ANALISIS TRENDING TOPIC HARIAN INDONESIA DAN CAPRES 02
Tantangan dan Praktek Diskursus yang Beradab di Medsos
1. TANTANGAN DAN PRAKTEK
DISKURSUS YANG BERADAB
DI MEDIA SOSIAL
Ismail Fahmi, Ph.D.
Direktur Media Kernels Indonesia (Drone Emprit)
Dosen Universitas Islam Indonesia
Wakil Ketua Komisi Infokom MUI
AKADEMI VIRTUAL #SHAREITRIGHT
19 MARET 2021
2. 2
1992 – 1997 S1, Teknik Elektro, ITB
2003 – 2004 S2, Information Science, Universitas Groningen, Belanda
2004 – 2009 S3, Information Science, Universitas Groningen, Belanda
2000 – 2003 Inisiator IndonesiaDLN (Digital Library Network pertama di Indonesia)
Mengembangkan Ganesha Digital Library (GDL)
Mendirikan Knowledge Management Research Group (KMRG) ITB
Membangun Digital Library ITB
2009 – Sekarang Engineer di Weborama, Perusahaan berbasis big data (Paris/Amsterdam)
2014 – Sekarang Founder PT. Media Kernels Indonesia, a Drone Emprit Company
2015 – Sekarang Konsultan Perpustakaan Nasional, Inisiator Indonesia OneSearch
2017 – Sekarang Dosen Tetap Magister Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia
Ismail Fahmi, Ph.D.
Ismail.fahmi@gmail.com
Founder Media Kernels Indonesia
16. DISINFORMATION-FOR-PROFIT BUSINESS MODEL
Logic dalam sistem rekomendasi di Twitter dan Facebook lebih memberi kemudahan bagi
berita kontroversial untuk menyebar lebih cepat dari berita benar. Di Twitter hingga 6x lebih
cepat. Mereka dapat profit. ~ The Social Dilemma, Film (Netflix)
16
17. AI SECARA OTOMATIS BELAJAR DARI PERILAKU
Ternyata model yg dihasilkan algoritma ini membuat perilaku membagi disinformasi itu
jauh lebih mudah dilakukan, daripada perilaku mencari dan menyebarkan kebenaran.
17
18. AI MENGHASILKAN MODEL YANG BIAS
Bias terhadap disinformasi lebih berat dari pada terhadap kebenaran. Kenapa? Karena disinformasi
memicu kontroversi, menaikkan atensi, dan memberi keuntungan besar pada platform. Semakin
untung, semakin bias.
18
19. CHECKMATE ON HUMANITY
• Perusahaan ingin untung.
• Bisnis model dibuat.
• Model yg menarik attention dan screen time yg paling menjual.
• Attention tinggi didapat dari polarisasi, radikalisasi, outrage.
• Checkmate!
19
24. BAGAIMANA MELAWAN AI DI SOCIAL MEDIA?
• Matikan semua "notifications" di HP;
• jangan pernah ngeklik rekomendasi video, post, twit, dari platform, cari
dan pilih sendiri;
• follow juga orang2 yang anda tidak sependapat;
• batasi HP dan sosmed buat anak2;
• let's talk.
24
25. SOCIAL MEDIA AND CIVIL UNREST
Peran sosial media dan kaitannya dengan
perkembangan pola hubungan negara dan masyarakat
sipil dalam terciptanya situasi ‘civil unrest’ revolusi,
krisis demokrasi, mobilisasi, dan internasionalisasi isu
tertentu.
26. 26
In 2011, he became an
international figure and
energized pro-democracy
demonstrations in
Egypt
27. “WE ARE ALL KHALED SAEED”
27
This
Facebook
Page has
helped spark
the revolution
29. 29
Namun pada tahun 2013
Perang Sipil
telah memecah bangsa ini menjadi dua kubu
30. PROBLEM WITH SOCIAL MEDIA
•It is designed to favor:
• broadcasting over engagement,
• posts over discussions
• shallow comments over deep conversations.
•Results: deep polarization.
•Future: civil war.
30
32. PLANDEMIC: MASKER
32
Wawancara dengan virologist Judy Mikovits. Pertama soal masker.
Dibilang oleh virologist JM yg jadi narsum video ini, bahwa memakai
masker akan mengaktifkan virus dari diri sendiri, lalu membuat kita
jadi sakit. Kalau dipercaya, ini orang akan ramai2 melepas masker.
33. PLANDEMIC: MICROBA LAUT
33
Kedua, air laut yg asin mengandung mikroba yang bisa
menyembuhkan kl sakit (covid). Logika yang aneh.
Virus itu adanya di dalam tubuh, di paru2, di darah.
Emang kl berenang di pantai kita meminum air laut,
biar mikrobanya menyembuhkan sakit kita?
34. VIRAL TEORI KONSPIRASI: CONTEXT COLLAPSE
34
There is a concept in social media
studies known as “context collapse.”
Usually attributed to the
researcher Danah Boyd, it refers to the
way in which social media platforms
take messages that the sender intended
to be seen by one audience in a given
context and serve them up to others
who were not the intended targets.
35. CONTEXT COLLAPSE: KONSPIRASI DIBANGUN DARI
POTONGAN FAKTA, KLAIM, DARI SANA SINI
35
In an era of global social media
platforms, however, the dynamics of
context collapse mean that conspiracy
theories promoted by users in one
place are colliding with users in others.
The fragmented nature of social media
chops conspiracies into little pieces—a
factoid here, a false claim there—
creating a kind of information petri dish
for conspiracy cross-propagation,
allowing half-true facts,
decontextualized narratives, and false
beliefs to flow and fold into one
another and spread rapidly across the
world.
36. DAMPAK RIIL TEORI KONSPIRASI
36
Contoh, teori bahwa jaringan
5G berhubungan dengan
penyebaran covid19, telah
menyebabkan 30 serangan
(pembakaran) pada perangkat
BTS (menara) 5G di UK. Teori
itu menyebar karena didukung
oleh selebritis dan influencer.
37. SOLUSI: FLOOD WITH FACTS AND SCIENCE
37
Cepatnya teori konspirasi ini
berkembang, membuat Sekjen
PBB menyebut gelombang
misinformasi yg dihasilkan
sebagai "dangerous epidemic
of misinformation".
Solusinya, "flood the Internet
with facts and science."
39. MENGAPA BANYAK YANG PERCAYA
TEORI KONSPIRASI?
39
Di masa krisis dengan
situasi yang kompleks
seperti sekarang ini, orang-
orang akan mudah percaya
teori konspirasi karena
mereka "butuh penjelasan
yang masuk akal bagi
mereka atas situasi yang
sedang terjadi."
40. SNA FACEBOOK: ‘VACCINE’ TOPIC
40
Anti Vaksin
Pro Vaksin
Undecided
• Jumlah individu anti vaksin
relative lebih kecil
ukurannya.
• Namun, mereka lebih
dekat dan berinteraksi kuat
dengan cluster yang belum
memutuskan pro atau anti.
• Jumlah cluter anti vaksin
hampir 3x pro vaksin, dan
jumlah membernya lebih
banyak, meski total
individunya lbh sedikit.
41. EVOLUSI CLUSTER ANTI, PRO, NETRAL
41
a) Anti Vaksin (merah) berhasil
membangun jaringan antar group
lebih banyak, lebih kuat, dibanding
pro vaksin (biru).
b) Pertumbuhan anggota group anti
vaksin (merah) lebih tinggi dibanding
pro vaksin (biru).
42. PREDIKSI ANTI VS PRO VAKSIN
42
a) Dalam 10 tahun ke depan, anti vaksin akan
mendominasi dalam jumlah pendukung.
b) Pro Vaksin bisa tetap mengungguli anti
vaksin jka bisa meyakinkan cluster
undecided.
51. KESIMPULAN
• UU ITE masih sangat dibutuhkan namun perlu direvisi.
• Harapan publik atas revisi UU ITE sangat besar. Nuansa rasa “takut” atas UU ITE
dirasakan oleh publik.
• Publik menyambut baik dibukanya opsi revisi UU ITE oleh Presiden Jokowi.
• Dilihat dari peta SNA, pro-kontra atas revisi UU ITE memiliki korelasi kuat antara
cluster Pro Pemerintah – cenderung kontra revisi UU ITE – dan cluster Non
Pemerintah (publik, aktivis, oposisi, NGO) – conderung pro revisi.
• Media memiliki peran penting dalam membangun percakapan dan narasi khususnya
di kalangan publik.
• Analisis emosi atas respon publik terhadap pernyataan presiden Jokowi untuk
mengritik pemerintah dan revisi UU ITE selalu diwarnai oleh “trust” dalam arti ragu
atau bahkan tidak percaya itu akan dijalankan.
• Ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuk serius menindaklanjuti pernyataan
presiden tidak hanya dengan membuat petunjuk implementasi, tetapi dengan revisi
seperti masukan dari banyak pihak.
51
59. KECERDASAN DIGITAL (DIGITAL INTELLIGENCE)
59
• Digital Intelligence (DQ) is a
comprehensive set of technical,
cognitive, meta-cognitive, and
socio-emotional competencies that
are grounded in universal moral
values and that enable individuals
to face the challenges and harness
the opportunities of digital life.
• DQ has three levels, eight areas,
and 24 competencies composed of
knowledge, skills, attitudes, and
values.
KOMPETENSI
AREA
70. BAGAIMANA MENGHADAPI ORANG YANG
BERBEDA PENDAPAT DENGAN ANDA?
70
What are some of the
big takeaways from
Cameron Kasky's
story?
What does Kasky say
about debating with
people who disagree
with you?
Do you agree?
https://youtu.be/pQPdwHsJ25I
72. PERTANYAAN REFLEKSI
• What are some of the causes of uncivil online discourse?
• What effects does it have?
• How you debate people who disagree with you?
72