SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 17
MAKALAH 
TUGAS AGAMA 
PERAN AGAMA DALAM BERNEGARA 
OLEH 
VENTURA FENI 
KELAS XII 
SMA KATOLIK ST. YUSUP 
TANJUNG BALAI KARIMUN 
2014
BAB I 
PENDAHULUAN 
Latar Belakang 
Agama bisa diartikan sebagai kepercayaan pada hal-hal yang spiritual. Agama dijadikan 
sandaran penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada diluar jangkauan dan 
kemampuanya karena memiliki sifat supranatural sehingga agama diharapkan dapat 
mengatasi masalah nonempiris tersebut. 
Dalam sebuah Negara agama sangat diperlukan guna membentuk setiap sendi kehidupan 
bernegara yang memihak pada kesejahteraan warganegaranya. Tetapi hal tersebut harus 
tetap sesuai dengan batasan toleransi agama. Karena jika tidak dikhawatirkan akan ada 
kesalahpahaman kebijakan agama dan Negara yang saling tumpang tindih. 
Fenomena yang disebut sebagai fundamentalisme agama tersebut memang tidak dapat 
dilepaskan dari situasi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat kita. Kegagalan 
pemerintah mengatasi kemiskinan dan masalah-masalah ekonomi selalu membuat 
masyarakat tergoda untuk melakukan kekerasan dalam menyalurkan aspirasinya. Di 
samping itu, ketidaktegasan aparat juga turut memberi andil bagi kelangsungan hidup 
organisasi yang identik dengan kekerasan dalam mengemukakan pendapatnya. Sehingga 
dapat dikatakan bahwa selama tidak ada perubahan dari kondisi sosial, politik, dan 
ekonomi masyarakat dan selama. 
Banyak pihak memanfaatkan konsep agama dan Negara dengan cara yang salah untuk 
menjatuhkan kesucian agama. Mereka menjadikan hal-hal yang berkaitan dengan agama 
sebagai hal yang penuh sifat ekstrem. Misalnya tentang jihad padahal sebenarnya Jihad 
merupakan ibadah yang sangat mulia dan mempunyai potensi untuk menumbuhkan nilai 
kecintaan kepada Allah. Jihad menjadi iman dan sekaligus tolak ukur keimanan 
seseorang. Jihad adalah untuk mencurahkan segala usaha dan kemampuan dalam rangka 
mencapai kecintaan Allah dan menentang apa yang dibencinya. 
Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan 
budaya. Di tahun 2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah 
pemeluk Islam, 5,7% Protestan, 3% Katolik, 1,8% Hindu, dan 3,4% kepercayaan 
lainnya.
Sejarah Singkat Agama di Indonesia 
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk 
memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan 
kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah, 
bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, 
Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. 
Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik 
antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia 
memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan. 
Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di 
wilayah timur Indonesia. 
Berdasar sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman 
agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, 
Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan 
telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia. 
Berdasarkan Penjelasan Atas Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan 
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh 
penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu 
(Confusius)”. 
Islam : Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, 
dengan 88% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas Muslim 
dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera. Masuknya 
agama islam ke Indonesia melalui perdagangan. 
Hindu : Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi, 
bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan 
sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit. 
Budha : Buddha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba pada sekitar abad 
keenam masehi. Sejarah Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu. 
Kristen Katolik : Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian 
pertama abad ketujuh di Sumatera Utara. Dan pada abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat 
Katolik di Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa 
Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah. 
Kristen Protestan : Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial 
Belanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham
Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di 
Indonesia.Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh 
kedatangan para misionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di 
wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda. 
Konghucu : Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para 
pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang 
Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu 
lebih menitik beratkan pada kepercayaan dan praktik yang individual. 
Agama merupakan pondasi hidup setiap manusia, tanpa adanya agama manusia tidak 
bisa berpikir secara naluri dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang 
salah. Indonesia merupakan negara yang meyakini keberadaan agama sebagai hal 
tersebut, ada 6 keyakinan yang terdapat di Indonesia dan masing-masing keyakinan 
mempunyai dasar ataupun pedoman sesuai dengan keyakinannya. Pancasila khususnya 
Sila ke-1 menyebutkan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sudah jelas dan tidak diragukan 
lagi, setiap manusia pasti mempunyai Tuhan dan percaya bahwa Tuhan itu ada. 
Keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat yang berbeda kepercayaan merupakan 
wujud nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam bentuk keharmonisan, 
kebersamaan, ketentraman, dan sebagainya. Perbedaan keyakinan yang terdapat di dalam 
masyarakat itu merupakan multikulturalisme bangsa Indonesia. Namun, tidak jarang hal 
tersebut justru mendorong berbagai keributan/kerusuhan. Substansi kerusuhan tersebut 
sangat sempit dan kecil, tapi bisa juga menjadi kerusuhan berskala besar dan sulit untuk 
menemukan jalan tengahnya, dan bahkan bisa membawa nama masing-masing 
kelompok tersebut dalam ranah konflik yang bersifat SARA (Suku, Agama, Ras, dan 
Antar Golongan). 
Agama yang bersifat kerusuhan tersebut tidak hanya terdapat pada masyarakat yang 
berbeda keyakinan, bahkan tak jarang dari mereka yang mempunyai keyakinan dan 
tujuan yang sama justru malah mengalami konflik internal. 
Hal tersebut dikarenakan rendahnya jiwa nasionalisme bangsa, yaitu jiwa yang mengikat 
kita pada satu rasa dan satu tujuan. Modal sosial terbentuk karena trust (kepercayaan) 
masyarakat terhadap apa yang mereka dengar dan lihat. Pancasila berperan penting 
dalam segala hal, begitu pula dalam keagamaan.
BAB II 
PEMBAHASAN 
Fungsi-Fungsi Agama 
Agama bukanlah suatu entitas independen yang berdiri sendiri. Agama terdiri dari 
berbagai dimensi yang merupakan satu kesatuan. Masing-masingnya tidak dapat berdiri 
tanpa yang lain. seorang ilmuwan barat menguraikan agama ke dalam lima dimensi 
komitmen. Seseorang kemudian dapat diklasifikasikan menjadi seorang penganut agama 
tertentu dengan adanya perilaku dan keyakinan yang merupakan wujud komitmennya. 
Ketidakutuhan seseorang dalam menjalankan lima dimensi komitmen ini menjadikannya 
religiusitasnya tidak dapat diakui secara utuh. Kelimanya terdiri dari perbuatan, 
perkataan, keyakinan, dan sikap yang melambangkan (lambang=simbol) kepatuhan 
(=komitmen) pada ajaran agama. Agama mengajarkan tentang apa yang benar dan yang 
salah, serta apa yang baik dan yang buruk. 
Agama berasal dari Supra Ultimate Being, bukan dari kebudayaan yang diciptakan oleh 
seorang atau sejumlah orang. Agama yang benar tidak dirumuskan oleh manusia. 
Manusia hanya dapat merumuskan kebajikan atau kebijakan, bukan kebenaran. 
Kebenaran hanyalah berasal dari yang benar yang mengetahui segala sesuatu yang 
tercipta, yaitu Sang Pencipta itu sendiri. Dan apa yang ada dalam agama selalu berujung 
pada tujuan yang ideal. Ajaran agama berhulu pada kebenaran dan bermuara pada 
keselamatan. Ajaran yang ada dalam agama memuat berbagai hal yang harus dilakukan 
oleh manusia dan tentang hal-hal yang harus dihindarkan. Kepatuhan pada ajaran agama 
ini akan menghasilkan kondisi ideal. 
Mereka yang sekuler berusaha untuk memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. 
Mereka yang marxis sama sekali melarang agama. Mengapa mereka melakukan hal-hal 
tersebut? Kemungkinan besarnya adalah karena kebanyakan dari mereka sama sekali 
kehilangan petunjuk tentang tuntunan apa yang datang dari Tuhan. Entah mereka 
dibutakan oleh minimnya informasi yang mereka dapatkan, atau mereka memang 
menutup diri dari segala hal yang berhubungan dengan Tuhan. 
Alasan yang seringkali mereka kemukakan adalah agama memicu perbedaan. Perbedaan 
tersebut menimbulkan konflik. Mereka memiliki orientasi yang terlalu besar pada 
pemenuhan kebutuhan untuk bersenang-senang, sehingga mereka tidak mau mematuhi
ajaran agama yang melarang mereka melakukan hal yang menurutnya menghalangi 
kesenangan mereka, dan mereka merasionalisasikan perbuatan irasional mereka itu 
dengan justifikasi sosial-intelektual. Mereka menganggap segi intelektual ataupun sosial 
memiliki nilai keberhargaan yang lebih. Akibatnya, mereka menutup indera penangkap 
informasi yang mereka miliki dan hanya mengandalkan intelektualitas yang serba 
terbatas. 
Mereka memahami dunia dalam batas rasio saja. Logika yang mereka miliki begitu 
terbatasnya, hingga abstraksi realita yang bersifat supra-rasional tidak mereka akui. Dan 
hasilnya, mereka terpenjara dalam realitas yang serba empiri. Semua harus terukur dan 
terhitung. Walaupun mereka sampai sekarang masih belum memahami banyaknya fungsi 
alam yang bekerja dalam mekanisme supra rasional, keterbatasan kerangka berpikir yang 
mereka miliki menegasikan semua hal yang tidak dapat ditangkap secara inderawi. 
Padahal, pembatasan diri dalam realita yang hanya bersifat empiri hanya akan 
membatasi potensi manusia itu sendiri. Dan hal ini menegasikan tujuan hidup yang 
selama ini diagungkan para penganut realita rasio-saja, yaitu aktualisasi diri dan segala 
potensinya. 
Agama, dengan sandaran yang kuat pada realitas supra rasional, membebaskan manusia 
untuk mengambil segala hal yang terbaik yang dapat dihasilkannya dalam hidup. Semua-apakah 
hal itu bersifat empiri-terukur, maupun yang belum dapat diukur. Empirisme 
bukanlah suatu hal yang ditolak agama. Agama yang benar, yang bersifat universal, 
mencakup segi intelektual yang luas, yang diantaranya adalah empirisme. Agama tidak 
mereduksi intelektualitas manusia dengan membatasi kuantitas maupun kualitas suatu 
idea. Agama yang benar, memberi petunjuk pada manusia tentang bagaimana potensi 
manusia dapat dikembangkan dengan sebesar-besarnya. Dan sejarah telah membuktikan 
hal tersebut. 
Kesalahan yang dibuat para penilai agama-lah yang kemudian menyebabkan realita 
ajaran ideal ini menjadi terlihat buruk. Beberapa peristiwa sejarah yang menonjol 
mereka identikan sebagai kesalahan karena agama. Karena keyakinan pada ajaran 
agama. Padahal, kerusakan yang ditimbulkan adalah justru karena jauhnya orang dari 
ajaran agama. Kerusakan itu timbul saat agama-yang mengajarkan kemuliaan-disalahgunakan 
oleh manusia pelaksananya untuk mencapai tujuan yang terlepas dari 
ajaran agama itu sendiri, terlepas dari pelaksanaan keseluruhan dimensinya.
Fungsi Agama Terhadap Negara 
Agama di Indonesia mempunyai arti, posisi dan peranan atau fungsi yang sangat penting 
dalam pembangunan nasional, yaitu. 
1. Sebagai faktor motivatif(dorongan akhlak) 
2. Sebagai faktor kreatif dan innovative(dorongan semangat kerja ) 
3. Sebagai faktor integrative (keserasian aktivitas) 
4. Sebagai sublimatif ( menjamin ketulusan) 
5. Sebagai sumber inspirasi budaya bangsa Indonesia 
Sejarah manusia merupakan suatu interaksi dari pengulangan dan pembaharua 
Kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada 
nilai-nilai luhurnyaserta menjadikan nilai-nilai dalam bersikap dan bertingkah laku ciri 
dari kematangan beragama. Jadi, kematangan beragama terlihat dari kemampuan 
seseorang untuk memahami, menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama 
yang dianutnya dalam kehidupan sehari-sehari. Ia menganut suatu agama karena 
menurut keyakinannya itu yang terbaik. Karena itu, ia berusaha menjadi penganut yang 
baik. Keyakinan itu ditampilkannya dalam sikap dan tingkah laku keagamaan yang 
mencerminkan ketaatan terhadap agamanya. 
Beragama atau kedewasaan seseorang dalam bergama biasanya ditunjukkan engan 
kesadaran keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agam yang dianutnya 
dan ia memerlukan agama dalam hidupnya. Pada dasarnya terdapat dua faktor yang 
menyebabkan adanya hambatan; yaitu faktor diri sendiri, dan kapasitas diri dan 
pengalaman. 
Kematangan beragama dapat dipandang sebagai keberagamaan yang terbuka pada semua 
fakta, nilai-nilai serta memberi arah pada kerangka hidup, baik secara teoritis maupun 
praktek dengan tetap berpegang teguh pada ajaran agama. 
Dengan adanya individu lain mereka berpikir untuk berteman. Oleh mereka karena itu 
mereka bergabung membentuk kelompok dengan manusia lain. Perkembangan 
selanjutnnya, jumlah kelompok ini semakin banyak. Sehingga dibutuhkan pemimpin dan 
aturan aturan yang disepakati bersama. 
Aturan-aturan ini juga diperlukan untuk mengikat tujuan bersama kelompok-kelompok 
tersebut. Dengan banyaknya keperluan yang terus meningkat peraturan yang digunakan 
harus semakin kuat dan lebih mengikat. Disini kehadiran negara adalah yang paling
tepat. Negara membuat aturan yang mempermudah aktivitas manusia. Tidak hanya 
membuat peraturan-peraturan, negara juga menyediakan fasilitas-fasilitas yang 
menunjang perkembangan kemajuan disemua bidang kehidupan. 
Manusia tidak akan dapat hidup sendiri dengan teratur tanpa adanya negara. Tidak ada 
yangg menjamin keamanan dan ketertiban mereka. Dari negara seseorang dapat hidup 
bermasyarakat dengan ketertiban yang terjamin. Karena dalam Bhineka Tunggal Ika 
terdapat suatu ungkapan yang mengekspresi suatu keinginan yang kuat, tiadak hanya 
dikalangan politiktetapi juga diseluruhlapisan sosial untuk menncapai satu kesatuan 
meskipun terdapat karakter yang heterogen didalamnya 
Negara merupakan persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia 
sebagai makhluk individu serta sebagai makhluk sosial. Manusia adalah pendiri negara 
itu sendiri sehingga terdapat hubungan horizontal untuk mencapai tujuan bersama. 
Negara juga berperan dalam mengatasi penderitaan penduduk akibat kemiskinan dan 
ketidakadilan. Masalah-masalah masyarakat ini disebabkan oleh tidak terpenuhinya 
kebutuhan-kebutuhan dasar dan persoalan pengembangan diri serta peluang turut serta 
dalam proses kemasyarakatan dan kenegaraan. 
Hubungan negara dan agama diIndonesia lebih menganut pada asas keseimbangan yang 
dinamis, jalan tengah antara sekularisme dan teoraksi. Keseimbangan dinamis ialah 
tidakada pemisahan agama dan politik, namun masing-masing dapat saling mengisi 
dengan segala peranannya. Agama tetap memiliki daya kritis terhadap negara dan negara 
punya kewajiban-kewajiban ter hadap agama. Dengan kata lain pola hubungan agama 
dan negara di Indonesia disebut dengan pola simbiotis-mutualisme. 
Ada dua macam perjuangan : perjuangan untuk tatap hidup didunia dan perjuangan 
untuk meraih kehidupan kekal diakhirat. Toleransi dan Perdamaian adalah harapan yang 
harus diperjuangkan semua pihak. Bila tulisan ini harus diakhiri penulis sedikit mengutip 
perkataan sang pujangga Inggris, Samuel Johnson (1709-1784 M): “Di mana tidak ada 
harapan, disitu tidak ada usaha keras”. 
Namun kita tidak boleh menyerah pada realita empiris dan terus memelihara harapan 
akan terwujudnya perdamaian yang penuh toleransi. mana ada harapan, disitu harus ada 
usaha keras. Dalam konsep ini, Institusi Agama dan Negara yang berada dalam satu 
lokasi atau konteks kehidupan namun keduanya tidak saling mencampuri. Agama 
diciptakan untuk menghantar manusia mencapai hidup dan kehidupan masa depan 
eskhatologis, hidup setelah kehidupan sekarang, yang tidak lagi di batasi dimensi. 
Sedangkan negara diciptakan agar ada kesejahteraan, keteraturan dalam hidup
bermasyarakat, sosialisasi, mengembangkan serta membangun sarana-sarana penunjang 
hidup dan kehidupan sesuai dengan kemampuan. 
Peranan agama dalam memperkuat toleransi jelas semakin penting di masa sekarang ini 
dan ke depan. Era globalisasi sekarang selain medatangkan banyak masalah bagi umat 
beragama, menghadirkan banyak tantangan termasuk masih berlanjutnya ketegangan , 
konflik dan kekerasan di antara umat manusia, juga sebagai tantangan kita untuk 
membangun dunia yang lebih toleransi terutama toleransi antar umat beragama. Tugas 
utama pemuka agama dan umat beragama adalah terus mensosialisasikan dan sekaligus 
mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama tentang toleransi dan perdamaian tersebut ke 
dalam kehidupan sehari-hari. 
Sederhananya, saya ingin mengutip ujar-ujar klasik yang mengatakan ‘Berilah kepada 
negara apa yang menjadi milik negara dan berilah kepada agama apa yang pantas 
menjadi milik agama.’ Memilih dan dipilih sebagai pemimpin bangsa harus didasari 
pada pemahaman bahwa kita memilih karena kita adalah warga negara. Bahwa kita 
memilih not by religion but as citizen! Kita memilih bukan karena dan atas dasar agama, 
melainkan karena kita adalah warga Negara yang tertib hukum. 
Dilihat dari pendapat lain yaitu dari Syaidzali dalam islam terdapat bebeerapa aliran 
yang menunjukan model hubungan negara dan agama, sebagai berikut : 
1. Aliran yang menyatakan atau menganggap bahwa islam adalah agama paripurna 
yang mampu mencakup segalanya, sehingga tidak dapat terpisahkan dari negara, 
urusan negara bisa dihubungkan dengan agama dan diselesaikan oleh agama. 
2. Aliran yang menganggap bahwa Islam dan negara dianggap tidak saling 
berhubungan karena islam bukan agama yang memiliki misi menciptakan 
terbentuknya negara. 
3. Aliran yang terakhir adalah aliran yang menyatakan jika Islam tidak mencakup 
segalanya tetapi tidak berarti sama sekali tidak ada hubungannya dengan negara. 
Islam mencakup seperangkat prisip-prinsip dan tata nilai etika tentang kehidupan 
bemasyarakat dan bernegara. 
Peran Agama 
Peran Perubahan. Artinya ajaran-ajaran agama dapat merubah umatnya kearah yang 
lebih baik. Dampak dari perubahan tersebut diharapkan mampu dirasakan oleh 
masyarakat luas. Agama harus membuka peluang agar umat dengan keputusan sendiri
melakukan perubahan sekaligus mengubah masyarakat. Walaupun demikian, agama 
tidak boleh salah kaprah menilai bahwa semua hal dalam masyarakat [misalnya unsur-unsur 
budaya, tatanan dan interaksi sosial, cara hidup warisan nenek moyang, dan lain-lain] 
sebagai kebiasaan lama yang harus dirubah karena tidak sesuai dengan ajaran 
agama. Jika agama menemukan hal-hal dalam masyarakat yang mungkin saja 
bertantangan dengan ajaran keagamaan, maka tidak perlu melakukan pemaksaan agar 
meninggalkannya. Agama hanya memberikan pertimbangan agar umat dengan suka rela 
meninggalkan hal-hal tersebut. 
1. Peran Perubahan Pribadi Manusia. Alasan-alasan positip seseorang menjadi 
umat beragama, antara lain agar memperoleh kepastian keselamatan; mengingatkan 
dirinya sendiri bahwa TUHAN yang menciptakan serta mengatur segala sesuatu 
termasuk hidup dan kehidupan; kesadaran adanya TUHAN; ajaran-ajaran agama mampu 
sebagai pagar pembatas agar tidak jatuh serta terjerumus ke dalam cara-cara hidup yang 
buruk serta negatif; mampu mendorongnya agar berbuat kebajikan, membantu, 
menolong, memperhatikan sesama manusia berdasarkan kasih; dan lain-lain. Dengan 
keyakinan seperti itu, bisa dipastikan bahwa, seseorang yang beragama dan sekaligus 
melaksanakan serta mengimani ajaran agama, maka akan mengalami perubahan pada 
hidup dan kehidupannya. Semuanya itu berarti, umat beragama, harus membuktikan 
bahwa hidup dan kehidupannya sesuai dengan ajaran agama. Pada hakekatnya, 
perubahan diri seseorang ketika ia menjadi umat beragama yang setia dan taat, 
menyangkut tiga hal penting, yaitu iman, pengharapan, dan [cinta] kasih. 
 Ajaran-ajaran agama, menjadikan seseorang [harus] mengalami perubahan iman 
[Yunani, pistis; percaya, iman, setia]; dari tadinya tidak percaya berubah menjadi 
percaya, yakin, setia kepada TUHAN. Jika menjadi umat beragama maka harus 
mengalami perubahan iman; seandainya ia berganti atau berpindah agama, maka apa 
yang diimani pun berubah [sesuai ajaran dalam agama barunya]. Perubahan iman 
pada diri seseorang, memerlukan suatu proses mendengar dan belajar; isi 
pembelajaran tersebut adalah ajaran-ajaran agama yang dibangun berdasarkan teks-teks 
[ayat-ayat] kitab suci. 
 Melalui agama seseorang mendapat pengharapan baru; umat mendapat wawasan 
dan kepastian masa depan [eskhatologis]. Pada sikon hidup dan kehidupan yang 
tidak menentu, umumnya, manusia mudah mengalami ketidakpastian serta
kehilangan pengharapan. Dan jika, sikon tersebut terus menerus terjadi pada 
seseorang, maka ia akan mengalami gangguan kejiwaan [penyakit jiwa] ringan 
maupun parah. Di sini, agama berperan untuk merubah keadaannya. 
 Melalui ajaran dan bimbingan, [tokoh-tokoh] agama membuka peluang agar umatnya 
meraih masa depan dengan baik. Manusia harus bisa mencapai masa depannya ketika 
masih ada di dunia dan dalam dimensi waktu; serta masa depan setelah hidup dan 
kehidupan kekinian. Semua umat beragama harus bisa mencapai kedua bentuk masa 
depan tersebut. 
 Ketika umat beragama mau mencapai masa depan yang masih terbatas pada dimensi 
waktu dan ruang, maka ia harus melakukan segala sesuatu pada masa kini dengan 
baik dan benar. 
 Demikian juga dengan masa depan setelah hidup dan kehidupan sekarang. Agama 
selalu mengajarkan adanya kehidupan sempurna serta kekal di Surga, dan hanya bisa 
dicapai setelah manusia mati atau meninggalkan dunia ini. Untuk mencapai 
kehidupan sempurna dan kekal itu, umat beragama harus melaksanakan kehendak 
TUHAN sesuai yang diajarkan oleh agama-agama. 
 Melalui agama, seseorang dapat mengasihi sesamanya dengan tulus. Semua bahasa 
bangsa, suku, sub-suku mempunyai kosa kata yang bermakna kasih ataupun 
mengasihi [cinta dan mencintai]. Kasih merupakan tindakan yang mempunyai 
kesamaan universal yaitu adanyan hubungan dan perhatian dari seseorang kepada 
sesama; dari sekelompok masyarakat kepada komunitas lainnya; dan seterusnya. 
Secara sosial-kultural, kasih membuat umat beragama mampu memperhatikan, 
berbuat baik, dan menolong masyarakat yang berbeda agama dengannya. Secara 
keagamaan, kasih menjadikan umat beragama membangun hubungan dengan 
TUHAN secara sungguh-sungguh serta penuh kesetiaan dan ketaatan 
2. Peran Edukasi. Edukasi dimaksud menyangkut pembinaan, pendidikan, 
pengajaran dalam arti seluas-luasnya. Memang agama lebih banyak berperan bimbingan 
spiritual atau rohaniah, akan tetapi tidak boleh berhenti sampai di situ. Agama juga bisa 
berperan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi yang berguna untuk kesejahteraan 
umat manusia. Peran edukasi pada agama-agama dapat menghasilkan umat taat dan 
tunduk kepada TUHAN, ditandai dengan tampilan diri yang baik dalam hidup dan 
kehidupan setiap hari. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan, melalui edukasi, 
agama dapat berperan untuk membangun peradaban baru. Melalui peran edukasi tersebut
lah, agama-agama membangun atau mendirikan institusi pendidikan mulai tingkat 
rendah sampai tinggi, dengan alasan utama yaitu membentuk sumber daya insani yang 
berkualitas serta mampu berperan pada berbagai aspek hidup dan kehidupan. 
3. Peran Perbaikan Keadaan Masyarakat. Kompleksitas permasalahan sosial 
dalam masyarakat dapat menimbulkan penyimpangan, ketidakpedulian terhadap sesama 
manusia, pelanggaran hukum, serta berbagai tindak kriminal lainnya. Hampir semua 
bentuk-bentuk penyimpangan, pelanggaran, serta tindakan kriminal tersebut dilakukan 
oleh manusia yang beragama. Ini berarti ada manusia yang beragama tetapi ia sekaligus 
bertindak sebagai perusak hidup dan kehidupan masyarakat. Ia bertindak sebagai perusak 
karena mungkin saja tidak mempunyai penghayatan serta ketidaksetiaannya menjalankan 
ritus-ritus keagamaanya. Pada sikon seperti itu, agama harus bisa berperan untuk 
merubah umatnya itu. Kehidupan masyarakat hanya bisa diperbaiki oleh pribadi-pribadi 
yang mengalami perubahan karena mendapat tuntunan keagamaan. Memang agama 
tidak mempunyai hak yudikatif terhadap pelanggar hukum-hukum sosial dan 
masyarakat. Akan tetapi, agama tetap mempunyai hak dan banyak sekali kemampuan 
untuk merubah manusia. Di sini terjadi, manusia yang berubah [karena peran agama] 
sehingga perubahan itu berdampak luas pada masyarakat. 
4. Peran Persatuan dalam Masyarakat. Hampir semua aspek yang membedakan 
manusia, umumnya, sebagai akar perbedaan. Adanya perbedaan ajaran agama-agama 
dapat menjadi [di sana-sini] konflik diam antar umat beragama; silent conflict, konflik 
tertutup tapi dampaknya sangat terasa, maupun yang terbuka. Konflik yang diam, sangat 
mudah meledak menjadi kerusuhan sosial-rasial. Secara langsung maupun tidak, konflik 
telah menyebabkan permusuhan yang diam antar umat beragama di luar wilayah konflik. 
Akibatnya, masyarakat menjadi terpecah walaupun mereka tidak terlibat secara langsung 
dalam konflik umat beragama. Sikon seperti itu hanya bisa diperbaiki jika agama 
berperan sebagi pelopor persatuan masyarakat. Ini berarti, agama harus berperan sebagai 
alat untuk membangun hubungan baik antar manusia. Manusia yang berbeda agama 
bukan merupakan ancaman melainkan saudara. Peran sebagai alat pemersatu 
masyarakat harus dimulai dari pribadi-pribadi yang terbuka, toleran, berwawasan luas, 
serta mempunyai kemampunan untuk melihat perbedaan sebagai kesejajaran dan 
kesamaan untuk membangun dan menuju kemajuan. 
Pada masyarakat yang sederhana dan pendidikannya kurang memadai, serta mempunyai 
wawasan sempit, jika menerima khotbah-khotbah dan ajaran-ajaran yang selalu 
menyatakan perbedaan, maka dengan sendirinya akan membangun pemisahan
berdasarkan agama. Oleh sebab itu, agama-agama, terutama para pemimpin atau tokoh-tokoh 
keagamaan, perlu memperlihatkan serta menonjolkan peran persatuan dalam 
masyarakat. 
Dengan itu, mereka memperlihatkan kesamaan agama-agama sebagai institusi Ilahi, 
yang datang dari TUHAN yang sama dan Esa. Jika, agama-agama datang dari TUHAN 
yang sama, maka selayaknya juga membawa kepersatuan dalam masyarakat. Agama-agama 
mengajarkan adanya TUHAN Allah yang Esa; TUHAN untuk semua umat 
manusia; jadi manusia tidak layak melakukan perbedaan atau pemisahan terhadap 
TUHAN yang Esa tersebut. Namun, sayangnya ada agama yang tidak melakukan hal-hal 
tersebut. 
Jangan sampai terjadi atau terlihat dalam masyarakat bahwa karena manusia mempunyai 
ketaatan yang sungguh-sungguh, teguh, kokoh, baik, dan benar mengenai ajaran-ajaran 
agamanya, maka mereka membuat perbedaan antar sesamanya. Jika hal seperti itu 
terjadi, maka agama akan merupakan sesuatu yang tidak berguna serta bermanfaat untuk 
hidup dan kehidupan manusia serta masyarakat. Dan bila pada diri seseorang [juga pada 
masyarakat] mempunyai konsep seperti itu, maka akhirnya sinisme terhadap agama akan 
terbukti; manusia tidak membutuhkan agama jika menjadikan dirinya terpecah ataupun 
terasing dari sesamanya. 
Pelembagaan Agama 
Lembaga agama adalah suatu organisasi, yang disahkan oleh pemerintah dan berjalan 
menurut keyakinan yang dianut oleh masing-masing agama. Penduduk Indonesia pada 
umumnya telah menjadi penganut formal salah satu dari lima agama resmi yang diakui 
pemerintah. Lembaga-lembaga keagamaan patut bersyukur atas kenyataan itu. Namun 
nampaknya belum bisa berbangga. Perpindahan penganut agama suku ke salah satu 
agama resmi itu banyak yang tidak murni. 
Sejarah mencatat bahwa tidak jarang terjadi peralihan sebab terpaksa. Pemaksaan terjadi 
melalui “perselingkuhan” antara lembaga agama dengan lembaga kekuasaan. Keduanya 
mempunyai kepentingan. Pemerintah butuh ketentraman sedangkan lembaga agama 
membutuhkan penganut atau pengikut. Kerjasama (atau lebih tepat disebut saling 
memanfaatkan) itu terjadi sejak dahulu kala. Para penyiar agama sering membonceng 
pada suatu kekuasaan (kebetulan menjadi penganut agama tersebut) yang mengadakan 
invansi ke daerah lain. Penduduk daerah atau negara yang baru ditaklukkan itu dipaksa 
(suka atau tidak suka) menjadi penganut agama penguasa baru.
Kasus-kasus itu tidak hanya terjadi di Indonesia atau Asia dan Afrika pada umumnya 
tetapi juga terjadi di Eropa pada saat agama monoteis mulai diperkenalkan. Di Indonesia 
“tradisi” saling memanfaatkan berlanjut pada zaman orde Baru.Pemerintah orde baru 
tidak mengenal penganut di luar lima agama resmi. Inilah pemaksaan tahap kedua. 
Penganut di luar lima agama resmi, termasuk penganut agama suku, terpaksa memilih 
salah satu dari lima agama resmi versi pemerintah. Namun ternyata masalah belum 
selesai. Kenyataannya banyak orang yang menjadi penganut suatu agama tetapi hanya 
sebagai formalitas belaka. Dampak keadaan demikian terhadap kehidupan keberagaan di 
Indonesia sangat besar. Para penganut yang formalitas itu, dalam kehidupan 
kesehariannya lebih banyak mempraktekkan ajaran agam suku, yang dianut sebelumnya, 
daripada agama barunya. Pra rohaniwan agama monoteis, umumnya mempunyai sikap 
bersebrangan dengan prak keagamaan demikian. Lagi pula pengangut agama suku 
umumnya telah dicap sebagai kekafiran. Berbagai cara telah dilakukan supaya praktek 
agama suku ditinggalkan, misalnya pemberlakukan siasat/disiplin gerejawi. Namun 
nampaknya tidak terlalu efektif. Upacara-upacara yang bernuansa agama suku bukannya 
semakin berkurang tetapi kelihatannya semakin marak di mana-mana terutama di 
desadesa. 
Demi pariwisata yang mendatangkan banyak uang bagi para pelaku pariwisata, maka 
upacara-upacara adat yang notabene adalah upacara agama suku mulai dihidupkan di 
daerah-daerah. Upacara-upacara agama sukuyang selama ini ditekan dan 
dimarjinalisasikan tumbuh sangat subur bagaikan tumbuhan yang mendapat siraman air 
dan pupuk yang segar. Anehnya sebab bukan hanya orang yang masih tinggal di 
kampung yang menyambut angin segar itu dengan antusias tetapi ternyata orang yang 
lama tinggal di kotapun menyambutnya dengan semangat membara. Bahkan di kota-kotapun 
sering ditemukan praktek hidup yang sebenarnya berakar dalam agama suku. 
Misalnya pemilihan hari-hari tertentu yang diklaim sebagai hari baik untuk 
melaksanakan suatu upacara. Hal ini semakin menarik sebab mereka itu pada umumnya 
merupakan pemeluk yang “ fanatik” dari salah satu agama monoteis bahkan pejabat atau 
pimpinan agama. 
Fenomena hubungan Agama dan Negara 
Agama idealnya menjaga jarak terhadap politik. Ia harus menjadi semacam ‘faktor X’ di 
luar kekuasaan dan dunia politik. Bukan justru masuk, terlibat, dan menjadi sama bobrok 
dan busuknya dengan para politisi tersebut. Coba Anda jujur pada diri sendiri, apakah
agama semakin dimuliakan di tangan para politisi dan di lingkungan kekuasaan? Kalau 
jawaban Anda “ya” berarti Anda buta mata dan buta hati. Agama semakin diperkosa, 
korupsi merajalela, hukum dimanipulasi, harta dan tahta di tempatkan lebih tinggi dari 
apapun. Kekuasaan dicari dengan jalan tidak halal dan sangat sering melalui tindakan 
penghalalan segala cara. Sekarang apa-apa diberhalakan. Uang dan harta menjadi 
berhala. 
Fundamentalisme seperti yang telah dikemukakan oleh Karen Armstrong, merupakan 
salah satu fenomena yang sangat mengejutkan pada abad ke-20. Lantas kenapa terlihat 
lumrah dan biasa saja? Karena mereka mampu menempatkan diri dan cara pandang 
secara tepat, bahwa negara adalah negara, politik adalah politik, agama adalah agama. 
Mereka juga paham betul bahwa politik dan agama adalah dua sisi yang berbeda laksana 
kepala dan ekor pada uang logam. Tidak boleh terlalu rapat tapi jangan juga terlalu jauh. 
Keduanya mempunyai fungsi dan tabiatnya masing-masing. Laiknya minyak dan air 
yang tak boleh dicampuradukkan, tapi dua-duanya tetap dibutuhkan. 
Begitu mengerikan ekspresi dari fundamentalisme saat ini, peristiwa paling 
menghebohkan dunia yang terjadi pada Semtember 2001 silam yaitu penghancuran 
gedung World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat, kejadian tersebut 
dihubungkan dengan fundamentalisme. Sementara di Indonesia terjadi peristiwa bom 
bunuh diri di berbagai tempat. tempat seperti Bom Bali I, Bom Bali II, Bom Kedutaan 
Besar Australia di Jakarta, dan lain sebagainya. 
Motif dari berbagai peristiwa terorisme tadi mewujudkan betapa toleransi harus menjadi 
pola komunikasi antar warga. Terlepas dari perbedaan agama, suku, etnis, budaya dan 
Negara juga status sosial. Dengan sikap toleran inilah diharapkan terciptanya kerukunan 
antar warga yang relasinya akan menciptakan dunia yang damai. Perdamaian dengan 
tidak pertumpah darahan. Perdamaian dengan tidak adanya kelompok yang merasa di 
marjinalkan. Untuk itu penulis rasa perlunya memahami toleransi sebagai sebuah jalan 
menuju perdamaian yang diharapkan tadi. Meski perlu disadari benturan-benturan 
peradaban memang tak dapat disangkal secara empiris. Peristiwa itu tidak jauh dari 
fundamentalisme agama yaitu menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan dengan 
dilandasi fanatisme agama yang berlebihan. 
Perang Salib (1069-1291) merupakan perang antar umat Kristen Eropa dengan umat 
Islam yang memperebutkan Yerussalem/Palestina. Perang Salib berlangsung hinggga 
tujuh kali (Perang Salib VII tahun 1270-1291) status Yerusalem/Palestina tidak berubah, 
yaitu tetap dikuasai umat Islam. Bahkan kedudukan Barat/Kristen di Syira dan Palestina
hilang. Keuntungan dari peperangan itu, Barat menjadi mengenal dan memanfaatkan 
kebudayaan umat Islam yang sudah lebih tinggi daripada yang mereka miliki saati itu. 
Selain itu, hubungan dagang Asia-Eropa menjadi lebuh hidup dan berkembang. 
Sebenarnya kita harus benar-benar peka terhadap hubungan agama dan Negara ini 
bahkan banyak kalangan tidak setuju terhadap partai-partai berbasis agama. Kenapa? 
Karena justru saat ini agama dijadikan alat politik (dan sangat sering diperalat politisi) 
untuk mencapai tujuan, bahkan bilapun itu harus dengan menghalalkan segala cara. 
Makanya jangan heran kalau kemurnian dan kesucian agama ini justru semakin 
menghilang dan tercemar. Agama seharusnya menawarkan apa yang tidak bisa diberikan 
dunia, bukan justru ikut-ikutan dan bahkan diperalat. Secara dasariah agama itu baik 
adanya, para pelakunya yang justru harus koreksi diri. 
Untuk meminimalkan konflik antar umat beragama dapat dilakukan dengan langkah-langkah 
sebagai berikut: 
1. Tidak memperdebatkan segi perbedaan dalam agama 
2. Melakukan kegiatan sosial yang melibatkan agama berbeda 
3. Membuat orientasi pendidikan pada pengembangan aspek pemahaman agama 
yang bersifat universal 
4. Meningkatkan pembinaan individu yang mengarah pada terbentuknya pribadi 
yang berbudi pekerti 
5. Menghindari jauh-jauh sifat egoisme dalam beragama yang mengklaim mereka 
paling benar
BAB III 
PENUTUP 
Kesimpulan 
Agama merupakan pondasi hidup setiap manusia, tanpa adanya agama manusia tidak 
bisa berpikir secara naluri dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang 
salah. Indonesia merupakan negara yang meyakini keberadaan agama sebagai hal 
tersebut, ada 6 keyakinan yang terdapat di Indonesia dan masing-masing keyakinan 
mempunyai dasar ataupun pedoman sesuai dengan keyakinannya. Pancasila khususnya 
Sila ke-1 menyebutkan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sudah jelas dan tidak diragukan 
lagi, setiap manusia pasti mempunyai Tuhan dan percaya bahwa Tuhan itu ada. 
Manusia adalah makhluk beragama dan bernegara. Agama memberikan nilai-nilai moral, 
norma pelajaran tentang tanggung jawab individu dan sosial serta memberi petunjuk 
mencapai kebaikan setelah kematian. Sedangkan dari negara manusia mendapat jaminan 
ketertiban dan kenyamanan dalam kehidupanya didunia. 
Untuk mewujudkan pola hubungan yang dinamis antara agama dan negara diIndonesia, 
kedua komponen Indonesia tersebut seyogyanya mengedepankan cara-cara diologis 
manakala terjadi persisihan pandangan antara kelompok masyarakat sipil dengan negara. 
Untuk menompang tumbuhnya budaya dialog tersebut negara bisa menyediakan 
fasilitas-fasilitas demokrasi, kebebasan pers, kebebasan beroeganisasi, serta 
meningkatkan fasilitas publik guna menampung opini warga.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa IndonesiaMakalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa IndonesiaBram Agus Leonardo
 
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMakalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMujid Rical
 
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptPancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptAisyah Turidho
 
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIATugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIAmeikaa
 
Hakikat negara kesatuan republik indonesia
Hakikat negara kesatuan republik indonesiaHakikat negara kesatuan republik indonesia
Hakikat negara kesatuan republik indonesiaBonadea Visakha
 
Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makalah Pancasila Sebagai Dasar NegaraMakalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negaraprima1999
 
Makalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragamaMakalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragamaWahiid Sayy'a
 
Islam dan isu isu kontemporer
Islam dan isu isu kontemporerIslam dan isu isu kontemporer
Islam dan isu isu kontemporerAtika Vania
 
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...Nurfaizatul Jannah
 
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban wargakasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban wargaafnan kaffi
 
Ham Menurut Iman Kristen
Ham Menurut Iman Kristen Ham Menurut Iman Kristen
Ham Menurut Iman Kristen Nariaki Adachi
 
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahPengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahAde Pratama
 
Pemikiran pancasila menurut tokoh notonagoro pend.pancasila naufal habib ikor...
Pemikiran pancasila menurut tokoh notonagoro pend.pancasila naufal habib ikor...Pemikiran pancasila menurut tokoh notonagoro pend.pancasila naufal habib ikor...
Pemikiran pancasila menurut tokoh notonagoro pend.pancasila naufal habib ikor...Naufal Habib
 
Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)
Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)
Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)DanBo Store
 
Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013
Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013
Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013Surya Surya
 
Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Makalah Pancasila Sebagai Ideologi NegaraMakalah Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Negaraspecial131
 

Mais procurados (20)

Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa IndonesiaMakalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah bahasa indonesia Ejaan Bahasa Indonesia
 
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMakalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
 
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptPancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
 
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIATugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
 
Hakikat negara kesatuan republik indonesia
Hakikat negara kesatuan republik indonesiaHakikat negara kesatuan republik indonesia
Hakikat negara kesatuan republik indonesia
 
ppt nilai - nilai pancasila masa kini
ppt nilai - nilai pancasila masa kinippt nilai - nilai pancasila masa kini
ppt nilai - nilai pancasila masa kini
 
Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makalah Pancasila Sebagai Dasar NegaraMakalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
 
Makalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragamaMakalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragama
 
Tugas makalah agama
Tugas makalah agamaTugas makalah agama
Tugas makalah agama
 
Islam dan isu isu kontemporer
Islam dan isu isu kontemporerIslam dan isu isu kontemporer
Islam dan isu isu kontemporer
 
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
 
Pancasila dan Agama
Pancasila dan AgamaPancasila dan Agama
Pancasila dan Agama
 
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban wargakasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
 
Ham Menurut Iman Kristen
Ham Menurut Iman Kristen Ham Menurut Iman Kristen
Ham Menurut Iman Kristen
 
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ahPengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
Pengertian syari’ah dan ruang lingkup syari’ah
 
Wawasan Nusantara
Wawasan NusantaraWawasan Nusantara
Wawasan Nusantara
 
Pemikiran pancasila menurut tokoh notonagoro pend.pancasila naufal habib ikor...
Pemikiran pancasila menurut tokoh notonagoro pend.pancasila naufal habib ikor...Pemikiran pancasila menurut tokoh notonagoro pend.pancasila naufal habib ikor...
Pemikiran pancasila menurut tokoh notonagoro pend.pancasila naufal habib ikor...
 
Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)
Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)
Sistem politik islam (Mata Kuliah Agama Islam)
 
Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013
Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013
Buku Materi Agama Islam Kelas X Kurikulum 2013
 
Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Makalah Pancasila Sebagai Ideologi NegaraMakalah Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Negara
 

Destaque

Makalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai Pancasila
Makalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai PancasilaMakalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai Pancasila
Makalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai PancasilaSelvi Ramadhenisa
 
Peran Pemuda Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila di Era Modern
Peran Pemuda Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila di Era Modern Peran Pemuda Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila di Era Modern
Peran Pemuda Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila di Era Modern mitaendah0
 
makalah pancasila : makna dan fungsi pancasila
makalah pancasila : makna dan fungsi pancasilamakalah pancasila : makna dan fungsi pancasila
makalah pancasila : makna dan fungsi pancasilamiftah_rahmat
 
Hubungan Pancasila dan Agama
Hubungan Pancasila dan AgamaHubungan Pancasila dan Agama
Hubungan Pancasila dan AgamaAnisya Nesya
 
MakalaH Indonesia tanpa adanya pancasila
MakalaH Indonesia tanpa adanya pancasilaMakalaH Indonesia tanpa adanya pancasila
MakalaH Indonesia tanpa adanya pancasilaAulia Pradina
 
MAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKA
MAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKAMAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKA
MAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKAImam tantowi
 
Makalah Konsep Aqidah Dalam Islam
Makalah Konsep Aqidah Dalam IslamMakalah Konsep Aqidah Dalam Islam
Makalah Konsep Aqidah Dalam Islamhera wijaya
 
INDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDF
INDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDFINDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDF
INDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDFAulia Pradina
 

Destaque (10)

Makalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai Pancasila
Makalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai PancasilaMakalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai Pancasila
Makalah Hak Asasi Manusia dalam Nilai Pancasila
 
Peran Pemuda Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila di Era Modern
Peran Pemuda Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila di Era Modern Peran Pemuda Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila di Era Modern
Peran Pemuda Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila di Era Modern
 
Pancasila sebagai pemersatu bangsa
Pancasila sebagai pemersatu bangsaPancasila sebagai pemersatu bangsa
Pancasila sebagai pemersatu bangsa
 
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
PANCASILA PEMBUKAAN UUD 45
 
makalah pancasila : makna dan fungsi pancasila
makalah pancasila : makna dan fungsi pancasilamakalah pancasila : makna dan fungsi pancasila
makalah pancasila : makna dan fungsi pancasila
 
Hubungan Pancasila dan Agama
Hubungan Pancasila dan AgamaHubungan Pancasila dan Agama
Hubungan Pancasila dan Agama
 
MakalaH Indonesia tanpa adanya pancasila
MakalaH Indonesia tanpa adanya pancasilaMakalaH Indonesia tanpa adanya pancasila
MakalaH Indonesia tanpa adanya pancasila
 
MAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKA
MAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKAMAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKA
MAKALAH AGAMA AKHLAK , MORAL DAN ETIKA
 
Makalah Konsep Aqidah Dalam Islam
Makalah Konsep Aqidah Dalam IslamMakalah Konsep Aqidah Dalam Islam
Makalah Konsep Aqidah Dalam Islam
 
INDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDF
INDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDFINDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDF
INDONESIA TANPA ADANYA PANCASILA PDF
 

Semelhante a CONTOH MAKALAH AGAMA

Semelhante a CONTOH MAKALAH AGAMA (20)

Relasi Antar Agama di Indonesia
Relasi Antar Agama di IndonesiaRelasi Antar Agama di Indonesia
Relasi Antar Agama di Indonesia
 
Bab ii tgas
Bab ii tgasBab ii tgas
Bab ii tgas
 
Resume agama.docx
Resume agama.docxResume agama.docx
Resume agama.docx
 
Tugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasarTugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasar
 
Ilmu Sosial Dasar : Agama dan Masyarakat
Ilmu Sosial Dasar : Agama dan MasyarakatIlmu Sosial Dasar : Agama dan Masyarakat
Ilmu Sosial Dasar : Agama dan Masyarakat
 
Tugas pkn
Tugas pknTugas pkn
Tugas pkn
 
Konsep Agama di Indonesia
Konsep Agama di IndonesiaKonsep Agama di Indonesia
Konsep Agama di Indonesia
 
Makalah pancasila kelompok 4.
Makalah pancasila kelompok 4.Makalah pancasila kelompok 4.
Makalah pancasila kelompok 4.
 
ppt PKN 2022.pptx
ppt PKN 2022.pptxppt PKN 2022.pptx
ppt PKN 2022.pptx
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
 
Kebebasan Beragama
Kebebasan BeragamaKebebasan Beragama
Kebebasan Beragama
 
3. pancasia dalam sejarah indonesia
3. pancasia dalam sejarah indonesia3. pancasia dalam sejarah indonesia
3. pancasia dalam sejarah indonesia
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
 
GILANG_UNIVERSITAS_TADULAKO_INTERNALISASI_NILAI_MODERASI.pdf
GILANG_UNIVERSITAS_TADULAKO_INTERNALISASI_NILAI_MODERASI.pdfGILANG_UNIVERSITAS_TADULAKO_INTERNALISASI_NILAI_MODERASI.pdf
GILANG_UNIVERSITAS_TADULAKO_INTERNALISASI_NILAI_MODERASI.pdf
 
pancasila sebagai ideologi negara
pancasila sebagai ideologi negarapancasila sebagai ideologi negara
pancasila sebagai ideologi negara
 
3 131217225316-phpapp02
3 131217225316-phpapp023 131217225316-phpapp02
3 131217225316-phpapp02
 
3 131217225316-phpapp02
3 131217225316-phpapp023 131217225316-phpapp02
3 131217225316-phpapp02
 
1. konsep agama (1)
1. konsep agama (1)1. konsep agama (1)
1. konsep agama (1)
 
Konsep Ketuhanan dan Kepercayaan
Konsep Ketuhanan dan KepercayaanKonsep Ketuhanan dan Kepercayaan
Konsep Ketuhanan dan Kepercayaan
 
Macam- macam Agama di Indonesia
Macam- macam Agama di IndonesiaMacam- macam Agama di Indonesia
Macam- macam Agama di Indonesia
 

Mais de Eman Syukur

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SD KELAS IV
SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SD KELAS IVSILABUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SD KELAS IV
SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SD KELAS IVEman Syukur
 
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIAHUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIAEman Syukur
 
PIDATO GENERASI MUDA DAN NARKOBA
PIDATO GENERASI MUDA DAN NARKOBAPIDATO GENERASI MUDA DAN NARKOBA
PIDATO GENERASI MUDA DAN NARKOBAEman Syukur
 
MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAI
MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAIMAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAI
MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAIEman Syukur
 
PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAPENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAEman Syukur
 
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana Eman Syukur
 
KOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
KOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIAKOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
KOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIAEman Syukur
 
Hakikat belajar bahasa
Hakikat belajar bahasaHakikat belajar bahasa
Hakikat belajar bahasaEman Syukur
 
Menjaga kebersihan
Menjaga kebersihanMenjaga kebersihan
Menjaga kebersihanEman Syukur
 
Tugas peranan sekretaris
Tugas peranan sekretarisTugas peranan sekretaris
Tugas peranan sekretarisEman Syukur
 
RPP KELAS V SMT 1 TEMA 5 SUBTEMA 1 PERTEMUAN 1
RPP KELAS V SMT 1 TEMA 5 SUBTEMA 1 PERTEMUAN 1RPP KELAS V SMT 1 TEMA 5 SUBTEMA 1 PERTEMUAN 1
RPP KELAS V SMT 1 TEMA 5 SUBTEMA 1 PERTEMUAN 1Eman Syukur
 
Contoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - VContoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - VEman Syukur
 
Contoh rpp kelas ii tema 4
Contoh rpp kelas ii tema 4Contoh rpp kelas ii tema 4
Contoh rpp kelas ii tema 4Eman Syukur
 
Bakteri dan penyakit yang menyerang sistem pernapasan
Bakteri dan penyakit yang menyerang sistem pernapasanBakteri dan penyakit yang menyerang sistem pernapasan
Bakteri dan penyakit yang menyerang sistem pernapasanEman Syukur
 
Pesawat sederhana
Pesawat sederhanaPesawat sederhana
Pesawat sederhanaEman Syukur
 

Mais de Eman Syukur (20)

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SD KELAS IV
SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SD KELAS IVSILABUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SD KELAS IV
SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SD KELAS IV
 
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIAHUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
HUKUM SYARIAT ISLAM DAN HUKUM INDONESIA
 
PIDATO GENERASI MUDA DAN NARKOBA
PIDATO GENERASI MUDA DAN NARKOBAPIDATO GENERASI MUDA DAN NARKOBA
PIDATO GENERASI MUDA DAN NARKOBA
 
MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAI
MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAIMAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAI
MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAI
 
PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAPENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PENDEKATAN WHOLE LANGUAGE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
 
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana
 
KOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
KOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIAKOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
KOHESI, KOHERENSI, DAN JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
 
Hakikat belajar bahasa
Hakikat belajar bahasaHakikat belajar bahasa
Hakikat belajar bahasa
 
Makalah ekonomi
Makalah ekonomiMakalah ekonomi
Makalah ekonomi
 
Menjaga kebersihan
Menjaga kebersihanMenjaga kebersihan
Menjaga kebersihan
 
Tugas peranan sekretaris
Tugas peranan sekretarisTugas peranan sekretaris
Tugas peranan sekretaris
 
RPP KELAS V SMT 1 TEMA 5 SUBTEMA 1 PERTEMUAN 1
RPP KELAS V SMT 1 TEMA 5 SUBTEMA 1 PERTEMUAN 1RPP KELAS V SMT 1 TEMA 5 SUBTEMA 1 PERTEMUAN 1
RPP KELAS V SMT 1 TEMA 5 SUBTEMA 1 PERTEMUAN 1
 
Contoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - VContoh PTK Bab I - V
Contoh PTK Bab I - V
 
Contoh rpp kelas ii tema 4
Contoh rpp kelas ii tema 4Contoh rpp kelas ii tema 4
Contoh rpp kelas ii tema 4
 
Laporan pkm
Laporan pkmLaporan pkm
Laporan pkm
 
Bakteri dan penyakit yang menyerang sistem pernapasan
Bakteri dan penyakit yang menyerang sistem pernapasanBakteri dan penyakit yang menyerang sistem pernapasan
Bakteri dan penyakit yang menyerang sistem pernapasan
 
Kabel sepaksi
Kabel sepaksiKabel sepaksi
Kabel sepaksi
 
Peran orang tua
Peran orang tuaPeran orang tua
Peran orang tua
 
Pesawat sederhana
Pesawat sederhanaPesawat sederhana
Pesawat sederhana
 
Hakikat Menulis
Hakikat MenulisHakikat Menulis
Hakikat Menulis
 

Último

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMRiniGela
 

Último (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 

CONTOH MAKALAH AGAMA

  • 1. MAKALAH TUGAS AGAMA PERAN AGAMA DALAM BERNEGARA OLEH VENTURA FENI KELAS XII SMA KATOLIK ST. YUSUP TANJUNG BALAI KARIMUN 2014
  • 2. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Agama bisa diartikan sebagai kepercayaan pada hal-hal yang spiritual. Agama dijadikan sandaran penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada diluar jangkauan dan kemampuanya karena memiliki sifat supranatural sehingga agama diharapkan dapat mengatasi masalah nonempiris tersebut. Dalam sebuah Negara agama sangat diperlukan guna membentuk setiap sendi kehidupan bernegara yang memihak pada kesejahteraan warganegaranya. Tetapi hal tersebut harus tetap sesuai dengan batasan toleransi agama. Karena jika tidak dikhawatirkan akan ada kesalahpahaman kebijakan agama dan Negara yang saling tumpang tindih. Fenomena yang disebut sebagai fundamentalisme agama tersebut memang tidak dapat dilepaskan dari situasi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat kita. Kegagalan pemerintah mengatasi kemiskinan dan masalah-masalah ekonomi selalu membuat masyarakat tergoda untuk melakukan kekerasan dalam menyalurkan aspirasinya. Di samping itu, ketidaktegasan aparat juga turut memberi andil bagi kelangsungan hidup organisasi yang identik dengan kekerasan dalam mengemukakan pendapatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa selama tidak ada perubahan dari kondisi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat dan selama. Banyak pihak memanfaatkan konsep agama dan Negara dengan cara yang salah untuk menjatuhkan kesucian agama. Mereka menjadikan hal-hal yang berkaitan dengan agama sebagai hal yang penuh sifat ekstrem. Misalnya tentang jihad padahal sebenarnya Jihad merupakan ibadah yang sangat mulia dan mempunyai potensi untuk menumbuhkan nilai kecintaan kepada Allah. Jihad menjadi iman dan sekaligus tolak ukur keimanan seseorang. Jihad adalah untuk mencurahkan segala usaha dan kemampuan dalam rangka mencapai kecintaan Allah dan menentang apa yang dibencinya. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Di tahun 2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 5,7% Protestan, 3% Katolik, 1,8% Hindu, dan 3,4% kepercayaan lainnya.
  • 3. Sejarah Singkat Agama di Indonesia Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan. Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah timur Indonesia. Berdasar sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia. Berdasarkan Penjelasan Atas Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)”. Islam : Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, dengan 88% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas Muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera. Masuknya agama islam ke Indonesia melalui perdagangan. Hindu : Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi, bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit. Budha : Buddha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba pada sekitar abad keenam masehi. Sejarah Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu. Kristen Katolik : Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh di Sumatera Utara. Dan pada abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Katolik di Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah. Kristen Protestan : Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham
  • 4. Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia.Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda. Konghucu : Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu lebih menitik beratkan pada kepercayaan dan praktik yang individual. Agama merupakan pondasi hidup setiap manusia, tanpa adanya agama manusia tidak bisa berpikir secara naluri dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Indonesia merupakan negara yang meyakini keberadaan agama sebagai hal tersebut, ada 6 keyakinan yang terdapat di Indonesia dan masing-masing keyakinan mempunyai dasar ataupun pedoman sesuai dengan keyakinannya. Pancasila khususnya Sila ke-1 menyebutkan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sudah jelas dan tidak diragukan lagi, setiap manusia pasti mempunyai Tuhan dan percaya bahwa Tuhan itu ada. Keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat yang berbeda kepercayaan merupakan wujud nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam bentuk keharmonisan, kebersamaan, ketentraman, dan sebagainya. Perbedaan keyakinan yang terdapat di dalam masyarakat itu merupakan multikulturalisme bangsa Indonesia. Namun, tidak jarang hal tersebut justru mendorong berbagai keributan/kerusuhan. Substansi kerusuhan tersebut sangat sempit dan kecil, tapi bisa juga menjadi kerusuhan berskala besar dan sulit untuk menemukan jalan tengahnya, dan bahkan bisa membawa nama masing-masing kelompok tersebut dalam ranah konflik yang bersifat SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan). Agama yang bersifat kerusuhan tersebut tidak hanya terdapat pada masyarakat yang berbeda keyakinan, bahkan tak jarang dari mereka yang mempunyai keyakinan dan tujuan yang sama justru malah mengalami konflik internal. Hal tersebut dikarenakan rendahnya jiwa nasionalisme bangsa, yaitu jiwa yang mengikat kita pada satu rasa dan satu tujuan. Modal sosial terbentuk karena trust (kepercayaan) masyarakat terhadap apa yang mereka dengar dan lihat. Pancasila berperan penting dalam segala hal, begitu pula dalam keagamaan.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN Fungsi-Fungsi Agama Agama bukanlah suatu entitas independen yang berdiri sendiri. Agama terdiri dari berbagai dimensi yang merupakan satu kesatuan. Masing-masingnya tidak dapat berdiri tanpa yang lain. seorang ilmuwan barat menguraikan agama ke dalam lima dimensi komitmen. Seseorang kemudian dapat diklasifikasikan menjadi seorang penganut agama tertentu dengan adanya perilaku dan keyakinan yang merupakan wujud komitmennya. Ketidakutuhan seseorang dalam menjalankan lima dimensi komitmen ini menjadikannya religiusitasnya tidak dapat diakui secara utuh. Kelimanya terdiri dari perbuatan, perkataan, keyakinan, dan sikap yang melambangkan (lambang=simbol) kepatuhan (=komitmen) pada ajaran agama. Agama mengajarkan tentang apa yang benar dan yang salah, serta apa yang baik dan yang buruk. Agama berasal dari Supra Ultimate Being, bukan dari kebudayaan yang diciptakan oleh seorang atau sejumlah orang. Agama yang benar tidak dirumuskan oleh manusia. Manusia hanya dapat merumuskan kebajikan atau kebijakan, bukan kebenaran. Kebenaran hanyalah berasal dari yang benar yang mengetahui segala sesuatu yang tercipta, yaitu Sang Pencipta itu sendiri. Dan apa yang ada dalam agama selalu berujung pada tujuan yang ideal. Ajaran agama berhulu pada kebenaran dan bermuara pada keselamatan. Ajaran yang ada dalam agama memuat berbagai hal yang harus dilakukan oleh manusia dan tentang hal-hal yang harus dihindarkan. Kepatuhan pada ajaran agama ini akan menghasilkan kondisi ideal. Mereka yang sekuler berusaha untuk memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Mereka yang marxis sama sekali melarang agama. Mengapa mereka melakukan hal-hal tersebut? Kemungkinan besarnya adalah karena kebanyakan dari mereka sama sekali kehilangan petunjuk tentang tuntunan apa yang datang dari Tuhan. Entah mereka dibutakan oleh minimnya informasi yang mereka dapatkan, atau mereka memang menutup diri dari segala hal yang berhubungan dengan Tuhan. Alasan yang seringkali mereka kemukakan adalah agama memicu perbedaan. Perbedaan tersebut menimbulkan konflik. Mereka memiliki orientasi yang terlalu besar pada pemenuhan kebutuhan untuk bersenang-senang, sehingga mereka tidak mau mematuhi
  • 6. ajaran agama yang melarang mereka melakukan hal yang menurutnya menghalangi kesenangan mereka, dan mereka merasionalisasikan perbuatan irasional mereka itu dengan justifikasi sosial-intelektual. Mereka menganggap segi intelektual ataupun sosial memiliki nilai keberhargaan yang lebih. Akibatnya, mereka menutup indera penangkap informasi yang mereka miliki dan hanya mengandalkan intelektualitas yang serba terbatas. Mereka memahami dunia dalam batas rasio saja. Logika yang mereka miliki begitu terbatasnya, hingga abstraksi realita yang bersifat supra-rasional tidak mereka akui. Dan hasilnya, mereka terpenjara dalam realitas yang serba empiri. Semua harus terukur dan terhitung. Walaupun mereka sampai sekarang masih belum memahami banyaknya fungsi alam yang bekerja dalam mekanisme supra rasional, keterbatasan kerangka berpikir yang mereka miliki menegasikan semua hal yang tidak dapat ditangkap secara inderawi. Padahal, pembatasan diri dalam realita yang hanya bersifat empiri hanya akan membatasi potensi manusia itu sendiri. Dan hal ini menegasikan tujuan hidup yang selama ini diagungkan para penganut realita rasio-saja, yaitu aktualisasi diri dan segala potensinya. Agama, dengan sandaran yang kuat pada realitas supra rasional, membebaskan manusia untuk mengambil segala hal yang terbaik yang dapat dihasilkannya dalam hidup. Semua-apakah hal itu bersifat empiri-terukur, maupun yang belum dapat diukur. Empirisme bukanlah suatu hal yang ditolak agama. Agama yang benar, yang bersifat universal, mencakup segi intelektual yang luas, yang diantaranya adalah empirisme. Agama tidak mereduksi intelektualitas manusia dengan membatasi kuantitas maupun kualitas suatu idea. Agama yang benar, memberi petunjuk pada manusia tentang bagaimana potensi manusia dapat dikembangkan dengan sebesar-besarnya. Dan sejarah telah membuktikan hal tersebut. Kesalahan yang dibuat para penilai agama-lah yang kemudian menyebabkan realita ajaran ideal ini menjadi terlihat buruk. Beberapa peristiwa sejarah yang menonjol mereka identikan sebagai kesalahan karena agama. Karena keyakinan pada ajaran agama. Padahal, kerusakan yang ditimbulkan adalah justru karena jauhnya orang dari ajaran agama. Kerusakan itu timbul saat agama-yang mengajarkan kemuliaan-disalahgunakan oleh manusia pelaksananya untuk mencapai tujuan yang terlepas dari ajaran agama itu sendiri, terlepas dari pelaksanaan keseluruhan dimensinya.
  • 7. Fungsi Agama Terhadap Negara Agama di Indonesia mempunyai arti, posisi dan peranan atau fungsi yang sangat penting dalam pembangunan nasional, yaitu. 1. Sebagai faktor motivatif(dorongan akhlak) 2. Sebagai faktor kreatif dan innovative(dorongan semangat kerja ) 3. Sebagai faktor integrative (keserasian aktivitas) 4. Sebagai sublimatif ( menjamin ketulusan) 5. Sebagai sumber inspirasi budaya bangsa Indonesia Sejarah manusia merupakan suatu interaksi dari pengulangan dan pembaharua Kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnyaserta menjadikan nilai-nilai dalam bersikap dan bertingkah laku ciri dari kematangan beragama. Jadi, kematangan beragama terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-sehari. Ia menganut suatu agama karena menurut keyakinannya itu yang terbaik. Karena itu, ia berusaha menjadi penganut yang baik. Keyakinan itu ditampilkannya dalam sikap dan tingkah laku keagamaan yang mencerminkan ketaatan terhadap agamanya. Beragama atau kedewasaan seseorang dalam bergama biasanya ditunjukkan engan kesadaran keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agam yang dianutnya dan ia memerlukan agama dalam hidupnya. Pada dasarnya terdapat dua faktor yang menyebabkan adanya hambatan; yaitu faktor diri sendiri, dan kapasitas diri dan pengalaman. Kematangan beragama dapat dipandang sebagai keberagamaan yang terbuka pada semua fakta, nilai-nilai serta memberi arah pada kerangka hidup, baik secara teoritis maupun praktek dengan tetap berpegang teguh pada ajaran agama. Dengan adanya individu lain mereka berpikir untuk berteman. Oleh mereka karena itu mereka bergabung membentuk kelompok dengan manusia lain. Perkembangan selanjutnnya, jumlah kelompok ini semakin banyak. Sehingga dibutuhkan pemimpin dan aturan aturan yang disepakati bersama. Aturan-aturan ini juga diperlukan untuk mengikat tujuan bersama kelompok-kelompok tersebut. Dengan banyaknya keperluan yang terus meningkat peraturan yang digunakan harus semakin kuat dan lebih mengikat. Disini kehadiran negara adalah yang paling
  • 8. tepat. Negara membuat aturan yang mempermudah aktivitas manusia. Tidak hanya membuat peraturan-peraturan, negara juga menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang perkembangan kemajuan disemua bidang kehidupan. Manusia tidak akan dapat hidup sendiri dengan teratur tanpa adanya negara. Tidak ada yangg menjamin keamanan dan ketertiban mereka. Dari negara seseorang dapat hidup bermasyarakat dengan ketertiban yang terjamin. Karena dalam Bhineka Tunggal Ika terdapat suatu ungkapan yang mengekspresi suatu keinginan yang kuat, tiadak hanya dikalangan politiktetapi juga diseluruhlapisan sosial untuk menncapai satu kesatuan meskipun terdapat karakter yang heterogen didalamnya Negara merupakan persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai makhluk individu serta sebagai makhluk sosial. Manusia adalah pendiri negara itu sendiri sehingga terdapat hubungan horizontal untuk mencapai tujuan bersama. Negara juga berperan dalam mengatasi penderitaan penduduk akibat kemiskinan dan ketidakadilan. Masalah-masalah masyarakat ini disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan persoalan pengembangan diri serta peluang turut serta dalam proses kemasyarakatan dan kenegaraan. Hubungan negara dan agama diIndonesia lebih menganut pada asas keseimbangan yang dinamis, jalan tengah antara sekularisme dan teoraksi. Keseimbangan dinamis ialah tidakada pemisahan agama dan politik, namun masing-masing dapat saling mengisi dengan segala peranannya. Agama tetap memiliki daya kritis terhadap negara dan negara punya kewajiban-kewajiban ter hadap agama. Dengan kata lain pola hubungan agama dan negara di Indonesia disebut dengan pola simbiotis-mutualisme. Ada dua macam perjuangan : perjuangan untuk tatap hidup didunia dan perjuangan untuk meraih kehidupan kekal diakhirat. Toleransi dan Perdamaian adalah harapan yang harus diperjuangkan semua pihak. Bila tulisan ini harus diakhiri penulis sedikit mengutip perkataan sang pujangga Inggris, Samuel Johnson (1709-1784 M): “Di mana tidak ada harapan, disitu tidak ada usaha keras”. Namun kita tidak boleh menyerah pada realita empiris dan terus memelihara harapan akan terwujudnya perdamaian yang penuh toleransi. mana ada harapan, disitu harus ada usaha keras. Dalam konsep ini, Institusi Agama dan Negara yang berada dalam satu lokasi atau konteks kehidupan namun keduanya tidak saling mencampuri. Agama diciptakan untuk menghantar manusia mencapai hidup dan kehidupan masa depan eskhatologis, hidup setelah kehidupan sekarang, yang tidak lagi di batasi dimensi. Sedangkan negara diciptakan agar ada kesejahteraan, keteraturan dalam hidup
  • 9. bermasyarakat, sosialisasi, mengembangkan serta membangun sarana-sarana penunjang hidup dan kehidupan sesuai dengan kemampuan. Peranan agama dalam memperkuat toleransi jelas semakin penting di masa sekarang ini dan ke depan. Era globalisasi sekarang selain medatangkan banyak masalah bagi umat beragama, menghadirkan banyak tantangan termasuk masih berlanjutnya ketegangan , konflik dan kekerasan di antara umat manusia, juga sebagai tantangan kita untuk membangun dunia yang lebih toleransi terutama toleransi antar umat beragama. Tugas utama pemuka agama dan umat beragama adalah terus mensosialisasikan dan sekaligus mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama tentang toleransi dan perdamaian tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Sederhananya, saya ingin mengutip ujar-ujar klasik yang mengatakan ‘Berilah kepada negara apa yang menjadi milik negara dan berilah kepada agama apa yang pantas menjadi milik agama.’ Memilih dan dipilih sebagai pemimpin bangsa harus didasari pada pemahaman bahwa kita memilih karena kita adalah warga negara. Bahwa kita memilih not by religion but as citizen! Kita memilih bukan karena dan atas dasar agama, melainkan karena kita adalah warga Negara yang tertib hukum. Dilihat dari pendapat lain yaitu dari Syaidzali dalam islam terdapat bebeerapa aliran yang menunjukan model hubungan negara dan agama, sebagai berikut : 1. Aliran yang menyatakan atau menganggap bahwa islam adalah agama paripurna yang mampu mencakup segalanya, sehingga tidak dapat terpisahkan dari negara, urusan negara bisa dihubungkan dengan agama dan diselesaikan oleh agama. 2. Aliran yang menganggap bahwa Islam dan negara dianggap tidak saling berhubungan karena islam bukan agama yang memiliki misi menciptakan terbentuknya negara. 3. Aliran yang terakhir adalah aliran yang menyatakan jika Islam tidak mencakup segalanya tetapi tidak berarti sama sekali tidak ada hubungannya dengan negara. Islam mencakup seperangkat prisip-prinsip dan tata nilai etika tentang kehidupan bemasyarakat dan bernegara. Peran Agama Peran Perubahan. Artinya ajaran-ajaran agama dapat merubah umatnya kearah yang lebih baik. Dampak dari perubahan tersebut diharapkan mampu dirasakan oleh masyarakat luas. Agama harus membuka peluang agar umat dengan keputusan sendiri
  • 10. melakukan perubahan sekaligus mengubah masyarakat. Walaupun demikian, agama tidak boleh salah kaprah menilai bahwa semua hal dalam masyarakat [misalnya unsur-unsur budaya, tatanan dan interaksi sosial, cara hidup warisan nenek moyang, dan lain-lain] sebagai kebiasaan lama yang harus dirubah karena tidak sesuai dengan ajaran agama. Jika agama menemukan hal-hal dalam masyarakat yang mungkin saja bertantangan dengan ajaran keagamaan, maka tidak perlu melakukan pemaksaan agar meninggalkannya. Agama hanya memberikan pertimbangan agar umat dengan suka rela meninggalkan hal-hal tersebut. 1. Peran Perubahan Pribadi Manusia. Alasan-alasan positip seseorang menjadi umat beragama, antara lain agar memperoleh kepastian keselamatan; mengingatkan dirinya sendiri bahwa TUHAN yang menciptakan serta mengatur segala sesuatu termasuk hidup dan kehidupan; kesadaran adanya TUHAN; ajaran-ajaran agama mampu sebagai pagar pembatas agar tidak jatuh serta terjerumus ke dalam cara-cara hidup yang buruk serta negatif; mampu mendorongnya agar berbuat kebajikan, membantu, menolong, memperhatikan sesama manusia berdasarkan kasih; dan lain-lain. Dengan keyakinan seperti itu, bisa dipastikan bahwa, seseorang yang beragama dan sekaligus melaksanakan serta mengimani ajaran agama, maka akan mengalami perubahan pada hidup dan kehidupannya. Semuanya itu berarti, umat beragama, harus membuktikan bahwa hidup dan kehidupannya sesuai dengan ajaran agama. Pada hakekatnya, perubahan diri seseorang ketika ia menjadi umat beragama yang setia dan taat, menyangkut tiga hal penting, yaitu iman, pengharapan, dan [cinta] kasih.  Ajaran-ajaran agama, menjadikan seseorang [harus] mengalami perubahan iman [Yunani, pistis; percaya, iman, setia]; dari tadinya tidak percaya berubah menjadi percaya, yakin, setia kepada TUHAN. Jika menjadi umat beragama maka harus mengalami perubahan iman; seandainya ia berganti atau berpindah agama, maka apa yang diimani pun berubah [sesuai ajaran dalam agama barunya]. Perubahan iman pada diri seseorang, memerlukan suatu proses mendengar dan belajar; isi pembelajaran tersebut adalah ajaran-ajaran agama yang dibangun berdasarkan teks-teks [ayat-ayat] kitab suci.  Melalui agama seseorang mendapat pengharapan baru; umat mendapat wawasan dan kepastian masa depan [eskhatologis]. Pada sikon hidup dan kehidupan yang tidak menentu, umumnya, manusia mudah mengalami ketidakpastian serta
  • 11. kehilangan pengharapan. Dan jika, sikon tersebut terus menerus terjadi pada seseorang, maka ia akan mengalami gangguan kejiwaan [penyakit jiwa] ringan maupun parah. Di sini, agama berperan untuk merubah keadaannya.  Melalui ajaran dan bimbingan, [tokoh-tokoh] agama membuka peluang agar umatnya meraih masa depan dengan baik. Manusia harus bisa mencapai masa depannya ketika masih ada di dunia dan dalam dimensi waktu; serta masa depan setelah hidup dan kehidupan kekinian. Semua umat beragama harus bisa mencapai kedua bentuk masa depan tersebut.  Ketika umat beragama mau mencapai masa depan yang masih terbatas pada dimensi waktu dan ruang, maka ia harus melakukan segala sesuatu pada masa kini dengan baik dan benar.  Demikian juga dengan masa depan setelah hidup dan kehidupan sekarang. Agama selalu mengajarkan adanya kehidupan sempurna serta kekal di Surga, dan hanya bisa dicapai setelah manusia mati atau meninggalkan dunia ini. Untuk mencapai kehidupan sempurna dan kekal itu, umat beragama harus melaksanakan kehendak TUHAN sesuai yang diajarkan oleh agama-agama.  Melalui agama, seseorang dapat mengasihi sesamanya dengan tulus. Semua bahasa bangsa, suku, sub-suku mempunyai kosa kata yang bermakna kasih ataupun mengasihi [cinta dan mencintai]. Kasih merupakan tindakan yang mempunyai kesamaan universal yaitu adanyan hubungan dan perhatian dari seseorang kepada sesama; dari sekelompok masyarakat kepada komunitas lainnya; dan seterusnya. Secara sosial-kultural, kasih membuat umat beragama mampu memperhatikan, berbuat baik, dan menolong masyarakat yang berbeda agama dengannya. Secara keagamaan, kasih menjadikan umat beragama membangun hubungan dengan TUHAN secara sungguh-sungguh serta penuh kesetiaan dan ketaatan 2. Peran Edukasi. Edukasi dimaksud menyangkut pembinaan, pendidikan, pengajaran dalam arti seluas-luasnya. Memang agama lebih banyak berperan bimbingan spiritual atau rohaniah, akan tetapi tidak boleh berhenti sampai di situ. Agama juga bisa berperan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi yang berguna untuk kesejahteraan umat manusia. Peran edukasi pada agama-agama dapat menghasilkan umat taat dan tunduk kepada TUHAN, ditandai dengan tampilan diri yang baik dalam hidup dan kehidupan setiap hari. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan, melalui edukasi, agama dapat berperan untuk membangun peradaban baru. Melalui peran edukasi tersebut
  • 12. lah, agama-agama membangun atau mendirikan institusi pendidikan mulai tingkat rendah sampai tinggi, dengan alasan utama yaitu membentuk sumber daya insani yang berkualitas serta mampu berperan pada berbagai aspek hidup dan kehidupan. 3. Peran Perbaikan Keadaan Masyarakat. Kompleksitas permasalahan sosial dalam masyarakat dapat menimbulkan penyimpangan, ketidakpedulian terhadap sesama manusia, pelanggaran hukum, serta berbagai tindak kriminal lainnya. Hampir semua bentuk-bentuk penyimpangan, pelanggaran, serta tindakan kriminal tersebut dilakukan oleh manusia yang beragama. Ini berarti ada manusia yang beragama tetapi ia sekaligus bertindak sebagai perusak hidup dan kehidupan masyarakat. Ia bertindak sebagai perusak karena mungkin saja tidak mempunyai penghayatan serta ketidaksetiaannya menjalankan ritus-ritus keagamaanya. Pada sikon seperti itu, agama harus bisa berperan untuk merubah umatnya itu. Kehidupan masyarakat hanya bisa diperbaiki oleh pribadi-pribadi yang mengalami perubahan karena mendapat tuntunan keagamaan. Memang agama tidak mempunyai hak yudikatif terhadap pelanggar hukum-hukum sosial dan masyarakat. Akan tetapi, agama tetap mempunyai hak dan banyak sekali kemampuan untuk merubah manusia. Di sini terjadi, manusia yang berubah [karena peran agama] sehingga perubahan itu berdampak luas pada masyarakat. 4. Peran Persatuan dalam Masyarakat. Hampir semua aspek yang membedakan manusia, umumnya, sebagai akar perbedaan. Adanya perbedaan ajaran agama-agama dapat menjadi [di sana-sini] konflik diam antar umat beragama; silent conflict, konflik tertutup tapi dampaknya sangat terasa, maupun yang terbuka. Konflik yang diam, sangat mudah meledak menjadi kerusuhan sosial-rasial. Secara langsung maupun tidak, konflik telah menyebabkan permusuhan yang diam antar umat beragama di luar wilayah konflik. Akibatnya, masyarakat menjadi terpecah walaupun mereka tidak terlibat secara langsung dalam konflik umat beragama. Sikon seperti itu hanya bisa diperbaiki jika agama berperan sebagi pelopor persatuan masyarakat. Ini berarti, agama harus berperan sebagai alat untuk membangun hubungan baik antar manusia. Manusia yang berbeda agama bukan merupakan ancaman melainkan saudara. Peran sebagai alat pemersatu masyarakat harus dimulai dari pribadi-pribadi yang terbuka, toleran, berwawasan luas, serta mempunyai kemampunan untuk melihat perbedaan sebagai kesejajaran dan kesamaan untuk membangun dan menuju kemajuan. Pada masyarakat yang sederhana dan pendidikannya kurang memadai, serta mempunyai wawasan sempit, jika menerima khotbah-khotbah dan ajaran-ajaran yang selalu menyatakan perbedaan, maka dengan sendirinya akan membangun pemisahan
  • 13. berdasarkan agama. Oleh sebab itu, agama-agama, terutama para pemimpin atau tokoh-tokoh keagamaan, perlu memperlihatkan serta menonjolkan peran persatuan dalam masyarakat. Dengan itu, mereka memperlihatkan kesamaan agama-agama sebagai institusi Ilahi, yang datang dari TUHAN yang sama dan Esa. Jika, agama-agama datang dari TUHAN yang sama, maka selayaknya juga membawa kepersatuan dalam masyarakat. Agama-agama mengajarkan adanya TUHAN Allah yang Esa; TUHAN untuk semua umat manusia; jadi manusia tidak layak melakukan perbedaan atau pemisahan terhadap TUHAN yang Esa tersebut. Namun, sayangnya ada agama yang tidak melakukan hal-hal tersebut. Jangan sampai terjadi atau terlihat dalam masyarakat bahwa karena manusia mempunyai ketaatan yang sungguh-sungguh, teguh, kokoh, baik, dan benar mengenai ajaran-ajaran agamanya, maka mereka membuat perbedaan antar sesamanya. Jika hal seperti itu terjadi, maka agama akan merupakan sesuatu yang tidak berguna serta bermanfaat untuk hidup dan kehidupan manusia serta masyarakat. Dan bila pada diri seseorang [juga pada masyarakat] mempunyai konsep seperti itu, maka akhirnya sinisme terhadap agama akan terbukti; manusia tidak membutuhkan agama jika menjadikan dirinya terpecah ataupun terasing dari sesamanya. Pelembagaan Agama Lembaga agama adalah suatu organisasi, yang disahkan oleh pemerintah dan berjalan menurut keyakinan yang dianut oleh masing-masing agama. Penduduk Indonesia pada umumnya telah menjadi penganut formal salah satu dari lima agama resmi yang diakui pemerintah. Lembaga-lembaga keagamaan patut bersyukur atas kenyataan itu. Namun nampaknya belum bisa berbangga. Perpindahan penganut agama suku ke salah satu agama resmi itu banyak yang tidak murni. Sejarah mencatat bahwa tidak jarang terjadi peralihan sebab terpaksa. Pemaksaan terjadi melalui “perselingkuhan” antara lembaga agama dengan lembaga kekuasaan. Keduanya mempunyai kepentingan. Pemerintah butuh ketentraman sedangkan lembaga agama membutuhkan penganut atau pengikut. Kerjasama (atau lebih tepat disebut saling memanfaatkan) itu terjadi sejak dahulu kala. Para penyiar agama sering membonceng pada suatu kekuasaan (kebetulan menjadi penganut agama tersebut) yang mengadakan invansi ke daerah lain. Penduduk daerah atau negara yang baru ditaklukkan itu dipaksa (suka atau tidak suka) menjadi penganut agama penguasa baru.
  • 14. Kasus-kasus itu tidak hanya terjadi di Indonesia atau Asia dan Afrika pada umumnya tetapi juga terjadi di Eropa pada saat agama monoteis mulai diperkenalkan. Di Indonesia “tradisi” saling memanfaatkan berlanjut pada zaman orde Baru.Pemerintah orde baru tidak mengenal penganut di luar lima agama resmi. Inilah pemaksaan tahap kedua. Penganut di luar lima agama resmi, termasuk penganut agama suku, terpaksa memilih salah satu dari lima agama resmi versi pemerintah. Namun ternyata masalah belum selesai. Kenyataannya banyak orang yang menjadi penganut suatu agama tetapi hanya sebagai formalitas belaka. Dampak keadaan demikian terhadap kehidupan keberagaan di Indonesia sangat besar. Para penganut yang formalitas itu, dalam kehidupan kesehariannya lebih banyak mempraktekkan ajaran agam suku, yang dianut sebelumnya, daripada agama barunya. Pra rohaniwan agama monoteis, umumnya mempunyai sikap bersebrangan dengan prak keagamaan demikian. Lagi pula pengangut agama suku umumnya telah dicap sebagai kekafiran. Berbagai cara telah dilakukan supaya praktek agama suku ditinggalkan, misalnya pemberlakukan siasat/disiplin gerejawi. Namun nampaknya tidak terlalu efektif. Upacara-upacara yang bernuansa agama suku bukannya semakin berkurang tetapi kelihatannya semakin marak di mana-mana terutama di desadesa. Demi pariwisata yang mendatangkan banyak uang bagi para pelaku pariwisata, maka upacara-upacara adat yang notabene adalah upacara agama suku mulai dihidupkan di daerah-daerah. Upacara-upacara agama sukuyang selama ini ditekan dan dimarjinalisasikan tumbuh sangat subur bagaikan tumbuhan yang mendapat siraman air dan pupuk yang segar. Anehnya sebab bukan hanya orang yang masih tinggal di kampung yang menyambut angin segar itu dengan antusias tetapi ternyata orang yang lama tinggal di kotapun menyambutnya dengan semangat membara. Bahkan di kota-kotapun sering ditemukan praktek hidup yang sebenarnya berakar dalam agama suku. Misalnya pemilihan hari-hari tertentu yang diklaim sebagai hari baik untuk melaksanakan suatu upacara. Hal ini semakin menarik sebab mereka itu pada umumnya merupakan pemeluk yang “ fanatik” dari salah satu agama monoteis bahkan pejabat atau pimpinan agama. Fenomena hubungan Agama dan Negara Agama idealnya menjaga jarak terhadap politik. Ia harus menjadi semacam ‘faktor X’ di luar kekuasaan dan dunia politik. Bukan justru masuk, terlibat, dan menjadi sama bobrok dan busuknya dengan para politisi tersebut. Coba Anda jujur pada diri sendiri, apakah
  • 15. agama semakin dimuliakan di tangan para politisi dan di lingkungan kekuasaan? Kalau jawaban Anda “ya” berarti Anda buta mata dan buta hati. Agama semakin diperkosa, korupsi merajalela, hukum dimanipulasi, harta dan tahta di tempatkan lebih tinggi dari apapun. Kekuasaan dicari dengan jalan tidak halal dan sangat sering melalui tindakan penghalalan segala cara. Sekarang apa-apa diberhalakan. Uang dan harta menjadi berhala. Fundamentalisme seperti yang telah dikemukakan oleh Karen Armstrong, merupakan salah satu fenomena yang sangat mengejutkan pada abad ke-20. Lantas kenapa terlihat lumrah dan biasa saja? Karena mereka mampu menempatkan diri dan cara pandang secara tepat, bahwa negara adalah negara, politik adalah politik, agama adalah agama. Mereka juga paham betul bahwa politik dan agama adalah dua sisi yang berbeda laksana kepala dan ekor pada uang logam. Tidak boleh terlalu rapat tapi jangan juga terlalu jauh. Keduanya mempunyai fungsi dan tabiatnya masing-masing. Laiknya minyak dan air yang tak boleh dicampuradukkan, tapi dua-duanya tetap dibutuhkan. Begitu mengerikan ekspresi dari fundamentalisme saat ini, peristiwa paling menghebohkan dunia yang terjadi pada Semtember 2001 silam yaitu penghancuran gedung World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat, kejadian tersebut dihubungkan dengan fundamentalisme. Sementara di Indonesia terjadi peristiwa bom bunuh diri di berbagai tempat. tempat seperti Bom Bali I, Bom Bali II, Bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta, dan lain sebagainya. Motif dari berbagai peristiwa terorisme tadi mewujudkan betapa toleransi harus menjadi pola komunikasi antar warga. Terlepas dari perbedaan agama, suku, etnis, budaya dan Negara juga status sosial. Dengan sikap toleran inilah diharapkan terciptanya kerukunan antar warga yang relasinya akan menciptakan dunia yang damai. Perdamaian dengan tidak pertumpah darahan. Perdamaian dengan tidak adanya kelompok yang merasa di marjinalkan. Untuk itu penulis rasa perlunya memahami toleransi sebagai sebuah jalan menuju perdamaian yang diharapkan tadi. Meski perlu disadari benturan-benturan peradaban memang tak dapat disangkal secara empiris. Peristiwa itu tidak jauh dari fundamentalisme agama yaitu menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan dengan dilandasi fanatisme agama yang berlebihan. Perang Salib (1069-1291) merupakan perang antar umat Kristen Eropa dengan umat Islam yang memperebutkan Yerussalem/Palestina. Perang Salib berlangsung hinggga tujuh kali (Perang Salib VII tahun 1270-1291) status Yerusalem/Palestina tidak berubah, yaitu tetap dikuasai umat Islam. Bahkan kedudukan Barat/Kristen di Syira dan Palestina
  • 16. hilang. Keuntungan dari peperangan itu, Barat menjadi mengenal dan memanfaatkan kebudayaan umat Islam yang sudah lebih tinggi daripada yang mereka miliki saati itu. Selain itu, hubungan dagang Asia-Eropa menjadi lebuh hidup dan berkembang. Sebenarnya kita harus benar-benar peka terhadap hubungan agama dan Negara ini bahkan banyak kalangan tidak setuju terhadap partai-partai berbasis agama. Kenapa? Karena justru saat ini agama dijadikan alat politik (dan sangat sering diperalat politisi) untuk mencapai tujuan, bahkan bilapun itu harus dengan menghalalkan segala cara. Makanya jangan heran kalau kemurnian dan kesucian agama ini justru semakin menghilang dan tercemar. Agama seharusnya menawarkan apa yang tidak bisa diberikan dunia, bukan justru ikut-ikutan dan bahkan diperalat. Secara dasariah agama itu baik adanya, para pelakunya yang justru harus koreksi diri. Untuk meminimalkan konflik antar umat beragama dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tidak memperdebatkan segi perbedaan dalam agama 2. Melakukan kegiatan sosial yang melibatkan agama berbeda 3. Membuat orientasi pendidikan pada pengembangan aspek pemahaman agama yang bersifat universal 4. Meningkatkan pembinaan individu yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang berbudi pekerti 5. Menghindari jauh-jauh sifat egoisme dalam beragama yang mengklaim mereka paling benar
  • 17. BAB III PENUTUP Kesimpulan Agama merupakan pondasi hidup setiap manusia, tanpa adanya agama manusia tidak bisa berpikir secara naluri dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Indonesia merupakan negara yang meyakini keberadaan agama sebagai hal tersebut, ada 6 keyakinan yang terdapat di Indonesia dan masing-masing keyakinan mempunyai dasar ataupun pedoman sesuai dengan keyakinannya. Pancasila khususnya Sila ke-1 menyebutkan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sudah jelas dan tidak diragukan lagi, setiap manusia pasti mempunyai Tuhan dan percaya bahwa Tuhan itu ada. Manusia adalah makhluk beragama dan bernegara. Agama memberikan nilai-nilai moral, norma pelajaran tentang tanggung jawab individu dan sosial serta memberi petunjuk mencapai kebaikan setelah kematian. Sedangkan dari negara manusia mendapat jaminan ketertiban dan kenyamanan dalam kehidupanya didunia. Untuk mewujudkan pola hubungan yang dinamis antara agama dan negara diIndonesia, kedua komponen Indonesia tersebut seyogyanya mengedepankan cara-cara diologis manakala terjadi persisihan pandangan antara kelompok masyarakat sipil dengan negara. Untuk menompang tumbuhnya budaya dialog tersebut negara bisa menyediakan fasilitas-fasilitas demokrasi, kebebasan pers, kebebasan beroeganisasi, serta meningkatkan fasilitas publik guna menampung opini warga.