(1) Dokumen tersebut membahas tentang Filsafat Moderen yang meliputi definisi, ciri-ciri umum, dan aliran-aliran filsafat modern seperti rasionalisme, idealisme, empirisme, positivisme, dan pragmatisme. (2) Beberapa tokoh kunci filsafat modern seperti Descartes, Hegel, Locke, Comte, dan Dewey dijelaskan pengaruh pemikiran mereka. (3) Filsafat modern dimulai sejak munculnya rasionalis
4. Filsafat Moderen
• Filsafat modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang
menjadi tanda berakhirnya era skolastisisme. Waktu munculnya filsafat
modern adalah abad ke-17 hingga awal abad ke-20 di Eropa Barat dan
Amerika Utara. Filsafat Modern ini pun dimulai sejak munculnya
rasionalisme lewat pemikiran Descartes, seorang filsuf terkemuka pada
zaman Moderen.
• Filsafat moderen di Barat ditandai dengan berkembanganya
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi.
• Beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru
menuju perkembangan ilmiah yang modern. Mereka adalah Leonardo
da Vinci (1452-1519), Nicolaus Coperticus (1473-1543), Johannes
Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564-1643).[1] Sedangkan
Francis Bacon (1561-1623) merupakan filsuf yang meletakkan dasar
filosofisnya untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan
5. Ciri-Ciri Umum Filsafat Moderen
(1) Kepercayaan pada kekuatan akal
budi manusia.
(2) Penolakan terhadap tradisi, dogma,
dan otoritas. Dengan ini berpengaruh
pada pelbagai bidang antara lain:
bidang sosial politik, agama dan ilmu-
ilmu pengetahuan.
(3) Rasionalisme mengembangakan
metode baru bagi ilmu pengetahuan
yang jelas menunjukkan ciri-ciri
kemodernan.
(4) Sekularisasi yang menimbulkan
minimal tiga hal: pertama,
demitologisasi sejarah, kedua, alam,
ketiga, perpisahan antara negara dan
agama.
(1) Renaisans – kebangkitan, Cara
berfikir dengan menggunakan
rasio, berwawal dari Florence kota
yang beradab di Italia
(2) sumber pengetahuan yang
sebenarnya adalah rasio (akal).
Descartes selalu dilekatkan pada
zaman modern,“Bapak Filsafat
Modern”
(3) Runtuhnya otoritas gereja menuju
kepada rasionalitas
8. Rasionalisme
• Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa akal adalah alat
terpenting dalam mencari,memperoleh,dan mengetes pengetahuan.
• Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme adalah Rene Descartes
(1595-1650). Tokoh rasionalisme lainnya adalah Baruch Spinoza (1632-1677) dan
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716).
René Descartes, La Haye, Prancis, 31 Maret 1596 – meninggal di Stockholm, Swedia, 11 Februari 1650 pada umur 53
tahun)
Descartes menciptakan metode keraguan yang ia gunakan untuk menguji pengetahuan- pengetahuannya yang
lampau, dimana ia bisa memilih yang benar dan menghindari yang salah. Karena itulah anda menemukannya
meragukan pengetahuan kita terhadap segala hal.
Keraguan terhadap segala sesuatu dalam pengetahuan kita dapat menyampaikan kita kepada sebuah kebenaran yang
tidak diragukan. Maka, manakala aku meragukan bahwa aku sedang melakukan kerja berpikir dan kerja berpikir ini
mesti ada supaya aku bisa berpikir. Begitulah descartes mengucapkan ungkapan terkenalnya cogito ergo sum (aku
berpikir, maka aku ada). Disini kita melihat bahwa descartes menetapkan wujud jiwa dan bukan badan, karena
descartes berbicara tentang zat yang berpikir, bukan badan yang dapat diindera.
9. ❑ Risalah tentang kesangsian metodis (metode), merupakan suatu salah satu pokok pemikiran Descartes
dalam permenungannya. Ia mengawali karya dengan sesuatu yang tidak mudah yaitu keraguan (keraguan
Cartesian) terhadap segala hal yang dilihat oleh indra manusia
❑ Metode matematika ini dibagi menjadi dua, yaitu intuisi dan deduksi. Metode matematika secara intuisi
artinya mereka membuktikan diri dengan menggunakan akal. Contoh, persamaan arimatika 3 + 2 = 5.
Sedangkan, deduksi adalah pemikiran atau kesimpulan logis yang ditarik dari aksioma, seperti halnya
semua geometri dipikirkan dalam urutan pasti dengan menggunakan deduksi dari aksioma.
Sederhananya, semesta fakta ini dapat disusun secara deduktif dan logis. Hal inilah yang menjadi impian
Descartes dalam permenungannya agar memiliki landasan filsafat yang dapat menyimpulkan dan tiba
pada kebenaran absolut.
❑ konsep berpikir digunakan Descartes dalam pengertian yang sangat luas. Sesuatu yang berpikir,
menurutnya, adalah sesuatu yang meragukan, memahami, mengerti, menegaskan, menolak,
berkehendak, membayangkan, dan merasakan – karena perasaan, ketika muncul dalam mimpi, adalah
suatu bentuk berpikir. Karena berpikir adalah esensi dari pikiran, pikiran pasti selalu berpikir, bahkan
ketika sedang tertidur nyenyak.
❑ Dalam bukunya Meditasi, Descartes sebenarnya memiliki tujuan untuk menemukan filsafat yang
seharusnya diterima oleh pemikiran rasional. Dan tentu saja hal ini kembali kepada teori pengetahuannya
yang menggunakan metode matematika. Hal ini disebutnya sebagai ide yang jelas dan nyata misalnya aku
yang berpikir, lebih jauh lagi, Descartes membuktikan keberadaan benda fisik, yang intinya meragukan
pengindraan terhadap benda fisik yang dicicipi, dilihat,
10. Idealisme
IDEALISME dalam filsafat:
1. Idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri atas ide-ide, fikiran-fikiran, akal (mind) atau jiwa (selves) dan bukan
benda material dan kekuatan.
2. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu daripada materi.
3. Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau
sangat erat hubungannya dengan ide, fikiran atau jiwa.
Filsafat idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa
(spirit).
Pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme : Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang terpenting dalam
hidup, Hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah non material
Jadi secara umum idealisme adalah pandangan yang menganggap hal yang terpenting adalah ide-ide sebab realitas
yang sesungguhnya adalah ide-ide tersebut. Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa (kedudukan paling
utama dalam alam semesta.
11. Georg Wilhelm Friedrich
Hegel
• Dialah yang pertama kali memperkenalkan dalam filsafat, gagasan
bahwa Sejarah dan hal yang konkret adalah penting untuk bisa keluar
dari lingkaran philosophia perennis, yakni, masalah-masalah abadi
dalam filsafat. Ia juga menekankan pentingnya Yang Lain dalam proses
pencapaian kesadaran diri .
• Hegel dikenal sebagai filsuf yang menggunakan dialektika sebagai
metode berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang
dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis
(pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi).
Kesatuan kontradiksi menjadi alat untuk melengkapi dua konsep
pengertian yang saling berlawanan agar tercipta konsep baru yang lebih
ideal.
• Konsep filsafat Hegel yang dikenal dengan Geisis (Roh, Spirit), yang
menjelama pada alam sehingga sadarlah ia akan dirinya. Dengan kata
lain bahwa kemanusiaan adalah bagian dari idea mutlak (Tuhan). Idea
berfikir adalah gerak yang menimbulkan gerak lain
12. Empirisme
Empirisme adalah salah satu aliran dalam filsafat yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa
fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.
Bagi penganut empirisme sumber pengetahuan yang memadai itu
adalah pengalaman. Pengalaman disini adlah pengalaman yang
lahir menyangkut dunia dan pengalaman batin yang menyangkut
pribadi manusia. Akal manusia hanya berfungsi dan bertugas untuk
mengatur dan mengolah bahan-bahan atau data yang diperoleh
melalui pengalaman.
13. Jhon Locke
• John Locke adalah filosof yang berasal dari Inggris. Beliau
dilahirkan di Wrington Somerst pada tanggal 29 Agustus 1632
• Secara menarik Locke membandingkan budi manusia pada saat
lahir dengan tabula rasa, yaitu sebuah papan kosong yang
belum tertulis apapun, yang artinya segala sesuatu yang ada
dalam pikiran berasal dari pengalaman inderawi, tidak dari akal
budi. Otak itu seperti sehelai kertas yang masih putih dan baru
melalui pengelaman inderawi itu sehelai kertas itu diisi.
Dengan ini beliau tidak hanya mau menyingkirkan gagasan
mengenai “ide bawaan”, tetapi juga untuk mempersiapkan
penjelasan bagaimana arti disusun oleh kerja keras data
sensoris (indrawi). Locke mengatakan bahwa tidak ada ide
yang diturunkan, sehingga dia menolak innate idea atau ide
bawaan. Menurut Locke semua ide diperoleh dari pengalaman,
dan terdiri atas dua macam, yaitu:
• 1. Ide ide Sensasi, yang diperoleh dari pancaindra seperti,
melihat, mendengar, dan lain-lain.
• 2. Ide-ide Refleksi yang diperoleh dari berbagai kegiatan budi
seperti berpikir, percaya, dan sebagainya.
• Jadi menurut Locke,apa yang kita ketahui adalah “ide”.
14. Positivisme
• Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak
mengenal adanya spekulasi,semua didasarkanpada data empiris.
• Comte sering disebut “bapak Positivisme” karena aliran filsafat yang didirikannya tersebut.
Positivism adalah nyata, bukan khayalan. Ia menolak metafisika dan teologi. Jadi menurutnya
ilmu pengetahuan harus nyata dan bermanfaat serta diarahkan untuk mencapaikemajuan.
• Comte menuangkan gagasan positivisnya dalam bukunya the Course of Positivie Philosoph, yang
merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi filosofis dari semua ilmu dan merupakan
suatu pernyataan yang sistematisyang semuanya itu tewujud dalam tahap akhir perkembangan.
• Positivisme Aguste Comte arahnya adalah lingkup social. Maka Positivime dalam konteks ini
adalah sesuatu yang sifatnya vaktual (harus bias diobservasudengan panca indra)
• Aguste Comte adalah tokoh aliran positivisme, pendapat aliran in adalah indera amatlah
penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan
diperkuat dengan eksperimen.Karena kekurangan inderawi dapat dikoreksi dengan eksperimen
15. Aguste Comte
• August Comte (1798-1857) adalah seorang filsuf
dari Perancis yang sering kali disebut sebagai
peletak dasar bagi ilmu Sosiologi dan dia pula-lah
yang memperkenalkan nama 'Sociology’.
• Aguste Comte mengakui bahwa tujuan ilmu
pengetahuan itu pada akhirnya mengarah kepada
pencapaian kekuasaan, sebagaimana semboyan
mengatakan ”knowladge is power” namun kita
tidak boleh melupakan bahwa disamping itu
masih terdapat tujuan lain yang lebih tinggi, yaitu
bahwa ilmu pengetahuan memberi kepuasan
kepada manusia melalui pengenalan hukum-
hukum gejala (fenomena) alam semesta, dan
dengan mengenal hukum-hukum gejala tadi,
manusia akan mampu meramalkan, dan bahkan
mampu pula merubah alam itu untuk
kepentingannya
16.
17. Pragmatisme
• Pragmatisme adalah suatu sikap, metode dan filsafat yang memakai
akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran
kebenaran.
• Bagi John Dewey, pengalaman adalah pokok. Pengalaman adalah hasil
dari pengaruh timbal balik antara organisme dan lingkungannya
• Teori Kebenaran : a) Truth happens to an ideas (kebenaran itu terjadi
kepada suatu ide). b) Suatu ide itu benar jika ia berhasil atau jika ia
memberi akibat-akibat yang memuaskan. c) Satu-satunya ukuran
kebenaran suatu teori adalah jika teori tersebut membawa kita kepada
hal-hal yang berfaidah. Keberhasilan (workability), kepuasan
(satisfiction), konsekuensi dan hasil (result) adalah katakata kunci
dalam konsep pragmatisme tentang kebenaran.
18. • John Dewey adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang termasuk Mazhab
Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir
dalam bidang Pendidikan
• Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1859. Setelah menyelesaikan studinya
di Baltimore, ia menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan kemudian dalam bidang
pendidikan pada beberapa universitas. Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku
dan lebih dari 700-an artikel. Dewey meninggal dunia pada tahun 1952.
• Menurut Dewey, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata dalam
kehidupan. Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-
pemikiran metafisik belaka. Filsafat harus berpijak pada pengalaman, dan menyelidiki
serta mengolah pengalaman tersebut secara kritis. Dengan demikian, filsafat dapat
menyusun suatu sistem nilai atau norma. Dewey juga dianggap oleh
aliran fungsionalisme sebagai seorang pemikir bergaya praktis dan pragmatis, sehingga, di
dalam ilmu pendidikan ia menganjurkan teori dan metode learningby doing.
• Moralitas; Hal yang baik adalah sesuatu yang memberikan kehidupan yang lebih
memuaskan; yang jahat adalah sesuatu yang condong untuk merusak kehidupan.
• Dewey mengatakan bahwa manusia telah memakai dua metoda untuk menghindari
bahaya dan mencapai keamanan.
• Pertama adalah dengan melunakkan atau minta damai kepada kekuatan-kekuatan di
sekitarnya dengan upacara-upacara keagamaan, korban, berdoa, dan lain-lain .
• Kedua adalah dengan menciptakan alat untuk mengontrol kekuatan-kekuatan alam bagi
maslahat manusia, yaitu melalui sains, industri, dan seni. Cara inilah yang disetujui
Dewey.
19. Daftar Pustaka
Abbas Hamami M, Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan (Yogyakarta: Fakultas
Filsafat UGM, 1982
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung:
Rosda, 2008)
Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika (Jakarta: Prenada Media, 2003
Ahmad Hamdi Mahmud, Ruwwad al-Falsafah al-Haditsah (Kairo, Maktabah al-
Usrah, tt
Kumara Ari Yuana, The Greatest Philosophers (Jogyakarta, Penerbit Andi, 2010),
hlm.
Reza A.A Wattimena, Filsafat dan Sains; Sebuah Pengantar (Jakarta: Grasindo),
Ibrahim Musthofa Ibrahim, al-Falsafah al-Haditsah min Decartes ila
Humm (Iskandariyyah, Daar al-Wafa, 2001),
20. Daftar Pustaka
Delfgaauw, Bernard. Sejarah Ringkas Filsafat Barat. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana,
1992.
Hamersma, Harry. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Jakarta, 1986.
Hamersma, Harry. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2008.
Lavine, T. Z. Descartes Masa Transisi Bersejarah menuju Dunia Modern. Yogyakarta:
Penerbit Jendela, 2003.
Mudhofir, Ali. Kamus Istilah Filsafat. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1992.
Magee, Bryan. The Story of Philosophy Kisah tentang FIlsafat. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2008.
Strathern,Paul. 90 Menit Bersama Descartes. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2001.