SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 5
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2015 (disingkat APBN 2015)
adalah rencana keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat untuk tahun 2015. RUU ABPN 2015 disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada Rapat Paripurna DPR-RI tanggal 15 Agustus 2014
Belanja Negara[ 2015
Alokasi Belanja Negara pada APBN 2015
Anggaran Belanja Negara pada APBN tahun 2015 berjumlah Rp2.039,5 triliun yang dialokasikan
untuk:
1. Belanja Kementerian Negara/Lembaga : Rp647,3 triliun
2. Subsidi : Rp414,7 triliun
3. Pembayaran bunga utang : Rp152,0 triliun
4. Transfer ke daerah : Rp638,0 triliun
5. Dana desa : Rp9,1 triliun
6. Belanja lainnya : Rp178,4 triliun[8]
Alokasi Belanja Negara pada APBN-P 2015
Sementara pada APBN-P tahun 2015, alokasi tersebut berubah menjadi:
1. Belanja Kementerian Negara/Lembaga : Rp795,5 triliun
2. Subsidi : Rp212,1 triliun
3. Pembayaran bunga utang : Rp155,7 triliun
4. Transfer ke daerah : Rp643,8 triliun
5. Dana desa : Rp20,8 triliun
6. Belanja lainnya : Rp156,2 triliun
APBN 2016
Sejak disampaikan secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 15 Agustus
2015 lalu, Rancangan UU tentang APBN Tahun 2016, beserta Nota Keuangannya dibahas
bersama Pemerintah dan DPR secara intensif, untuk kemudian disahkan dalam Rapat Paripurna
DPR RI tanggal 30 Oktober 2015. Pengesahan tersebut dilaksanakan dengan
mengakomodasikan berbagai masukan, pandangan, pendapat dan saran-saran berbagai fraksi,
dan komisi di DPR, juga mempertimbangkan berbagai kendala yang ada, baik dari faktor-faktor
internal maupun eksternal. Dinamika pembahasan di DPR RI berlangsung sangat transparan,
dan menunjukkan keinginan bersama serta iktikad baik untuk mewujudkan kehendak rakyat.
RUU APBN tahun 2016 memiliki makna yang strategis, karena merupakan RAPBN yang secara
utuh disusun sejak awal siklus perencanaan dan penganggaran. Target dan sasaran
pembangunan yang direncanakan merupakan pengejawantahan dari visi-misi Presiden, yang
dimaksudkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Secara teknokratis, RAPBN tahun 2016
direncanakan lebih realistis, baik dari sisi asumsi dasar ekonomi makro, target pendapatan
negara, maupun belanja negara.
Berdasarkan hasil pembahasan antara Pemerintah dengan DPR, asumsi dasar ekonomi makro
dalam APBN tahun 2016 ditetapkan dan disepakati sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen;
2. Tingkat Inflasi sebesar 4,7 persen;
3. Nilai tukar rupiah rata-rata Rp13.900/USD;
4. Tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,5 persen;
5. Harga minyak mentah Indonesia rata-rata USD50/barel;
6. Lifting minyak rata-rata 830 ribu barel/hari; dan
7. Lifting gas rata-rata 1.155ribu barel setara minyak.
Asumsi dasar ekonomi makro tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan perkembangan
terkini dan prospek perekonomian,serta berbagai tantangan di tahun 2015 dan 2016, baik yang
berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan didasarkan kondisi terkini serta
langkah-langkah yang akan dilakukan ke depan, APBN tahun 2016 diharapkan dapat
mendukung pencapaian berbagai sasaran pembangunan di tahun 2016 secara lebih efektif,
efisien, dan berkualitas.
Target Pendapatan Negara dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp1.822,5 triliun, atau
Rp25,6 triliun lebih rendah dari yang diusulkan dalam RAPBN Tahun Anggaran 2016. Target
Pendapatan Negara tersebut bersumber dari Penerimaan Perpajakan sebesar Rp1.546,7 triliun
dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp273,8 triliun (rasio penerimaan negara terhadap
PDB atau tax ratio dalam tahun 2016 sebesar 13,11 persen).
Langkah untuk mencapai target perpajakan didasarkan atas beberapa kebijakan, antara lain
melalui kebijakan perpajakan dalam rangka optimalisasi penerimaan perpajakan tanpa
mengganggu iklim investasi dunia usaha,kebijakan penerimaan perpajakan yang diarahkan
untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional dan mempertahankan daya beli
masyarakat,kebijakan penerimaan perpajakan yang diarahkan untuk meningkatkan daya saing
dan nilai tambah industri nasional, dan kebijakan perpajakan yang diarahkan untuk
mengendalikan konsumsi barang kena cukai.
Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan sebesar Rp273,8 triliun, atau lebih kecil Rp6,4
triliun dari usulan dalam RAPBN tahun 2016.Perubahan tersebut disebabkan antara lain
penurunan harga minyak (ICP) dari yang diusulkan dalam RAPBN 2015 sebesar USD60/barel
menjadi USD50/barel, Penurunan cost recovery menjadi US$ 11,0 miliar (lebih rendah dari
RAPBN 2016 sebesar US$16,5 miliar),peningkatan pendapatan bagian laba BUMN,penurunan
PNBP lainnya akibat penurunan pendapatan domestic market obligation (DMO) serta penurunan
PNBP Polri, dan Kementerian Hukum dan HAM. Adapun Penerimaan Hibah ditetapkan sama
dengan RAPBN tahun 2016 yaitu sebesar Rp2,0 triliun.
Dalam rangka meningkatkan penerimaan SDA Migas disepakati beberapa kebijakan utama,
antara lain Peningkatan perkiraan lifting minyak mentah dengan adanya pengetatan jadwal
proyek onstream, terutama mulai berproduksinya Blok Cepu, dan pencapaian
target lifting minyak mentah dan lifting gas bumi. Kebijakan lain guna mengoptimalkan PNBP
adalah penyesuaian tarif PNBP dan ekstensifikasi, peningkatan kinerja BUMN, peningkatan
pengawasan dan pelaporan PNBP, perbaikan administrasi dan sistem PNBP, dan perbaikan
regulasi PNBP.
Dari sisi Belanja Negara, pagu APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp2.095,7 triliun, atau
sekitar Rp25,6 triliun lebih rendah dari yang diusulkan dalam RAPBN Tahun 2016. Alokasi
Belanja Negara diarahkan sejalan dengan sembilan agenda prioritas (Nawa Cita) Pemerintah.
Beberapa kebijakan penting belanja negara diantaranya:
Pertama, meningkatkan kinerja aparatur pemerintah untuk memacu produktivitas dan
peningkatan pelayanan publik.
Kedua, mengarahkan subsidi menjadi lebih tepat sasaran.
Ketiga, melanjutkan program prioritas pembangunan, utamanya : infrastruktur konektivitas,
pendidikan, kesehatan, kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman, pariwisata, pertahanan,
serta pengurangan kesenjangan, guna semakin memperbaiki kualitas pembangunan;
Keempat, pemenuhan anggaran Kesehatan sebesar 5 persen dari APBN, dengan didukung
program yang lebih tajam dan luas, baik dari sisi demand maupun sisi supply.
Kelima, peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan tidak mampu melalui program
bantuan sosial yang lebih berkesinambungan (KIP, KIS), termasuk perluasan cakupan penerima
Bantuan Tunai Bersyarat menjadi 6 juta KSM.
Keenam, penyediaan kebutuhan pokok Perumahan melalui program Sejuta Rumah bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah, dengan dukungan pembangunan rumah, subsidi bunga
kredit, dan bantuan uang muka rumah.
Ketujuh, menyelaraskan kebijakan Desentralisasi Fiskal dengan mengalihkan alokasi Dana
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan di Kementerian/Lembaga ke DAK, agar pembangunan lebih
merata dan lebih cepat, yang juga didukung dengan peningkatan alokasi Dana Desa mencapai
6,5 persen dari dan di luar Transfer ke Daerah, sesuai Road Map Dana Desa tahun 2015-2019.
Sementara itu, pembiayaan anggaran untuk menutup defisit tahun 2016 disepakati sebesar
Rp273,2 triliun, yang terdiri dari pembiayaan utang sebesar Rp330,9 triliun dan pembiayaan
non utang sebesar negatif Rp57,7 triliun. Untuk mendukung kebijakan pembiayaan defisit APBN
2015 setara 2,15 persen PDB, maka pemerintah akan memanfaatkan sumber pembiayaan dalam
negeri dan luar negeri yang mempunyai risiko rendah, beban biaya yang murah, serta tidak ada
ikatan. Pemerintah akan memanfaatkan instrument pembiayaan yang tersedia secara optimal
dengan tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian. Selain itu, kebijakan pembiayaan juga akan
tetap dimanfaatkan untuk mengakselerasi pembangunan infrastruktur, investasi pendidikan ke
depan, serta penguatan program kredit usaha menengah, kecil, dan mikro.Mengenai PMN tahun
2016, pelaksanaannya akan dibahas kembali dalam RAPBN Perubahan tahun 2016.
Dengan diselesaikannya pembahasan dan penetapan RUU APBN Tahun Anggaran 2016 pada
tanggal 30 Oktober 2015, maka Pemerintah akan segera menyelesaikan proses administrasi
anggaran selanjutnya, yakni dengan penetapan rincian anggaran belanja pemerintah melalui
Peraturan Presiden selambatnya bulan November 2015. Penerbitan dokumen pelaksanaan
anggaran (DIPA) dilakukan selambatnya di bulan Desember 2015, sehingga pada awal Januari
2016, seluruh program-program Pemerintah sudah siap untuk dilaksanakan.
Rincian APBN tahun 2016 sebagai berikut:
RAPBN : RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a APBN 2016

Advertorial rapbn-2017
Advertorial rapbn-2017Advertorial rapbn-2017
Advertorial rapbn-2017Budi Prasetyo
 
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)Badan Kebijakan Fiskal
 
Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015
Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015
Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015Sutardjo ( Mang Ojo )
 
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015Sutardjo ( Mang Ojo )
 
Permen no.37 th_2014_lampiran
Permen no.37 th_2014_lampiranPermen no.37 th_2014_lampiran
Permen no.37 th_2014_lampiranAbdul Hadi
 
Sambutan Kemenkeu pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenkeu  pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Sambutan Kemenkeu  pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenkeu pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Panembahan Senopati Sudarmanto
 
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amjBab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amjCahyo Wiryanto
 
Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2
Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2
Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2weni chris
 
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017hersu12345
 
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2rafasya
 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAREVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAMas CR
 
Analisis perhitungan belanja operasional
Analisis perhitungan belanja operasionalAnalisis perhitungan belanja operasional
Analisis perhitungan belanja operasionalJoseph Sitepu
 
Anggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraAnggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaragravity1992
 
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Penataan Ruang
 

Semelhante a APBN 2016 (20)

PPAS Tahun 2017
PPAS Tahun 2017PPAS Tahun 2017
PPAS Tahun 2017
 
Advertorial rapbn-2017
Advertorial rapbn-2017Advertorial rapbn-2017
Advertorial rapbn-2017
 
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab III)
 
Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015
Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015
Permen no.37 th_2014_lampiran+pedoman+penyusunan+apbd+tahun+2015
 
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
Permen no.37 th_2014_lampiran pedoman penyusunan apbd tahun 2015
 
Permen no.37 th_2014_lampiran
Permen no.37 th_2014_lampiranPermen no.37 th_2014_lampiran
Permen no.37 th_2014_lampiran
 
Sambutan Kemenkeu pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenkeu  pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Sambutan Kemenkeu  pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenkeu pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
 
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amjBab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
 
Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2
Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2
Lampiran permendagri no. 27 tahun 2013 230 2
 
Apbn 2016- presiden joko widodo indonesia raya
Apbn 2016- presiden joko widodo indonesia raya Apbn 2016- presiden joko widodo indonesia raya
Apbn 2016- presiden joko widodo indonesia raya
 
Paparan pp-90-2010-kemenkeu
Paparan pp-90-2010-kemenkeuPaparan pp-90-2010-kemenkeu
Paparan pp-90-2010-kemenkeu
 
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017
 
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2
Lampiran permendagri nomor 33 tahun 2017 389 2
 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAREVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
 
Tugas Kelompok
Tugas KelompokTugas Kelompok
Tugas Kelompok
 
Informasi APBN 2018
Informasi APBN 2018Informasi APBN 2018
Informasi APBN 2018
 
Final informasi apbn 2018
Final informasi apbn 2018 Final informasi apbn 2018
Final informasi apbn 2018
 
Analisis perhitungan belanja operasional
Analisis perhitungan belanja operasionalAnalisis perhitungan belanja operasional
Analisis perhitungan belanja operasional
 
Anggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraAnggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negara
 
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
 

Último

UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 

Último (20)

UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 

APBN 2016

  • 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2015 (disingkat APBN 2015) adalah rencana keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat untuk tahun 2015. RUU ABPN 2015 disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Rapat Paripurna DPR-RI tanggal 15 Agustus 2014 Belanja Negara[ 2015 Alokasi Belanja Negara pada APBN 2015 Anggaran Belanja Negara pada APBN tahun 2015 berjumlah Rp2.039,5 triliun yang dialokasikan untuk: 1. Belanja Kementerian Negara/Lembaga : Rp647,3 triliun 2. Subsidi : Rp414,7 triliun 3. Pembayaran bunga utang : Rp152,0 triliun 4. Transfer ke daerah : Rp638,0 triliun 5. Dana desa : Rp9,1 triliun 6. Belanja lainnya : Rp178,4 triliun[8] Alokasi Belanja Negara pada APBN-P 2015
  • 2. Sementara pada APBN-P tahun 2015, alokasi tersebut berubah menjadi: 1. Belanja Kementerian Negara/Lembaga : Rp795,5 triliun 2. Subsidi : Rp212,1 triliun 3. Pembayaran bunga utang : Rp155,7 triliun 4. Transfer ke daerah : Rp643,8 triliun 5. Dana desa : Rp20,8 triliun 6. Belanja lainnya : Rp156,2 triliun APBN 2016 Sejak disampaikan secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 15 Agustus 2015 lalu, Rancangan UU tentang APBN Tahun 2016, beserta Nota Keuangannya dibahas bersama Pemerintah dan DPR secara intensif, untuk kemudian disahkan dalam Rapat Paripurna DPR RI tanggal 30 Oktober 2015. Pengesahan tersebut dilaksanakan dengan mengakomodasikan berbagai masukan, pandangan, pendapat dan saran-saran berbagai fraksi, dan komisi di DPR, juga mempertimbangkan berbagai kendala yang ada, baik dari faktor-faktor internal maupun eksternal. Dinamika pembahasan di DPR RI berlangsung sangat transparan, dan menunjukkan keinginan bersama serta iktikad baik untuk mewujudkan kehendak rakyat. RUU APBN tahun 2016 memiliki makna yang strategis, karena merupakan RAPBN yang secara utuh disusun sejak awal siklus perencanaan dan penganggaran. Target dan sasaran pembangunan yang direncanakan merupakan pengejawantahan dari visi-misi Presiden, yang dimaksudkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Secara teknokratis, RAPBN tahun 2016 direncanakan lebih realistis, baik dari sisi asumsi dasar ekonomi makro, target pendapatan negara, maupun belanja negara. Berdasarkan hasil pembahasan antara Pemerintah dengan DPR, asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN tahun 2016 ditetapkan dan disepakati sebagai berikut: 1. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen; 2. Tingkat Inflasi sebesar 4,7 persen; 3. Nilai tukar rupiah rata-rata Rp13.900/USD; 4. Tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,5 persen; 5. Harga minyak mentah Indonesia rata-rata USD50/barel; 6. Lifting minyak rata-rata 830 ribu barel/hari; dan 7. Lifting gas rata-rata 1.155ribu barel setara minyak.
  • 3. Asumsi dasar ekonomi makro tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan perkembangan terkini dan prospek perekonomian,serta berbagai tantangan di tahun 2015 dan 2016, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Dengan didasarkan kondisi terkini serta langkah-langkah yang akan dilakukan ke depan, APBN tahun 2016 diharapkan dapat mendukung pencapaian berbagai sasaran pembangunan di tahun 2016 secara lebih efektif, efisien, dan berkualitas. Target Pendapatan Negara dalam APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp1.822,5 triliun, atau Rp25,6 triliun lebih rendah dari yang diusulkan dalam RAPBN Tahun Anggaran 2016. Target Pendapatan Negara tersebut bersumber dari Penerimaan Perpajakan sebesar Rp1.546,7 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp273,8 triliun (rasio penerimaan negara terhadap PDB atau tax ratio dalam tahun 2016 sebesar 13,11 persen). Langkah untuk mencapai target perpajakan didasarkan atas beberapa kebijakan, antara lain melalui kebijakan perpajakan dalam rangka optimalisasi penerimaan perpajakan tanpa mengganggu iklim investasi dunia usaha,kebijakan penerimaan perpajakan yang diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional dan mempertahankan daya beli masyarakat,kebijakan penerimaan perpajakan yang diarahkan untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah industri nasional, dan kebijakan perpajakan yang diarahkan untuk mengendalikan konsumsi barang kena cukai. Penerimaan Negara Bukan Pajak ditetapkan sebesar Rp273,8 triliun, atau lebih kecil Rp6,4 triliun dari usulan dalam RAPBN tahun 2016.Perubahan tersebut disebabkan antara lain penurunan harga minyak (ICP) dari yang diusulkan dalam RAPBN 2015 sebesar USD60/barel menjadi USD50/barel, Penurunan cost recovery menjadi US$ 11,0 miliar (lebih rendah dari RAPBN 2016 sebesar US$16,5 miliar),peningkatan pendapatan bagian laba BUMN,penurunan PNBP lainnya akibat penurunan pendapatan domestic market obligation (DMO) serta penurunan PNBP Polri, dan Kementerian Hukum dan HAM. Adapun Penerimaan Hibah ditetapkan sama dengan RAPBN tahun 2016 yaitu sebesar Rp2,0 triliun. Dalam rangka meningkatkan penerimaan SDA Migas disepakati beberapa kebijakan utama, antara lain Peningkatan perkiraan lifting minyak mentah dengan adanya pengetatan jadwal proyek onstream, terutama mulai berproduksinya Blok Cepu, dan pencapaian target lifting minyak mentah dan lifting gas bumi. Kebijakan lain guna mengoptimalkan PNBP adalah penyesuaian tarif PNBP dan ekstensifikasi, peningkatan kinerja BUMN, peningkatan pengawasan dan pelaporan PNBP, perbaikan administrasi dan sistem PNBP, dan perbaikan regulasi PNBP. Dari sisi Belanja Negara, pagu APBN tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp2.095,7 triliun, atau sekitar Rp25,6 triliun lebih rendah dari yang diusulkan dalam RAPBN Tahun 2016. Alokasi Belanja Negara diarahkan sejalan dengan sembilan agenda prioritas (Nawa Cita) Pemerintah. Beberapa kebijakan penting belanja negara diantaranya:
  • 4. Pertama, meningkatkan kinerja aparatur pemerintah untuk memacu produktivitas dan peningkatan pelayanan publik. Kedua, mengarahkan subsidi menjadi lebih tepat sasaran. Ketiga, melanjutkan program prioritas pembangunan, utamanya : infrastruktur konektivitas, pendidikan, kesehatan, kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman, pariwisata, pertahanan, serta pengurangan kesenjangan, guna semakin memperbaiki kualitas pembangunan; Keempat, pemenuhan anggaran Kesehatan sebesar 5 persen dari APBN, dengan didukung program yang lebih tajam dan luas, baik dari sisi demand maupun sisi supply. Kelima, peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan tidak mampu melalui program bantuan sosial yang lebih berkesinambungan (KIP, KIS), termasuk perluasan cakupan penerima Bantuan Tunai Bersyarat menjadi 6 juta KSM. Keenam, penyediaan kebutuhan pokok Perumahan melalui program Sejuta Rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, dengan dukungan pembangunan rumah, subsidi bunga kredit, dan bantuan uang muka rumah. Ketujuh, menyelaraskan kebijakan Desentralisasi Fiskal dengan mengalihkan alokasi Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan di Kementerian/Lembaga ke DAK, agar pembangunan lebih merata dan lebih cepat, yang juga didukung dengan peningkatan alokasi Dana Desa mencapai 6,5 persen dari dan di luar Transfer ke Daerah, sesuai Road Map Dana Desa tahun 2015-2019. Sementara itu, pembiayaan anggaran untuk menutup defisit tahun 2016 disepakati sebesar Rp273,2 triliun, yang terdiri dari pembiayaan utang sebesar Rp330,9 triliun dan pembiayaan non utang sebesar negatif Rp57,7 triliun. Untuk mendukung kebijakan pembiayaan defisit APBN 2015 setara 2,15 persen PDB, maka pemerintah akan memanfaatkan sumber pembiayaan dalam negeri dan luar negeri yang mempunyai risiko rendah, beban biaya yang murah, serta tidak ada ikatan. Pemerintah akan memanfaatkan instrument pembiayaan yang tersedia secara optimal dengan tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian. Selain itu, kebijakan pembiayaan juga akan tetap dimanfaatkan untuk mengakselerasi pembangunan infrastruktur, investasi pendidikan ke depan, serta penguatan program kredit usaha menengah, kecil, dan mikro.Mengenai PMN tahun 2016, pelaksanaannya akan dibahas kembali dalam RAPBN Perubahan tahun 2016. Dengan diselesaikannya pembahasan dan penetapan RUU APBN Tahun Anggaran 2016 pada tanggal 30 Oktober 2015, maka Pemerintah akan segera menyelesaikan proses administrasi anggaran selanjutnya, yakni dengan penetapan rincian anggaran belanja pemerintah melalui Peraturan Presiden selambatnya bulan November 2015. Penerbitan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA) dilakukan selambatnya di bulan Desember 2015, sehingga pada awal Januari 2016, seluruh program-program Pemerintah sudah siap untuk dilaksanakan.
  • 5. Rincian APBN tahun 2016 sebagai berikut: RAPBN : RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA