SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 21
PROPOSAL PTK FISIKA
UPAYA PENINGKATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJARFISIKA HUKUM NEWTON KELAS
X SMAN 98 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011.2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pembelajaran Fisika , saat ini masih mengalami banyak
kendala. Baik ditinjau dari individual peserta didik yang notabene kurang
berminat dalam belajar fisika, guru yang kurang professional maupun perangkat
pembelajaran yang kurang memadai, yang kesemuanya itu menyebabkan
turunnya hasil belajar fisika.
Dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien, maka guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip mengajar diantaranya
menggunakan alat bantu mengajar atau alat peraga. Bahwa dalam prinsip
mengajar yaitu sebagai guru, diharapkan mampu memperhatikan perbedaan
individual siswa, menggunakan variasi metode mengajar; menggunakan alat bantu
mengajar; melibatkan siswa secara aktif; menumbuhkan minat belajar siswa, dan
menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif.
Melihat dari kenyataan yang ada, maka mata pelajaran FISIKA seharusnya
merupakan suatu pelajaran yang ditunggu-tunggu, disenangi, menantang dan
bermakna bagi peserta didik ,Disisi lain sebenarnya mereka telah memiliki
kemampuan dasar yang tinggi dan dengan kemajuan teknologi mereka mampu
menyerap berbagai informasi yang ada, terutama sekali pemahaman konsep
FISIKA , dikarenakan media pembelajaran yang cukup memadai seperti LCD
Proyektor, Laboratorium , dimana mereka dapat dengan mudah mempraktekkan ,
dan menambah wawasan materi - materi yang diberikan oleh guru.
2
Namun,kenyataan dilapangan tidaklah demikian. Hal ini dapat dilihat dari hasil
evaluasi siswa yang telah dilaksanakan, selalu rendah.
Berdasarkan data dari SMAN 98 Jakarta diperoleh gambaran bahwa ,
walaupun media pembelajaran cukup memadai, namun ternyata masih kurang
meningkatkan hasil evaluasi FISIKA yang baik, terutama siswa kelas X yang
masih dalam proses pemilihan jurusan, sehingga peran guru dalam menerapkan
berbagai model pembelajaran sangat diharapkan dapat memberi angin segar bagi
peningkatan kualitas dan kuantitas siswa untuk masuk jurusan IPA.
Dari uraian di atas bahwa mata pelajaran FISIKA mempunyai nilai yang
strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul,
handal, dan bermoral semenjak dini,. Hal yang menjadi hambatan selama ini
dalam pembelajaran FISIKA adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran
FISIKA dengan metode pembelajaran yang menarik, menantang, dan
menyenangkan.
Supaya pembelajaran FISIKA menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), dapat dilakukan melalui berbagai
macam cara. Salah satu caranya yaitu melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif dengan tipe Jigsaw. Namun seberapa jauh keefektifitasannya model
pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil belajar siswa, akan dilakukan
penelitian yang salah satunya dengan menggunakan penelitian tindakan kelas
(PTK).
B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah :
a. Bagaimana perkembangan hasil belajar FISIKA siswa kelas X dengan
menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum
newton?
b. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan
model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw?
c. Bagaimana tanggapan siswa tentang model pembelajaran FISIKA dengan
metode pembelajaran kooperartif tipe Jigsaw?
3
C. Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum Newton untuk meningkatkan haisl
belajar Fisika di kelas X semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMA Negeri 98
Jakarta.
D. Pemecahkan Masalah
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini, yaitu model pembelajaran kooperatif dengan tipe
JIGSAW. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan hasil belajar siswa kelas X
semester 1, tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta dalam pelajaran FISIKA
meningkat.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :
1. Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW
sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran FISIKA
2. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, siswa mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X
semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari PTK antara lain :
1. Proses belajar mengajar FISikA tidak lagi bersifat konvensional.
Strategi pembelajaran yang lebih tepat, bersifat variatif, sehingga membuat
anak didik nyaman saat pembelajaran berlangsung.
2. Bagi siswa. Menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas
mandiri maupun kelompok.
3. Menanamkan keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan,
dan saran meningkat.
4. Meningkatnya kualitas pembelajaran FISiKA.
4
5. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. KAJIAN TEORI
A.1.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar enggan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuanya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Dalam pembelajan kooperatif, belajar dikatakan belum selesai
jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
a) Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut : (Lungdren, 1994).
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama.”
2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta
didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sama.
5
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok.
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif turut
menambah unsur-unsur interaksi sosial dalam pembelajaran TIK. Pembelajaran
kooperatif bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu
sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa,
dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri
dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat
untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda
latar belakangnya.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi
pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau
tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).
b) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap anggota
memiki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap
angota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
sekelompoknya (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
intersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat
diperlukan(Carin, 1993).
6
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif
sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
a. Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika
kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu,
dan saling peduli.
b. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua
anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang
terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang
berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
c) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional
yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhioleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
7
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.
(2000), yaitu:
a. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu
siswa. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar. Di samping mengubah norma yangberhubungan dengan hasil
belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yangbekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaankooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-
keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
d. Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja,
tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-
8
keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan
kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas.
Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas
anggota kelompok selama kegiatan.
d) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Urutan langkah-langkah prilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif
a. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat
beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran
kooperatif (Arends, 2001). Tapi disini yang akan diuraikan hanya mengenai
pembelajaran tipe Jigsaw.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson
dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan
teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Untuk melihat dengan
jelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang
lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa
anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian
materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada anggota lain
dalam kelompoknya (Arends,1997).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain
(Arends,1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
9
demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali
pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain
tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok
ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001).
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain
untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para
anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada
teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di
kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling
memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir
pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang
telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap
anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar
dapat mengerjakan kuis dengan baik. Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw, disusun langkahlangkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas,
(2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun
10
rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara instruksional
sebagai berikut (Slavin, 1995):
a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut
untuk mendapatkan informasi.
b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu
untuk mendiskusikan topik tersebut.
c. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan
topik pada kelompoknya.
d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.
e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan
penghargaan kelompok.
Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan
individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan
pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis
sebelumnya dengan skor terakhir. Arends (1997) memberikan petunjuk
perhitungan skor kelompok sebagaimana terlihat
Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Tahap 1: Pembentukan kelompok asal (home group)
Siswa dikelompokan ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah
anggota masing-masing kelompok 4-6 orang. Penyusunan kelompok
memperhatikan keheterogenan siswa (kecerdasan, keaktifan, dan
gender). Setiap siswa diberikan permasalahan (soal) yang berbeda.
Dalam kelompok asal ini, siswa menyimak bahan ajar, membaca soal
dengan bimbingan guru.
Tahap 2: Pembentukan kelompok ahli (expert group)
Setiap siswa yang memiliki tugas berbeda meninggalkan kelompok
asal untuk bergabung ke dalam ahli yang terdiri dari siswa yang
memiliki soal yang sama. Di dalam kelompok ahli ini, siswa
membahas dan menyelesaikan soal bersama.
Tahap 3: Kembali ke kelompok asal
11
Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya masing-masing untuk
menginformasikan hasil penyelesaian soal yang dibahas di kelompok
ahli serta untuk mendengarkan penjelasan teman-temannya sesuai
dengan kekhususan tugas masing-masing .
Tahap 4: Evaluasi
Siswa mengerjakan beberapa soal yang mewakili keseluruhan materi
yang diajarkan.
Tahap 5: Penghargaan kelompok
Dalam hal ini, penghargaan kelompok diambil dari nilai-nilai anggota
kelompok, kemudian siswa-siswi pada kelompok yang memperoleh
nilai tertinggi mendapatkan penghargaan yang diumumkan di depan
kelas.
Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw ialah:
1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
a. Siswa menjadi lebih aktif
b. Setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda sehingga tidak
mudah untuk mencari jawaban ke kelompok lain
c. Tugas guru menjadi lebih ringan
d. Diskusi menjadi lebih aktif
e. Siswa yang nilainya tinggi diberikan penghargaan yang dapat
memberikan semangat belajar siswa.
2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw;
a. Siswa cenderung ribut, sebab peran guru sangat sedikit.
b. Biasanya siswa merasa minder, sebab tak termasuk group ahli.
c. Membutuhkan waktu yang lama
d. Biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil
temuannya kepada temannya.
12
Peran guru dalam pembelajaran ini ialah sebagai fasilitator, motivator,
pembimbing dan evaluator, sebagai fasilitator dan motivator, guru menyediakan
fasilitas/sumber belajar dan kondisi belajar yang dapat memotivasi, membantu,
serta membimbing siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuannya. Guru
hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan merangsang keingintahuan siswa serta membantu mereka dalam
mengungkapkan gagasan-gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka.
Selain itu guru mengevaluasi apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru
membantu siswa dalam mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan yang diambilnya
dengan mengembangkan pertanyaan kritis.
Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan baik, pendekatan kepada
murid mutlak diperlukan, sehingga kecanggungan untuk berinteraksi diganti oleh
antusiasme terhadap belajar
A.2. Hakekat Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih
Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan
individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar
itu ?
Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya”.
A.3. Hakekat Hasil Belajar
Hasil belajar yang merupakan alat ukur keberhasilan proses belajar
memiliki peraran yang sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Moh.
User Usman dan Lilis Setiawaty : “ hasil belajar memiliki pengertian perubahan
13
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu, serta
individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi
dengan lingkungannya”.
Hasil belajar adalah “pengukuran secara keseluruhan kegiatan yang
dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan.
Hasil belajar pada hakekatnya menuju pada prestasi belajar , yaitu untuk
mengukur penguasaan materi penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang
mempertimbangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditujukan dengan nilai
A.4. Hakekat Fisika
Mengapa kita belajar fisika ?,Ada dua alasan, pertama adalah fisika
merupakan ilmu yang paling dasar ,dari ilmu pengethuan lainnya. Ilmuwan dari
berbagai disiplin ilmu memanfaatkan ide – ide dari fisika dan fisika juga
merupakan dasar dari ilmu rekayasa dan teknologi. Fisika adalah ilmu
eksperimental. Fisikawan mengamati fenomena alam dan berusaha menemukan
pola dan prinsip yang menghubungkan fenomena – fenomena ini. Pola ini disebut
teori fisika atau ketika mereka sudah benar – benar terbukti dan digunakan luas,
disebut hokum atau prinsip fisika.Perkembangan teori fisika memerlukan
kreatifitas dalam setiap tahap – tahapnya.Fisikawan harus bekrtja untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat, merancang untuk mencoba menjawab
pertanyaan yang tepat, merancang percobaan untuk menjawab pertanyaan –
pertanyaan itu, dan menarik kesimpulan yang tepat dari hasilnya.
Fisika bukanlah sekedar kumpulan fakta atau prinsip. Fisika adalah proses
yang membawa kita padaprinsip – prinsip umum yang mendeskripsikan
bagaimana perilaku dunia fisik.Bagian terpenting dari hubungan antara teori dan
percobaan adalah mempelajari bagaimana cara mengaplikasikan prinsip – prinsip
fisika pada berbagai persoalan praktis
A.5. Hukum Newton
14
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar
mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang
bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah
dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad dan
dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan
kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut.
Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap
diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami
percepatan).
2. Hukum Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan
sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah
gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik
terhadap M. atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja
pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda
tersebut terhadap waktu.
3. Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang
sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang
memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya
sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang sama namun
arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi,
dengan F disebut sebagai aksi dan –F adalah reaksinya.
Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam
karyanya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, pertama kali
diterbitkan pada 5 Juli 1687. Newton menggunakan karyanya untuk
menjelaskan dan meniliti gerak dari bermacam-macam benda fisik maupun
sistem. Contohnya dalam jilid tiga dari naskah tersebut, Newton menunjukkan
bahwa dengan menggabungkan antara hukum gerak dengan hukum gravitasi
umum, ia dapat menjelaskan hukum pergerakan planet milik Kepler.
15
Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel dalam
evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena obyek yang
dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh. Perubahan
bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak diperhitungkan dalam
analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai suatu titik atau partikel
untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah bintang.
Dalam bentuk aslinya, hukum gerak Newton tidaklah cukup untuk menghitung
gerakan dari obyek yang bisa berubah bentuk (benda tidak padat). Leonard Euler
pada tahun 1750 memperkenalkan generalisasi hukum gerak Newton untuk benda
padat yang disebut hukum gerak Euler, yang dalam perkembangannya juga dapat
digunakan untuk benda tidak padat. Jika setiap benda dapat direpresentasikan
sebagai sekumpulan partikel-partikel yang berbeda, dan tiap-tiap partikel
mengikuti hukum gerak Newton, maka hukum-hukum Euler dapat diturunkan dari
hukum-hukum Newton. Hukum Euler dapat dianggap sebagai aksioma dalam
menjelaskan gerakan dari benda yang memiliki dimensi
B. HIPOTESIS TINDAKAN
Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X di
SMAN 98 Jakarta
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan di SMAN
98 Jakarta, yang beralamat di Jl. Jaha Kalisari Pasar Rebo Jakarta Timur untuk
mata pelajaran Fisika. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X tahun
pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, terdiri dari 19
siswa laki – laki 21 siswa perempuan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan selama satu
bulan yakni pada bulan November 2011 .
3.Siklus Penelitian
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil
belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran kooperatif tipe
Jigsaw
B. Subyek Penelitian
17
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian adalah
siswa kelas X yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 21
orang dan laki – laki 19 orang
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas
D. Prosedur Penelitian
Siklus 1
Siklus pertama dalam PTK ini perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi, sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw.
b. Membuat rencana pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw
c. Membuat lembar kerja siswa
d. Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK
e. Menyusun alat evaluasi.
2. Pelaksanaan
a. Membagi siswa dalam 10 kelompok dengan jumlah 4 siswa
perkelompok.
b. Menyajikan materi pembelajaran
c. Diberi materi diskusi
d. Dalam diskusi kelompok guru mengarahkan kelompok
e. Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasikan
3. Pengamatan
18
Tim peneliti (guru dan kolabor) melakukan pengamatan terhadap
aktivitas pembelajaran koopretif Tipe Jigsaw.
4. Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi atau perenungan terhadap
pelaksanaan siklus pertama dan menyusun rencana untuk siklus kedua
Siklus 2
Pada siklus kedua, peneliti mencoba melakukan observasi, untuk
menerapkan hal yang sama. Peneliti mengarahkan siswa ahli untuk
lebih menguasai konsep fisika dan menerangkan ke kelompoknya
dengan cara yang lebih mudah.
Guru kembali mengamati aktivitas siswa, untuk merencanakan langkah
selanjutnya.
Siklus 3
Siklus ketiga merupakan putaran ketiga dari pembelajaran koopertif
Tipe Jigsaw dengan tahapan yang sama seperti pada pada siklus
pertama dan kedua
E. Rincian Pembiayaan
No Jenis Penggunaan Jumlah ( Rp) Keterangan
1 ATK Rp. 500.000,-
2 Transportasi Rp. 145.000,- 5hari x 4minggu
3 Foto Copy Rp. 465.000,-
4 Pengumpulan data Rp. 200,000,-
5 Analisis data Rp. 100.000,-
6 Penyusunan draf awal Rp. 50.000,-
19
7 Perbaikan laporan Rp. 115.000,-
8 Penggandaan laporan Rp. 625.000,-
F. Jadual Penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada Tabel
3.1. berikut ini :
NO Rencana Kegiatan
Waktu (Minggu Ke)
1 2 3 4
1 Persiapan
Menyusun konsep
pelaksanaan
x
Menyusun instrument x
Menyusun LKS x
Menyusun strategi
penelitian
x
2 Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan
alat
x
Melakukan tindakan
Siklus I
x
Melakukan tindakan
siklus II
x
20
3 Penyusunan laporan
Menyusun konsep
laporan
x
mendiskusikan hasil
penelitian
x
Perbaikan laporan x
Penggandaan
dan pengiriman hasil
x
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I.1997. Classroom instructional and management. New York :
McGraw-Hill
Carin, A.1993. Teaching Modern Science. New York : Macmillan Publishing
Company.
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Bandung : Erlangga.
Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Ibrahim, H. Muslimin, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University
Press.
Lie, Anita 2002. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative learning
di ruang-ruang kelas. Jakarta : PT. Grasindo.
Lundgren, Linda. 1994. Cooperative learning in the science classroom. Glencoe :
MacMillan/McGraw-Hill.
Mawani Sri, Rahmiati. (2011). Modul FISIKA. Jakarta: PLPG Rayon 137 Universitas
Muhammadiyah Prof.DR.Hamka
Muhammad, N. (1996). Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya:
IKIP. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Permadi.
Ruseeffendi, E.T. (1988). Pengajaran Modern untuk Orang tua Murid, Guru,
dan SPG. Edisi Kelima. Bandung : Tarsito.
Slavin, Robert E. 2000. Educational psychology : Theory and practice. Sixth
Edition. Boston : Allyn and Bacon.
21
Thompson, M., McLaughlin,C.W.,& Smith,R.G. (1995). Merril Physical Science
Teacher. Wraparound Edition, New York: Glencoe McGraw-Hill
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ambar Lestari,dilahirkan di Jakarta, 28 Maret 1974 . Menamatkan
pendidikannya di jenjang S1 IKIP Jakarta jurusan Pendidikan Fisika tahun
1998.Dikaruniai dua orang putri yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat
ini tinggal bersama suami di Jalan Mahakam VII no. 136 Depok Timur.Aktifitas :
selain menjadi ibu rumah tangga juga menjadi staff pengajar Fisika di SMA
Negeri 98 Jakarta.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Diktat fisika statistik mikrajuddin abdullah
Diktat fisika statistik   mikrajuddin abdullahDiktat fisika statistik   mikrajuddin abdullah
Diktat fisika statistik mikrajuddin abdullahPetrus Bahy
 
RPP HUKUM NEWTON
RPP HUKUM NEWTONRPP HUKUM NEWTON
RPP HUKUM NEWTONMAFIA '11
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))Interest_Matematika_2011
 
Rat sat pkp pgsd ut
Rat sat pkp pgsd utRat sat pkp pgsd ut
Rat sat pkp pgsd utmartono2000
 
Penilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelasPenilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelasunesa
 
Polarisasi bahan dielektrik
Polarisasi bahan dielektrikPolarisasi bahan dielektrik
Polarisasi bahan dielektrikMerah Mars HiiRo
 
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)Naita Novia Sari
 
Makalah fistat (autosaved)
Makalah fistat (autosaved)Makalah fistat (autosaved)
Makalah fistat (autosaved)muna fiah
 
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaPengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaSulistia Ningsih
 
Hamburan dalam perspektif klasik dan kuantum
Hamburan dalam perspektif klasik dan kuantumHamburan dalam perspektif klasik dan kuantum
Hamburan dalam perspektif klasik dan kuantumPharu Aoi
 
Percobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturanPercobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturanKLOTILDAJENIRITA
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)SMP IT Putra Mataram
 
Modul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaModul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaCha Aisyah
 
Resume Hukum Faraday
Resume Hukum FaradayResume Hukum Faraday
Resume Hukum Faradaysilvi novrian
 
sumur potensial persegi berhingga
sumur potensial persegi berhinggasumur potensial persegi berhingga
sumur potensial persegi berhinggasuyono fis
 

Mais procurados (20)

Efek zeeman
Efek zeemanEfek zeeman
Efek zeeman
 
Diktat fisika statistik mikrajuddin abdullah
Diktat fisika statistik   mikrajuddin abdullahDiktat fisika statistik   mikrajuddin abdullah
Diktat fisika statistik mikrajuddin abdullah
 
RPP HUKUM NEWTON
RPP HUKUM NEWTONRPP HUKUM NEWTON
RPP HUKUM NEWTON
 
Difraksi franhoufer
Difraksi franhouferDifraksi franhoufer
Difraksi franhoufer
 
Hakikat IPA
Hakikat IPAHakikat IPA
Hakikat IPA
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH (Gina Nur Hidayani 0903655))
 
Rat sat pkp pgsd ut
Rat sat pkp pgsd utRat sat pkp pgsd ut
Rat sat pkp pgsd ut
 
Penilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelasPenilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelas
 
Tugas Pelangi
Tugas PelangiTugas Pelangi
Tugas Pelangi
 
Polarisasi bahan dielektrik
Polarisasi bahan dielektrikPolarisasi bahan dielektrik
Polarisasi bahan dielektrik
 
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
 
Makalah fistat (autosaved)
Makalah fistat (autosaved)Makalah fistat (autosaved)
Makalah fistat (autosaved)
 
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaPengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
 
Hamburan dalam perspektif klasik dan kuantum
Hamburan dalam perspektif klasik dan kuantumHamburan dalam perspektif klasik dan kuantum
Hamburan dalam perspektif klasik dan kuantum
 
Percobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturanPercobaan gerak lurus beraturan
Percobaan gerak lurus beraturan
 
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
Tugas ringkasan materi bab 8 fisika modern tentang molekul (adi & andi)
 
Microwave kel iv
Microwave kel ivMicrowave kel iv
Microwave kel iv
 
Modul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaModul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polya
 
Resume Hukum Faraday
Resume Hukum FaradayResume Hukum Faraday
Resume Hukum Faraday
 
sumur potensial persegi berhingga
sumur potensial persegi berhinggasumur potensial persegi berhingga
sumur potensial persegi berhingga
 

Semelhante a PTK FISIKA JIGSAW

Proposal ptk fisika hukum newton
Proposal ptk fisika hukum newtonProposal ptk fisika hukum newton
Proposal ptk fisika hukum newtonEKO SUPRIYADI
 
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonEko Supriyadi
 
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...yurika mariani
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasMuh Yusuf Manguluang
 
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Dhayu Dayu
 
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stadPengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stadAhmad Yanwar
 
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptxSssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptxStuckLegend
 
Group Investigation ppt
Group Investigation pptGroup Investigation ppt
Group Investigation pptMuhamad Yogi
 
Evan point proposal mini, mata kulia seminar
Evan  point proposal mini, mata kulia seminarEvan  point proposal mini, mata kulia seminar
Evan point proposal mini, mata kulia seminarEvan Labur
 
Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifStrategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifrokhim16
 
Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifStrategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifmyrifa25
 

Semelhante a PTK FISIKA JIGSAW (20)

Proposal ptk fisika hukum newton
Proposal ptk fisika hukum newtonProposal ptk fisika hukum newton
Proposal ptk fisika hukum newton
 
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
 
Bagian ii
Bagian ii Bagian ii
Bagian ii
 
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
 
Skripsi NHT (Power Point)
Skripsi NHT (Power Point)Skripsi NHT (Power Point)
Skripsi NHT (Power Point)
 
Laporan kti bahadiman
Laporan kti bahadimanLaporan kti bahadiman
Laporan kti bahadiman
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
Penerapan model pembelajaran group investigation untuk meningkatkan kemampuan...
 
3022 3012-1-pb
3022 3012-1-pb3022 3012-1-pb
3022 3012-1-pb
 
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stadPengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe stad
 
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptxSssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
SssStrategi pembelajaran kooperatif.pptx
 
Group Investigation ppt
Group Investigation pptGroup Investigation ppt
Group Investigation ppt
 
Evan point proposal mini, mata kulia seminar
Evan  point proposal mini, mata kulia seminarEvan  point proposal mini, mata kulia seminar
Evan point proposal mini, mata kulia seminar
 
Sogol tugas ptk
Sogol tugas ptkSogol tugas ptk
Sogol tugas ptk
 
Bab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadiBab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadi
 
Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifStrategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif
 
Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatifStrategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif
 
3. bab i
3. bab i3. bab i
3. bab i
 

Mais de Eko Supriyadi

Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa ArabKamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa ArabEko Supriyadi
 
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017 Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017 Eko Supriyadi
 
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori BloomKata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori BloomEko Supriyadi
 
Permendikbud nomor 16 tahun 2019 salinan
Permendikbud nomor 16 tahun 2019   salinanPermendikbud nomor 16 tahun 2019   salinan
Permendikbud nomor 16 tahun 2019 salinanEko Supriyadi
 
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka KreditnyaBuku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka KreditnyaEko Supriyadi
 
1. menguasai karakteristik peserta didik
1. menguasai karakteristik peserta didik1. menguasai karakteristik peserta didik
1. menguasai karakteristik peserta didikEko Supriyadi
 
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnya
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnyaJabatan fungsional guru dan angka kreditnya
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnyaEko Supriyadi
 
Ppt penyusunan soal hots
Ppt  penyusunan soal  hotsPpt  penyusunan soal  hots
Ppt penyusunan soal hotsEko Supriyadi
 
Pendidikan karakter P2KPTK2
Pendidikan karakter P2KPTK2Pendidikan karakter P2KPTK2
Pendidikan karakter P2KPTK2Eko Supriyadi
 
Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifikPendekatan saintifik
Pendekatan saintifikEko Supriyadi
 
Panduan penilaian sd desember 2016
Panduan penilaian sd desember 2016Panduan penilaian sd desember 2016
Panduan penilaian sd desember 2016Eko Supriyadi
 
Model model pembelajaran kurikulum 2013
Model model pembelajaran kurikulum 2013Model model pembelajaran kurikulum 2013
Model model pembelajaran kurikulum 2013Eko Supriyadi
 
Lk telaah rpp sd 2017
Lk telaah rpp sd 2017Lk telaah rpp sd 2017
Lk telaah rpp sd 2017Eko Supriyadi
 
Lk pengamatan praktik pembelajaran sd
Lk pengamatan praktik pembelajaran sdLk pengamatan praktik pembelajaran sd
Lk pengamatan praktik pembelajaran sdEko Supriyadi
 

Mais de Eko Supriyadi (20)

Metode pembelajaran
Metode pembelajaranMetode pembelajaran
Metode pembelajaran
 
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa ArabKamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
Kamus Bergambar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Bahasa Arab
 
Hots templates 2019
Hots templates  2019Hots templates  2019
Hots templates 2019
 
Buku penilaian hots
Buku penilaian hotsBuku penilaian hots
Buku penilaian hots
 
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017 Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
Modul Penyusunan Soal Hots Tahun 2017
 
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori BloomKata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
Kata Kerja Operasional KKO Edisi Revisi Teori Bloom
 
Permendikbud nomor 16 tahun 2019 salinan
Permendikbud nomor 16 tahun 2019   salinanPermendikbud nomor 16 tahun 2019   salinan
Permendikbud nomor 16 tahun 2019 salinan
 
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka KreditnyaBuku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
Buku 4 Pedoman PKB Dan Angka Kreditnya
 
1. menguasai karakteristik peserta didik
1. menguasai karakteristik peserta didik1. menguasai karakteristik peserta didik
1. menguasai karakteristik peserta didik
 
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnya
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnyaJabatan fungsional guru dan angka kreditnya
Jabatan fungsional guru dan angka kreditnya
 
Teori x y
Teori   x yTeori   x y
Teori x y
 
Ppt penyusunan soal hots
Ppt  penyusunan soal  hotsPpt  penyusunan soal  hots
Ppt penyusunan soal hots
 
Personality plus
Personality plusPersonality plus
Personality plus
 
Pendidikan karakter P2KPTK2
Pendidikan karakter P2KPTK2Pendidikan karakter P2KPTK2
Pendidikan karakter P2KPTK2
 
Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifikPendekatan saintifik
Pendekatan saintifik
 
Panduan penilaian sd desember 2016
Panduan penilaian sd desember 2016Panduan penilaian sd desember 2016
Panduan penilaian sd desember 2016
 
Model model pembelajaran kurikulum 2013
Model model pembelajaran kurikulum 2013Model model pembelajaran kurikulum 2013
Model model pembelajaran kurikulum 2013
 
Lk telaah rpp sd 2017
Lk telaah rpp sd 2017Lk telaah rpp sd 2017
Lk telaah rpp sd 2017
 
Lk pengamatan praktik pembelajaran sd
Lk pengamatan praktik pembelajaran sdLk pengamatan praktik pembelajaran sd
Lk pengamatan praktik pembelajaran sd
 
Literacy mh
Literacy mhLiteracy mh
Literacy mh
 

PTK FISIKA JIGSAW

  • 1. PROPOSAL PTK FISIKA UPAYA PENINGKATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJARFISIKA HUKUM NEWTON KELAS X SMAN 98 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011.2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran Fisika , saat ini masih mengalami banyak kendala. Baik ditinjau dari individual peserta didik yang notabene kurang berminat dalam belajar fisika, guru yang kurang professional maupun perangkat pembelajaran yang kurang memadai, yang kesemuanya itu menyebabkan turunnya hasil belajar fisika. Dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, maka guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip mengajar diantaranya menggunakan alat bantu mengajar atau alat peraga. Bahwa dalam prinsip mengajar yaitu sebagai guru, diharapkan mampu memperhatikan perbedaan individual siswa, menggunakan variasi metode mengajar; menggunakan alat bantu mengajar; melibatkan siswa secara aktif; menumbuhkan minat belajar siswa, dan menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif. Melihat dari kenyataan yang ada, maka mata pelajaran FISIKA seharusnya merupakan suatu pelajaran yang ditunggu-tunggu, disenangi, menantang dan bermakna bagi peserta didik ,Disisi lain sebenarnya mereka telah memiliki kemampuan dasar yang tinggi dan dengan kemajuan teknologi mereka mampu menyerap berbagai informasi yang ada, terutama sekali pemahaman konsep FISIKA , dikarenakan media pembelajaran yang cukup memadai seperti LCD Proyektor, Laboratorium , dimana mereka dapat dengan mudah mempraktekkan , dan menambah wawasan materi - materi yang diberikan oleh guru.
  • 2. 2 Namun,kenyataan dilapangan tidaklah demikian. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa yang telah dilaksanakan, selalu rendah. Berdasarkan data dari SMAN 98 Jakarta diperoleh gambaran bahwa , walaupun media pembelajaran cukup memadai, namun ternyata masih kurang meningkatkan hasil evaluasi FISIKA yang baik, terutama siswa kelas X yang masih dalam proses pemilihan jurusan, sehingga peran guru dalam menerapkan berbagai model pembelajaran sangat diharapkan dapat memberi angin segar bagi peningkatan kualitas dan kuantitas siswa untuk masuk jurusan IPA. Dari uraian di atas bahwa mata pelajaran FISIKA mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak dini,. Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran FISIKA adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran FISIKA dengan metode pembelajaran yang menarik, menantang, dan menyenangkan. Supaya pembelajaran FISIKA menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM), dapat dilakukan melalui berbagai macam cara. Salah satu caranya yaitu melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw. Namun seberapa jauh keefektifitasannya model pembelajaran tersebut dalam meningkatkan hasil belajar siswa, akan dilakukan penelitian yang salah satunya dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). B. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalahnya adalah : a. Bagaimana perkembangan hasil belajar FISIKA siswa kelas X dengan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum newton? b. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw? c. Bagaimana tanggapan siswa tentang model pembelajaran FISIKA dengan metode pembelajaran kooperartif tipe Jigsaw?
  • 3. 3 C. Batasan Masalah Batasan masalah penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum Newton untuk meningkatkan haisl belajar Fisika di kelas X semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMA Negeri 98 Jakarta. D. Pemecahkan Masalah Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, yaitu model pembelajaran kooperatif dengan tipe JIGSAW. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan hasil belajar siswa kelas X semester 1, tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta dalam pelajaran FISIKA meningkat. E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah : 1. Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran FISIKA 2. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, siswa mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari PTK antara lain : 1. Proses belajar mengajar FISikA tidak lagi bersifat konvensional. Strategi pembelajaran yang lebih tepat, bersifat variatif, sehingga membuat anak didik nyaman saat pembelajaran berlangsung. 2. Bagi siswa. Menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok. 3. Menanamkan keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan, dan saran meningkat. 4. Meningkatnya kualitas pembelajaran FISiKA.
  • 4. 4 5. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. KAJIAN TEORI A.1.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar enggan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuanya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajan kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. a) Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : (Lungdren, 1994). 1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.” 2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
  • 5. 5 4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok. 5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. 7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial dalam pembelajaran TIK. Pembelajaran kooperatif bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995). b) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap anggota memiki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap angota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan intersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan(Carin, 1993).
  • 6. 6 Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. a. Penghargaan kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. b. Pertanggungjawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. c) Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhioleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
  • 7. 7 Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu: a. Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yangberhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yangbekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaankooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. c. Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan- keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. d. Keterampilan Kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-
  • 8. 8 keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan. d) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Urutan langkah-langkah prilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif a. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends, 2001). Tapi disini yang akan diuraikan hanya mengenai pembelajaran tipe Jigsaw. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Untuk melihat dengan jelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,1997). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,1997). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
  • 9. 9 demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001). Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik. Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, disusun langkahlangkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun
  • 10. 10 rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995): a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi. b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut. c. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya. d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik. e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor terakhir. Arends (1997) memberikan petunjuk perhitungan skor kelompok sebagaimana terlihat Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: Tahap 1: Pembentukan kelompok asal (home group) Siswa dikelompokan ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah anggota masing-masing kelompok 4-6 orang. Penyusunan kelompok memperhatikan keheterogenan siswa (kecerdasan, keaktifan, dan gender). Setiap siswa diberikan permasalahan (soal) yang berbeda. Dalam kelompok asal ini, siswa menyimak bahan ajar, membaca soal dengan bimbingan guru. Tahap 2: Pembentukan kelompok ahli (expert group) Setiap siswa yang memiliki tugas berbeda meninggalkan kelompok asal untuk bergabung ke dalam ahli yang terdiri dari siswa yang memiliki soal yang sama. Di dalam kelompok ahli ini, siswa membahas dan menyelesaikan soal bersama. Tahap 3: Kembali ke kelompok asal
  • 11. 11 Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya masing-masing untuk menginformasikan hasil penyelesaian soal yang dibahas di kelompok ahli serta untuk mendengarkan penjelasan teman-temannya sesuai dengan kekhususan tugas masing-masing . Tahap 4: Evaluasi Siswa mengerjakan beberapa soal yang mewakili keseluruhan materi yang diajarkan. Tahap 5: Penghargaan kelompok Dalam hal ini, penghargaan kelompok diambil dari nilai-nilai anggota kelompok, kemudian siswa-siswi pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi mendapatkan penghargaan yang diumumkan di depan kelas. Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ialah: 1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw a. Siswa menjadi lebih aktif b. Setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda sehingga tidak mudah untuk mencari jawaban ke kelompok lain c. Tugas guru menjadi lebih ringan d. Diskusi menjadi lebih aktif e. Siswa yang nilainya tinggi diberikan penghargaan yang dapat memberikan semangat belajar siswa. 2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw; a. Siswa cenderung ribut, sebab peran guru sangat sedikit. b. Biasanya siswa merasa minder, sebab tak termasuk group ahli. c. Membutuhkan waktu yang lama d. Biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil temuannya kepada temannya.
  • 12. 12 Peran guru dalam pembelajaran ini ialah sebagai fasilitator, motivator, pembimbing dan evaluator, sebagai fasilitator dan motivator, guru menyediakan fasilitas/sumber belajar dan kondisi belajar yang dapat memotivasi, membantu, serta membimbing siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuannya. Guru hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan merangsang keingintahuan siswa serta membantu mereka dalam mengungkapkan gagasan-gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Selain itu guru mengevaluasi apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru membantu siswa dalam mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan yang diambilnya dengan mengembangkan pertanyaan kritis. Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan baik, pendekatan kepada murid mutlak diperlukan, sehingga kecanggungan untuk berinteraksi diganti oleh antusiasme terhadap belajar A.2. Hakekat Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ? Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. A.3. Hakekat Hasil Belajar Hasil belajar yang merupakan alat ukur keberhasilan proses belajar memiliki peraran yang sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Moh. User Usman dan Lilis Setiawaty : “ hasil belajar memiliki pengertian perubahan
  • 13. 13 tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu, serta individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”. Hasil belajar adalah “pengukuran secara keseluruhan kegiatan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Hasil belajar pada hakekatnya menuju pada prestasi belajar , yaitu untuk mengukur penguasaan materi penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang mempertimbangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditujukan dengan nilai A.4. Hakekat Fisika Mengapa kita belajar fisika ?,Ada dua alasan, pertama adalah fisika merupakan ilmu yang paling dasar ,dari ilmu pengethuan lainnya. Ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu memanfaatkan ide – ide dari fisika dan fisika juga merupakan dasar dari ilmu rekayasa dan teknologi. Fisika adalah ilmu eksperimental. Fisikawan mengamati fenomena alam dan berusaha menemukan pola dan prinsip yang menghubungkan fenomena – fenomena ini. Pola ini disebut teori fisika atau ketika mereka sudah benar – benar terbukti dan digunakan luas, disebut hokum atau prinsip fisika.Perkembangan teori fisika memerlukan kreatifitas dalam setiap tahap – tahapnya.Fisikawan harus bekrtja untuk mengajukan pertanyaan yang tepat, merancang untuk mencoba menjawab pertanyaan yang tepat, merancang percobaan untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan itu, dan menarik kesimpulan yang tepat dari hasilnya. Fisika bukanlah sekedar kumpulan fakta atau prinsip. Fisika adalah proses yang membawa kita padaprinsip – prinsip umum yang mendeskripsikan bagaimana perilaku dunia fisik.Bagian terpenting dari hubungan antara teori dan percobaan adalah mempelajari bagaimana cara mengaplikasikan prinsip – prinsip fisika pada berbagai persoalan praktis A.5. Hukum Newton
  • 14. 14 Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad dan dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut. Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami percepatan). 2. Hukum Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik terhadap M. atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda tersebut terhadap waktu. 3. Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang sama namun arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan F disebut sebagai aksi dan –F adalah reaksinya. Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam karyanya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, pertama kali diterbitkan pada 5 Juli 1687. Newton menggunakan karyanya untuk menjelaskan dan meniliti gerak dari bermacam-macam benda fisik maupun sistem. Contohnya dalam jilid tiga dari naskah tersebut, Newton menunjukkan bahwa dengan menggabungkan antara hukum gerak dengan hukum gravitasi umum, ia dapat menjelaskan hukum pergerakan planet milik Kepler.
  • 15. 15 Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel dalam evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena obyek yang dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh. Perubahan bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak diperhitungkan dalam analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai suatu titik atau partikel untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah bintang. Dalam bentuk aslinya, hukum gerak Newton tidaklah cukup untuk menghitung gerakan dari obyek yang bisa berubah bentuk (benda tidak padat). Leonard Euler pada tahun 1750 memperkenalkan generalisasi hukum gerak Newton untuk benda padat yang disebut hukum gerak Euler, yang dalam perkembangannya juga dapat digunakan untuk benda tidak padat. Jika setiap benda dapat direpresentasikan sebagai sekumpulan partikel-partikel yang berbeda, dan tiap-tiap partikel mengikuti hukum gerak Newton, maka hukum-hukum Euler dapat diturunkan dari hukum-hukum Newton. Hukum Euler dapat dianggap sebagai aksioma dalam menjelaskan gerakan dari benda yang memiliki dimensi B. HIPOTESIS TINDAKAN Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X di SMAN 98 Jakarta
  • 16. 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Seting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan di SMAN 98 Jakarta, yang beralamat di Jl. Jaha Kalisari Pasar Rebo Jakarta Timur untuk mata pelajaran Fisika. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, terdiri dari 19 siswa laki – laki 21 siswa perempuan. 2. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan selama satu bulan yakni pada bulan November 2011 . 3.Siklus Penelitian PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran kooperatif tipe Jigsaw B. Subyek Penelitian
  • 17. 17 Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas X yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 21 orang dan laki – laki 19 orang C. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas D. Prosedur Penelitian Siklus 1 Siklus pertama dalam PTK ini perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, sebagai berikut: 1. Perencanaan a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw. b. Membuat rencana pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw c. Membuat lembar kerja siswa d. Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK e. Menyusun alat evaluasi. 2. Pelaksanaan a. Membagi siswa dalam 10 kelompok dengan jumlah 4 siswa perkelompok. b. Menyajikan materi pembelajaran c. Diberi materi diskusi d. Dalam diskusi kelompok guru mengarahkan kelompok e. Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasikan 3. Pengamatan
  • 18. 18 Tim peneliti (guru dan kolabor) melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran koopretif Tipe Jigsaw. 4. Refleksi Tim peneliti melakukan refleksi atau perenungan terhadap pelaksanaan siklus pertama dan menyusun rencana untuk siklus kedua Siklus 2 Pada siklus kedua, peneliti mencoba melakukan observasi, untuk menerapkan hal yang sama. Peneliti mengarahkan siswa ahli untuk lebih menguasai konsep fisika dan menerangkan ke kelompoknya dengan cara yang lebih mudah. Guru kembali mengamati aktivitas siswa, untuk merencanakan langkah selanjutnya. Siklus 3 Siklus ketiga merupakan putaran ketiga dari pembelajaran koopertif Tipe Jigsaw dengan tahapan yang sama seperti pada pada siklus pertama dan kedua E. Rincian Pembiayaan No Jenis Penggunaan Jumlah ( Rp) Keterangan 1 ATK Rp. 500.000,- 2 Transportasi Rp. 145.000,- 5hari x 4minggu 3 Foto Copy Rp. 465.000,- 4 Pengumpulan data Rp. 200,000,- 5 Analisis data Rp. 100.000,- 6 Penyusunan draf awal Rp. 50.000,-
  • 19. 19 7 Perbaikan laporan Rp. 115.000,- 8 Penggandaan laporan Rp. 625.000,- F. Jadual Penelitian Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut ini : NO Rencana Kegiatan Waktu (Minggu Ke) 1 2 3 4 1 Persiapan Menyusun konsep pelaksanaan x Menyusun instrument x Menyusun LKS x Menyusun strategi penelitian x 2 Pelaksanaan Menyiapkan kelas dan alat x Melakukan tindakan Siklus I x Melakukan tindakan siklus II x
  • 20. 20 3 Penyusunan laporan Menyusun konsep laporan x mendiskusikan hasil penelitian x Perbaikan laporan x Penggandaan dan pengiriman hasil x DAFTAR PUSTAKA Arends, Richard I.1997. Classroom instructional and management. New York : McGraw-Hill Carin, A.1993. Teaching Modern Science. New York : Macmillan Publishing Company. Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Bandung : Erlangga. Hamalik, O. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Ibrahim, H. Muslimin, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press. Lie, Anita 2002. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative learning di ruang-ruang kelas. Jakarta : PT. Grasindo. Lundgren, Linda. 1994. Cooperative learning in the science classroom. Glencoe : MacMillan/McGraw-Hill. Mawani Sri, Rahmiati. (2011). Modul FISIKA. Jakarta: PLPG Rayon 137 Universitas Muhammadiyah Prof.DR.Hamka Muhammad, N. (1996). Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya: IKIP. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Permadi. Ruseeffendi, E.T. (1988). Pengajaran Modern untuk Orang tua Murid, Guru, dan SPG. Edisi Kelima. Bandung : Tarsito. Slavin, Robert E. 2000. Educational psychology : Theory and practice. Sixth Edition. Boston : Allyn and Bacon.
  • 21. 21 Thompson, M., McLaughlin,C.W.,& Smith,R.G. (1995). Merril Physical Science Teacher. Wraparound Edition, New York: Glencoe McGraw-Hill DAFTAR RIWAYAT HIDUP Ambar Lestari,dilahirkan di Jakarta, 28 Maret 1974 . Menamatkan pendidikannya di jenjang S1 IKIP Jakarta jurusan Pendidikan Fisika tahun 1998.Dikaruniai dua orang putri yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat ini tinggal bersama suami di Jalan Mahakam VII no. 136 Depok Timur.Aktifitas : selain menjadi ibu rumah tangga juga menjadi staff pengajar Fisika di SMA Negeri 98 Jakarta.