SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 11
Baixar para ler offline
Mala Pidiyanti - 2017
I. SEJARAH LILIN
Lilin memiliki tempat khusus dan sejarah yang cukup panjang dalam peradaban manusia .
Lilin telah digunakan selama lebih dari 5.000 tahun
Berdasarkan telusuran sejarah, teknologi awal lilin dikembangkan dari obor yang diciptakan
oleh bangsa mesir kuno. Obor dibuat dengan merendam inti bernas dari alang-alang
kedalam lemak hewan yang telah dilelehkan. Obor belum dianggap sebagai lilin yang
sebenarnya karena tidak menggunakan sistem sumbu di dalamnya.
Sekitar 3000 SM bangsa Mesir membuat lilin dari lilin lebah atau beeswax.
Cina di sisi lain menciptakan lilin dari lemak ikan paus pada 221 SM . Di negara-negara China
dan Jepang , bahan lilin berasal dari serangga dan biji. Lilin ini kemudian dibungkus dengan
kertas dan dibakar . Di India , proses pembuatan lilin melibatkan didih buah dari pohon kayu
manis dan biasa digunakan untuk penerangan dan perayaan di kuil
Kekaisaran Romawi adalah yang pertama memperkenalkan lilin yang menyerupai lilin yang
kita kenal dan gunakan saat ini. Di Roma , mereka menggunakan lemak , untuk membuat
lilin. Lemak tersebut berasal dari lemak sapi atau domba . Ini menjadi bahan standar yang
digunakan dalam lilin di Eropa . Lilin yang terbuat dari lemak hewan mengeluarkan asap
cukup banyak dan berbau tidak sedap karena kandungan gliserid didalamnya.
Kemudian bangsa romawi mengembangakn lilin berbahan baku lilin lebah atau beeswax.
Tidak seperti lemak hewani , hasil pembakaran lilin lebah sangat bersih, tanpa menghasilkan
nyala berasap . Selain itu juga menebarkan bau manis yang menyenangkan seperti madu.
Penggunaan beeswax merupakan terobosan yang besar, akan tetapi karena langkanya
sumber bahan baku, menjadikan lilin ini sangat mahal sehingga hanya kalangan kelas atas
dan pemuka agama yang menggunakannya.
Praktek menggunakan cetakan untuk membuat lilin dimulai pada abad ke-15 di Perancis.
Lilin dituang ke dalam rongga silinder terbuka . silinder ini memiliki topi dengan lubang kecil
di tengah untuk memasang sumbu, sumbu itu kemudian ditempatkan ditengah cetakan.
Mala Pidiyanti - 2017
Setelah cetakan diisi cairan lilin, lalu sumbu ditarik ketat dan lilin dibiarkan dingin. Agar lilin
berwarna lebih cerah, lilin digantung dibawah sinar matahari selama 8 – 10 hari.
Pertumbuhan industri penangkapan ikan paus di akhir abad ke-18 membawa perubahan
besar pertama dalam pembuatan lilin sejak Abad Pertengahan. Pada tahun 1750,
diperkenalkan Lilin Spermaceti. Lilin dibuat dari sperma ikan paus yang telah mengkristal.
Lilin Spermaceti cukup terkenal dan juga mahal pada masa itu. Mirip dengan lilin lebah, lilin
spermaceti tidak mengeluarkan bau busuk ketika dibakar, tetapi juga menghasilkan api lebih
cerah. Selain itu juga konsistensinya cukup stabil, tidak mudah melunak pada musim panas
sekalipun. Sejarawan mencatat bahwa ‘Lilin Standar’ pertama adalah Lilin Spermaceti.
Karena menghasilkan nyala yang cukup terang, tidak berbau dan tidak berasap serta tidak
mudah melunak pada kondisi cuaca panas sekalipun.
Abad ke-18 adalah waktu yang menentukan dalam sejarah lilin kontemporer. Pada masa ini
telah dipatenan mesin pembuat lilin oleh Jospeh Morgan, tepatnya pada 1834.
Industrialisasi lilin modern bekembang pesat, dengan produksi massal membuat harga lilin
menjadi sangat terjangkau. Morgan mampu menghasilkan 1.500 lilin per jam.
Dalam jangka yang hampir bersamaan seorang ahli kimia bernama Michael Eugene Chevreul
untuk pertama kalinya mengidentifikasi bahwa lemak terdiri dari beberapa asam lemak.
Salah satu asam lemak yang diidentifikasi adalah stearin (asam stearat). Pada tahun 1825,
Chevreul dan kimiawan lain Joseph Gay Lussac mematenkan proses untuk membuat lilin
dari stearat mentah, sehingga dikenallah lilin stearin. Lilin stearin merupakan lilin yang
sangat keras, tahan lama dan menghasilakn pembakaran yang bersih dari jelaga. Hingga saat
ini lilin stearin masih tetap popular.
Pada 1850 James Muda mengajukan paten lilin paraffin yang dihasilkan dari proses fraksi
minyak bumi. Lilin dari paraffin selain murah juga menghasilkan kualitas yang sangat baik
dan pilihan bahan yang sangat ekonomis daripada bahan bakar lilin lainnya. Akan tetapi
kelemahan lilin paraffin adalah titik leleh rendah. Hal ini diatasi dengan menambahkan asam
stearat untuk membuatnya tadak mudah melelah dan memiliki konsistensi yang cukup
keras. Dengan demikian terciptalah lilin superior yang cukup murah.
Meskipun perkembangan industri lilin cukup pesat, namun pada tahun 1879 menjadi titik
awal hancurnya industri lilin. Pada saat itu Thomas Alfa Edison memperkenalkan bola lampu
atau kita kenal dengan bohlamp. Pada titik ini , produksi lilin mulai menurun , dan lilin hanya
menjadi produk dekoratif
Selama pertengahan abad 20, beberapa bahan baku lilin di sintetis secara kimia termasuk
diantaranya adalah gel wax yang dikembangkan untuk penggunaan lilin dekoratif. Pada akhir
1990 an soy wax dan palm wax di produksi secara komersial melalui proses hidrogenasi
minyak kedelai dan minyak sawit.
Parafin wax sejauh ini merupakan bahan baku lilin yang banyak digunakan diseluruh dunia.
Beeswax juga masih digunakan tetapi dalam jumlah terbatas. Sedangkan lilin berbahan
Mala Pidiyanti - 2017
stearin penggunaanya dibatasi dikawasan eropa. Soy wax, palm wax, gel wax, wax sintesis
juga sudah banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan lilin.
Di Era modern saat ini. Lilin banyak dikreasikan menjadi berbagai macam bentuk, warna dan
wewangian. Lilin mungkin tidak lagi menjadi satu-satunya sumber cahaya, tetapi lilin
melambangkan perayaan , menandai asmara , aromatherapy, perayaan keagamaan dan
mempercantik interior rumah .
II. WAX DALAM PEMBUATAN LILIN
Secara umum Wax memiliki karakteristik sebagai berikut :
• Padat pada suhu kamar ; cair pada suhu yang lebih tinggi
• Terbentuk dari struktur Hidrocarbon
• Tidak dapat larut dalam air
• Toksisitas rendah ; reaktivitas rendah
• Hampir tidak berbau
Wax secara luas digunakan di seluruh dunia untuk berbagai aplikasi, termasuk kemasan,
kosmetik, makanan, perekat, tinta, krayon, permen karet, coating dan tentu saja lilin .
Fakta-fakta mengenai Wax untuk pembuatan Lilin :
 Sebelum abad ke-19, sebuah "lilin" biasanya disebut beeswax.
 Komposisi utama wax adalah hidrokarbon. Baik wax yang berasal dari lemak hewan,
lemak nabati atau dari fraksi minyak bumi. Komposisi kimia dari semua wax yang
digunakan untuk membuat lilin adalah mirip, dan semua wax pada lilin terbakar
dengan cara yang sama.
 Parafin adalah lilin yang paling umum digunakan saat ini. Jenis wax lainnya yang juga
sering digunakan adalah Beeswax, Soy wax, palm wax, jelly wax, dan coconut wax
 Api lilin berwarna kuning dikarenakan pelepasan unsur karbon.
 Tidak ada jenis tertentu dari wax atau ‘wax blend’ yang dianggap "terbaik" untuk
bahan baku pembuatan lilin.
 Tidak ada lilin yang pernah terbukti beracun atau berbahaya bagi kesehatan
manusia.
 Tidak ada lilin yang bebas sama sekali dari jelaga . Semua senyawa organik ketika
dibakar akan membebaskan beberapa karbon ( jelaga ) karena pembakaran tidak
sempurna .
 Jelaga terbentuk akibat dari faktor panjang sumbu, konsentrasi parfum dan
gangguan api karena hembusan angin.
Mala Pidiyanti - 2017
 Apakah lilin bersifat biodegradable? Penelitian telah menunjukan bahwa beeswax,
paraffin wax, dan wax yang berasal dari pengolahn biji nabati lainnya bersifat
biodegradable.
1. Paraffin Wax
Apakah paraffin wax bersifat toxic (beracun)?
Tidak. Paraffn wax sama seperti jenis wax lainya tidak bersifat toxic. Bahkan FDA (BPOM
Amerika) memperbolehkan paraffin wax untuk digunakan dalam industri makanan,
kosmetik dan beberapa aplikasi medis. Paraffin yang digunakan untuk pembuatan lilin
biasanya paraffin food grade.
Parafin wax adalah salah satu wax paling fleksibel dan paling umum digunakan saat ini .
Memiliki range titik leleh yang berbeda-beda, sehingga sesuai untuk berbagai aplikasi
pembuatan lilin.
2. Soy Wax
Soy wax merupakan generasi wax terbaru dalam pembuatan lilin, akan tetapi telah memiliki
posisi yang tersendiri dalam pembuatan Lilin natural seiring dengan naiknya permintaan akan
lilin natural pada wal 1990-an, sebagai alternatif yang dipandang lebih alami ketimbang
paraffin wax yang berasal dari minyak bumi.
Mala Pidiyanti - 2017
Ada pula soy wax yang terbuat dari 100% minyak kedelai namun tak sedikit pula soy wax
yang dibuat dari campuran beberapa wax. Seperti Beeswax, coconut wax, palm wax dan
paraffin wax. Sehingga soy wax memiliki beragam titik leleh, tergantung campuran wax
lainnya yang ada didalamnya. Namun, perlu diketahui , bahwa secara umum selama
campuran setidaknya terdiri dari 51 % kedelai , maka wax tersebut dapat dikatakan sebagai
soy wax .
3. Gel Wax
Jelly wax sebenarnya bukan golongan wax sama sekali. Jelly wax terbuat dari resin dan
mineral oil. Perusahaan Penreco memegang paten untuk jelly wax - sehingga kemungkinan ,
jika Anda membuat lilin gel, lilin Anda berasal dari mereka . Karakteristiknya mirip dengan
wax pada umumnya. Hanya saja jelly wax memiliki penampakan yang jernih transaparan,
sehingga sering dikreasikan dengan berbagai macam dekorasi untuk menghasilkan lilin yang
sangat atraktif. Selain itu Jelly wax lebih awet penggunaannya karena tidak mudah habis
terbakar. Jelly wax memiliki panas yang lebih tinggi saat meleleh dibandingkan jenis wax
Mala Pidiyanti - 2017
pada umumnya, sehingga harus lebih berhati-hati dalam memilih media untuk menampung
hasil pembuatan lilin ini. Jangan menggunakan bahan kaca yang tipis dan tidak tahan panas.
4. Beeswax
Bees wax dihasilkan oleh lebah sebagai produk samping dari proses pembuatan madu .
Beeswax diekskresikan oleh lebah kedalam sarang untuk mengerami larva mereka (lebah) .
Karena kontak langsung dengan madu saat penciptaan beeswax, secara alami beeswax
memiliki aroma manis. Aroma akan berbeda tergantung dari jenis bunga yang dikonsumsi
oleh lebah itu sendiri.
Bees wax dijual dalam bentuk blok berwarna kuning keemasan, atau dalam bentuk
pellet/butiran yang lebih mudah meleleh. Bahkan dijual dalam bentuk lembaran, sehingga
tidak perlu lagi dilelehkan, hanya diberi sumbu lalu digulung membentuk liin dan dapat
langsung digunakan sebagai lilin penerangan.
Lilin yang dibuat dari beeswax akan terbakar lebih lama dan menghasilkan pembakaran yang
bersih dengan mengeluarkan aroma ‘manis’ seperti madu. Beeswax dapat digunakan 100%
atau di campur dengan wax lainnya untuk pembuatan lilin sesuai dengan karakteristik lilin
yang kita inginkan. Beeswax biasanya di campur dengan paraffin wax atau soy wax untuk
meningkatkan waktu pembakaran agar lebih tahan lama.
5. Palm Wax
Palm wax mirip dengan soy wax mengenai bagaimana ia dihasilkan. Palm wax dibuat dari
minyak nabati - dalam hal ini , minyak sawit . Sekitar 75 % minyak sawit di dunia dipanen
digunakan dalam industri makanan . 25% lainnya digunakan untuk berbagai macam produk
termasuk sabun , lilin , deterjen dan produk pertanian .
Mala Pidiyanti - 2017
Palm wax menghasilkan tekstur lilin yang sangat keras sehingga sangat baik digunakan untuk
lilin pilar. Biasanya menghasilkan efek kristal atau seperti guratan halus, sehingga menambah
estetika lilin yang dihasilkan. Palm wax dapat juga dicampur dengan soy wax untuk membuat
lilin soy wax yang lebih keras , sementara masih tetap mempertahankan kualitas alami dari
lilin .
6. COCONUT WAX
Coconut wax dihasilkan dari coconut oil, menghasilkan api pembakaran yang sangat terang,
bersih dan jika diaplikasikan untuk pembuatan lilin beraroma (scented candle)
kemampuannya dalam mendifusi aroma parfum/essential oil sangat baik sekali.
Mala Pidiyanti - 2017
III. MENGENALI KARAKTERISTIK WAX DALAM PEMBUATAN LILIN
PARAFFIN WAX
Paraffin wax merupakan produk samping dari pengolahan minyak bumi. Bentuknya padat,
berwarana putih, tidak berbau, tidak berasa, bersifat inert dan terbakar sangat baik dan
bersih. Semi refined dan full refined paraffin wax memiliki titik leleh skitar 48°C to 70°F.
Cukup banyak lilin yang menggunakan bahan baku paraffin wax. Titik leleh suatu lilin yang
igin dihasilkan dari suatu lilin menjadi pertimbangan para pembuat lilin untuk mencampur
paraffin wax kedalam formula lilin yang mereka buat.
Parrafin wax yang memiliki tiik leleh yang rendah sekitar 48° biasanya digunakan untuk
membuat lilin dalam wadah seperti gelas, toples atau mangkok.
Paraffin wax yang memiliki titik leleh medium antara 55°C sampai 70°C umumnya digunaka
untuk membuat lilin pilar.
Paraffin wax yang memiliki titik leleh yang tinggi yakni diatas 70°C umumnya digunakan
untuk pelapis bagian luar lilin pilar atau pelapis sumbu pre wax
SOY WAX
Secara umum lilin dari soywax menghasilkan bentuk lilin yang fleksibel dan mudah dicetak.
Soywax memiliki karakteristik lebih ‘berminyak’ dan meleleh pada saat disentuh. Lilin
beraroma yang menggunakan soy wax sangat baik dalam mendifusikan aroma
parfum/essential oil ke udara pada saat pembakaran
Untuk membuat lilin berbahan soy wax, dibutuhkan jumlah pewarna yang lebih banyak
dibanding jenis wax lainnya.
Jika dilelehkan terlalu panas atau jika diameter wadah lilin cukup lebar, saat dingin pemukan
lilin menjadi ‘pecah’ cracking. Untuk mensiasatinya, perlu dituangkan lagi lapisan tipis cairan
lilin diatas permukaannya.
Jika ingin membuat lilin votive atau pilar berbahan dasar natural, maka anda dapat
memanfaatkan campuran soy wax dan palm wax, sehingga lilin yang dihasilkan cukup padat
dan tidak rapuh. Jika hanya menggunakan soy wax murni atau 100%, proses pembakaran
lilin tidak dapat sempurna dikarenakan tingginya tingkat hydrogenasi pada soy wax.
Mala Pidiyanti - 2017
JELLY WAX
Jelly wax membutuhkan wadah untuk media produk akhir yang dihasilkan. Karena jelly wax
sangat lembut (teksturnya tidak kaku) sehingga tidak dapat dibuat tanpa dituangkan
kedalam wadah. Jika anda ingin memberi warna pada jelly wax, sebaiknya gunakan pewarna
dye yang larut minyak.
Jelly wax memiliki titik leleh yang lebih tinggi dibanding paraffin wax. Untuk memanaskan
jelly wax dapat dilakukan dengan cara pemanasan langsung tanpa menggunakan penangas
atau dengan cara di tim. Jadi dapat langsung dipanaskan diatas api atau oven. Jelly wax
memiliki tendensi untuk menghasilkan buih, beberapa orang menyukai efek buih yang
dihasilkan, tetapi ada juga yang menginginkan lilin jelly yang bebas buih. Supaya buih
berkurang, maka pada saat pemanasan dapat diatur suhunya antara 110 °C - 125 °C. Tetapi
jangan melebihi 125 °C, dikhawatirkan akan menyulut timbulnya api pada saat dipanaskan
diatas kompor
Jelly wax terdapat dalam 3 type densitas. Masing-masing densitas memiliki karakteristik
tersendiri.
LOW DENSITY – Jelly wax Low density Gel adalah yang paling murah, dan memiliki titik leleh
yang paling rendah. Oleh karenanya tidak dapat menahan dekorasi agar dapat tertahan
dibagian tengah lilin dengan kata lain tidak dapat tersuspensi. Dekorasi yang di tambahan ke
dalam lilin jenis ini hanya dapat diletakan dan diatur dibagian bawah saja. Jelly wax low
density hanya dapat mengikat maksimal 3% parfum. Jadi jika anda menginginkan kandungan
parfum yang lebih banyak, anda dapat menggunakan jelly wax type high density.
MEDIUM DENSITY – Teksturnya lebih kental dibanding Low density akan tetapi sama
mudahnya untuk dilelehkan dan dituang. Jelly wax type ini dapat menahan dekorasi agar
tetap melayang dibagian tengah (tersuspensi) , tetapi hanya dekorasi-dekorasi yang tidak
terlalu berat seperti manik-manik, bunga kecil, glitter dan lain sebagainya. Dekorasi yang
berukuran besar dan berat akan tenggelam dibagian dasar lilin.
HIGH DENSITY - Jelly wax jenis ini perlu dilelehkan pada temperature yang sangat tinggi.
Dapat mensuspensikan dekorasi yang lebih berat, sangat cocok menciptakan dekorasi 3D
dengan jelly wax high density ini. Jelly wax type ini dapat mengikat parfum hingga 6%,
sehingga lilin dapat memiliki wangi yang lebih kuat.
Tidak semua parfum yang dapat digunakan pada paraffin wax atau soy wax dapat juga
digunakan untuk jelly wax. Parfum yang paling cocok digunakan pada jelly wax selain
bersifat non polar juga memilki flash point lebih dari 80 °C
Mala Pidiyanti - 2017
Salah menggunakan karakteristik parfum dalam pembuatan jelly wax bias sangat membahayakan.
Jelly wax non parfum memiliki temperatur leleh hingga 130 0
C dengan flash point di titik 225 0
C.
Namun demikian menambahkan parfum dengan flash point dibawah flash point jelly wax akan
membuatnya edkat dengan titik leleh jelly wax dengan demikian aroma parfum dapat terdifusi
dengan baik. Parfum yang bersifat polar dapat mrnurunkan flash point jelly wax, bias jadi karena
terlalu rendah dapat mengakibatkan jelly wax tersulut api dari sumbu yang terbakar, jadi hindari
menggunakan parfum type ini, berapapun harganya.
BEESWAX
Beeswax memiliki tekstur yang lembut namun lengket, selain memiliki titik leleh yang tinggi.
Titik leleh yang cukup tinggi inilah yang menyebabkan beeswax agak sulit dilepaskan dari
cetakan lilin pasca lilin didinginkan.
 Cetakan terbaik untuk lilin beeswax adalah yang berbahan polyurethane atau
polycarbonate. Cetakan allumunium juga dapat digunakan. Tuang beeswax yang
sudah mencair pada suhu 68 0
C – 74 0
C untuk hasil yang terbaik.
 Setelah beberapa lama lilin yang terbuat dari beeswax akan menghasilkan kristal
putih seperti bunga es pada permukaannya, sehingga memberikan tampilan efek
yang lebih menarik. Diistilahkan sebagai ‘Bloom’
 Beberapa candle makers – para pembuat lilin menyukai efek bloom ini, karena
mereka merasa lilin nya bernilai klasik.
 Bloom tidak mempengaruhi titik leleh lilin maupaun kualitas api yang dihasilkan.
Munculnya bloom pada lilin beeswax menunjukan kandungan beeswaxnya murni
100%
PALM WAX
 Palm waxes adalah campuran kompleks dari minyak tropical dan turunannya. Palm
wax dapat menjadi alternative natural wax selain bees wax dan soy wax.
 Palm wax menghasilkan lilin dengan permukaan licin dan mengkilat, meghasilakn
pembakaran yang sempurna dan warnanya stabil.
 Palm wax menghasilkan warna yang stabil dari semua range warna yang
ditambahkan kedalamnya. Namun demikian beberapa pewarna tidak mudah larut
dan bercampur dalam palm wax.
 Hampir semua jenis parfum dapat ditambahkan ke dalam palm wax dalam
pembuatan scented candle dengan dosis 5-6%.
 Cetakan allumunium sangat disarankan dalam pembuatan lilin berbahan palm wax
karena dapat menghasilkan efek Kristal yang cantik. Bahan logam lainnya pun dapat
digunakan tetapi control shu pendinginan harus benar-benar diamati. Sedangkan
allumunium memberikan efek pendinginan lilin yang lambat.
 Palm wax memiliki acid value yang tinggi sehingga sangat disarankan memilih type
sumbu yang sesuai.
Mala Pidiyanti - 2017
COCONUT WAX
Pada suhu dibawah 23 berbentuk padat berwarna putih dan meleleh pada suhu 24 – 27°C. .
Coconut wax juga banyak digunakan untuk pembuatan sabun home made
Jika suhu udara cukup hangat atau panas maka coconut wax akan meleleh, tetapi jika suhu
udara cukup dingin maka coconut wax akan kembali padat. Hal ini dikarenakan titik lelehnya
berada pada suhu 22–25 °C.
Untuk membuat lilin dari coconut wax yang cukup padat teksturnya maka diperlukan
campuran bahan wax lainnya. Karena jika menggunakan 100% coconut wax, tekstur lilin
cenderung lembek dan kurang bagus dalam mendifusikan aroma parfum ke udara.
BIBILIOGRAFI – Reference web site
http://www.marklincandle.com
http://www.thecandlemakingshop.co.uk
http://candleandsoap.about.com
http://www.naturesgardencandles.com

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Laporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Laporan Praktikum Kimia_Warna NyalaLaporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Laporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Feren Jr
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gas
Rfebiola
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Fransiska Puteri
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
Iffa M.Nisa
 
Parfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis Makalah
Parfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis MakalahParfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis Makalah
Parfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis Makalah
M Abdul Aziz
 
Laporan praktikum golongan darah
Laporan praktikum golongan darahLaporan praktikum golongan darah
Laporan praktikum golongan darah
Zanne Arienta
 
ANALISIS USAHA KECIL ES DOGER
ANALISIS USAHA KECIL ES DOGERANALISIS USAHA KECIL ES DOGER
ANALISIS USAHA KECIL ES DOGER
Ana Puja Prihatin
 
Contoh Proposal PKMK
Contoh Proposal PKMKContoh Proposal PKMK
Contoh Proposal PKMK
Hery budiyanto
 
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi KimiaLaporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
Ernalia Rosita
 

Mais procurados (20)

Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
 
Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)
 
Presentation bisnis plan
Presentation bisnis planPresentation bisnis plan
Presentation bisnis plan
 
Proposal PKMK “KEBUNAGA” ( KERUPUK BUAH NAGA )
Proposal PKMK  “KEBUNAGA”  ( KERUPUK BUAH NAGA )Proposal PKMK  “KEBUNAGA”  ( KERUPUK BUAH NAGA )
Proposal PKMK “KEBUNAGA” ( KERUPUK BUAH NAGA )
 
Laporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Laporan Praktikum Kimia_Warna NyalaLaporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Laporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
 
Kd meeting 13 14
Kd meeting 13 14Kd meeting 13 14
Kd meeting 13 14
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gas
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
formulasi sediaan larutan
formulasi sediaan larutanformulasi sediaan larutan
formulasi sediaan larutan
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
 
FISIKA - AYUNAN SEDERHANA
FISIKA - AYUNAN SEDERHANAFISIKA - AYUNAN SEDERHANA
FISIKA - AYUNAN SEDERHANA
 
Parfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis Makalah
Parfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis MakalahParfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis Makalah
Parfum Isi Ulang “Reiffell Parfume” - Pengantar Bisnis Makalah
 
Power point Karya Ilmiah Sabun
Power point Karya Ilmiah SabunPower point Karya Ilmiah Sabun
Power point Karya Ilmiah Sabun
 
Laporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam BasaLaporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam Basa
 
Laporan praktikum golongan darah
Laporan praktikum golongan darahLaporan praktikum golongan darah
Laporan praktikum golongan darah
 
Titik lebur
Titik leburTitik lebur
Titik lebur
 
ANALISIS USAHA KECIL ES DOGER
ANALISIS USAHA KECIL ES DOGERANALISIS USAHA KECIL ES DOGER
ANALISIS USAHA KECIL ES DOGER
 
Tetes Mata
Tetes MataTetes Mata
Tetes Mata
 
Contoh Proposal PKMK
Contoh Proposal PKMKContoh Proposal PKMK
Contoh Proposal PKMK
 
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi KimiaLaporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
Laporan Praktikum Reaksi - Reaksi Kimia
 

Mais de Mala Pidiyanti_LidahBuaya (12)

Liposome, a novel delivery system
Liposome, a novel delivery systemLiposome, a novel delivery system
Liposome, a novel delivery system
 
Level pencapain 5R
Level pencapain 5RLevel pencapain 5R
Level pencapain 5R
 
Kaizen untuk 5R
Kaizen untuk 5RKaizen untuk 5R
Kaizen untuk 5R
 
Penerapan R4 Rawat - R5-Rajin
Penerapan R4 Rawat - R5-RajinPenerapan R4 Rawat - R5-Rajin
Penerapan R4 Rawat - R5-Rajin
 
R3 Resik
R3 ResikR3 Resik
R3 Resik
 
Kampanye R2 rapi
Kampanye R2 rapiKampanye R2 rapi
Kampanye R2 rapi
 
Sumbu dan proses pembakaran lilin
Sumbu dan proses pembakaran lilinSumbu dan proses pembakaran lilin
Sumbu dan proses pembakaran lilin
 
Glosarium formulator kosmetik
Glosarium formulator kosmetikGlosarium formulator kosmetik
Glosarium formulator kosmetik
 
Determining HLB Value
Determining HLB ValueDetermining HLB Value
Determining HLB Value
 
Masalah Kulit
Masalah KulitMasalah Kulit
Masalah Kulit
 
BARRIER FUCTION1
BARRIER FUCTION1BARRIER FUCTION1
BARRIER FUCTION1
 
Surfactant Class for Cosmetics Formulation
Surfactant Class for Cosmetics FormulationSurfactant Class for Cosmetics Formulation
Surfactant Class for Cosmetics Formulation
 

Último

Último (9)

e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Presentasi METABOLISME PROTEIN & ASAM-AMINO
Presentasi METABOLISME PROTEIN & ASAM-AMINOPresentasi METABOLISME PROTEIN & ASAM-AMINO
Presentasi METABOLISME PROTEIN & ASAM-AMINO
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 

Karakteristik wax dalam pembuatan lilin

  • 1. Mala Pidiyanti - 2017 I. SEJARAH LILIN Lilin memiliki tempat khusus dan sejarah yang cukup panjang dalam peradaban manusia . Lilin telah digunakan selama lebih dari 5.000 tahun Berdasarkan telusuran sejarah, teknologi awal lilin dikembangkan dari obor yang diciptakan oleh bangsa mesir kuno. Obor dibuat dengan merendam inti bernas dari alang-alang kedalam lemak hewan yang telah dilelehkan. Obor belum dianggap sebagai lilin yang sebenarnya karena tidak menggunakan sistem sumbu di dalamnya. Sekitar 3000 SM bangsa Mesir membuat lilin dari lilin lebah atau beeswax. Cina di sisi lain menciptakan lilin dari lemak ikan paus pada 221 SM . Di negara-negara China dan Jepang , bahan lilin berasal dari serangga dan biji. Lilin ini kemudian dibungkus dengan kertas dan dibakar . Di India , proses pembuatan lilin melibatkan didih buah dari pohon kayu manis dan biasa digunakan untuk penerangan dan perayaan di kuil Kekaisaran Romawi adalah yang pertama memperkenalkan lilin yang menyerupai lilin yang kita kenal dan gunakan saat ini. Di Roma , mereka menggunakan lemak , untuk membuat lilin. Lemak tersebut berasal dari lemak sapi atau domba . Ini menjadi bahan standar yang digunakan dalam lilin di Eropa . Lilin yang terbuat dari lemak hewan mengeluarkan asap cukup banyak dan berbau tidak sedap karena kandungan gliserid didalamnya. Kemudian bangsa romawi mengembangakn lilin berbahan baku lilin lebah atau beeswax. Tidak seperti lemak hewani , hasil pembakaran lilin lebah sangat bersih, tanpa menghasilkan nyala berasap . Selain itu juga menebarkan bau manis yang menyenangkan seperti madu. Penggunaan beeswax merupakan terobosan yang besar, akan tetapi karena langkanya sumber bahan baku, menjadikan lilin ini sangat mahal sehingga hanya kalangan kelas atas dan pemuka agama yang menggunakannya. Praktek menggunakan cetakan untuk membuat lilin dimulai pada abad ke-15 di Perancis. Lilin dituang ke dalam rongga silinder terbuka . silinder ini memiliki topi dengan lubang kecil di tengah untuk memasang sumbu, sumbu itu kemudian ditempatkan ditengah cetakan.
  • 2. Mala Pidiyanti - 2017 Setelah cetakan diisi cairan lilin, lalu sumbu ditarik ketat dan lilin dibiarkan dingin. Agar lilin berwarna lebih cerah, lilin digantung dibawah sinar matahari selama 8 – 10 hari. Pertumbuhan industri penangkapan ikan paus di akhir abad ke-18 membawa perubahan besar pertama dalam pembuatan lilin sejak Abad Pertengahan. Pada tahun 1750, diperkenalkan Lilin Spermaceti. Lilin dibuat dari sperma ikan paus yang telah mengkristal. Lilin Spermaceti cukup terkenal dan juga mahal pada masa itu. Mirip dengan lilin lebah, lilin spermaceti tidak mengeluarkan bau busuk ketika dibakar, tetapi juga menghasilkan api lebih cerah. Selain itu juga konsistensinya cukup stabil, tidak mudah melunak pada musim panas sekalipun. Sejarawan mencatat bahwa ‘Lilin Standar’ pertama adalah Lilin Spermaceti. Karena menghasilkan nyala yang cukup terang, tidak berbau dan tidak berasap serta tidak mudah melunak pada kondisi cuaca panas sekalipun. Abad ke-18 adalah waktu yang menentukan dalam sejarah lilin kontemporer. Pada masa ini telah dipatenan mesin pembuat lilin oleh Jospeh Morgan, tepatnya pada 1834. Industrialisasi lilin modern bekembang pesat, dengan produksi massal membuat harga lilin menjadi sangat terjangkau. Morgan mampu menghasilkan 1.500 lilin per jam. Dalam jangka yang hampir bersamaan seorang ahli kimia bernama Michael Eugene Chevreul untuk pertama kalinya mengidentifikasi bahwa lemak terdiri dari beberapa asam lemak. Salah satu asam lemak yang diidentifikasi adalah stearin (asam stearat). Pada tahun 1825, Chevreul dan kimiawan lain Joseph Gay Lussac mematenkan proses untuk membuat lilin dari stearat mentah, sehingga dikenallah lilin stearin. Lilin stearin merupakan lilin yang sangat keras, tahan lama dan menghasilakn pembakaran yang bersih dari jelaga. Hingga saat ini lilin stearin masih tetap popular. Pada 1850 James Muda mengajukan paten lilin paraffin yang dihasilkan dari proses fraksi minyak bumi. Lilin dari paraffin selain murah juga menghasilkan kualitas yang sangat baik dan pilihan bahan yang sangat ekonomis daripada bahan bakar lilin lainnya. Akan tetapi kelemahan lilin paraffin adalah titik leleh rendah. Hal ini diatasi dengan menambahkan asam stearat untuk membuatnya tadak mudah melelah dan memiliki konsistensi yang cukup keras. Dengan demikian terciptalah lilin superior yang cukup murah. Meskipun perkembangan industri lilin cukup pesat, namun pada tahun 1879 menjadi titik awal hancurnya industri lilin. Pada saat itu Thomas Alfa Edison memperkenalkan bola lampu atau kita kenal dengan bohlamp. Pada titik ini , produksi lilin mulai menurun , dan lilin hanya menjadi produk dekoratif Selama pertengahan abad 20, beberapa bahan baku lilin di sintetis secara kimia termasuk diantaranya adalah gel wax yang dikembangkan untuk penggunaan lilin dekoratif. Pada akhir 1990 an soy wax dan palm wax di produksi secara komersial melalui proses hidrogenasi minyak kedelai dan minyak sawit. Parafin wax sejauh ini merupakan bahan baku lilin yang banyak digunakan diseluruh dunia. Beeswax juga masih digunakan tetapi dalam jumlah terbatas. Sedangkan lilin berbahan
  • 3. Mala Pidiyanti - 2017 stearin penggunaanya dibatasi dikawasan eropa. Soy wax, palm wax, gel wax, wax sintesis juga sudah banyak digunakan untuk bahan baku pembuatan lilin. Di Era modern saat ini. Lilin banyak dikreasikan menjadi berbagai macam bentuk, warna dan wewangian. Lilin mungkin tidak lagi menjadi satu-satunya sumber cahaya, tetapi lilin melambangkan perayaan , menandai asmara , aromatherapy, perayaan keagamaan dan mempercantik interior rumah . II. WAX DALAM PEMBUATAN LILIN Secara umum Wax memiliki karakteristik sebagai berikut : • Padat pada suhu kamar ; cair pada suhu yang lebih tinggi • Terbentuk dari struktur Hidrocarbon • Tidak dapat larut dalam air • Toksisitas rendah ; reaktivitas rendah • Hampir tidak berbau Wax secara luas digunakan di seluruh dunia untuk berbagai aplikasi, termasuk kemasan, kosmetik, makanan, perekat, tinta, krayon, permen karet, coating dan tentu saja lilin . Fakta-fakta mengenai Wax untuk pembuatan Lilin :  Sebelum abad ke-19, sebuah "lilin" biasanya disebut beeswax.  Komposisi utama wax adalah hidrokarbon. Baik wax yang berasal dari lemak hewan, lemak nabati atau dari fraksi minyak bumi. Komposisi kimia dari semua wax yang digunakan untuk membuat lilin adalah mirip, dan semua wax pada lilin terbakar dengan cara yang sama.  Parafin adalah lilin yang paling umum digunakan saat ini. Jenis wax lainnya yang juga sering digunakan adalah Beeswax, Soy wax, palm wax, jelly wax, dan coconut wax  Api lilin berwarna kuning dikarenakan pelepasan unsur karbon.  Tidak ada jenis tertentu dari wax atau ‘wax blend’ yang dianggap "terbaik" untuk bahan baku pembuatan lilin.  Tidak ada lilin yang pernah terbukti beracun atau berbahaya bagi kesehatan manusia.  Tidak ada lilin yang bebas sama sekali dari jelaga . Semua senyawa organik ketika dibakar akan membebaskan beberapa karbon ( jelaga ) karena pembakaran tidak sempurna .  Jelaga terbentuk akibat dari faktor panjang sumbu, konsentrasi parfum dan gangguan api karena hembusan angin.
  • 4. Mala Pidiyanti - 2017  Apakah lilin bersifat biodegradable? Penelitian telah menunjukan bahwa beeswax, paraffin wax, dan wax yang berasal dari pengolahn biji nabati lainnya bersifat biodegradable. 1. Paraffin Wax Apakah paraffin wax bersifat toxic (beracun)? Tidak. Paraffn wax sama seperti jenis wax lainya tidak bersifat toxic. Bahkan FDA (BPOM Amerika) memperbolehkan paraffin wax untuk digunakan dalam industri makanan, kosmetik dan beberapa aplikasi medis. Paraffin yang digunakan untuk pembuatan lilin biasanya paraffin food grade. Parafin wax adalah salah satu wax paling fleksibel dan paling umum digunakan saat ini . Memiliki range titik leleh yang berbeda-beda, sehingga sesuai untuk berbagai aplikasi pembuatan lilin. 2. Soy Wax Soy wax merupakan generasi wax terbaru dalam pembuatan lilin, akan tetapi telah memiliki posisi yang tersendiri dalam pembuatan Lilin natural seiring dengan naiknya permintaan akan lilin natural pada wal 1990-an, sebagai alternatif yang dipandang lebih alami ketimbang paraffin wax yang berasal dari minyak bumi.
  • 5. Mala Pidiyanti - 2017 Ada pula soy wax yang terbuat dari 100% minyak kedelai namun tak sedikit pula soy wax yang dibuat dari campuran beberapa wax. Seperti Beeswax, coconut wax, palm wax dan paraffin wax. Sehingga soy wax memiliki beragam titik leleh, tergantung campuran wax lainnya yang ada didalamnya. Namun, perlu diketahui , bahwa secara umum selama campuran setidaknya terdiri dari 51 % kedelai , maka wax tersebut dapat dikatakan sebagai soy wax . 3. Gel Wax Jelly wax sebenarnya bukan golongan wax sama sekali. Jelly wax terbuat dari resin dan mineral oil. Perusahaan Penreco memegang paten untuk jelly wax - sehingga kemungkinan , jika Anda membuat lilin gel, lilin Anda berasal dari mereka . Karakteristiknya mirip dengan wax pada umumnya. Hanya saja jelly wax memiliki penampakan yang jernih transaparan, sehingga sering dikreasikan dengan berbagai macam dekorasi untuk menghasilkan lilin yang sangat atraktif. Selain itu Jelly wax lebih awet penggunaannya karena tidak mudah habis terbakar. Jelly wax memiliki panas yang lebih tinggi saat meleleh dibandingkan jenis wax
  • 6. Mala Pidiyanti - 2017 pada umumnya, sehingga harus lebih berhati-hati dalam memilih media untuk menampung hasil pembuatan lilin ini. Jangan menggunakan bahan kaca yang tipis dan tidak tahan panas. 4. Beeswax Bees wax dihasilkan oleh lebah sebagai produk samping dari proses pembuatan madu . Beeswax diekskresikan oleh lebah kedalam sarang untuk mengerami larva mereka (lebah) . Karena kontak langsung dengan madu saat penciptaan beeswax, secara alami beeswax memiliki aroma manis. Aroma akan berbeda tergantung dari jenis bunga yang dikonsumsi oleh lebah itu sendiri. Bees wax dijual dalam bentuk blok berwarna kuning keemasan, atau dalam bentuk pellet/butiran yang lebih mudah meleleh. Bahkan dijual dalam bentuk lembaran, sehingga tidak perlu lagi dilelehkan, hanya diberi sumbu lalu digulung membentuk liin dan dapat langsung digunakan sebagai lilin penerangan. Lilin yang dibuat dari beeswax akan terbakar lebih lama dan menghasilkan pembakaran yang bersih dengan mengeluarkan aroma ‘manis’ seperti madu. Beeswax dapat digunakan 100% atau di campur dengan wax lainnya untuk pembuatan lilin sesuai dengan karakteristik lilin yang kita inginkan. Beeswax biasanya di campur dengan paraffin wax atau soy wax untuk meningkatkan waktu pembakaran agar lebih tahan lama. 5. Palm Wax Palm wax mirip dengan soy wax mengenai bagaimana ia dihasilkan. Palm wax dibuat dari minyak nabati - dalam hal ini , minyak sawit . Sekitar 75 % minyak sawit di dunia dipanen digunakan dalam industri makanan . 25% lainnya digunakan untuk berbagai macam produk termasuk sabun , lilin , deterjen dan produk pertanian .
  • 7. Mala Pidiyanti - 2017 Palm wax menghasilkan tekstur lilin yang sangat keras sehingga sangat baik digunakan untuk lilin pilar. Biasanya menghasilkan efek kristal atau seperti guratan halus, sehingga menambah estetika lilin yang dihasilkan. Palm wax dapat juga dicampur dengan soy wax untuk membuat lilin soy wax yang lebih keras , sementara masih tetap mempertahankan kualitas alami dari lilin . 6. COCONUT WAX Coconut wax dihasilkan dari coconut oil, menghasilkan api pembakaran yang sangat terang, bersih dan jika diaplikasikan untuk pembuatan lilin beraroma (scented candle) kemampuannya dalam mendifusi aroma parfum/essential oil sangat baik sekali.
  • 8. Mala Pidiyanti - 2017 III. MENGENALI KARAKTERISTIK WAX DALAM PEMBUATAN LILIN PARAFFIN WAX Paraffin wax merupakan produk samping dari pengolahan minyak bumi. Bentuknya padat, berwarana putih, tidak berbau, tidak berasa, bersifat inert dan terbakar sangat baik dan bersih. Semi refined dan full refined paraffin wax memiliki titik leleh skitar 48°C to 70°F. Cukup banyak lilin yang menggunakan bahan baku paraffin wax. Titik leleh suatu lilin yang igin dihasilkan dari suatu lilin menjadi pertimbangan para pembuat lilin untuk mencampur paraffin wax kedalam formula lilin yang mereka buat. Parrafin wax yang memiliki tiik leleh yang rendah sekitar 48° biasanya digunakan untuk membuat lilin dalam wadah seperti gelas, toples atau mangkok. Paraffin wax yang memiliki titik leleh medium antara 55°C sampai 70°C umumnya digunaka untuk membuat lilin pilar. Paraffin wax yang memiliki titik leleh yang tinggi yakni diatas 70°C umumnya digunakan untuk pelapis bagian luar lilin pilar atau pelapis sumbu pre wax SOY WAX Secara umum lilin dari soywax menghasilkan bentuk lilin yang fleksibel dan mudah dicetak. Soywax memiliki karakteristik lebih ‘berminyak’ dan meleleh pada saat disentuh. Lilin beraroma yang menggunakan soy wax sangat baik dalam mendifusikan aroma parfum/essential oil ke udara pada saat pembakaran Untuk membuat lilin berbahan soy wax, dibutuhkan jumlah pewarna yang lebih banyak dibanding jenis wax lainnya. Jika dilelehkan terlalu panas atau jika diameter wadah lilin cukup lebar, saat dingin pemukan lilin menjadi ‘pecah’ cracking. Untuk mensiasatinya, perlu dituangkan lagi lapisan tipis cairan lilin diatas permukaannya. Jika ingin membuat lilin votive atau pilar berbahan dasar natural, maka anda dapat memanfaatkan campuran soy wax dan palm wax, sehingga lilin yang dihasilkan cukup padat dan tidak rapuh. Jika hanya menggunakan soy wax murni atau 100%, proses pembakaran lilin tidak dapat sempurna dikarenakan tingginya tingkat hydrogenasi pada soy wax.
  • 9. Mala Pidiyanti - 2017 JELLY WAX Jelly wax membutuhkan wadah untuk media produk akhir yang dihasilkan. Karena jelly wax sangat lembut (teksturnya tidak kaku) sehingga tidak dapat dibuat tanpa dituangkan kedalam wadah. Jika anda ingin memberi warna pada jelly wax, sebaiknya gunakan pewarna dye yang larut minyak. Jelly wax memiliki titik leleh yang lebih tinggi dibanding paraffin wax. Untuk memanaskan jelly wax dapat dilakukan dengan cara pemanasan langsung tanpa menggunakan penangas atau dengan cara di tim. Jadi dapat langsung dipanaskan diatas api atau oven. Jelly wax memiliki tendensi untuk menghasilkan buih, beberapa orang menyukai efek buih yang dihasilkan, tetapi ada juga yang menginginkan lilin jelly yang bebas buih. Supaya buih berkurang, maka pada saat pemanasan dapat diatur suhunya antara 110 °C - 125 °C. Tetapi jangan melebihi 125 °C, dikhawatirkan akan menyulut timbulnya api pada saat dipanaskan diatas kompor Jelly wax terdapat dalam 3 type densitas. Masing-masing densitas memiliki karakteristik tersendiri. LOW DENSITY – Jelly wax Low density Gel adalah yang paling murah, dan memiliki titik leleh yang paling rendah. Oleh karenanya tidak dapat menahan dekorasi agar dapat tertahan dibagian tengah lilin dengan kata lain tidak dapat tersuspensi. Dekorasi yang di tambahan ke dalam lilin jenis ini hanya dapat diletakan dan diatur dibagian bawah saja. Jelly wax low density hanya dapat mengikat maksimal 3% parfum. Jadi jika anda menginginkan kandungan parfum yang lebih banyak, anda dapat menggunakan jelly wax type high density. MEDIUM DENSITY – Teksturnya lebih kental dibanding Low density akan tetapi sama mudahnya untuk dilelehkan dan dituang. Jelly wax type ini dapat menahan dekorasi agar tetap melayang dibagian tengah (tersuspensi) , tetapi hanya dekorasi-dekorasi yang tidak terlalu berat seperti manik-manik, bunga kecil, glitter dan lain sebagainya. Dekorasi yang berukuran besar dan berat akan tenggelam dibagian dasar lilin. HIGH DENSITY - Jelly wax jenis ini perlu dilelehkan pada temperature yang sangat tinggi. Dapat mensuspensikan dekorasi yang lebih berat, sangat cocok menciptakan dekorasi 3D dengan jelly wax high density ini. Jelly wax type ini dapat mengikat parfum hingga 6%, sehingga lilin dapat memiliki wangi yang lebih kuat. Tidak semua parfum yang dapat digunakan pada paraffin wax atau soy wax dapat juga digunakan untuk jelly wax. Parfum yang paling cocok digunakan pada jelly wax selain bersifat non polar juga memilki flash point lebih dari 80 °C
  • 10. Mala Pidiyanti - 2017 Salah menggunakan karakteristik parfum dalam pembuatan jelly wax bias sangat membahayakan. Jelly wax non parfum memiliki temperatur leleh hingga 130 0 C dengan flash point di titik 225 0 C. Namun demikian menambahkan parfum dengan flash point dibawah flash point jelly wax akan membuatnya edkat dengan titik leleh jelly wax dengan demikian aroma parfum dapat terdifusi dengan baik. Parfum yang bersifat polar dapat mrnurunkan flash point jelly wax, bias jadi karena terlalu rendah dapat mengakibatkan jelly wax tersulut api dari sumbu yang terbakar, jadi hindari menggunakan parfum type ini, berapapun harganya. BEESWAX Beeswax memiliki tekstur yang lembut namun lengket, selain memiliki titik leleh yang tinggi. Titik leleh yang cukup tinggi inilah yang menyebabkan beeswax agak sulit dilepaskan dari cetakan lilin pasca lilin didinginkan.  Cetakan terbaik untuk lilin beeswax adalah yang berbahan polyurethane atau polycarbonate. Cetakan allumunium juga dapat digunakan. Tuang beeswax yang sudah mencair pada suhu 68 0 C – 74 0 C untuk hasil yang terbaik.  Setelah beberapa lama lilin yang terbuat dari beeswax akan menghasilkan kristal putih seperti bunga es pada permukaannya, sehingga memberikan tampilan efek yang lebih menarik. Diistilahkan sebagai ‘Bloom’  Beberapa candle makers – para pembuat lilin menyukai efek bloom ini, karena mereka merasa lilin nya bernilai klasik.  Bloom tidak mempengaruhi titik leleh lilin maupaun kualitas api yang dihasilkan. Munculnya bloom pada lilin beeswax menunjukan kandungan beeswaxnya murni 100% PALM WAX  Palm waxes adalah campuran kompleks dari minyak tropical dan turunannya. Palm wax dapat menjadi alternative natural wax selain bees wax dan soy wax.  Palm wax menghasilkan lilin dengan permukaan licin dan mengkilat, meghasilakn pembakaran yang sempurna dan warnanya stabil.  Palm wax menghasilkan warna yang stabil dari semua range warna yang ditambahkan kedalamnya. Namun demikian beberapa pewarna tidak mudah larut dan bercampur dalam palm wax.  Hampir semua jenis parfum dapat ditambahkan ke dalam palm wax dalam pembuatan scented candle dengan dosis 5-6%.  Cetakan allumunium sangat disarankan dalam pembuatan lilin berbahan palm wax karena dapat menghasilkan efek Kristal yang cantik. Bahan logam lainnya pun dapat digunakan tetapi control shu pendinginan harus benar-benar diamati. Sedangkan allumunium memberikan efek pendinginan lilin yang lambat.  Palm wax memiliki acid value yang tinggi sehingga sangat disarankan memilih type sumbu yang sesuai.
  • 11. Mala Pidiyanti - 2017 COCONUT WAX Pada suhu dibawah 23 berbentuk padat berwarna putih dan meleleh pada suhu 24 – 27°C. . Coconut wax juga banyak digunakan untuk pembuatan sabun home made Jika suhu udara cukup hangat atau panas maka coconut wax akan meleleh, tetapi jika suhu udara cukup dingin maka coconut wax akan kembali padat. Hal ini dikarenakan titik lelehnya berada pada suhu 22–25 °C. Untuk membuat lilin dari coconut wax yang cukup padat teksturnya maka diperlukan campuran bahan wax lainnya. Karena jika menggunakan 100% coconut wax, tekstur lilin cenderung lembek dan kurang bagus dalam mendifusikan aroma parfum ke udara. BIBILIOGRAFI – Reference web site http://www.marklincandle.com http://www.thecandlemakingshop.co.uk http://candleandsoap.about.com http://www.naturesgardencandles.com