SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 8
Baixar para ler offline
1
ANALISIS FAKTOR
Zaenal Fanani, SE., Ak. M.SA
Analisis faktor adalah sebuah analisis yang mensyaratkan adanya
keterkaitan antar item/variabel/butir. Pada prinsipnya analisis faktor menyederhanakan
hubungan yang beragam dan komplek pada variabel yang diamati dengan menyatukan
faktor atau dimensi yang saling berhubungan atau mempunyai korelasi pada suatu
struktur data yang baru yang mempunyai set faktor lebih kecil. Data-data yang
dimasukkan umunya data metrik dan terdiri dari variabel-variabel dengan jumlah yang
besar.
Prinsip kerja analisis faktor adalah dari n variabel yang diamati, dimana
beberapa variabel mempunyai korelasi maka dapat dikatakan variabel tersebut memiliki
p faktor umum (common factor) yang mendasari korelasi antar variabel dan juga m
faktor unik (unique factor) yang membedakan tiap variabel. Model matematis dasar
analisis faktor yang digunakan seperti yang dikutip dari Maholtra (1993), yaitu sebagai
berikut :
Fif = bf1Xi1 + bf2Xi2 + … + bfvXiv
Dimana:
Fif = factor scores individu i dalam faktor f
bfv = koefisien faktor dalam variable v
Xiv = nilai individu I dalam variable v
Faktor-faktor khusus tersebut tidak saling berhubungan satu sama lain, juga tidak ada
korelasinya dengan faktor-faktor umum. Faktor-faktor umum itu sendiri dapat dinyatakan
sebagai kombinasi linear dari variabel yang dapat diamati dengan rumus:
Xiv = av1Fi1 + av2Fi2 + av3Fi3 + …. + eiv
Dimana:
i = indeks untuk individu i
v = indeks untuk variable v
Xiv = nilai individu i dalam variable v
Fif = factor scores individu i dalam faktor f
avf = factor loading variabel v dalam faktor f
eiv = sebuah variabel pengganggu yang memasukkan seluruh variasi di Xiv yang
tidak dapat dijelaskan oleh faktor-faktor
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis faktor adalah:
1. Deskripsi data
Pada tahap awal analisis faktor, semua data yang masuk dapat dideskripsikan dengan
bantuan program komputer SPSS ver 11. Deskripsi data dalam bentuk mean (rata-rata) dan
standart deviation (simpangan baku). Rata-rata adalah sebuah ukuran pemusatan (central),
sedangkan simpangan baku adalah sebuah ukuran penyebaran data. Pada bagian ini akan
dibahas contoh statistik deskriptif yang berasal dari kuisoner contoh, buka file Data,
(C:Pelatihan Spss/Analisis Faktor ) lakukan langkah-langkah berikut:
1. Double klik Data Data Faktor
2. Pilih menu analyze, pilih descriptives statistic pilih descriptive
3. Masukkan X1 sampai dengan x24 ke kotak variabel
4. Klik tombol option, pilih mean, max, min dan standard deviasi
5. klik continue lanjutkan dengan oke
2
2. Uji Interdependensi
Uji interdependensi variabel adalah pengujian apakah antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain memiliki keterkaitan atau tidak. Apabila terdapat
variabel tertentu yang hampir tidak mempunyai korelasi dengan variabel lain, dapat
dikeluarkan dari analisis. Pengujian dilakukan melalui pengamatan terhadap ukuran
kecukupan sampling, matrik korelasi, nilai determinan, nilai KMO, dan hasil uji
Bartlett.
2.1. Uji MSA (Measures of Sampling Adequacy)
Variabel yang memiliki ukuran kecukupan sampling (MSA) kecil (< 0,5)
dikeluarkan dari analisis. Marija J. Norusis (1990) memberikan rumus untuk ukuran
MSA sebagai berikut:
∑ ∑
∑
=
= =
=
+
1 1
22
1
2
MSAi
j j
ijij
j
ij
ar
r
Dimana:
r = koefisien korelasi
a = koefisien korelasi parsial
Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Pilih menu analyze | Data reduction | factor
2. Masukkan X1 sampai dengan x24 ke kotak variabel
3. Pada menu descriptive bagian correlation matrix pilih anti image
Klik oke
3
2.2. Matrik Korelasi
Sedangkan pada matrik korelasi, jika terdapat p buah / variabel akan
dijumpai koefisisen korelasi sejumlah:
276
2
)124(24
2
)1p(p
korelasikoifisien
=
−
=
−
=
Kemudian dapat diketahui variabel-variabel yang menimbulkan masalah
multikolinearitas dengan koifisien korelasi lebih tinggi dari 0,8, Bila multikolinearitas
terjadi pada suatu variabel tertentu, keduanya dapat dijadikan satu atau dipilih salah
satu untuk dianalisis lebih lanjut. Matrik korelasi dikatakan memiliki tingkat saling
terkait yang mencukupi bila nilai determinannya mendekati nol.
Langkah yang dilakukan adalah :
1. Pilih menu analyze | Data reduction | factor
2. Masukkan X1 sampai dengan x24 ke kotak variabel
3. Pada menu descriptive bagian correlation matrix pilih coefficients dan
significance level
4. Klik oke
4
1.3. Nilai Determinan
Nilai determinan matrik korelasi harus mendekati nol, sehingga matrik
korelasi dapat dikatakan memiliki tingkat saling keterkaitan yang mencukupi. Nilai
determinan matrik korelasi yang elemen-elemennya menyerupai matrik identitas
akan memiliki nilai determinan sebesar 1, artinya jika nilai determinan mendekati 1
berarti matrik korelasi menyerupai matrik identitas (antar variabel tidak saling
terkait). Matrik identitas memiliki elemen pada diagonal bernilai 1 sedangkan lainnya
0. Maka untuk mengatakan bahwa matrik korelasi memiliki interdependensi atau
tingkat saling terkait, matrik korelasi harus memiliki nilai determinan mendekati 0.
Langkah yang dilakukan adalah :
1. Pilih menu analyze | Data reduction | factor
2. Masukkan X1 sampai dengan x24 ke kotak variabel
3. Pada menu descriptive bagian correlation matrix pilih Determinant
4. Klik oke
2.4. Nilai Keiser-Meyer-Olkin (KMO)
Nilai KMO yang kecil menunjukkan bahwa analisis faktor bukan sebuah
pilihan yang tepat. Nilai KMO dianggap mencukupi jika lebih dari 0,5. Rumus KMO
yang diberikan oleh Marija J. Norusis (1986) adalah sebagai berikut:
∑∑∑∑
∑∑
=
≠≠
≠
+
1
2
1
2
1
2
KMO
j
ij
j
ij
j
ij
ar
r
Dimana:
r = koefisien korelasi
a = koefisien korelasi parsial
Jika jumlah kuadrat dari koefisien korelasi parsial antara semua variabel adalah kecil
ketika dibandingkan dengan jumlah kuadrat koefisien korelasi, nilai KMO mendekati
1. Nilai kecil dari KMO menunjukkan bahwa faktor analisis dari variabel-variabel
tidaklah baik, meskipun korelasi antara sepasang variabel tidak dapat dijelaskan oleh
5
variabel lain. Diharapkan bahwa keselurhan nilai KMO lebih besar dari 0.,8 tetapi
ukuran KMO di atas 0,6 masih bisa ditolelir.
Menurut Subhash Sharma (1996) yang dikutip oleh Risa Azhar dalam skripsinya,
tabel KMO ditunjukkan sebagai berikut :
Tabel 3.4.
Kaiser-Meyer-Olkin
Ukuran KMO Rekomendasi
90.0≥
80.0≥
70.0≥
60.0≥
50.0≥
Dibawah 0.50
Baik sekali
Baik
Sedang
Cukup
Kurang
Ditolak
Sumber : Risa Azhar, 1999, Skripsi, Dikutip dari : Subhash Sharma,
1996, Applied Multivariate Technique, First Edition, John Wiley and
Sons,Inc, Toronto, hal 10.
2.5. Uji Bartlett (Bartlett Test of Sphericity)
Bartltt`s test memiliki keakuratan (signifikansi) yang tinggi (p < 0,00000), memberi
implikasi bahwa matrik korelasi cocok untuk analisis faktor. Hasil uji Bartlett`s test
merupakan hasil uji atas hipotesis :
titasMatrikidenlasiMatrikkoreHo =≡
titasMatrikidenlasiMatrikkoreHi ≠≡
Penolakan terhadap Ho dilakukan dengan dua cara :
• Nilai Bartlett`s test > tabel chi-square
• Nilai signifikansi < taraf signifikansi 5%
Uji Bartlett dirumuskan oleh Marija J. Norusis (1986) sebagai berikut:
[ ]6
52
1R-ln +
−−= p
nTestBartletts
Dimana:
|R| = nilai determinan
N = jumlah data
p = jumlah item/butir/variabel
Langkah yang dilakukan adalah :
1. Pilih menu analyze | Data reduction | factor
2. Masukkan X1 sampai dengan x24 ke kotak variabel
3. Pada menu descriptive bagian correlation matrix pilih KMO and Bartlet’s test of
sphericity
4. Klik oke
6
raksi faktor
Tujuan ekstraksi faktor adalah memperol
3. Ekst
eh seperangkat faktor yang berasal
dari var
gga setiap
i.
2. dilakukan dengan merotasikan sumbu
tuk sudut dengan besar sudut
i antar setiap faktor masih
component analysis
dapat diperoleh hasil yang dapat
varian yang mampu dijelaskan oleh model.
n jumlah faktor yang dianalisis dan diinterpretasi selanjutnya akan
didasark
runan bila dilakukan pembatasan jumlah faktor
ang dianalisis. Nilai komunalitas harus lebih dari 0,5 setelah mengalami penurunan.
rpenuhi dapat dijadikan alasan untuk menghilangkan variabel dari
proses.
si yang baru tidak jauh berbeda dengan
iabel-variabel yang tersusun dalam pola korelasi. Untuk mengekstraksi faktor
dikenal dua metode rotasi (Dermawan Wibisono, 2000), yaitu :
1. Orthogonal factors : ekstraksi faktor dengan merotasikan sumbu faktor yang
kedudukannya saling tegak lurus satu dengan yang lain, sehin
faktor akan independen terhadap faktor lain. Orthogonal faktor digunakan
bila analisis bertujuan untuk mereduksi jumlah variabel tanpa
mempertimbangkan seberapa berartinya faktor yang diekstraks
Oblique factors : ekstraksi faktor
faktor yang kedudukannya saling memben
tertentu. Dengan rotasi ini, maka korelas
dipertimbangkan. Oblique factors digunakan untuk memperoleh jumlah
faktor yang secara teoritis cukup berarti.
Terdapat sejumlah metode untuk melakukan ekstraksi dalam analisis faktor.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah principal
(PC). Dengan metode ini diharapkan
memaksimumkan presentase
Hasil ekstraksi adalah faktor-faktor dengan jumlah variabel-variabel yang
diekstraksi. Pada tahap ini akan diketahui sejumlah faktor yang dapat diterima atau
layak mewakili seperangkat variabel dengan alternatif sebagai berikut:
- Faktor dengan eigen value > 1
- Faktor dengan persentase varian > 5%
- Faktor dengan persentase kumulatif 60%
Dalam penelitian ini, meskipun pada mulanya variabel-variabel yang dianalisis telah
dikelompokkan secara teroritis ke dalam sejumlah faktor tertentu, namun untuk
penentua
an pada hasil analisis dengan teknik PC pada tahap ini.
4. Faktor sebelum Rotasi
Pada tahap ini didapatkan matrik faktor, merupakan model awal yang
diperoleh sebelum dilakukan rotasi. Koefisien (factor loading) yang signifikan (>0,5)
pada setiap model faktor dapat dikatakan bisa mewakili faktor yang terbentuk.
Bila pada ekstraksi faktor dihasilkan statistik awal, maka pada tahap ini
dihasilkan statistik akhir yang memuat nilai komunalitas. Nilai komunalitas pada
statistik akhir dapat mengalami penu
y
Bila hal ini tidak te
Matrik korelasi baru akan dihasilkan setelah jumlah faktor yamg digunakan
dibatasi. Diharapkan perubahan matrik korela
7
matrik ko
isish
tersebut
rbeda
an yang tergolong sama. Jumlah relatif dari koefisien yang tergolong sama dijadikan
5. Rotasi faktor
leh dari matriks
gkan struktur data yang sederhana
t untuk dapat diinterpretasikan.
Rotasi faktor dilakukan dengan metode
erhasil untuk membentuk model faktor yang dapat diinterpretasikan. Hal ini karena
etode varimax bekerja dengan menyederhanakan kolom-kolom matriks faktor.
Sebuah variabel dikatakan tidak dapat diinterpretasikan atau tidak mewakili
tu faktorpun karena tidak memiliki factor loading >
relasi awal. Maka perlu dilakukan perhitungan atas perubahan yang terjadi,
yaitu dengan menghitung selisih nilai koefisisen korelasi dari matrik korelasi asal
dengan koefisien korelasi dari matrik korelasi baru. Jika nilai mutlak dari sel
melebihi nilai 0,05 dimasukkan dalam kategori bahwa koefisien korelasi
tersebut tidak sama (berbeda). Kemudian dihitung jumlah koefisien yang be
d
indikasi fit model (ketepatan model).
Rotasi faktor dilakukan karena model awal yang dipero
faktor sebelum dilakuakan rotasi, belum meneran
sehingga suli
varimax. Metode ini terbukti cukup
b
m
sa 0,5 pada satu faktorpun.
. Pilih menu analyze | Data reduction | factor
. Masukkan X1 sampai dengan x24 kecuali x32 (karena nggak lolos dari uji komunalitas) ke
kotak variabel
. Pada menu extraction pilih Principal Component klik continue
. Pada menu rotasi pilih varimax klik continue
. Klik oke
ien gamma
(factor loading) untuk setiap korelasi antara setiap variabel dengan faktornya.
menggambarkan variabel-variabel saling menyatu
(koheren) mewakili sebuah faktor tertentu. Jika semua koefisien gamma pada
faktor cukup tinggi, maka dapat ditafsirkan bahwa variabel-variabel yang
or tersebut koheren, artinya bersumber dari satu konsep yang sama.
Suatu faktor dikatak dimilikinya >
1
2
3
4
5
6. Uji Validitas dan Reliabilitas Model Faktor
Validitas model faktor dapat ditafsirkan berdasarkan koefis
Koefisien gamma seberapa kuat
sebuah
mendukung fakt
an valid jika seluruh factor loading yang 0,5.
Kelom kili sebuah faktor perlu diuji tingkat
ggunakan rumus yang dikemukakan oleh J.
Kim dan C Mueller (1995) seperti yang dikutip oleh Riza sebagai berikut:
pok variabel yang mewa
dicapai. Reliabilitas model fareliabilitas yang ktor menerangkan apakah analisis faktor
dapat dihandalkan atau dapat memberikan hasil model faktor yang tidak berbeda bila
dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama.
Perhitungan reliabilitas model faktor men
8
2
2
h1)(k1
kh
α
−+
=
dimana :
α = Alpha Crombach (koifisienan Reliabilitas)
k = Jumlah variabel
hP
2
P = rata-rata komunalitas
Jika koefisien reliabilitas (α) lebih besar dari koefisien pembanding, maka dapat dikatakan
kelompok variabel yang mendukung sebuah faktor relatif konsisten bila pengukuran akan
diulang dua kali atau lebih.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Statistika: StPeluang n var random
Statistika: StPeluang n var randomStatistika: StPeluang n var random
Statistika: StPeluang n var random
Andrew Hutabarat
 

Mais procurados (20)

Makalah model regresi dengan variabel terikat dummy
Makalah model regresi dengan variabel terikat dummyMakalah model regresi dengan variabel terikat dummy
Makalah model regresi dengan variabel terikat dummy
 
Analisis Komponen Utama (1)
Analisis Komponen Utama (1)Analisis Komponen Utama (1)
Analisis Komponen Utama (1)
 
Korelasi parsial dan ganda
Korelasi parsial dan gandaKorelasi parsial dan ganda
Korelasi parsial dan ganda
 
Meanmedianmodus
MeanmedianmodusMeanmedianmodus
Meanmedianmodus
 
APG Pertemuan 5 : Inferences about a Mean Vector and Comparison of Several Mu...
APG Pertemuan 5 : Inferences about a Mean Vector and Comparison of Several Mu...APG Pertemuan 5 : Inferences about a Mean Vector and Comparison of Several Mu...
APG Pertemuan 5 : Inferences about a Mean Vector and Comparison of Several Mu...
 
Statistika: StPeluang n var random
Statistika: StPeluang n var randomStatistika: StPeluang n var random
Statistika: StPeluang n var random
 
4. pengukuran tendensi sentral
4. pengukuran tendensi sentral4. pengukuran tendensi sentral
4. pengukuran tendensi sentral
 
Regresi Non Linear
Regresi Non LinearRegresi Non Linear
Regresi Non Linear
 
APG Pertemuan 3 : SAMPLE GEOMETRI AND RANDOM SAMPLING (2)
APG Pertemuan 3 : SAMPLE GEOMETRI  AND RANDOM SAMPLING (2)APG Pertemuan 3 : SAMPLE GEOMETRI  AND RANDOM SAMPLING (2)
APG Pertemuan 3 : SAMPLE GEOMETRI AND RANDOM SAMPLING (2)
 
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal DistributionAPG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution
 
T2 Hottelling
T2 HottellingT2 Hottelling
T2 Hottelling
 
Makalah STATISTIK MAEMATIKA II VARIABEL RANDOM
Makalah STATISTIK MAEMATIKA II VARIABEL RANDOMMakalah STATISTIK MAEMATIKA II VARIABEL RANDOM
Makalah STATISTIK MAEMATIKA II VARIABEL RANDOM
 
Analisis Komponen Utama (2)
Analisis Komponen Utama (2)Analisis Komponen Utama (2)
Analisis Komponen Utama (2)
 
Uji chi square baru
Uji chi square baruUji chi square baru
Uji chi square baru
 
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Faktor Rata-rata
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Faktor Rata-rataAPG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Faktor Rata-rata
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Faktor Rata-rata
 
Laporan Praktikum TI Semester 1: SPSS Crosstab
Laporan Praktikum TI Semester 1: SPSS CrosstabLaporan Praktikum TI Semester 1: SPSS Crosstab
Laporan Praktikum TI Semester 1: SPSS Crosstab
 
PENDUGAAN PARAMETER
PENDUGAAN PARAMETERPENDUGAAN PARAMETER
PENDUGAAN PARAMETER
 
Bab iv faktor perancu (part 2)
Bab iv faktor perancu (part 2)Bab iv faktor perancu (part 2)
Bab iv faktor perancu (part 2)
 
Analisis Korelasi Kanonik (1)
Analisis Korelasi Kanonik (1)Analisis Korelasi Kanonik (1)
Analisis Korelasi Kanonik (1)
 
KORELASI.pptx
KORELASI.pptxKORELASI.pptx
KORELASI.pptx
 

Destaque (10)

12 165-1-pb
12 165-1-pb12 165-1-pb
12 165-1-pb
 
efektivitas penyuluhan pembuatan pupuk organik padat dalam mendukung pertania...
efektivitas penyuluhan pembuatan pupuk organik padat dalam mendukung pertania...efektivitas penyuluhan pembuatan pupuk organik padat dalam mendukung pertania...
efektivitas penyuluhan pembuatan pupuk organik padat dalam mendukung pertania...
 
9. supardi 248 262
9. supardi 248 2629. supardi 248 262
9. supardi 248 262
 
Korelasi dan regresi
Korelasi dan regresiKorelasi dan regresi
Korelasi dan regresi
 
Sufriadi 2007 JURNAL INTERNASIONAL
Sufriadi 2007 JURNAL INTERNASIONALSufriadi 2007 JURNAL INTERNASIONAL
Sufriadi 2007 JURNAL INTERNASIONAL
 
185129911 jurnal-analisis-pengaruh-gaya-kepemimpinan-dan-kepuasan-kerja-terha...
185129911 jurnal-analisis-pengaruh-gaya-kepemimpinan-dan-kepuasan-kerja-terha...185129911 jurnal-analisis-pengaruh-gaya-kepemimpinan-dan-kepuasan-kerja-terha...
185129911 jurnal-analisis-pengaruh-gaya-kepemimpinan-dan-kepuasan-kerja-terha...
 
Jurnal prediksi penerimaan siswa baru pada madrasah aliyah as syafi'iyah 02 m...
Jurnal prediksi penerimaan siswa baru pada madrasah aliyah as syafi'iyah 02 m...Jurnal prediksi penerimaan siswa baru pada madrasah aliyah as syafi'iyah 02 m...
Jurnal prediksi penerimaan siswa baru pada madrasah aliyah as syafi'iyah 02 m...
 
kritik jurnal
kritik jurnalkritik jurnal
kritik jurnal
 
Studi kelayakan
Studi kelayakanStudi kelayakan
Studi kelayakan
 
ANALISIS KORELASI DAN REGRESI LINEAR SEDERHANA
ANALISIS KORELASI DAN REGRESI LINEAR SEDERHANAANALISIS KORELASI DAN REGRESI LINEAR SEDERHANA
ANALISIS KORELASI DAN REGRESI LINEAR SEDERHANA
 

Semelhante a analisis-faktor

Analisis regresi
Analisis regresiAnalisis regresi
Analisis regresi
Githa Niez
 
Penelitian korelasi tugas
Penelitian korelasi tugasPenelitian korelasi tugas
Penelitian korelasi tugas
andrialwit
 
Analisis Faktor.Ppt 2
Analisis Faktor.Ppt 2Analisis Faktor.Ppt 2
Analisis Faktor.Ppt 2
guest2096915
 
Analisis Faktor.Ppt 2
Analisis Faktor.Ppt 2Analisis Faktor.Ppt 2
Analisis Faktor.Ppt 2
guest2096915
 
Analisis Faktor.Ppt 2
Analisis Faktor.Ppt 2Analisis Faktor.Ppt 2
Analisis Faktor.Ppt 2
guestfda73f8
 
PPT KELOMPOK 2 STATISTIK UJI HUBUNGAN ANTAR VARIABEL.pptx
PPT KELOMPOK 2 STATISTIK UJI HUBUNGAN ANTAR VARIABEL.pptxPPT KELOMPOK 2 STATISTIK UJI HUBUNGAN ANTAR VARIABEL.pptx
PPT KELOMPOK 2 STATISTIK UJI HUBUNGAN ANTAR VARIABEL.pptx
YulianaMargaretta
 

Semelhante a analisis-faktor (20)

06 analisis faktor
06 analisis faktor06 analisis faktor
06 analisis faktor
 
Aplikasi spss pada statistik multivariat
Aplikasi spss pada statistik multivariatAplikasi spss pada statistik multivariat
Aplikasi spss pada statistik multivariat
 
ANALISIS FAKTOR
ANALISIS FAKTORANALISIS FAKTOR
ANALISIS FAKTOR
 
Analisis regresi
Analisis regresiAnalisis regresi
Analisis regresi
 
Analisis regresi
Analisis regresiAnalisis regresi
Analisis regresi
 
Penelitian korelasi tugas
Penelitian korelasi tugasPenelitian korelasi tugas
Penelitian korelasi tugas
 
Metode Analisis faktor
Metode Analisis faktorMetode Analisis faktor
Metode Analisis faktor
 
Analisis Faktor.Ppt 2
Analisis Faktor.Ppt 2Analisis Faktor.Ppt 2
Analisis Faktor.Ppt 2
 
Analisis Faktor.Ppt 2
Analisis Faktor.Ppt 2Analisis Faktor.Ppt 2
Analisis Faktor.Ppt 2
 
Analisis Faktor.Ppt 2
Analisis Faktor.Ppt 2Analisis Faktor.Ppt 2
Analisis Faktor.Ppt 2
 
Statistika
StatistikaStatistika
Statistika
 
104587 (1)
104587 (1)104587 (1)
104587 (1)
 
Pertemuan 2 metpen kualitatif
Pertemuan 2 metpen kualitatifPertemuan 2 metpen kualitatif
Pertemuan 2 metpen kualitatif
 
PPT KELOMPOK 2 STATISTIK UJI HUBUNGAN ANTAR VARIABEL.pptx
PPT KELOMPOK 2 STATISTIK UJI HUBUNGAN ANTAR VARIABEL.pptxPPT KELOMPOK 2 STATISTIK UJI HUBUNGAN ANTAR VARIABEL.pptx
PPT KELOMPOK 2 STATISTIK UJI HUBUNGAN ANTAR VARIABEL.pptx
 
regresi-linier-berganda.pdf
regresi-linier-berganda.pdfregresi-linier-berganda.pdf
regresi-linier-berganda.pdf
 
analisis manova.ppt
analisis manova.pptanalisis manova.ppt
analisis manova.ppt
 
2
22
2
 
Uji chi square
Uji chi squareUji chi square
Uji chi square
 
Regresi
RegresiRegresi
Regresi
 
Materi Sesi 8.pptx
Materi Sesi 8.pptxMateri Sesi 8.pptx
Materi Sesi 8.pptx
 

analisis-faktor

  • 1. 1 ANALISIS FAKTOR Zaenal Fanani, SE., Ak. M.SA Analisis faktor adalah sebuah analisis yang mensyaratkan adanya keterkaitan antar item/variabel/butir. Pada prinsipnya analisis faktor menyederhanakan hubungan yang beragam dan komplek pada variabel yang diamati dengan menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan atau mempunyai korelasi pada suatu struktur data yang baru yang mempunyai set faktor lebih kecil. Data-data yang dimasukkan umunya data metrik dan terdiri dari variabel-variabel dengan jumlah yang besar. Prinsip kerja analisis faktor adalah dari n variabel yang diamati, dimana beberapa variabel mempunyai korelasi maka dapat dikatakan variabel tersebut memiliki p faktor umum (common factor) yang mendasari korelasi antar variabel dan juga m faktor unik (unique factor) yang membedakan tiap variabel. Model matematis dasar analisis faktor yang digunakan seperti yang dikutip dari Maholtra (1993), yaitu sebagai berikut : Fif = bf1Xi1 + bf2Xi2 + … + bfvXiv Dimana: Fif = factor scores individu i dalam faktor f bfv = koefisien faktor dalam variable v Xiv = nilai individu I dalam variable v Faktor-faktor khusus tersebut tidak saling berhubungan satu sama lain, juga tidak ada korelasinya dengan faktor-faktor umum. Faktor-faktor umum itu sendiri dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel yang dapat diamati dengan rumus: Xiv = av1Fi1 + av2Fi2 + av3Fi3 + …. + eiv Dimana: i = indeks untuk individu i v = indeks untuk variable v Xiv = nilai individu i dalam variable v Fif = factor scores individu i dalam faktor f avf = factor loading variabel v dalam faktor f eiv = sebuah variabel pengganggu yang memasukkan seluruh variasi di Xiv yang tidak dapat dijelaskan oleh faktor-faktor Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis faktor adalah: 1. Deskripsi data Pada tahap awal analisis faktor, semua data yang masuk dapat dideskripsikan dengan bantuan program komputer SPSS ver 11. Deskripsi data dalam bentuk mean (rata-rata) dan standart deviation (simpangan baku). Rata-rata adalah sebuah ukuran pemusatan (central), sedangkan simpangan baku adalah sebuah ukuran penyebaran data. Pada bagian ini akan dibahas contoh statistik deskriptif yang berasal dari kuisoner contoh, buka file Data, (C:Pelatihan Spss/Analisis Faktor ) lakukan langkah-langkah berikut: 1. Double klik Data Data Faktor 2. Pilih menu analyze, pilih descriptives statistic pilih descriptive 3. Masukkan X1 sampai dengan x24 ke kotak variabel 4. Klik tombol option, pilih mean, max, min dan standard deviasi 5. klik continue lanjutkan dengan oke
  • 2. 2 2. Uji Interdependensi Uji interdependensi variabel adalah pengujian apakah antara variabel yang satu dengan variabel yang lain memiliki keterkaitan atau tidak. Apabila terdapat variabel tertentu yang hampir tidak mempunyai korelasi dengan variabel lain, dapat dikeluarkan dari analisis. Pengujian dilakukan melalui pengamatan terhadap ukuran kecukupan sampling, matrik korelasi, nilai determinan, nilai KMO, dan hasil uji Bartlett. 2.1. Uji MSA (Measures of Sampling Adequacy) Variabel yang memiliki ukuran kecukupan sampling (MSA) kecil (< 0,5) dikeluarkan dari analisis. Marija J. Norusis (1990) memberikan rumus untuk ukuran MSA sebagai berikut: ∑ ∑ ∑ = = = = + 1 1 22 1 2 MSAi j j ijij j ij ar r Dimana: r = koefisien korelasi a = koefisien korelasi parsial Langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1. Pilih menu analyze | Data reduction | factor 2. Masukkan X1 sampai dengan x24 ke kotak variabel 3. Pada menu descriptive bagian correlation matrix pilih anti image Klik oke
  • 3. 3 2.2. Matrik Korelasi Sedangkan pada matrik korelasi, jika terdapat p buah / variabel akan dijumpai koefisisen korelasi sejumlah: 276 2 )124(24 2 )1p(p korelasikoifisien = − = − = Kemudian dapat diketahui variabel-variabel yang menimbulkan masalah multikolinearitas dengan koifisien korelasi lebih tinggi dari 0,8, Bila multikolinearitas terjadi pada suatu variabel tertentu, keduanya dapat dijadikan satu atau dipilih salah satu untuk dianalisis lebih lanjut. Matrik korelasi dikatakan memiliki tingkat saling terkait yang mencukupi bila nilai determinannya mendekati nol. Langkah yang dilakukan adalah : 1. Pilih menu analyze | Data reduction | factor 2. Masukkan X1 sampai dengan x24 ke kotak variabel 3. Pada menu descriptive bagian correlation matrix pilih coefficients dan significance level 4. Klik oke
  • 4. 4 1.3. Nilai Determinan Nilai determinan matrik korelasi harus mendekati nol, sehingga matrik korelasi dapat dikatakan memiliki tingkat saling keterkaitan yang mencukupi. Nilai determinan matrik korelasi yang elemen-elemennya menyerupai matrik identitas akan memiliki nilai determinan sebesar 1, artinya jika nilai determinan mendekati 1 berarti matrik korelasi menyerupai matrik identitas (antar variabel tidak saling terkait). Matrik identitas memiliki elemen pada diagonal bernilai 1 sedangkan lainnya 0. Maka untuk mengatakan bahwa matrik korelasi memiliki interdependensi atau tingkat saling terkait, matrik korelasi harus memiliki nilai determinan mendekati 0. Langkah yang dilakukan adalah : 1. Pilih menu analyze | Data reduction | factor 2. Masukkan X1 sampai dengan x24 ke kotak variabel 3. Pada menu descriptive bagian correlation matrix pilih Determinant 4. Klik oke 2.4. Nilai Keiser-Meyer-Olkin (KMO) Nilai KMO yang kecil menunjukkan bahwa analisis faktor bukan sebuah pilihan yang tepat. Nilai KMO dianggap mencukupi jika lebih dari 0,5. Rumus KMO yang diberikan oleh Marija J. Norusis (1986) adalah sebagai berikut: ∑∑∑∑ ∑∑ = ≠≠ ≠ + 1 2 1 2 1 2 KMO j ij j ij j ij ar r Dimana: r = koefisien korelasi a = koefisien korelasi parsial Jika jumlah kuadrat dari koefisien korelasi parsial antara semua variabel adalah kecil ketika dibandingkan dengan jumlah kuadrat koefisien korelasi, nilai KMO mendekati 1. Nilai kecil dari KMO menunjukkan bahwa faktor analisis dari variabel-variabel tidaklah baik, meskipun korelasi antara sepasang variabel tidak dapat dijelaskan oleh
  • 5. 5 variabel lain. Diharapkan bahwa keselurhan nilai KMO lebih besar dari 0.,8 tetapi ukuran KMO di atas 0,6 masih bisa ditolelir. Menurut Subhash Sharma (1996) yang dikutip oleh Risa Azhar dalam skripsinya, tabel KMO ditunjukkan sebagai berikut : Tabel 3.4. Kaiser-Meyer-Olkin Ukuran KMO Rekomendasi 90.0≥ 80.0≥ 70.0≥ 60.0≥ 50.0≥ Dibawah 0.50 Baik sekali Baik Sedang Cukup Kurang Ditolak Sumber : Risa Azhar, 1999, Skripsi, Dikutip dari : Subhash Sharma, 1996, Applied Multivariate Technique, First Edition, John Wiley and Sons,Inc, Toronto, hal 10. 2.5. Uji Bartlett (Bartlett Test of Sphericity) Bartltt`s test memiliki keakuratan (signifikansi) yang tinggi (p < 0,00000), memberi implikasi bahwa matrik korelasi cocok untuk analisis faktor. Hasil uji Bartlett`s test merupakan hasil uji atas hipotesis : titasMatrikidenlasiMatrikkoreHo =≡ titasMatrikidenlasiMatrikkoreHi ≠≡ Penolakan terhadap Ho dilakukan dengan dua cara : • Nilai Bartlett`s test > tabel chi-square • Nilai signifikansi < taraf signifikansi 5% Uji Bartlett dirumuskan oleh Marija J. Norusis (1986) sebagai berikut: [ ]6 52 1R-ln + −−= p nTestBartletts Dimana: |R| = nilai determinan N = jumlah data p = jumlah item/butir/variabel Langkah yang dilakukan adalah : 1. Pilih menu analyze | Data reduction | factor 2. Masukkan X1 sampai dengan x24 ke kotak variabel 3. Pada menu descriptive bagian correlation matrix pilih KMO and Bartlet’s test of sphericity 4. Klik oke
  • 6. 6 raksi faktor Tujuan ekstraksi faktor adalah memperol 3. Ekst eh seperangkat faktor yang berasal dari var gga setiap i. 2. dilakukan dengan merotasikan sumbu tuk sudut dengan besar sudut i antar setiap faktor masih component analysis dapat diperoleh hasil yang dapat varian yang mampu dijelaskan oleh model. n jumlah faktor yang dianalisis dan diinterpretasi selanjutnya akan didasark runan bila dilakukan pembatasan jumlah faktor ang dianalisis. Nilai komunalitas harus lebih dari 0,5 setelah mengalami penurunan. rpenuhi dapat dijadikan alasan untuk menghilangkan variabel dari proses. si yang baru tidak jauh berbeda dengan iabel-variabel yang tersusun dalam pola korelasi. Untuk mengekstraksi faktor dikenal dua metode rotasi (Dermawan Wibisono, 2000), yaitu : 1. Orthogonal factors : ekstraksi faktor dengan merotasikan sumbu faktor yang kedudukannya saling tegak lurus satu dengan yang lain, sehin faktor akan independen terhadap faktor lain. Orthogonal faktor digunakan bila analisis bertujuan untuk mereduksi jumlah variabel tanpa mempertimbangkan seberapa berartinya faktor yang diekstraks Oblique factors : ekstraksi faktor faktor yang kedudukannya saling memben tertentu. Dengan rotasi ini, maka korelas dipertimbangkan. Oblique factors digunakan untuk memperoleh jumlah faktor yang secara teoritis cukup berarti. Terdapat sejumlah metode untuk melakukan ekstraksi dalam analisis faktor. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah principal (PC). Dengan metode ini diharapkan memaksimumkan presentase Hasil ekstraksi adalah faktor-faktor dengan jumlah variabel-variabel yang diekstraksi. Pada tahap ini akan diketahui sejumlah faktor yang dapat diterima atau layak mewakili seperangkat variabel dengan alternatif sebagai berikut: - Faktor dengan eigen value > 1 - Faktor dengan persentase varian > 5% - Faktor dengan persentase kumulatif 60% Dalam penelitian ini, meskipun pada mulanya variabel-variabel yang dianalisis telah dikelompokkan secara teroritis ke dalam sejumlah faktor tertentu, namun untuk penentua an pada hasil analisis dengan teknik PC pada tahap ini. 4. Faktor sebelum Rotasi Pada tahap ini didapatkan matrik faktor, merupakan model awal yang diperoleh sebelum dilakukan rotasi. Koefisien (factor loading) yang signifikan (>0,5) pada setiap model faktor dapat dikatakan bisa mewakili faktor yang terbentuk. Bila pada ekstraksi faktor dihasilkan statistik awal, maka pada tahap ini dihasilkan statistik akhir yang memuat nilai komunalitas. Nilai komunalitas pada statistik akhir dapat mengalami penu y Bila hal ini tidak te Matrik korelasi baru akan dihasilkan setelah jumlah faktor yamg digunakan dibatasi. Diharapkan perubahan matrik korela
  • 7. 7 matrik ko isish tersebut rbeda an yang tergolong sama. Jumlah relatif dari koefisien yang tergolong sama dijadikan 5. Rotasi faktor leh dari matriks gkan struktur data yang sederhana t untuk dapat diinterpretasikan. Rotasi faktor dilakukan dengan metode erhasil untuk membentuk model faktor yang dapat diinterpretasikan. Hal ini karena etode varimax bekerja dengan menyederhanakan kolom-kolom matriks faktor. Sebuah variabel dikatakan tidak dapat diinterpretasikan atau tidak mewakili tu faktorpun karena tidak memiliki factor loading > relasi awal. Maka perlu dilakukan perhitungan atas perubahan yang terjadi, yaitu dengan menghitung selisih nilai koefisisen korelasi dari matrik korelasi asal dengan koefisien korelasi dari matrik korelasi baru. Jika nilai mutlak dari sel melebihi nilai 0,05 dimasukkan dalam kategori bahwa koefisien korelasi tersebut tidak sama (berbeda). Kemudian dihitung jumlah koefisien yang be d indikasi fit model (ketepatan model). Rotasi faktor dilakukan karena model awal yang dipero faktor sebelum dilakuakan rotasi, belum meneran sehingga suli varimax. Metode ini terbukti cukup b m sa 0,5 pada satu faktorpun. . Pilih menu analyze | Data reduction | factor . Masukkan X1 sampai dengan x24 kecuali x32 (karena nggak lolos dari uji komunalitas) ke kotak variabel . Pada menu extraction pilih Principal Component klik continue . Pada menu rotasi pilih varimax klik continue . Klik oke ien gamma (factor loading) untuk setiap korelasi antara setiap variabel dengan faktornya. menggambarkan variabel-variabel saling menyatu (koheren) mewakili sebuah faktor tertentu. Jika semua koefisien gamma pada faktor cukup tinggi, maka dapat ditafsirkan bahwa variabel-variabel yang or tersebut koheren, artinya bersumber dari satu konsep yang sama. Suatu faktor dikatak dimilikinya > 1 2 3 4 5 6. Uji Validitas dan Reliabilitas Model Faktor Validitas model faktor dapat ditafsirkan berdasarkan koefis Koefisien gamma seberapa kuat sebuah mendukung fakt an valid jika seluruh factor loading yang 0,5. Kelom kili sebuah faktor perlu diuji tingkat ggunakan rumus yang dikemukakan oleh J. Kim dan C Mueller (1995) seperti yang dikutip oleh Riza sebagai berikut: pok variabel yang mewa dicapai. Reliabilitas model fareliabilitas yang ktor menerangkan apakah analisis faktor dapat dihandalkan atau dapat memberikan hasil model faktor yang tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama. Perhitungan reliabilitas model faktor men
  • 8. 8 2 2 h1)(k1 kh α −+ = dimana : α = Alpha Crombach (koifisienan Reliabilitas) k = Jumlah variabel hP 2 P = rata-rata komunalitas Jika koefisien reliabilitas (α) lebih besar dari koefisien pembanding, maka dapat dikatakan kelompok variabel yang mendukung sebuah faktor relatif konsisten bila pengukuran akan diulang dua kali atau lebih.