1. BAB VI
GAYA BAHASA DALAM PENULISAN LAPORAN
Setiap orang memiliki gaya bicara dan gaya berjalan yang tersendiri. Demikian
pula dengan gaya bahasa yang dipergunakan seorang penulis adalah tersendiri yang tidak
mungkin dapat ditiru oleh pengarang lainnya. Jika terjadi peniruan, maka peniruan itu tidak
sempurna. Oleh karena itu, tulisan yang kita hasilkan merupakan perwakilan diri kita.
Artinya citra kita, siapa diri kita, setinggi apa kemampuan kita, tercermin dari tulisan yang
kita buat.
Menurut Arifin dan Tasai (2005), tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-
kalimat yang disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian
pembacanya. Pendapat ini didukung Winarto et. al. (2004) yang menyatakan bahwa gaya
bahasa adalah tata susunan kalimat yang memiliki efek terhadap pembacanya. Walaupun
kalimat-kalimat yang disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu
tulisan tersebut memuaskan pembaca dari segi retorikanya. Kalimat akan membosankan
pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi.
Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-keterangan, atau selalu
konstruksi induk kalimat-anak kalimat.
Secara umum, gaya penulisan kalimat dapat divariasikan menjadi (Arifin dan Tasai,
1985; Winarto et. al., 2004):
1. Kalimat inversi
Kalimat dimana predikat mendahului subjek. Digunakan jika subjek kalimat panjang,
sedangkan predikat kalimat pendek. Efek yang dihasilkannya adalah kemudahan
pemahaman kalimat.
Contoh :
Selanjutnya muncul persoalan baru yang tidak dapat tuntas dijawab hanya dengan
mengandalkan intuisi.
2. Kalimat tanpa kata sambung
Kalimat seperti ini pada umumnya menjadi ciri tulisan jurnalistik, namun tampaknya
kini sudah menyentuh karya tulis ilmiah. Efek yang ditimbulkannya adalah
pementingan pada ide yang disebutkan belakangan.
Contoh :
Menghadapi masalah itu, Pemerintah daerah berencana mengeluarkan peraturan baru.
3. Kalimat bermajas
Tidak ada salahnya kalimat dalam karya tulis ilmiah memuat majas atau peribahasa
sepanjang majas itu dijelaskan.
Contoh :
Kalimat “mata adalah jendela tubuh”, jika dimuat, perlu diiringi penjelasan mengenai
mengapa mata disejajarkan dengan jendela pada tubuh.
4. Kalimat berpengulangan kata
Penekanan dapat dilakukan dengan pengulangan kata, bahkan di dalam satu kalimat.
Contoh :
Demokrasi berarti bebas berbicara; demokrasi berarti mau mendengarkan pendapat
orang lain; demokrasi berarti menganggap perbedaan sebagai sesuatu yang wajar.
Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 1
2. 5. Kalimat yang mengedepankan keterangan
Kalimat dimana kata keterangan diletakkan di posisi awal dalam suatu kalimat.
Contoh :
Di tengah Sahara orang harus awas terhadap dua bahaya : ular derik, dan duri kaktus.
6. Kalimat aktif
Kalimat dimana subjek kalimat menjadi agen (pelaku) dari perbuatan yang menjadi
predikat kalimat.
Contoh :
Pemerintah menaikkan tarif angkutan kota.
7. Kalimat pasif
Kalimaat dimana subjek kalimat menjadi penderita akibat perbuatan yang menjadi
predikat kalimat.
Contoh :
Tarif angkutan kota dinaikkan oleh pemerintah.
8. Kalimat panjang
9. Kalimat pendek
Untuk kalimat majemuk, gaya penulisan kalimatnya dapat divariasikan menjadi
(Arifin dan Tasai, 1985; Winarto et. al., 2004):
1. Kalimat yang melepas
Kalimat yang disusun dengan diawali induk kalimat (unsur utama) dan diikuti anak
kalimat (unsur tambahan).
Contoh :
Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
2. Kalimat yang berklimaks
Kalimat yang disusun dengan diawali anak kalimat (unsur tambahan) dan diikuti induk
kalimat (unsur utama). Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru
membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah
membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu
yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang
konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh :
Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
3. Kalimat yang berimbang
Kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran.
Contoh :
Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat
beribadat dengan leluasa.
Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 2
3. Selain tercermin dalam variasi penyusunan kalimat, gaya penulisan juga tercermin
dalam pemilihan kata (diksi). Oleh karena itu kemampuan kita dalam menulis perlu
diungkapkan dengan mempergunakan pilihan kata seteliti dan secermat mungkin. Jika
kegiatan penulisan dianalogikan dengan kegiatan melukis, pemilihan kata dapat
diibaratkan sebagai proses pewarnaan pada sketsa yang sebelumnya telah dibuat. Warna
yang tepat akan menampilkan gambar lebih bagus, hidup, dan menarik. Untuk itu,
kemampuan memilih warna sangat penting bagi pelukis. Begitu pula halnya dengan
penulis, ia harus mempunyai khazanah kosakata yang memadai.
Kesalahan atau kekurangtepatan di dalam memilih kata, dapat disebabkan oleh
banyak hal. Di antaranya dapat disebabkan oleh penguasaan kosa kata yang terbatas,
pemahaman yang tidak tepat terhadap kata-kata baru, pengaruh kesalahkaprahan
penggunaan kata yang umum terjadi, maupun oleh keinginan untuk gagah-gagahan
dengan memanfaatkan kata-kata asing dengan penerapan yang keliru. Selain itu, kesalahan
dan kekurangtepatan pemilihan kata yang sering terjadi dapat pula diakibatkan oleh
ketidaksesuaiannya dengan ragam bahasa yang dipilih.
Anton Moeliono (1989, dalam Winarto et. al., 2004) menyatakan bahwa kosakata
dapat diperkaya dengan berbagai cara, yakni : 1) pemakaian kamus umum dan kamus
sinonim yang baik, 2) pemasukan kata baru di dalam tulisan dan pembicaraan, 3) usaha
membaca jenis tulisan sebagnyak-banyaknya, dan 4) pengetahuan macam-macam kosakata
dan penggunaannya.
Berikut ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan dan
penggunaan kata. Beberapa hal yang harus dimiliki penulis berkaitan dengan pemilihan
dan penggunaan kata (diksi) adalah :
1. Kepekaan maknawi
Kepekaan maknawi adalah kepekaan terhadap aspek makna pada kosakata. Dalam
kaitannya dengan makna, kosakata dapat ditinjau berdasarkan :
a. Makna denotatif dan makna konotatif
Makna denotatif adalah makna lugas –merupakan makna yang merujuk pada
sebuah acuan, benda, atau gagasan. Sedangkan makna konotatif adalah makna yang
mendapat nilai rasa atau emotif atas dasar kesepakatan masyarakat tertentu (Saeed,
2001, dalam Winarto et. al, 2004). Menurut Arifin dan Tasai (2005) makna
denotatif adalah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya,
sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran,
peranan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu (bersifat baik atau
jelek). Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum,
sedangkan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.
Seorang penulis karya ilmiah akan cenderung menggunakan kata dengan makna
denotatif daripada menggunakan kata konotatif. Jadi, sebagai penulis karya ilmiah,
tentu saja pemahaman terhadap maslah denotatif dan konotatif merupakan syarat
yang tidak dapat ditawar.
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap masalah denotatif dan konotatif, penulis
paling tidak harus melakukan beberapa hal berikut ini. Pertama, penulis harus
memperkaya bacaannya dengan cara menambah keragaman bacan. Dengan
demikian, kesempatan calon penulis untuk menjumpai pemakaian kata tertentu
dengan makna yang berbeda-beda, atau mata tertentu dalam konteks yang berbeda,
akan jauh lebih besar. Kedua, jika menemukan pemakaian kata tertentu yang dari
sudut makna –menurutnya- meragukan, penulis harus tidak segan membuka kamus
untuk mencari tahu makna kata yang tepat.
Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 3
4. Berikut contoh makna denotatif dan makna konotatif :
Konotatif Denotatif
(perusuh) diamankan (perusuh) ditahan, ditangkap
(harga) melambung tinggi (harga) naik
ajang tempat
membuahkan hasil berhasil
Catatan :
Semua idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif.
Contoh : membantingtulang, keras kepala
b. Makna umum dan makna khusus
Kata umum (generik) adalah kata yang acuannya lebih luas, sedangkan kata yang
acuannya lebih khusus (spesifik) disebut kata khusus.
Contoh :
Kata umum Kata khusus
Ikan Mujaer, tuna, gurame, dll.
Bunga Mawar, melati, dll.
c. Makna konkret dan abstrak
Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindera disebut kata konkret,
sedangkan kata yang yang tidak mudah diserap pancaindera disebut kata abstrak.
Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu
membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi jika
kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu tulisan, tulisan
itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
Contoh :
Kata konkret Kata abstrak
Meja, rumah, mobil, air, Gagasan, perdamaian
cantik, hangat
d. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pad asasnya mempunyai makna yang
sama tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada
kesamaan atau kemiripan. Jaadi jelas, tidak ada kata yang maknanya benar-benar
identik.
Sinonim ini dapat dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pad
tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya,
bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan
mengkonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa
itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana
yang paling tepat untuk dipergunakannya, sesuai dengan kebutuhan dan situasi
yang dihadapinya.
Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua
kata tersebut tidak persis sama benar. Kata-kata lain yang bersinonim ialah :
• agung, besar, raya
Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 4
5. • mati, mangkat, wafat, meninggal, gugur
• cahaya, sinar
• ilmu, pengetahuan
• penelitian, penyelidikan
• masing-masing, tiap-tiap
• dan lain-lain, seperti, antara lain, misalnya
• pukul, jam
• sesuatu, suatu
• dari, daripada
• pada, kepada
Tugas 1 :
Cari kata-kata yang bersinonim lainnya!
Catatan :
Walaupun dua atau lebih kata-kata bersinonim, tidak menjamin bahwa kita dapat
bebas menggunakan kata-kata tersebut dalam konteks apa saja.
Agar penulis terhindar dari kesalahan dalam penggunaan sinonim, ia dapat menguji
kata yang bersinonim dengan cara mempertukarkan dalam berbagai konteks.
Dengan demikian, penulis akan mengetahui sejauh mana kata-kata yang bersinonim
tersebut dapat saling menggantikan.
Contoh :
• Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung. Kata-kata itu tidak
selalu dapat dipertukarkan. Contoh : masjid raya, rumah besar, hakim agung.
• Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya. Kata tiap-
tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak boleh
diikuti oleh kata benda.
Contoh :
− Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
− Berbagai gedung bertingkat di Jakarta memiliki gaya arsitektur masing-
masing.
− Masing-masing mengemukakan keberatannya.
− Para pemimpin negara yang hadir di Jakarta masing-masing dijaga ketat
oleh Paspampres.
• Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan
lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara lain, misalnya.
Contoh :
Bentuk yang salah Bentuk yang benar
Dalam ruangan itu kita dapat • Dalam ruang itu kita dapat
menemukan barang-barang seperti menemukan meja, buku, bangku,
meja, buku, bangku, dan lain-lain. dan lain-lain.
• Dalam ruang itu kita dapat
menemukan barang-barang
seperti meja, buku, dan bangku.
Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 5
6. • Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul
menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu.
Misalnya :
− Seminar tentang kualitas yang diselenggarakan oleh Politeknik PIKSI
Ganesha berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 08.00 s.d. 12.00.
(SALAH)
− Seminar tentang kualitas yang diselenggarakan oleh Politeknik PIKSI
Ganesha berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 08.00 s.d. 12.00.
(BENAR)
• Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti
oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.
Contoh :
− Ia mencari sesuatu
− Pada suatu waktu ia datang dengan wajah berseri-seri.
• Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk
menunjukkan asal sesuatu, baik bahan dan maupun arah. Kata daripada
berfungsi membandingkan.
Contoh :
− Ia mendapat tugas dari atasannya.
− Cincin itu terbuat dari emas.
− Duduk lebih baik daripada berdiri.
− Indonesia lebih luas daripada Malaysia.
2. Kepekaan bentuk
Kepekaan bentuk berkaitan dengan masalah struktur atau gramatikal. Kepekaan bentuk
ini penting karena berkaitan dengan penyusunan kalimat. Kepekaan bentuk meliputi
kepekaan terhadap :
− Pengimbuhan (afiksasi)
Berkaitan dengan penempatan imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) yang tepat dalam
suatu kata yang digunakan dalam suatu kalimat.
Contoh :
Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (SALAH)
Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (BENAR)
Catatan:
Pengimbuhan berkaitan juga dengan penggunaan kata yang tidakperlu.
Misalnya, imbuhan me-kan pada umumnya membentuk kata kerja yang diikuti oleh
kata benda (yang mejadi objeknya). Jadi salah kaprah apabila kita menemukan
ungkapan membicarakan tentang, mempertimbangkan terhadap, dan membahas
mengenai.
Untuk menghindari ketidakcermatan yang terkait dengan imbuhan seperti di atas,
penulis karya ilmiah harus tidak segan-segan membuka kamus apabila terdapat kata
berimbuhan yang makna dan penggunaannya mungkin kurang meyakinkan dirinya.
Selain itu, pemahaman tata bahasa Indonesia dengan baik juga dibutuhkan agar
Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 6
7. penulis karya ilmiah makin menguasai penggunaan imbuhan dalam bahasa
Indonesia.
Tugas 2 :
Nyatakan kalimat berikut benar atau salah! Jika salah, bagaimana perbaikannya?
1. Kami menugaskan para informan untuk menjawab daftar pertanyaan yang kami
berikan.
2. Dalam angket tersebut, kami menanyakan responden tentang perilaku mereka di
dalam masa tahanan.
− Bentuk berkaitan
Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia, terdapat bentuk-bentuk yang saling
berkaitan satu sama lain. Sebagai contoh, kata integrasi berkaitan dengan integritas
dan integral, atau potensi berkaitan dengan potensial. Kita harus mengetahui secara
tepat kata apa yang akan kita gunakn utuk mewakili pikiran kita.
Tugas 3 :
Nyatakan kalimat berikut benar atau salah! Jika salah, bagaimana perbaikannya?
1. Seluruh komponen masyarakat di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon
terintegritas dalam jaringan kerjasama antardesa.
2. Seluruh spek potensi dalam masyarakat di daerah tersebut berkaitan dengan
taman nasional.
Tugas 4 :
Coba cari arti kata berikut di Kamus Besar Bahasa Indonesia!
− integrasi, integritas, integral
− potensi, potensial
− Variasi bentuk pengungkapan
Yaitu mengungkapkan sebuah gagasan dalam beberapa bentuk. Kita dapat
menggunakan variasi yang ringkas atau yang panjang tergantung dari kebutuhan.
Semua bentuk tersebut dapat kita gunakan sebagai usaha untuk memvariasikan
pengungkapan.
Contoh :
Ungkapan panjang Ungkapan ringkas
Menarik kesimpulan Menyimpulkan
Menggunakan pendekatan(terhadap) Mendekati
Melakukan analisis (tentang) Menganalisis
Melakukan tinjauan kembali (terhadap) Meninjau kembali
Melakukan pengkajian (terhadap) Mengkaji
− Pengacuan
Pengacuan juga merupakan salah satu hal yang harus kita pahami dengan baik.
Beberapa aturan dalam pengacuan adalah sebagai berikut:
Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 7
8. Pengacuan pada uraian sesudahnya Pengacuan pada uraian sebelumnya
Ini, berikut, berikut ini, sebagai Itu, demikian, tersebut, di atas,
berikut, di bawah, di bawah ini. sebelumnya.
Tugas 5 :
Nyatakan kalimat berikut benar atau salah! Jika salah, bagaimana perbaikannya?
1. Melalui proses belajar yang dialami petani, berkembanglah pertanyaan
pengetahuan tentang sifat-sifat serangan hama penggerek. Proses ini jelas sangat
menguntungkan para petani.
3. Kepekaan terhadap variasi ragam bahasa
Ragam bahasa adalah variasi pemakaian suatu bahasa secara umum tetapi tetap berpola
pada bahasa induknya. Ragam bahasa dapat ditinjau dari segi pemakai bahasa dan
pemakaian bahasa. Ragam bahasa berdasarkan pemakai bahasa dapat ditinjau dari segi
daerah, pendidikan, usia dan sikap pemakai bahasa. Ragam bahasa berdasarkan daerah
pemakai disebut dialek. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan ialah ragam bahasa yang
penggunaannya bergantung pada tingkat dan jenis pendidikan pemakai bahasa. Ragam
bahasa berdasarkan sikap pemakai bahasa menunjukkan sikap penutur dalam
menghadapi lawan berbicara (status sosial atau umur yang berbeda).
Ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya dapat dibagi berdasarkan bidang
kegiatan/mata pencaharian, gangguan pencampuran, dan sarana. Ragam bahasa
berdasarkan bidang kegiatan, misalnya agama, ilmu danteknologi, seni dan sastra.
Berdasarkan mata pencaharian, misalnya petani, guru, pedagang, dan militer. Bahasa
Indonesia ragam ilmiah adalah ragam bahasa berdasarkan bidang kegiatan. Ragam
gangguan campuran terjadi karena pengaruh bentuk dua bahasa atau lebih, isalkan
pengaruh bahasa daerah dan bahasa asing. Ragam bahasa berdasarkan sarana ialah
ragam lisandan ragamtulisan. Kata yang berasal dari ragam lisan tidak mungkin kita
gunakan dalam jenis tulisan ilmiah, namun dapat dipergunakan dalam jenis tulisan yang
lain, misalnya tulisan jurnalistik atau iklan.
Contoh :
Ragam lisan Ragam tulis baku
tergantung pada bergantung pada
masuk akal logis, dapat diterima akal
gampang mudah
terburu-buru tergesa-gesa
enteng ringan
kebesaran terlalu besar
buta tunanetra
tuli tunarungu
mau akan, hendak
meski meskipun
walau walaupun
sebelumnya sebelum itu
sesudahnya sesudah itu
kenapa mengapa
Selain kesadaran akan perbedaan antara ragam lisan dan tulis di atas, juga harus disadari
perbedaan antara kata yang baku dan nonbaku. Ragam baku adalah ragam penulisan
Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 8
9. yang standar, yaitu yang merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Untuk
menghindari kesalahan dalam menggunakan kata baku dan nonbaku, kita harus selalu
merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia apabila menjumpai kata-kata yang
meragukan.
Contoh :
Kata baku Kata nonbaku Kata baku Kata nonbaku
Hakekat Hakikat Sintesa Sintesis
Konsekwensi Konsekuensi Formil Formal
Frekwensi Frekuensi Aktuil Aktual
Jadual Jadwal Personil Personel
Higinis Higienis Pemboman Pengeboman
Hirarki Hierarki Pengrusakan Perusakan
Sistim Sistem Prosentase Persentase
Merubah Mengubah Isteri Istri
Handal Andal Trampil Terampil
Analisa Analisis Kuatir Khawatir
4. Pemahaman tentang padanan kata
Kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing.
Kontak bahasa memang tidak dapat dielakkan karena kita berhubungan dengan bangsa
lain, kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita juga
memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan. Oleh sebab
itu, pengaruh-mempengaruhi dalam hal kosakata pasti ada.
Dalam ragam tulis ilmiah, tidak jarang kita temukan penggunaan kata-kata asing atau
kata-kata pungut, yaitu kata yang diambil dari kata-kata asing. Sejauh kata-kata
tersebut memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan bertujuan untuk
memudahkan pemahaman karena pembacanya adalah kalangan terdidik yang paham
bahasa asing, hal itu sah saja untuk dilakukan. Namun apabila sudah ada tawaran
padanan dalam bahasa Indonesia, akan lebih baik jika kita gunakan karena dampaknya
akan sangat positif bagi pemerkayaan kosakata bahasa Indonesia.
Kata-kata pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah.
Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut
bentuk serapan. Bentuk-bentuk serapan itu ada 4 macam, yaitu :
a. Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia.
Contoh : bank, golf, opname
b. Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa Indoensia.
Contoh :
Kata asing Kata serapan
Subject Subjek
Apotheek Apotek
Standard Standar
university Universitas
c. Kita menerjemahkan istilah-istilah asaing ke dalam bahasa Indonesia.
Berikut ini adalah bentuk-bentuk serapan contoh kata asing yang memiliki padanan
dalam bahasa Indonesia.
Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 9
10. Kata asing Kata Indonesia
Brain storming Curah pendapat
Outline Kerangka, ragangan
Outlining Peragangan
Feedback Umpan balik
Response Tanggapan
Starting point Titik tolak
Meet the press Jumpa pers
Up todate Mutakhir
Briefing Taklimat
Hearing Dengar pendapat
d. Kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya.
Contoh : de facto, status quo, cum laude, ad hoc
Dalam hal pemakaian kata serapan, disarankan agar penulis menggunakan kamus
istilah yang sesuai dengan bidang kajian penulis. Misalnya kamus istilah untuk bidang
akuntansi, dll. Jika istilah yang akan digunakn tidak ditemukan dalam kamus istilah
tersebut, penulis dapat menyerap istilah asing tersebut dengan berpegangan pada
Pedoman Penulisan Istilah. Buku pedoman tersebut dapat membimbing kita untuk
mengetahui bagaimana tahap-tahap dalam penyusunan dan penulisan istilah asing.
Catatan penting :
Menurut Winarto et. al. (2004), seorang penulis mempunyai kebebasan berkreasi
dalam menuangkan idenya : apakah ia mau menunjukkan kesan tulisan yang serius dan
berwibawa, santai, bertele-tele, langsung pada pokok sasaran, berklimaks, dan lain-lain.
Namun, seorang penulis karya ilmiah akan sadar bahwa ia seolah-olah berhadapan
langsung dengan papan catur yang lengkap dengan buah-buah caturnya. Ia bebas
memainkan buah-buah caturnya dan bermanuver, namun pergerakan buah catur itu tetap
ada di dalam skema atau pola. Artinya seorang penulis karya ilmiah dapat secara kreatif
menggunakan kalimat dengan susunan sedemikian rupa sehingga menimbulkan gaya
tertentu, selama ia memperhatikan kaidah yang disyaratkan dalam tata kalimat baku.
Menurut Seksi Bahasa Indonesia MKDU ITB (1999), bahasa penulisan laporan
ilmiah harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Baku
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik
mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga pemilihan kata/istilah, dan
penulisan, sesuai dengan kaidah ejaan yang berlaku.
Contoh :
Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga, dan lain sebagainya, maka proyek itu
kita terpaksa serahkan kepada pengusaha asing. (TIDAK BAKU)
Karena kekurangan dana, modal, dan lain-lain, pelaksanaan proyek itu terpaksa
diserahkankepada pengusaha asing. (BAKU)
2. Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat
diterima akal.
Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 10
11. Contoh :
Orang yang sering menggunakan alat itu harus sering diservis supaya tidak cepat rusak.
(TIDAK LOGIS)
Tugas 6:
Mengapa kalimat tersebut tidak logis?
Bagaimana yang logisnya?
3. Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Contoh :
Untuk menanam pohon itu diperlukan lubang yang sangat dalam.(SALAH)
Untuk menanam pohon itu diperlukan lubang dengan kedalaman satu meter. (BENAR)
4. Tepat
Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh penutur atau
penulis dan tidak mengandung makna ganda.
Contoh :
Atap bangunan yang sudah rusak itu dari sirap.(TIDAK TEPAT)
Tugas 7:
Mengapa kalimat tersebut tidak tepat?
Bagaimana yang tepatnya?
5. Denotatif
Kata yang digunakan dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak melibatkan
perasaan karena sifat ilmu itu objektif.
Contoh :
Kota-kota besar tidak pernah tidur, padat dengan pabrik-pabrik yang berjalan terus
tanpa lelah.(SALAH)
Di kota-kota besar, kegiatan hidup tidak pernah berhenti baik siang maupun malam.
(BENAR)
6. Ringkas
Ide/gagasan diungkapkan dengan kalimat-kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan,
pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya padat.
Contoh :
Sebaiknya letak rumah tidak dekat dengan rawa-rawa dan sedapat mungkin letak
rumah tidak dekat pula dengan tempat ramai sebab bila dekat dengan tempat ramai,
kita tidak dapat beristirahat dengan baik. (TERLALU PANJANG)
Sebaiknya, letak rumah jauh dari rawa-rawa dan dari tempat ramai agar penghuni
rumah tersebut dapat beristirahat dengan baik.(RINGKAS)
Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 11
12. 7. Runtun
Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam
kalimat maupun dalam alinea.
Contoh :
Pada masa kini kemampuan masyarakat untuk memilikki kendaraan semakin besar,
seiring dengan majunya perautomotifan yang mengeluarkan produk kendaraannya
dengan berbagai model dan berbagai kualitas, mereka dapat memperolehnya. Semakin
majunya suatu produk kendaraan makin banyak memberikan kemudahan untuk
memeliharanya. Kenyataannya para pemilik kendaraan tidak cukup memiliki
keterampilan dan pengetahuan tentang pemeliharaan kendaraan. (TIDAK RUNTUN)
Tugas 8:
Mengapa kalimat tersebut tidak runtun?
Teknik Penulisan dan Presentasi/Lukmanulhakim Almamalik/Bab VI –Halaman 12