Makalah ini membahas tentang miopi yang meliputi definisi, penyebab, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan komplikasi miopi. Miopi adalah kelainan refraksi dimana cahaya difokuskan di depan retina yang menyebabkan penglihatan kabur untuk objek jauh. Penyebab miopi antara lain faktor genetik dan lingkungan seperti kebiasaan membaca dalam waktu lama. Manifestasi klinis miopi berupa penglihatan kabur untuk j
1. OLEH :
KELOMPOK 2
ASTUTI MUHRI PERTIWI
VAULIN HARDIANTI
HALIMAWATI DALLE SITI RASYIDAH N
MARDIANA GILLIAN
ZULFACHRI BAKRI INRAS
SOFYAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIK MAKASSAR
2012
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“MIOPI”.
Tak lupa kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan tugas ini. Begitupun kepada dosen yang membimbing kami guna
menyelesaikan makalah ini.
Meskipun masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini, tapi kami
selalu berusaha agar makalah yang kami buat bisa bermanfaat baik bagi kami sendiri maupun
orang lain.
Kami sangat berharap kepada siapa saja yang bisa memberikan kritik dan saran agar
kedepannya, kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.
Makassar, November 2012
Kelompok 2
3. DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................................. ii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan ....................................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 2
Bab III Penutup ............................................................................................................ 7
Daftar Pustaka ............................................................................................................. iv
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu pancaindra yang sangat penting untuk kehidupan manusia.
Terlebih-lebih dengan majunya teknologi, maka penglihatan yang baik merupakan kebutuhan
yang tidak dapat diabaikan (Guyton, 1997).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya miopia diantaranya yaitu sering
melakukan pekerjaan dekat, kurangnya konsumsi makanan bergizi dan faktor genetik. Beberapa
penelitian yang terkait dengan miopia juga telah dilakukan, diantaranya penelitian tentang
dampak pemakaian lampu tidur pada mata anak. Penelitian ini membuktikan bahwa resiko anak
terkena miopia akan meningkat pada anak-anak yang memakai lampu tidur.
Kejadian miopia sangat tinggi di negara-negara Asia, dan angka tertinggi kejadian miopia
adalah Singapura. Di Singapura, 80% dari jumlah penduduk laki-laki yang direkrut menjadi
tentara menderita miopia, padahal 30 tahun lalu hanya sekitar 25% (Rehm,2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Miopi?
2. Apa penyebab dari Miopi?
3. Apa Manifestasi Kinik dari Miopi?
4. Apa saja Penatalaksanaan dari Miopi?
5. Apa saja Komplikasi pada Miopi?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada sistem indera yaitu indera
pengelihatan sehingga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam asuhan
keperawatan pada sistem indera.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami definisi dari miopi
b. Mampu memahami etiologi dari miopi
c. Mampu memahami patofisiologi miopi
d. Mampu memahami manifestasi klinis dari miopi
e. Mampu memahami pemeriksaan penunjang dari miopi
f. Mampu memahami komplikasi dari miopi
BAB II
5. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Mata miopia disebut pelihat dekat, penderita miopia dapat melihat benda dekat dengan sangat
jelas, sedangkan untuk benda yang terletak jauh tidak difokuskan (Guyton, 2000)
Miopi adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk kemata jatuh di depan
retina pada mata yang istirahat (tanpa akomodasi) gambaran kelainan pemokusanan cahaya
didepan retina. (Yayan A.Israr, 2010)
B. Etiologi
Penyebab miopia dapat bersifat keturunan (herediter), ketegangan visual atau faktor
lingkungan. Faktor herediter pada miopi pengaruhnya lebih kecil dari faktor ketegangan visual.
Terjadinya miopi lebih dipengaruhi oleh bagaimana seseorang menggunakan penglihatannya,
dalam hal ini seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer atau
seseorang yang menghabiskan banyak waktunya dengan membaca tanpa istirahat akan lebih
besar kemungkinannya untuk menderita miopi.
Faktor lingkungan juga dapat memengaruhi misalnya pada rabun malam yang disebabkan
oleh kesulitan mata untuk memfokuskan cahaya dan membesarnya pupil, keduanya karena
kurangnya cahaya, menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak difokuskan dengan
baik.
Dapat juga terjadi keadaan pseudo-miopi atau miopi palsu disebabkan ketegangan mata
karena melakukan kerja jarak dekat dalam waktu yang lama. Penglihatan mata akan pulih setelah
mata diistirahatkan.
Selain itu, miopi juga dapat disebabkan karena :
1. Aksial : aksis memanjang
2. Refraktif :
a. Kelainan lensa, misalnya bisa lensa cembung pada katarak
b. Cairan mata meningkat
c. Kelainan cornea, misal keratotonus
C. Klasifikasi Miopi
Miopi dibagi berdasarkan beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Menurut jenis kelainannya, Vaughan membagi miopia menjadi:
a. Miopi aksial, dimana diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari
pada panjang dari normal
b. Miopi kurvartu,yaitu adanya peningkatan curvature kornea atau lensa.
c. Miopi indeks, terjadi peningkatan indeks biasa pada cairan mata
2. Menurut perjalanan penyakitnya miopi dibagi atas :
6. a. Miopi stasioner yaitu yang menetap setelah dewasa
b. Miopi progeresif, yaitu miopi yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
c. Miopi maligna, yaitu keadaan yang lebih berat dari miopi progeresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan ( Ilyas, 2005)
3. Berdasarkan sifat
a. Miopi simplex, sering dijumpai pada umur muda dan bersifat menetap dan tidak
menimbulkan kelainan pada fundus.
b. Miopi progressive,minus terus bertambah sehingga bisa terjadi gangguan pada
choroid disebur juga miopi degenerasi, tidak bisa mencapai 6/6
c. Miopi maligna , lebih cepat choroid miopi degeneration.
4. Miopi berdasarkan berat ringan :
a. Miopi ringan
b. Sangat ringan, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata 0.25 s/d 1.0D
c. Ringan, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata -1 s/d -3 D
d. Miopi sedang dapat dikoreksi dengan kaca mata -3 s/d -6 D
e. Miopi tinggi dapat dikoreksi dengan kaca mata -6 s/d -10 D
f. Miopi berat dapat dapat dikoreksi dengan kacamata > -10 D
D. Manifestasi Klinis
1) Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan
jarak jauh (anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi mereka
dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku)
2) Kelelahan mata
3) Sakit kepala
Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya
terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua
mata selalu harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan
keluhan (astenovergen). Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi
strabismus konvergen (estropia). Apabila terdapat miopia pada satu mata jauh lebih tinggi
dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia pada mata yang miopianya lebih tinggi. Mata
ambliopia akan bergulir ke temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia)
(Illyas,2005).
7. Gejala-gejala miopia juga terdiri dari:
1. Gejala subjektif :
a. Kabur bila melihat jauh
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c. Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi)
2. Gejala objektif :
a. Miopia simpleks :
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai kresen miopia (miopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
b. Miopia patologik :
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks:
Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenarasi
yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan
kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas
hubungannya dengan keadaan miopia
Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih
pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh
lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi
dan pigmentasi yang tidak teratur
Makula :Berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
pendarahan subretina pada daerah makula
Retina bagian perifer : berupa degenerasi kista retina bagian perifer
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut
sebagai fundus tigroid (Illyas, 2005).
E. Patofisiologi
Apabila bayangan dari benda yang terlihat jauh berfokus di depan retina pada mata yang
tidak berakomodasi, maka mata tersebut mengalami miopia atau penglihatan dekat
8. (nearshighted). Sewaktu benda digeser lebih dekat dari 6 meter, maka bayangan bergerak
mendekati retina dan fokusnya menjadi lebih tajam (Vaughan, 2000).
Pada miopia atau “penglihatan dekat” sewaktu otot siliaris relaksasi, cahaya dari objek jauh
difokuskan di depan retina. Keadaan ini biasanya akibat bola mata terlalu panjang, atau kadang-
kadang daya bias susunan lensa terlalu kuat.
Tak ada mekanisme bagi miopia untuk mengurangi kekuatan lensanya karena memang otot
siliaris dalam keadaan relaksasi sempurna. Karena itu, penderita miopia tidak mempunyai
mekanisme untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh dengan tegas ke retina. Namun
dengan cara mendekatkan objek ke mata, bayangan akhirnya dapat difokuskan ke retina. Bila
objek terus didekatkan ke mata, penderita dapat mengggunakan mekanisme akomodasi agar
bayangan yang terbentuk tetap terfokus dengan tepat ke retina. Dengan demikian, seorang
penderita miopia mempunyai “titik jauh” yang terbatas untuk penglihatan jelas (Guyton, 1997).
Perbandingan antara mata normal dengan mata miopia
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaam mata secara umum atau standar pemeriksaan mata terdiri dari:
1. Ketajaman penglihatan yang keduanya dari jarak jauh ( Snellen) dan jarak dekat ( Jaeger)
2. Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam pemakaian kacamata
3. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk membuktikan kemungkinan ada atau
tidaknya kebutaan
4. Uji gerakan otot-otot mata
5. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di depan mata
6. Mengukur tekanan cairan di dalam mata
7. Pemeriksaan retina
G. Komplikasi
Miopia mungkin dapat diatasi dengan menggunakan kontak lensa tetapi penggunaan kontak
lensa tersebut bisa menyebabkan borok pada kornea dan infeksi. Selain kontak lensa, laser juga
digunakan untuk pembentukan/ koreksi penglihatan yang akhir-akhir ini banyak digunakan.
9. Tetapi penggunaan laser ini juga bisa menyebabkan kerusakan serius pada mata. Walaupun
jarang, orang-orang penderita miopia ini sering mengalami proses kemunduran retina (Guell,
2007).
H. Pengobatan
Pengobatan miopi terdapat beberapa cara, yaitu :
a. Kacamata
Pada pasien miopi ini diperlukan lensa kaca mata baca tambahan atau lensa eddisi
untuk membaca dekat yang berkuatan tetentu. Pengobatan pasien dengan dengan miopi
adalah memberikan kaca mata sferis negative terkecil yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal 33cm. Bila pasien dikoreksi dengan – 3.0 D memberika tajam
penglihatan 6/6, dan demikian memberikan istirahat mata dengan baik sesudah
dikoreksi (Ilyas, 2003).
b. Lensa kontak
Pengobatan biasanya ditolong dengan kacamata rangkap dan harus melakukan
terapi dengan cara menggunakan lensa eddisi untuk membaca dekat. Untuk jarak baca 33
cm, bila jarak berubah maka pemberian lensa juga berubah. Pada umur 40 tahun lensa
masih dapat mengembang, tetapi sangat menurun. Pada umur 60 tahun, lensa menjadi
sclerosic semua. Jadi pemberian lensa addisi tergantung pada pada jarak baca dan umur
pederita. Bifokus adalah kacamata yang digunakan untuk mengatasi presbiopia. Kacamata
ini memeliki 2 lensa, yaitu untuk membaca dipasang dibawah dan untuk melihat jarak jauh
dipasang diatas. Jika pelihat jarak jauh masih baik, bisa digunakan kacamata untuk baca
yang dijual bebas.
c. Bedah Keratorefraktif
Bedah keratorefraktif mencakup serangkai metode untuk mengubah kelengkungan
permukaan anterior bola mata diantaranya adalah keratomi radial, keratomileusis
keratofikia, epiakerarfikia.
10. BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MIOPI
A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan pandangannya kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat.
2. Riwayat Penyakit sekarang
Klien datang ke RS dengan keluhan pandangan kabur pada jarak jauh dan jelas pada
jarak dekat, klien mengatakan padangan kabur setiap saat.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan, sebelumnya belum pernah mengalami hal seperti ini.
4. Riwayat Penyakit keluarga
Klien mengatakan ibu klien mengalami hal yang sama seperti yang dialami klien.
5. Riwayat Kebiasaan
Klien mengatakan sering membaca buku dengan jarak yang sangat dekat dan dalam
keadaan tidak terlalu terang.
B. Pemeriksaan Diagnostik
Kartu snellen mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan):
mungkin terganggu dengan kerusakan kornea lensa aquous atau vitreus humor, kesalahan
refraksi atau penyakit syaraf atau penglihatan keretina atau jalan optik.
C. Diagnosa
Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguan penerimaan: gangguan status organ
ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
D. Intervensi
Koreksi mata miopi dengan memakai lensa minus atau negative ukuran teringan
yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata.
Tujuan:
Bayang jatuh tepat pada retina agar penglihatan tampak jelas.
E. Implementasi
Dilakukan pada satu mata secara bergantian, biasanya dimulai dari mata kanan lalu mata
kiri. Dilakukan setelah tajam penglihatan dilakukan dan diketahui terdapat kelainan
refraksi. Caranya adalah :
1) Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari karti snellen
2) Satu mata ditutup, dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca dari baris
11. terkecil yang masih bisa terbaca.
3) Ada mata yang terbuka letakkan lensa negatif (-) 0,50 untuk menghilangkan
akomodasi pada saat pemeriksaan.
12. BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mata adalah suatu kelainan refraksi di mana cahaya peralet yang memasuki mata secara
keseluruhan dibawa menuju focus didepan retina. Miopia, yang umumnya disebut sebagai
rabun jauh.
Penyebab miopia dapat bersifat keturunan (herediter) ; faktor lingkungan ; dan dapat juga
terjadi keadaan pseudo-miopi atau miopi palsu disebabkan ketegangan mata karena
melakukan kerja jarak dekat dalam waktu yang lama.
Gejala yang biasa timbul pada penderita miopi adalah : Penglihatan kabur atau mata
berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan jarak jauh ; kelelahan mata ;
dan sakit kepala.
Pengobatan miopi dapat dilakukan dengan menggunakan kacamata, lensa kontak, atau
dengan bedah keratorefraktif.
Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam keadaan gelap dan
menonton TV dengan jarak yang dekat. Pada beberapa tahun lalu, penurunan pelebaran
mata dimaksudkan untuk salah satu pengobatan yang telah dikembangkan untuk anak-
anak, tetapi ternyata terapi tersebut tidak efektif (Guell, 2007)
B. Saran
Bagi anda yang gemar membaca, menonton TV atau berhadapan dengan komputer serta
benda elektronik yang memiliki cahaya radiasi yang dapat mempengaruhi sistem indera, ada
baiknya lakukan istirahat tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau melihat TV.
Batasi jam membaca. Aturlah jarak baca yang tepat (30 centimeter), dan gunakanlah
penerangan yang cukup. Kalau memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur
tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30 cm. Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap
bukanlah kebiasaan yang baik.
13. DAFTAR PUSTAKA
Hartono. (2007). Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta: Gama Press.
Ilyas Sidarta, (2005). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Fakultas Kedokteran Indonesia,
Jakarta.
Ilyas, HS. (2003). Dasar-dasar Pemeriksaan mata dan penyakit mata, Cetakan I. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
Ilyas, HS. (2002). Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran
Edisi Dua, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia tahun 2002, Sagung
Seto, Jakarta.
Karikaturijo. (2010). Refraksi. Diakses tanggal 30 Agustus 2010, dari
http://karikaturijo.blogspot.com/2010/01/refraksi.html
http://nasrulbintang.wordpress.com/definisi-miopia-astigmat-hipermetropy-dan-presbiopy/
http://belibis-a17.com/2010/07/21/kelainak-refraksi-mata-miopia-rabun-jauh/