SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 19
1. Bella Hillary
2. Michael Hizkia W.
3. M. Rafik
4. M. Rifqi
5. Oktafianti Eka
6. Zaky Fauzan N.
Cerpen adalah jenis karya sastra yang
memaparkan kisah ataupun cerita tentang
kehidupan manusia lewat tulisan
pendek. cerpen juga bisa disebut sebagai
karangan fiktif yang berisikan tentang sebagian
kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang
diceritakan secara ringkas yang berfokus pada
suatu tokoh saja.
• Menurut KBBI
Cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti tuturan
mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti
kisah yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang
memberikan sebuah kesan dominan serta memusatkan hanya pada
satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut.
• Menurut Sumardjo dan Saini
Cerpen adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa
saja terjadi kapanpun serta dimanapun yang mana ceritanya relatif
pendek dan singkat.
 Jadi menurut kami Cerpen atau cerita pendek merupakan suatu
bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan
langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang
lebih panjang, seperti novel.
1. Jalan ceritanya lebih pendek dari novel
2. Sebuah cerpen memiliki umlah kata yang tidak lebih dari 10.000
(10 ribu) kata
3. Biasanya isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-hari
4. Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena
dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja.
5. Tokoh dalam cerpen digambarkan mengalami masalah atau suatu
konflik hingga pada tahap penyelesainnya.
6. Pemakaian kata yang sederhana serta ekonomis dan mudah
dikenal pembaca.
7. Kesan yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam
sehingga pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita
tersebut.
8. Biasanya hanya 1 kejadian saja yang diceritakan.
9. Memiliki alur cerita tunggal dan lurus.
10. Penokohan pada cerpen sangatlah sederhana, tidak mendalam
serta singkat
1. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan dikembangkan menjadi
sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga sebagai gambaran awal dalam cerita.
Abstrak bersifat opsional atau dalam artian bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur
abstrak tersebut.
2. Orientasi
Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan jalan cerita
dari cerpen tersebut.
3. Komplikasi
Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada
komplikasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun watak dari berbagai tokoh cerita pendek
tersebut, hal ini karena pada bagian komplikasi kerumitan mulai bermunculan.
4. Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta sudah mulai
mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut.
5. Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami tokoh.
6. Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari cerita pendek
tersebut oleh pembacanya.
1. Tema
Tema adalah sebuah gagasan pokok yang mendasari dari jalan cerita
sebuah cerpen. Tema biasanya dapat langsung terlihat jelas di dalam
cerita atay tersurat dan tidak langsung, dimana si pembaca harus teliti
dan dapat menyimpulkan sendiri atau tersirat.
2. Alur / Plot
Alur merupakan urutan tahapan jalannya cerita, antara lain :
perkenalan > muncul konflik atau suatu permasalahan > peningkatan
konflik > puncak konflik (klimaks) > penurunan konflik > selesaian.
3. Setting
Setting sangat berkaitan dengan tempat atau latar, waktu, dan
suasana dalam cerpen tersebut.
4. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang terlibat dalam cerita tersebut. Setiap
tokoh biasanya mempunyai karakter tersendiri. Dalam sebuah cerita
terdapat tokoh protagonis atau tokoh baik dan antagonis atau tokoh
jahat serta ada juga tokoh figuran yaitu tokoh pendukung.
5. Penokohan
Penokohan yaitu pemberian sifat pada tokoh atau pelaku dalam cerita tersebut. Metode
penokohan ada 2 (dua) macam diantaranya:
• Metode analitik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkan atau
menyebutkan sifat tokoh secara langsung.
• Metode dramatik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkannya secara tidak
langsung.
6. Sudut Pandang
Adalah cara pandang pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam cerita. Sudut
pandang ada 4, antara lain:
• Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama
Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta
tingkah laku yang dialaminya.
• Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan
Tokoh ”aku” muncul tidak sebagai tokoh utama lagi, melainkan sebagai pelaku tambahan.
Tokoh ”aku” hadir dalam jalan cerita hanya untuk membawakan cerita kepada pembaca.
• Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu
Kisah cerita dari sudut ”dia”, namun pengarang atau narator dapat menceritakan apa saja hal-
hal dan tindakan yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya.
• Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat
Pengarang hanya melukiskan apa yang dilihat, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh tersebut,
namun terbatas pada seorang tokoh saja.
7. Amanat
Amanat merupakan sebuah pesan dari seorang penulis atau pengarang cerita tersebut kepada
Unsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang
membentuk cerpen dari luar, berbeda dengan unsur
intrinsik cerpen yang membentuk cerpen dari dalam. Unsur
ekstrinsik cerpen tidak terlepas dari keadaan masyarakat
saat dimana cerpen tersebut dibuat oleh pengarang. Unsur
ini sangat memiliki banyak sekali pengaruh terhadap
penyajian amanat ataupun latar belakang dari cerpen
tersebut. Berikut unsur ekstrinsik cerpen.
1. Nilai agama
Nilai agama adalah hal-hal yang bisa dijadikan pelajaran yang terkandung di dalam
cerpen yang berkaitan dengan ajaran agama.
2. Nilai sosial
Nilai sosial adalah nilai yang bisa dipetik dari interaksi-interaksi tokoh-tokoh yang ada
di dalam cerpen dengan tokoh lain, lingkungan dan masyarakat sekitar tokoh.
3. Nilai moral
Nilai moral adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita dan berkaitan dengan
akhlak atau etika yang berlaku di dalam masyarakat. Di dalam suatu cerpen, nilai
moral bisa menjadi suatu nilai yang baik maupun nilai yang buruk.
4. Nilai budaya
Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai-nilai kebiasaan, tradisi,
adat istiadat yang berlaku.
5. Nilai Politik
Nilai politik adalah nilai yang berhubungan dengan proses pelaksanaan kebijakan di
masyarakat, berkaitan juga dengan usaha warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama.
A. Majas
Majas atau gaya bahasa merupakan cara pengarang
mengekpresikan jiwa perasaan dan pikirannya dalam
media bahasa. Majas dapat dibedakan menjadi majas
perbandingan, pertentangan, sindiran dan penegasan.
• Personifikasi
• Hiperbola
• Metafora
Majas
Perbandingan
• Antitesis
• Paradoks
• Kontradiksi intermimis
Majas Pertentangan
• Ironi
• Sinisme
• Sarkasme
Majas Sindiran
• Pleonasme
• Retorik
• Paralelisme
Majas Penegasan
B. Ungkapan
Ungkapan atau bentuk idiom adalah gabungan kata yang
menimbulkan makna baru yang memiliki makna khusus
sehingga tidak dapat diartikan secara sebenarnya.
C. Peribahasa
Peribahasa adalah sekelompok kata atau kalimat yang
susunanya tetap, tidak bisa berubah-ubah,
menggambarkan keadaan dengan makna tertentu.
Bocah di Sudut Pasar
Aku sekarang duduk di bangku kelas IX SMP tapi Ayah masih
juga belum menambah uang sakuku. Kadang aku kesal, ketika melihat
teman-temanku membeli aksesoris cantik yang harganya cukup
mahal. Aku kesal karena uang sakuku tak cukup untuk membeli
aksesoris yang sejenis. Satu-satunya yang bisa aku lakukan hanya
menghela napas menahan kesal.
Gerutuanku ini membuatku merasa gerah padahal hari ini tidak
terlalu terik. Ayah tidak mengerti perasaanku. Ibu pun demikian.
Kulangkahkan kakiku meninggalkan gerbang sekolah dan teman-
temanku yang sedang asyik memilah dan memilih aksesoris di sebuah
toko aksesoris di depan sekolah. Kenapa toko itu harus berada di
depan sekolahku? Hah! Aku semakin kesal! Aku sadar jika aku
bergabung dengan mereka, menyiksa mata dan batinku melihat
aksesoris mahal yang tidak bisa aku beli, maka aku akan
membutuhkan hati yang baru karena yang satu ini akan hancur,
tentunya. Bisa jadi aku iri pada mereka. Tapi apa yang harus aku
Langkah demi langkah kutatih di jalan yang lebarnya tak seberapa ini. Sampai
akhirnya Nida dan Fatma, teman sekelasku, dengan gagahnya lewat di
sampingku mengendarai sepeda motor. Lagi-lagi, aku merasa jengkel dengan
hidupku. Kenapa hanya aku yang harus berjalan kaki ke sekolah dengan jarak
yang cukup jauh? Sedangkan anak lain seusiaku sudah diijinkan dan diberikan
sepeda motornya sendiri? Aku melewati jalan yang melintang sambil menggerutu
seperti ibu-ibu yang baru saja pulang dari pasar saat harga sembako sedang
melambung tinggi. Aku terlalu sibuk membenci hidupku sampai aku hampir lupa
bahwa aku diberikan tanggung jawab dari kelompokku untuk membeli beberapa
kebutuhan untuk praktik Biologi besok. Aku mengurungkan niatku untuk langsung
pulang ke rumah.
Di persimpangan jalan, aku berbelok ke arah pasar. Sebenarnya aku tidak terlalu
suka pergi ke pasar. Terlalu ramai! Tapi mau bagaimana lagi? Matahari sudah
menikuk menandakan siang akan berganti sore tapi pasar ini masih ramai
dilancongi para pahlawan rumah tangga dengan berbagai kostum. Mulai kostum
ala istri ulama sampai kostum ala istri pemain bola. Aku baru saja memasuki
halaman depan pasar tapi di pikiranku sudah terpenuhi bisikan-bisikan jahat untuk
mengurungi niatku. Beberapa sepeda motor terparkir rapi memenuhi halaman
depan pasar yang difungsikan sebagai lahan parkir. Aku juga melihat beberapa
petugas parkir yang wajahnya tak asing bagiku. Dari jauh, kulihat seorang bocah
kecil dengan kaos biru dan celana merahnya berdiri bersandar di dinding sebuah
Aku pikir tidak ada yang salah dengan sendalnya. “Hanya lusuh, masih bisa
digunakan”, sekali lagi aku berkata dalam hati. Sesekali ia menggerakkan
kakinya, menggesek-gesekkan sendalnya ke lantai. Aku melangkah lebih dekat.
Kulihat seorang ibu melintas di hadapannya. Mendadak, bocah itu meraih plastik
belanjaan yang sejak tadi dijinjing oleh ibu tersebut. Terkejut, seketika ibu tersebut
menarik plastik belanjaannya dan menatap sinis ke arah bocah berkaos biru itu.
Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Mengapa bocah itu menarik plastik belanjaan
itu?
Mengikuti rasa ingin tahuku, aku mendekat. “Im, sini Im!”, suara seorang ibu
paruh baya terdengar dari dalam toko memanggilnya. Seketika wajah bocah itu
menjadi sumringah. Dia berlari menghampiri suara yang memanggilnya dengan
begitu semangat. Tak lama, ia keluar dengan menjinjing beberapa barang
belanjaan. Dia berjalan agak pontang-panting, sepertinya barang yang dibawanya
cukup berat. Sejenak aku ingin membantunya, tapi pada akhirnya aku hanya
memandanginya saja. Dia berhenti sejenak, melepaskan jinjingan di tangannya.
Kulihat nafasnya mulai terengah-engah. Dia kembali menjinjing bawaannya
menuju sebuah angkutan umum dengan setengah berlari. Lagi-lagi, aku hanya
menatapnya. Ibu paruh baya tadi memberinya beberapa lembar uang seribuan.
Senyum bocah itu kembali merekah. Nafasnya masih terengah-engah. Ia seperti
mendapatkan kembali energinya yang habis dikurasnya beberapa menit yang
lalu. Ia kembali berdiri di samping toko di sudut pasar itu sambil berusaha
mengantongi uang yang diterimanya. Tangan mungil itu memijat-mijat tangan
“Im, tolong kesini Im!”, kali ini si pemilik toko yang memintanya
membantu membereskan toko. Bocah itu memanggul barang-barang
yang sebelumnya diletakkan di luar ke dalam toko. Cukup banyak
barang yang ia angkut tapi tetap terlihat begitu semangat. Kali ini, dia
menerima upah yang lebih banyak dari sebelumnya dan pergi
meninggalkan toko dengan wajah berseri-seri. Aku memandanginya
sampai dia benar-benar hilang dari penglihatanku. Setelah ia tak lagi
terlihat, aku tersadar dari lamunanku dan melihat sebagian toko di
pasar itu sudah mulai ditutup oleh pemiliknya. Dan aku belum
mendapatkan satupun barang yang diperlukan kelompokku! Kebetulan
toko di sudut pasar itu, tempat bocah kecil dengan panggilan “Im”,
yang aku tidak tahu siapa nama aslinya, mungkin Boim, Toim atau
Naim, masih belum tutup. Aku segera mencari semua yang
kubutuhkan. Saat aku hendak membayar semua belanjaanku, bocah
itu terlintas di pikiranku. Demi memuaskan rasa ingin tahuku, aku
bertanya pada si pemilik toko. Betapa terkejutnya aku mendapat
jawaban dari si pemilik toko. Mataku mulai berkaca-kaca tapi aku
mencoba menahan agar titik-titik kecil air mata tidak meleleh dari sudut
mataku. Akan sangat memalukan jika aku harus menangis di tempat
Aku meninggalkan pasar yang mulai sepi. Parkiran yang tadi kulihat hampir
penuh, sekarang sudah bisa kuhitung jari.
Hari semakin sore dan jarak yang harus kutempuh masih cukup jauh.
Sepanjang perjalanan, aku memikirkan bocah tadi. Betapa hebatnya dia.
Bocah kecil yang tangguh. Setiap hari, sepulang sekolahnya ia berdiri di
samping toko di sudut pasar itu, tanpa sedikit pun rasa malu menjadi kuli
angkut di usianya yang masih sangat belia agar bisa mencukupi semua
keperluan sekolahnya. Dia hanya hidup berdua dengan neneknya yang sudah
tidak terlalu bugar. Aku mengingat semua yang telah kupikirkan sepulang
sekolah tadi. Aku jauh lebih beruntung dibandingkan bocah itu tapi aku masih
saja mengeluh! “Tidak tahu diri!”, hinaku pada diriku sendiri. Kini air mata
benar-benar meleleh di pipiku. Beberapa orang melintasiku, memandangiku,
tapi aku tidak peduli. Aku benar-benar menyesali perbuatanku. Tidak
seharusnya aku membenci hidupku saat masih ada orang lain di luar sana
yang hidupnya lebih sulit dari hidupku. Seorang anak kecil di sudut pasar
telah membuka mata dan hatiku. Ayah, Ibu, maafkan aku yang terlalu banyak
menuntut. Tuhan, maafkan aku karena aku kurang bersyukur atas apa yang
telah Kau berikan untukku.
Aku mengingat-ingat jawaban Ibuku, yang sebelum hari ini tidak begitu aku
pedulikan. Suatu saat aku pernah bertanya, ”Bu, mengapa Tuhan
Tema : Bersyukur dengan apa yang kita miliki
Alur : Maju (Dalam cerita tersebut tokoh “Aku” menceritakan
perjalanan sepulang sekolahnya yang mana tokoh “Aku” bertemu
dengan bocah di sudut pasar)
Latar
Latar tempat (Di depan sekolah)
“…Kulangkahkan kakiku meninggalkan gerbang sekolah dan
teman-temanku yang sedang asyik memilah dan memilih aksesoris di
sebuah toko aksesoris di depan sekolah…“
Latar waktu (Siang menjelang sore)
“…Hari semakin sore dan jarak yang harus kutempuh masih
cukup jauh. Sepanjang perjalanan, aku memikirkan bocah tadi. Betapa
hebatnya dia…”
Latar suasana (Menyesal)
“… Aku jauh lebih beruntung dibandingkan bocah itu tapi aku
masih saja mengeluh! “Tidak tahu diri!”, hinaku pada diriku sendiri…”
Tokoh
- Aku, Bocah sudut pasar (Im), Ibu paruh baya, teman-
teman Aku

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados (20)

Kebaikan Menabung
Kebaikan MenabungKebaikan Menabung
Kebaikan Menabung
 
2. teks pidato persuasif
2. teks pidato persuasif2. teks pidato persuasif
2. teks pidato persuasif
 
Biografi materi kelas X
Biografi materi kelas XBiografi materi kelas X
Biografi materi kelas X
 
Prinsip pembinaan ayat
Prinsip pembinaan ayatPrinsip pembinaan ayat
Prinsip pembinaan ayat
 
Ppt puisi
Ppt puisiPpt puisi
Ppt puisi
 
Ppt hikayat
Ppt hikayatPpt hikayat
Ppt hikayat
 
Imbuhan Ber
Imbuhan BerImbuhan Ber
Imbuhan Ber
 
prefiks/awalan me
prefiks/awalan meprefiks/awalan me
prefiks/awalan me
 
3. teks cerita pendek
3. teks cerita pendek3. teks cerita pendek
3. teks cerita pendek
 
Materi Teks Cerpen Bahasa Indonesia Kelas XI
Materi Teks Cerpen Bahasa Indonesia Kelas XIMateri Teks Cerpen Bahasa Indonesia Kelas XI
Materi Teks Cerpen Bahasa Indonesia Kelas XI
 
Imbuhan Pe
Imbuhan PeImbuhan Pe
Imbuhan Pe
 
Bahasa Indonesia : Artikel
Bahasa Indonesia : ArtikelBahasa Indonesia : Artikel
Bahasa Indonesia : Artikel
 
6. teks cerita inspiratif
6. teks cerita inspiratif6. teks cerita inspiratif
6. teks cerita inspiratif
 
Sajak sang gembala kuda
Sajak sang gembala kudaSajak sang gembala kuda
Sajak sang gembala kuda
 
Bahasa Arab materi Masdar
Bahasa Arab materi MasdarBahasa Arab materi Masdar
Bahasa Arab materi Masdar
 
REFLEKSI BUKU FIKSI DAN NON FIKSI
REFLEKSI BUKU FIKSI DAN NON FIKSIREFLEKSI BUKU FIKSI DAN NON FIKSI
REFLEKSI BUKU FIKSI DAN NON FIKSI
 
KOMSAS PROSA TRADISONAL ASAL PADI (TINGKATAN 1)
KOMSAS PROSA TRADISONAL ASAL PADI (TINGKATAN 1)KOMSAS PROSA TRADISONAL ASAL PADI (TINGKATAN 1)
KOMSAS PROSA TRADISONAL ASAL PADI (TINGKATAN 1)
 
BAB 8 DRAMA.pptx
BAB 8 DRAMA.pptxBAB 8 DRAMA.pptx
BAB 8 DRAMA.pptx
 
Imbuhan PEN~
Imbuhan PEN~Imbuhan PEN~
Imbuhan PEN~
 
Ppt cerpen
Ppt cerpenPpt cerpen
Ppt cerpen
 

Semelhante a Analisis cerpen

Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 NSS Slide
 
Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 NSS Slide
 
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptxKARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptxwahyutriwibowo098
 
Pengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis CerpenPengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis CerpenMomee Rain
 
Cerita Fiksi Dalam Novel
Cerita Fiksi Dalam NovelCerita Fiksi Dalam Novel
Cerita Fiksi Dalam NovelSyifa Sahaliya
 
C E R P E N.pptx bahasa indonesia kelas8
C E R P E N.pptx bahasa indonesia kelas8C E R P E N.pptx bahasa indonesia kelas8
C E R P E N.pptx bahasa indonesia kelas8yanto08huldy
 
PPT Cerpen Murniasih.pptx
PPT Cerpen Murniasih.pptxPPT Cerpen Murniasih.pptx
PPT Cerpen Murniasih.pptxBrowNiesParlay
 
Menyimak Untuk Memahami Teks Seni
Menyimak Untuk Memahami Teks SeniMenyimak Untuk Memahami Teks Seni
Menyimak Untuk Memahami Teks SeniPbp II
 
ppt pembelajaran novel,jenis,struktur.pptx
ppt pembelajaran novel,jenis,struktur.pptxppt pembelajaran novel,jenis,struktur.pptx
ppt pembelajaran novel,jenis,struktur.pptxsamsuja30
 
Prosa, Puisi, dan Drama
Prosa, Puisi, dan DramaProsa, Puisi, dan Drama
Prosa, Puisi, dan DramaIfwhar Yuhono
 

Semelhante a Analisis cerpen (20)

materi_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptxmateri_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptx
 
materi_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptxmateri_cerpen.pptx
materi_cerpen.pptx
 
Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2
 
Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2 Cerpen kelompok 2
Cerpen kelompok 2
 
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptxKARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
KARYA SASTRA NOVEygchgghghjghjyuhjL.pptx
 
CERPEN.pptx
CERPEN.pptxCERPEN.pptx
CERPEN.pptx
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Pengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis CerpenPengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis Cerpen
 
Cerita Fiksi Dalam Novel
Cerita Fiksi Dalam NovelCerita Fiksi Dalam Novel
Cerita Fiksi Dalam Novel
 
Ppt prosa
Ppt prosaPpt prosa
Ppt prosa
 
Cerita pendek 2
Cerita pendek 2Cerita pendek 2
Cerita pendek 2
 
C E R P E N.pptx bahasa indonesia kelas8
C E R P E N.pptx bahasa indonesia kelas8C E R P E N.pptx bahasa indonesia kelas8
C E R P E N.pptx bahasa indonesia kelas8
 
PPT Cerpen Murniasih.pptx
PPT Cerpen Murniasih.pptxPPT Cerpen Murniasih.pptx
PPT Cerpen Murniasih.pptx
 
Cerita pendek 2
Cerita pendek 2Cerita pendek 2
Cerita pendek 2
 
CERPEN.pdf
CERPEN.pdfCERPEN.pdf
CERPEN.pdf
 
Menyimak Untuk Memahami Teks Seni
Menyimak Untuk Memahami Teks SeniMenyimak Untuk Memahami Teks Seni
Menyimak Untuk Memahami Teks Seni
 
ppt pembelajaran novel,jenis,struktur.pptx
ppt pembelajaran novel,jenis,struktur.pptxppt pembelajaran novel,jenis,struktur.pptx
ppt pembelajaran novel,jenis,struktur.pptx
 
Prosa, Puisi, dan Drama
Prosa, Puisi, dan DramaProsa, Puisi, dan Drama
Prosa, Puisi, dan Drama
 
Bahan ajar kelas xi
Bahan ajar kelas xiBahan ajar kelas xi
Bahan ajar kelas xi
 
MODUL "NOVEL"
MODUL "NOVEL"MODUL "NOVEL"
MODUL "NOVEL"
 

Mais de Kay Nazarite

Teks cerita sejarah (Bahasa Indonesia)
Teks cerita sejarah (Bahasa Indonesia)Teks cerita sejarah (Bahasa Indonesia)
Teks cerita sejarah (Bahasa Indonesia)Kay Nazarite
 
Kerajaan Ternate & Tidore
Kerajaan Ternate & TidoreKerajaan Ternate & Tidore
Kerajaan Ternate & TidoreKay Nazarite
 
Surat keterangan catatan
Surat keterangan catatanSurat keterangan catatan
Surat keterangan catatanKay Nazarite
 
Sistem pernapasan pada burung dan katak
Sistem pernapasan pada burung dan katakSistem pernapasan pada burung dan katak
Sistem pernapasan pada burung dan katakKay Nazarite
 
Peristiwa Tanjung Priok
Peristiwa Tanjung PriokPeristiwa Tanjung Priok
Peristiwa Tanjung PriokKay Nazarite
 
Siklus daur padat, cair, gas
Siklus daur padat, cair, gasSiklus daur padat, cair, gas
Siklus daur padat, cair, gasKay Nazarite
 
Protisa mirip hewan
Protisa mirip hewanProtisa mirip hewan
Protisa mirip hewanKay Nazarite
 
Kebijakan moneter dan fiskal
Kebijakan moneter dan fiskalKebijakan moneter dan fiskal
Kebijakan moneter dan fiskalKay Nazarite
 
Laporan hasil observasi
Laporan hasil observasiLaporan hasil observasi
Laporan hasil observasiKay Nazarite
 

Mais de Kay Nazarite (20)

Katabolisme
KatabolismeKatabolisme
Katabolisme
 
Teks cerita sejarah (Bahasa Indonesia)
Teks cerita sejarah (Bahasa Indonesia)Teks cerita sejarah (Bahasa Indonesia)
Teks cerita sejarah (Bahasa Indonesia)
 
Akuntansi
AkuntansiAkuntansi
Akuntansi
 
Sentralisasi PKn
Sentralisasi PKnSentralisasi PKn
Sentralisasi PKn
 
Kerajaan Ternate & Tidore
Kerajaan Ternate & TidoreKerajaan Ternate & Tidore
Kerajaan Ternate & Tidore
 
Surat keterangan catatan
Surat keterangan catatanSurat keterangan catatan
Surat keterangan catatan
 
Ketenagakerjaan
KetenagakerjaanKetenagakerjaan
Ketenagakerjaan
 
Sistem pernapasan pada burung dan katak
Sistem pernapasan pada burung dan katakSistem pernapasan pada burung dan katak
Sistem pernapasan pada burung dan katak
 
Profil Chris John
Profil Chris JohnProfil Chris John
Profil Chris John
 
Tugas PKn
Tugas PKnTugas PKn
Tugas PKn
 
Peristiwa Tanjung Priok
Peristiwa Tanjung PriokPeristiwa Tanjung Priok
Peristiwa Tanjung Priok
 
Siklus daur padat, cair, gas
Siklus daur padat, cair, gasSiklus daur padat, cair, gas
Siklus daur padat, cair, gas
 
Protisa mirip hewan
Protisa mirip hewanProtisa mirip hewan
Protisa mirip hewan
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Pelanggaran HAM
Pelanggaran HAMPelanggaran HAM
Pelanggaran HAM
 
Kebijakan moneter dan fiskal
Kebijakan moneter dan fiskalKebijakan moneter dan fiskal
Kebijakan moneter dan fiskal
 
Teks eksplanasi
Teks eksplanasiTeks eksplanasi
Teks eksplanasi
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Laporan hasil observasi
Laporan hasil observasiLaporan hasil observasi
Laporan hasil observasi
 
Negosiasi
NegosiasiNegosiasi
Negosiasi
 

Último

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 

Último (20)

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 

Analisis cerpen

  • 1. 1. Bella Hillary 2. Michael Hizkia W. 3. M. Rafik 4. M. Rifqi 5. Oktafianti Eka 6. Zaky Fauzan N.
  • 2. Cerpen adalah jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita tentang kehidupan manusia lewat tulisan pendek. cerpen juga bisa disebut sebagai karangan fiktif yang berisikan tentang sebagian kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh saja.
  • 3. • Menurut KBBI Cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan dominan serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut. • Menurut Sumardjo dan Saini Cerpen adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa saja terjadi kapanpun serta dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek dan singkat.  Jadi menurut kami Cerpen atau cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novel.
  • 4. 1. Jalan ceritanya lebih pendek dari novel 2. Sebuah cerpen memiliki umlah kata yang tidak lebih dari 10.000 (10 ribu) kata 3. Biasanya isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-hari 4. Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja. 5. Tokoh dalam cerpen digambarkan mengalami masalah atau suatu konflik hingga pada tahap penyelesainnya. 6. Pemakaian kata yang sederhana serta ekonomis dan mudah dikenal pembaca. 7. Kesan yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam sehingga pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita tersebut. 8. Biasanya hanya 1 kejadian saja yang diceritakan. 9. Memiliki alur cerita tunggal dan lurus. 10. Penokohan pada cerpen sangatlah sederhana, tidak mendalam serta singkat
  • 5. 1. Abstrak Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional atau dalam artian bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak tersebut. 2. Orientasi Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan jalan cerita dari cerpen tersebut. 3. Komplikasi Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada komplikasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun watak dari berbagai tokoh cerita pendek tersebut, hal ini karena pada bagian komplikasi kerumitan mulai bermunculan. 4. Evaluasi Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta sudah mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut. 5. Resolusi Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami tokoh. 6. Koda Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari cerita pendek tersebut oleh pembacanya.
  • 6. 1. Tema Tema adalah sebuah gagasan pokok yang mendasari dari jalan cerita sebuah cerpen. Tema biasanya dapat langsung terlihat jelas di dalam cerita atay tersurat dan tidak langsung, dimana si pembaca harus teliti dan dapat menyimpulkan sendiri atau tersirat. 2. Alur / Plot Alur merupakan urutan tahapan jalannya cerita, antara lain : perkenalan > muncul konflik atau suatu permasalahan > peningkatan konflik > puncak konflik (klimaks) > penurunan konflik > selesaian. 3. Setting Setting sangat berkaitan dengan tempat atau latar, waktu, dan suasana dalam cerpen tersebut. 4. Tokoh Tokoh merupakan pelaku yang terlibat dalam cerita tersebut. Setiap tokoh biasanya mempunyai karakter tersendiri. Dalam sebuah cerita terdapat tokoh protagonis atau tokoh baik dan antagonis atau tokoh jahat serta ada juga tokoh figuran yaitu tokoh pendukung.
  • 7. 5. Penokohan Penokohan yaitu pemberian sifat pada tokoh atau pelaku dalam cerita tersebut. Metode penokohan ada 2 (dua) macam diantaranya: • Metode analitik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkan atau menyebutkan sifat tokoh secara langsung. • Metode dramatik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkannya secara tidak langsung. 6. Sudut Pandang Adalah cara pandang pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam cerita. Sudut pandang ada 4, antara lain: • Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta tingkah laku yang dialaminya. • Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan Tokoh ”aku” muncul tidak sebagai tokoh utama lagi, melainkan sebagai pelaku tambahan. Tokoh ”aku” hadir dalam jalan cerita hanya untuk membawakan cerita kepada pembaca. • Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu Kisah cerita dari sudut ”dia”, namun pengarang atau narator dapat menceritakan apa saja hal- hal dan tindakan yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya. • Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat Pengarang hanya melukiskan apa yang dilihat, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh tersebut, namun terbatas pada seorang tokoh saja. 7. Amanat Amanat merupakan sebuah pesan dari seorang penulis atau pengarang cerita tersebut kepada
  • 8. Unsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk cerpen dari luar, berbeda dengan unsur intrinsik cerpen yang membentuk cerpen dari dalam. Unsur ekstrinsik cerpen tidak terlepas dari keadaan masyarakat saat dimana cerpen tersebut dibuat oleh pengarang. Unsur ini sangat memiliki banyak sekali pengaruh terhadap penyajian amanat ataupun latar belakang dari cerpen tersebut. Berikut unsur ekstrinsik cerpen.
  • 9. 1. Nilai agama Nilai agama adalah hal-hal yang bisa dijadikan pelajaran yang terkandung di dalam cerpen yang berkaitan dengan ajaran agama. 2. Nilai sosial Nilai sosial adalah nilai yang bisa dipetik dari interaksi-interaksi tokoh-tokoh yang ada di dalam cerpen dengan tokoh lain, lingkungan dan masyarakat sekitar tokoh. 3. Nilai moral Nilai moral adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita dan berkaitan dengan akhlak atau etika yang berlaku di dalam masyarakat. Di dalam suatu cerpen, nilai moral bisa menjadi suatu nilai yang baik maupun nilai yang buruk. 4. Nilai budaya Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai-nilai kebiasaan, tradisi, adat istiadat yang berlaku. 5. Nilai Politik Nilai politik adalah nilai yang berhubungan dengan proses pelaksanaan kebijakan di masyarakat, berkaitan juga dengan usaha warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
  • 10. A. Majas Majas atau gaya bahasa merupakan cara pengarang mengekpresikan jiwa perasaan dan pikirannya dalam media bahasa. Majas dapat dibedakan menjadi majas perbandingan, pertentangan, sindiran dan penegasan. • Personifikasi • Hiperbola • Metafora Majas Perbandingan • Antitesis • Paradoks • Kontradiksi intermimis Majas Pertentangan • Ironi • Sinisme • Sarkasme Majas Sindiran • Pleonasme • Retorik • Paralelisme Majas Penegasan
  • 11. B. Ungkapan Ungkapan atau bentuk idiom adalah gabungan kata yang menimbulkan makna baru yang memiliki makna khusus sehingga tidak dapat diartikan secara sebenarnya. C. Peribahasa Peribahasa adalah sekelompok kata atau kalimat yang susunanya tetap, tidak bisa berubah-ubah, menggambarkan keadaan dengan makna tertentu.
  • 12. Bocah di Sudut Pasar
  • 13. Aku sekarang duduk di bangku kelas IX SMP tapi Ayah masih juga belum menambah uang sakuku. Kadang aku kesal, ketika melihat teman-temanku membeli aksesoris cantik yang harganya cukup mahal. Aku kesal karena uang sakuku tak cukup untuk membeli aksesoris yang sejenis. Satu-satunya yang bisa aku lakukan hanya menghela napas menahan kesal. Gerutuanku ini membuatku merasa gerah padahal hari ini tidak terlalu terik. Ayah tidak mengerti perasaanku. Ibu pun demikian. Kulangkahkan kakiku meninggalkan gerbang sekolah dan teman- temanku yang sedang asyik memilah dan memilih aksesoris di sebuah toko aksesoris di depan sekolah. Kenapa toko itu harus berada di depan sekolahku? Hah! Aku semakin kesal! Aku sadar jika aku bergabung dengan mereka, menyiksa mata dan batinku melihat aksesoris mahal yang tidak bisa aku beli, maka aku akan membutuhkan hati yang baru karena yang satu ini akan hancur, tentunya. Bisa jadi aku iri pada mereka. Tapi apa yang harus aku
  • 14. Langkah demi langkah kutatih di jalan yang lebarnya tak seberapa ini. Sampai akhirnya Nida dan Fatma, teman sekelasku, dengan gagahnya lewat di sampingku mengendarai sepeda motor. Lagi-lagi, aku merasa jengkel dengan hidupku. Kenapa hanya aku yang harus berjalan kaki ke sekolah dengan jarak yang cukup jauh? Sedangkan anak lain seusiaku sudah diijinkan dan diberikan sepeda motornya sendiri? Aku melewati jalan yang melintang sambil menggerutu seperti ibu-ibu yang baru saja pulang dari pasar saat harga sembako sedang melambung tinggi. Aku terlalu sibuk membenci hidupku sampai aku hampir lupa bahwa aku diberikan tanggung jawab dari kelompokku untuk membeli beberapa kebutuhan untuk praktik Biologi besok. Aku mengurungkan niatku untuk langsung pulang ke rumah. Di persimpangan jalan, aku berbelok ke arah pasar. Sebenarnya aku tidak terlalu suka pergi ke pasar. Terlalu ramai! Tapi mau bagaimana lagi? Matahari sudah menikuk menandakan siang akan berganti sore tapi pasar ini masih ramai dilancongi para pahlawan rumah tangga dengan berbagai kostum. Mulai kostum ala istri ulama sampai kostum ala istri pemain bola. Aku baru saja memasuki halaman depan pasar tapi di pikiranku sudah terpenuhi bisikan-bisikan jahat untuk mengurungi niatku. Beberapa sepeda motor terparkir rapi memenuhi halaman depan pasar yang difungsikan sebagai lahan parkir. Aku juga melihat beberapa petugas parkir yang wajahnya tak asing bagiku. Dari jauh, kulihat seorang bocah kecil dengan kaos biru dan celana merahnya berdiri bersandar di dinding sebuah
  • 15. Aku pikir tidak ada yang salah dengan sendalnya. “Hanya lusuh, masih bisa digunakan”, sekali lagi aku berkata dalam hati. Sesekali ia menggerakkan kakinya, menggesek-gesekkan sendalnya ke lantai. Aku melangkah lebih dekat. Kulihat seorang ibu melintas di hadapannya. Mendadak, bocah itu meraih plastik belanjaan yang sejak tadi dijinjing oleh ibu tersebut. Terkejut, seketika ibu tersebut menarik plastik belanjaannya dan menatap sinis ke arah bocah berkaos biru itu. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Mengapa bocah itu menarik plastik belanjaan itu? Mengikuti rasa ingin tahuku, aku mendekat. “Im, sini Im!”, suara seorang ibu paruh baya terdengar dari dalam toko memanggilnya. Seketika wajah bocah itu menjadi sumringah. Dia berlari menghampiri suara yang memanggilnya dengan begitu semangat. Tak lama, ia keluar dengan menjinjing beberapa barang belanjaan. Dia berjalan agak pontang-panting, sepertinya barang yang dibawanya cukup berat. Sejenak aku ingin membantunya, tapi pada akhirnya aku hanya memandanginya saja. Dia berhenti sejenak, melepaskan jinjingan di tangannya. Kulihat nafasnya mulai terengah-engah. Dia kembali menjinjing bawaannya menuju sebuah angkutan umum dengan setengah berlari. Lagi-lagi, aku hanya menatapnya. Ibu paruh baya tadi memberinya beberapa lembar uang seribuan. Senyum bocah itu kembali merekah. Nafasnya masih terengah-engah. Ia seperti mendapatkan kembali energinya yang habis dikurasnya beberapa menit yang lalu. Ia kembali berdiri di samping toko di sudut pasar itu sambil berusaha mengantongi uang yang diterimanya. Tangan mungil itu memijat-mijat tangan
  • 16. “Im, tolong kesini Im!”, kali ini si pemilik toko yang memintanya membantu membereskan toko. Bocah itu memanggul barang-barang yang sebelumnya diletakkan di luar ke dalam toko. Cukup banyak barang yang ia angkut tapi tetap terlihat begitu semangat. Kali ini, dia menerima upah yang lebih banyak dari sebelumnya dan pergi meninggalkan toko dengan wajah berseri-seri. Aku memandanginya sampai dia benar-benar hilang dari penglihatanku. Setelah ia tak lagi terlihat, aku tersadar dari lamunanku dan melihat sebagian toko di pasar itu sudah mulai ditutup oleh pemiliknya. Dan aku belum mendapatkan satupun barang yang diperlukan kelompokku! Kebetulan toko di sudut pasar itu, tempat bocah kecil dengan panggilan “Im”, yang aku tidak tahu siapa nama aslinya, mungkin Boim, Toim atau Naim, masih belum tutup. Aku segera mencari semua yang kubutuhkan. Saat aku hendak membayar semua belanjaanku, bocah itu terlintas di pikiranku. Demi memuaskan rasa ingin tahuku, aku bertanya pada si pemilik toko. Betapa terkejutnya aku mendapat jawaban dari si pemilik toko. Mataku mulai berkaca-kaca tapi aku mencoba menahan agar titik-titik kecil air mata tidak meleleh dari sudut mataku. Akan sangat memalukan jika aku harus menangis di tempat
  • 17. Aku meninggalkan pasar yang mulai sepi. Parkiran yang tadi kulihat hampir penuh, sekarang sudah bisa kuhitung jari. Hari semakin sore dan jarak yang harus kutempuh masih cukup jauh. Sepanjang perjalanan, aku memikirkan bocah tadi. Betapa hebatnya dia. Bocah kecil yang tangguh. Setiap hari, sepulang sekolahnya ia berdiri di samping toko di sudut pasar itu, tanpa sedikit pun rasa malu menjadi kuli angkut di usianya yang masih sangat belia agar bisa mencukupi semua keperluan sekolahnya. Dia hanya hidup berdua dengan neneknya yang sudah tidak terlalu bugar. Aku mengingat semua yang telah kupikirkan sepulang sekolah tadi. Aku jauh lebih beruntung dibandingkan bocah itu tapi aku masih saja mengeluh! “Tidak tahu diri!”, hinaku pada diriku sendiri. Kini air mata benar-benar meleleh di pipiku. Beberapa orang melintasiku, memandangiku, tapi aku tidak peduli. Aku benar-benar menyesali perbuatanku. Tidak seharusnya aku membenci hidupku saat masih ada orang lain di luar sana yang hidupnya lebih sulit dari hidupku. Seorang anak kecil di sudut pasar telah membuka mata dan hatiku. Ayah, Ibu, maafkan aku yang terlalu banyak menuntut. Tuhan, maafkan aku karena aku kurang bersyukur atas apa yang telah Kau berikan untukku. Aku mengingat-ingat jawaban Ibuku, yang sebelum hari ini tidak begitu aku pedulikan. Suatu saat aku pernah bertanya, ”Bu, mengapa Tuhan
  • 18. Tema : Bersyukur dengan apa yang kita miliki Alur : Maju (Dalam cerita tersebut tokoh “Aku” menceritakan perjalanan sepulang sekolahnya yang mana tokoh “Aku” bertemu dengan bocah di sudut pasar) Latar Latar tempat (Di depan sekolah) “…Kulangkahkan kakiku meninggalkan gerbang sekolah dan teman-temanku yang sedang asyik memilah dan memilih aksesoris di sebuah toko aksesoris di depan sekolah…“ Latar waktu (Siang menjelang sore) “…Hari semakin sore dan jarak yang harus kutempuh masih cukup jauh. Sepanjang perjalanan, aku memikirkan bocah tadi. Betapa hebatnya dia…” Latar suasana (Menyesal) “… Aku jauh lebih beruntung dibandingkan bocah itu tapi aku masih saja mengeluh! “Tidak tahu diri!”, hinaku pada diriku sendiri…”
  • 19. Tokoh - Aku, Bocah sudut pasar (Im), Ibu paruh baya, teman- teman Aku