SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 31
TETANUS
PSIK 6A- KELOMPOK 9
DEFINISI
KLASIFIKASI
Secara klinis tetanus ada 3 macam:
Tetanus umum
Tetanus lokal
Tetanus cephalic.
Klasifikasi-Tetanus umum
1. paling sering dijumpai.
2. Bergantung luas dan dalamnya luka seperti luka bakar
yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi
gigi, ulkus dekubitus dan suntikan hipodermis.
3. Kekakuan otot rahang menyebabkan mulut sukar dibuka.
4. pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga
muka menyerupai muka meringis kesakitan yang disebut
“Rhisus Sardonicus” (alis tertarik ke atas, sudut mulut
tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada
gigi), akibat kekakuan otot-otot leher bagian belakang
menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan
tubuh sehingga memberikan gejala kaku kuduk sampai
opisthotonus.
Cont...
5. Kejang menyebabkan lengan fleksi dan
adduksi serta tangan mengepal kuat dan kaki
dalam posisi ekstensi.
6. Pada kasus yang berat mudah terjadi
overaktivitas simpatis berupa takikardi,
hipertensi yang labil, berkeringat banyak,
panas yang tinggi dan aritmia jantung
Cole dan youngman (1969)
membagi tetanus umum atas:
A. Grade I:ringan
Masa inkubasi lebih dari 14 hari.
Period of onset >6 hari
Trismus positif tetapi tidak berat
Sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada.
Lokalisasi kekakukan dekat dengan luka berupa
spasme di sekitar luka dan kekakuan umum terjadi
beberapa jam atau hari.
Cont...
B. Grade II: sedang
Masa inkubasi 10-14 hari
Period of onset 3 hari atau kurang
Trismus ada dan disfagia ada
Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan sianosis tidak
ada.
c. Grade III: berat
Masa inkubasi <10 hari
Period of onset 3 hari atau kurang
Trismus berat
Disfagia berat
Kekakuan umum dan gangguan pernafasan asfiksia, ketakutan, keringat banyak
dan takikardia.
Klasifikasi-Tetanus Lokal
- Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan
otot-otot pada bagian proksimal dari tempat
luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan
dengan angka kematian 1% kadang-kadang
bentuk ini dapat berkembang menjadi
tetanus umum.
Klasifikasi-Tetanus Cephalic
 Merupakan salah satu varian tetanus lokal.
Terjadinya bentuk ini bila luka mengenai
daerah mata, kulit kepala, muka, telinga,
leher, otitis media kronis dan jarang akibat
tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf
kranial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI,
dapat berupa gangguan sendiri-sendiri maupun
kombinasi dan menetap dalam beberapa hari
bahkan berbulan-bulan.
 Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi
tetanus umum. Pada umumnya prognosa
bentuk tetanus cephalic jelek.
ETIOLOGI
 Clostridium tetani adalah suatu batang gram positif obligat
anaerob yang bergerak dan mudah membentuk endospora ujung
tunggal, berbentuk sferis yang menggembung pada ujung
organisme dan menghasilkan bentuk seperti “pentungan”.
 Clostridium tetani berukuran 2-5 x 0,4-0,5 millimikron.
 Kuman ini menghasilkan eksotoksin yang kuat dan mampu
membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam
suhu tinggi, kekeringan dan desinfektans.
 Spora ini dapat bertahan selama bertahun-tahun pada lingkungan
tertentu, tahan terhadap sinar matahari dan bersifat resisten
terhadap berbagai desinfektan dan pendidihan selama 20 menit,
dalam lingkungan anaerob dapat berubah menjadi bentuk vegetatif
yang akan menghasilkan eksotoksin.
 Sel yang terinfeksi oleh bakteri ini dengan mudah dapat
diinaktivasi dan bersifat sensitif terhadap beberapa antibiotik
(metronidazol, penisilin dan lainnya).
MANIFESTASI KLINIS
Dalam waktu 48 jam penyakit ini
menjadi nyata dengan:
1. Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot
mastikatoris.
2. Kuduk kaku sampai opistotonus (karena ketegangan otot-otot erektor
trunki)
3. Ketegangan otot dinding perut (harus dibedakan dari abdomen akut).
4. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin yang terdapat di
kornuanterior.
5. Risus sardonikus karena spasme otot muka (alis tertarik ke atas), sudut
mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi).
6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri
anggota badan sering merupakan gejala dini.
7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan opistotonus,
ekstermitas inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku
dan tangan mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme
mula-mula intermiten diselingi periode relaksasi.
Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai
rasa nyeri. Kadang-kadang terjadi perdarahan
intramuskulus karena kontraksi yang kuat.
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot
pernafasan dan laring. Retensi urin dapat terjadi karena
spasme otot uretral. Fraktura kolumna vertebralis dapat
pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium
akhir.
10. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang
peninggian tekanan cairan otak.
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik
 Trismus
 Risus sardonicus
 Opistotonus
 Otot dinding perut kaku sehingga dinding
perut seperti papan.
 kejang umum
 Pada tetanus yang berat akan terjadi
gangguan pernafasan sebagai akibat kejang
yang terus menerus.
Pemeriksaan Laboratorium
 Hasil pemeriksaan laboratorik tidak khas, likuor serebrospinal
normal, jumlah leukosit normal atau sedikit meningkat. Biakan
kuman memerlukan prosedur khusus untuk kuman anaerobik.
 Granulositosis terlihat pada sekitar sepertiga penderita, tetapi
jarang ditemukan anemia. Kimia darah pada awalnya hampir
selalu normal, tetapi berbagai gangguan cairan dan elektrolit
dapat timbul dalam perjalanan penyakit. Biasanya
elektrokardiogram hanya menunjukkan takikardi sinus, tetapi
kadang-kadang terlihat inversi gelombang-T. Roentgenogram
tidak membantu kecuali dalam mengevaluasi komplikasi.
PENATALAKSANAAN
Perawatan umum
 Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi
 Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat
perlu trakeostomi.
 Memberikan tambahan O2 dengan sungkup (masker)
 Mengurangi spasme dan mengatasi kejang.
- Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian diazepam 5
mg intravena untuk meonatus dan diazepam 10 mg intravena
atau perrektal untuk anak (dosis diazepam untuk anak 0,3
mg/kgBB/kali
- Pada tetanus sedang, dosis anti konvulsan dimulai dengan 1/2-
2/3 dari dosis maksimal dan 2/5 dosis maksimal untuk tetanus
ringan.
Cont...
- Pada tetanus berat, tatalaksana dibagi
 Tetanus neonatorum, pertama diazepam diberikan 5 mg intravena
perlahan-lahan, kemudian dilanjutkan dengan dosis 90-120 mg/24
jam bila mungkin mempergunakan pompa semprit (syringe
pump), tetapi jika pompa semprit tidak ada diazepam diberikan
tiap 2 jam (12 kali perhari).
 Tetanus anak, setelah pemberian diazepam 10 mg intravena
perlahan-lahan, dilanjutkan dengan dosis 180-200 mg/24jam
dengan pompa semprit atau 2 jam atau 12 kali perhari.
 Perawatan luka sangat penting, dilakukan eksisi jaringan yang
cukup luas guna membersihkan jaringan anaerob, terutama bila
ada benda asing.
 Jika karies dentis atau OMSK dicurigai sebagai port d’entree,
maka diperlukan konsultasi dengan dokter gigi/THT.
Pengobatan Khusus
 Antibiotik.
Untuk membunuh kuman C.tetani (vegetatif) diberikan penisilin prokain
50.000-100.000/kgBB/hari selama 7-10 hari, jika terdapat hipersensitif
terhadap penisilin dapt diberikan tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari (untuk
anak berumur lebih dari 8 tahun).
 Anti serum.
Terdapat beberapa pendapat mengenai besar dosis ATS yang sesuai. Dapat
digunakan ATS 5.000 unit intra muskular, tetapi pusat rujukan lain
mempergunakan dosis 40.000 unit diberikan separuh intravena dan
separuhnya intramuskular atau bila fasilitas tersedia dapat diberikan
HTIG (Human Tetanus Immune Globulin) 500-3000 IU. Pada pemberian
ATS harus berhati-hati akan reaksi anafilaksis. Pada tetanus anak
pemberian anti serum dapat disertai dengan imunisasi aktif DT setelah
pulang dari rumah sakit.
Pencegahan
 Perawatan luka.
 ATS profilaksis. Profilaksis dengan
pemberian ATS hanya efektif pada luka baru
(kurang dari 6 jam) dan harus segera
dilanjutkan dengan imunisasi aktif.
 Imunisasi aktif.
Imunisasi aktif yang diberikan yaitu DPT,DT,
atau toksoid tetanus.
 Kebersihan pada waktu persalinan.
Di indonesia dikenal program eliminasi tetanus
neonatorum 3 bersih yaitu minimal bersih
tangan, alas tempat bersalin dan alat
pemotong tali pusat.
KOMPLIKASI
 Pada saluran pernafasan.
 Pada kardiovaskuler  takikardia, hipertensi, vasokontriksi perifer dan
rangsangan miokardium.
 Pada tulang dan otot
Pada otot  perdarahan dalam otot.
Pada tulang  fraktur columna vertebralis akibat kejang yang terus-menerus
terutama pada anak dan orang dewasa.
 Komplikasi yang lain:
a. Laserasi lidah akibat kejang;
b. Dekubitus karena penderita berbaring dalam satu posisi saja
c. Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar luas
dan mengganggu pusat pengatur suhu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
spasme jalan napas
2. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari
kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan
makanan.
3. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan
mekanisme regulasi.
4. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum
5. Hipertermia b.d infeksi.
NIC NOC
DAFTAR PUSTAKA
 Braunwald. 1991. Kelainan karena Agen Biologik dan Lingkungan. Jakarta:EGC.
 Bulechek, Gloria M, dkk.2008.Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth
Edition. St. Louis, Missouri:Mosby Elsevier.
 Hassan, Rusepno, dkk. 2007. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta:Infomedika Jakarta.
 Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta:EGC.
 Moorhead, Sue, dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition.
St. Louis, Missouri:Mosby Elsevier.
 Noer, H.M Sjaifoellah, dkk. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
 Rampengan, T.H, L.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta:EGC.
 Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
 Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Pusat
Penerbitan IPD FKUI.
TERIMA KASIH   

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratAris Rahmanda
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)Adam Muhammad
 
Muscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaMuscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaNur Hajriya
 
Catatan Farmasi - Kumpulan Resep
Catatan Farmasi - Kumpulan ResepCatatan Farmasi - Kumpulan Resep
Catatan Farmasi - Kumpulan ResepEvan Permana
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitsasmiyanto
 
Penggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptx
Penggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptxPenggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptx
Penggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptxDokterdiaphragma
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPuteri Mentira
 
Traksi dalam ortopedik
Traksi dalam ortopedikTraksi dalam ortopedik
Traksi dalam ortopedikumilove
 
penghitungan dosis obat
penghitungan dosis obatpenghitungan dosis obat
penghitungan dosis obatpjj_kemenkes
 

Mais procurados (20)

Henti jantung
Henti jantungHenti jantung
Henti jantung
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
Muscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaMuscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesia
 
8 Shock Manajemen
8 Shock Manajemen8 Shock Manajemen
8 Shock Manajemen
 
Catatan Farmasi - Kumpulan Resep
Catatan Farmasi - Kumpulan ResepCatatan Farmasi - Kumpulan Resep
Catatan Farmasi - Kumpulan Resep
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
 
Penggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptx
Penggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptxPenggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptx
Penggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptx
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
Obat emergency
Obat emergencyObat emergency
Obat emergency
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothoraks
 
Traksi dalam ortopedik
Traksi dalam ortopedikTraksi dalam ortopedik
Traksi dalam ortopedik
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
Initial assesment
Initial assesmentInitial assesment
Initial assesment
 
penghitungan dosis obat
penghitungan dosis obatpenghitungan dosis obat
penghitungan dosis obat
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Overview syok
 

Destaque (16)

Thypoid
ThypoidThypoid
Thypoid
 
Gastroenteritis
GastroenteritisGastroenteritis
Gastroenteritis
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Difteri pada anak
Difteri pada anakDifteri pada anak
Difteri pada anak
 
Ppt hiperbilirubin
Ppt hiperbilirubinPpt hiperbilirubin
Ppt hiperbilirubin
 
Leaflet thypoid
Leaflet thypoidLeaflet thypoid
Leaflet thypoid
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Etika batuk
Etika batukEtika batuk
Etika batuk
 
Penyakit Rabies
Penyakit RabiesPenyakit Rabies
Penyakit Rabies
 
Dhf
DhfDhf
Dhf
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAIBuku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
Buku Pedoman Pelayanan Medis IDAI
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
Contoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSI
Contoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSIContoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSI
Contoh Powerpoint ppt PRESENTASI SIDANG UJIAN SKRIPSI
 
Ppt sidang skripsi
Ppt sidang skripsiPpt sidang skripsi
Ppt sidang skripsi
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 

Semelhante a Tetanus

Tetanus anak
Tetanus anakTetanus anak
Tetanus anakKindal
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
d.-TETANUS.ppt
d.-TETANUS.pptd.-TETANUS.ppt
d.-TETANUS.ppt18mike
 
Tetanus ommm
Tetanus ommmTetanus ommm
Tetanus ommmAgung AP
 
bebefapa bakteri penyebab penyakit
bebefapa bakteri penyebab penyakitbebefapa bakteri penyebab penyakit
bebefapa bakteri penyebab penyakitAbdurrahman Munif
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) pjj_kemenkes
 
Tetanus kelompok 4
Tetanus kelompok 4Tetanus kelompok 4
Tetanus kelompok 4Rini Wahyuni
 
Askep indera pendengaran
Askep indera pendengaranAskep indera pendengaran
Askep indera pendengaranadrianto2013001
 

Semelhante a Tetanus (20)

Tetanus anak
Tetanus anakTetanus anak
Tetanus anak
 
kuliah-TETANUS.ppt
kuliah-TETANUS.pptkuliah-TETANUS.ppt
kuliah-TETANUS.ppt
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
 
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Clostridium tetani
Clostridium tetaniClostridium tetani
Clostridium tetani
 
d.-TETANUS.ppt
d.-TETANUS.pptd.-TETANUS.ppt
d.-TETANUS.ppt
 
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
Tetanus=
Tetanus=Tetanus=
Tetanus=
 
Tetanus ommm
Tetanus ommmTetanus ommm
Tetanus ommm
 
Askep tetanus
Askep tetanusAskep tetanus
Askep tetanus
 
bebefapa bakteri penyebab penyakit
bebefapa bakteri penyebab penyakitbebefapa bakteri penyebab penyakit
bebefapa bakteri penyebab penyakit
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
Tetanus abil
Tetanus abilTetanus abil
Tetanus abil
 
Tetanus kelompok 4
Tetanus kelompok 4Tetanus kelompok 4
Tetanus kelompok 4
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
Askep indera pendengaran
Askep indera pendengaranAskep indera pendengaran
Askep indera pendengaran
 

Mais de Mayah M4y

Mais de Mayah M4y (6)

Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
KPD
KPDKPD
KPD
 
Partus kasep
Partus kasepPartus kasep
Partus kasep
 
Plasenta previa
Plasenta previaPlasenta previa
Plasenta previa
 
Hidramnion
HidramnionHidramnion
Hidramnion
 

Último

#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxIrfanNersMaulana
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdncindyrenatasaleleuba
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 

Último (20)

Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 

Tetanus

  • 3.
  • 4.
  • 6. Secara klinis tetanus ada 3 macam: Tetanus umum Tetanus lokal Tetanus cephalic.
  • 7. Klasifikasi-Tetanus umum 1. paling sering dijumpai. 2. Bergantung luas dan dalamnya luka seperti luka bakar yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus dekubitus dan suntikan hipodermis. 3. Kekakuan otot rahang menyebabkan mulut sukar dibuka. 4. pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai muka meringis kesakitan yang disebut “Rhisus Sardonicus” (alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi), akibat kekakuan otot-otot leher bagian belakang menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan tubuh sehingga memberikan gejala kaku kuduk sampai opisthotonus.
  • 8. Cont... 5. Kejang menyebabkan lengan fleksi dan adduksi serta tangan mengepal kuat dan kaki dalam posisi ekstensi. 6. Pada kasus yang berat mudah terjadi overaktivitas simpatis berupa takikardi, hipertensi yang labil, berkeringat banyak, panas yang tinggi dan aritmia jantung
  • 9. Cole dan youngman (1969) membagi tetanus umum atas: A. Grade I:ringan Masa inkubasi lebih dari 14 hari. Period of onset >6 hari Trismus positif tetapi tidak berat Sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada. Lokalisasi kekakukan dekat dengan luka berupa spasme di sekitar luka dan kekakuan umum terjadi beberapa jam atau hari.
  • 10. Cont... B. Grade II: sedang Masa inkubasi 10-14 hari Period of onset 3 hari atau kurang Trismus ada dan disfagia ada Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan sianosis tidak ada. c. Grade III: berat Masa inkubasi <10 hari Period of onset 3 hari atau kurang Trismus berat Disfagia berat Kekakuan umum dan gangguan pernafasan asfiksia, ketakutan, keringat banyak dan takikardia.
  • 11. Klasifikasi-Tetanus Lokal - Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan otot-otot pada bagian proksimal dari tempat luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan dengan angka kematian 1% kadang-kadang bentuk ini dapat berkembang menjadi tetanus umum.
  • 12. Klasifikasi-Tetanus Cephalic  Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadinya bentuk ini bila luka mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, leher, otitis media kronis dan jarang akibat tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf kranial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI, dapat berupa gangguan sendiri-sendiri maupun kombinasi dan menetap dalam beberapa hari bahkan berbulan-bulan.  Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi tetanus umum. Pada umumnya prognosa bentuk tetanus cephalic jelek.
  • 14.  Clostridium tetani adalah suatu batang gram positif obligat anaerob yang bergerak dan mudah membentuk endospora ujung tunggal, berbentuk sferis yang menggembung pada ujung organisme dan menghasilkan bentuk seperti “pentungan”.  Clostridium tetani berukuran 2-5 x 0,4-0,5 millimikron.  Kuman ini menghasilkan eksotoksin yang kuat dan mampu membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam suhu tinggi, kekeringan dan desinfektans.  Spora ini dapat bertahan selama bertahun-tahun pada lingkungan tertentu, tahan terhadap sinar matahari dan bersifat resisten terhadap berbagai desinfektan dan pendidihan selama 20 menit, dalam lingkungan anaerob dapat berubah menjadi bentuk vegetatif yang akan menghasilkan eksotoksin.  Sel yang terinfeksi oleh bakteri ini dengan mudah dapat diinaktivasi dan bersifat sensitif terhadap beberapa antibiotik (metronidazol, penisilin dan lainnya).
  • 16. Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan: 1. Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot mastikatoris. 2. Kuduk kaku sampai opistotonus (karena ketegangan otot-otot erektor trunki) 3. Ketegangan otot dinding perut (harus dibedakan dari abdomen akut). 4. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin yang terdapat di kornuanterior. 5. Risus sardonikus karena spasme otot muka (alis tertarik ke atas), sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi). 6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini.
  • 17. 7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan opistotonus, ekstermitas inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme mula-mula intermiten diselingi periode relaksasi. Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai rasa nyeri. Kadang-kadang terjadi perdarahan intramuskulus karena kontraksi yang kuat. 8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernafasan dan laring. Retensi urin dapat terjadi karena spasme otot uretral. Fraktura kolumna vertebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat. 9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir. 10. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan cairan otak.
  • 20. Pemeriksaan fisik  Trismus  Risus sardonicus  Opistotonus  Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan.  kejang umum  Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan sebagai akibat kejang yang terus menerus.
  • 21. Pemeriksaan Laboratorium  Hasil pemeriksaan laboratorik tidak khas, likuor serebrospinal normal, jumlah leukosit normal atau sedikit meningkat. Biakan kuman memerlukan prosedur khusus untuk kuman anaerobik.  Granulositosis terlihat pada sekitar sepertiga penderita, tetapi jarang ditemukan anemia. Kimia darah pada awalnya hampir selalu normal, tetapi berbagai gangguan cairan dan elektrolit dapat timbul dalam perjalanan penyakit. Biasanya elektrokardiogram hanya menunjukkan takikardi sinus, tetapi kadang-kadang terlihat inversi gelombang-T. Roentgenogram tidak membantu kecuali dalam mengevaluasi komplikasi.
  • 23. Perawatan umum  Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi  Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu trakeostomi.  Memberikan tambahan O2 dengan sungkup (masker)  Mengurangi spasme dan mengatasi kejang. - Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian diazepam 5 mg intravena untuk meonatus dan diazepam 10 mg intravena atau perrektal untuk anak (dosis diazepam untuk anak 0,3 mg/kgBB/kali - Pada tetanus sedang, dosis anti konvulsan dimulai dengan 1/2- 2/3 dari dosis maksimal dan 2/5 dosis maksimal untuk tetanus ringan.
  • 24. Cont... - Pada tetanus berat, tatalaksana dibagi  Tetanus neonatorum, pertama diazepam diberikan 5 mg intravena perlahan-lahan, kemudian dilanjutkan dengan dosis 90-120 mg/24 jam bila mungkin mempergunakan pompa semprit (syringe pump), tetapi jika pompa semprit tidak ada diazepam diberikan tiap 2 jam (12 kali perhari).  Tetanus anak, setelah pemberian diazepam 10 mg intravena perlahan-lahan, dilanjutkan dengan dosis 180-200 mg/24jam dengan pompa semprit atau 2 jam atau 12 kali perhari.  Perawatan luka sangat penting, dilakukan eksisi jaringan yang cukup luas guna membersihkan jaringan anaerob, terutama bila ada benda asing.  Jika karies dentis atau OMSK dicurigai sebagai port d’entree, maka diperlukan konsultasi dengan dokter gigi/THT.
  • 25. Pengobatan Khusus  Antibiotik. Untuk membunuh kuman C.tetani (vegetatif) diberikan penisilin prokain 50.000-100.000/kgBB/hari selama 7-10 hari, jika terdapat hipersensitif terhadap penisilin dapt diberikan tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari (untuk anak berumur lebih dari 8 tahun).  Anti serum. Terdapat beberapa pendapat mengenai besar dosis ATS yang sesuai. Dapat digunakan ATS 5.000 unit intra muskular, tetapi pusat rujukan lain mempergunakan dosis 40.000 unit diberikan separuh intravena dan separuhnya intramuskular atau bila fasilitas tersedia dapat diberikan HTIG (Human Tetanus Immune Globulin) 500-3000 IU. Pada pemberian ATS harus berhati-hati akan reaksi anafilaksis. Pada tetanus anak pemberian anti serum dapat disertai dengan imunisasi aktif DT setelah pulang dari rumah sakit.
  • 26. Pencegahan  Perawatan luka.  ATS profilaksis. Profilaksis dengan pemberian ATS hanya efektif pada luka baru (kurang dari 6 jam) dan harus segera dilanjutkan dengan imunisasi aktif.  Imunisasi aktif. Imunisasi aktif yang diberikan yaitu DPT,DT, atau toksoid tetanus.  Kebersihan pada waktu persalinan. Di indonesia dikenal program eliminasi tetanus neonatorum 3 bersih yaitu minimal bersih tangan, alas tempat bersalin dan alat pemotong tali pusat.
  • 27. KOMPLIKASI  Pada saluran pernafasan.  Pada kardiovaskuler  takikardia, hipertensi, vasokontriksi perifer dan rangsangan miokardium.  Pada tulang dan otot Pada otot  perdarahan dalam otot. Pada tulang  fraktur columna vertebralis akibat kejang yang terus-menerus terutama pada anak dan orang dewasa.  Komplikasi yang lain: a. Laserasi lidah akibat kejang; b. Dekubitus karena penderita berbaring dalam satu posisi saja c. Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar luas dan mengganggu pusat pengatur suhu.
  • 28. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d spasme jalan napas 2. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan makanan. 3. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi. 4. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum 5. Hipertermia b.d infeksi.
  • 30. DAFTAR PUSTAKA  Braunwald. 1991. Kelainan karena Agen Biologik dan Lingkungan. Jakarta:EGC.  Bulechek, Gloria M, dkk.2008.Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. St. Louis, Missouri:Mosby Elsevier.  Hassan, Rusepno, dkk. 2007. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:Infomedika Jakarta.  Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012- 2014. Jakarta:EGC.  Moorhead, Sue, dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. St. Louis, Missouri:Mosby Elsevier.  Noer, H.M Sjaifoellah, dkk. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.  Rampengan, T.H, L.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta:EGC.  Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.  Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI.
  • 31. TERIMA KASIH   