ANALISIS TRENDING TOPIC HARIAN INDONESIA DAN CAPRES 02
Omnibuw Law - Update Desember 2020
1. OMNIBUS LAW
WHAT’S GOING ON IN SOCIAL
MEDIA?
Ismail Fahmi, Ph.D.
Director Media Kernels Indonesia (Drone Emprit)
Lecturer at the University of Islam Indonesia
Ismail.fahmi@gmail.com
UPDATE
22 DESEMBER 2020
2. QUESTIONS
• Bagaimana percakapan terkait UU Cipta Kerja di media sosial
selama satu bulan terakhir pasca pengesahan UU Cipta Kerja?
• Apakah respon pemerintah terkait protes netizen terhadap UU
Cipta Kerja?
• Apakah menurut pandangan narasumber media sosial dapat
menjadi platform yang efektif untuk menyampaikan aspirasi?
• Apakah di masa depan aksi-aksi melalui media sosial merupakan
alternatif yang baik dalam penyampaian aspirasi?
2
5. RESEARCH QUESTIONS
• Bagaimana peta percakapan pro-kontra RUU Cipta
Kerja/Omnibus Law?
• Apa narasi yang diangkat?
• Siapa saja yang terlibat dalam percakapan ini?
5
20. KESIMPULAN
• Setelah RUU Omnibus Law disahkan DPR, DPD, dan Pemerintah,
percakapan naik pesat, yang dimotori oleh narasi dari akademisi
(@PUKAT_UGM), LSM, dan aktivis tentang problem dalam RUU
ini.
• K-popers yang tadinya tidak paham, turut membaca masalah RUU
ini. Setelah paham, mereka dalam waktu singkat bersatu
mengangkat tagar #MosiTidakPercaya dan tagar2 lain, sehingga
menjadi TT dunia.
• Antara akademisi, BEM, aktivis, LSM, media, oposisi, dan K-
Popers semua membentuk sebuah cluster besar. Mereka saling
berinteraksi dalam satu jaringan.
• UU Omnibus Law ini telah menjadi perhatian publik non partisan.
Bahkan oposisi bukan yg paling dominan spt biasanya.
20
26. KESIMPULAN
• Dari tahun 2014 hingga awal 2020, cluster Pro Jokowi awalnya lebih besar dari cluster
Kontra. Setiap tahun, ukuran cluster Kontra Jokowi semakin besar, hingga akhirnya
menyamai cluster Pro Jokowi.
• Pada awal tahun 2020 (Jan-Feb) sebelum ramai Covid-19 dan saat Covid-19 (Mei-Juli),
cluster Pro Jokowi masih sangat besar, berimbang dengan cluster Kontra. Akun yang
meretweet postingan akun @Jokowi masih sangat besar.
• Dalam seminggu terakhir (3-10 Oktober 2020), sejak UU Omnibus Law disahkan,
cluster Pro Jokowi tampak jauh lebih kecil dibanding cluster Kontra. Bahkan akun yang
meretweet postingan akun @Jokowi tidak sebesar sebelumnya. Sebaliknya, akun ini
posisinya begesar ke tengah di antara dua cluster, yang menggambarkan banyaknya
akun dari cluster Kontra yang turut meretweet postingan @Jokowi; bukan karena
setuju, tapi lebih banyak sebagai bentuk penolakan dan kritikan.
• Terdapat pergeseran beberapa akun influensial dari yang sebelumnya dalam cluster
Pro Jokowi, bergeser ke cluster Kontra Jokowi. Dari narasinya, berisi kritikan yang
disukai dan diretweet oleh akun-akun di cluster Kontra, sehingga posisinya bergeser
dari cluster Pro ke Kontra.
26
28. TREN OMNIBUS LAW TERKINI
28
Omnibus Law (sepi)
#MosiTidakPercaya
#TolakOmnibusLaw
K-poppers turun tangan #OmnibusLawBawaBerkah
8 Oktober:
Demo Mahasiswa
dan Buruh
13 Oktober:
Demo PA 212,
Petinggi KAMI
ditangkap4 Oktober:
RUU Omnibus
Law dibawa ke
Paripurna
5 Oktober:
UU Omnibus Law
Disahkan
16 Oktober:
Demo
Mahasiswa
15 Oktober:
Konpers Pentinggi
KAMI ditangkap
#OmnibusLawBasmiKorupsi
Penangkapan petinggi KAMI secara
signifikan berhasil menurunkan
volume percakapan tentang
Omnibus Law yang dominan berisi
penolakan.
34. KESIMPULAN
• Tren percakapan tentang “Omnibus Law, Cipta Kerja” sejak sebelum
disahkan hingga 16 Oktober, mengalami peak beberapa hari setelah UU ini
disahkan (5-11 Okt), dan trennya sangat terbantu oleh K-poppers.
• Sejak K-poppers tidak lagi mengangkat isu Omnibus Law ini (10 Okt),
trennya turun meski masih jauh lebih tinggi dibanding sebelum UU OL
disahkan. Namun sejak itu percakapan penolakan lebih natural, tidak ada
tagar yang diangkat bersama. Akibatnya terjadi pergeseran narasi dalam
tagar dari kontra ke pro OL.
• Dua demo setelah demo besar 8 Oktober, yaitu demo PA 212 (13 Oktober)
dan demo BEM SI (16 Oktober) kurang terdengar gaungnya di media sosial
kemungkinan karena mereka kurang memainkan media sosial, dan/atau
netizen menjadi lebih berhati-hati setelah petinggi KAMI ditangkap karena
UU ITE.
• Penangkapan petinggi KAMI tampaknya sangat berdampak pada turunnya
volume percakapan netizen tentang Omnibus Law. Netizen kemungkinan
menjadi lebih berhati-hati (atau mungkin takut) agar tidak terkena UU ITE.
34
36. TREN 5 OKT – 9 NOV 2020: TURUN TERUS
36
3 Nov: UU
Omnibus Law
Diteken Presiden
29 Okt:
NarasiTV
membongkar
pelaku
pembakaran
halte Sarinah
20 Okt: BEM
SI dan Buruh
demo
menolak UU
OL
13 Okt: Ormas
Islam demo
menolak UU
OL
8 Oktober:
Demo Mahasiswa
dan Buruh
16 Oktober:
Demo
Mahasiswa
37. TREN TERAKHIR
37
3 Nov: UU
Omnibus Law
Diteken Presiden
29 Okt:
NarasiTV
membongkar
pelaku
pembakaran
halte Sarinah
20 Okt: BEM SI
dan Buruh demo
menolak UU OL
19 Okt: MUI
minta Presiden
menunda UU OL,
konsolidasi BEM
untuk demo
43. KESIMPULAN
• Tren percakapan tentang Omnibus Law di media sosial cenderung terus turun sejak
selesainya demo besar pertama penolakan UU OL (8 Oktober).
• Response pemerintah di media sosial: membuat kontra narasi melalui dukungan tim
media sosial, tagar-tagar manfaat UU OL, infografis, dan video.
• Dalam dua hari terakhir, percakapan penolakan UU OL semakin sepi, mahasiswa tidak
aktif, yang ada dari ProDEM yang fokus pada pembebasan para pendiri KAMI yang
ditahan.
• Platform media sosial terbukti menjadi kanal penting bagi pemerintah untuk
mensosialisasikan UU OL dan membangun kontra narasi terhadap penolakan yang
dilakukan oleh publik. Narasi ini jika dilakukan secara konsisten dan terus menerus,
akan mampu membangun opini publik.
• Sedangkan dari sisi aktivis, publik, dan mahasiswa, kelemahan mereka dalam
penyampaian aspirasi di media sosial adalah: sporadis, tidak cukup energi dan
resources untuk aksi jangka panjang; mereka juga kurang memanfaatkan format
konten yang informatif seperti infografis, meme, dan video.
• Di masa depan, media sosial masih berperan penting dalam penyampaian aspirasi,
melalui berbagai platform baik yang lama maupun yang baru seperti TikTok.
43