Pembuatan donat dari akar marasi (curculigo latifolia) untuk penyakit diabetes
1. PEKAN KREATIVITAS MAHASISWA BERBASIS
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
PEMBUATAN DONAT DARI AKAR MARASI
(Curculigo Latifolia) UNTUK PENYAKIT DIABETES
Disusun Oleh :
1. Lisda Damayanti Tubere (1918378/2019)
2. Dicky Eka Permana (1918327/2019)
3. Fatur Kurniawan (1918344/2019)
4. Sindi Sitasari (1918486/2019)
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK AKA BOGOR
2020
2. i
LEMBAR PENGESAHAN
Kegiatan Pelaksanaan Lomba Pekan Kreativitas Mahasiswa Tingkat Nasional di
Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Surakarta dengan Judul :
“ Pembuatan Donat dari Akar Marasi (Curculigo Latifolia) untuk Penyakit
Diabetes ”.
Bogor, 14 Agustus 2020
Hormat Kami,
Koordinator Kampus FLMPI
Politeknik AKA Bogor
(Risqi Choirul Akmal)
KPF. 01- 18033
Ketua Kelompok
(Lisda Damayanti T.)
NIM. 1918378
Mengetahui,
Direktur
“Politeknik AKA Bogor”
(Henny Rochaeni, M.Pd)
NIP. 1961406041990032003
Pembantu Direktur 3
“Politeknik AKA Bogor”
(Tri Sutanti Budikania, M.T)
NIP. 196809231990032001
3. ii
KATA PENGATARAN
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah
memberikan karunia dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun karya
ilmiah yang berjudul “ Pembuatan Donat dari Akar Marasi (Curculigo Latifolia)
untuk Penyakit Diabetes” dengan lancar.
Adapun maksud penyusunan karya tulis ini untuk mengikuti ajang perlombaan
yang di adakan oleh FLMPI Nasional dibawah naungan Kementrian Perindustrian
yaitu Pekan Kreativitas Mahasiswa Berbasis Teknologi Tepat Guna Kementrian
Perindustrian dan untuk mengembangkan kemampuan dalam bidang penelitian,
kreativitas, dan pengembangan diri mahasiwa, serta semua pihak yang telah
mendukung dan mendoakan dalam penyusunan karya ilmiah ini yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu, sehingga penyusunan karya ilmiah ini dapat berjalan
dengan lancar.
Harapan kami untuk para pembaca supaya dapat menambah pengetahuan,
wawasan, dan inovasi tentang pentingnya upaya penelitian terhadap tumbuhan
berbuah yang berkhasiat yang tumbuh di tanah Indonesia.
Penulis
Bogor, 14 Agustus 2020
4. iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
KATA PENGATARAN.......................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................v
DAFTAR TABEL ..............................................................................................vi
BAB I..................................................................................................................7
PENDAHULUAN ...............................................................................................7
1.1 Latar Belakang.......................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................8
1.3 Batasan Masalah....................................................................................8
1.4 Tujuan ...................................................................................................8
1.5 Manfaat .................................................................................................8
BAB II.................................................................................................................9
LANDASAN .......................................................................................................9
2.1 Tanaman Marasi ....................................................................................9
2.1.1 Kandungan Akar Tanaman Marasi .......................................................9
2.1.1.1 Antioksidan..................................................................................... 10
2.1.1.2 Fenolik (TPC) .................................................................................11
2.1.1.3 Flavanoid (TFC)..............................................................................12
2.2 Teori Spektrofotometri .............................................................................13
2.3 Pengaplikasian akar tanaman marasi......................................................... 13
2.4 Pemasaran produk olahan akar tanaman marasi ........................................14
BAB III..............................................................................................................15
METODE ..........................................................................................................15
3.1 Metodologi.............................................................................................. 15
3.1.1 Alat dan Bahan................................................................................... 15
3.2 Prosedur ...................................................................................................15
3.3 Estimasi Dana...................................................................................... 15
5. iv
3.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan........................................................... 16
3.5 Variabel............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17
7. vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pembuatan Donat………………………………………………………15
Tabel 2. Rincian Penjualan Donat………………………………………………16
8. 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia salah satu negara yang memiliki banyak tumbuhan berkhasiat
yang dapat dijadikan obat dari berbagai penyakit. Menurut survei sosial
ekonomi nasional tahun 2001 sebanyak 57,7% penduduk Indonesia
melakukan pengobatan sendiri tanpa bantuan medis, 31,2% diantaranya
menggunakan tanaman obat tradisional dan 9,8% memilih cara pengobatan
tradisional lainnya. Cara pembuatannya tidak membutuhkan biaya yang
mahal, dapat dilakukan secara mandiri tanpa memerlukan alat modern. Namun
dengan adanya modernisasi budaya dapat menyebabkan hilangnya
pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat (Bodeker, 2000).
Salah satu tumbuhan yang telah digunakan sebagai obat tradisional adalah
tanaman marasi. Tanaman marasi (Curculigo latifolia) adalah tanaman yang
memiliki banyak manfaatnya dari buah, bunga, daun, batang, dan akarnya.
Tanaman ini termasuk ke dalam family Hypoxidaceae. Tapi untuk kali ini
peneliti akan memanfaatkan dari akarnya karena akarnya ini memiliki
kandungan antioksidan, fenolik, menurunkan kadar glukosa dan sebagainya.
Tanaman marasi ini kadang ditemui di pinggir jalan dan jarang kelihatan
dengan masyarakat karena tanamannya memiliki ketinggian kurang dari 1
meter.
Manfaatnya dapat digunakan dalam berbagai bidang, salah satunya bidang
kesehatan. Akarnya mendukung potensinya sebagai pilihan terapeutik untuk
diabetes.
Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan penyusunan karya ilmiah ini
dengan tujuan menambah wawasan untuk pembaca kandungan dan manfaat
yang terdapat dalam akar tanaman marasi ini, dengan metode yang ada.
Kandungan zat kimia yang terdapat di batang dan akar tanaman marasi dapat
menurunkan kadar glukosa.
9. 8
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja manfaat akar tanaman marasi ?
2. Bagaimana bentuk pengaplikasian dari akar tanaman marasi ?
3. Bagaimana uji lanjutan dari donat akar pohon marasi?
4. Bagaimana potensi pemasaran dari donat akar pohon marasi?
1.3 Batasan Masalah
Untuk Menghindari perkembangan masalah yang luas, maka perlu adanya
pembatasan permasalahan yang meliputi :
1. Subjek penelitian : akar tanaman marasi yang terlebih dahulu dibuat
menjadi tepung dan dibuat menjadi donat.
2. Objek penelitian : Donat dari akar marasi
3. Parameter penelitian : Aktivitas Antioksidan pada donat marasi dan
potensi pemasaran dari donat marasi.
1.4 Tujuan
1. Mengetahui kandungan yang dimiliki akar dari tanaman marasi.
2. Mengetahui senyawa yang berpengaruh untuk pengobatan secara alami.
3. Untuk mengukur aktivitas antioksidan dari akar tanaman marasi.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini yaitu :
1. Menambah pengetahuan mengenai zat yang terkandung dari akar tanaman
marasi yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat yang terkena penyakit
diabetes.
2. Meningkatkan bentuk kreativitas dan peduli kepada masyarakat yang
menderita penyakit diabetes.
10. 9
BAB II
LANDASAN
2.1 Tanaman Marasi
Tanaman marasi merupakan salah satu tanaman yang banyak ditemukan di
hutan-hutan tropis Indonesia. Tanaman ini termasuk ke dalam family
Hypoxidaceae. Salah satu bagian yang khas dari tanaman ini adalah buahnya yang
memiliki rasa manis yang unik. Rasa manis dari buah tersebut akan tertinggal di
lidah sehingga saat mengkonsumsi air putih maka air tersebut akan terasa manis.
Rasa manis tersebut bukan berasal dari karbohidrat tetapi dari protein jenis
curculin (Yamashita et al., 1990).
Curculin merupakan senyawa yang rendah kalori sehingga dapat dijadikan
sebagai alternative pemanis alami yang menyehatkan. Selain buahnya, daun,
batang dan akar dari C. latifolia semuanya telah digunakan sebagai obat
tradisional terhadap penyakit demam (Brink dan Escobin, 2003). Bunga dan akar
digunakan sebagai obat gangguan perut dan diuretik, sedangkan rimpang
digunakan untuk mengobati menorrhagia dan diaplikasikan dalam pengobatan
tradisional sebagai krim untuk penyakit ophthalmia (Brink dan Escobin, 2003).
Di Kalimantan, daun C. latifolia digunakan dalam pengobatan tradisional.
Rimpang tanaman juga telah digunakan sebagai obat tradisional untuk penyakit
kuning dan ekstrak rimpang C. latifolia dapat menghambat virus hepatitis B, yang
selanjutnya telah di publikasikan penggunaannya sebagai obat tradisional (Wiart,
2000). Oleh karena itu, C. latifolia memiliki potensi besar untuk industri
dimanfaatkan khususnya dalam bidang kesehatan.
2.1.1 Kandungan Akar Tanaman Marasi
Senyawa antioksidan dari Curculigo latifolia root dengan ekstraksi air subkritis
(SWE). + e pengaruh suhu ekstraksi dan waktu pada aktivitas antioksidan C.
latifolia Ekstrak akar diselidiki dalam hal hasil ekstraksi, kandungan total fenolik
11. 10
Gambar 1. Akar Marasi
(TPC), kandungan total flavonoid (TFC), 2, 2 ′ - azino-bis-3-ethylbenzothiazoline-
6-asam sulfonat (ABTS), dan radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). + e hasil
ekstraksi tertinggi (36.5%), TPC (92.55mg GAE / g), TFC (13.26mg RE / g), dan
aktivitas antioksidan oleh ABTS (66.8mg trolox ekuivalen / sampel g) dan DPPH
(128.7mg trolox ekuivalen / g sampel) terdeteksi pada 180 ° Waktu ekstraksi C
dan 30 menit. Berdasarkan hasil, dipilih kondisi optimum pada 180 ° C dan
ekstraksi 30 menit. Sampel + e disaring dengan menggunakan analisis
spektrometri massa kromatografi cair (LC-MS) di mana senyawa fenol yang
terdeteksi disusun berdasarkan puncak [MH] -nya. Senyawa fenolik yang
terdeteksi adalah monobenzon, hidrokuinon, phloridzin, pomiferin, mundulone,
skandenin, dan dimetil ca eic acid. Berdasarkan temuan tersebut, SWE merupakan
teknologi yang menjanjikan, ramah lingkungan, dan efisien dalam pemanfaatan
hasil alam untuk pengembangan komoditas pangan dan nutraceutical.
2.1.1.1 Antioksidan
Antioksidan dapat diartikan sebagai molekul yang mampu menstabilkan atau
menonaktifkan radikal bebas sebelum menyerang sel. Antioksidan dapat
menghambat oksidasi sebuah substrat. Antioksidan eksogen merupankan
antioksidan yang didapatkan dari luar tubuh seperti vitamin C atau vitamin E.
Vitamin C (asam askorbat) adalah antioksidan hidrofilik utama dan inhibitor
12. 11
peroksidasi lemak. Pada membran, molekul ini secara cepat menurunkan radikal
α-tocopheroyl dan Low Density Lipoprotein (LDL) untuk regenerasi α-tocopherol
dan menghambat propagasi radikal bebas.32 Antioksidan juga bisa dikategorikan
menurut ukuran, antioksidan molekul kecil dan antioksidan molekul besar.
Antioksidan molekul kecil menetralkan Reactive Oxygen Species (ROS) dalam
sebuah proses yang disebut penangkap radikal bebas dan menghilangkannya dari
dalam tubuh. (Murray, 2009). Secara teoritis, aktivitas antioksidan maksimum
dicapai pada suhu ekstraksi optimal dengan menyumbangkan electron tinggi atau
oksigen dalam membersihkan radikal bebas.
2.1.1.2 Fenolik (TPC)
Senyawa fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil
yang menempel di gugus aromatik. Terdapat lebih dari 8.000 jenis senyawa yang
termasuk dalam golongan senyawa fenolik. Anggota senyawa fenolik mulai dari
yang paling sederhana dengan berat molekul yang kecil, hingga senyawa
kompleks dengan berat molekul lebih dari 30.000 Da. Dewasa ini, kandungan
senyawa fenolik dalam buah-buahan dan sayursayuran mulai diminati oleh para
peneliti karena senyawa fenolik memiliki sifat antioksidan dan dapat
menyembuhkan jantung koroner dan kanker. Semua bagian tanaman (batang,
akar, daun, kulit, buah, biji) mengandung senyawa fenolik yang merupakan hasil
metabolisme sekunder (metabolit) dari tanaman. Metabolit sekunder adalah
senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme. Metabolit
sekunder tidak digunakan tumbuhan sebagai bahan utama dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan, akan tetapi sebagai senyawa yang sifatnya
melindungi tanaman. Oleh sebab itu, produk metabolit sekunder harus memiliki
kuantitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan produk metabolit primer dan
merupakan hasil sampingan dari biosintesis primer.
13. 12
2.1.1.3 Flavanoid (TFC)
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar
yang ditemukan dialam. Senyawa- senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu
dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan
(Markham, 1988). Golongan flavonoid memiliki kerangka karbonyang terdiri atas
dua cincin benzene tersubstitusi yang disambungkan oleh rantai alifatik tiga
karbon. Pengelompokan flavonoid berdasarkan pada cincin heterosiklik- oksigen
tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar (Robinson, 1995). Golongan terbesar
flavonoid memiliki cincin piran yang yang menghubungkan rantai tiga ± karbon
dengan salah satu cincin benzene (Harborne, 1987).
Senyawa flavonoid diturunkan dari unit C6 - C3 (fenilpropana) yang
bersumber dari asam sikimat dan unit C6 yang diturunkan dari jalur poliketida.
Fragmen poliketida ini disusun dari tiga molekul malonil-KoA, yang bergabung
dengan unit C6 -C3 (sebagai koA tioester) untuk membentuk unit awal triketida.
Oleh karena itu, flavonoid yang berasal dari biosintesis gabungan terdiri atas unit-
unit yang diturunkan dari asam sikimat dan jalur poliketida (Heinrich et al.,
2010).
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar,
kayu, kulit, bunga, buah dan biji. Flavonoid terdiri dari beberapa golongan utama
antara lain antosianin, flavanol dan flavon yang tersebar luas dalam tumbuhan.
Sedangkan khalkon, auron, flavonol, dihidrokhalkon, dan isoflavon
penyebarannya hanya terbatas pada golongan tertentu saja (Harborne, 1987).
Sejumlah tanaman obat yang mengandung flavonoid telah dilaporkan
memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang, Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, Vol. 3 No.2 189 antialergi, dan antikanker (Miller, 1996).
Senyawa flavonoid diduga sangat bermanfaat dalam makanan karena, berupa
senyawa fenolik, senyawa ini yang bersifat antioksidan kuat. Banyak kondisi
penyakit yang diketahui bertambah parah oleh adanya radikal bebas seperti
superoksida dan hidroksil, dan flavonoid memiliki kemampuan untuk
menghilangkan dan secara efektif “menyapu” spesies pengoksidasi yang merusak
14. 13
ini. Oleh karena itu, makanan yang kaya flavonoid dianggap penting untuk
mengobati penyakit-penyakit, seperti kanker dan penyakit jantung (Heinrich, et
al., 2010).
2.2 Teori Spektrofotometri
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar
ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan
elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum UV-Vis
mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang
bisa didapatkan dari spektrum ini. Instrumen ini membutuhkan literatur
pembacanya agar mendapatkan senyawa yang sesuai dengan deret yang sesuai.
Warna yang juga disesuaikan dengan literatur. Konsentrasi dari analit di dalam
larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).
2.3 Pengaplikasian akar tanaman marasi
Akar tanaman marasi mengandung berbagai macam manfaat untuk kesehatan
oleh karena itu pembuatan produk dengan bahan baku dari akar tanaman marasi
semoga dapat membantu pengembangan bahan baku alternatif yang bernilai tinggi
dan tidak melupakan nilai ekonomisnya.
Akar pada umumnya mengandung serat yang tinggi sehingga bahan baku
lanjutan dari akar tanaman marasi dapat dibuat menjadi tepung, tepung dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan makanan salah satunya adalah donat. Olahan
donat dari tepung akar tanaman marasi diharapkan dapat bernilai gizi tinggi dan
menjadi alternatif bahan baku ekonomis tanpa menghilangkan kandungan gizi
yang ada didalamnya.
Uji lanjutan dalam penelitian ini adalah mencari metode yang tepat untuk
mengolah akar tanaman marasi agar menjadi produk seutuhnya dan tidak
menghilangkan kandungan gizi yang terkandung didalamnya. Penggunaan alat
15. 14
instrumen untuk analisa kandungan pada akar tanaman marasi semoga dapat
menghasilkan analisa yang baik sebagai bukti penelitian.
2.4 Pemasaran produk olahan akar tanaman marasi
Donat dari akar tanaman marasi adalah satu produk yang dapat dibuat dalam
penelitian ini, donat adalah satu makanan kesukaan masyarakat dengan begitu
potensi pemasaran dan penjualan cukup besar. Donat yang dibuat dapat diinovasi
lagi dengan varian rasa dengan tidak mengurangi nilai gizi yang terkandung dari
akar tanaman marasi.
Potensi keuntungan juga bisa dirasakan para petani tanaman marasi dengan
membantu mengolah hasil dari budidaya tanaman marasi menjadi produk
makanan yang enak dan sehat. Penggunaan tepung terigu dapat dikurangi
ketergantungannya dengan hadirnya tepung dari akar tanaman marasi.
16. 15
BAB III
METODE
3.1 Metodologi
3.1.1 Alat dan Bahan
Alat :
- Blender
- Pisau
- Baskom
- Kompor
- Wajan
Bahan :
- 2 gr Serbuk Akar Marasi
- 1 gr Ragi
- 100 gr Terigu
- 50 ml Air
- 10 gr susu bubuk
- 1 butir telur
- 30 gr margarin
- Minyak
3.2 Prosedur
Akar marasi dicuci bersih setelah itu dikupas bagian luarnya, di potong tipis
akar marasi menjadi banyak kemudian dikeringkan dibawah terik matahari selama
6 jam, akar marasi yang kering diblender hingga halus, siapkan baskom
dimasukkan terigu sebanyak 100 gr, telur 1 butir, serbuk marasi yang sudah
dihaluskan dan ragi yang sudah dilarutkan dengan 50 ml air. Diaduk bahan bahan
yang sudah dimasukkan pada baskom hingga adonan setengah kalis lalu diberi
mentega sebanyak 30 gr dan diaduk kembali hingga kalis. Adonan yang sudah
kalis dibentuk bulat bulat lalu ditutup dengan kain serbet selama 30 menit, setelah
mengembang goreng donat di wajan minyak yang hangat hingga warna donat
berubah menjadi kecoklatan.
3.3 Estimasi Dana
Tabel 1. Pembuatan donat.
Uraian Jumlah Harga satuan Total
Ragi 3 gr Rp. 364 Rp. 1092
Terigu 100 gr Rp 16 Rp. 1600
17. 16
Air 50 ml - -
Susu bubuk 14 gr Rp. 111 Rp. 1.555
Margarin 50 gr Rp. 33 Rp. 1.650
Minyak 250 ml Rp. 12 Rp. 3.000
Telur 1 butir Rp. 2.000 Rp. 2.000
Total Rp. 10.897
Rincian biaya
Dalam pembuatan satu sesi pembuatan donat ekstrak akar marasi didapatkan 7
buah donat.
Rincian penjualan donat
Tabel 2. Rincian penjualan donat.
Uraian Jumlah Harga satuan Total
Donat 7 buah Rp. 2.000 Rp. 14.000
Total Rp. 14.000
Keuntungan = hasil penjualan – modal
= RP. 14.000 – RP. 10.897 = RP. 3.103
3.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pembuatan produk ini dilaksanakan di rumah salah satu anggota tim. Waktu
pembuatan dimulai pada tanggal 16 Agustus sampai 17 Agustus 2020.
3.5 Variabel
- Variabel bebas: Konsentrasi serbuk akar marasi
- Variabel terikat: Absorbansi dan % inhibisi
- Variabel kontrol: Akar marasi
18. 17
DAFTAR PUSTAKA
Boddeker.2000. Indegenus Medical Knowledge: The Law and Politics of
Protections. Oxford : Oxford Intelectual Property Reserch Centre.
Brink, M. and R.P. Escobin. (eds). 2003. Plant Resurces of South-East Asia.
No.17. Fibre Plants. Bogor: Prosea Foundation.
Dachriyanus, 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektrofotometri,
hal 1-37, Andalas University Press, Padang.
Harborne, J.B., (1987), Metode Fitokimia, Edisi ke dua, ITB, Bandung.
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbson, S., & Williamsom, M.E., 2010, Farmakognosi
dan Fitoterapi, 78-83, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
Markham, K.,R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavanoid. Terjemahan Kosasih
Padmawinata, Penerbit ITB: Bandung.
Miller, Alan N.D., 1996, Antioxidant flavonoid structural usage alternative
medical Review I (2), 103-111.
Murray R. K., Granner D.K., Rodwell V.W., 2009. Biokimia Harper, (Andri
Hartono)..Edisi 27.Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, Hal 191 -
216, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung.
Wiart, Christophe.2000. Medicinal Plants Of Southeast Asia. Pelanduk
publications : Univeristas Michigan.
Yamashita H, Theerasilp S, Aiuchi T, Nakaya K, Nakamura Y, Kurihara Y.
1990. Purification and complete amino acid sequence of a new type of sweet
protein with taste-modifying activity. curculin. J Biol Chem 265 (26): 15770-
15775.