Sistem aktivasi
retikular
Area grisea
peraikueduktus
Sistem aktivasi
retikular
Hipotalamus dan
sistem limbik
Talamus
Talamus
Otak
(korteks somatosensoarik)
Persepsi nyeri
Nyeri Akut / Nyeri Kronik
7. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Menurut Wahyudi & Wahid (2016) menjelaskan bahwa penanganan nyeri
secara farmakologi adalah seperti berikut ini :
1) Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derativ opium seperti morfin dan
kodein. Narkotik memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan
karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan mengaktifkan
penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat. Namun penggunaan obat
ini menimbulkan efek menekan pusat pernapasan dimedulla batang otak.
2) Analgesik Non Narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminifen dan ibuprofen selain
memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan antipiretik.
Efek samping obat ini paling umum terjadi gangguan pencernaan seperti
adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster.
b. Non Farmakologi
Tindakan pengontrolan nyeri melalui tindakan non-farmakologi menurut:
1) Membangun hubungan terapeutik perawat-klien
Terciptanya hubungan terapeutikantara klien dengan perawat akan
memberikan pondasi dasar terlaksananya asuhan keperawatan yang efektif
pada klien yang mengalami nyeri.
2) Bimbingan Antisipasi
Menghilangkan kecemasan klien sangatlah perlu, terlebih apabila dengan
timbulnya kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri klien.
3) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik dari
ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
4) Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam pikiran
klien, kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara
bertahap dapat menurunkan persepsi klien terhadap nyeri.
5) Distraksi
Merupakan tindakan pengalihan perhatian klien ke hal-hal diluar nyeri, yang
dengan demikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan klien
terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
6) Akupunktur
Akupunktur merupakan terapi pengobatan kuno dari Cina, di mana
akupunktur menstimulasi titik-titik tersebut pada tubuh untuk meningkatkan
aliran energi disepanjang jalur yang disebut jalur meridian.
7) Biofeedback
Metode elektrik yang mengukur respon fisiologis seperti gelombang pada
otak, kontraksi otot, atau temperatur kulit kemudian “mengembalikan”
memberikan informasi tersebut kepada klien.
8) Stimulasi kutaneus
Teknik ini berkerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol
nyeri. Sebagai contoh tindakan ini adalah mandi air hangat/sauna, masase,
kompres dengan air dingin/panas, pijatan dengan menthol atau TENS
(Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation).
9) Akupresur
Terdapat beberapa teknik akupresur untuk membebaskan rasa nyeri yang
dapat dilakukan secara mandiri. Klien dapat mengguanan ibu jari atau jari
unrtuk memberikan tekanan pada titik akupresur untuk membebaskan
ketegangan pada otot kepala, bahu atau leher.
10) Psikoterapi
Psikoterapi dapat menurunkan persepsi pada nyeri pada beberapa klien,
terutama pada klien yang sangat sulit sekali mengontrol nyeri, pada klien
yang mengalami depresi, atau pada klien yang pernah mempunyai riwayat
masalah psikiatri.
8. Skala Nyeri
Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang
dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual
dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh
dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2007).
a. Face rating scale (FRS)
Pengukuran skala nyeri untuk anak pra sekolah dan sekolah, pengukuran skala
nyeri menggunakan face rating scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai
dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang
menangis untuk “nyeri berat”.
b. Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS)
Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti
alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0
sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10
mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif
digunakan untuk mengkaji intensitas terapeutik
9. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan Ni Putu Wardani (2014), Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
bertujuan untuk mengatahui penyebab dari nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan
seperti:
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan penunjang lainya
1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan abdomen
2) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
Deprivasi tidur
3) CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak
4) EKG
5) MRI (Hidayat, 2008).
10. Komplikasi
Berdasarkan Ni Putu Wardani (2014), komplikasi nyeri ada 2:
a. Gangguan pola istirahat tidur
b. Syok neurogenik
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Identitas :
a. Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor RM, diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
c. Catatan medis.
2. Riwayat Kesehatan :
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
3. Pengkajian Fungsional Gordon :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola istirahat dan tidur
e. Pola personal hygiene
f. Pola aktivitas dan latihan
g. Pola manajemen kesehatan
h. Pola konsep diri
i. Pola hubungan dan peran
j. Pola seksual dan reproduksi
4. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum dan kesadaran umum
b. Tanda-tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
c. Pemeriksaan fisik
d. Data penunjang
e. Program terapi
f. Data fokus
5. Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan
a. P (Provocate) : Respon paliatif meliputi factor pencetus nyeri
b. Q (Quality) : Kualitas nyeri meliputi nyeri uka post operasil
c. R (Region) : Lokasi nyeri, meliputi nyeri luka post operasi
d. S (Skala) : Skala nyeri ringan, sedang, berat atau sangat nyeri
e. T (Time) : Waktu meliputi kapan, berapa lama dan terakhir
dirasakan
6. Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penyakit terkait (NANDA,
2015)
7. Perencanaan Keperawatan
Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam
diharapkan nyeri dapat
teratasi dengan KH:
1.Skala nyeri dalam rentang
1-3
2. TTV dalam rentang
normal
3. Mengatakan rasa nyaman
telah berkurang
4. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
1. Memonitor TTV dan
mengkaji KU pasien
2. Mengkaji skala nyeri
pasien
3. Ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
4. Memberi posisi nyaman
5. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat
1. Mengetahui KU
dan perkembangan
pasien
2. Mengetahui skala
nyeri pasien
3. Membantu pasien
dalam mengontrol
nyeri dan membantu
mengurangi nyeri
4. Agar pasien rileks
5. Memberikan
kenyamanan pada
pasien
8. Implementasi
Beberapa prosedur tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat sebelumnya.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan cara menilai kemampuan dalam merespon tindakan
yang telah diberikan oleh perawat.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
zulindarisma
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan Keluarga
Ns.Heri Saputro
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Rismayanti Hairil
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
Abdul Ghony
 

Mais procurados (20)

Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
Kebutuhan Rasa Aman (ASKEP NYERI)
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
Laporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritisLaporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritis
 
Sp rpk
Sp rpkSp rpk
Sp rpk
 
Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
 
5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga5. proses skoring kep. keluarga
5. proses skoring kep. keluarga
 
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyamanKebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan Keluarga
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
 
Kebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan rasa aman nyamanKebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan rasa aman nyaman
 
Skenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terimaSkenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terima
 
Tanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiTanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksi
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
 faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
format pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitasformat pengkajian keperawatan komunitas
format pengkajian keperawatan komunitas
 
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
 

Semelhante a Laporan pendahuluan nyeri

KONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptx
KONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptxKONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptx
KONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptx
EpaUliPangaribuan
 
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Monita Ningtyas
 
KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptx
KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptxKONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptx
KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptx
LEILISETIAWANROSYID
 

Semelhante a Laporan pendahuluan nyeri (20)

Konsep dan Teori Nyeri
Konsep dan Teori NyeriKonsep dan Teori Nyeri
Konsep dan Teori Nyeri
 
KONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptx
KONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptxKONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptx
KONSEP DASAR KENYAMANAN (NYERI).pptx
 
Nyeri
NyeriNyeri
Nyeri
 
LP NYERI.docx
LP NYERI.docxLP NYERI.docx
LP NYERI.docx
 
Definisi kenyamanan
Definisi kenyamananDefinisi kenyamanan
Definisi kenyamanan
 
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
Asuhan keperawatan kelompok flamboyan 2
 
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyamanAsuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
 
143005425 manajemen-nyeri-ppt
143005425 manajemen-nyeri-ppt143005425 manajemen-nyeri-ppt
143005425 manajemen-nyeri-ppt
 
Mekanisme nyeri
Mekanisme nyeriMekanisme nyeri
Mekanisme nyeri
 
Jhon
JhonJhon
Jhon
 
Berbagai Jenis Nyeri.pdf
Berbagai Jenis Nyeri.pdfBerbagai Jenis Nyeri.pdf
Berbagai Jenis Nyeri.pdf
 
Asmariana
AsmarianaAsmariana
Asmariana
 
Ppt rasa nyaman dan nyeri
Ppt rasa nyaman dan nyeriPpt rasa nyaman dan nyeri
Ppt rasa nyaman dan nyeri
 
LAPORAN PENDAHULUAN RASA AMAN NYAMAN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN RASA AMAN NYAMAN.pptxLAPORAN PENDAHULUAN RASA AMAN NYAMAN.pptx
LAPORAN PENDAHULUAN RASA AMAN NYAMAN.pptx
 
Multimodal Analgesia-nkkjjjbbbbb we1bbb.pptx
Multimodal Analgesia-nkkjjjbbbbb we1bbb.pptxMultimodal Analgesia-nkkjjjbbbbb we1bbb.pptx
Multimodal Analgesia-nkkjjjbbbbb we1bbb.pptx
 
KELOMPOK 6 - Respon Sakit atau Nyeri Pasien.pptx
KELOMPOK 6 - Respon Sakit atau Nyeri Pasien.pptxKELOMPOK 6 - Respon Sakit atau Nyeri Pasien.pptx
KELOMPOK 6 - Respon Sakit atau Nyeri Pasien.pptx
 
Makalah Swamedikasi Obat Nyeri (Analgesik)
Makalah Swamedikasi Obat Nyeri (Analgesik)Makalah Swamedikasi Obat Nyeri (Analgesik)
Makalah Swamedikasi Obat Nyeri (Analgesik)
 
Chapter ii 9
Chapter ii 9Chapter ii 9
Chapter ii 9
 
KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptx
KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptxKONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptx
KONSEP KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN (BEBAS NYERI).pptx
 
Gejala fisik
Gejala fisikGejala fisik
Gejala fisik
 

Último

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 

Último (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 

Laporan pendahuluan nyeri

  • 1. LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar 1. Definisi Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu emosional disertai kerusakan secara aktual maupun potenial atau kerusakan jaringan secara menyeluruh (Ignativicius (1991) dalam Lukman & Ningsih, 2013). Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh, nyeri timbul bilamana jaringan rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untung menghilangkan rasa nyeri tersebut. (Lukman & Ningsih, 2013). The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai berikut nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis). Sedangkan nyeri akut disebabkan oleh stimulasi noxious akibat trauma, proses suatu penyakit atau akibat fungsi otot atau viseral yang terganggu. Nyeri tipe ini berkaitan dengan stress neuroendokrin yang sebanding dengan intensitasnya. Nyeri akut akan disertai hiperaktifitas saraf otonom dan umumnya mereda dan hilang sesuai dengan laju proses penyembuhan (Ni Putu Wardani, 2014). 2. Etiologi a. Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis. b. Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikis berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. serabut saraf resptor nyeri ini terletak dan tersebar
  • 2. pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam. Sedangkan nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik (Asmadi, 2008). 3. Klasifikasi Menurut Prasetyo (2010) klasifikasi nyeri di bagi menjadi : a. Nyeri Akut Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cidera akut, penyakit, atau intervensi bedah memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat) dan berlangsug untuk waktu singkat. Nyeri akut merupakan signal bagi tubuh akan cidera atau penyakit yang akan datang namun nyeri akut akan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah area pulih kembali. Nyeri akut disebabkan oleh aktivitas nosireseptor dan biasanya berlangsung dalam wantu yang singkat atau kurang dari 6 bulan, dan datang tiba-tiba. Nyeri akut dianggap memiliki durasi terbatas dan bisa diprediksi, seperti nyeri pasca operasi, yang biasanya akan menghilang ketika luka sembuh. Klien sebagian besar menggunakan kata-kata “tajam”,“tertusuk”, dan tertembak untuk mendiskripsikan nyerinya (Black & Hawks, 2014). Penyebab dari nyeri akut adalah agen cedera fisiologis (misalnya: inflamasi), agen pencedera kimiawi (misalnya: bahan kimia iritan), dan agen pencedera fisik (misalnya: abses, prosedur operasi, trauma). Kondisi klinis terkait nyeri akut adalah kondisi pembedahan, cedera traumatis, infeksi, sindrom koroner akut dan glaukoma. (PPNI, 2016). b. Nyeri Kronik Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang periode waktu. Nyeri kronik berlangsung diluar waktu penyembuhan yang sering dikaitkan dengan penyebab atau cedera fisik. Nyeri kronik dapat terjadi pada kanker tetapi nyeri jenis ini mempunyai penyebab yang dapat diidentifikasi. Misal nyeri pada kanker timbul akibat kompresi saraf perifer, atau meninges akibat kerusakan struktur ini setelah pembedahan, kemoterapi dan infiltrasi tumor. (Smeltzer & Bare, 2013).
  • 3. Menurut Black & Hawks (2014) menjelaskan bahwa nyeri kronik biasanya dianggap sebagai nyeri yang berlangsung lebih dari 6 bulan (atau 1 bulan lebih dari normal di masa-masa akhir kondisi yang menyebabkan nyeri) dan tidak diketahui kapan berakhir kecuali nika terjadi penyembuhan yang lambat, seperti pada luka bakar. Sedangkan menurut PPNI (2016) nyeri kronik adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan sampai berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Penyebab dari nyeri kronik adalah kondisi muskuloskeletal kronis, keruskan sistem saraf, penekanan saraf, infiltrasi tumor, ketidakseimbangan nerotransmiter, neuromodulator, dan reseptor, gangguan imunitas, ganguan metabolik. Kondisi klinis terkait nyeri kronik misalnya arthritis rematoid, infeksi, cedera medula spinalis dan kondisi pasca trauma. 4. Faktor Persepsi dan Reaksi terhadap Nyeri Menurut Prasetyo (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi terhadap nyeri meliputi : a. Usia Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Karena anak kecil yang belum dapat mengungkapkan kata-kata juga mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan mengekpresikan nyeri kepada kedua orangtua ataupun pada perawat. Terkadang anak-anak enggan menungkapkan keberadaan nyeri yang mereka alami dikarenakan mereka takut akan tindakan keperawatan yang harus mereka terima nantinya. Sedangkan pada pasien lansia perawat harus melakukan penkajian lebih rinci ketika lansia melaporkan adanya nyeri. Seringkali lansia memiliki sumber nyeri lebih dari satu. Terkadang penyakit yang berbeda-beda yang diderita lansia menimbulkan gejala yang sama, sebagai contoh nyeri dada tidak selalu mengindikasikan serangan jantung, nyeri dada dapat timbul karena gejala arthritis pada spinal dan gejala gangguan abdomen. Sebagai lansia terkadang
  • 4. pasrah terhadap apa yang mereka rasakan, mereka menganggap bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi penuaan yang tidak bisa dihindari. b. Jenis Kelamin Secara umum wanita dan pria tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Hanya berbeda budaya yang menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam situasi sama ketika merasakan nyeri. Namun berdasar penelitian terahir dalam memperhatikan hoemon seks pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormon seks testosteron menaikan ambang nyeri pada percobaan binatang sedangkan estrogen meningkatkan pengenalan sensitivitasan terhadap nyeri. Bagaimanapun manusia itu lebih kompleks dan dipengaruhi oleh personal, sosial, budaya dan lain-lain. c. Kebudayaan Seringkali perawat berasumsi bahwa respon pada setiap klien dalam maslah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira bagaimana klien berespon terhadap nyeri. Sebagai contoh, apabila seorang perawat yakin bahwa menangis dan merintih mengidentifikasikan suatu ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri, akibtanya pemberian terapi bisa jadi tidak cocok klien berkebangsaan Maroko-Amerika, karena mereka tidak selalu mempersiapkan pengalaman nyeri sebagai suatu yang berat atau mengharapkan perawat melakukan intervensi. d. Makna Nyeri Nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang merasakan nyeri saat bersalin akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan lainnya yang nyeri karena dipukul suaminya. e. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada masing-masing individu. Nyeri sering dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri, masing- masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan
  • 5. nyeri seperti tertusuk, nyeri tumpul, berdenyut dan lain-lain. Misalnya individu yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri yang berbeda dengan individu yang tersiram air panas. f. Perhatian Tingkat nyeri pada seseorang terhadap nyeri akan mempengarui persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon nyeri sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan penurunan respon nyeri. Konsep inilah yang mendasari berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided imagery) dan masase. g. Ansietas (kecemasan) Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga dapat menimbulkan perasaan cemas. Sebagai contoh seorang yang menderita kanker kronis dan merasa takut akan kondisi penyakitnya akan meningkatkan persepsi nyerinya. h. Keletihan (kelelahan) Keletihan / kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu. i. Pengalaman Sebelumnya Indi vidu bealajar dari penagalaman nyeri sebelumnya, akan tetapi pengalaman yang dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu tersebut akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa mendatang. Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit akan nyeri. j. Dukungan Keluarga dan Sosial Seseorang yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain atau teman dekat. Meskipun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan sehingga klien tidak berfokus pada nyeri yang dirasakan.
  • 6. 5. Efek Nyeri Menurut Wahyudi & Wahid, (2016) menjelaskan efek nyeri adalah sebagai berikut ini : a. Tanda dan gejala fisik Tanda fisiologis dapat menunjukan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk engkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan meningkat. b. Efek perilaku Pasien seringkali saat mengalami nyeri pasien sering meringis, mengerutkan dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, menghindari kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri. c. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari Klien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam tindakan higine normal dan dapat mengganggu aktivitas sosial dan berhubungan seksual. 6. Patofisiologi dan Pathway Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nyeri nosiseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nosiseptor) ada yang bermialin dan ada yang tidak bermialin dari saraf eferen. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didalam massa berwarna abu-abu di medula spinalis. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan
  • 7. pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri. Semua kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus internal, mekanik, kimiawi, atau stimulus listrik yang menyebabkan pelepasan substansi yang menghasilkan nyeri. Nosiseptor kutanius berasal dari kulit dan subkutan. Nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen, yaitu: a. Serabut A delta Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang apalagi penyebab nyeri dihilangkan. b. Serabut C Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5-2m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi (Tamsuri, 2010).
  • 8. Pahways Nyeri : Trauma jaringan, infeksi, cidera Kerusakan sel Pelepasan mediator nyeri (histamine, bradikinin, prostaglandin, serotonin, ion kalium, dll) Tekanan mekanisme, deformitas, suhu ekstrim Merangsang nosiseptor (reseptor nyeri) Dihantarkan serabut tipe A, dan serabut tipe C Medulla spinalis Sistem aktivasi retikular Area grisea peraikueduktus Sistem aktivasi retikular Hipotalamus dan sistem limbik Talamus Talamus Otak (korteks somatosensoarik) Persepsi nyeri Nyeri Akut / Nyeri Kronik
  • 9. 7. Penatalaksanaan a. Farmakologi Menurut Wahyudi & Wahid (2016) menjelaskan bahwa penanganan nyeri secara farmakologi adalah seperti berikut ini : 1) Analgesik Narkotik Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derativ opium seperti morfin dan kodein. Narkotik memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat. Namun penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat pernapasan dimedulla batang otak. 2) Analgesik Non Narkotik Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminifen dan ibuprofen selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan antipiretik. Efek samping obat ini paling umum terjadi gangguan pencernaan seperti adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster. b. Non Farmakologi Tindakan pengontrolan nyeri melalui tindakan non-farmakologi menurut: 1) Membangun hubungan terapeutik perawat-klien Terciptanya hubungan terapeutikantara klien dengan perawat akan memberikan pondasi dasar terlaksananya asuhan keperawatan yang efektif pada klien yang mengalami nyeri. 2) Bimbingan Antisipasi Menghilangkan kecemasan klien sangatlah perlu, terlebih apabila dengan timbulnya kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri klien. 3) Relaksasi Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik dari ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. 4) Imajinasi terbimbing Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam pikiran klien, kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap dapat menurunkan persepsi klien terhadap nyeri.
  • 10. 5) Distraksi Merupakan tindakan pengalihan perhatian klien ke hal-hal diluar nyeri, yang dengan demikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan klien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. 6) Akupunktur Akupunktur merupakan terapi pengobatan kuno dari Cina, di mana akupunktur menstimulasi titik-titik tersebut pada tubuh untuk meningkatkan aliran energi disepanjang jalur yang disebut jalur meridian. 7) Biofeedback Metode elektrik yang mengukur respon fisiologis seperti gelombang pada otak, kontraksi otot, atau temperatur kulit kemudian “mengembalikan” memberikan informasi tersebut kepada klien. 8) Stimulasi kutaneus Teknik ini berkerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol nyeri. Sebagai contoh tindakan ini adalah mandi air hangat/sauna, masase, kompres dengan air dingin/panas, pijatan dengan menthol atau TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation). 9) Akupresur Terdapat beberapa teknik akupresur untuk membebaskan rasa nyeri yang dapat dilakukan secara mandiri. Klien dapat mengguanan ibu jari atau jari unrtuk memberikan tekanan pada titik akupresur untuk membebaskan ketegangan pada otot kepala, bahu atau leher. 10) Psikoterapi Psikoterapi dapat menurunkan persepsi pada nyeri pada beberapa klien, terutama pada klien yang sangat sulit sekali mengontrol nyeri, pada klien yang mengalami depresi, atau pada klien yang pernah mempunyai riwayat masalah psikiatri.
  • 11. 8. Skala Nyeri Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2007). a. Face rating scale (FRS) Pengukuran skala nyeri untuk anak pra sekolah dan sekolah, pengukuran skala nyeri menggunakan face rating scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”. b. Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas terapeutik 9. Pemeriksaan Penunjang Berdasarkan Ni Putu Wardani (2014), Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bertujuan untuk mengatahui penyebab dari nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan seperti: a. Pemeriksaan laboratorium b. Pemeriksaan penunjang lainya 1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan abdomen
  • 12. 2) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal Deprivasi tidur 3) CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak 4) EKG 5) MRI (Hidayat, 2008). 10. Komplikasi Berdasarkan Ni Putu Wardani (2014), komplikasi nyeri ada 2: a. Gangguan pola istirahat tidur b. Syok neurogenik
  • 13. B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Identitas : a. Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor RM, diagnosa medis. b. Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien. c. Catatan medis. 2. Riwayat Kesehatan : a. Keluhan utama b. Riwayat kesehatan sekarang c. Riwayat kesehatan dahulu d. Riwayat kesehatan keluarga 3. Pengkajian Fungsional Gordon : a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan b. Pola nutrisi c. Pola eliminasi d. Pola istirahat dan tidur e. Pola personal hygiene f. Pola aktivitas dan latihan g. Pola manajemen kesehatan h. Pola konsep diri i. Pola hubungan dan peran j. Pola seksual dan reproduksi 4. Pemeriksaan Fisik : a. Keadaan umum dan kesadaran umum b. Tanda-tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu c. Pemeriksaan fisik d. Data penunjang e. Program terapi f. Data fokus
  • 14. 5. Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan a. P (Provocate) : Respon paliatif meliputi factor pencetus nyeri b. Q (Quality) : Kualitas nyeri meliputi nyeri uka post operasil c. R (Region) : Lokasi nyeri, meliputi nyeri luka post operasi d. S (Skala) : Skala nyeri ringan, sedang, berat atau sangat nyeri e. T (Time) : Waktu meliputi kapan, berapa lama dan terakhir dirasakan 6. Diagnosa Keperawatan Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penyakit terkait (NANDA, 2015) 7. Perencanaan Keperawatan Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional 1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan KH: 1.Skala nyeri dalam rentang 1-3 2. TTV dalam rentang normal 3. Mengatakan rasa nyaman telah berkurang 4. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 1. Memonitor TTV dan mengkaji KU pasien 2. Mengkaji skala nyeri pasien 3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam 4. Memberi posisi nyaman 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat 1. Mengetahui KU dan perkembangan pasien 2. Mengetahui skala nyeri pasien 3. Membantu pasien dalam mengontrol nyeri dan membantu mengurangi nyeri 4. Agar pasien rileks 5. Memberikan kenyamanan pada pasien 8. Implementasi Beberapa prosedur tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat sebelumnya. 9. Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan cara menilai kemampuan dalam merespon tindakan yang telah diberikan oleh perawat.