2. Kebutuhan Dana digunakan untuk:
1. Modal berwujud : tanah, bangunan, mesin, dll.
2. Modal tidak berwujud : lisensi, paten, hak izin,
dll.
Kebutuhan Dana & Sumber Dana
Sumber Dana berasal dari :
3. Struktur Pembiayaan Perusahaan
(Permodalan)
Perlu dilakukan kajian tentang:
1. Pembiayaan Investasi (Modal Investasi)
2. Pembiayaan Produksi dan Operasi (Modal Kerja)
3. Struktur Permodalan (Modal Investasi dan
Modal Kerja)
4. Sumber Pendanaan Modal (Modal Sendiri dan
Pinjaman)
4. Proyeksi Keuangan Perusahaan
Perlu dilakukan perhitungan dan dibuatkan :
1. Proyeksi Laporan Laba/Rugi 5 (lima) tahun
mendatang
2. Proyeksi Laporan Arus kas proyeksi 5
tahun mendatang
3. Neraca Perusahaan Proyeksi 5 tahun
mendatang
5. Analisis Aspek KEUANGAN
Dalam penyusunan kajian Rencana Pengembangan Bisnis,
Aspek Keuangan dapat dilakukan analisis, a.l:
• Siklus arus kas (Cash Flow Cycle)
• Metode jangka pengembalian (Pay Back Period) atau
Break Even Point (BEP)
• Hasil pengembalian atas aktiva (Return on Asset – ROA)
• Cost benefit analysis (CBA)
• Rasio manfaat biaya (Index Profitabilitas Ratio - IPR)
• Metode nilai sekarang bersih (Net Present Value – NPV)
• Metode tingkat hasil pengembalian internal (Internal
Rate of Return – IRR)
6. • Aliran kas (cash flow) merupakan sejumlah
uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai
akibat dari aktivitas perusahaan.
• Dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri
dari aliran kas masuk dalam perusahaan dan
aliran kas keluar perusahaan serta berapa
saldonya setiap periode.
Aliran Kas (Siklus Arus Kas)
7. Aliran Kas … Fungsi dana
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam mengatur
arus kas adalah memahami dengan jelas fungsi dana
yang kita miliki.
Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu :
1. Fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk
tujuan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat
dicairkan dalam waktu relatif singkat tanpa ada
pengurangan investasi awal.
2. Fungsi anti inflasi, dana yang disimpan guna
menghindari resiko penurunan pada daya beli di
masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif
cepat.
3. Capital growth, dana yang diperuntukan untuk
penambahan kekayaan dengan jangka waktu relatif
panjang.
8. 3 Kelompok Aliran Kas Proyek:
1. Aliran kas awal (Initial Cash Flow) merupakan
aliran kas yang berkaitan dengan pengeluaran
untuk kegiatan investasi misalnya : pembelian
tanah, gedung, biaya pendahuluan, dsb.
2. Aliran kas operasional (Operational Cash Flow)
merupakan aliran kas yang berkaitan dengan
operasional proyek seperti : penjualan, biaya
umum, dan administrasi. Oleh sebab itu aliran kas
operasional merupakan aliran kas masuk (cash in
flow) dan aliran kas keluar (cash out flow).
3. Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan
aliran kas yang berkaitan dengan nilai sisa proyek
(nilai residu) seperti : modal kerja, nilai proyek
yaitu penjualan peralatan proyek.
Kelompok Aliran Kas
9. 3 Bagian Utama CASH FLOW:
• Cash in flow, pada bagian ini mengidentifikasi sumber-
sumber dana yang akan diterima , jumlah dananya dan
waktu dalam periode tersebut, yang akan dihasilkan
berupa penjualan tunai, penjualan kredit yang akan
menjadi piutang, hasil penjualan aktiva tetap dan
penerimaan lainnya.
• Cash out flow, pada bagian ini berhubungan dengan
pengidentifikasian semua kas yang sudah diantisipasi,
antara lain pembelian barang dagang baku, pembayaran
hutang, upah, administrasi, dan pengeluaran lainnya.
• Financing (pembiayaan), pada bagian ini menunjukan
besarnya net cash flow dan besarnya kebutuhan dana jika
terjadi defisit.
Bagian Utama Aliran Kas
10. Manfaat CASH FLOW
• Merupakan alat pengkontrol keuangan Proyek
dan sebagai alat ukur keberhasilan dalam
mencapai target yang di tetapkan, dapat juga
digunakan sebagai alat penaksir kebutuhan di
masa yang akan datang.
• Membantu manager untuk mengambil
keputusan kebijakan finansial.
• Bagi kreditur; dapat melihat kemampuan
perusahaan/proyek untuk membayar kredit
yang diberikan kepadanya.
15. • Break Even Point adalah Titik Pulang Pokok, yaitu
jumlah penerimaan penjualan = jumlah seluruh biaya
yang dikeluarkan
(Total revenue = Total Cost).
• Total Cost = Biaya tetap + Biaya variabel
(Fixed cost) (Variable cost).
Break Even Point (BEP)
16. BEP ....
Contoh :
• Biaya tetap =Rp.1.000.000,00
• Biaya variable =Rp.120.000,00/unit
• Perusahaan menginginkan harga jual tiap unit
= Rp.320.000,00
• Hitung berapa Titik Pulang Pokok (BEP)?
• Gambarkan Grafik BEP.
19. • Return on Assets atau ROA merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan.
• ROA merupakan salah satu jenis rasio profitabilitas
yang mampu menilai kemampuan perusahaan dalam
hal memperoleh laba dari aktiva yang digunakan.
• ROA akan menilai kemampuan perusahaan
berdasarkan penghasilan keuntungan masa lampau
agar bisa dimanfaatkan pada masa atau periode
selanjutnya.
• Rasio ini juga merupakan suatu ukuran tentang
efektivitas manajemen dalam mengelola investasi,
termasuk berguna untuk mengevaluasi seberapa baik
perusahaan telah menggunakan dananya.
Return on asset (ROA) Analysis
20. ROA ...
• Analisis pengembalian total aktiva (ROA)
dihitung dengan metode perbandingan laba
bersih yang tersedia dengan total aktiva.
• Rumus :
ROA = laba setelah pajak/ total aset, atau
ROA = laba bersih setelah pajak/ total aktiva
x 100%.
21. ROA ...
• Perhitungan ROA secara sederhana:
Berdasarkan laporan keuangan per tanggal 31
Desember 2019, Laba bersih setelah pajak PT.
Wacana Exca Tbk adalah Rp 200.000.000,- dan
Total Asetnya adalah sebanyak Rp
6.000.000.000,-.
Dapat dilakukan perhitungan ROA seperti
berikut ini ....................>>
22. • ROA = Net profit / Total Asset
= Rp 200.000.000,-/ Rp 6.000.000.000,-
= 0,033 atau = 3,3 %.
• Semakin tinggi angka ROA, bearti semakin baik
asumsi kinerja perusahaan tersebut dalam hal
pengelolaan ekuitasnya dan lebih produktif dalam
menghasilkan jumlah laba bersih yang lebih besar.
• Analisis ROA akan sangat bermanfaat bagi
perusahaan yang memiliki kompetitor di industri
yang sama.
23. • CBA adalah teknik yang relatif sederhana dan
banyak digunakan untuk memutuskan apakah
akan membuat perubahan.
• CBA dilakukan hanya dengan menggunakan biaya
finansial dan manfaat finansial.
• Dengan CBA juga dapat digunakan untuk
menghitung periode pengembalian. Ini adalah
waktu yang dibutuhkan untuk manfaat dari
perubahan guna membayar biayanya.
• Banyak perusahaan menginginkan pengembalian
tersebut selama periode waktu tertentu,
misalnya tiga tahun.
Cost Benefit Analysis (CBA)
24. CBA ...
• Seorang direktur penjualan sedang
mempertimbangkan apakah akan menerapkan
manajemen kontak pelanggan dan sistem
pemrosesan penjualan berbasis komputer baru.
Departemennya hanya memiliki beberapa komputer,
dan tenaga penjualnya tidak menguasai komputer.
Dia menyadari bahwa tenaga penjualan yang
terkomputerisasi dapat menghubungi lebih banyak
pelanggan dan memberikan kualitas keandalan dan
layanan yang lebih tinggi kepada pelanggan tersebut.
Mereka lebih mampu memenuhi komitmen, dan dapat
bekerja lebih efisien dengan staf keuangan dan
pengiriman.
• Contoh analisis CBA finansialnya seperti berikut ini:
.....>>
26. CBA ...
Waktu pengembalian modal sering disebut sebagai titik impas (Break
Even Point / BEP).
Kadang-kadang ini lebih penting daripada manfaat keseluruhan yang
dapat diberikan oleh proyek, misalnya karena organisasi harus meminjam
untuk mendanai mesin baru.
Payback time
= $114,000 / $180,000 = 0.63 of a year = approx. 8 months
28. • Rasio Profitabilitas atau Profitability Ratio adalah
perbandingan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari
pendapatan (earning) terkait dengan penjualan, aset,
dan ekuitas berdasarkan dasar pengukuran tertentu.
• Beberapa jenis rasio profitabilitas, a.l:
1. Gross Profit Margin (GPM),
2. Net Profit Margin (NPM),
3. Return on Sales Ratio (ROS),
4. Rasio Pengembalian Ekuitas (Return on Equity
Ratio - ROE),
5. Return of Investment (ROI),
6. Return on Capital Employed (ROCE),
7. Earning Per Share (EPS).
Profitabilitas Ratio ...
29. .
• Rumus Margin Laba Kotor :
Gross Profit Margin =
(laba kotor/ total pendapatan) x 100%
• Semakin besar gross profit margin,
bearti semakin baik (efisien) kegiatan operasional
perusahaan. Ini menunjukkan bahwa harga
pokok penjualan lebih rendah daripada penjualan
(sales)
• Rasio ini berguna untuk audit operasional.
1. Gross Profit Margin (GPM)
30. Perhitungan Gross Profit Margin
• Laba kotor perusahaan PT Megah Sejahtera:
Rp48.000.000
• Total pendapatan perusahaan: Rp55.000.000
• Maka Gross Profit Margin perusahaan PT Megah
Sejahtera adalah sebagai berikut :
Gross Profit Margin =
(Laba Kotor : Total Pendapatan) x 100%
= (48.000.000 : 55.000.000) x 100%
= 87%
31. .
2. Net Profit Margin (NPM)
• Net profit margin atau margin laba bersih
merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
persentase laba bersih yang didapat setelah
dikurangi pajak terhadap pendapatan yang
diperoleh dari penjualan.
• Semakin tinggi net profit margin, bearti semakin
baik operasi suatu perusahaan.
32. • Pendapatan Penjualan Bersih (Net Sales) =
Rp27.063.310.000.000.
• Laba Bersih setelah Pajak (Net Profit after Tax) =
Rp2.064.650.000.000.
• Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) : ??
Margin Laba Bersih = Laba Bersih setelah Pajak :
Pendapatan Penjualan bersih
= Rp2.064.650.000.000 : Rp27.063.310.000.000
= 7,63%
Perhitungan Net Profit Margin
33. .
• Return on Sales (ROS) adalah merupakan rasio
profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan
perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya variabel
produksi (seperti upah pekerja, bahan baku, dan lain-
lain) sebelum dikurangi pajak dan bunga.
• Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan yang
diperoleh dari setiap rupiah penjualan yang juga
disebut margin operasional (operating margin) atau
Margin pendapatan operasional (operating income
margin).
• Rumus:
3. Return on Sales Ratio (Rasio Pengembalian Penjualan)
34. • PT MSejahtera menghasilkan Laba sebelum Pajak dan
Bunga sebesar Rp100 juta sedangkan Penjualan adalah
sebesar Rp1,5 miliar.
• Berapakah Return on Sales atau tingkat pengembalian
Penjualan PT MSejahtera?
ROS = (Laba sebelum Pajak dan Bunga : Penjualan) x
100%
ROS = (Rp.100.000.000 : Rp. 1.500.000.000) x 100%
ROS = 6,7%
Perhitungan Return on Sales Ratio - ROS
35. 4. Rasio Pengembalian Ekuitas
(Return on Equity Ratio - ROE)
• Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio
profitabilitas untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang
saham perusahaan tersebut, yang dinyatakan dalam
persentase.
• ROE dihitung dari penghasilan (income) perusahaan
terhadap modal yang diinvestasikan oleh para pemilik
perusahaan (pemegang saham biasa dan pemegang
saham preferen).
• Return on equity menunjukkan seberapa berhasil
perusahaan mengelola modalnya (net worth), sehingga
tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal
atau pemegang saham perusahaan. ROE adalah
rentabilitas modal sendiri (atau rentabilitas usaha).
• Rumus ROE :
36. • Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan
per tanggal 31 Desember 2017, PT MSejahtera
yang bergerak di sektor konstruksi memiliki laba
bersih setelah pajak sebesar Rp500 juta, total
ekuitas para pemegang saham adalah sebanyak
Rp800 juta.
• Berapakah rasio pengembalian ekuitas atau
Return of Equity (ROE) PT MSejahtera?
ROE = Laba bersih setelah Pajak : Ekuitas
Pemegang Saham
= Rp500.000.000 : Rp800.000.000 x 100%
= 62,5%
Perhitungan Return on Equity Ratio - ROE
37. .
• Return on investment merupakan rasio
profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah
dikurangi pajak terhadap total aktiva.
• ROI berguna untuk mengukur kemampuan
perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan
keuntungan terhadap jumlah aktiva secara
keseluruhan yang tersedia pada perusahaan.
• Rumusnya:
• Semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik kondisi
suatu perusahaan.
5. Return of Investment (ROI)
38. • Rumus ROI:
• Contoh:
Anda mengeluarkan dana untuk berinvestasi dalam bisnis
sebesar Rp 20.000.000 yang kemudian diketahui
menghasilkan penjualan sebesar Rp 30.000.000.
Tingkat ROI adalah 50% yang artinya ROI bernilai
positif. ROI yang bernilai positif menandakan bahwa
total biaya investasi dapat dikembalikan.
39. .
• Return on Capital Employed (ROCE) merupakan
rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan
perusahaan dari modal yang dipakai dalam
bentuk persentase (%).
• Modal yang dimaksud adalah ekuitas suatu
perusahaan ditambah kewajiban tidak lancar
atau total aset dikurangi kewajiban lancar.
• Rumusnya:
6. Return on Capital Employed (ROCE)
(Pengembalian Modal yang Digunakan)
40. 7. Earning Per Share (EPS)
• Earning per share merupakan rasio profitabilitas
yang menilai tingkat kemampuan per lembar
saham dalam menghasilkan laba untuk
perusahaan.
• Manajemen perusahaan, pemegang saham biasa
dan calon pemegang saham sangat
memperhatikan earning per share karena
menjadi indikator keberhasilan perusahaan.
• Rumus EPS:
41. • Perusahaan Setia Sejatera mempunyai saham
yang beredar sebanyak 1 juta lembar pada tahun
2017, Laba bersih setelah pajak adalah Rp1 miliar.
• Perusahaan kemudian memutuskan untuk
membagikan 10% dividen atau sekitar Rp100 juta
kepada pemegang sahamnya.
• Berapakah Earning Per Share (EPS) atau Laba
per lembar sahamnya ?
Laba per Saham (EPS) = (Laba Bersih setelah
Pajak – Dividen) : Jumlah Saham yang Beredar
EPS = (1.000.000.000 – Rp100.000.000) : 1.000.000
EPS = 900.000.000 : 1.000.000
Laba per Saham (EPS) = Rp.900,-
Perhitungan Earning Per Share (EPS)
42. • Net present value digunakan dalam suatu proyeksi arus
kas ataupun proyeksi untung rugi di dalam suatu
proyek, bisnis, ataupun investasi.
• Tujuan perhitungan net present value adalah untuk
mengetahui nilai aset ataupun kas perusahaan yang
ada pada saat ini, yang juga disetarakan dengan nilai
kas pada masa yang akan datang.
• NPV juga bisa diartikan sebagai nilai perkiraan
keuntungan yang diperoleh dalam suatu usaha di masa
depan bila melakukan investasi uang pada saat ini.
Net Present Value (NPV)
PV = FV / (1+i)^n NPV = P / (1+i)t
43. Present Value
• Ibu Fitri menginginkan uangnya yang sejumlah
Rp 100.000.000 dalam 5 tahun ke depan.
Tingkat bunga yang sebesar 6% pertahun.
Lantas berapakah uang yang harus ditabung oleh
Ibu Fitri saat ini, agar mampu mencapai nilai
Rp 100.000.0000 pada waktu 5 tahun yang akan
datang atau berapakan nilai PV nya?
• Diketahui :
FV sebesar Rp 100.000.000
i (faktor diskon) sebesar 6% atau 0,06
n (durasi investasi) selama 5 tahun
44. • Jawaban :
Presen Value = Rp 100.000.000 / (1+0,06)^5
= Rp 100.000.000 / 1.3382255776
PV = Rp 74.725.817
• Artinya, bila Ibu Fitri ingin mempunyai uang
sebanyak Rp 100.000.000 dalam kurun 5 tahun ke
depan, maka ia harus menabung sebanyak Rp
74.725.817 pada saat ini.
PV = FV / (1+i)^n
45. Contoh Net Present Value
• Rully mempunyai bisnis periklanan dan memerlukan
suatu mesin percetakan untuk mendukung kegiatan
bisnisnya. Harga mesin cetak tersebut adalah
Rp 20.000.000. Lantas, apakah pembelian mesin
tersebut akan memberikan keuntungan atau malah
kerugian?.
• Untuk bisa mengetahuinya secara jelas, maka kita
harus melakukan perbandingan uang Rp 20.000.000
tersebut bila diinput ke deposito. Kita asumsikan
bahwa bunga deposito pada saat itu adalah 5% per
tahun (dalam melakukan perhitungan NPV juga
menggunakan tingkatan bunga yang juga sama),
dengan jangka waktu selama 3 tahun, maka
perhitungan NPV bisa kita lakukan sebagai berikut:
......>>
46. P = nilai perkiraan jumlah arus yang diperoleh setelah melakukan pembelian mesin printing.
i = tingkat suku bunga.
t = periode tahun (tahun ke).
• Diketahui bahwa:
Tahun pertama = 10.000.000 /(1+0,05)^1 = 9.523.809
Tahun kedua = 8.000.000 /(1+0,05)^2 = 7.256.236
Tahun ketiga = 6.000.000 /(1+0,05)^3 = 5.183.026
• Proyeksi NPV adalah:
= Rp (9.523.809 + 7.256.236 + 5.183.026) – Rp 20.000.000
= Rp 21.963.071 – Rp 20.000.000
= Rp 1.963.071
NPV = P / (1+i)t
• Dengan nilai proyeksi NPV selama 3 tahun, maka akan
memberikan keuntungan sebanyak Rp 1.963.071. Bearti
pembelian mesin percetakan tersebut bisa dilakukan,
karena mampu menghasilkan NPV lebih besar dari nol (>0).
47. • Internal Rate of Return (IRR) adalah indikator
tingkat efisiensi dari sebuah investasi. IRR juga
dikenal sebagai metode untuk menghitung
tingkat bunga suatu investasi dan
menyamakannya dengan nilai investasi saat ini
berdasarkan penghitungan kas bersih di masa
mendatang.
• Singkatnya, apabila penghitungan internal rate of
return menunjukkan angka lebih besar daripada
modal yang dikeluarkan, maka dapat dilakukan
investasi (Begitu pula jika sebaliknya).
Internal Rate of Return (IRR)
48. • IRR = Internal Rate of Return
i1 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+
i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV –
NPV 1 = Net Present Value positif
NPV 2 = Net Present Value Negatif
• Misalnya:
• Sebuah perusahaan memberikan usulan dalam untuk
melakukan investasi senilai Rp 140.000.000. Sementara
arus kas yang dihasilkan setiap tahun sebesar Rp
22.000.000 selama kurun waktu 6 tahun. Asumsi
untuk rate of return-nya sebesar 13%. Kemudian, ketika
menghitung diskonto dihasilkan NPV Rp 6.649.000
dengan diskonto sebesar 12%, serta NPV sebesar
Rp 659.000 dengan diskonto 10%.
IRR = i1 + (NPV1/(NPV2+NPV1) x (i2-i1))
Rumus :
49. IRR...
• Selisih diskonto 12% – 10% = 2% atau Rp
6.649.000 + Rp 659.000 = 7.308.000, maka
nilai IRR adalah:
IRR = 10% + (659.000 : 7.308.000) x 2%
IRR = 10,18%
• Karena asumsi rate of return-nya sekitar 13%,
berarti angka 10,18% termasuk lebih kecil. Maka
investasi tersebut sebaiknya ditolak.
IRR = i1 + (NPV1/(NPV2+NPV1) x (i2-i1))
50. Posisi Liquiditas Keuangan
Rasio keuangan likuiditas adalah rasio yang
mengukur kemampuan likuiditas jangka
pendek suatu perusahaan dengan melihat
aktiva lancar perusahaan relatif terhadap
utang lancarnya.
Pengukurannya menggunakan berbagai
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), a.l:
• Rasio Lancar (Current Ratio)
• Rasio Cepat (Quick Ratio/Acid Test
Ratio)
• Cash Ratio
51. Rasio Lancar atau Current Ratio
• Rasio Lancar (Current Ratio) adalah untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo dengan aktiva
lancar yang tersedia.
• Semakin besar perbandingan aktiva lancar
dengan utang lancar, semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban
jangka pendeknya.
52. Rasio Lancar (Current Ratio) ...
• Apabila rasio lancar 1:1 atau 100% berarti
bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua
utang lancar.
• Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada di
atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar
harus jauh di atas jumlah utang lancar
• Jenis aktiva yang dimaksud adalah aktiva yang
dapat ditukarkan dengan kas dalam jangka
waktu satu tahun.
(Harahap, 2002)
53. • Rumus perhitungan current ratio adalah :
• Conto Suatu perusahaan memiliki aktiva
lancar sebesar Rp10.000.000 dan kewajiban
lancar sebesar Rp5.000.000,.
• Jadi current ratio =
10.000.000 : 5.000.000 = 2,0
Rasio Lancar (Current Ratio) ...
54. • Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0
kali, maka perusahaan tersebut punya kemampuan
yang baik dalam melunasi kewajibannya.
• Karena perbandingan aktivanya lebih besar dibanding
kewajiban yang dimiliki. Namun jika ratio lancar yang
dimiliki perusahaan nilainya di bawah 1,0 kali, maka
kemampuannya dalam melunasi utang masih
dipertanyakan.
• Selain itu, jika rasio lancar suatu perusahaan nilainya
lebih dari 3,0 bukan berarti perusahaan tersebut dalam
keadaan keuangan yang baik.
Rasio Lancar (Current Ratio) ...
55. Rasio Cepat (Quick Ratio/
Acid Test Ratio)
• Rasio Cepat (Quick Ratio/Acid Test Ratio)
adalah yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban atau
utang lancar dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai persediaan.
• Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar
yang paling likuid mampu menutupi utang lancar.
• Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio
ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya
tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga
sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002).
56. Rasio Cepat (Quick Ratio) ...
• Cara menghitung quick ratio yaitu dengan rumus
likuiditas:
Quick ratio = (aktiva lancar – persediaan) : utang
lancar
• Misaln Perusahaan Maju Jaya memiliki aktiva
lancar senilai Rp20.000.000, inventaris
Rp2.000.000, dan kewajiban lancar Rp6.000.000.
• Maka rasio cepatnya =
(Rp.20.000.000 – Rp.2.000.000) :
Rp.6.000.000.000 = 3,0
57. • Hasil penghitungan quick ratio jika lebih dari 1,0
maka menunjukkan kemampuan perusahaan
yang baik dalam memenuhi kewajibannya.
• Namun, jika ketika menghitung rasio nilainya di
atas 3,0 kali, maka bukan berarti keadaan
likuiditas perusahaan sedang baik. Boleh jadi kas
perusahaan jumlahnya besar karena tidak
dialokasikan kemana pun sehingga tidak
produktif.
Rasio Cepat (Quick Ratio) ...
58. Cash Ratio
• Cash Ratio membandingkan antara kas dan aktiva
lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan
hutang lancar.
• Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang
disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening
koran.
• Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta
lancar yang dengan mudah dan cepat dapat
diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi negara yang menjadi domisili perusahaan
bersangkutan. Arti juga pengertian rasio keuangan ini
menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas
dibandingkan dengan total aktiva lancar.
• Semakin besar rasionya semakin baik. Sama
seperti Quick Ratio, tidak harus mencapai 100%
(Harahap, 2002:302).
59. Cash Ratio ...
• Manfaatnya mirip dengan current
ratio dan quick ratio, yaitu untuk mengetahui
kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajiban jangka pendeknya dengan
menjadikan kas sebagai acuan.
• Berikut adalah cara menghitung rasio
likuiditas jenis kas:
Cash ratio = (kas + surat berharga) : utang
lancar
60. • Misalnya Suatu perusahaan memiliki kas senilai
Rp5.000.000, surat berharga senilai Rp3.000.000
dan kewajiban lancar sebesar Rp5.000.000.
• Maka kas rasionya =
(5.000.000 + 3.000.000) : 5.000.000.000 = 1,6
• Rasio kas jarang digunakan oleh perusahaan
karena kurang realistis dan tidak mudah
dipertahankan nilainya.
• Jumlah kas berlebih yang ada pada perusahaan
yang mampu menutupi kewajiban lancar sering
dianggap sebagai kas tidak produktif yang tidak
dimanfaatkan dengan baik
Cash Ratio ...