Sistem tenaga listrik memerlukan manajemen operasi yang baik untuk menjaga stabilitas, mengatur frekuensi dan tegangan, memelihara peralatan secara berkala, mengelola biaya operasi, mengikuti perkembangan beban, menangani gangguan, serta melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan analisis operasi secara terintegrasi.
3. SUB POKOK PEMBAHASAN
1. Stabilitas Operasi
Sistem Tenaga Listrik
2. Sistem Tenaga
Listrik
3. Persoalan-persoalan
Operasi Sistem Tenaga
Listrik
4. Manajemen Operasi
Sistem Tenaga Listrik
4. Stabilisasi operasi sistem tenaga listrik
didefinisikan sebagai kemampuan dari
sistem untuk menjaga kondisi operasi
yang seimbang dan kemampuan sistem
tersebut untuk kembali ke kondisi
operasi normal ketika terjadi gangguan.
1. STABILITAS OPERASI SISTEM
TENAGA LISTRIK
5. Normal berarti seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi
teratasi dan keamanan sistem dapat dipenuhi.
Siaga/Alert berarti seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi
dapat dipenuhi, tetapi keaman sistem tidak dapat dipenuhi.
Darurat/Gangguan berarti konsumen tidak dapat dilayani, kendala
operasi tidak dapat dipenuhi.
Pemulihan berarti peralihan kondisi darurat tenaga listrik yang diukur dengan
kualitas tegangan dan frekuensi yang dijaga sedemikian rupa sehingga tetap pada
kisaran yang ditetapkan.
• Kondisi Operasi Sistem Tenaga Listrik
6. Berhubungan dengan berbagai persoalan
teknis, tenaga listrik hanya dibangkitkan
pada tempat-tempat tertentu, sedangkai
pemakai listrik atau pelanggan tenaga listrik
tersebar diberbagai tempat, sehingga
penyampaian atau penyaluran tenaga listrik
dari pembangkit sampai tempat pelanggan
memerlukan berbagai penanganan teknis.
Kondisi Operasi Sistem Tenaga Listrik
8. Sistem tenaga listrik adalah
sekumpulan pusat listrik dan gardu
induk yang satu sama lain
dihubungkan oleh jaringan transmisi
sehingga merupakan sebuah
kesatuan interkoneksi. Biaya operasi
dari sistem tenaga listrik pada
umumnya merupakan bagian biaya
yang terbesar dari biaya operasi
suatu perusahaan listrik.
2. SISTEM TENAGA LISTRIK
9. • Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik (Grid Code) Sulawesi
Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik (Grid Code Sulawesi) atau biasa disebut Aturan Jaringan Sulawesi
merupakan serangkaian aturan, persyaratan, dan standar yang bersifat dinamis dan adaptif untuk
memastikan jaringan Sistem Tenaga Listrik Sulawesi yang aman, andal, dan efisien dalam memenuhi
peningkatan kebutuhan penyediaan tenaga listrik.
Aturan Jaringan Sulawesi disusun berdasarkan kondisi struktur Sistem Tenaga Listrik Sulawesi saat ini
untuk diberlakukan kepada pelaku usaha penyediaan tenaga listrik, yang selanjutnya disebut pelaku
usaha, atau pemakai jaringan Sistem Tenaga Listrik, yang selanjutnya disebut pemakai jaringan, dan
konsumen tenaga listrik pada Sistem Tenaga Listrik Sulawesi, yang terdiri atas:
1. Pengelola operasi sistem PT PLN (Persero);
2. Pengelola transmisi PT PLN (Persero);
3. Pengelola pembangunan PT PLN (Persero);
4. Pengelola pembangkit;
5. Pengelola distribusi PT PLN (Persero);
6. Konsumen tenaga listrik yang instalasinya tersambung secara langsung ke jaringan transmisi; dan
7. Pelaku usaha atau pemakai jaringan dan konsumen tenaga listrik dengan perjanjian khusus termasuk
kerjasama operasi (KSO).
10. Pelaku usaha atau pemakai jaringan dan konsumen tenaga listrik pada Sistem Tenaga
Listrik Sulawesi harus memenuhi semua ketentuan dalam Aturan Jaringan Sulawesi
sebagai dasar dalam perencanaan, penyambungan, pengoperasian, dan pengembangan
instalasi penyediaan tenaga listrik yang dimilikinya. Selain itu, ketentuan pada Aturan
Jaringan Sulawesi akan memberikan kejelasan mengenai hak dan tanggungjawab
masing-masing pelaku usaha atau pemakai jaringan dan konsumen tenaga listrik pada
Sistem Tenaga Listrik Sulawesi.
11. 1. Pengaturan Frekuensi
Daya yang dibangkitkan dalam sistem tenaga listrik harus selalu sama dengan beban
sistem, hal ini diamati melalui frekuensi sistem. Kalau daya yang dibangkitkan dalam
sistem lebih kecil daripada beban sistem maka frekuensi turun sebaliknya apabila daya yang
dibangkitkan lebih besar daripada beban maka frekuensi naik.
Frekuensi nominal di jaringan yaitu 50 Hz. Frekuensi sistem dapat naik sampai dengan
52 Hz dan turun sampai dengan 47 Hz pada keadaan luar biasa. Desain unit pembangkit dan
peralatan harus dapat beroperasi sesuai batas rentang frekuensi operasi berikut ini:
3. PERSOALAN – PERSOALAN
OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
12. Tabel 1. Batas Rentang Frekuensi Operasi
Rentang Frekuensi Rentang Waktu Operasi
51,50 Hz < f ≤ 52,00 Hz Beroperasi selama paling singkat 15
menit
51,00 Hz < f ≤ 51,50 Hz Beroperasi selama paling singkat 90
menit
49,00 Hz < f ≤ 51,00 Hz Beroperasi secara terus-menerus
47,50 Hz < f ≤ 49,00 Hz Beroperasi selama paliing singkat 90
menit
47,00 Hz < f ≤ 47,50 Hz Beroperasi palling singkat 6 detik
13. 2. Pemeliharaan Peralatan
Peralatan yang beroperasi dalam system tenaga listrik perlu dipelihara secara periodik dan juga perlu
segera diperbaiki apabila mengalami kerusakan.
3. Biaya Operasi
Biaya operasi khususnya biaya bahan bakar merupakan biaya yang terbesar dari suatu perusahaan
listrik sehingga perlu dipakai teknikt-teknik optimisasi untuk menekan biaya ini.
4. Perkembangan Sistem
Beban selalu berubah sepanjang waktu dan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
kegiatan masyarakat yang tidak dapat dirumuskan secara eksak, sehingga perlu diamati secara terus
menerus agar dapat diketahui langkah pengembangan system yang harus dilakukan agar system selalu
dapat mengikuti perkembangan beban sehingga tidak akan terjadi pemadaman tenaga listrik dalam
system.
14. 5. Gangguan Dalam Sistem
Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah sesuatu yang tidak dapat sepenuhya
dihindarkan. Penyebab gangguan yang paling besar adalah petir, hal ini sesuai dengan
isokeraunic level yang tinggi di tanah air kita.
6. Tegangan Dalam Sistem
Tegangan merupakan salah satu unsur kualitas penyediaan tenaga listrik dalam sistem
oleh karenanya perlu diperhatikan dalam pengoperasian sistem.
Perubahan tegangan pada jaringan harus dipertahankan dalam batas rentang variasi
tegangan sebagai berikut:
16. 4. MANAJEMEN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
Operasi sistem tenaga listrik menyangkut berbagai aspek
yang luas, khususnya biaya yang tidak sedikit dalam
penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat luas dan
mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu
operasi sistem tenaga listrik memerlukan menejemen yang
baik.
Untuk dapat mengoperasikan sistem tenaga listrik
dengan baiik perlu ada beberapa hal sebagai berikut:
17. 1. Perencanaan Operasi
Yaitu pemikiran mengenai
bagaimana sistem tenaga
listrik akan dioperasikan
untuk jangka waktu tertentu.
Pemikiran ini harus
mencakup perkiraan beban,
koordinasi pemeliharaan
peralatan, optimisasi,
keandalan serta mutu tenaga
listrik.
Yaitu pelaksanaan dari
rencana operasi serta
pengendaliannya apabila
terjadi hal-hal yang
menyimpang dari rencana
operasi.
2. Pelaksanaan dan
Pengendalian Operasi
3. Analisa Operasi
Yaitu Analisa atas hasil-hasil
operasi untuk memberikan
umpan balik bagi perencanaan
operasi maupun bagi
pelaksanaan dan pengendalian
operasi. Analisa operasi juga
diperlukan untuk memberikan
saran-saran bagi
pengembangan sistem serta
penyempurnaan pemeliharaan
instalasi.
18. • Aturan Manajemen Jaringan Sulawesi
Aturan Manajemen Jaringan dimaksud untuk menjelaskan prosedur
umum mengenai perubahan Aturan Jaringan Sulawesi,
penyelesaian perselisihan, dan penilaian kembali secara periodik
pengoperasian dan manajemen jaringan transmisi (grid). Penerapan
prosedur tersebut akan mendorong terciptanya keandalan dan
keamanan jaringan, memacu efisiensi ekonomi dan efisiensi
pengoperasian, serta memfasilitasi pengembangan dan investasi
jaringan.
19. PEMELIHARAAN INSTALASI
Pemeliharaan Instalasi adalah serangkaian tindakan atau proses
kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa
peralatan dalam instalasi tersebut dapat berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang
menyebabkan kerusakan.