2. Osteomielitis adalah infeksi tulang yang
biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi
kadang-kadang disebabkan oleh jamur. Jika
tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang
lunak (sumsum tulang) sering membengkak.
Karena pembengkakan jaringan ini menekan
dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka
pembuluh darah di dalam sumsum bisa
tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang
memadai, bagian dari tulang bisa mati.
Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang
dan membentuk abses(pengumpulan nanah)
di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di
otot.
3. 1. Menurut kejadiannya terbagi 2 yaitu
◦ Osteomyelitis Primer
◦ Osteomyelitis Sekunder
2. Sedangkan menurut perlangsungnya dibedakan atas
• Steomyelitis akut
• Steomyelitis kronis
3. Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah
osteomyelitis biogenik yang paling sering :
◦ Staphylococcus (orang dewasa)
◦ Streplococcus (anak-anak)
◦ Pneumococcus dan Gonococcus
4. Tulang, yang biasanya terlindung
dengan baik dari infeksi, bisa mengalami
infeksi melalui 3 cara:
◦ Aliran darah
◦ Penyebaran langsung
◦ Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
5. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan;
namun yang lebih sering hars dilakukan insisi dan
drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun
seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan
tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak.
Teradi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi
proses penyembuhan, namun sequestrum infeksis kronis
yang tetap rentan mengeluarkan abses kembuhan
sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomyelitis tipe
kronik.
6.
7. Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui
aliran darah, menyebabkan demam dan kadang-kadang
di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang
yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami
luka dan membengkak, dan pergerakan akan
menimbulkan nyeri.
Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa
terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis kronis).
Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama
bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama
beberapa bulan atau beberapa tahun.
8. Diagnosis berdasarkan gejala-gejala dan hasil
pemeriksaan fisik. Pada skening tulang dengan
teknetium, area yang terinfeksi menunjukkan
kelainan, kecuali pada anak-anak. Tetapi hal ini
tidak akan muncul pada foto rontgen sampai
lebih dari 3 minggu setelah gejala pertama
timbul.
CT scan dan MRI juga bisa menunjukkan
daerah yang terinfeksi.
9. Penanganan infeksi local dapat menurunkan angka
penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan
lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien
dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan
operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan
insiden osteomyelitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai
kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan
selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan
sangat membantu. Teknik perawatan luka
pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi
superficial dan potensial terjadinya osteomyelitis.
10. Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk
mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah
terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin
hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan
menghentikan proses infeksi, kultur darah dan kultur
abses dilakukan untuk mengidentifkasi organisme dan
memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi
disebabkan oleh dari satu patogen.
11. 1. PENGKAJIAN
◦ Identifikasi awitan gejala akut : nyeri lokal,
pembengkakan, eritema, demam atau keluarnya pus
dari sinus disertai nyeri sedang dan demam sedang .
◦ Kaji adanya faktor risiko : lansia, DM, terapi
kortikosteroid jangka panjang, cedera infeksi dan
riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
◦ Dapatkan data penunjang hasil pemeriksaan lab &
radiologi
12. Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan
Kerusakan mobilitas fisik b/d
nyeri/ketidaknyamanan
Resiko terhadap penyebaran infeksi b/d fungsi
proteksi kulit hilang
13. DX 1
1. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan
karakter nyeri (menetap, hilang timbul).
R/ Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan
informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya
komplikasi, dan keefektifan intervensi.
2. catat terhadap respon obat, dan laporkan pada dokter bila
nyeri hilang.
R/ Nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat
menunjukkan terjadinya komplikasi/kebutuhan terhadap
intervensi lebih lanjut.
3. pantau tanda vital, catat peninggian suhu.
R/ peninggian frekuensi jantung dapat menunjukkan
peningkatan nyeri/ketidaknyamanan atau terjadi respons
trhadap demam dan proses inflamasi.