SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 64
1
Soal-Jawab Seputar Gerakan Islam
___________________________________________________________
Diolah oleh: Annas I. Wibowo dari bukunya Abdurrahman Muhammad Khalid: Soal-Jawab
Seputar Gerakan Islam
Daftar Isi:
Klasifikasi Harakah Islamiyah
Aktifitas Harakah Islamiyah
Penentuan Target dan Metode Da'wah Harakah Islamiyah
Berjuang Untuk Islam di Jalan Yang Keliru
Darimanakah Harakah Islam Harus Mulai
Membentuk Kesatuan Antar Gerakan
Membangun Pemerintahan Islam Melalui Pemilihan Umum
Bolehkah Suatu Gerakan Memberontak
Perlukah Mendirikan Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Ketertinggalan Sains dan Teknologi Bukan Kendala Mendirikan Khilafah Islamiyah
Ingin Berjuang Tanpa Risiko?
Melepaskan Baiat Amir Gerakan
Syarat Harakah Islam
Klasifikasi Harakah Islamiyah
Pertanyaan :
Istilah Harakah Islamiyah (gerakan Islam) sering muncul belakangan ini. Apa sebenarnya
syarat-syarat yang harus ada pada suatu harakah, agar dapat dianggap sebagai "Harakah
Islamiyah"?
Jawab :
Kata harakah menurut etimologi bahasa Arab, diambil dari akar kata at taharruk yang
artinya bergerak. Istilah tersebut kemudian menjadi populer dengan arti "Sekelompok
orang atau suatu gerakan yang mempunyai suatu target tertentu, dan mereka berusaha
bergerak serta berupaya untuk mencapainya". Maknaistilah ini masih termasuk dalam
kategori makna lughawi untuk kata tersebut.
Aktifitas suatu gerakan dapat dilakukan oleh satu individu walaupun belum mempunyai
suatu kelompok da'wah yang berjuang bersamanya. Walaupun yang bergerakhanyalah
seorang individu saja --bukan orang banyak, namun gerakan individu itu dapat dianggap
sebagai salah satu macam harakah yang pernah ada di dunia Islam.
2
Aktifitas gerakan dapat juga dilakukan oleh suatu jama'ah, yaitu sekumpulan orang yang
mempunyai pemimpin dan memiliki metode/ strategi da'wah tertentu. Misalnya Jama'ah
Tabligh di India dan Pakistan, Ikhwanul Muslimin dan Tanzhimul Jihad di Mesir, serta yang
sejenisnya.
Gerakan da'wah dapat pula dilakukan oleh suatu organisasi, seperti Muhammadiyah, NU,
Persis, dan yang sejenisnya. Aktifitas gerakan dapat pula dilakukan suatu partai politik,
baik partai tersebut memiliki ideologi tertentu sehingga dapat dikategorikan sebagai partai
politik yang sebenarnya, misalnya Hizbut Tahrir di Yordania, Front Penyelamat Islam (FIS)
di Al-Jazair; atau partai yang hanya sekedar nama tanpa memiliki ideologi tertentu,
seperti yang ada pada puluhan bahkan ratusan jumlahnya yang tersebar di seluruh dunia
Islam. Seluruh perkumpulan semacam ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu harakah,
asalkan mereka bergerak untukmencapai tujuan tertentu.
Di antara harakah-harakah tersebut ada yang bersifat Islami dan menjadikan Islam
sebagai asas, seperti yang disebutkan di atas. Namun ada juga yang tidak islami, bahkan
memusuhi Islam, seperti partai Komunis, partai Wafd di Mesir, partai Ba'ath di Syiria dan
Irak, gerakan Ahmadiyah di India dan Pakistan, dan sebagainya.
Melihat keadaan berbagai gerakan yang ada, dapatlah ditentukan tiga aspek yang
menunjukkan identitas sebuah gerakan,yaitu:
(1) Mempunyai target tujuan yang diusahakan dan hendak dicapai oleh sebuah harakah,
(2) Mempunyai bentuk pemikiran yang telah ditentukan oleh harakah dalam aktifitas
perjuangannya, dan
(3) Mempunyai arah dan kecenderungan tertentu pada orang-orang yang tergabung di
dalam harakah tersebut.
Untuk menentukan identitas suatu harakah agar dapat dikategorikan sebagai Harakah
Islam, maka ketiga aspek di atas harus terpenuhi. Dengan kata lain, tidak cukup hanya
mempunyai target tujuan yang disahkan dan diakui oleh Islam, tetapi juga harus
ditujukan untuk melayani dan mengembangkan Islam. Sebagai contoh, Islam mengakui
keberadaan suatu harakah yang bergerakdalam bidang olahraga. Sebab,target semacam
ini hukumnya mubah. Tetapi harakah yang bergerak di bidang olahraga seperti ini tidak
dapat disebut sebagai harakah Islamiyah, karena keberadaannya tidak sampai melayani
dan mengembangkan Islam.
Begitu pula halnya dengan aneka ragam harakah Islam yang aktifitasnya menitikberatkan
pada usaha pemeliharaan/penerbitan Al Qurâan dan terjemahannya atau penerbitan
buku-buku Islam; pembangunan proyek dan perusahaan Islam, seperti Bank Islam,
Perkreditan Islam (tanpa bunga/riba), masjid-masjid dan sekolah Islam, serta lembaga
pendidikan yang sejenisnya; menyalurkan dana kepada fakir-miskin, anak-anak yatim,
orang-orang cacat; melakukan amar ma'ruf nahi munkar, menyampaikan nasehat kepada
penguasa; dan sebagainya. Satu atau lebih dari berbagai macam aktifitas yang telah
disebutkan di atas dapat dijadikan target tujuan untuk sebuah harakah Islam. Namun
demikian, perlu diingat bahwa target-target tersebut belum cukup mampu melayani dan
mengembangkan ideologi Islam (aqidah dan syariah Islam) hinggaseluruh aktivitas
harakah terkait erat dengan hukum-hukum Islam. Dengan kata lain, metode yang
3
digunakan untukmenegakkan Islam harus sesuai dan terikat dengan ide dan hukum
Islam.
Selain ketiga persyaratan di atas, agar suatu gerakan da'wah dapat disebut sebagai
harakah Islamiyah, maka keanggotaannyaharus pula dari kalangan kaum Muslimin saja.
Jika suatu harakah terbentuk dari kalangan non muslim, seperti para orientalis yang
mengkaji dan mempelajari khazanah Islam lalu mengeluarkan dan menyebarkan hasil
kajiannnya setelah terlebih dahulu meneliti dan menganalisisnya, maka harakah semacam
itu tidak dapat dinamakan harakah Islam.
Akan halnya harakah Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh, keduanya merupakan
tokoh FreeMasonry di negeri-negeri Islam, tapi gerakannya mengatasnamakan Islam.
Kita juga dapat mengkategorikan Jama'ah Tabligh, Jama'ah Salafiyah, Islam Jama'ah,
Jama'atul Muslimin Hizbullah sebagai harakah Islamiyah, sekalipun padagerakan-gerakan
tersebut terdapat kekurangan, atau bahkan kadang-kadang terdapat langkah atau
pemikiran yang tidak Islami. Jama'ah Tabligh misalnya, mereka mengambil Islam secara
parsial dengan menolak membicarakan masalah politik atau menolak menempuh jalan
politik dalam berda'wah. Sedangkan Jama'ah Salafiyah lebih banyak memfokuskan
masalah aqidah, ibadah dan akhlaq. Islam Jama'ah suka mengkafir-kafirkan sesama kaum
Muslimin yang tidak berbai'at kepada imam mereka, menolak shalat di masjid yang
imamnya bukan dari golongan mereka. Sementara Jama'atul Muslimin Hizbullah menolak
mengakui Rasulullah Saw. sebagai figur politik,bahkan menurut mereka, di dalam Islam
tidak dikenal adanya aktifitas politik.
Keterlibatan Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh dalam gerakan FreeMasonry
dapat dibaca dalam kitab Al Islam wal Hadlarah Al Gharbiyah, Dr. M. Muhammad Husain,
halaman 63-107; Zu'amul Ishlah fil 'Ashril Hadits, Ahmad Amin, halaman 73-115; atau
Shahwah Ar Rajulul Al Maridl, Mouaffaq Bani Al Marjih, halaman 337.
Di antara berbagai harakah Islam yang bersifat politik dan bergerak di kawasan Timur
Tengah serta dunia Islam lainnya, tercatat nama-nama antara lain Jama'ah Ikhwanul
Muslimin (di Mesir), Hizbullah (di Libanon), Hizbut Tahrir (di Yordania), Gerakan Jihad
Islam (di Mesir), Jabhatul Ingadz Al Islami FIS (di Aljazair), Partai Islam PAS (di
Malaysia), dan masih banyak lagi harakah Islam yang tersebar di Pakistan, India,
Afghanistan, Turki dan tempat-tempat lain di negeri-negeri Islam.
Adapun kelompok Al Liqaâ Al Islamiy (di Beirut) yang merupakan perkumpulan sekuler,
tidak bisa dikelompokkan ke dalam harakah Islamiyah. Begitu pula Majlis Syi'i Tertinggi
(di Beirut) yang juga merupakan perkumpulan sekuler, bukanlah merupakan harakah
Islam. Contoh lain yang sama adalah harakah Al Ittijahul Islamiy di Tunisia (Harakah
Nahdlah sekarang). Sebab, kelompok-kelompok seperti Al Liqaâ Al Islamiy, Majlis Syi'i
Tertinggi, dan harakah Al Ittijahul Islamiy, semuanya menyerukan dan menyebarluaskan
sekulerisme secara terang-terangan dan tujuannya bukan untuk melayani Islam.
Tambahan lagi, metodanya tidak terikat dengan hukum-hukum Islam.
Aktivitas Harakah Islamiyah
4
Apakah benar pendapat yang dikatakan oleh sebagian gerakan da'wah bahwa Islam
mewajibkan membatasi aktifitas gerakannyahanya pada amar ma'ruf dan nahi munkar,
dan bahwasanya tidak dibolehkan mencegah kemungkaran dengan tangan.Selain itu,
tidak dibolehkan pula melakukan aktivitas-aktivitas di bidang sosial kemasyarakatan atas
nama gerakan, tapi dibolehkan bagi individu Muslim, termasuk anggota suatu gerakan
atas nama pribadi mereka. Yang menjadi pertanyaan: mengapa bagi individu dibolehkan,
sedangkan bagi gerakan da'wah tidak boleh?
Sesungguhnya masalah ini termasuk masalah fiqih yang penting dan sangat dalam
pembahasannya,namun belum mendapat perhatian di kalangan para fuqahâ terdahulu,
sehingga pemahaman masalah ini menjadi kabur. Dan ternyata hal tersebut dialami juga
oleh kalangan intelektual Muslim saat ini. Untuk menjelaskan pertanyaan tersebut di atas,
kami akan bertolak dari firman Allah SWT, yang artinya:
"(Dan) Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada Al Khair
(Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar,dan
merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran 104)
Ayat yang mulia ini merupakan seruan yang sangat jelas kepada umat Islam untuk
membentuk suatu jama'ah, kelompok da'wah atau sebuah partai politik Islam, sekaligus
membatasi aktivitasnya ke dalam dua kegiatan: pertama, berda'wah kepada Islam
(terhadap pengikut agama lain); dan kedua, melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar di
tengah-tengah kaum Muslimin.
Kita mengetahui bahwasanya pelaksanaan hukum syari'at Islam telah dibebankan kepada
individu, juga kepada ulil amri (penguasa sah menurut hukum Islam) yang tanggung
jawabnya lebih berat dibandingkan tanggung jawab yang dibebankan kepada individu,
tetapi yang masih menjadi pertanyaan adalah apakah syari'at Islam membolehkan adanya
jama'ah/kelompok da'wah atau partai politik Islam untuk melakukan aktifitas yang
pembebanan pelaksanaan hukumnya ditujukan bagi individu atau ulil amri? Mengapa
syariat Islam membebankan berbagai hukum tertentu kepada jama'ah, kelompok da'wah,
maupun partai politik Islam secara khusus, yang tidak diperuntukan bagi individu dan
atau ulil amri?
Memang benar bahwa keberadaan suatu jama'ah, kelompok da'wah atau partai Islam
merupakan fardhu kifayah, yakni suatu kewajiban yang dibebankan atas seluruh kaum
Muslimin. Sebab, perintah tersebut ditujukan kepada kaum Muslimin di setiap wilayah
Islam, yaitu dengan firmanNya, yang artinya:
"..Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat.." (Ali Imran 104).
Ayat tersebut juga membatasi aktivitas jama'ah dalam dua hal seperti yang telah disebut
di muka. Dalam hal ini, syari'at Islam tidak hanya membatasi pembahasannya tentang
urusan penguasa ataupun individu, tetapi juga membahas pula masalah gerakan. Bahkan,
syari'at Islam mengharuskan adanya jama'ah,kelompok da'wah atau partai-partai Islam
pada setiap masa secara terus menerus, khususnya padasaat daulah Islam masih ada.
Kalaupun tidak ada daulah Islam untuk seluruh kaum Muslimin di dunia seperti keadaan
5
saat ini, maka dalam hal ini terdapat dalil lain yang tetap mengharuskan adanya gerakan
Islam, yaitu dengan berpedoman kepada kaidah syara' yang mengatakan:
"Apabila suatu kewajiban tidak sempurna kecuali dengan suatu perbuatan, maka
perbuatan itu wajib pula hukumnya". [Lihat Al Muwafaqaat, Imam Asy Syathibi, Jilid II,
halaman 394] Sebab daulah Islam tidak akan tegak berdiri tanpa adanya suatu gerakan
Islam yang berupaya untuk menegakkannya.
"Siapa saja di antara kalian melihat (suatu) kemungkaran, maka hendaklah ia berusaha
mencegahnya dengan tangannya ..." [Lihat Shahih Muslim, hadits no. 49]
Contoh dari perbedaan antara aktivitas gerakan dengan individu adalah tindakan Abu
Bakar ra tatkala membebaskan Bilal ra, yang ketika itu masih berstatus budak milik
Umayyah bin Khalaf. Setelah mengetahui Bilal ra masuk Islam, Umayyah mulai
menyiksanya dengan cara menjemurnya di siang hari yang terik dan ditindih batu besar,
dengan tujuan agar ia meninggalkan Islam dan kembali kepada kemusyrikan. Namun
Bilal ra tetap sabar menahan siksaan dan hanya mengucapkan kata "ahad" berkali-kali.
Padahal sesuatu yang mudah bagi Nabi Saw., sebagai pemimpin gerakan Islam pertama
di dunia, untuk mengumpulkan dana dari para Shahabatnya guna menebus dan
membebaskan Bilal ra serta Shahabat lainnya yang disiksa setelah masuk Islam. Namun
demikian, beliau tidak melakukannya!
Kita memahami bahwa apabila perbuatan seperti itu merupakan suatu keharusan untuk
dilakukan,tentulah harus segera dilaksanakan.Namun ternyata Nabi Saw., sebagai
pemimpin gerakan Islam, tidak melakukannya walaupun beliau mampu. Dari sini dapat
dipahami bahwa aktivitas seperti itu atau yang serupa dengannya bukanlah kegiatan dan
tanggung jawab gerakan.
Di antara hal-hal lain yang membedakan secara nyata antara aktivitas inidividu dengan
aktifitas gerakan adalah sebagaimana yang dicantumkan dalam kitab-kitab Sirah Nabi
Saw., bahwasanya Abdurrahman bin Auf ra dan beberapa orang Shahabat lainnya
mendatangi Rasulullah Saw. seraya berkata:
"Ya Nabiyullah. Dahulu, tatkala kami masih musyrik, kami dimuliakan. Tetapi tatkala kami
telah beriman, kami dihinakan". Rasulullah Saw. menjawab:
'Aku telah diperintahkan untuk menjadi orang pemaaf. Karena itu, janganlah kalian
memerangi mereka (Quraisy)' (HR An Nasa'i) [Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Ath
Thabari, Ibnu Abi Hatim, Al Hakim, dan Al Baihaqi. Lihat Sunan An Nasa'i, jilid VI,
halaman 2-3; Ad Durrul Mantsur,Imam As Suyuthi, jilid II, halaman 594]
Namun demikian dalam catatan sejarah, Saad bin Abi Waqash ra atas nama pribadinya
pernah melakukan tindakan yang bersifat fisik, sebagaimana yang diriwayatkan dalam
kitab-kitab Sirah Nabi saw. Diceritakan bahwasekelompok Shahabat termasuk di
dalamnya Sa'ad bin Abi Waqash sedang melakukan shalat di salah satu lembah kota
Makkah. Mereka menyembunyikan aktifitas itu dari orang-orang kafir. Tetapi, sekelompok
orang Musyrik melihat perbuatan tersebut dan mulai mengganggu serta mencaci-maki
mereka. Akhirnya terjadi perkelahian antara kedua kelompok itu. Keadaan tersebut
mendorong Sa'ad bin Abi Waqash memukul salah seorang musyrik dengan rahang unta
6
sehingga berlumuran darah (lalu mati). Peristiwa ini merupakan pertumpahan darah yang
pertama di dalam Islam. Berita ini kemudian sampai kepada Rasulullah Saw., tetapi beliau
mendiamkannya (membolehkannya). [Lihat Sirah Ibnu Hisyam jilid I, halaman 263; As
Sirah An Nabawiyah, Imam Adz Dzahabi, halaman 84]
Dari pengaduan Abdurrahman bin Auf ra dan kemudian Rasulullah Saw. menjawab agar
bersifat pemaaf dan tidak membolehkan mereka memerangi orang-orang Quraisy atau
yang lainnya, maka kita dapat memahami bahwasanya Rasulullah Saw. tidak
membolehkan gerakan melakukan reaksi terhadap tindakan kekerasan dengan cara
membalasnya. Yang beliau lakukan adalah menyuruh para Shahabat untuk bersabar
(menahan diri). Padahal ketika itu, Rasulullah Saw. mampu mengerahkan kaum Muslimin
untuk bereaksi membalas kekerasan yang dilakukan orang-orang kafir itu dengan
perbuatan yang setimpal dalam setiap peristiwa/ kejadian yang menyakiti dan
membahayakan kaum Muslimin. Namun ternyata, beliau tidak melakukannya meskipun
tindakan itu dibutuhkan, dan walaupun ada pengaduan dari Shahabat agar Rasulullah
Saw. mau melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa beliau melarang kaum Muslimin
melakukan tindakan kekerasan/fisik atas nama gerakan, namun dibolehkan bagi individu
atau anggota gerakan melakukannya atas nama pribadi mereka apabila diancam atau
dianiaya dan disiksa.
Dalil-dalil lain yang lebih memperkuat pemahaman ini adalah tindakan dan aktivitas
da'wah Rasulullah Saw. di Makkah yang berlasung selama 13 tahun. Beliau melakukan
aktivitas da'wah dan meminta pertolongan kepada orang-orang terkemuka dari seluruh
Jazirah Arab dengan tujuan agar da'wah beliau berhasil dalam menegakkan daulah Islam.
Rasulullah Saw. dalam hal ini telah membatasi kegiatannya dalam aktivitas-
aktivitas yang bersifat non fisik (fikriyah). Beliau tidak pernah melakukan aktivitas apapun
yang bersifat fisik, sebagaimana yang dikatakannya kepada para Shahabatnya setelah
Bai'at Aqabah II:
"Kita belum diperintahkan melakukan hal itu (tindakan kekerasan)". [Lihat Sirah Ibnu
Hisyam, jilid I, halaman 448; As Sirah An Nabawiyah, Imam Adz Dzahabi, halaman 202]
Beliau menolak tawaran para pemimpin Madinah untuk memerangi penduduk Mina
(jama'ah haji dari seluruh Jazirah Arab) dengan pedang. Beliau tidak mengatakan kepada
mereka: "Kita belum mampu", tetapi beliau mengatakan: "Kita belum diperintahkan
melakukan hal itu". Dan Rasulullah Saw. baru mengizinkan mereka melakukan perang
setelah beliau bersama kaum Muhajirin hijrah ke Madinah dan setelah berdirinya daulah
Islam di sana. Saat itulah diturunkan firman Allah SWT yang berbunyi [Lihat As Sirah An
Nabawiyah, Imam Az Zahabi, halaman 467-468]:
"Telah diberi izin (untuk berperang) bagi orang-orang yang telah diperangi, karena
mereka telah dizhalimi" (Al Hajj: 39)
"Mafhum Mukhalafah" [Hukum yang tersirat adalah kebalikan dari hukum yang tersurat.
Disebut juga dengan dalil khithab] dari ayat ini menjelaskan bahwa sebelum Rasul Saw.
hijrah (sebelum didirikan negara Islam), kaum Muslimin tidak diizinkan untuk berperang.
Mafhum Mukhalafah ini merupakan hujjah yang wajib dilaksanakan serta dijadikan
pedoman bagi setiap gerakan Islam. Lebih dari itu, Allah SWT berfirman:
7
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: 'Tahanlah
tanganmu (dari berperang),dan dirikanlah shalat'" (An Nisa 77)
Ayat ini diturunkan pada saat daulah Islam belum terwujud, sementara telah ada satu
gerakan yang dipimpin Rasulallah Saw. yang anggotanya adalah individu-individu Muslim
(kaum Muhajirin), yang berupaya keras untuk mendirikan daulah Islam dengan
menghabiskan waktu 13 tahun lamanya. Setelah itu timbul kebutuhan untuk melakukan
aktivitas fisik. Akan tetapi sebelumnya kaum Muslimin sebagai sebuah kesatuan gerakan,
telah dilarang melakukan aktivitas fisik tersebut. Malah, mereka diperintahkan untuk
bersabar dan menahan emosi. Bahkan, sebagian besar dari mereka diizinkan berhijrah ke
Habsyah demi menghindarkan diri dari fitnah (paksaan untuk meninggalkan Islam).
Tidak diturunkannya izin yang membolehkan tindakan kekerasan pada saat itu,
menunjukkan adanya larangan keras melakukan tindakan kekerasan tersebut dalam
usaha mendirikan daulah Islam pada setiap masa (kecuali jika kaum Muslimin diperangi).
Sedangkan diturunkannya izin melakukan tindakan kekerasan muncul setelah tegaknya
daulah Islam, menunjukkan bahwa aktifitas fisik merupakan salah satu hal yang tidak
termasuk langkah-langkah suatu gerakan. Melainkan hal tersebut termasuk aktivitas dan
tanggung jawab daulah Islam, dan sebagian tercakup pula ke dalam aktivitas individu.
Dari sini kita dapat memahami bahwasanya syari'at Islam telah membedakan antara
hukum yang dibebankan kepada gerakan dengan hukum yang dibebankan kepada
individu dan penguasa. Namun perlu diingat pula bahwa perbedaan hukum-hukum
terhadap jama'ah, kelompok da'wah dan partai politik Islam dengan hukum-hukum yang
menyangkut individu di dalam suatu gerakan, hanya terbatas pada gerakan yang
mengemban da'wah Islam yang bertujuan mendirikan daulah Islam saja. Atau dengan
kata lain hanya pada kelompok da'wah yang aktifitasnya bersifat politis yang melakukan
aktifitas berdasarkan apa yang telah diserukan dalam surat Ali Imran ayat 104,
meneladani cara kelompok da'wah pertama dalam sejarah umat Islam, yaitu kelompok
Shahabat yang dipimpin Rasulullah Saw. dalam menegakkan Islam.
Adapun kelompok-kelompok kaum Muslimin lainnya (selain gerakan politik), terhadap
mereka hanya dapat diterapkan hukum-hukumsyara' yang menyangkut masalah individu.
Sama halnya dengan suatu jama'ah (sekelompok orang) yang sedang bepergian.Status
hukum yang menyangkut mereka, sama dengan hukum-hukum yang barkaitan dengan
individu, baik mereka mempunyai pemimpin lebih dari satu, ataupun tanpa pemimpin.
Demikian pula halnya dengan suatu kelompok masyarakat yang membentuk suatu
lingkungan, atau organisasi-organisasi sosial yang bergerak di tengah-tengah
masyarakat; semua kelompok ini dan yang serupa dengannya,terhadap mereka
diberlakukan hukum-hukum yang berkaitan dengan individu, walaupun aktifitas sosial
kemasyarakatan itu mereka laksanakan secara bersama-sama serta tolong menolong.
Dengan kata lain, mereka dianggap sebagai sebuah organisasi/sekelompok orang, namun
tidak dapat dikategorikan sebagai gerakan politik atau sebagai gerakan da'wah
penegakkan Islam.
8
Penentuan Target dan Metode Da'wah
Harakah Islamiyah
Syarat Anggota Organisasi Islam
Bagaimana suatu kelompok da'wah dapat mengokohkan bangunannya,mengarahkan
aktifitasnya ke suatu target tertentu yang dapat mewujudkan tegaknya Islam di tengah-
tengah masyarakat internasional? Lalu metode apa yang harus ditempuh untuk mencapai
target tersebut?
Sesungguhnya berbagai organisasi,kelompok da'wah,dan partai politik Islam, didirikan
untuk mencapai target tertentu yang telah digariskan oleh masing-masing. Ketiga macam
golongan ini menentukan tata cara dan metode tertentu untuk mencapai target yang telah
digariskan dan tentu saja menjadi suatu keyakinan bagi mereka. Ini adalah fakta
mengenai keberadaan setiap golongan tersebut. Tidak ada suatu perkumpulan pun di
antara ketiga macam golongan tersebut yang akan menyimpang dari kaidah ini. Dengan
demikian, dapatlah diringkas masalah ini ke dalam tiga topik pembahasan:
(1) Pembentukan bangunan suatu organisasi/kelompok da'wah
(2) Target yang hendak dicapai
(3) Metode untuk meraih target
Pertama: Pembentukan suatu organisasi/kelompok da'wah
Ketika suatu organisasi atau partai didirikan oleh seorang pendirinya,tentu saja orang
yang mendirikan tersebut telah mengusahakan untuk menentukan suatu gambaran
tertentu mengenai individu-individu yang akan menjadi bagian dari organisasi atau partai
tersebut. Begitu pula halnya bagi kelompok da'wah. Gambaran tersebut antara lain
meliputi syarat-syarat keanggotaan, sifat-sifat dan keahlian minimal yang harus dimiliki
individu agar dapat menjadi anggota golongan tersebut. Namun,syarat-syarat, sifat-sifat
dan keahlian itupun bagi setiap individu tergantung pada jenisdan ketetapan dari
golongan.Misalnya saja ada organisasi profesi yang menjadikan pemilikan ijazah
seseorang, menentukan keanggotaannya. Ada pula organisasi sosial yang menentukan
syarat, sifat dan keahlian tertentu, yang berbeda dengan organisasi profesi.Contohnya,
ada organisasi pemelihara seni Islam, atau lembaga sosial semisal Badan Pembangunan
Masjid atau Rumah Sakit Islam, Panti Asuhan, Kepanduan Islam, dan lain-lain. Masing-
masing organisasi ini menentukan syarat-syarat, sifat-sifat dan keahlian yang berbeda
dengan organisasi palang merah, misalnya; atau Organisasi Kesetiakawanan Nasional,
dan lain sebagainya.
Begitu pula halnya dengan suatu harakah Islamiyah ataupun partai politik Islam. Masing-
masing menentukan syarat dan sifat yang berbeda terhadap individu-individu yang ingin
menjadi anggotanya.
9
Setiap harakah Islamiyah ataupun partai politik Islam menentukan batas minimum
terhadap setiap orang yang ingin menjadi anggota, kemudian dibina dan disiapkan agar
mampu meraih suatu kedudukan tertentu berdasarkan kemampuan dan keahliannya.
Syarat dan sifat yang dikenakan agar seseorang dapat menjadi anggotanya, tergantung
pada asas harakah atau partai tersebut. Misalnya saja harakah Islamiyah atau partai
politik Islam tidak akan menerima siapapun menjadi anggota serta tidak menawarkan
keanggotaannya kecuali jika individu-individu tersebut beraqidah Islam, rajin
menjalankan ibadahnya, mempunyai akhlaq yang Islami, dan tolok ukurnya dalam
berinteraksi dengan masyarakat adalah hanya halal dan haram, bukan maslahat. Ini
merupakan batas-batas minimum yang harus dimiliki oleh orang yang menawarkan
dirinya menjadi anggota dalam suatu harakah Islamiyah ataupun partai politik Islam.
Kelompok da'wah Islam manapun tentunya tidak mungkin akan menerima orang-orang
kafir menjadi anggotanya, dan tidak akan setuju (tidak berdiam diri) apabila terdapat
salah seorang di antara pengikutnya orang munafiq atau fasiq yang secara terang-
terangan berbuat maksiat. Juga, tidak akan mengizinkan para anggotanyauntuk
melakukan perbuatan apapun yang tidak sesuai dengan akhlaq seorang muslim,
khususnya bagi "hamilud da'wah". Inilah batas minimum yang diperlukan. Akan tetapi
masing-masing anggota tentu saja berbeda-beda tingkatannya.Ada yang hanya
melakukan fardlu saja, ada pula yang melakukan fardhu dan sunnah muâkkadah. Begitu
juga ada yang melakukan fardlu, sunnah-sunnah nawafil serta menjauhkan diri dari
perbuatan yang syubhaat (yang belum diketahui status hukumnya). Juga akan terdapat
banyak perbedaan dari setiap anggotanya, baik dalam kemampuan,semangat, maupun
wawasan tentang target yang berusaha untukdicapai.
Inilah landasan yang membangun suatu harakah Islamiyah ataupun partai politik Islam.
Oleh karena itu, tidak dibolehkan sama sekali saling menuduh dan menyalahkan salah
satu harakah Islamiyah atau partai politik Islam dengan mengatakan bahwa di antara
pengikut-pengikutnya ada yang belum menjalankan hukum-hukum yang telah diwajibkan
Islam, walaupun hal ini didasarkan kepada pendapat/fahamfiqih tertentu.
Adapun organisasi-organisasi atau partai-partai yang menonjolkan syiar-syiar Islam
dengan maksud menyembunyikan kekufurannya,mereka juga memiliki pandangan,
syarat-syarat dan sifat-sifat tertentu terhadap setiap anggotanya. Bisa jadi, misalnya,
mereka hanya mengambil dan memperhatikan masalah-masalah kerohanian, seperti
aliran (sekte) Subud, tetapi tidak berlandaskan kepada aqidah Islam. Sama halnya
dengan aliran-aliran kebatinan yang ajaran-ajarannya bertentangan dengan aqidah Islam.
Begitu juga organisasi-organisasi dan partai-partai yang sekuler ataupun materialis,
masing-masing memiliki asas, tolok ukur serta nilai-nilai tertentu yang berbeda-beda
untuk menerima maupun menolak seseorang menjadi anggota. Juga untuk organisasi-
organisasi profesi,serikat buruh, masing-masing mempunyai tolok ukur dan penilaian
berlainan terhadap setiap orang yang ingin menjadi anggotanya. Akan tetapi, jenis-jenis
organisasi dan partai bukan Islam tersebut di atas tidak termasuk ke dalam pembahasan
kita.
10
Penentuan Target Organisasi Islam
Kedua: Target yang hendak Dicapai
Jika pandangan terhadap pembentukan wadah gerakan berbeda antara satu dengan
lainnya, maka pandangan mengenai target yang ingin dicapai tentu akan berbeda-beda
pula. Berbagai macam gerakan dapat saja mencapai titik-titik temu mengenai target,
namun dalam faktanya tidak sedikit yang saling berselisih. Apa yang diperselisihkan bisa
saja menyangkut persoalan yang mendasar, bisa pula persoalan yang furu' (cabang).
Sekalipun demikian,semua sepakat bahwa setiap gerakan menghendaki adanya
perbaikan di dalam masyarakat.
Apabila kita mendalami setiap gerakan yang melakukan perbaikan di dalam masyarakat,
walaupun secara sederhana, akan kita dapatkan dua macam kelompok. Pertama,
kelompok yang memperbaiki masyarakat berdasarkan agama; dan yang kedua, kelompok
yang ingin memperbaiki masyarakat tidak berdasarkan agama. Kelompok yang terakhir
ini tidak perlu kita bahas. Karena itu, topik yang dibahas di sini adalah kelompok yang
memperbaiki masyarakat dengan berdasarkan agama dan aqidah Islam.
Setiap kelompok, organisasi dan partai yang berasaskan aqidah Islam dan tegak di atas
dasar perbaikan, biasanya menentukan persyaratan-persyaratan tertentu bagi orang-
orang yang ingin menjadi anggota, misalnya harusterikat dengan Islam secara totalitas.
Dalam hal ini, tentu saja ketiga macam golongan tersebut tidak akan menerima anggota
yang tidak terikat dengan Islam atau tidak memiliki akhlaq Islam. Dan apabila kita
arahkan pandangan secara lebih mendalam terhadap semua kelompok ini, maka mereka
akan terbagi ke dalam tiga macam arah/target:
(a) Target yang hanya memperhatikan kepentingan individu
Sebagian perkumpulan, seperti Tarekat (sufisme) dan berbagai organisasi Islam
semacamnya, menjadikan keselamatan dan kemenangan di akhirat sebagai target untuk
mereka, di mana target itu --menurut mereka-- hanya dapat dilakukan melalui aktifitas
kerohanian ritual semata dan sikap uzlah (mengurangi aktifitas bermasyarakat).
Pandangan ini mereka buktikan dari firman Allah SWT:
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tidaklah orang sesat itu akan memberi
mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk..." (Al Maidah: 105)
Maksud mereka dengan istilah "mencari keselamatan" adalah menjauhkan diri dari
masyarakat serta menghindari krisis-krisis yang ada di dalam masyarakat. Bahkan jika
perlu dengan cara menggigit akar pohon, mereka pun mau melakukannya, asalkan bisa
menyelamatkan diri sendiri.
(b) Target Memperbaiki Aqidah dan Akhlaq Individu
Sebagian organisasi/gerakan Islam berpendapat bahwa masyarakat terdiri atas kumpulan
individu, sehingga dianggap bahwa apabila individu-individu itu baik, tentu
11
masyarakatnya akan menjadi baik. Sebaliknya, apabila individu-individu itu rusak
akhlaqnya, rusak pula akhlaq masyarakat tersebut.
Atas dasar pandangan yang keliru ini, mereka menjadikan perubahan individu sebagai
dasar untuk mengubah keadaan masyarakat. Mereka bertolak dari pandangan
sebagaimana ilmu sosiologi Barat tentang definisi masyarakat. Padahal pendapat tersebut
tidak sesuai dengan fakta pembentukan suatu masyarakat. Sebab, sekelompok individu
seperti itu hanya akan menghasilkan suatu jama'ah (perhimpunan), bukan masyarakat.
Sedangkan yang membentuk masyarakat adalah interaksi antar anggota masyarakat
berdasarkan adanya kepentingan bersama. Interaksi yang dimaksud adalah bahwa
kepentingan tersebut harus berdasarkan kepada pemikiran, perasaan,dan aturan
tertentu.
(c) Target Memperbaiki Masyarakat
Sebagian organisasi Islam lainnyaberpendapat bahwa masyarakat itu sebenarnya
merupakan interaksi-interaksi yang berlangsung terus-menerus antar individu
masyarakat. Di dalamnya terdapat sistem politik yang melibatkan negara untuk mengatur
hubungan tersebut. Sedangkan usaha individu dalam menjalankan hubungan antar
sesamanya bertolak dari kesatuan pandangan dan perasaan terhadap ukuran/nilai
maslahat yang menjadi obyek interaksi tersebut. Oleh karena itu, kerusakan masyarakat
yang terjadi adalah karena rusaknya interaksi antar mereka ini, yakni rusaknya pemikiran
dan perasaan masyarakat, serta rusaknya sistem yang mengatur interaksi antar individu
masyarakat. Cara memperbaiki masyarakat adalah dengan ideologi Islam (akidah dan
syariah Islam) sebagaimana Rasulullah Saw.
Inilah tiga macam arah orientasi perbaikan masyarakat dan upaya mengembalikan kaum
muslimin ke masa jayanya. Masing-masing kelompok memilih salah satu arah sebagai
metode khususnya untuk mencapai target.
Metode KelompokDakwah Islam
Ketiga: Metode untuk Meraih Target
Untuk mencapai tujuan dakwah,maka metode dakwah yang digunakan harus selalu
dikaitkan dengan target, membuat rencana-rencana untukpelaksanaan dakwah,
termasuk sarana-sarana yang diperlukan untuk mencapainya.Bagi kelompok dakwah
yang meyakini bahwa masyarakat terbentuk dari individu,mereka akan membahas
mengenai pembentukan pribadi individu, termasuk juga membuat strategi dakwah yang
disertai sarana-sarana tertentu yang dapat menarik perhatian individu, serta berusaha
untuk mengadakan perbaikan yang hanya terbatas pada individu belaka. Misalnya hal-hal
yang dianggap sebagai dasar dalam usaha perbaikan individu, seperti aqidah,akhlaq,
muamalah, dan ibadah.Jika individu-individu tersebut telah diperbaiki, maka ia harus
berusaha memperbaiki keluarganya secara individual, disebabkan pandangan mereka
bahwa keluarga dan masyarakat terbentuk dari individu. Dari sini perhatian kelompok
12
dakwah yang bertolak dari pandangan tersebut akan terfokus pada individu dan
bagaimana memperbaiki perjalanan hidupnya.
Dalam aspek aqidah, misalnya, mereka menjelaskan rukun-rukun aqidah, tolok ukur
untuk mengetahui kebenaran aqidah,dan sebagainya, dengan cara menanamkan
keyakinan yang memuaskan akal, serta sesuai dengan fithrah manusia (naluri beragama).
Sebab, Islam adalah diinul fithrah. Dari segi ibadah, mereka menjelaskan bahwa di dalam
ibadah terdapat kewajiban-kewajiban yang harusdilaksanakan, dan sunnah-sunnah
nafilah, sehingga setiap Muslim mampu meninggikan derajatnya dengan bertaqarrub
kepada Allah. Begitu pula dengan akhlaq; mereka mengajarkan individu tentang
kewajiban memiliki sifat-sifat yang terpuji,dan bahwasanya ia harus senantiasa menjauhi
setiap perbuatan haram ataupun perbuatan keji (kriminal) dan sebagainya.Pada saat
yang sama, ia harus selalu berperilaku baik dan tidak berani melanggar aqidah.
Sedangkan dalam hal urusan muamalah (interaksi, transaksi), ia harus selalu terikat
dengan nila halal dan haram. Semua hal ini dikatakan akan menghasilkan individu dan
masyarakat yang berakhlaq mulia.
Berdasarkan hal ini, mereka mendidiksetiap individu untuk menghasilkan perbaikan
terhadap diri pribadi, kemudian terhadap keluarga, masyarakat, dan negara. Dengan
demikian, menurut mereka, dengan aktifitas individu yang melakukan perbaikan, maka
umat akan meraih kemuliaannya, serta panji-panji La ilaaha illallah dapat ditegakkan
kembali. Tetapi bagaimana tahapan-tahapan kongkret untukmencapai kejayaan tegaknya
aqidah dan syariah Islam secara keseluruhan? Ini yang belum bisa mereka jelaskan!
Sedangkan kelompok dakwah berikutnya,yang memandang bahwa masyarakat terdiri
atas kelompok individu yang di dalamnya terdapat interaksi yang berkembang secara
terus-menerus; dan bahwasanyabaik atau rusaknya masyarakat bergantung pada bentuk
hubungan-hubungan tersebut --apakah didasarkan kepadaide-ide dan sistem Islam, serta
perasaan masyarakatnya pada standar Islam dalam kehidupan sehari-hari, atau
didasarkan kepada sistem selain Islam--, maka kelompok ini haruslah memiliki suatu
pandangan yang paripurna terhadap segala bentukinteraksi di dalam masyarakat, dan
gambaran yang sempurna terhadap sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sosial
(pergaulan pria dengan wanita), sistem pendidikan,politik luar negeri atau tata hubungan
internasional.
Selain itu, kelompok ini haruslah mempersiapkan rancangan konstitusi dan perundang-
undangan yang lengkap untuk sebuah pemerintahan Islam untuk diterapkan, yang
mampu menjelaskan bentuk dan struktur daulah, serta wewenang dalam setiap bagian
strukturnya. Konstitusi tersebut harus mampu menjelaskan hubungan antar sesama
masyarakat, hubungan dengan Khalifah dan perangkatnya, serta hubungan daulah dan
umat Islam dengan bangsa-bangsa atau negara-negara lain.
Kelompok dakwah ini hendaklah berusaha untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat
secara keseluruhan terhadap ide-ide dan sistem Islam yang dijelaskannya dalam
masyarakat serta kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap kelompok gerakan
dakwah tersebut, tanpa memperhatikan jumlah dan suara mayoritas. Sebab, umat Islam
13
pasti menerima ide-ide dan tundukkepada hukum-hukum Islam, serta suatu saat mau
berjuang untuk Islam bersama-sama dengan kelompok-kelompok dakwah ini.
Wajar saja apabila pada mulanya jumlah yang mendukung adalah sangat sedikit. Tetapi
yakinlah, bahwa nanti jumlahnya akan bertambah dan menjadi banyak.Perkembangan ini
pasti dialami oleh setiap gerakan, walaupun masing-masing mempunyai metode yang
berbeda-beda.
Jika tujuan ini tercapai, maka pemegang kekuatan yang berpengaruh di dalam
masyarakat akan menyerahkan kekuasaannya kepada umat, bila mereka melihat bahwa
mayoritas mendukung tegaknya daulah Islam. Akan tetapi sikap petinggi tersebut tidak
mungkin terjadi, kecuali setelah dikerahkannya kekuatan senjata/militer untukmelawan
rakyatnya. Lalu militer gagal dalam mengatasi keadaan atau malah bergabung dengan
rakyat, maka barulah kelompok dakwah tadi dapat melaksanakan apa yang telah
digariskan sebelumnya tentang peraturan daulah Islam, serta panji-panji Islam "Laa
ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah" dapat ditegakkan,dan kemuliaan kaum muslimin
dapat dicapai.
Adapun kelompok dakwah yang arahnya terbatas kepada perbaikan terhadap pribadi
sendiri untuk mensucikan dan menyelamatkan dirinya, maka sebagian dari mereka
walaupun berdakwah di tengah-tengah masyarakat, akan tetapi dakwahnya hanya
bersifat ajakan kepada masyarakat untuk kembali kepada Allah tanpa menentukan
caranya Islam benar-benar tegak di masyarakat keseluruhan.Mereka katakan bahwa
yang penting kembali kepada Allah dan hidup sebagaimana hidupnya shahabat Rasulallah
Saw. Adapun masalah perubahan masyarakat dan negara, itu adalah pemberian dari Allah
SWT, yakni tidak perlu kaum Muslimin mengubah sistem kehidupan burukyang ada!
Arah Gerak KelompokDakwah Islam
Kesimpulan dari bentukaktifitas ketiga macam kelompok di atas adalah:
Pertama, bahwasanya titik sentral aktivitas kelompok yang pertama dan yang ketiga
adalah individu. Mereka membatasi geraknya dengan hal-hal yang berkaitan dengan
individu. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan kelompok dakwah seperti ini hanyalah
berusaha memperbaiki tingkah laku individu saja, serta mengembangkan wawasan
anggotanya dengan tsaqafah (kebudayaan) Islam yang berkaitan dengan individu.
Sedangkan bagian tsaqafah Islam yang berkaitan dengan masyarakat dan yang menjadi
dasar bagi suatu negara, serta yang berhubungan dengan bentuk-bentuk interaksi antara
individu-individu rakyat, maka hal ini dianggap bukanlah suatu hal yang patut mendapat
perhatian. Sebab, hal tersebut dikira tidak berkaitan dengan individu, dan lagi tidak ada
pengaruhnya terhadap baik buruknya akhlaq (budi pekerti) individu.
Tentu saja, apa yang mereka lakukan adalah suatu kekeliruan.Mari kita ambil suatu
masyarakat yang terdiri atas 10 juta orang (penduduk) untuk dijadikan contoh. Apabila di
tengah-tengah masyarakat tersebut terdapat suatu gerakan Islam atau suatu partai
politik yang menjadikan perbaikan individu sebagai langkah awal untuk memperbaiki
14
masyarakat secara keseluruhan, maka pastilah kelompok dakwah ini akan memulai usaha
perbaikan total dari individu-individu tertentu, sampai terdapat sejumlah orang yang
memiliki keyakinan, wajibnya mengadakan perbaikan di dalam masyarakat. Jumlah
mereka semakin hari semakin bertambah terus hingga mencapai ratusan orang. Lalu
aktivitas mereka dilanjutkan dengan memperbaiki individu masyarakat lainnya secara
terus-menerus sehingga berhasil mengubah ribuan orang, walaupun jumlah tersebut tidak
seluruhnya menjadi bagian dari gerakan Islam tersebut (sebagian hanya sebagai
pendukung). Tentu saja kelompok dakwah ataupun partai politik Islam seperti ini akan
merancang program pembinaan dengan kadar yang intensif dan titik perhatiannya adalah
perbaikan individu, baik aspek-aspek aqidah, ibadah,akhlaq dan muamalah, termasuk
juga mempersiapkan program latihan kepemimpinan sesuai dengan strategi dakwah yang
telah digariskan oleh pimpinan gerakan.
Apabila jumlah orang yang berhasil diperbaiki telah mencapai misalnya 6 juta orang,
ditambah 2 juta orang yang telah menjadi anggota, berarti dari jumlah masyarakat yang
10 juta itu tinggal sisanya yang 2 juta belum diperbaiki.Maka, apakah dengan keadaan
seperti ini masyarakat dapat berubah secara otomatis jika pemerintahannya masih
menerapkan sistem yang tidak Islami? plus konstitusi (UUD) negaranya bersifat sekuler,
dan sistem ekonominya masih berlandaskan kapitalis Barat, serta peraturan peradilannya
masih menjadikan perundang-undangan Barat sebagai sumber setiap perkara peradilan?
Lalu siapa yang akan mengubahnya? Sebab masalah sistem dalam hal ini telah dipisahkan
(oleh kelompok dakwah ini) dari unsur individu.
Kemudian apabila tahapan ini telah dicapai oleh suatu gerakan misalnya, maka langkah
yang kedua adalah merealisasikan hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan
masyarakat dan negara. Walaupun semua hukum tersebut dapat dicari dalam kitab-kitab
fiqih yang memperkaya khazanah Islam. Namun kelak akan timbul pertanyaan,siapa
yang akan menggalinya? Padahal masalah ini tidak termasuk urusan individu dan tidak
ada kaitannya dengan perbaikan individu. Sebab, individu-individu yang telah diperbaiki
tidak pernah dididik tentang hukum-hukumyang menyangkut urusan-urusan kenegaraan
dan hubungan internasional serta kebutuhan umat akan berbagai hukumIslam untuk
berbagai aktivitas. Oleh karena itu, siapa yang akan mempersiapkan dan
menerapkannya?
Mereka, para pengikut kelompok ini, sama sekali belum pernah mendapatkan gambaran
mengenai sistem Islam. Oleh karena itu, walaupun prosentase perbaikan individu itu
mencapai 100% di kalangan masyarakat, tetapi jika hal-hal yang membentuk masyarakat
tidak diperhatikan maka kerusakan masyarakat tetap ada. Karena yang menjadi
penyebabnya adalah kerusakan sistem/peraturan masyarakat, padahal hal ini dianggap
tidak ada kaitannya dengan individu. Oleh karena itu metode dakwah semacam ini tidak
akan mampu memperbaiki masyarakat dan hanya sebatas memperbaiki individu belaka.
Sehingga sistem yang berlaku atas umat tetap sistem kufur/non-Islam.
Kedua, kelompok yang memperhatikan perbaikan masyarakat. Kelompok ini bergerak
sesuai dengan keadaan dan perkembangan.Mereka meyakini bahwa kerusakan
masyarakat disebabkan oleh rusaknya pemikiran umat, serta rusaknya sistem
pemerintahan yang pada gilirannya memperngaruhi kehidupan masyarakat ke arah yang
15
tidak Islami. Oleh karena itu, sistemnyalah yang harus diperbaiki setelah sebelumnya
pemikiran dan jiwa umat diperbaiki dan diobati. Tujuannya tidak lain adalah bagaimana
mengubah sistem pemerintahan yang mempengaruhi pemikiran dan jiwa umat, sehingga
masyarakat dapat berubah secara totalitas. Untuk melakukan perubahan semacam ini
dibutuhkan strategi dakwah sebagai berikut:
(1) Hendaklah kelompok dakwah memiliki gambaran yang jelas tentang target yang akan
dicapai, perlu mempersiapkan sistem pemerintahan yang ingin diterapkan, kemudian
diperkenalkan dan dijelaskan kepada masyarakat agar mereka dapat mengembalikan
kepercayaannya terhadap sistem pemerintahan Islam tersebut.
(2) Hendaklah kelompok dakwah ini menjelaskan bukti bahwa sistem yang diterapkan
sekarang ini di seluruh dunia Islam adalah sistem yang bathil/rusak dan agar setiap
kelompok masyarakat kaum Muslimin tidak mempercayainya lagi atau berlepas diri
darinya.
(3) Adalah suatu keharusan bagi kelompok dakwah untuk berdiri di hadapan penguasa
yang menerapkan sistem kufur (selain Islam), serta menentukan sikap dan menghendaki
agar sistem tersebut diganti dengan sistem Islam apabila mereka masih mengakui dirinya
sebagai Muslim.Jika penguasa memerangi mereka, berarti yang sebenarnya diperangi
oleh mereka adalah Islam itu sendiri. Tetapi perlu diingat bahwa kelompok dakwah dalam
menentukan sikap terhadap penguasa tidak boleh melakukan unjukrasa dengan cara
kekerasan. Umat akan melakukan reaksi dengan cara demonstrasi, mogok kerja,
memboikot pemerintahan batil, maupun cara-cara lain sampai penguasa batil mau tunduk
kepada Islam dan kepercayaan masyarakat terhadap mereka hilang. Jika pihak militer
memerangi masyarakat, dalam hal ini umat tidak akan diam dan wajib berperang.
(4) Hendaklah kelompok dakwah tersebut mengembangkan bangunan tubuhnya dengan
jalan menambah jumlah anggotanya walaupun dengan resiko yang sangat besar.
Apabila kelompok dakwah tersebut mampu melaksanakan tanggungjawabnya kemudian
berhasil mendapatkan kepercayaan umat serta berhasil mencabut dukungan umat
terhadap penguasa sistem kufur, maka ia akan berusaha mendorong sekelompok orang
dari kalangan pejabat pemerintah yang ghirah Islamnya masih hidup untuk
menyingkirkan penguasa thoghut. Saat itulah kelompok dakwah tersebut mendapatkan
peluang untuk menerapkan sistem daulah Islam yang sebelumnya telah mereka
persiapkan. Jika seluruh hukum syariat Islam dapat diterapkan melalui negara, maka
akan terbentuklah masyarakat Islam. Inilah yang akan mewarnai individu, keluarga, dan
lingkungan serta akan dipertahankan kualitas Islamnya. Islam akan tetap menjadi gaya,
cara, dan sikap hidup bagi sistem tersebut. Islam juga akan diemban ke seluruh dunia
oleh daulah Islam.
Mungkin saja dari segi kuantitas, jumlah kelompok dakwah ini tidak lebih dari ribuan
orang atau bahkan hanya ratusan orang saja. Tetapi jika umat yang dalam kondisi lemah
ini telah memberikan kepercayaan kepada kelompok dakwah tersebut yang telah
membuktikan kemampuannya dalam memimpin umat dan lagi umat rela mengorbankan
segalanya untuk meraih tujuan tegaknya Islam tersebut yang tidak lain adalah tujuan
16
umat juga, maka cita-cita seperti itu yakni tegaknya pemerintahan Islam dan
terbentuknya masyarakat Islam akan mudah sekali diraih.
Sebagaimana keberhasilan dakwah Rasul Saw. dahulu, bukan suatu yang mustahil bahwa
dengan ratusan orang saja yang terdapat di dalam suatu masyarakat yang berjumlah 10
juta orang, disertai dengan semangat mereka untuk mengorbankan harta benda, diri,
bahkan segalanya lalu diiringi dengan pandangan yang luas dan jelas terhadap
tujuannya, dibarengi kesadaran politik internasional, maka ratusan orang ini bisa berhasil
mendapatkan kepercayaan dan dukungan umat secara mutlak. Kemudian dengan
semangat yang tinggi, umat dan atau beserta pihak militer mendukung mereka untuk
menegakkan negarakhilafah Islam, yang pada akhirnyakekuasaan tersebut diserahkan
kepada kelompok dakwah yang jumlahnya sedikit tadi. Dari sini jelaslah bahwa dasar-
dasar terbentuknya masyarakat adalah terbentuknya opini yang didasarkan oleh
kesadaran umat, militer maupun pemegang kekuatan.
Fardhu Berjuang Menegakkan Islam
Berjuang Untuk Islam Di Jalan Yang Keliru
Ada sebagian di antara kaum Muslimin selalu mencari alasan untuk tidak berjuang demi
tegaknya Islam dan kembalinya khilafah Islam. Mereka berpendapat bahwa
memperjuangkan Islam sekarang ini penuh dengan resiko. "Allah akan memaafkan orang-
orang yang tidak sanggup berjuang", kata mereka. Ada juga yang mengatakan bahwa
aktifitas da'wah harus dijauhkan dari arena politik.Bahkan dalam masalah ini ada yang
berani menentang adanya politik di dalam Islam, sehinggatidak mau berjuang bersama-
sama partai atau gerakan Islam. Ada juga di antara pejuang-pejuang Islam menempuh
jalan kekerasan untuk mendirikan negara Islam. Benarkah semua pendapat tersebut di
atas?
17
Rasulullah Saw. telah mengambil berbagai langkah yang dilaksanakan secara
berkesinambungan untuk membangun negara yang menerapkan aqidah Islam dan
peraturan-peraturannya, sampai beliau berhasil mengambil alih kekuasaan pada malam
bai'at ahlul halli wal 'aqdi --yaitu pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat di Madinah--
untuk melindungi beliau dan menghadapi seluruh kekuatan kafir yang ada, juga untuk
mendengar dan taat kepadanya. 'Ubadah bin Shamit meriwayatkan tentang peristiwa ini
sebagai berikut:
"Kami telah membai'at/berjanji kepada Rasulullah Saw. untuk tetap setia mendengarkan
dan mematuhi perintahnya, dalam keadaan yang kami senangi atau kurang kami senangi,
di masa sulit maupun lapang, dan tidak mendahulukan kepentingan kami. Dan kami tidak
menentang perintah dari ahlul amri/orang-orang yang memegang jabatan pemerintahan,
kecuali (sabda Rasul): "Kalau kamu melihat kekufuran secara terang-terangan,yang bisa
kamu buktikan berdasarkan keterangan dari Allah". (HSR Bukhari-Muslim) [Lihat Shahih
Bukhari hadits no. 7056; dan Shahih Muslim hadits no.1709. Istilah Ahlul Amri di sini
termasuk para khalifah, wali (gubernur) dan umarâ (pejabat-pejabat pemerintah Islam
lainnya)]
Tidak ada ikhtilaf lagi di kalangan kaum muslimin bahwa pengangkatan dan bai'at kepada
khalifah itu wajib hukumnya dan ia merupakan fardhu kifayah. Berarti jika ditegakkan
oleh sebagian kaum muslimin maka tidak dikenakan kewajiban ini kepada yang lain.
Tetapi, jika belum ditegakkan, maka kewajiban itu tetap dibebankan kepada kaum
muslimin seluruhnya. Apabila kewajiban ini belum terlaksana, mereka semuanya berdosa
kecuali orang-orang yang berusaha menegakkannya. Demikian pula setiap fardlu kifayah,
bisa menjadi fardhu 'ain sampai terlaksana; atau diduga oleh orang-orang yang belum
terlibat bahwa yang sudah mulai berusaha melakukannya mampu menghasilkan atau
merealisasikan fardlu tersebut. Contoh dalam hal ini seperti shalat jenazah, jihad dan
menuntut ilmu yang dibutuhkan oleh umat, semuanya adalah fardlu kifayah.
Andaikata kaum muslimin sekarang menduga kuat bahwa kaum muslimin Palestina
mampu mengalahkan dan memusnahkan Yahudi, maka mereka boleh tidak ikut berjihad
bersama mereka. Apabila mereka menduga sebaliknya, maka wajib bagi mereka (mulai
dari yang dekat sampai kepada yang paling jauh) ikut bergabung dengan kaum muslimin
Palestina untuk berjihad melawan orang-orang Yahudi. Jika mereka tidak melakukannya,
semuanya akan berdosa. Dalam hal ini contohnya tidak terbatas pada negeri Palestina,
bahkan mencakup seluruh negeri yang dikuasai orang-orang (negara) kafir dari Kaukasus
(Rusia) sampai Yugoslavia, dari Andalusia sampai India, dan lain-lainnya.
Adapun jalan yang ditempuh untuk menegakkan negara Islam tergolong hukum syara'
yang harus dilaksanakan sebagaimana hukum syara' lainnya. Kaum muslimin sekarang
terbagi dua, ada yang berusaha menegakkan negara Islam dan ada yang tidak. Padahal
Rasulullah Saw. telah bersabda:
"Siapa saja yang mati dan (di negerinya) tidak ada seorang imam (khalifah), maka
matinya adalah seperti mati jahiliyah". (HSR Imam Ahmad) [Lihat Tartib Musnad Imam
Ahmad, Jilid XXIII, halaman 52, no. 119]
18
Para pejuang (gerakan) Islam sekarang belum berhasil mengangkat seorang khalifah dan
merealisasikan Hukum Islam sejak tahun 1924.Karena itu, orang-orang yang tidak
berjuang akan berdosa karena telah melalaikan dan tidak melaksanakan fardlu ini. Status
mereka sama dengan meninggalkan fardlu-fardlu lain seperti sholat, shaum, dan lain-lain.
Di antara orang-orang yang malas berjuang untukIslam ada yang mencari alasan bahwa
ia tidak mampu melaksanakannya,karena resikonya sangat besar. Mereka bertolak dari
berbagai dalil-dalil syara' antara lain firman Allah SWT:
"Allah tidak membebani (hukum) atas seseorang, kecuali sesuai dengan
kesanggupannya..." (Al Baqarah: 286)
Juga sabda Rasulullah Saw.:
“Tidak layak bagi seorang muslim untuk menghina dirinya". Para sahabat bertanya:
'Bagaimana bisa seseorang menghina dirinya,ya Rasulullah?' Beliau menjawab: "Ia
melibatkan diri dalam suatu perbuatan yang membahayakan dirinya dan ia tidak mampu
melaksanakannya" (HR Tirmidzi, Ibnu Majah,Ahmad, dan Ath Thabari) [Lihat Sunan
Tirmidzi, hadits no. 2353; Sunan Ibnu Majah hadits no. 4016; Musnad Imam Ahmad, jilid
V, hal. 405; dan Mu'jam Thabari Al Kabir jilid III, hal. 204]
Orang-orang yang mengatakan demikian, di antaranya terdapat berbagai alim ulama yang
mengajarkan Islam kepada kaum muslimin tetapi tidak memperdulikan masalah politik
dan tidak ingin membentuk suatu gerakan atau partai politik Islam.
Adapun ayat tersebut adalah suatu nash syara' yang menunjukkan bahwa Allah tidak
membebani manusia dengan suatu perbuatan kecuali sesuai dengan kemampuannya,
sebatas pemahaman dan niatnya.Makna tersebut berlawanan dengan makna yang
diisyaratkan oleh orang alim di atas. Begitu pula Hadits di atas yang dijadikan alasan
menunjukkan makna yang sama, karena berbunyi: "Ia melibatkan diri dalam suatu
perbuatan".
Masalah ini berbeda dengan taklif Allah kepada manusia. Di samping itu, hadits ini adalah
"munqathî" (terputus sanadnya), sehingga tidak dapat dijadikan sebagai hujjah.
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam masalah ini, kami ungkapkan contoh yang
dilakukan oleh tiga orang shahabat yang telah berlomba dalam beribadah. Salah satunya
mengatakan sanggup berpuasa terus-menerus, yang kedua bangun malam (tahajjud)
secara terus menerus, dan yang ketiga tidak ingin menikah dengan wanita untuk selama-
lamanya. Kemudian mereka datang ke rumah Rasulullah dan bertanya kepada istrinya
mengenai ibadah Rasulullah. Setelah menjelaskan ibadah yang dilakukan Rasul tersebut
seolah mereka menganggap ringan ibadah beliau. Kemudian mereka berkata: "Bagaimana
kita dibandingkan Rasulullah, beliau diampuni dosa sebelum dan sesudahnya". Tatkala
mendengar ucapan mereka itu, Rasulullah Saw. marah dan berkhutbah di hadapan kaum
muslimin:
"Demi Allah, Aku manusia yang paling taqwa kepada Allah di antara kalian. Tetapi aku
berpuasa dan berbuka. Aku pun bangun malam dan tidur dan aku juga menikahi wanita.
Siapa saja tidak mengikuti sunnahku, maka (mereka) tidaklah termasuk golonganku".
19
(HSR Bukhari, Muslim, An Nasa'i, dan lain-lain) [Lihat Shahih Bukhari,IX/89-90; Shahih
Muslim, no. 1401; Sunan An Nasaîi VI/60]
Adapun ada tidaknya politik dalam Islam, maka perlu dijelaskan pengertiannya dari segi
istilah syara', yaitu: "memelihara dan memperhatikan urusan umat/rakyat” [Lihat Kamus
Politik, Ahmad 'Athiyah, hal. 320]
Mengangkat seorang khalifah adalah termasuk kegiatan politik. Sebab, apa tugas khalifah
kalau bukan mengurusi masyarakat dengan aturan yang benar! Perhatikanlah sabda Nabi
Saw. yang diriwayatkan oleh Al Hakim [Lihat Al Mustadrak, jilid IV, halaman 320]:
“Siapa saja di pagi hari tidak memikirkan masalah kaum muslimin, maka bukan termasuk
golongan mereka".
Rasulullah senantiasa memikirkan dan memeliharaurusan ummat selama hidupnya
demikian pula para Khulafaur Rasyidin dan para sahabat sesudahnya. Rasul juga
memberitahu kepada para sahabat bahwa Allah akan meminta tanggungjawabnya(para
Imam/Khalifah) tentang rakyat yang harus dipelihara urusannya, sebagaimana sabdanya:
"Dahulu Bani Israil dipimpin dan dipelihara urusannya oleh para nabi. Setiap kali seorang
nabi meninggal, digantikan oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tidak akan ada nabi
sesudahku.(Tetapi) nanti akan ada banyak khalifah (kepala pemerintahan Islam)". Para
shahabat bertanya: 'Apakah yang engkau perintahkan kepada kami (pada saat itu)?'
Beliau menjawab: "Penuhilah bai'at yang pertama dan hanya yang pertama itu saja, serta
berikanlah kepada mereka haknya. Sebab,Allah nanti akan menuntut
pertanggungjawaban mereka tentang rakyat yang dibebankan urusannya kepada mereka"
(HSR Bukhari dan Muslim) [Lihat Shahih Bukhari, hadits no. 3455; dan Shahih Muslim,
hadits no. 1844]
Untuk apa mengkaji ilmu tentang sistem pemerintahan, kalau bukan untukditerapkan?
Adapun yang mengatakan bahwa Rasulullah tidak pernah membentuk partai yang
terorganisir untuk menegakkan negara Islam, maka itu bertentangan dengan firman
Allah:
"..Allah ridha terhadap mereka (shahabat) dan mereka pun merasa puas terhadap
(limpahan rahmat)Nya. Merekaitulah partai Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
partai Allah itulah yang beruntung" (Al Mujadalah: 22)
Juga bertentangan dengan sabda Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
Tirmidzi dengan sanad yang shahih [Lihat Sunan Abu Dawud, hadits no. 4338; Sunan
Tirmidzi, hadits no. 3059; Sunan Ibnu Majah, hadits no. 4005; Sunan Ibnu Hibban hadits
no. 1837]:
"Jika masyarakat kaum Muslimin melihat penguasa yang zhalimlalu tidak mencegahnya
dari kezhaliman itu, maka hampir-hampir ditimpakan azab atas diri mereka".
Sabda Rasul ini merupakan penjelasan tentang amal jama'i atau kegiatan da'wah yang
dilakukan oleh masyarakat, atau sekelompok kaum Muslimin dalam wadah suatu partai
yang diperintahkan untuk membentuknya agar dapat melaksanakan amar ma'ruf nahi
munkar. Perintah ini lebih ditegaskan lagi dalam firman Allah SWT:
20
"(Dan) Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan
(Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah
orang-orang yang beruntung". (Ali Imran: 104).
Di bawah ini contoh salah seorang anggota Hizbur Rasul, yakni Mush'ab bin Umair ra.
Allah menolongnyamenyebarkan Islam di Madinah sebagai dasar bangunan negara Islam
di sana, setelah ia berhasil mengajak tokoh-tokoh masyarakat Madinah (73 pemimpin)
untuk masuk Islam. Kemudian mereka datang ke Makkah untuk menyerahkan
kekuasaannya kepadaRasulullah Saw. Karena itu, dalam hal ini tidak boleh dibedakan
antara fardlu mengangkat khalifah dan fardlu menuntut ilmu.
Keduanya merupakan fardlu kifayah, tidak bisa ditinggalkan salah satunya sebagaimana
halnya tidak bisa ditinggalkannyasalah satu dari shalat dan shaum. Sebab, memang yang
diperintahkan kepada mukallaf (manusiayang sudah akil baligh) adalah kedua-duanya.
Mendirikan NegaraIslam Tidak Dengan Kekerasan
Di antara pejuang (gerakan) Islam ada yang berpendapat bahwa jihad adalah satu-
satunya jalan yang ditempuh untukmendirikan negara Islam. Pendapat ini tidak tepat.
Sebab, pengertian jihad adalah peperangan melawan negara-negara kafir yang memusuhi
Islam dan kaum Muslimin, dengan harta, jiwa dan lidah, untuk menggabungkan negeri-
negeri mereka ke negeri-negeri kaum muslimin, serta menaklukkan mereka agar cahaya
Islam tersebar ke negeri-negeri kafir tersebut. Yang menjadi tujuan jihad lainnya adalah
untuk menghilangkan segala penghalang yang bersifat fisik dan merintangi kaum
muslimin untuk menegakkan keadilan di bumi ini. Dalam usaha ini termasuk mengubah
negeri mereka agar menjadi Darul Islam.
Di samping itu, jihad adalah berupa peperangan untuk mempertahankan Darul Islam
sebagaimana sikap Rasulullah Saw. dalam mempertahankan Madinah dalam Perang
Ahzab. Dengan memperhatikan pengertian jihad tersebut, maka bagi kaum muslimin
sekarang wajib melaksanakan jihad untuk memerangi kaum Yahudi (Israel) asal tidak
berlindung kepada negara-negarakafir (misalnya AS) yang sombong dan angkuh itu.
Walaupun jihad merupakan fardlu yang harus berlanjut sampai Qiamat serta tidak dapat
terhenti oleh sebab keadilan atau kezhaliman penguasa, tetapi ia merupakan fardlu lain
selain dari fardlu pengangkatan khalifah yang berupa suatu usaha yang tujuannya
mengubah sistem pemerintahan yang berlaku atas kaum muslimin dari sistem kufur ke
sistem Islam tanpa melihat siapa penguasa itu. Sebab, usaha tersebut bukanlah usaha
perorangan yang ditujukan terhadap pribadi penguasa. Ia bertujuan untuk mengubah
undang-undang yang dihasilkan akal manusia dengan undang-undang dan peraturan yang
diambil dari syariat Islam.
Itulah yang telah dilakukan Rasulullah Saw. di Madinah yang pada saat itu masih tunduk
kepada peraturan kufur. Tetapi tatkala pemimpin-pemimpin Madinah membai'at
Rasulullah Saw., maka kota Madinah telah menjadi negara Islam yang di dalamnya
diterapkan hukum-hukum Islam. Ketika Rasulullah Saw. wafat, para khalifah sesudahnya
21
tetap berusaha mengambil bai'at orang-orang yang mewakili rakyat untuk melaksanakan
hukum Islam di tengah masyarakat. Di masa kini tidak ada satu negeri pun yang
mengambil aturan Islam berdasarkan syariat Islam atau madzhab fiqih Islam apapun,
walaupun sebagian masih menganggap bahwa negara mereka adalah negara Islam.
Mereka masih mencampuradukkan antara sistem Islam dengan sistem lain. Padahal
peraturan-peraturan dan hukum-hukum Islam dapat diambil dari pendapat para fuqaha
seperti Imam Syafi'i, Maliki, Hanafi, Hambali, Ja'far, Zaid dan lain-lain, atau diambil
langsung dari dalil-dalil syara' melalui penggalian hukum (proses ijtihad) yang benar. Oleh
karena itu sudah menjadi kewajiban kaum muslimin untuk mengangkat seorang khalifah
yang mengurusi kaum Muslimin berdasarkan apa yang diturunkan oleh Allah SWT, bukan
berdasarkan apa yang tercantum dalam konstitusi Amerika, peraturan dan resolusi PBB
dan juga berdasarkan sosialisme, serikat buruh maupun sosialisme Internasional atau
marxisme.
Oleh karena itu, jihad merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh negara Islam
sendiri, atau dilakukan oleh kaum muslimin, tanpa seijin Imam dalam situasi dan kondisi
mengusir pasukan kafir, apabila terputus komunikasi dengan Imam atau dalam kondisi
kaum Muslimin diperangi. Ini berbeda dengan hukum mengangkat seorang khalifah bagi
kaum Muslimin yang dicontohkan Rasul Saw. tanpa mengangkat senjata terhadap
penguasa yang ada, walaupun mereka tidak menerapkan Islam.
Mengenai masalah mengangkat senjata, ada di antara aktivis da'wah yang berkata bahwa
jika kelompok kita telah ditimpa bahaya dari penguasa saat berjuang menegakkan
kekhalifahan, maka dalam keadaan ini kita berhak untuk membela diri dan boleh
berperang dan memerangi penguasa yang menindas dan menyiksa kita meski belum
dalam kondisi diperangi (perang). Mereka bertolak dari berbagai hadits, seperti:
"Siapa saja yang mati tatkala membela diri, maka matinya adalah mati syahid" (HR Ibnu
'Asyakir, dan Ath Thabari dengan lafaz mirip) [Lihat Kanzul 'umaal, Al Burhan Furi, hadits
no. 11172 dan 11238]
Hadits-hadits seperti di atas bukan hujjah untuk melakukan kudeta bersenjata terhadap
penguasa sistem kufur. Sebab, Rasul Saw. tidak melakukan kudeta bersenjata untuk
menegakkan kekuasaan Islam meski para sahabat disiksa kaum kafir. Hadits-hadits
seperti di atas tercantum pada kitab-kitab fiqih dalam bab: "Menjauhkan Pihak yang
MengancamKita".
Dalam hal ini hadits-hadits tersebut telah memberi rukhsah bagi kaum muslimin untuk
menjauhkan serangan pihak yang mengancam diri, harta dan kehormatan mereka, walau
pembelaan tersebut mengakibatkan seseorang meninggal dunia. Pihak pengancam
biasanya dari kalangan orang-orang terhina, seperti pencuri dan perampok yang
cenderung membunuh atau merampas dan mengambil harta orang lain dengan cara
sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Orang-orang tersebut berbeda dengan
penguasa yang dimaksud dalam firman Allah SWT:
"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri
dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.." (Al Qashash: 83)
Yang dimaksud dengan "orang yang menyombongkan diri dan berbuat kerusakan" seperti
Fir'aun, misalnya, adalah penguasa zhalim tetap ada dan berkuasa di setiap masa.
22
Membela diri berbeda dengan membela da'wah. Sebab, penguasa tidak menindas para
pejuang da'wah Islam hanya semata-mata karena ingin merampas kekuasaan mereka,
tetapi karena mereka membawa da'wah Islam. Oleh karena itu dalil tersebut tidak bisa
dijadikan sebagai pegangan untuk mengambil hukum syara' yang membolehkan suatu
gerakan da'wah memerangi penguasa zhalim padahal tidak dalam kondisi perang (jika
umat dalam kondisi diperangi maka kaum Muslimin wajib berperang). Bahkan sebaliknya.
Sebab, Rasulullah Saw. dan para Shahabat telah ditimpa berbagai macam bahaya
/penganiayaan di Mekah sebelum tegaknya negara Islam. Mereka bersabar dan menahan
diri, sehingga diberi rukhsah untukorang-orang yang lemah untuk berhijrah ke Habsyah.
Mereka tidak diijinkan untuk berperang.
Islam memang agama yang lengkap dan sempurna, sebagaimana ditegaskan dalam
firman Allah SWT:
"Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu,telah Kucukupkan nikmatKu
bagimu, dan telah Kuridlai Islam menjadi agamamu". Oleh karena itu, tidak benar bila
ada yang berpendapat bahwasanya keadaan kita sekarang lain dengan masa Rasulullah.
Maka menurut pendapat tersebut, kita dibolehkan berijtihad dan menggunakan akal kita
untuk mencari suatu metode da'wah yang sesuai dengan keadaan masa kini.
Perbedaan fakta tidak ada kaitan dengan masalah fikrah (ide dasar) dan thariqah (pola
operasional) da'wah. Perbedaan itu boleh ada dalam penggunaan sarana-sarana dan
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang selalu berkembang.Dahulu orang berpindah-
pindah dengan onta sebagai alat transportasi atau dengan jalan kaki. Namun pada masa
kini, orang-orang menggunakan pesawat terbang dan mobil sebagai alat transportasi.
Mengenai fakta yang berkembang ini, para fuqaha telah menentukan suatu kaidah syara',
yaitu:
"Hukum asal segala sesuatu benda adalah mubah, kecuali bila ada suatu dalil yang
mengharamkannya".
Kaidah tersebut telah diambil dari berbagai ayat Al Qurâan, seperti antara lain ayat 29
surat Al Baqarah. Meskipun demikian ayat tersebut tidak ada kaitannya dengan perbuatan
manusia atau aktifitas suatu gerakan.
Adapun tentang kejadian-kejadian dan perbuatan manusia, maka hukum asal adalah
"mengikatkan diri dengan hukum syara'". Tidak ada dalam Islam satu ijtihad pun yang
berdasarkan akal saja.
Pengertian ijtihad di sini adalah berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui hukum-
hukum syara' tentang masalah-masalah yang bersifat praktis yang dapat diambil dari
rincian dalil-dalil syara'. Sedang pengertian hukum syara' adalah khitabusysyar'i,yaitu
perintah dan larangan Allah SWT kepada RasulNya yang berkaitan dengan perbuatan
manusia. Seruan tersebut dapat diambil dari dalil-dalil syara', yaitu Al Qur'an, As Sunnah,
dan apa yang ditunjukkan oleh keduanya,berupa ijma Shahabat dan qiyas. Mengeluarkan
hukum berdasarkan keputusan akal semata, berarti merujuk kepada akal, bukan kepada
syara'.
23
Perbuatan semacam ini tidak berbeda dengan tindakan orang-orang kafir. Sebab, mereka
melakukan apa saja yang mereka anggap sesuai dengan kehendak dan akalnya.Karena
itu, perbuatan tersebut tidak dapat disesuaikan (disamakan) dengan Islam yang di dalam
Islam ia merupakan kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT. Ketaatan itu adalah
mengikuti dan melaksanakan apa yang diperintahkanNya, sebagaimana yang telah
ditentukan dalam Firman Allah SWT:
"(Dan) Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan
tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.." (Al Qashash: 50)
"Akan tetapi orang-orang yang zhalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan
(yang bersumber dari Allah).." (Ar Ruum: 29)
Itulah perbuatan mereka yang tidak dilandasi oleh dalil syara'. Kebaikan bukanlah sesuatu
yang dipilih atau ditentukan oleh manusia, melainkan apa yang dipilih/ditentukan oleh
syara'. Syara'lah yang menjadi tolok ukur bagi seorang Muslim. Menurut pandangan
syara', perbuatan baik, buruk, terpuji dan tercela yang membawa manfaat dan mudharat;
atau yang memperbaiki dan merusak masyarakat, adalah apa yang ditunjukkan syara'
saja; bukan apa yang ditentukan oleh akal dan hawa nafsu manusia. Ini sesuai dengan
firman Allah SWT:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui" (Al Baqarah: 216)
Juga berdasarkan apa yang ditunjukkan oleh sabda Rasulullah Saw.:
"Siapa saja yang menambah sesuatu dalam urusan agama ini, yang tidak merupakan
bagian darinya, maka hal itu tertolak (yakni harus ditinggalkan)" (HSR Bukhari, Muslim,
dan Ahmad). [Lihat Shahih Bukhari Jilid VI, hal.221; Shahih Muslim, hadits no.18 dan
1718; Musnad Imam Ahmad, jilid VI, hal.270]
Apa yang dihasilkan dari pendapat manusia yang berdasarkan akalnya, kecenderungan
dan keinginannya, adalah berbeda dengan apa yang telah ditentukan syara'. Oleh karena
itu, harus ada suatu dalil bahwa pendapat itu berasal dari syara'. Dalam hal ini tidak boleh
menyamarkan pendapat tersebut dengan hadits Rasulullah, sebagaimana yang
ditunjukkan dalam hadits Rasulullah Saw.:
"Siapa saja pada masa Islam mengajarkan suatu sunnah/perbuatan yang baik, maka ia
mendapatkan pahalanya beserta pahala orang yang mengikutinya tanpa ia
menguranginya; dan siapa saja yang mengajarkan sesuatu sunnah/perbuatan yang
buruk, maka ia mendapat dosanya dan dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosa mereka sedikitpun". (HSR Muslim, Ahmad,Tirmizhi, An Nasa'i, dan Ibnu Majah)
[Lihat Al Fathul Kabir, Yusuf An Nabhani, jilid III, halaman 200]
Maksud perbuatan sunnah di sini adalah perbuatan yang diikuti dan ditiru oleh orang
banyak. Jika perbuatan itu baik, maka harus ada dalil syara' yang menunjukkan kebaikan
perbuatan tersebut, begitu pula halnya dengan perbuatan buruk yang sama-sama
memerlukan dalil.Karena itu, Rasulullah Saw. bersabda:
"Sesungguhnya anak (wali) Adam yang pertama, dibebankan dosa perbuatan jahat setiap
pembunuh sampai Hari Kiamat". (HSR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan An Nasa'i) [Lihat
24
Shahih Bukhari jilid XII, hal.169; Shahih Muslim hadits no.1677; Sunan Tirmidzi hadits
no.2675; Sunan An Nasa'i, jilid VII, hal.82]
Dengan demikian, sunnah buruksemacam ini adalah perbuatan dosa. Sebab, Allah SWT
telah mengharamkan pembunuhan. Bukti larangan dan penjelasan hal tersebut adalah
riwayat hadits di atas, yaitu bahwasanya telah datang sekelompok orang kepada
Rasulullah Saw. dengan penuh rasa tertarik pada Islam ketika beliau berada di masjid.
Pada saat itu mereka memakai pakaian yang compang-camping yang menonjolkan aurat
mereka. Abu Bakar ra lalu segera pulang ke rumah untuk mengambil pakaian yang
dimilikinya, kemudian dibawanya ke masjid dan diberikan kepada mereka. Para Shahabat
yang melihat tindakan Abu Bakar itu terkejut dan segera menyadari bahwa orang-orang
tersebut memerlukan pakaian. Segeralah mereka mengikuti perbuatan Abu Bakar. Lalu
Rasulullah bersabda sebagaimana tercantumdalam hadits di atas. Perbuatan Abu Bakar
dan sahabat termasuk perbuatan shadaqah, seperti yang banyak dijelaskan dalam dalil
syara'.
Penjelasan terakhir mengenai kesalahpahaman yang ada pada sebagian aktivis (gerakan)
Islam adalah bahwa di antara kelompok da'wah ada yang berperang dan berkolaborasi
bersama dengan suatu kelompok pemberontakuntuk melawan pemberontak lain. Mereka
berpendapat bahwa kelompok yang dibantunya itu lebih Islami atau dapat memperkuat
posisi kaum muslimin atau posisi gerakan itu sendiri. Mereka melakukan perbuatan ini
untuk mencari dukungan, meskipun dukungan itu nantinyaakan datang dari pihak lawan.
Kelompok semacam ini menggunakan teori "tujuan membolehkan segala cara" yang
merupakan pemikiran dasar Barat yang dicetuskan Machiavelli.Mereka mengerjakan
sesuatu berdasarkan pendapat dan persangkaan semata, tanpa dalil yang mendukungnya.
Sementara dalil syara' menunjukkan pengertian yang berlawanan dengan kelompok itu,
sebagaimana firman Allah SWT:
"Maka Perangilah para pembangkang itu...!" (Al Hujurat: 9)
Ayat ini lafadznya 'aam (umum), mencakup setiap kelompok pemberontak bersenjata.
Jika kelompok pembangkang itu jumlahnya 1, 2 atau 10, maka wajib kaum muslimin
memerangi mereka, seluruhnya. Tetapi jika kaum muslimin memihak pada salah satunya,
berarti mereka benar-benar berperang bersama pihak pemberontak, bukannya
memeranginya, sebagaimana perintah Allah di atas. Perbuatan ini jelas-jelas diharamkan
oleh syara'.
Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi bagi seseorang untuk tidak berjuang, atau berjuang
tetapi berada di jalan yang salah. Bahkan, seharusnya setiap Muslim mempunyai cita-cita
tinggi untuk merealisasikan Islam di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Cukuplah apabila ada satu kelompok da'wah yang berusahamenegakkan pemerintahan
khilafah Islam, asalkan kelompok tersebut memiliki kekuatan politik yang cukup prima.
Bagi kaum Muslimin yang lainnya,masing-masing memperjuangkan Islam sesuai dengan
bidangnya.
25
Hanya satu cara untuk mewujudkan pemerintahan Islam, yaitu da'wah yang dilaksanakan
Rasulullah Saw., yang menjadi suri teladan kita berdasarkan wahyu yang diterimanya dari
Allah swt. Da'wah beliau disimpulkan sebagai berikut:
Beliau mulai mengajak masyarakat. Kemudian diumumkan terang-terangan untuk
mendapatkan dukungan masyarakat, untuk mengubah persepsi (mafahim), keyakinan
(qana'at) dan standar (maqayis) masyarakat. Kemudian meminta perlindungan dari pihak
pimpinan atau tokoh-tokoh masyarakat (yang sudah memeluk Islam) sebagaimana
tindakan Rasulullah Saw. kepada penduduk Yatsrib yang menerima dan melindungi Rasul
dan mendirikan negara Islam yang pertama di dunia.
Metode da'wah tersebut merupakan suatu kelaziman bagi kaum muslimin. Ia merupakan
hukum syar'i yang diambil melalui ijtihad yang sah. Karena itu, hendaklah mereka segera
mencari ridha Allah SWT dengan melaksanakan perintahNya, dan hendaklah mereka
mengetahui bagaimana cara melaksanakan kewajiban tersebut.
Jalan Dakwah Rasulullah Saw.
Dari Manakah Harakah Islam Harus Mulai?
Dari mana harakah Islam harus mulai memperbaiki keadaan masyarakat? Apakah dengan
terlebihi dahulu memperbaiki individunya, seperti yang dilontarkan oleh kebanyakan
gerakan Islam? Ataukah, dengan memperbaiki kondisi dan sistem masyarakatnya,
sebelum memperbaiki individunya? Atau, perbaikan itu tidak mungkin berhasil apabila
tidak didukung oleh sebuah Negara yang memperbaiki keadaan masyarakat dan individu?
Atau bagaimana?
Fakta menunjukkan bahwaperbaikan terhadap individu tidak cukup dengan sendirinya
dapat memperbaiki masyarakat. Namun ini tidak berarti bahwa perbaikan individu dapat
diremehkan dan dianggap tidak begitu penting. Sebab,untuk memperbaiki masyarakat,
diperlukan upayabesar yang dititikberatkan pada perubahan sistem yang berlaku di
tengah-tengah masyarakat, perubahan pemikiran dan kebudayaan yang telah mengakar
di dalamnya, serta perasaan individu masyarakat.
Perubahan tersebut tidak dapat dilaksanakan kecuali dengan adanya usaha dari suatu
kelompok yang berpengaruh di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena kelompok
26
tersebut terbentuk dari sejumlah individu, tentu harus diupayakan terlebih dahulu
mengubah diri mereka sendiri menjadi orang yang Shalih sebelum orang lain. Dan
seharusnya upaya dan aktivitas kelompok tersebut tidak terbatas hanya memperbaiki
sekelompok orang lain lalu menjadikannya sebagai bagian dari kelompok da'wah mereka,
tetapi upaya yang paling pokok adalah mengubah masyarakat yang ada sekarang ini
menjadi masyarakat Islam, melalui jalan pembinaan pemikiran dan perasaan individu-
individunya.
Tidak dapat diperselisihkan lagi bahwa kondisi politik dan ekonomi yang berubah dan
berkembang saat ini di negeri-negeri Islam selalu mengarah kepadasuatu kondisi yang
tidak sesuai dengan kepentingan umat Islam. Sering kita dengar banyak analisa terhadap
keadaan tersebut dari intelektual-intelektual Muslimdi berbagai negeri Islam. Tetapi di
antara analisa-analisa tersebut yang paling menarik ialah dua pendekatan berikut ini:
(1) Memahami Keadaan Masyarakat. Ada di antara sebagian intelektual muslimyang
mencoba menganalisis dengan cara membahas problema-problema yang ada sekarang.
Mereka yakin bahwa setiap pemecahan suatu masalah tidak dapat dilakukan kecuali
dengan memahami keadaan/fakta masalah tersebut, persis seperti halnya seorang dokter
yang tidak akan memberi obat sebelum melakukan diagnosa terhadap penyakit yang
diderita pasiennya.
(2) Pesimis terhadap Keadaan. Sebagian intelektual lainnya berusaha menciptakan
sikap pesimis terhadap diri kaum muslimin. Caranya, mereka selalu memperbandingkan
kemajuan bangsa-bangsa Barat dengan kemunduran kaum muslimin saat ini. Mereka
sengaja menonjolkan keadaan kaum muslimin yang payah tersebut dari berbagai
aspeknya. Setelah itu mereka tidak memberikan pemecahan jitu terhadap problema
tersebut, bahkan sama sekali tidak berusaha menyumbangkan jalan keluar untuk
mengatasinya. Mereka itu seolah-olah mengatakan kepada kaum muslimin: "Itulah
keadaan umatmu". "Kalian tidak akan mengalami perubahan!", teriaknya. Terhadap
analisa semacam inilah, kita harus waspada.
Oleh karena itu, telah menjadi kewajiban bagi siapa saja yang mendambakan suatu
kebangkitan kaum muslimin,agar tidak hanya memaparkan masalah-masalah kaum
muslimin, tanpa memberikan pemecahan.Karena sikap seperti ini tidak akan
menyumbangkan suatu pemikiran baru. Tetapi, yang seharusnya adalah mulai
menentukan rencana-rencana yang tepat untuk merancang pemecahan jitu bagi kaum
muslimin dan mengembalikan mereka ke posisi mulia sebagai umat yang paling unggul di
dunia. Dengan cara demikian mereka dapat menjadi umat yang dikehendaki Allah SWT
sebagai "Khaira Ummah" yang dilahirkan dan menonjol di tengah-tengah umat manusia.
Nah, disinilah kemudian timbul pertanyaan: "Dari mana kita harus mulai?"
Kalau kita meneliti jawaban dari berbagai gerakan Islam terhadap pertanyaan ini, akan
kita dapatkan dua macam pandangan:
Pertama: Perbaikan Individu
Kelompok ini berusahamemperbaiki setiap individu muslim dengan memfokuskan
perhatian yang sangat besar terhadap fondasi masyarakat. Mereka menganggap
27
manakala telah didapatkan kesempatan yang cukup untuk memperbaiki fondasi tersebut,
maka kaum muslimin akan kembali mendapatkan kemuliaannya seperti sedia kala. Dan
menurut mereka, "Allah menghindarkan orang-orang Muûmin dari peperangan" (baca:
Surat Al Ahzab: 25)
Kedua: Perbaikan Masyarakat
Kelompok ini beranggapan bahwa usaha yang paling benar adalah membentuk sebuah
negara yang memikul beban da'wah dan melindungi kaum muslimin dari berbagai
penyakit yang mereka derita, serta mengubah masyarakat menjadi masyarakat Islam
yang dengan perubahan itu pasti akan mempengaruhi individu-individunya, sekaligus
memperbaiki keadaan mereka.
Di antara dua pandangan tersebut, terdapat perbedaan metode sekalipun tujuannya sama
yaitu mengembalikan kejayaan umat Islam. Mengingat tujuan tersebut merupakan
keperluan yang sangat penting, maka perlu kita bicarakan lebih mendalam untuk
mengetahui mana yang paling benar.
Sebelum menjawab pertanyaan terakhir ini, terlebih dahulu kita harus sepakat terhadap
satu hal pokok, bahwa Islam telah menentukan dan menunjukkan kebenaran itu. Di
antaranya ialah apa yang tercantum dalam Al Qurâan, surat An Nisaa ayat 59:
"...(Lalu) jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu (masalah), maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Qurâan) dan Rasul (sunnahnya)"
Oleh karena itu, dalam rangka menyatukan pendapat, marilah kita lihat bagaimana
Rasulullah Saw. mulai menjalankan da'wah, dan berupaya menyelamatkan masyarakat
jazirah Arab dari perpecahan sosial dan politik, sehinggamereka dapat bangkit bahkan
mampu menaklukkan dunia.
Memang benar bahwa yang pertama kali dilakukan Rasulullah Saw. adalah membentuk
aqidah yang benar pada diri siapa saja yang baru masuk Islam, disertai dengan
memperbaiki tingkah laku mereka. Tetapi, beliau sama sekali tidak pernah mengatakan
bahwa hanya dengan itu saja beliau ingin membentuksebuah masyarakat Islam. Kita
semua tahu bahwa Rasulullah Saw. selalu keluar pada setiap musim haji untuk
menyampaikan da'wah kepadadelegasi-delegasi yang datang dari berbagai penjuru
sekitar kota Mekkah agar mereka memeluk Islam. [Lihat Sirah Ibnu Hisyam Jilid I,
halaman 422-427]
Mengapa beliau menyampaikan da'wah kepada qabilah-qabilah tersebut, padahal
pendudukQuraisy sendiri belum seluruhnya menerima Islam? Tidakkah kita melihat
bahwa beliau tidak pernah mengatakan: "Aku akan membatasi usahaku pada individu
masyarakat Makkah saja dengan memperbaiki tingkah laku mereka, dan dengan jalan itu
Islam dapat ditegakkan". Apa artinya?
Artinya ialah bahwa Rasulullah Saw. telah memahami bahwa kekuatan politik dan militer
itu merupakan suatu keharusan. Beliau selalu memikirkan hal itu, termasuk pada saat
beliau menempuh da'wah fardiah yang berusaha menyelamatkan setiap orang dari api
neraka. Memang benar, bahwa beliau telah menentukan target yang lebih dari itu, yaitu
28
menyelamatkan seluruh umat manusia dari api neraka, tetapi beliau tidak akan mampu
menyampaikan ide-ideIslam kepada seluruh umat manusia apabila suaranya
terbungkam.
Dari sinilah beliau menyertakan langkah meminta pertolongan dan perlindungan terhadap
langkah pembinaan dan persiapan aqidah masyarakat. Tetapi, apakah Rasulullah Saw.
menunggu sampai beliau memiliki suatu pondasi yang cukup kuat sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh kelompok da'wah pertama di atas (yakni yang memperbaiki individu
saja)? Fakta sejarah menunjukkan, bahwa tatkala beliau telah mulai meminta
perlindungan dari pemimpin masyarakat Thaif, beliau berangkat sendirian ke sana.
Sekalipun pada akhirnya beliau tidak berhasil, sampai-sampai anak-anak kecil pun
melemparinyadengan batu. [Ibid, halaman 419] Ini menunjukkan bahwa sekalipun
da'wah Rasulullah masih dalam tahap awal, tetapi beliau telah merencanakan untuk
mencari kekuatan dan menjadikan hal ini sebagai salah satu usaha yang paling utama.
Maksud dari kekuatan itu adalah memiliki sebuah negara.
Juga, bukankah Rasulullah pernah mengatakan kepada sahabatnya --sebelum hijrah
tentunya: "Kita belum diperintahkan berperang". [Ibid, halaman 448] Bukankah ini isyarat
bahwa peperangan itu akan terjadi, bahkan akan memiliki kedudukan penting dalam
melindungi Islam setelah tegaknya negara Islam kelak?
Ada sebagian orang yang melontarkan suatu pemahaman bahwa penduduk Yatsriblah
yang telah datang kepada Rasulullah Saw. dan mengajak beliau untuk datang ke negeri
mereka sebagai salah satu upaya untuk mengatasi perselisihan dan permusuhan yang
selalu terjadi antara dua suku besar, "Aus dan Khajraj". Pemahaman seperti ini
berkeinginan agar kaum Muslimin menerima secara apriori pendapat yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah meminta sendiri dari para pemimpin Madinah untuk
mendirikan negara di Madinah, melainkan merekalah (penduduk Madinah) yang
menawarkan dan memberikannya! Dengan kata lain, hal ini terjadi begitu saja tanpa ada
rencana sebelumnya. Namun fakta yang tercantum dalam kitab-kitab sirah Rasul
menunjukkan sebaliknya.
Cukuplah kita membaca riwayat Ibnu Hisyam yang menceritakan peristiwa itu, yang
menjadi saat-saat yang sangat penting dalam sejarah Islam ini. Hanya saja kita tidak
akan mencantumkan nash secara keseluruhan, tetapi hanya ucapan orang-orang Anshar
kepada Nabi Saw.[Ibid, halaman 328-329]:
"Kami telah meninggalkan kaum kami dalam keadaan saling bermusuhan dan buruk,
sehingga tidak ada satu kaum pun yang keadaannya lebih buruk seperti mereka. Oleh
karena itu Allah SWT mudah-mudahan menyatukan hati mereka dengan engkau. Nanti
kita akan mendatangi mereka dan mengajak mereka untuk mengikutimu,lalu kami akan
menawarkan kepada mereka agama yang kami terima dari engkau".
Perkataan mereka, "Ajabnaaka" (yang kami terima dari engkau), menunjukkan bahwa
Rasulullahlah yang telah meminta pertolongan dan perlindungan dari mereka. Itulah yang
dapat dimengerti dari perkataan tersebut, kecuali kalau memang ada kamus-kamus
bahasa terdapat pengertian yang lain dari itu.
29
Sebagai penguat argumentasi dan pemahaman ini, kita kutipkan sebuah riwayat Asy
Sya'bi, bahwa pada saat itu As'ad bin Zararah bertindak sebagai pemimpin suku Al
Khazraj. Pemimpin suku ini berkata kepada Rasulallah Saw [Lihat Dalailumi Nubuwah,
Abu Nu'aim Al Ashbahani, halaman 106]:
"...Engkau telah meminta kepada kami (untuk menyerahkan kekuasaan milik kami).
Sedangkan kami adalah suatu kelompok masyarakat yang hidup di negeri mereka dalam
keadaan mulia dan kuat. Namun di situ tidak ada yang rela dipimpin oleh orang dari luar
suku kami, khususnya bagi kaumnya sendiri yang paman-pamannya tidak memberikan
perlindungan bagi mereka. (Terus terang bahwa) permintaan tersebut adalah suatu hal
yang sukar sekali. Tetapi kami ini (telah bersepakat untuk) memenuhi permintaanmu
itu..."
Tinggal kini kita menyebut tindakan Umar, ketika beliau memutuskan membuat kalender
Islam ternyata beliau menjadikan peristiwa hijrah sebagai tahun pertama. Penafsiran
tindakan Umar ini tidak lain adalah bahwa peristiwa hijrah adalah merupakan awal
lahirnya negara dan masyarakat Islam pertama. Apakah ada seorang peneliti yang dapat
membicarakan masalah masyarakat Islam sebelum membicarakan masyarakat Islam di
Madinah?
Cobalah kita berfikir, bagaimanamungkin bisa membangun suatu masyarakat Islam
sekarang ini tanpa ada sebuah negara Islam! Kalau Rasulullah Saw. saja selama 13 tahun
berda'wah di Mekkah tidak berhasil,padahal beliau mendapatkan pertolongan dari Allah
SWT; juga sekalipun beliau --seperti yang diakui pula oleh para orientalis-- tidak pernah
menghadapi kepercayaan/agama yang begitu berbahaya.Lalu bagaimana dengan kita?
padahal kita ditantang untuk menghadapi ide-ide sekuler dan materialis, serta serangan
kebudayaan Barat yang didukung oleh kekuatan militer dan sistem intelijennya? Apakah
mungkin kita dapat menghadapi semua bahaya dan tantangan ini dengan tangan kosong
(tanpa sebuah negara)?
Sekalipun telah kita sebutkan bukti-bukti yang jelas seperti di atas, masih saja ada
sebagian orang yang menolak menganalogikan keadaan sekarang dengan keadaan masa
lalu. Mereka beralasan bahwa keadaan masa lampau berbeda dengan keadaan sekarang,
di samping Rasulullah Saw. sendiri punya keistimewaan dan kelebihan. Atau, bahwa
penyerupaan ini akan mendorong kita "berkhayal" dan menjauhkan diri dari kenyataan!
Dan walaupun kita tegas menolak alasan-alasan tersebut, tetapi baiklah kita akan
mencoba meneliti dan melihat keadaan sekarang ini --sekalipun dipisahkan dari sirah
Rasul dan cara beliau memecahkan persoalan-- Kita akan lihat bahwa akal, di samping
syara', akan mengantarkan kita kepada kesimpulan yang serupa.
Ambillah, misalnya,suatu negeri yang penduduknya mayoritas muslim. Di tengah-tengah
negeri itu berkembang banyak ide, dan kepentingan yang saling bertentangan, seperti
partai-partai komunis/sosialis atau paham sekuler, di samping adanya ketegangan dengan
agama-agama lain, taruhlah agama kristen misalnya; tentu dalam masyarakat seperti ini
orang-orang lambat laun akan menjauhkan diri dari Islam, rasa ketaqwaan akan
berkurang, dan aqidah Islam akan menjadi mudah goyah dalam diri kaum muslimin. Pada
saat kita meneliti masyarakat seperti ini, kita harus membayangkan secara jujur bahwa
masyarakat yang kita jadikan contoh ini merupakan suatu gambaran yang ada pada
30
setiap masyarakat Islam secara umum. Atau paling tidak merupakan suatu gambaran
yang mewakili negeri yang akan diperbaiki, sekalipun pendekatan masing-masing kita
berbeda.
Harus kita perhatikan di sini, bahwa partai-partai Sosialis itu dapat bergerak tentu
mendapat dukungan dari salah satu partai politik dan militer yang besar di tingkat
internasional. Derasnya arus sekulerisasi juga karena didukung oleh negara-negara Barat
dan Timur secara bersamaan, selain juga --ini yang sangat menyedihkan-- oleh negeri-
negeri Islam sendiri. Akan halnya aktivitas kristenisasi, praktek mereka didukung oleh
negara-negara Eropa,khususnya Perancisdan Vatikan. Kita tidak dapat membayangkan
apa akibatnya jika sekolah-sekolah misionarisdi negeri-negeri Islam, seperti Libanon,
didirikan oleh pendudukNasrani dan dapat dipertahankan keberadaannya sepanjang
masa, tanpa mendapat dukungan dari orang-orang Nasrani di seluruh dunia.
Jadi pengaruh-pengaruh ideologi dan pemikiran yang menentang Islam selalu didukung
oleh kekuatan politik dan militer dari negara tertentu. Lantas umat Islam, siapa yang
melindungi kepentingan-kepentingan mereka? Apa kita harus berlindung kepada negara-
negara yang ada di dunia Islam, sementara pemimpinnya merupakan kaki tangan negara
adidaya yang tidak punya harga diri lagi?
Cukuplah kita melihat bagaimana sikap Saudi Arabia, yang merupakan tanah Hijaz dan
pusat Islam pertama terhadap pengusiran sekitar 300.000 kaum muslimin dari Bulgaria
tahun 1989. Lihat pula bagaimana sikap Saudi dan Kuwait dalam meminta perlindungan
kepada Amerika Serikat untuk menghancurkan salah satu negeri Islam Irak, dan
meluluskan keinginan Amerika Serikat di sana untuk menghancurkan kekuatan militer dan
ekonominya. Kita jadi bertanya, apakah ini dapat terjadi kalau kaum muslimin
mempunyai suatu daulah yang mempertahankan negeri-negeri mereka dan menjaga
kehormatannya.
Padahal dahulu khalifah Al-Mu'tasim (masa Abbasiyah) telah membakar kota Rumiyah
(Roma), juga membunuh 90.000 orang (pasukan kafir) hanya untuk mendukung seorang
wanita muslimat yang berteriak sambil memanggil: "Waa Mu'tasimaah, di manakah
engkau wahai Al Mu'tasim", setelah dilanggar kehormatannya oleh tentara Romawi. Juga
jauh sebelumnya, Rasul mengumumkan perang terhadap kaum Yahudi dari Bani Qainuqa',
hanya untuk melindungi wanita yang dibuka jilbabnya oleh orang Yahudi.
Namun sekarang siapa yang bisa membalas kehormatan kaum muslimin yang dilanggar
musuh Islam di Palestina, di India, Bosnia, Myanmar, Filipinaatau di tempat-tempat
lainnya? Apa pidato-pidato, seminar, lokakarya, kongres, dll bisa melakukannya!?
Mata tidak bisa melawan penusuk mata, tetapi pedang bisa menghancurkan sarungnya.
Akhirnya kita dapat simpulkan bahwa setiap pemikiran yang ditujukan untuk
membangkitkan kaum muslimin hendaknyamampu membentuk kesadaran individu
sebagai langkah awal, menghidupkan dan memperdalamaqidah mereka, juga
menampakkan kerusakan dan kekeliruan ideologi Barat, di samping selalu berusaha
memperbaiki perilaku setiap muslim semaksimal mungkin, dan memecahkan persoalan-
persoalan masyarakat.
31
Tetapi harus selalu diingat bahwa cara tersebut tidak cukup untuk mengubah keadaan.
Bahwasanya jalan yang sempurna dan komplit yang ditempuh untukmembangkitkan
kaum muslimin adalah dengan membentuk kesatuan politikdan ekonomi di bawah satu
bendera dan satu naungan, yaitu negara khilafah yang berusaha menyampaikan da'wah
secara totalitas ke seluruh penjuru dunia. Dan hendaknya usaha untuk mewujudkan ini
semua harus mendapat perhatian lebih dan memerlukan curahan pikiran dan tenaga yang
sangat besar dari seluruh kaum Muslimin di dunia, khususnya yang ada di Timur Tengah
sebagai pembawa harapan bagi seluruh umat Islam di dunia.
Bila kita sudah tahu bahwa daulah khilafah adalah syarat mutlak untuk membangkitkan
kaum muslimin secara sempurna, maka inilah jalan yang ditempuh untuk mengadakan
"ishlah" (perbaikan) yang kita inginkan. Yaitu jalan tersebut pernah ditempuh oleh
Rasulullah Saw. Karena itu, kita tidak boleh menyimpang sedikitpun dari padanya atau
mengambil jalan tengah. Misalnya berkompromi dengan penguasa yang menentang
kehadiran Islam di bidang politikdan ekonomi negara, atau di bidang hukum dan
peradilan.
Kita bukanlah umat yang biasa mengambil jalan tengah (moderat). Pilihan kita hanya
dua; keinginan itu tercapai atau kita harus mati karenanya.
Cara Kerjasama Antar Gerakan Islam
Membentuk Kesatuan Antar Gerakan
Jika masih memungkinkan membentuk suatu kesatuan dan kerjasama antara
organisasi/gerakan Islam saat ini seperti, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jama'ah
Islamiyah, Jama'ah Tabligh, Salafiyah, dan seterusnya,maka bagaimana seharusnya
bentuk-bentuk konkrit dari kesatuan tersebut? Segi-segi kerjasama serta koordinasi apa
saja yang merupakan bentuk nyata dari kesatuan tersebut?
Sebelum kita berbicaratentang kesatuan dan penyatuan gerakan-gerakan Islam, maka
terlebih dahulu harus dibicarakan segi-segi apa yang wajib dipersatukan dan segi-segi apa
pula yang tidak wajib dipersatukan. Setelah itu, barulah dibicarakan penyatuan gerakan-
gerakan Islam, kemudian menyusul pembicaraan tentang bentukhubungan antara
berbagai gerakan Islam. Pembagian segi-segi pembicaraan seperti ini dimaksudkan agar
jawaban yang ingin diketengahkan dapat lebih menyeluruh.
Kalau kita meneliti jama'ah/organisasi/kelompok gerakan atau harakah Islam yang ada
pada setiap masa, maka akan kita jumpai keberagaman yang majemuk.Keadaan tersebut
disebabkan oleh dua faktor:
(1) Bahwa Syara' membolehkan adanya banyak gerakan/kelompok harakah Islam, serta
mazhab yang berbeda,sebagaimana yang telah dialami oleh kaum Muslimin terdahulu.
Atau, timbulnya berbagai mazhhab ijtihad seperti Hanafi, Syafi'i, Hanbali dan Maliki, dan
sebagainya. Semua mazhab ini posisinya sama seperti kelompok /gerakan Islam lainnya.
32
Dasar kebolehan adanya beraneka ragam kelompok dakwah adalah berdasarkan firman
Allah SWT:
"(Dan) hendaklah ada di antara kamu segolongan umat (jama'ah, kelompok dakwah,
partai Islam, dan yang sejenis) yang menyeru kepada bebajikan (Islam), menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.(Ali Imran: 104)
Lafazh "ummah" pada ayat di atas, tidak membatasi jumlah jama'ah atau kelompok
gerakan Islam, walaupun ayat itu mewajibkan kaum Muslimin untuk membentuk suatu
jama'ah yang melaksanakan tugas dakwah,sebagaimana yang tertera pada ayat di atas.
Seandainya telah terbentuk suatu jama'ah, maka kewajiban tersebut tidak lagi
dibebankan kepada yang lain. Karena itu, tidaklah wajib membentuk dua jama'ah.
Dengan demikian, bila telah terbentuk suatu jama'ah, maka tujuan dari ayat tersebut
telah terlaksana. Kalau ternyata kemudian muncul jama'ah yang kedua,maka
pembentukan itu hukumnya mubah (boleh ada).
Begitu pula kata ___ ("merekalah") dalam ayat tersebut sesungguhnyaadalah
penunjukan ("isim isyarah") untuk jamak yang merujuk kepada lafazh "ummah", yakni
bahwa jama'ah-jama'ah atau kelompok-kelompok dakwah yang ada semuanya adalah
termasuk golongan "muflihun" (orang-orang yang beruntung).Jadi, dengan menunjuk
kepada lafazh "ummah", atau dengan menggunakan redaksi (sighah) jamak, berarti boleh
terbentuk banyak jama'ah yang beragam.
(2) Setiap gerakan berdiri atas dasar pemahaman tertentu terhadap pola operasional
da'wahnya, di samping pemahaman mereka dalam menentukan prioritas utama terhadap
masalah-masalah vital umat. Mengenai pola operasional da'wah bagi suatu gerakan,
memang nash-nash syara' memungkinkan adanya lebih dari satu macam pemahaman.
Sebab, nash-nash tersebut khususnya yang berkaitan dengan pola operasional gerakan,
menunjukkan lebih dari satu pengertian,karena sifatnya zhanniyatud-dilalah.
Misalnya, ada gerakan yang menganalogikan situasi sekarang dengan situasi da'wah
Rasulullah saw di Makkah, sehingga mereka beranggapan bahwa menggunakan tindakan
fisik (kekerasan) adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan da'wah Rasulullah saw.
[Pendapat Hizbut Tahrir. Lihat Ta'rif li Hizbit Tahrir, hal.41] Ada juga gerakan yang
bersandar pada Hadits-hadits yang mengharuskan umat menentang penguasa dengan
pedang atau kekerasan. Mereka beranggapan bahwahadits-hadits tersebut memang
mengharuskan agar umat bertindak demikian. [Pendapat Ikhwanul Muslimin. Lihat
Jundullah Tsaqafatan Wa Akhlaqan, Sa'id Hawwa, hal.391-393; juga pendapat Tanzhimul
Jihad, serta DI/TII]
Dari sudut tinjauan lain, ada sebagian harakah Islam menganalisis bahwa penyebab
utama munculnya berbagai krisis politik, ekonomi, militer, maupun pendidikan, dan krisis
lainnya dewasa ini, adalah karena tidak adanya negara Islam. [Pendapat Hizbut Tahrir.
Lihat Nidaa Al Haar Ilal Muslimin Min Hizbit Tahrir, hal 87-89] Selain itu, ada pula yang
beranggapan bahwa semua krisis tersebut muncul karena lemahnyaaspek keimanan dan
rendahnya segi kerohanian kaum Muslimin.[Pendapat Salafiyah, kelompok Thariqat
Shufiyah, Jama'ah Tabligh,serta kebanyakan dari kelompok yang tidak ingin melibatkan
33
diri dalam masalah politik atas dasar Islam] Sedangkan kelompok lain beranggapan
bahwa kelemaham umat Islam pada masa sekarang disebabkan oleh lemahnya bidang
penghidupan ekonomi, keterbelakangan umat di bidang pendidikan, termasuk Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. [Pendapat sejumlah besar organisasi sosial-ekonomi (sosek),
semisal Ikhwanul Muslimin (Mesir), Jama'atul Islam (Pakistan), Darul Arqam (Malaysia),
dan lain-lain]
Berdasarkan dua faktor di atas, maka munculnya beraneka ragam gerakan merupakan
suatu hal yang wajar. Bahkan menurut sunnatullah, ini merupakah suatu keharusan,
sebagaimana firmanNya:
"Jika Tuhanmu menghendaki, tentulah Dia menjadikan manusia menjadi umat yang satu.
Tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat
oleh Tuhannya. Dan untuk itu, Allah menciptakan mereka" (Hud: 118-119)
Oleh karena itu, tidak boleh dipandang bahwa perbedaan pendapat antar gerakan sebagai
sesuatu yang diharamkan oleh syara'. Apabila ada seseorang atau kelompok dakwah
tertentu yang berpendapat demikian, maka ini adalah suatu kekeliruan terhadap fakta
nash-nash syara', tabi'at manusia, hakikat gerakan, dan pola operasional da'wah.
Sepengetahuan kami, tidak terdapat di dalam Al Qurâan maupun Sunnah satu dalil syara'
pun yang mengharuskan adanya kesatuan antargerakan Islam; dalam arti bergabung
dalam satu wadah gerakan di bawah perintah seorang Amir/pemimpin,dan menjalankan
tugas da'wah dengan satu pemahaman serta satu pola operasional da'wah. Sungguh,
tidak ada dalil Syar'i yang mengharuskan kesatuan semacam ini. Oleh karena itu, tidak
dilarang adanya keberagaman gerakan Islam.
Penyatuan berbagai gerakan ke dalam satu wadah, bukanlah merupakan tujuan yang
harus dicapai. Sebab, sesungguhnya adanya keragaman tersebut justru dibolehkan.
Bahkan wajar pula apabila suatu gerakan mencanangkan dan mengutamakan suatu pola
operasional da'wah sesuai dengan pemahamannya sendiri.
Namun demikian, perbedaan paham dan pendapat yang terdapat dalam berbagai
gerakan/harakah Islam tidak berarti boleh berselisih dan saling memutuskan hubungan!
Sebab, hal sikap tersebut telah diharamkan dan tidak boleh terjadi.
Jika keberagaman gerakan merupakan hal yang wajar, maka pemutusan hubungan dan
saling bertikai satu sama lainnya adalah hal yang tidak wajar bahkan wajib dicegah dan
diupayakan agar tidak sampai terjadi. Sebab, Allah SWT berfirman:
"...(Dan) Janganlah kamu berselisih (berbantah-bantahan), yang menyebabkan kamu
menjadi gentar dan hilang kekuatan (kekuasaan)mu..." (Al Anfaal 46)
Jika penyatuan gerakan bukan merupakan tujuan, maka yang wajib menjadi tujuan
adalah menjadikan berbagai gerakan/kelompok atau partai politik Islam menjalankan
tugas da'wahnya sesuai dengan ketentuan Syara' yaitu, semua pola pemikiran dan
operasional dakwahnya bersumber dari dalil-dalil Syara', dan hendaknya keseluruhannya
bertujuan melanjutkan kehidupan Islam, yakni menjadikan kaum Muslimin berkehidupan
secara Islami dalam semua tindakan/kegiatan mereka sehari-harinya, serta mendorong
34
mereka untuk bertahkim/merujuk hanya kepada Syara' semata dalam semua urusannya,
baik dalam persoalan-persoalan kecil maupun besar.
Juga, berupaya untuk mewujudkan Islam dalam kehidupan individu,bermasyarakat dan
bernegara.Di samping itu, perlu menjauhkan jama'ah, gerakan dan kelompok dakwah
Islam dari sikap saling bermusuhan yang pada akhirnya menyibukkan mereka dalam hal-
hal yang tidak perlu (semisal mengecam, menyebarkan isu, mengembangkan fitnah,dan
yang sejenisnya), sehingga melupakan tujuan utamanya.
Apabila hal ini bisa disepakati untuk dicapai oleh semua pihak, berarti tujuan penyatuan
pokok-pokok pikiran gerakan telah terealisir.
Memang yang kita inginkan adalah adanya pertemuan antara para jama'ah, gerakan dan
organisasi Islam, untuk duduk berdampingan dan membahas masalah-masalah penting
yang dihadapi oleh umat pada setiap saat, kemudian disepakati cara memecahkan setiap
kendala yang dihadapi oleh setiap gerakan guna meraih tujuan utama yang
melatarbelakangi keberadaan setiap gerakan Islam, yaitu: melestarikan kehidupan Islam
dengan mendirikan khilafah Islamiyah serta membimbing dan mengarahkan semua
manusia kepada Islam. Inilah yang merupakan tugas utama umat, sebagaimana yang
tertera di dalam firman Allah SWT:
"(Dan) demikianlah kami jadikan kalian umat yang terbaik (bertindak adil) agar menjadi
saksi bagi manusia, (bahwa kalian telah menyampaikan Risalah Islam kepada mereka)
dan Rasul, juga menjadi saksi atas kalian (pada Hari Kiamat bahwa dia telah
menyampaikan Risalah tersebut kepada umatnya)" (Al Baqarah: 143)
Oleh karena itu, berbagai jama'ah, kelompok, atau gerakan Islam, mempunyai kewajiban
agar umat menjadikan Islam sebagai asas bagi kehidupan,serta menjadikan halal dan
haram sebagai standar atas segala perbuatan.Selain itu, menjadikan ide-ide atau
persepsi-persepsi Islam sebagai suatu keyakinan yang mendominasi semua jama'ah,
kelompok, maupun gerakan Islam tersebut. Keberhasilan gerakan-gerakan Islam
sekarang mengharuskan adanyajalur komunikasi dan kerjasama, serta penyatuan tujuan
bagi semua gerakan Islam yang ada di dunia demi untuk mengatasi problema utama
umat, yaitu melanjutkan kehidupan Islam dengan cara membentuk dan menegakkan
Khilafah Islam. Oleh karena itu, masing-masing harakah (gerakan)haruslah berupaya
memecahkan problema utama tersebut. Sebab dalam hal ini, masalah melanjutkan
kelangsungan kehidupan Islam adalah merupakan induk dari semua krisis yang muncul di
tubuh umat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak dibolehkan suatu gerakan menyibukkan diri
dengan kegiatan-kegiatan sampingan yang dapat mengalihkan jama'ah/gerakan dari
tujuan pokoknya yang telah disebutkan di atas seperti antara lain, mencurahkan sebagian
besar perhatian dan waktunya kepada dunia pendidikan,kesehatan, kesenian Islam,
media massa dan percetakan buku-buku Islam. Atau, pembinaan jasmani, semisal tenaga
dalam, latihan militer, silat, senam kebugaran, berbagai cabang olahraga, dan yang
lainnya. Juga, pembinaan rohani seperti bacaan wirid berjam-jam, menyepi, dan
sebagainya. Semua itu dapat mengalihkan mengalihkan perhatian suatu gerakan menjadi
akademis ilmiah, misalnya; atau kegiatannya hanya seputar lembaga pendidikan; juga
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam
Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historis
atjehh
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Rohman Efendi
 
3. studi islam di barat, timur, indonesia
3. studi islam di barat, timur, indonesia3. studi islam di barat, timur, indonesia
3. studi islam di barat, timur, indonesia
Marhamah Saleh
 

Mais procurados (20)

Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalah
 
PPT Jenazah
PPT Jenazah PPT Jenazah
PPT Jenazah
 
Ringkasan Kitab Mafahim HT
Ringkasan Kitab Mafahim HTRingkasan Kitab Mafahim HT
Ringkasan Kitab Mafahim HT
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
 
Sejarah Dinasti Turki Usmani
Sejarah Dinasti Turki UsmaniSejarah Dinasti Turki Usmani
Sejarah Dinasti Turki Usmani
 
"Ihsanul Amal"
"Ihsanul Amal""Ihsanul Amal"
"Ihsanul Amal"
 
Problematika umat
Problematika umatProblematika umat
Problematika umat
 
Presentasi Fiqh Zakat
Presentasi Fiqh ZakatPresentasi Fiqh Zakat
Presentasi Fiqh Zakat
 
PPT perkembangan peradaban Islam masa abbasiyah
PPT perkembangan peradaban Islam masa abbasiyahPPT perkembangan peradaban Islam masa abbasiyah
PPT perkembangan peradaban Islam masa abbasiyah
 
Manusia dan agama
Manusia dan agamaManusia dan agama
Manusia dan agama
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historis
 
Filsafat Islam - Al Ghazali
Filsafat Islam - Al GhazaliFilsafat Islam - Al Ghazali
Filsafat Islam - Al Ghazali
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
 
Makalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhumMakalah manthuq dan mafhum
Makalah manthuq dan mafhum
 
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
 
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar KhilafahBuku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
 
Naskh mansukh
Naskh mansukhNaskh mansukh
Naskh mansukh
 
Skema qiyadah fikriyah fil islam
Skema qiyadah fikriyah fil islamSkema qiyadah fikriyah fil islam
Skema qiyadah fikriyah fil islam
 
3. studi islam di barat, timur, indonesia
3. studi islam di barat, timur, indonesia3. studi islam di barat, timur, indonesia
3. studi islam di barat, timur, indonesia
 

Destaque (9)

Seputar gerakan islam
Seputar gerakan islamSeputar gerakan islam
Seputar gerakan islam
 
Gerakan Muhammadiyah
Gerakan MuhammadiyahGerakan Muhammadiyah
Gerakan Muhammadiyah
 
Gerakan Islam Alam Melayu
Gerakan Islam Alam MelayuGerakan Islam Alam Melayu
Gerakan Islam Alam Melayu
 
Agama Islam kelas 12 - Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia
Agama Islam kelas 12 - Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia Agama Islam kelas 12 - Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia
Agama Islam kelas 12 - Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia
 
Gerakan pembaharuan islam di indonesia
Gerakan pembaharuan  islam di indonesiaGerakan pembaharuan  islam di indonesia
Gerakan pembaharuan islam di indonesia
 
Muhammadiyah sebagai gerakan islam berwatak tajdid
Muhammadiyah sebagai gerakan islam berwatak tajdidMuhammadiyah sebagai gerakan islam berwatak tajdid
Muhammadiyah sebagai gerakan islam berwatak tajdid
 
16 kewajiban dakwah berjamaah
16 kewajiban dakwah berjamaah16 kewajiban dakwah berjamaah
16 kewajiban dakwah berjamaah
 
Mengkaji Kitab Al Takattul Al Hizbiy
Mengkaji Kitab Al Takattul Al HizbiyMengkaji Kitab Al Takattul Al Hizbiy
Mengkaji Kitab Al Takattul Al Hizbiy
 
Kewajiban Dakwah
Kewajiban DakwahKewajiban Dakwah
Kewajiban Dakwah
 

Semelhante a Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

M12 Mengenal Hizbut Tahrir
M12 Mengenal Hizbut TahrirM12 Mengenal Hizbut Tahrir
M12 Mengenal Hizbut Tahrir
cucur
 
Mengkaji kitab-1226846459760474-8
Mengkaji kitab-1226846459760474-8Mengkaji kitab-1226846459760474-8
Mengkaji kitab-1226846459760474-8
Muhammad Sidqi
 
9 tips awet muda secara islami
9 tips awet muda secara islami9 tips awet muda secara islami
9 tips awet muda secara islami
Siti Yaa Dhani
 
Jamaah jamaah islam
Jamaah jamaah islamJamaah jamaah islam
Jamaah jamaah islam
Hadzaa Choir
 
Peran partai politik dalam negara khilafah
Peran partai politik dalam negara khilafahPeran partai politik dalam negara khilafah
Peran partai politik dalam negara khilafah
FlamencoRizky
 
Popularitas dan kapabilitas
Popularitas dan kapabilitasPopularitas dan kapabilitas
Popularitas dan kapabilitas
Rizky Faisal
 
TUGAS UAS RESUME PPT TAUHID DAN ILMU KALAM ASRUL HIKMAH PGMI 1-C.pptx
TUGAS UAS RESUME PPT TAUHID DAN ILMU KALAM ASRUL HIKMAH PGMI 1-C.pptxTUGAS UAS RESUME PPT TAUHID DAN ILMU KALAM ASRUL HIKMAH PGMI 1-C.pptx
TUGAS UAS RESUME PPT TAUHID DAN ILMU KALAM ASRUL HIKMAH PGMI 1-C.pptx
AsrulHikmahUINMatara
 
Ciri Perjuangan Muhammadiyah
Ciri Perjuangan MuhammadiyahCiri Perjuangan Muhammadiyah
Ciri Perjuangan Muhammadiyah
Fitriani Affi
 

Semelhante a Soal Jawab Seputar Gerakan Islam (20)

Pemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesiaPemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesia
 
Buku Propaganda Ideologi Islam
Buku Propaganda Ideologi IslamBuku Propaganda Ideologi Islam
Buku Propaganda Ideologi Islam
 
M12mengenal hizbut-tahrir-1234601443516523-2
M12mengenal hizbut-tahrir-1234601443516523-2M12mengenal hizbut-tahrir-1234601443516523-2
M12mengenal hizbut-tahrir-1234601443516523-2
 
M12 Mengenal Hizbut Tahrir
M12 Mengenal Hizbut TahrirM12 Mengenal Hizbut Tahrir
M12 Mengenal Hizbut Tahrir
 
(02) Pembentukan partai-politik
(02) Pembentukan partai-politik(02) Pembentukan partai-politik
(02) Pembentukan partai-politik
 
Mengkaji kitab-1226846459760474-8
Mengkaji kitab-1226846459760474-8Mengkaji kitab-1226846459760474-8
Mengkaji kitab-1226846459760474-8
 
9 tips awet muda secara islami
9 tips awet muda secara islami9 tips awet muda secara islami
9 tips awet muda secara islami
 
Jamaah jamaah islam
Jamaah jamaah islamJamaah jamaah islam
Jamaah jamaah islam
 
Peran partai politik dalam negara khilafah
Peran partai politik dalam negara khilafahPeran partai politik dalam negara khilafah
Peran partai politik dalam negara khilafah
 
Radikalisme Dalam Islam menurut Lovita Ivan HIdayatullah
Radikalisme Dalam Islam menurut Lovita Ivan HIdayatullahRadikalisme Dalam Islam menurut Lovita Ivan HIdayatullah
Radikalisme Dalam Islam menurut Lovita Ivan HIdayatullah
 
Mata kuliyah aliran teologi modern
Mata kuliyah aliran teologi modernMata kuliyah aliran teologi modern
Mata kuliyah aliran teologi modern
 
Partai politik-dalam-islam
Partai politik-dalam-islamPartai politik-dalam-islam
Partai politik-dalam-islam
 
Popularitas dan kapabilitas
Popularitas dan kapabilitasPopularitas dan kapabilitas
Popularitas dan kapabilitas
 
Makalah Islam dan Radikalisme
Makalah Islam dan RadikalismeMakalah Islam dan Radikalisme
Makalah Islam dan Radikalisme
 
Fadh Ahmad - Fundamentalisme islam dan idealisme tentang negara islam
Fadh Ahmad - Fundamentalisme islam dan idealisme tentang negara islamFadh Ahmad - Fundamentalisme islam dan idealisme tentang negara islam
Fadh Ahmad - Fundamentalisme islam dan idealisme tentang negara islam
 
4. bab
4. bab4. bab
4. bab
 
Organisasi islam transnasional
Organisasi islam transnasionalOrganisasi islam transnasional
Organisasi islam transnasional
 
KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH.pptx
KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH.pptxKEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH.pptx
KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH.pptx
 
TUGAS UAS RESUME PPT TAUHID DAN ILMU KALAM ASRUL HIKMAH PGMI 1-C.pptx
TUGAS UAS RESUME PPT TAUHID DAN ILMU KALAM ASRUL HIKMAH PGMI 1-C.pptxTUGAS UAS RESUME PPT TAUHID DAN ILMU KALAM ASRUL HIKMAH PGMI 1-C.pptx
TUGAS UAS RESUME PPT TAUHID DAN ILMU KALAM ASRUL HIKMAH PGMI 1-C.pptx
 
Ciri Perjuangan Muhammadiyah
Ciri Perjuangan MuhammadiyahCiri Perjuangan Muhammadiyah
Ciri Perjuangan Muhammadiyah
 

Mais de Anas Wibowo

Mais de Anas Wibowo (20)

Booklet penjelasan Politik Partai .PDF
Booklet penjelasan Politik Partai .PDFBooklet penjelasan Politik Partai .PDF
Booklet penjelasan Politik Partai .PDF
 
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
 
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
 
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
 
Muslim Pelaksana Syariat Islam
Muslim Pelaksana Syariat IslamMuslim Pelaksana Syariat Islam
Muslim Pelaksana Syariat Islam
 
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
 
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTMenutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
 
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan HakikiHijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
 
Keunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-Jawi
Keunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-JawiKeunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-Jawi
Keunggulan Sistem Pidana Islam - KH. Shiddiq al-Jawi
 
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
 
RUU HIP Mengandung Bahaya Besar
RUU HIP Mengandung Bahaya BesarRUU HIP Mengandung Bahaya Besar
RUU HIP Mengandung Bahaya Besar
 
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan UmatKomunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
 
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
 
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan MenyusuiHukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
 
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPTHukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
 
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan RamadhanFiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
 
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat WabahSolusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
 
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
 
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
 
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arabkitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
 

Último (8)

MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
MATERI SOSIALISASI TRIBINA (BKB, BKL, BKR) DAN UPPKS BAGI KADER DESA PKK POKJ...
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxPELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
 

Soal Jawab Seputar Gerakan Islam

  • 1. 1 Soal-Jawab Seputar Gerakan Islam ___________________________________________________________ Diolah oleh: Annas I. Wibowo dari bukunya Abdurrahman Muhammad Khalid: Soal-Jawab Seputar Gerakan Islam Daftar Isi: Klasifikasi Harakah Islamiyah Aktifitas Harakah Islamiyah Penentuan Target dan Metode Da'wah Harakah Islamiyah Berjuang Untuk Islam di Jalan Yang Keliru Darimanakah Harakah Islam Harus Mulai Membentuk Kesatuan Antar Gerakan Membangun Pemerintahan Islam Melalui Pemilihan Umum Bolehkah Suatu Gerakan Memberontak Perlukah Mendirikan Organisasi Sosial Kemasyarakatan Ketertinggalan Sains dan Teknologi Bukan Kendala Mendirikan Khilafah Islamiyah Ingin Berjuang Tanpa Risiko? Melepaskan Baiat Amir Gerakan Syarat Harakah Islam Klasifikasi Harakah Islamiyah Pertanyaan : Istilah Harakah Islamiyah (gerakan Islam) sering muncul belakangan ini. Apa sebenarnya syarat-syarat yang harus ada pada suatu harakah, agar dapat dianggap sebagai "Harakah Islamiyah"? Jawab : Kata harakah menurut etimologi bahasa Arab, diambil dari akar kata at taharruk yang artinya bergerak. Istilah tersebut kemudian menjadi populer dengan arti "Sekelompok orang atau suatu gerakan yang mempunyai suatu target tertentu, dan mereka berusaha bergerak serta berupaya untuk mencapainya". Maknaistilah ini masih termasuk dalam kategori makna lughawi untuk kata tersebut. Aktifitas suatu gerakan dapat dilakukan oleh satu individu walaupun belum mempunyai suatu kelompok da'wah yang berjuang bersamanya. Walaupun yang bergerakhanyalah seorang individu saja --bukan orang banyak, namun gerakan individu itu dapat dianggap sebagai salah satu macam harakah yang pernah ada di dunia Islam.
  • 2. 2 Aktifitas gerakan dapat juga dilakukan oleh suatu jama'ah, yaitu sekumpulan orang yang mempunyai pemimpin dan memiliki metode/ strategi da'wah tertentu. Misalnya Jama'ah Tabligh di India dan Pakistan, Ikhwanul Muslimin dan Tanzhimul Jihad di Mesir, serta yang sejenisnya. Gerakan da'wah dapat pula dilakukan oleh suatu organisasi, seperti Muhammadiyah, NU, Persis, dan yang sejenisnya. Aktifitas gerakan dapat pula dilakukan suatu partai politik, baik partai tersebut memiliki ideologi tertentu sehingga dapat dikategorikan sebagai partai politik yang sebenarnya, misalnya Hizbut Tahrir di Yordania, Front Penyelamat Islam (FIS) di Al-Jazair; atau partai yang hanya sekedar nama tanpa memiliki ideologi tertentu, seperti yang ada pada puluhan bahkan ratusan jumlahnya yang tersebar di seluruh dunia Islam. Seluruh perkumpulan semacam ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu harakah, asalkan mereka bergerak untukmencapai tujuan tertentu. Di antara harakah-harakah tersebut ada yang bersifat Islami dan menjadikan Islam sebagai asas, seperti yang disebutkan di atas. Namun ada juga yang tidak islami, bahkan memusuhi Islam, seperti partai Komunis, partai Wafd di Mesir, partai Ba'ath di Syiria dan Irak, gerakan Ahmadiyah di India dan Pakistan, dan sebagainya. Melihat keadaan berbagai gerakan yang ada, dapatlah ditentukan tiga aspek yang menunjukkan identitas sebuah gerakan,yaitu: (1) Mempunyai target tujuan yang diusahakan dan hendak dicapai oleh sebuah harakah, (2) Mempunyai bentuk pemikiran yang telah ditentukan oleh harakah dalam aktifitas perjuangannya, dan (3) Mempunyai arah dan kecenderungan tertentu pada orang-orang yang tergabung di dalam harakah tersebut. Untuk menentukan identitas suatu harakah agar dapat dikategorikan sebagai Harakah Islam, maka ketiga aspek di atas harus terpenuhi. Dengan kata lain, tidak cukup hanya mempunyai target tujuan yang disahkan dan diakui oleh Islam, tetapi juga harus ditujukan untuk melayani dan mengembangkan Islam. Sebagai contoh, Islam mengakui keberadaan suatu harakah yang bergerakdalam bidang olahraga. Sebab,target semacam ini hukumnya mubah. Tetapi harakah yang bergerak di bidang olahraga seperti ini tidak dapat disebut sebagai harakah Islamiyah, karena keberadaannya tidak sampai melayani dan mengembangkan Islam. Begitu pula halnya dengan aneka ragam harakah Islam yang aktifitasnya menitikberatkan pada usaha pemeliharaan/penerbitan Al Qurâan dan terjemahannya atau penerbitan buku-buku Islam; pembangunan proyek dan perusahaan Islam, seperti Bank Islam, Perkreditan Islam (tanpa bunga/riba), masjid-masjid dan sekolah Islam, serta lembaga pendidikan yang sejenisnya; menyalurkan dana kepada fakir-miskin, anak-anak yatim, orang-orang cacat; melakukan amar ma'ruf nahi munkar, menyampaikan nasehat kepada penguasa; dan sebagainya. Satu atau lebih dari berbagai macam aktifitas yang telah disebutkan di atas dapat dijadikan target tujuan untuk sebuah harakah Islam. Namun demikian, perlu diingat bahwa target-target tersebut belum cukup mampu melayani dan mengembangkan ideologi Islam (aqidah dan syariah Islam) hinggaseluruh aktivitas harakah terkait erat dengan hukum-hukum Islam. Dengan kata lain, metode yang
  • 3. 3 digunakan untukmenegakkan Islam harus sesuai dan terikat dengan ide dan hukum Islam. Selain ketiga persyaratan di atas, agar suatu gerakan da'wah dapat disebut sebagai harakah Islamiyah, maka keanggotaannyaharus pula dari kalangan kaum Muslimin saja. Jika suatu harakah terbentuk dari kalangan non muslim, seperti para orientalis yang mengkaji dan mempelajari khazanah Islam lalu mengeluarkan dan menyebarkan hasil kajiannnya setelah terlebih dahulu meneliti dan menganalisisnya, maka harakah semacam itu tidak dapat dinamakan harakah Islam. Akan halnya harakah Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh, keduanya merupakan tokoh FreeMasonry di negeri-negeri Islam, tapi gerakannya mengatasnamakan Islam. Kita juga dapat mengkategorikan Jama'ah Tabligh, Jama'ah Salafiyah, Islam Jama'ah, Jama'atul Muslimin Hizbullah sebagai harakah Islamiyah, sekalipun padagerakan-gerakan tersebut terdapat kekurangan, atau bahkan kadang-kadang terdapat langkah atau pemikiran yang tidak Islami. Jama'ah Tabligh misalnya, mereka mengambil Islam secara parsial dengan menolak membicarakan masalah politik atau menolak menempuh jalan politik dalam berda'wah. Sedangkan Jama'ah Salafiyah lebih banyak memfokuskan masalah aqidah, ibadah dan akhlaq. Islam Jama'ah suka mengkafir-kafirkan sesama kaum Muslimin yang tidak berbai'at kepada imam mereka, menolak shalat di masjid yang imamnya bukan dari golongan mereka. Sementara Jama'atul Muslimin Hizbullah menolak mengakui Rasulullah Saw. sebagai figur politik,bahkan menurut mereka, di dalam Islam tidak dikenal adanya aktifitas politik. Keterlibatan Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh dalam gerakan FreeMasonry dapat dibaca dalam kitab Al Islam wal Hadlarah Al Gharbiyah, Dr. M. Muhammad Husain, halaman 63-107; Zu'amul Ishlah fil 'Ashril Hadits, Ahmad Amin, halaman 73-115; atau Shahwah Ar Rajulul Al Maridl, Mouaffaq Bani Al Marjih, halaman 337. Di antara berbagai harakah Islam yang bersifat politik dan bergerak di kawasan Timur Tengah serta dunia Islam lainnya, tercatat nama-nama antara lain Jama'ah Ikhwanul Muslimin (di Mesir), Hizbullah (di Libanon), Hizbut Tahrir (di Yordania), Gerakan Jihad Islam (di Mesir), Jabhatul Ingadz Al Islami FIS (di Aljazair), Partai Islam PAS (di Malaysia), dan masih banyak lagi harakah Islam yang tersebar di Pakistan, India, Afghanistan, Turki dan tempat-tempat lain di negeri-negeri Islam. Adapun kelompok Al Liqaâ Al Islamiy (di Beirut) yang merupakan perkumpulan sekuler, tidak bisa dikelompokkan ke dalam harakah Islamiyah. Begitu pula Majlis Syi'i Tertinggi (di Beirut) yang juga merupakan perkumpulan sekuler, bukanlah merupakan harakah Islam. Contoh lain yang sama adalah harakah Al Ittijahul Islamiy di Tunisia (Harakah Nahdlah sekarang). Sebab, kelompok-kelompok seperti Al Liqaâ Al Islamiy, Majlis Syi'i Tertinggi, dan harakah Al Ittijahul Islamiy, semuanya menyerukan dan menyebarluaskan sekulerisme secara terang-terangan dan tujuannya bukan untuk melayani Islam. Tambahan lagi, metodanya tidak terikat dengan hukum-hukum Islam. Aktivitas Harakah Islamiyah
  • 4. 4 Apakah benar pendapat yang dikatakan oleh sebagian gerakan da'wah bahwa Islam mewajibkan membatasi aktifitas gerakannyahanya pada amar ma'ruf dan nahi munkar, dan bahwasanya tidak dibolehkan mencegah kemungkaran dengan tangan.Selain itu, tidak dibolehkan pula melakukan aktivitas-aktivitas di bidang sosial kemasyarakatan atas nama gerakan, tapi dibolehkan bagi individu Muslim, termasuk anggota suatu gerakan atas nama pribadi mereka. Yang menjadi pertanyaan: mengapa bagi individu dibolehkan, sedangkan bagi gerakan da'wah tidak boleh? Sesungguhnya masalah ini termasuk masalah fiqih yang penting dan sangat dalam pembahasannya,namun belum mendapat perhatian di kalangan para fuqahâ terdahulu, sehingga pemahaman masalah ini menjadi kabur. Dan ternyata hal tersebut dialami juga oleh kalangan intelektual Muslim saat ini. Untuk menjelaskan pertanyaan tersebut di atas, kami akan bertolak dari firman Allah SWT, yang artinya: "(Dan) Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada Al Khair (Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar,dan merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran 104) Ayat yang mulia ini merupakan seruan yang sangat jelas kepada umat Islam untuk membentuk suatu jama'ah, kelompok da'wah atau sebuah partai politik Islam, sekaligus membatasi aktivitasnya ke dalam dua kegiatan: pertama, berda'wah kepada Islam (terhadap pengikut agama lain); dan kedua, melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar di tengah-tengah kaum Muslimin. Kita mengetahui bahwasanya pelaksanaan hukum syari'at Islam telah dibebankan kepada individu, juga kepada ulil amri (penguasa sah menurut hukum Islam) yang tanggung jawabnya lebih berat dibandingkan tanggung jawab yang dibebankan kepada individu, tetapi yang masih menjadi pertanyaan adalah apakah syari'at Islam membolehkan adanya jama'ah/kelompok da'wah atau partai politik Islam untuk melakukan aktifitas yang pembebanan pelaksanaan hukumnya ditujukan bagi individu atau ulil amri? Mengapa syariat Islam membebankan berbagai hukum tertentu kepada jama'ah, kelompok da'wah, maupun partai politik Islam secara khusus, yang tidak diperuntukan bagi individu dan atau ulil amri? Memang benar bahwa keberadaan suatu jama'ah, kelompok da'wah atau partai Islam merupakan fardhu kifayah, yakni suatu kewajiban yang dibebankan atas seluruh kaum Muslimin. Sebab, perintah tersebut ditujukan kepada kaum Muslimin di setiap wilayah Islam, yaitu dengan firmanNya, yang artinya: "..Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat.." (Ali Imran 104). Ayat tersebut juga membatasi aktivitas jama'ah dalam dua hal seperti yang telah disebut di muka. Dalam hal ini, syari'at Islam tidak hanya membatasi pembahasannya tentang urusan penguasa ataupun individu, tetapi juga membahas pula masalah gerakan. Bahkan, syari'at Islam mengharuskan adanya jama'ah,kelompok da'wah atau partai-partai Islam pada setiap masa secara terus menerus, khususnya padasaat daulah Islam masih ada. Kalaupun tidak ada daulah Islam untuk seluruh kaum Muslimin di dunia seperti keadaan
  • 5. 5 saat ini, maka dalam hal ini terdapat dalil lain yang tetap mengharuskan adanya gerakan Islam, yaitu dengan berpedoman kepada kaidah syara' yang mengatakan: "Apabila suatu kewajiban tidak sempurna kecuali dengan suatu perbuatan, maka perbuatan itu wajib pula hukumnya". [Lihat Al Muwafaqaat, Imam Asy Syathibi, Jilid II, halaman 394] Sebab daulah Islam tidak akan tegak berdiri tanpa adanya suatu gerakan Islam yang berupaya untuk menegakkannya. "Siapa saja di antara kalian melihat (suatu) kemungkaran, maka hendaklah ia berusaha mencegahnya dengan tangannya ..." [Lihat Shahih Muslim, hadits no. 49] Contoh dari perbedaan antara aktivitas gerakan dengan individu adalah tindakan Abu Bakar ra tatkala membebaskan Bilal ra, yang ketika itu masih berstatus budak milik Umayyah bin Khalaf. Setelah mengetahui Bilal ra masuk Islam, Umayyah mulai menyiksanya dengan cara menjemurnya di siang hari yang terik dan ditindih batu besar, dengan tujuan agar ia meninggalkan Islam dan kembali kepada kemusyrikan. Namun Bilal ra tetap sabar menahan siksaan dan hanya mengucapkan kata "ahad" berkali-kali. Padahal sesuatu yang mudah bagi Nabi Saw., sebagai pemimpin gerakan Islam pertama di dunia, untuk mengumpulkan dana dari para Shahabatnya guna menebus dan membebaskan Bilal ra serta Shahabat lainnya yang disiksa setelah masuk Islam. Namun demikian, beliau tidak melakukannya! Kita memahami bahwa apabila perbuatan seperti itu merupakan suatu keharusan untuk dilakukan,tentulah harus segera dilaksanakan.Namun ternyata Nabi Saw., sebagai pemimpin gerakan Islam, tidak melakukannya walaupun beliau mampu. Dari sini dapat dipahami bahwa aktivitas seperti itu atau yang serupa dengannya bukanlah kegiatan dan tanggung jawab gerakan. Di antara hal-hal lain yang membedakan secara nyata antara aktivitas inidividu dengan aktifitas gerakan adalah sebagaimana yang dicantumkan dalam kitab-kitab Sirah Nabi Saw., bahwasanya Abdurrahman bin Auf ra dan beberapa orang Shahabat lainnya mendatangi Rasulullah Saw. seraya berkata: "Ya Nabiyullah. Dahulu, tatkala kami masih musyrik, kami dimuliakan. Tetapi tatkala kami telah beriman, kami dihinakan". Rasulullah Saw. menjawab: 'Aku telah diperintahkan untuk menjadi orang pemaaf. Karena itu, janganlah kalian memerangi mereka (Quraisy)' (HR An Nasa'i) [Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Ath Thabari, Ibnu Abi Hatim, Al Hakim, dan Al Baihaqi. Lihat Sunan An Nasa'i, jilid VI, halaman 2-3; Ad Durrul Mantsur,Imam As Suyuthi, jilid II, halaman 594] Namun demikian dalam catatan sejarah, Saad bin Abi Waqash ra atas nama pribadinya pernah melakukan tindakan yang bersifat fisik, sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab-kitab Sirah Nabi saw. Diceritakan bahwasekelompok Shahabat termasuk di dalamnya Sa'ad bin Abi Waqash sedang melakukan shalat di salah satu lembah kota Makkah. Mereka menyembunyikan aktifitas itu dari orang-orang kafir. Tetapi, sekelompok orang Musyrik melihat perbuatan tersebut dan mulai mengganggu serta mencaci-maki mereka. Akhirnya terjadi perkelahian antara kedua kelompok itu. Keadaan tersebut mendorong Sa'ad bin Abi Waqash memukul salah seorang musyrik dengan rahang unta
  • 6. 6 sehingga berlumuran darah (lalu mati). Peristiwa ini merupakan pertumpahan darah yang pertama di dalam Islam. Berita ini kemudian sampai kepada Rasulullah Saw., tetapi beliau mendiamkannya (membolehkannya). [Lihat Sirah Ibnu Hisyam jilid I, halaman 263; As Sirah An Nabawiyah, Imam Adz Dzahabi, halaman 84] Dari pengaduan Abdurrahman bin Auf ra dan kemudian Rasulullah Saw. menjawab agar bersifat pemaaf dan tidak membolehkan mereka memerangi orang-orang Quraisy atau yang lainnya, maka kita dapat memahami bahwasanya Rasulullah Saw. tidak membolehkan gerakan melakukan reaksi terhadap tindakan kekerasan dengan cara membalasnya. Yang beliau lakukan adalah menyuruh para Shahabat untuk bersabar (menahan diri). Padahal ketika itu, Rasulullah Saw. mampu mengerahkan kaum Muslimin untuk bereaksi membalas kekerasan yang dilakukan orang-orang kafir itu dengan perbuatan yang setimpal dalam setiap peristiwa/ kejadian yang menyakiti dan membahayakan kaum Muslimin. Namun ternyata, beliau tidak melakukannya meskipun tindakan itu dibutuhkan, dan walaupun ada pengaduan dari Shahabat agar Rasulullah Saw. mau melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa beliau melarang kaum Muslimin melakukan tindakan kekerasan/fisik atas nama gerakan, namun dibolehkan bagi individu atau anggota gerakan melakukannya atas nama pribadi mereka apabila diancam atau dianiaya dan disiksa. Dalil-dalil lain yang lebih memperkuat pemahaman ini adalah tindakan dan aktivitas da'wah Rasulullah Saw. di Makkah yang berlasung selama 13 tahun. Beliau melakukan aktivitas da'wah dan meminta pertolongan kepada orang-orang terkemuka dari seluruh Jazirah Arab dengan tujuan agar da'wah beliau berhasil dalam menegakkan daulah Islam. Rasulullah Saw. dalam hal ini telah membatasi kegiatannya dalam aktivitas- aktivitas yang bersifat non fisik (fikriyah). Beliau tidak pernah melakukan aktivitas apapun yang bersifat fisik, sebagaimana yang dikatakannya kepada para Shahabatnya setelah Bai'at Aqabah II: "Kita belum diperintahkan melakukan hal itu (tindakan kekerasan)". [Lihat Sirah Ibnu Hisyam, jilid I, halaman 448; As Sirah An Nabawiyah, Imam Adz Dzahabi, halaman 202] Beliau menolak tawaran para pemimpin Madinah untuk memerangi penduduk Mina (jama'ah haji dari seluruh Jazirah Arab) dengan pedang. Beliau tidak mengatakan kepada mereka: "Kita belum mampu", tetapi beliau mengatakan: "Kita belum diperintahkan melakukan hal itu". Dan Rasulullah Saw. baru mengizinkan mereka melakukan perang setelah beliau bersama kaum Muhajirin hijrah ke Madinah dan setelah berdirinya daulah Islam di sana. Saat itulah diturunkan firman Allah SWT yang berbunyi [Lihat As Sirah An Nabawiyah, Imam Az Zahabi, halaman 467-468]: "Telah diberi izin (untuk berperang) bagi orang-orang yang telah diperangi, karena mereka telah dizhalimi" (Al Hajj: 39) "Mafhum Mukhalafah" [Hukum yang tersirat adalah kebalikan dari hukum yang tersurat. Disebut juga dengan dalil khithab] dari ayat ini menjelaskan bahwa sebelum Rasul Saw. hijrah (sebelum didirikan negara Islam), kaum Muslimin tidak diizinkan untuk berperang. Mafhum Mukhalafah ini merupakan hujjah yang wajib dilaksanakan serta dijadikan pedoman bagi setiap gerakan Islam. Lebih dari itu, Allah SWT berfirman:
  • 7. 7 "Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: 'Tahanlah tanganmu (dari berperang),dan dirikanlah shalat'" (An Nisa 77) Ayat ini diturunkan pada saat daulah Islam belum terwujud, sementara telah ada satu gerakan yang dipimpin Rasulallah Saw. yang anggotanya adalah individu-individu Muslim (kaum Muhajirin), yang berupaya keras untuk mendirikan daulah Islam dengan menghabiskan waktu 13 tahun lamanya. Setelah itu timbul kebutuhan untuk melakukan aktivitas fisik. Akan tetapi sebelumnya kaum Muslimin sebagai sebuah kesatuan gerakan, telah dilarang melakukan aktivitas fisik tersebut. Malah, mereka diperintahkan untuk bersabar dan menahan emosi. Bahkan, sebagian besar dari mereka diizinkan berhijrah ke Habsyah demi menghindarkan diri dari fitnah (paksaan untuk meninggalkan Islam). Tidak diturunkannya izin yang membolehkan tindakan kekerasan pada saat itu, menunjukkan adanya larangan keras melakukan tindakan kekerasan tersebut dalam usaha mendirikan daulah Islam pada setiap masa (kecuali jika kaum Muslimin diperangi). Sedangkan diturunkannya izin melakukan tindakan kekerasan muncul setelah tegaknya daulah Islam, menunjukkan bahwa aktifitas fisik merupakan salah satu hal yang tidak termasuk langkah-langkah suatu gerakan. Melainkan hal tersebut termasuk aktivitas dan tanggung jawab daulah Islam, dan sebagian tercakup pula ke dalam aktivitas individu. Dari sini kita dapat memahami bahwasanya syari'at Islam telah membedakan antara hukum yang dibebankan kepada gerakan dengan hukum yang dibebankan kepada individu dan penguasa. Namun perlu diingat pula bahwa perbedaan hukum-hukum terhadap jama'ah, kelompok da'wah dan partai politik Islam dengan hukum-hukum yang menyangkut individu di dalam suatu gerakan, hanya terbatas pada gerakan yang mengemban da'wah Islam yang bertujuan mendirikan daulah Islam saja. Atau dengan kata lain hanya pada kelompok da'wah yang aktifitasnya bersifat politis yang melakukan aktifitas berdasarkan apa yang telah diserukan dalam surat Ali Imran ayat 104, meneladani cara kelompok da'wah pertama dalam sejarah umat Islam, yaitu kelompok Shahabat yang dipimpin Rasulullah Saw. dalam menegakkan Islam. Adapun kelompok-kelompok kaum Muslimin lainnya (selain gerakan politik), terhadap mereka hanya dapat diterapkan hukum-hukumsyara' yang menyangkut masalah individu. Sama halnya dengan suatu jama'ah (sekelompok orang) yang sedang bepergian.Status hukum yang menyangkut mereka, sama dengan hukum-hukum yang barkaitan dengan individu, baik mereka mempunyai pemimpin lebih dari satu, ataupun tanpa pemimpin. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok masyarakat yang membentuk suatu lingkungan, atau organisasi-organisasi sosial yang bergerak di tengah-tengah masyarakat; semua kelompok ini dan yang serupa dengannya,terhadap mereka diberlakukan hukum-hukum yang berkaitan dengan individu, walaupun aktifitas sosial kemasyarakatan itu mereka laksanakan secara bersama-sama serta tolong menolong. Dengan kata lain, mereka dianggap sebagai sebuah organisasi/sekelompok orang, namun tidak dapat dikategorikan sebagai gerakan politik atau sebagai gerakan da'wah penegakkan Islam.
  • 8. 8 Penentuan Target dan Metode Da'wah Harakah Islamiyah Syarat Anggota Organisasi Islam Bagaimana suatu kelompok da'wah dapat mengokohkan bangunannya,mengarahkan aktifitasnya ke suatu target tertentu yang dapat mewujudkan tegaknya Islam di tengah- tengah masyarakat internasional? Lalu metode apa yang harus ditempuh untuk mencapai target tersebut? Sesungguhnya berbagai organisasi,kelompok da'wah,dan partai politik Islam, didirikan untuk mencapai target tertentu yang telah digariskan oleh masing-masing. Ketiga macam golongan ini menentukan tata cara dan metode tertentu untuk mencapai target yang telah digariskan dan tentu saja menjadi suatu keyakinan bagi mereka. Ini adalah fakta mengenai keberadaan setiap golongan tersebut. Tidak ada suatu perkumpulan pun di antara ketiga macam golongan tersebut yang akan menyimpang dari kaidah ini. Dengan demikian, dapatlah diringkas masalah ini ke dalam tiga topik pembahasan: (1) Pembentukan bangunan suatu organisasi/kelompok da'wah (2) Target yang hendak dicapai (3) Metode untuk meraih target Pertama: Pembentukan suatu organisasi/kelompok da'wah Ketika suatu organisasi atau partai didirikan oleh seorang pendirinya,tentu saja orang yang mendirikan tersebut telah mengusahakan untuk menentukan suatu gambaran tertentu mengenai individu-individu yang akan menjadi bagian dari organisasi atau partai tersebut. Begitu pula halnya bagi kelompok da'wah. Gambaran tersebut antara lain meliputi syarat-syarat keanggotaan, sifat-sifat dan keahlian minimal yang harus dimiliki individu agar dapat menjadi anggota golongan tersebut. Namun,syarat-syarat, sifat-sifat dan keahlian itupun bagi setiap individu tergantung pada jenisdan ketetapan dari golongan.Misalnya saja ada organisasi profesi yang menjadikan pemilikan ijazah seseorang, menentukan keanggotaannya. Ada pula organisasi sosial yang menentukan syarat, sifat dan keahlian tertentu, yang berbeda dengan organisasi profesi.Contohnya, ada organisasi pemelihara seni Islam, atau lembaga sosial semisal Badan Pembangunan Masjid atau Rumah Sakit Islam, Panti Asuhan, Kepanduan Islam, dan lain-lain. Masing- masing organisasi ini menentukan syarat-syarat, sifat-sifat dan keahlian yang berbeda dengan organisasi palang merah, misalnya; atau Organisasi Kesetiakawanan Nasional, dan lain sebagainya. Begitu pula halnya dengan suatu harakah Islamiyah ataupun partai politik Islam. Masing- masing menentukan syarat dan sifat yang berbeda terhadap individu-individu yang ingin menjadi anggotanya.
  • 9. 9 Setiap harakah Islamiyah ataupun partai politik Islam menentukan batas minimum terhadap setiap orang yang ingin menjadi anggota, kemudian dibina dan disiapkan agar mampu meraih suatu kedudukan tertentu berdasarkan kemampuan dan keahliannya. Syarat dan sifat yang dikenakan agar seseorang dapat menjadi anggotanya, tergantung pada asas harakah atau partai tersebut. Misalnya saja harakah Islamiyah atau partai politik Islam tidak akan menerima siapapun menjadi anggota serta tidak menawarkan keanggotaannya kecuali jika individu-individu tersebut beraqidah Islam, rajin menjalankan ibadahnya, mempunyai akhlaq yang Islami, dan tolok ukurnya dalam berinteraksi dengan masyarakat adalah hanya halal dan haram, bukan maslahat. Ini merupakan batas-batas minimum yang harus dimiliki oleh orang yang menawarkan dirinya menjadi anggota dalam suatu harakah Islamiyah ataupun partai politik Islam. Kelompok da'wah Islam manapun tentunya tidak mungkin akan menerima orang-orang kafir menjadi anggotanya, dan tidak akan setuju (tidak berdiam diri) apabila terdapat salah seorang di antara pengikutnya orang munafiq atau fasiq yang secara terang- terangan berbuat maksiat. Juga, tidak akan mengizinkan para anggotanyauntuk melakukan perbuatan apapun yang tidak sesuai dengan akhlaq seorang muslim, khususnya bagi "hamilud da'wah". Inilah batas minimum yang diperlukan. Akan tetapi masing-masing anggota tentu saja berbeda-beda tingkatannya.Ada yang hanya melakukan fardlu saja, ada pula yang melakukan fardhu dan sunnah muâkkadah. Begitu juga ada yang melakukan fardlu, sunnah-sunnah nawafil serta menjauhkan diri dari perbuatan yang syubhaat (yang belum diketahui status hukumnya). Juga akan terdapat banyak perbedaan dari setiap anggotanya, baik dalam kemampuan,semangat, maupun wawasan tentang target yang berusaha untukdicapai. Inilah landasan yang membangun suatu harakah Islamiyah ataupun partai politik Islam. Oleh karena itu, tidak dibolehkan sama sekali saling menuduh dan menyalahkan salah satu harakah Islamiyah atau partai politik Islam dengan mengatakan bahwa di antara pengikut-pengikutnya ada yang belum menjalankan hukum-hukum yang telah diwajibkan Islam, walaupun hal ini didasarkan kepada pendapat/fahamfiqih tertentu. Adapun organisasi-organisasi atau partai-partai yang menonjolkan syiar-syiar Islam dengan maksud menyembunyikan kekufurannya,mereka juga memiliki pandangan, syarat-syarat dan sifat-sifat tertentu terhadap setiap anggotanya. Bisa jadi, misalnya, mereka hanya mengambil dan memperhatikan masalah-masalah kerohanian, seperti aliran (sekte) Subud, tetapi tidak berlandaskan kepada aqidah Islam. Sama halnya dengan aliran-aliran kebatinan yang ajaran-ajarannya bertentangan dengan aqidah Islam. Begitu juga organisasi-organisasi dan partai-partai yang sekuler ataupun materialis, masing-masing memiliki asas, tolok ukur serta nilai-nilai tertentu yang berbeda-beda untuk menerima maupun menolak seseorang menjadi anggota. Juga untuk organisasi- organisasi profesi,serikat buruh, masing-masing mempunyai tolok ukur dan penilaian berlainan terhadap setiap orang yang ingin menjadi anggotanya. Akan tetapi, jenis-jenis organisasi dan partai bukan Islam tersebut di atas tidak termasuk ke dalam pembahasan kita.
  • 10. 10 Penentuan Target Organisasi Islam Kedua: Target yang hendak Dicapai Jika pandangan terhadap pembentukan wadah gerakan berbeda antara satu dengan lainnya, maka pandangan mengenai target yang ingin dicapai tentu akan berbeda-beda pula. Berbagai macam gerakan dapat saja mencapai titik-titik temu mengenai target, namun dalam faktanya tidak sedikit yang saling berselisih. Apa yang diperselisihkan bisa saja menyangkut persoalan yang mendasar, bisa pula persoalan yang furu' (cabang). Sekalipun demikian,semua sepakat bahwa setiap gerakan menghendaki adanya perbaikan di dalam masyarakat. Apabila kita mendalami setiap gerakan yang melakukan perbaikan di dalam masyarakat, walaupun secara sederhana, akan kita dapatkan dua macam kelompok. Pertama, kelompok yang memperbaiki masyarakat berdasarkan agama; dan yang kedua, kelompok yang ingin memperbaiki masyarakat tidak berdasarkan agama. Kelompok yang terakhir ini tidak perlu kita bahas. Karena itu, topik yang dibahas di sini adalah kelompok yang memperbaiki masyarakat dengan berdasarkan agama dan aqidah Islam. Setiap kelompok, organisasi dan partai yang berasaskan aqidah Islam dan tegak di atas dasar perbaikan, biasanya menentukan persyaratan-persyaratan tertentu bagi orang- orang yang ingin menjadi anggota, misalnya harusterikat dengan Islam secara totalitas. Dalam hal ini, tentu saja ketiga macam golongan tersebut tidak akan menerima anggota yang tidak terikat dengan Islam atau tidak memiliki akhlaq Islam. Dan apabila kita arahkan pandangan secara lebih mendalam terhadap semua kelompok ini, maka mereka akan terbagi ke dalam tiga macam arah/target: (a) Target yang hanya memperhatikan kepentingan individu Sebagian perkumpulan, seperti Tarekat (sufisme) dan berbagai organisasi Islam semacamnya, menjadikan keselamatan dan kemenangan di akhirat sebagai target untuk mereka, di mana target itu --menurut mereka-- hanya dapat dilakukan melalui aktifitas kerohanian ritual semata dan sikap uzlah (mengurangi aktifitas bermasyarakat). Pandangan ini mereka buktikan dari firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tidaklah orang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk..." (Al Maidah: 105) Maksud mereka dengan istilah "mencari keselamatan" adalah menjauhkan diri dari masyarakat serta menghindari krisis-krisis yang ada di dalam masyarakat. Bahkan jika perlu dengan cara menggigit akar pohon, mereka pun mau melakukannya, asalkan bisa menyelamatkan diri sendiri. (b) Target Memperbaiki Aqidah dan Akhlaq Individu Sebagian organisasi/gerakan Islam berpendapat bahwa masyarakat terdiri atas kumpulan individu, sehingga dianggap bahwa apabila individu-individu itu baik, tentu
  • 11. 11 masyarakatnya akan menjadi baik. Sebaliknya, apabila individu-individu itu rusak akhlaqnya, rusak pula akhlaq masyarakat tersebut. Atas dasar pandangan yang keliru ini, mereka menjadikan perubahan individu sebagai dasar untuk mengubah keadaan masyarakat. Mereka bertolak dari pandangan sebagaimana ilmu sosiologi Barat tentang definisi masyarakat. Padahal pendapat tersebut tidak sesuai dengan fakta pembentukan suatu masyarakat. Sebab, sekelompok individu seperti itu hanya akan menghasilkan suatu jama'ah (perhimpunan), bukan masyarakat. Sedangkan yang membentuk masyarakat adalah interaksi antar anggota masyarakat berdasarkan adanya kepentingan bersama. Interaksi yang dimaksud adalah bahwa kepentingan tersebut harus berdasarkan kepada pemikiran, perasaan,dan aturan tertentu. (c) Target Memperbaiki Masyarakat Sebagian organisasi Islam lainnyaberpendapat bahwa masyarakat itu sebenarnya merupakan interaksi-interaksi yang berlangsung terus-menerus antar individu masyarakat. Di dalamnya terdapat sistem politik yang melibatkan negara untuk mengatur hubungan tersebut. Sedangkan usaha individu dalam menjalankan hubungan antar sesamanya bertolak dari kesatuan pandangan dan perasaan terhadap ukuran/nilai maslahat yang menjadi obyek interaksi tersebut. Oleh karena itu, kerusakan masyarakat yang terjadi adalah karena rusaknya interaksi antar mereka ini, yakni rusaknya pemikiran dan perasaan masyarakat, serta rusaknya sistem yang mengatur interaksi antar individu masyarakat. Cara memperbaiki masyarakat adalah dengan ideologi Islam (akidah dan syariah Islam) sebagaimana Rasulullah Saw. Inilah tiga macam arah orientasi perbaikan masyarakat dan upaya mengembalikan kaum muslimin ke masa jayanya. Masing-masing kelompok memilih salah satu arah sebagai metode khususnya untuk mencapai target. Metode KelompokDakwah Islam Ketiga: Metode untuk Meraih Target Untuk mencapai tujuan dakwah,maka metode dakwah yang digunakan harus selalu dikaitkan dengan target, membuat rencana-rencana untukpelaksanaan dakwah, termasuk sarana-sarana yang diperlukan untuk mencapainya.Bagi kelompok dakwah yang meyakini bahwa masyarakat terbentuk dari individu,mereka akan membahas mengenai pembentukan pribadi individu, termasuk juga membuat strategi dakwah yang disertai sarana-sarana tertentu yang dapat menarik perhatian individu, serta berusaha untuk mengadakan perbaikan yang hanya terbatas pada individu belaka. Misalnya hal-hal yang dianggap sebagai dasar dalam usaha perbaikan individu, seperti aqidah,akhlaq, muamalah, dan ibadah.Jika individu-individu tersebut telah diperbaiki, maka ia harus berusaha memperbaiki keluarganya secara individual, disebabkan pandangan mereka bahwa keluarga dan masyarakat terbentuk dari individu. Dari sini perhatian kelompok
  • 12. 12 dakwah yang bertolak dari pandangan tersebut akan terfokus pada individu dan bagaimana memperbaiki perjalanan hidupnya. Dalam aspek aqidah, misalnya, mereka menjelaskan rukun-rukun aqidah, tolok ukur untuk mengetahui kebenaran aqidah,dan sebagainya, dengan cara menanamkan keyakinan yang memuaskan akal, serta sesuai dengan fithrah manusia (naluri beragama). Sebab, Islam adalah diinul fithrah. Dari segi ibadah, mereka menjelaskan bahwa di dalam ibadah terdapat kewajiban-kewajiban yang harusdilaksanakan, dan sunnah-sunnah nafilah, sehingga setiap Muslim mampu meninggikan derajatnya dengan bertaqarrub kepada Allah. Begitu pula dengan akhlaq; mereka mengajarkan individu tentang kewajiban memiliki sifat-sifat yang terpuji,dan bahwasanya ia harus senantiasa menjauhi setiap perbuatan haram ataupun perbuatan keji (kriminal) dan sebagainya.Pada saat yang sama, ia harus selalu berperilaku baik dan tidak berani melanggar aqidah. Sedangkan dalam hal urusan muamalah (interaksi, transaksi), ia harus selalu terikat dengan nila halal dan haram. Semua hal ini dikatakan akan menghasilkan individu dan masyarakat yang berakhlaq mulia. Berdasarkan hal ini, mereka mendidiksetiap individu untuk menghasilkan perbaikan terhadap diri pribadi, kemudian terhadap keluarga, masyarakat, dan negara. Dengan demikian, menurut mereka, dengan aktifitas individu yang melakukan perbaikan, maka umat akan meraih kemuliaannya, serta panji-panji La ilaaha illallah dapat ditegakkan kembali. Tetapi bagaimana tahapan-tahapan kongkret untukmencapai kejayaan tegaknya aqidah dan syariah Islam secara keseluruhan? Ini yang belum bisa mereka jelaskan! Sedangkan kelompok dakwah berikutnya,yang memandang bahwa masyarakat terdiri atas kelompok individu yang di dalamnya terdapat interaksi yang berkembang secara terus-menerus; dan bahwasanyabaik atau rusaknya masyarakat bergantung pada bentuk hubungan-hubungan tersebut --apakah didasarkan kepadaide-ide dan sistem Islam, serta perasaan masyarakatnya pada standar Islam dalam kehidupan sehari-hari, atau didasarkan kepada sistem selain Islam--, maka kelompok ini haruslah memiliki suatu pandangan yang paripurna terhadap segala bentukinteraksi di dalam masyarakat, dan gambaran yang sempurna terhadap sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sosial (pergaulan pria dengan wanita), sistem pendidikan,politik luar negeri atau tata hubungan internasional. Selain itu, kelompok ini haruslah mempersiapkan rancangan konstitusi dan perundang- undangan yang lengkap untuk sebuah pemerintahan Islam untuk diterapkan, yang mampu menjelaskan bentuk dan struktur daulah, serta wewenang dalam setiap bagian strukturnya. Konstitusi tersebut harus mampu menjelaskan hubungan antar sesama masyarakat, hubungan dengan Khalifah dan perangkatnya, serta hubungan daulah dan umat Islam dengan bangsa-bangsa atau negara-negara lain. Kelompok dakwah ini hendaklah berusaha untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat secara keseluruhan terhadap ide-ide dan sistem Islam yang dijelaskannya dalam masyarakat serta kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap kelompok gerakan dakwah tersebut, tanpa memperhatikan jumlah dan suara mayoritas. Sebab, umat Islam
  • 13. 13 pasti menerima ide-ide dan tundukkepada hukum-hukum Islam, serta suatu saat mau berjuang untuk Islam bersama-sama dengan kelompok-kelompok dakwah ini. Wajar saja apabila pada mulanya jumlah yang mendukung adalah sangat sedikit. Tetapi yakinlah, bahwa nanti jumlahnya akan bertambah dan menjadi banyak.Perkembangan ini pasti dialami oleh setiap gerakan, walaupun masing-masing mempunyai metode yang berbeda-beda. Jika tujuan ini tercapai, maka pemegang kekuatan yang berpengaruh di dalam masyarakat akan menyerahkan kekuasaannya kepada umat, bila mereka melihat bahwa mayoritas mendukung tegaknya daulah Islam. Akan tetapi sikap petinggi tersebut tidak mungkin terjadi, kecuali setelah dikerahkannya kekuatan senjata/militer untukmelawan rakyatnya. Lalu militer gagal dalam mengatasi keadaan atau malah bergabung dengan rakyat, maka barulah kelompok dakwah tadi dapat melaksanakan apa yang telah digariskan sebelumnya tentang peraturan daulah Islam, serta panji-panji Islam "Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah" dapat ditegakkan,dan kemuliaan kaum muslimin dapat dicapai. Adapun kelompok dakwah yang arahnya terbatas kepada perbaikan terhadap pribadi sendiri untuk mensucikan dan menyelamatkan dirinya, maka sebagian dari mereka walaupun berdakwah di tengah-tengah masyarakat, akan tetapi dakwahnya hanya bersifat ajakan kepada masyarakat untuk kembali kepada Allah tanpa menentukan caranya Islam benar-benar tegak di masyarakat keseluruhan.Mereka katakan bahwa yang penting kembali kepada Allah dan hidup sebagaimana hidupnya shahabat Rasulallah Saw. Adapun masalah perubahan masyarakat dan negara, itu adalah pemberian dari Allah SWT, yakni tidak perlu kaum Muslimin mengubah sistem kehidupan burukyang ada! Arah Gerak KelompokDakwah Islam Kesimpulan dari bentukaktifitas ketiga macam kelompok di atas adalah: Pertama, bahwasanya titik sentral aktivitas kelompok yang pertama dan yang ketiga adalah individu. Mereka membatasi geraknya dengan hal-hal yang berkaitan dengan individu. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan kelompok dakwah seperti ini hanyalah berusaha memperbaiki tingkah laku individu saja, serta mengembangkan wawasan anggotanya dengan tsaqafah (kebudayaan) Islam yang berkaitan dengan individu. Sedangkan bagian tsaqafah Islam yang berkaitan dengan masyarakat dan yang menjadi dasar bagi suatu negara, serta yang berhubungan dengan bentuk-bentuk interaksi antara individu-individu rakyat, maka hal ini dianggap bukanlah suatu hal yang patut mendapat perhatian. Sebab, hal tersebut dikira tidak berkaitan dengan individu, dan lagi tidak ada pengaruhnya terhadap baik buruknya akhlaq (budi pekerti) individu. Tentu saja, apa yang mereka lakukan adalah suatu kekeliruan.Mari kita ambil suatu masyarakat yang terdiri atas 10 juta orang (penduduk) untuk dijadikan contoh. Apabila di tengah-tengah masyarakat tersebut terdapat suatu gerakan Islam atau suatu partai politik yang menjadikan perbaikan individu sebagai langkah awal untuk memperbaiki
  • 14. 14 masyarakat secara keseluruhan, maka pastilah kelompok dakwah ini akan memulai usaha perbaikan total dari individu-individu tertentu, sampai terdapat sejumlah orang yang memiliki keyakinan, wajibnya mengadakan perbaikan di dalam masyarakat. Jumlah mereka semakin hari semakin bertambah terus hingga mencapai ratusan orang. Lalu aktivitas mereka dilanjutkan dengan memperbaiki individu masyarakat lainnya secara terus-menerus sehingga berhasil mengubah ribuan orang, walaupun jumlah tersebut tidak seluruhnya menjadi bagian dari gerakan Islam tersebut (sebagian hanya sebagai pendukung). Tentu saja kelompok dakwah ataupun partai politik Islam seperti ini akan merancang program pembinaan dengan kadar yang intensif dan titik perhatiannya adalah perbaikan individu, baik aspek-aspek aqidah, ibadah,akhlaq dan muamalah, termasuk juga mempersiapkan program latihan kepemimpinan sesuai dengan strategi dakwah yang telah digariskan oleh pimpinan gerakan. Apabila jumlah orang yang berhasil diperbaiki telah mencapai misalnya 6 juta orang, ditambah 2 juta orang yang telah menjadi anggota, berarti dari jumlah masyarakat yang 10 juta itu tinggal sisanya yang 2 juta belum diperbaiki.Maka, apakah dengan keadaan seperti ini masyarakat dapat berubah secara otomatis jika pemerintahannya masih menerapkan sistem yang tidak Islami? plus konstitusi (UUD) negaranya bersifat sekuler, dan sistem ekonominya masih berlandaskan kapitalis Barat, serta peraturan peradilannya masih menjadikan perundang-undangan Barat sebagai sumber setiap perkara peradilan? Lalu siapa yang akan mengubahnya? Sebab masalah sistem dalam hal ini telah dipisahkan (oleh kelompok dakwah ini) dari unsur individu. Kemudian apabila tahapan ini telah dicapai oleh suatu gerakan misalnya, maka langkah yang kedua adalah merealisasikan hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan masyarakat dan negara. Walaupun semua hukum tersebut dapat dicari dalam kitab-kitab fiqih yang memperkaya khazanah Islam. Namun kelak akan timbul pertanyaan,siapa yang akan menggalinya? Padahal masalah ini tidak termasuk urusan individu dan tidak ada kaitannya dengan perbaikan individu. Sebab, individu-individu yang telah diperbaiki tidak pernah dididik tentang hukum-hukumyang menyangkut urusan-urusan kenegaraan dan hubungan internasional serta kebutuhan umat akan berbagai hukumIslam untuk berbagai aktivitas. Oleh karena itu, siapa yang akan mempersiapkan dan menerapkannya? Mereka, para pengikut kelompok ini, sama sekali belum pernah mendapatkan gambaran mengenai sistem Islam. Oleh karena itu, walaupun prosentase perbaikan individu itu mencapai 100% di kalangan masyarakat, tetapi jika hal-hal yang membentuk masyarakat tidak diperhatikan maka kerusakan masyarakat tetap ada. Karena yang menjadi penyebabnya adalah kerusakan sistem/peraturan masyarakat, padahal hal ini dianggap tidak ada kaitannya dengan individu. Oleh karena itu metode dakwah semacam ini tidak akan mampu memperbaiki masyarakat dan hanya sebatas memperbaiki individu belaka. Sehingga sistem yang berlaku atas umat tetap sistem kufur/non-Islam. Kedua, kelompok yang memperhatikan perbaikan masyarakat. Kelompok ini bergerak sesuai dengan keadaan dan perkembangan.Mereka meyakini bahwa kerusakan masyarakat disebabkan oleh rusaknya pemikiran umat, serta rusaknya sistem pemerintahan yang pada gilirannya memperngaruhi kehidupan masyarakat ke arah yang
  • 15. 15 tidak Islami. Oleh karena itu, sistemnyalah yang harus diperbaiki setelah sebelumnya pemikiran dan jiwa umat diperbaiki dan diobati. Tujuannya tidak lain adalah bagaimana mengubah sistem pemerintahan yang mempengaruhi pemikiran dan jiwa umat, sehingga masyarakat dapat berubah secara totalitas. Untuk melakukan perubahan semacam ini dibutuhkan strategi dakwah sebagai berikut: (1) Hendaklah kelompok dakwah memiliki gambaran yang jelas tentang target yang akan dicapai, perlu mempersiapkan sistem pemerintahan yang ingin diterapkan, kemudian diperkenalkan dan dijelaskan kepada masyarakat agar mereka dapat mengembalikan kepercayaannya terhadap sistem pemerintahan Islam tersebut. (2) Hendaklah kelompok dakwah ini menjelaskan bukti bahwa sistem yang diterapkan sekarang ini di seluruh dunia Islam adalah sistem yang bathil/rusak dan agar setiap kelompok masyarakat kaum Muslimin tidak mempercayainya lagi atau berlepas diri darinya. (3) Adalah suatu keharusan bagi kelompok dakwah untuk berdiri di hadapan penguasa yang menerapkan sistem kufur (selain Islam), serta menentukan sikap dan menghendaki agar sistem tersebut diganti dengan sistem Islam apabila mereka masih mengakui dirinya sebagai Muslim.Jika penguasa memerangi mereka, berarti yang sebenarnya diperangi oleh mereka adalah Islam itu sendiri. Tetapi perlu diingat bahwa kelompok dakwah dalam menentukan sikap terhadap penguasa tidak boleh melakukan unjukrasa dengan cara kekerasan. Umat akan melakukan reaksi dengan cara demonstrasi, mogok kerja, memboikot pemerintahan batil, maupun cara-cara lain sampai penguasa batil mau tunduk kepada Islam dan kepercayaan masyarakat terhadap mereka hilang. Jika pihak militer memerangi masyarakat, dalam hal ini umat tidak akan diam dan wajib berperang. (4) Hendaklah kelompok dakwah tersebut mengembangkan bangunan tubuhnya dengan jalan menambah jumlah anggotanya walaupun dengan resiko yang sangat besar. Apabila kelompok dakwah tersebut mampu melaksanakan tanggungjawabnya kemudian berhasil mendapatkan kepercayaan umat serta berhasil mencabut dukungan umat terhadap penguasa sistem kufur, maka ia akan berusaha mendorong sekelompok orang dari kalangan pejabat pemerintah yang ghirah Islamnya masih hidup untuk menyingkirkan penguasa thoghut. Saat itulah kelompok dakwah tersebut mendapatkan peluang untuk menerapkan sistem daulah Islam yang sebelumnya telah mereka persiapkan. Jika seluruh hukum syariat Islam dapat diterapkan melalui negara, maka akan terbentuklah masyarakat Islam. Inilah yang akan mewarnai individu, keluarga, dan lingkungan serta akan dipertahankan kualitas Islamnya. Islam akan tetap menjadi gaya, cara, dan sikap hidup bagi sistem tersebut. Islam juga akan diemban ke seluruh dunia oleh daulah Islam. Mungkin saja dari segi kuantitas, jumlah kelompok dakwah ini tidak lebih dari ribuan orang atau bahkan hanya ratusan orang saja. Tetapi jika umat yang dalam kondisi lemah ini telah memberikan kepercayaan kepada kelompok dakwah tersebut yang telah membuktikan kemampuannya dalam memimpin umat dan lagi umat rela mengorbankan segalanya untuk meraih tujuan tegaknya Islam tersebut yang tidak lain adalah tujuan
  • 16. 16 umat juga, maka cita-cita seperti itu yakni tegaknya pemerintahan Islam dan terbentuknya masyarakat Islam akan mudah sekali diraih. Sebagaimana keberhasilan dakwah Rasul Saw. dahulu, bukan suatu yang mustahil bahwa dengan ratusan orang saja yang terdapat di dalam suatu masyarakat yang berjumlah 10 juta orang, disertai dengan semangat mereka untuk mengorbankan harta benda, diri, bahkan segalanya lalu diiringi dengan pandangan yang luas dan jelas terhadap tujuannya, dibarengi kesadaran politik internasional, maka ratusan orang ini bisa berhasil mendapatkan kepercayaan dan dukungan umat secara mutlak. Kemudian dengan semangat yang tinggi, umat dan atau beserta pihak militer mendukung mereka untuk menegakkan negarakhilafah Islam, yang pada akhirnyakekuasaan tersebut diserahkan kepada kelompok dakwah yang jumlahnya sedikit tadi. Dari sini jelaslah bahwa dasar- dasar terbentuknya masyarakat adalah terbentuknya opini yang didasarkan oleh kesadaran umat, militer maupun pemegang kekuatan. Fardhu Berjuang Menegakkan Islam Berjuang Untuk Islam Di Jalan Yang Keliru Ada sebagian di antara kaum Muslimin selalu mencari alasan untuk tidak berjuang demi tegaknya Islam dan kembalinya khilafah Islam. Mereka berpendapat bahwa memperjuangkan Islam sekarang ini penuh dengan resiko. "Allah akan memaafkan orang- orang yang tidak sanggup berjuang", kata mereka. Ada juga yang mengatakan bahwa aktifitas da'wah harus dijauhkan dari arena politik.Bahkan dalam masalah ini ada yang berani menentang adanya politik di dalam Islam, sehinggatidak mau berjuang bersama- sama partai atau gerakan Islam. Ada juga di antara pejuang-pejuang Islam menempuh jalan kekerasan untuk mendirikan negara Islam. Benarkah semua pendapat tersebut di atas?
  • 17. 17 Rasulullah Saw. telah mengambil berbagai langkah yang dilaksanakan secara berkesinambungan untuk membangun negara yang menerapkan aqidah Islam dan peraturan-peraturannya, sampai beliau berhasil mengambil alih kekuasaan pada malam bai'at ahlul halli wal 'aqdi --yaitu pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat di Madinah-- untuk melindungi beliau dan menghadapi seluruh kekuatan kafir yang ada, juga untuk mendengar dan taat kepadanya. 'Ubadah bin Shamit meriwayatkan tentang peristiwa ini sebagai berikut: "Kami telah membai'at/berjanji kepada Rasulullah Saw. untuk tetap setia mendengarkan dan mematuhi perintahnya, dalam keadaan yang kami senangi atau kurang kami senangi, di masa sulit maupun lapang, dan tidak mendahulukan kepentingan kami. Dan kami tidak menentang perintah dari ahlul amri/orang-orang yang memegang jabatan pemerintahan, kecuali (sabda Rasul): "Kalau kamu melihat kekufuran secara terang-terangan,yang bisa kamu buktikan berdasarkan keterangan dari Allah". (HSR Bukhari-Muslim) [Lihat Shahih Bukhari hadits no. 7056; dan Shahih Muslim hadits no.1709. Istilah Ahlul Amri di sini termasuk para khalifah, wali (gubernur) dan umarâ (pejabat-pejabat pemerintah Islam lainnya)] Tidak ada ikhtilaf lagi di kalangan kaum muslimin bahwa pengangkatan dan bai'at kepada khalifah itu wajib hukumnya dan ia merupakan fardhu kifayah. Berarti jika ditegakkan oleh sebagian kaum muslimin maka tidak dikenakan kewajiban ini kepada yang lain. Tetapi, jika belum ditegakkan, maka kewajiban itu tetap dibebankan kepada kaum muslimin seluruhnya. Apabila kewajiban ini belum terlaksana, mereka semuanya berdosa kecuali orang-orang yang berusaha menegakkannya. Demikian pula setiap fardlu kifayah, bisa menjadi fardhu 'ain sampai terlaksana; atau diduga oleh orang-orang yang belum terlibat bahwa yang sudah mulai berusaha melakukannya mampu menghasilkan atau merealisasikan fardlu tersebut. Contoh dalam hal ini seperti shalat jenazah, jihad dan menuntut ilmu yang dibutuhkan oleh umat, semuanya adalah fardlu kifayah. Andaikata kaum muslimin sekarang menduga kuat bahwa kaum muslimin Palestina mampu mengalahkan dan memusnahkan Yahudi, maka mereka boleh tidak ikut berjihad bersama mereka. Apabila mereka menduga sebaliknya, maka wajib bagi mereka (mulai dari yang dekat sampai kepada yang paling jauh) ikut bergabung dengan kaum muslimin Palestina untuk berjihad melawan orang-orang Yahudi. Jika mereka tidak melakukannya, semuanya akan berdosa. Dalam hal ini contohnya tidak terbatas pada negeri Palestina, bahkan mencakup seluruh negeri yang dikuasai orang-orang (negara) kafir dari Kaukasus (Rusia) sampai Yugoslavia, dari Andalusia sampai India, dan lain-lainnya. Adapun jalan yang ditempuh untuk menegakkan negara Islam tergolong hukum syara' yang harus dilaksanakan sebagaimana hukum syara' lainnya. Kaum muslimin sekarang terbagi dua, ada yang berusaha menegakkan negara Islam dan ada yang tidak. Padahal Rasulullah Saw. telah bersabda: "Siapa saja yang mati dan (di negerinya) tidak ada seorang imam (khalifah), maka matinya adalah seperti mati jahiliyah". (HSR Imam Ahmad) [Lihat Tartib Musnad Imam Ahmad, Jilid XXIII, halaman 52, no. 119]
  • 18. 18 Para pejuang (gerakan) Islam sekarang belum berhasil mengangkat seorang khalifah dan merealisasikan Hukum Islam sejak tahun 1924.Karena itu, orang-orang yang tidak berjuang akan berdosa karena telah melalaikan dan tidak melaksanakan fardlu ini. Status mereka sama dengan meninggalkan fardlu-fardlu lain seperti sholat, shaum, dan lain-lain. Di antara orang-orang yang malas berjuang untukIslam ada yang mencari alasan bahwa ia tidak mampu melaksanakannya,karena resikonya sangat besar. Mereka bertolak dari berbagai dalil-dalil syara' antara lain firman Allah SWT: "Allah tidak membebani (hukum) atas seseorang, kecuali sesuai dengan kesanggupannya..." (Al Baqarah: 286) Juga sabda Rasulullah Saw.: “Tidak layak bagi seorang muslim untuk menghina dirinya". Para sahabat bertanya: 'Bagaimana bisa seseorang menghina dirinya,ya Rasulullah?' Beliau menjawab: "Ia melibatkan diri dalam suatu perbuatan yang membahayakan dirinya dan ia tidak mampu melaksanakannya" (HR Tirmidzi, Ibnu Majah,Ahmad, dan Ath Thabari) [Lihat Sunan Tirmidzi, hadits no. 2353; Sunan Ibnu Majah hadits no. 4016; Musnad Imam Ahmad, jilid V, hal. 405; dan Mu'jam Thabari Al Kabir jilid III, hal. 204] Orang-orang yang mengatakan demikian, di antaranya terdapat berbagai alim ulama yang mengajarkan Islam kepada kaum muslimin tetapi tidak memperdulikan masalah politik dan tidak ingin membentuk suatu gerakan atau partai politik Islam. Adapun ayat tersebut adalah suatu nash syara' yang menunjukkan bahwa Allah tidak membebani manusia dengan suatu perbuatan kecuali sesuai dengan kemampuannya, sebatas pemahaman dan niatnya.Makna tersebut berlawanan dengan makna yang diisyaratkan oleh orang alim di atas. Begitu pula Hadits di atas yang dijadikan alasan menunjukkan makna yang sama, karena berbunyi: "Ia melibatkan diri dalam suatu perbuatan". Masalah ini berbeda dengan taklif Allah kepada manusia. Di samping itu, hadits ini adalah "munqathî" (terputus sanadnya), sehingga tidak dapat dijadikan sebagai hujjah. Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam masalah ini, kami ungkapkan contoh yang dilakukan oleh tiga orang shahabat yang telah berlomba dalam beribadah. Salah satunya mengatakan sanggup berpuasa terus-menerus, yang kedua bangun malam (tahajjud) secara terus menerus, dan yang ketiga tidak ingin menikah dengan wanita untuk selama- lamanya. Kemudian mereka datang ke rumah Rasulullah dan bertanya kepada istrinya mengenai ibadah Rasulullah. Setelah menjelaskan ibadah yang dilakukan Rasul tersebut seolah mereka menganggap ringan ibadah beliau. Kemudian mereka berkata: "Bagaimana kita dibandingkan Rasulullah, beliau diampuni dosa sebelum dan sesudahnya". Tatkala mendengar ucapan mereka itu, Rasulullah Saw. marah dan berkhutbah di hadapan kaum muslimin: "Demi Allah, Aku manusia yang paling taqwa kepada Allah di antara kalian. Tetapi aku berpuasa dan berbuka. Aku pun bangun malam dan tidur dan aku juga menikahi wanita. Siapa saja tidak mengikuti sunnahku, maka (mereka) tidaklah termasuk golonganku".
  • 19. 19 (HSR Bukhari, Muslim, An Nasa'i, dan lain-lain) [Lihat Shahih Bukhari,IX/89-90; Shahih Muslim, no. 1401; Sunan An Nasaîi VI/60] Adapun ada tidaknya politik dalam Islam, maka perlu dijelaskan pengertiannya dari segi istilah syara', yaitu: "memelihara dan memperhatikan urusan umat/rakyat” [Lihat Kamus Politik, Ahmad 'Athiyah, hal. 320] Mengangkat seorang khalifah adalah termasuk kegiatan politik. Sebab, apa tugas khalifah kalau bukan mengurusi masyarakat dengan aturan yang benar! Perhatikanlah sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Al Hakim [Lihat Al Mustadrak, jilid IV, halaman 320]: “Siapa saja di pagi hari tidak memikirkan masalah kaum muslimin, maka bukan termasuk golongan mereka". Rasulullah senantiasa memikirkan dan memeliharaurusan ummat selama hidupnya demikian pula para Khulafaur Rasyidin dan para sahabat sesudahnya. Rasul juga memberitahu kepada para sahabat bahwa Allah akan meminta tanggungjawabnya(para Imam/Khalifah) tentang rakyat yang harus dipelihara urusannya, sebagaimana sabdanya: "Dahulu Bani Israil dipimpin dan dipelihara urusannya oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, digantikan oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tidak akan ada nabi sesudahku.(Tetapi) nanti akan ada banyak khalifah (kepala pemerintahan Islam)". Para shahabat bertanya: 'Apakah yang engkau perintahkan kepada kami (pada saat itu)?' Beliau menjawab: "Penuhilah bai'at yang pertama dan hanya yang pertama itu saja, serta berikanlah kepada mereka haknya. Sebab,Allah nanti akan menuntut pertanggungjawaban mereka tentang rakyat yang dibebankan urusannya kepada mereka" (HSR Bukhari dan Muslim) [Lihat Shahih Bukhari, hadits no. 3455; dan Shahih Muslim, hadits no. 1844] Untuk apa mengkaji ilmu tentang sistem pemerintahan, kalau bukan untukditerapkan? Adapun yang mengatakan bahwa Rasulullah tidak pernah membentuk partai yang terorganisir untuk menegakkan negara Islam, maka itu bertentangan dengan firman Allah: "..Allah ridha terhadap mereka (shahabat) dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)Nya. Merekaitulah partai Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya partai Allah itulah yang beruntung" (Al Mujadalah: 22) Juga bertentangan dengan sabda Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad yang shahih [Lihat Sunan Abu Dawud, hadits no. 4338; Sunan Tirmidzi, hadits no. 3059; Sunan Ibnu Majah, hadits no. 4005; Sunan Ibnu Hibban hadits no. 1837]: "Jika masyarakat kaum Muslimin melihat penguasa yang zhalimlalu tidak mencegahnya dari kezhaliman itu, maka hampir-hampir ditimpakan azab atas diri mereka". Sabda Rasul ini merupakan penjelasan tentang amal jama'i atau kegiatan da'wah yang dilakukan oleh masyarakat, atau sekelompok kaum Muslimin dalam wadah suatu partai yang diperintahkan untuk membentuknya agar dapat melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar. Perintah ini lebih ditegaskan lagi dalam firman Allah SWT:
  • 20. 20 "(Dan) Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan (Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung". (Ali Imran: 104). Di bawah ini contoh salah seorang anggota Hizbur Rasul, yakni Mush'ab bin Umair ra. Allah menolongnyamenyebarkan Islam di Madinah sebagai dasar bangunan negara Islam di sana, setelah ia berhasil mengajak tokoh-tokoh masyarakat Madinah (73 pemimpin) untuk masuk Islam. Kemudian mereka datang ke Makkah untuk menyerahkan kekuasaannya kepadaRasulullah Saw. Karena itu, dalam hal ini tidak boleh dibedakan antara fardlu mengangkat khalifah dan fardlu menuntut ilmu. Keduanya merupakan fardlu kifayah, tidak bisa ditinggalkan salah satunya sebagaimana halnya tidak bisa ditinggalkannyasalah satu dari shalat dan shaum. Sebab, memang yang diperintahkan kepada mukallaf (manusiayang sudah akil baligh) adalah kedua-duanya. Mendirikan NegaraIslam Tidak Dengan Kekerasan Di antara pejuang (gerakan) Islam ada yang berpendapat bahwa jihad adalah satu- satunya jalan yang ditempuh untukmendirikan negara Islam. Pendapat ini tidak tepat. Sebab, pengertian jihad adalah peperangan melawan negara-negara kafir yang memusuhi Islam dan kaum Muslimin, dengan harta, jiwa dan lidah, untuk menggabungkan negeri- negeri mereka ke negeri-negeri kaum muslimin, serta menaklukkan mereka agar cahaya Islam tersebar ke negeri-negeri kafir tersebut. Yang menjadi tujuan jihad lainnya adalah untuk menghilangkan segala penghalang yang bersifat fisik dan merintangi kaum muslimin untuk menegakkan keadilan di bumi ini. Dalam usaha ini termasuk mengubah negeri mereka agar menjadi Darul Islam. Di samping itu, jihad adalah berupa peperangan untuk mempertahankan Darul Islam sebagaimana sikap Rasulullah Saw. dalam mempertahankan Madinah dalam Perang Ahzab. Dengan memperhatikan pengertian jihad tersebut, maka bagi kaum muslimin sekarang wajib melaksanakan jihad untuk memerangi kaum Yahudi (Israel) asal tidak berlindung kepada negara-negarakafir (misalnya AS) yang sombong dan angkuh itu. Walaupun jihad merupakan fardlu yang harus berlanjut sampai Qiamat serta tidak dapat terhenti oleh sebab keadilan atau kezhaliman penguasa, tetapi ia merupakan fardlu lain selain dari fardlu pengangkatan khalifah yang berupa suatu usaha yang tujuannya mengubah sistem pemerintahan yang berlaku atas kaum muslimin dari sistem kufur ke sistem Islam tanpa melihat siapa penguasa itu. Sebab, usaha tersebut bukanlah usaha perorangan yang ditujukan terhadap pribadi penguasa. Ia bertujuan untuk mengubah undang-undang yang dihasilkan akal manusia dengan undang-undang dan peraturan yang diambil dari syariat Islam. Itulah yang telah dilakukan Rasulullah Saw. di Madinah yang pada saat itu masih tunduk kepada peraturan kufur. Tetapi tatkala pemimpin-pemimpin Madinah membai'at Rasulullah Saw., maka kota Madinah telah menjadi negara Islam yang di dalamnya diterapkan hukum-hukum Islam. Ketika Rasulullah Saw. wafat, para khalifah sesudahnya
  • 21. 21 tetap berusaha mengambil bai'at orang-orang yang mewakili rakyat untuk melaksanakan hukum Islam di tengah masyarakat. Di masa kini tidak ada satu negeri pun yang mengambil aturan Islam berdasarkan syariat Islam atau madzhab fiqih Islam apapun, walaupun sebagian masih menganggap bahwa negara mereka adalah negara Islam. Mereka masih mencampuradukkan antara sistem Islam dengan sistem lain. Padahal peraturan-peraturan dan hukum-hukum Islam dapat diambil dari pendapat para fuqaha seperti Imam Syafi'i, Maliki, Hanafi, Hambali, Ja'far, Zaid dan lain-lain, atau diambil langsung dari dalil-dalil syara' melalui penggalian hukum (proses ijtihad) yang benar. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban kaum muslimin untuk mengangkat seorang khalifah yang mengurusi kaum Muslimin berdasarkan apa yang diturunkan oleh Allah SWT, bukan berdasarkan apa yang tercantum dalam konstitusi Amerika, peraturan dan resolusi PBB dan juga berdasarkan sosialisme, serikat buruh maupun sosialisme Internasional atau marxisme. Oleh karena itu, jihad merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh negara Islam sendiri, atau dilakukan oleh kaum muslimin, tanpa seijin Imam dalam situasi dan kondisi mengusir pasukan kafir, apabila terputus komunikasi dengan Imam atau dalam kondisi kaum Muslimin diperangi. Ini berbeda dengan hukum mengangkat seorang khalifah bagi kaum Muslimin yang dicontohkan Rasul Saw. tanpa mengangkat senjata terhadap penguasa yang ada, walaupun mereka tidak menerapkan Islam. Mengenai masalah mengangkat senjata, ada di antara aktivis da'wah yang berkata bahwa jika kelompok kita telah ditimpa bahaya dari penguasa saat berjuang menegakkan kekhalifahan, maka dalam keadaan ini kita berhak untuk membela diri dan boleh berperang dan memerangi penguasa yang menindas dan menyiksa kita meski belum dalam kondisi diperangi (perang). Mereka bertolak dari berbagai hadits, seperti: "Siapa saja yang mati tatkala membela diri, maka matinya adalah mati syahid" (HR Ibnu 'Asyakir, dan Ath Thabari dengan lafaz mirip) [Lihat Kanzul 'umaal, Al Burhan Furi, hadits no. 11172 dan 11238] Hadits-hadits seperti di atas bukan hujjah untuk melakukan kudeta bersenjata terhadap penguasa sistem kufur. Sebab, Rasul Saw. tidak melakukan kudeta bersenjata untuk menegakkan kekuasaan Islam meski para sahabat disiksa kaum kafir. Hadits-hadits seperti di atas tercantum pada kitab-kitab fiqih dalam bab: "Menjauhkan Pihak yang MengancamKita". Dalam hal ini hadits-hadits tersebut telah memberi rukhsah bagi kaum muslimin untuk menjauhkan serangan pihak yang mengancam diri, harta dan kehormatan mereka, walau pembelaan tersebut mengakibatkan seseorang meninggal dunia. Pihak pengancam biasanya dari kalangan orang-orang terhina, seperti pencuri dan perampok yang cenderung membunuh atau merampas dan mengambil harta orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Orang-orang tersebut berbeda dengan penguasa yang dimaksud dalam firman Allah SWT: "Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.." (Al Qashash: 83) Yang dimaksud dengan "orang yang menyombongkan diri dan berbuat kerusakan" seperti Fir'aun, misalnya, adalah penguasa zhalim tetap ada dan berkuasa di setiap masa.
  • 22. 22 Membela diri berbeda dengan membela da'wah. Sebab, penguasa tidak menindas para pejuang da'wah Islam hanya semata-mata karena ingin merampas kekuasaan mereka, tetapi karena mereka membawa da'wah Islam. Oleh karena itu dalil tersebut tidak bisa dijadikan sebagai pegangan untuk mengambil hukum syara' yang membolehkan suatu gerakan da'wah memerangi penguasa zhalim padahal tidak dalam kondisi perang (jika umat dalam kondisi diperangi maka kaum Muslimin wajib berperang). Bahkan sebaliknya. Sebab, Rasulullah Saw. dan para Shahabat telah ditimpa berbagai macam bahaya /penganiayaan di Mekah sebelum tegaknya negara Islam. Mereka bersabar dan menahan diri, sehingga diberi rukhsah untukorang-orang yang lemah untuk berhijrah ke Habsyah. Mereka tidak diijinkan untuk berperang. Islam memang agama yang lengkap dan sempurna, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT: "Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu,telah Kucukupkan nikmatKu bagimu, dan telah Kuridlai Islam menjadi agamamu". Oleh karena itu, tidak benar bila ada yang berpendapat bahwasanya keadaan kita sekarang lain dengan masa Rasulullah. Maka menurut pendapat tersebut, kita dibolehkan berijtihad dan menggunakan akal kita untuk mencari suatu metode da'wah yang sesuai dengan keadaan masa kini. Perbedaan fakta tidak ada kaitan dengan masalah fikrah (ide dasar) dan thariqah (pola operasional) da'wah. Perbedaan itu boleh ada dalam penggunaan sarana-sarana dan berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang selalu berkembang.Dahulu orang berpindah- pindah dengan onta sebagai alat transportasi atau dengan jalan kaki. Namun pada masa kini, orang-orang menggunakan pesawat terbang dan mobil sebagai alat transportasi. Mengenai fakta yang berkembang ini, para fuqaha telah menentukan suatu kaidah syara', yaitu: "Hukum asal segala sesuatu benda adalah mubah, kecuali bila ada suatu dalil yang mengharamkannya". Kaidah tersebut telah diambil dari berbagai ayat Al Qurâan, seperti antara lain ayat 29 surat Al Baqarah. Meskipun demikian ayat tersebut tidak ada kaitannya dengan perbuatan manusia atau aktifitas suatu gerakan. Adapun tentang kejadian-kejadian dan perbuatan manusia, maka hukum asal adalah "mengikatkan diri dengan hukum syara'". Tidak ada dalam Islam satu ijtihad pun yang berdasarkan akal saja. Pengertian ijtihad di sini adalah berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui hukum- hukum syara' tentang masalah-masalah yang bersifat praktis yang dapat diambil dari rincian dalil-dalil syara'. Sedang pengertian hukum syara' adalah khitabusysyar'i,yaitu perintah dan larangan Allah SWT kepada RasulNya yang berkaitan dengan perbuatan manusia. Seruan tersebut dapat diambil dari dalil-dalil syara', yaitu Al Qur'an, As Sunnah, dan apa yang ditunjukkan oleh keduanya,berupa ijma Shahabat dan qiyas. Mengeluarkan hukum berdasarkan keputusan akal semata, berarti merujuk kepada akal, bukan kepada syara'.
  • 23. 23 Perbuatan semacam ini tidak berbeda dengan tindakan orang-orang kafir. Sebab, mereka melakukan apa saja yang mereka anggap sesuai dengan kehendak dan akalnya.Karena itu, perbuatan tersebut tidak dapat disesuaikan (disamakan) dengan Islam yang di dalam Islam ia merupakan kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT. Ketaatan itu adalah mengikuti dan melaksanakan apa yang diperintahkanNya, sebagaimana yang telah ditentukan dalam Firman Allah SWT: "(Dan) Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.." (Al Qashash: 50) "Akan tetapi orang-orang yang zhalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan (yang bersumber dari Allah).." (Ar Ruum: 29) Itulah perbuatan mereka yang tidak dilandasi oleh dalil syara'. Kebaikan bukanlah sesuatu yang dipilih atau ditentukan oleh manusia, melainkan apa yang dipilih/ditentukan oleh syara'. Syara'lah yang menjadi tolok ukur bagi seorang Muslim. Menurut pandangan syara', perbuatan baik, buruk, terpuji dan tercela yang membawa manfaat dan mudharat; atau yang memperbaiki dan merusak masyarakat, adalah apa yang ditunjukkan syara' saja; bukan apa yang ditentukan oleh akal dan hawa nafsu manusia. Ini sesuai dengan firman Allah SWT: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (Al Baqarah: 216) Juga berdasarkan apa yang ditunjukkan oleh sabda Rasulullah Saw.: "Siapa saja yang menambah sesuatu dalam urusan agama ini, yang tidak merupakan bagian darinya, maka hal itu tertolak (yakni harus ditinggalkan)" (HSR Bukhari, Muslim, dan Ahmad). [Lihat Shahih Bukhari Jilid VI, hal.221; Shahih Muslim, hadits no.18 dan 1718; Musnad Imam Ahmad, jilid VI, hal.270] Apa yang dihasilkan dari pendapat manusia yang berdasarkan akalnya, kecenderungan dan keinginannya, adalah berbeda dengan apa yang telah ditentukan syara'. Oleh karena itu, harus ada suatu dalil bahwa pendapat itu berasal dari syara'. Dalam hal ini tidak boleh menyamarkan pendapat tersebut dengan hadits Rasulullah, sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits Rasulullah Saw.: "Siapa saja pada masa Islam mengajarkan suatu sunnah/perbuatan yang baik, maka ia mendapatkan pahalanya beserta pahala orang yang mengikutinya tanpa ia menguranginya; dan siapa saja yang mengajarkan sesuatu sunnah/perbuatan yang buruk, maka ia mendapat dosanya dan dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun". (HSR Muslim, Ahmad,Tirmizhi, An Nasa'i, dan Ibnu Majah) [Lihat Al Fathul Kabir, Yusuf An Nabhani, jilid III, halaman 200] Maksud perbuatan sunnah di sini adalah perbuatan yang diikuti dan ditiru oleh orang banyak. Jika perbuatan itu baik, maka harus ada dalil syara' yang menunjukkan kebaikan perbuatan tersebut, begitu pula halnya dengan perbuatan buruk yang sama-sama memerlukan dalil.Karena itu, Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya anak (wali) Adam yang pertama, dibebankan dosa perbuatan jahat setiap pembunuh sampai Hari Kiamat". (HSR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan An Nasa'i) [Lihat
  • 24. 24 Shahih Bukhari jilid XII, hal.169; Shahih Muslim hadits no.1677; Sunan Tirmidzi hadits no.2675; Sunan An Nasa'i, jilid VII, hal.82] Dengan demikian, sunnah buruksemacam ini adalah perbuatan dosa. Sebab, Allah SWT telah mengharamkan pembunuhan. Bukti larangan dan penjelasan hal tersebut adalah riwayat hadits di atas, yaitu bahwasanya telah datang sekelompok orang kepada Rasulullah Saw. dengan penuh rasa tertarik pada Islam ketika beliau berada di masjid. Pada saat itu mereka memakai pakaian yang compang-camping yang menonjolkan aurat mereka. Abu Bakar ra lalu segera pulang ke rumah untuk mengambil pakaian yang dimilikinya, kemudian dibawanya ke masjid dan diberikan kepada mereka. Para Shahabat yang melihat tindakan Abu Bakar itu terkejut dan segera menyadari bahwa orang-orang tersebut memerlukan pakaian. Segeralah mereka mengikuti perbuatan Abu Bakar. Lalu Rasulullah bersabda sebagaimana tercantumdalam hadits di atas. Perbuatan Abu Bakar dan sahabat termasuk perbuatan shadaqah, seperti yang banyak dijelaskan dalam dalil syara'. Penjelasan terakhir mengenai kesalahpahaman yang ada pada sebagian aktivis (gerakan) Islam adalah bahwa di antara kelompok da'wah ada yang berperang dan berkolaborasi bersama dengan suatu kelompok pemberontakuntuk melawan pemberontak lain. Mereka berpendapat bahwa kelompok yang dibantunya itu lebih Islami atau dapat memperkuat posisi kaum muslimin atau posisi gerakan itu sendiri. Mereka melakukan perbuatan ini untuk mencari dukungan, meskipun dukungan itu nantinyaakan datang dari pihak lawan. Kelompok semacam ini menggunakan teori "tujuan membolehkan segala cara" yang merupakan pemikiran dasar Barat yang dicetuskan Machiavelli.Mereka mengerjakan sesuatu berdasarkan pendapat dan persangkaan semata, tanpa dalil yang mendukungnya. Sementara dalil syara' menunjukkan pengertian yang berlawanan dengan kelompok itu, sebagaimana firman Allah SWT: "Maka Perangilah para pembangkang itu...!" (Al Hujurat: 9) Ayat ini lafadznya 'aam (umum), mencakup setiap kelompok pemberontak bersenjata. Jika kelompok pembangkang itu jumlahnya 1, 2 atau 10, maka wajib kaum muslimin memerangi mereka, seluruhnya. Tetapi jika kaum muslimin memihak pada salah satunya, berarti mereka benar-benar berperang bersama pihak pemberontak, bukannya memeranginya, sebagaimana perintah Allah di atas. Perbuatan ini jelas-jelas diharamkan oleh syara'. Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi bagi seseorang untuk tidak berjuang, atau berjuang tetapi berada di jalan yang salah. Bahkan, seharusnya setiap Muslim mempunyai cita-cita tinggi untuk merealisasikan Islam di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Cukuplah apabila ada satu kelompok da'wah yang berusahamenegakkan pemerintahan khilafah Islam, asalkan kelompok tersebut memiliki kekuatan politik yang cukup prima. Bagi kaum Muslimin yang lainnya,masing-masing memperjuangkan Islam sesuai dengan bidangnya.
  • 25. 25 Hanya satu cara untuk mewujudkan pemerintahan Islam, yaitu da'wah yang dilaksanakan Rasulullah Saw., yang menjadi suri teladan kita berdasarkan wahyu yang diterimanya dari Allah swt. Da'wah beliau disimpulkan sebagai berikut: Beliau mulai mengajak masyarakat. Kemudian diumumkan terang-terangan untuk mendapatkan dukungan masyarakat, untuk mengubah persepsi (mafahim), keyakinan (qana'at) dan standar (maqayis) masyarakat. Kemudian meminta perlindungan dari pihak pimpinan atau tokoh-tokoh masyarakat (yang sudah memeluk Islam) sebagaimana tindakan Rasulullah Saw. kepada penduduk Yatsrib yang menerima dan melindungi Rasul dan mendirikan negara Islam yang pertama di dunia. Metode da'wah tersebut merupakan suatu kelaziman bagi kaum muslimin. Ia merupakan hukum syar'i yang diambil melalui ijtihad yang sah. Karena itu, hendaklah mereka segera mencari ridha Allah SWT dengan melaksanakan perintahNya, dan hendaklah mereka mengetahui bagaimana cara melaksanakan kewajiban tersebut. Jalan Dakwah Rasulullah Saw. Dari Manakah Harakah Islam Harus Mulai? Dari mana harakah Islam harus mulai memperbaiki keadaan masyarakat? Apakah dengan terlebihi dahulu memperbaiki individunya, seperti yang dilontarkan oleh kebanyakan gerakan Islam? Ataukah, dengan memperbaiki kondisi dan sistem masyarakatnya, sebelum memperbaiki individunya? Atau, perbaikan itu tidak mungkin berhasil apabila tidak didukung oleh sebuah Negara yang memperbaiki keadaan masyarakat dan individu? Atau bagaimana? Fakta menunjukkan bahwaperbaikan terhadap individu tidak cukup dengan sendirinya dapat memperbaiki masyarakat. Namun ini tidak berarti bahwa perbaikan individu dapat diremehkan dan dianggap tidak begitu penting. Sebab,untuk memperbaiki masyarakat, diperlukan upayabesar yang dititikberatkan pada perubahan sistem yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, perubahan pemikiran dan kebudayaan yang telah mengakar di dalamnya, serta perasaan individu masyarakat. Perubahan tersebut tidak dapat dilaksanakan kecuali dengan adanya usaha dari suatu kelompok yang berpengaruh di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena kelompok
  • 26. 26 tersebut terbentuk dari sejumlah individu, tentu harus diupayakan terlebih dahulu mengubah diri mereka sendiri menjadi orang yang Shalih sebelum orang lain. Dan seharusnya upaya dan aktivitas kelompok tersebut tidak terbatas hanya memperbaiki sekelompok orang lain lalu menjadikannya sebagai bagian dari kelompok da'wah mereka, tetapi upaya yang paling pokok adalah mengubah masyarakat yang ada sekarang ini menjadi masyarakat Islam, melalui jalan pembinaan pemikiran dan perasaan individu- individunya. Tidak dapat diperselisihkan lagi bahwa kondisi politik dan ekonomi yang berubah dan berkembang saat ini di negeri-negeri Islam selalu mengarah kepadasuatu kondisi yang tidak sesuai dengan kepentingan umat Islam. Sering kita dengar banyak analisa terhadap keadaan tersebut dari intelektual-intelektual Muslimdi berbagai negeri Islam. Tetapi di antara analisa-analisa tersebut yang paling menarik ialah dua pendekatan berikut ini: (1) Memahami Keadaan Masyarakat. Ada di antara sebagian intelektual muslimyang mencoba menganalisis dengan cara membahas problema-problema yang ada sekarang. Mereka yakin bahwa setiap pemecahan suatu masalah tidak dapat dilakukan kecuali dengan memahami keadaan/fakta masalah tersebut, persis seperti halnya seorang dokter yang tidak akan memberi obat sebelum melakukan diagnosa terhadap penyakit yang diderita pasiennya. (2) Pesimis terhadap Keadaan. Sebagian intelektual lainnya berusaha menciptakan sikap pesimis terhadap diri kaum muslimin. Caranya, mereka selalu memperbandingkan kemajuan bangsa-bangsa Barat dengan kemunduran kaum muslimin saat ini. Mereka sengaja menonjolkan keadaan kaum muslimin yang payah tersebut dari berbagai aspeknya. Setelah itu mereka tidak memberikan pemecahan jitu terhadap problema tersebut, bahkan sama sekali tidak berusaha menyumbangkan jalan keluar untuk mengatasinya. Mereka itu seolah-olah mengatakan kepada kaum muslimin: "Itulah keadaan umatmu". "Kalian tidak akan mengalami perubahan!", teriaknya. Terhadap analisa semacam inilah, kita harus waspada. Oleh karena itu, telah menjadi kewajiban bagi siapa saja yang mendambakan suatu kebangkitan kaum muslimin,agar tidak hanya memaparkan masalah-masalah kaum muslimin, tanpa memberikan pemecahan.Karena sikap seperti ini tidak akan menyumbangkan suatu pemikiran baru. Tetapi, yang seharusnya adalah mulai menentukan rencana-rencana yang tepat untuk merancang pemecahan jitu bagi kaum muslimin dan mengembalikan mereka ke posisi mulia sebagai umat yang paling unggul di dunia. Dengan cara demikian mereka dapat menjadi umat yang dikehendaki Allah SWT sebagai "Khaira Ummah" yang dilahirkan dan menonjol di tengah-tengah umat manusia. Nah, disinilah kemudian timbul pertanyaan: "Dari mana kita harus mulai?" Kalau kita meneliti jawaban dari berbagai gerakan Islam terhadap pertanyaan ini, akan kita dapatkan dua macam pandangan: Pertama: Perbaikan Individu Kelompok ini berusahamemperbaiki setiap individu muslim dengan memfokuskan perhatian yang sangat besar terhadap fondasi masyarakat. Mereka menganggap
  • 27. 27 manakala telah didapatkan kesempatan yang cukup untuk memperbaiki fondasi tersebut, maka kaum muslimin akan kembali mendapatkan kemuliaannya seperti sedia kala. Dan menurut mereka, "Allah menghindarkan orang-orang Muûmin dari peperangan" (baca: Surat Al Ahzab: 25) Kedua: Perbaikan Masyarakat Kelompok ini beranggapan bahwa usaha yang paling benar adalah membentuk sebuah negara yang memikul beban da'wah dan melindungi kaum muslimin dari berbagai penyakit yang mereka derita, serta mengubah masyarakat menjadi masyarakat Islam yang dengan perubahan itu pasti akan mempengaruhi individu-individunya, sekaligus memperbaiki keadaan mereka. Di antara dua pandangan tersebut, terdapat perbedaan metode sekalipun tujuannya sama yaitu mengembalikan kejayaan umat Islam. Mengingat tujuan tersebut merupakan keperluan yang sangat penting, maka perlu kita bicarakan lebih mendalam untuk mengetahui mana yang paling benar. Sebelum menjawab pertanyaan terakhir ini, terlebih dahulu kita harus sepakat terhadap satu hal pokok, bahwa Islam telah menentukan dan menunjukkan kebenaran itu. Di antaranya ialah apa yang tercantum dalam Al Qurâan, surat An Nisaa ayat 59: "...(Lalu) jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu (masalah), maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qurâan) dan Rasul (sunnahnya)" Oleh karena itu, dalam rangka menyatukan pendapat, marilah kita lihat bagaimana Rasulullah Saw. mulai menjalankan da'wah, dan berupaya menyelamatkan masyarakat jazirah Arab dari perpecahan sosial dan politik, sehinggamereka dapat bangkit bahkan mampu menaklukkan dunia. Memang benar bahwa yang pertama kali dilakukan Rasulullah Saw. adalah membentuk aqidah yang benar pada diri siapa saja yang baru masuk Islam, disertai dengan memperbaiki tingkah laku mereka. Tetapi, beliau sama sekali tidak pernah mengatakan bahwa hanya dengan itu saja beliau ingin membentuksebuah masyarakat Islam. Kita semua tahu bahwa Rasulullah Saw. selalu keluar pada setiap musim haji untuk menyampaikan da'wah kepadadelegasi-delegasi yang datang dari berbagai penjuru sekitar kota Mekkah agar mereka memeluk Islam. [Lihat Sirah Ibnu Hisyam Jilid I, halaman 422-427] Mengapa beliau menyampaikan da'wah kepada qabilah-qabilah tersebut, padahal pendudukQuraisy sendiri belum seluruhnya menerima Islam? Tidakkah kita melihat bahwa beliau tidak pernah mengatakan: "Aku akan membatasi usahaku pada individu masyarakat Makkah saja dengan memperbaiki tingkah laku mereka, dan dengan jalan itu Islam dapat ditegakkan". Apa artinya? Artinya ialah bahwa Rasulullah Saw. telah memahami bahwa kekuatan politik dan militer itu merupakan suatu keharusan. Beliau selalu memikirkan hal itu, termasuk pada saat beliau menempuh da'wah fardiah yang berusaha menyelamatkan setiap orang dari api neraka. Memang benar, bahwa beliau telah menentukan target yang lebih dari itu, yaitu
  • 28. 28 menyelamatkan seluruh umat manusia dari api neraka, tetapi beliau tidak akan mampu menyampaikan ide-ideIslam kepada seluruh umat manusia apabila suaranya terbungkam. Dari sinilah beliau menyertakan langkah meminta pertolongan dan perlindungan terhadap langkah pembinaan dan persiapan aqidah masyarakat. Tetapi, apakah Rasulullah Saw. menunggu sampai beliau memiliki suatu pondasi yang cukup kuat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh kelompok da'wah pertama di atas (yakni yang memperbaiki individu saja)? Fakta sejarah menunjukkan, bahwa tatkala beliau telah mulai meminta perlindungan dari pemimpin masyarakat Thaif, beliau berangkat sendirian ke sana. Sekalipun pada akhirnya beliau tidak berhasil, sampai-sampai anak-anak kecil pun melemparinyadengan batu. [Ibid, halaman 419] Ini menunjukkan bahwa sekalipun da'wah Rasulullah masih dalam tahap awal, tetapi beliau telah merencanakan untuk mencari kekuatan dan menjadikan hal ini sebagai salah satu usaha yang paling utama. Maksud dari kekuatan itu adalah memiliki sebuah negara. Juga, bukankah Rasulullah pernah mengatakan kepada sahabatnya --sebelum hijrah tentunya: "Kita belum diperintahkan berperang". [Ibid, halaman 448] Bukankah ini isyarat bahwa peperangan itu akan terjadi, bahkan akan memiliki kedudukan penting dalam melindungi Islam setelah tegaknya negara Islam kelak? Ada sebagian orang yang melontarkan suatu pemahaman bahwa penduduk Yatsriblah yang telah datang kepada Rasulullah Saw. dan mengajak beliau untuk datang ke negeri mereka sebagai salah satu upaya untuk mengatasi perselisihan dan permusuhan yang selalu terjadi antara dua suku besar, "Aus dan Khajraj". Pemahaman seperti ini berkeinginan agar kaum Muslimin menerima secara apriori pendapat yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah meminta sendiri dari para pemimpin Madinah untuk mendirikan negara di Madinah, melainkan merekalah (penduduk Madinah) yang menawarkan dan memberikannya! Dengan kata lain, hal ini terjadi begitu saja tanpa ada rencana sebelumnya. Namun fakta yang tercantum dalam kitab-kitab sirah Rasul menunjukkan sebaliknya. Cukuplah kita membaca riwayat Ibnu Hisyam yang menceritakan peristiwa itu, yang menjadi saat-saat yang sangat penting dalam sejarah Islam ini. Hanya saja kita tidak akan mencantumkan nash secara keseluruhan, tetapi hanya ucapan orang-orang Anshar kepada Nabi Saw.[Ibid, halaman 328-329]: "Kami telah meninggalkan kaum kami dalam keadaan saling bermusuhan dan buruk, sehingga tidak ada satu kaum pun yang keadaannya lebih buruk seperti mereka. Oleh karena itu Allah SWT mudah-mudahan menyatukan hati mereka dengan engkau. Nanti kita akan mendatangi mereka dan mengajak mereka untuk mengikutimu,lalu kami akan menawarkan kepada mereka agama yang kami terima dari engkau". Perkataan mereka, "Ajabnaaka" (yang kami terima dari engkau), menunjukkan bahwa Rasulullahlah yang telah meminta pertolongan dan perlindungan dari mereka. Itulah yang dapat dimengerti dari perkataan tersebut, kecuali kalau memang ada kamus-kamus bahasa terdapat pengertian yang lain dari itu.
  • 29. 29 Sebagai penguat argumentasi dan pemahaman ini, kita kutipkan sebuah riwayat Asy Sya'bi, bahwa pada saat itu As'ad bin Zararah bertindak sebagai pemimpin suku Al Khazraj. Pemimpin suku ini berkata kepada Rasulallah Saw [Lihat Dalailumi Nubuwah, Abu Nu'aim Al Ashbahani, halaman 106]: "...Engkau telah meminta kepada kami (untuk menyerahkan kekuasaan milik kami). Sedangkan kami adalah suatu kelompok masyarakat yang hidup di negeri mereka dalam keadaan mulia dan kuat. Namun di situ tidak ada yang rela dipimpin oleh orang dari luar suku kami, khususnya bagi kaumnya sendiri yang paman-pamannya tidak memberikan perlindungan bagi mereka. (Terus terang bahwa) permintaan tersebut adalah suatu hal yang sukar sekali. Tetapi kami ini (telah bersepakat untuk) memenuhi permintaanmu itu..." Tinggal kini kita menyebut tindakan Umar, ketika beliau memutuskan membuat kalender Islam ternyata beliau menjadikan peristiwa hijrah sebagai tahun pertama. Penafsiran tindakan Umar ini tidak lain adalah bahwa peristiwa hijrah adalah merupakan awal lahirnya negara dan masyarakat Islam pertama. Apakah ada seorang peneliti yang dapat membicarakan masalah masyarakat Islam sebelum membicarakan masyarakat Islam di Madinah? Cobalah kita berfikir, bagaimanamungkin bisa membangun suatu masyarakat Islam sekarang ini tanpa ada sebuah negara Islam! Kalau Rasulullah Saw. saja selama 13 tahun berda'wah di Mekkah tidak berhasil,padahal beliau mendapatkan pertolongan dari Allah SWT; juga sekalipun beliau --seperti yang diakui pula oleh para orientalis-- tidak pernah menghadapi kepercayaan/agama yang begitu berbahaya.Lalu bagaimana dengan kita? padahal kita ditantang untuk menghadapi ide-ide sekuler dan materialis, serta serangan kebudayaan Barat yang didukung oleh kekuatan militer dan sistem intelijennya? Apakah mungkin kita dapat menghadapi semua bahaya dan tantangan ini dengan tangan kosong (tanpa sebuah negara)? Sekalipun telah kita sebutkan bukti-bukti yang jelas seperti di atas, masih saja ada sebagian orang yang menolak menganalogikan keadaan sekarang dengan keadaan masa lalu. Mereka beralasan bahwa keadaan masa lampau berbeda dengan keadaan sekarang, di samping Rasulullah Saw. sendiri punya keistimewaan dan kelebihan. Atau, bahwa penyerupaan ini akan mendorong kita "berkhayal" dan menjauhkan diri dari kenyataan! Dan walaupun kita tegas menolak alasan-alasan tersebut, tetapi baiklah kita akan mencoba meneliti dan melihat keadaan sekarang ini --sekalipun dipisahkan dari sirah Rasul dan cara beliau memecahkan persoalan-- Kita akan lihat bahwa akal, di samping syara', akan mengantarkan kita kepada kesimpulan yang serupa. Ambillah, misalnya,suatu negeri yang penduduknya mayoritas muslim. Di tengah-tengah negeri itu berkembang banyak ide, dan kepentingan yang saling bertentangan, seperti partai-partai komunis/sosialis atau paham sekuler, di samping adanya ketegangan dengan agama-agama lain, taruhlah agama kristen misalnya; tentu dalam masyarakat seperti ini orang-orang lambat laun akan menjauhkan diri dari Islam, rasa ketaqwaan akan berkurang, dan aqidah Islam akan menjadi mudah goyah dalam diri kaum muslimin. Pada saat kita meneliti masyarakat seperti ini, kita harus membayangkan secara jujur bahwa masyarakat yang kita jadikan contoh ini merupakan suatu gambaran yang ada pada
  • 30. 30 setiap masyarakat Islam secara umum. Atau paling tidak merupakan suatu gambaran yang mewakili negeri yang akan diperbaiki, sekalipun pendekatan masing-masing kita berbeda. Harus kita perhatikan di sini, bahwa partai-partai Sosialis itu dapat bergerak tentu mendapat dukungan dari salah satu partai politik dan militer yang besar di tingkat internasional. Derasnya arus sekulerisasi juga karena didukung oleh negara-negara Barat dan Timur secara bersamaan, selain juga --ini yang sangat menyedihkan-- oleh negeri- negeri Islam sendiri. Akan halnya aktivitas kristenisasi, praktek mereka didukung oleh negara-negara Eropa,khususnya Perancisdan Vatikan. Kita tidak dapat membayangkan apa akibatnya jika sekolah-sekolah misionarisdi negeri-negeri Islam, seperti Libanon, didirikan oleh pendudukNasrani dan dapat dipertahankan keberadaannya sepanjang masa, tanpa mendapat dukungan dari orang-orang Nasrani di seluruh dunia. Jadi pengaruh-pengaruh ideologi dan pemikiran yang menentang Islam selalu didukung oleh kekuatan politik dan militer dari negara tertentu. Lantas umat Islam, siapa yang melindungi kepentingan-kepentingan mereka? Apa kita harus berlindung kepada negara- negara yang ada di dunia Islam, sementara pemimpinnya merupakan kaki tangan negara adidaya yang tidak punya harga diri lagi? Cukuplah kita melihat bagaimana sikap Saudi Arabia, yang merupakan tanah Hijaz dan pusat Islam pertama terhadap pengusiran sekitar 300.000 kaum muslimin dari Bulgaria tahun 1989. Lihat pula bagaimana sikap Saudi dan Kuwait dalam meminta perlindungan kepada Amerika Serikat untuk menghancurkan salah satu negeri Islam Irak, dan meluluskan keinginan Amerika Serikat di sana untuk menghancurkan kekuatan militer dan ekonominya. Kita jadi bertanya, apakah ini dapat terjadi kalau kaum muslimin mempunyai suatu daulah yang mempertahankan negeri-negeri mereka dan menjaga kehormatannya. Padahal dahulu khalifah Al-Mu'tasim (masa Abbasiyah) telah membakar kota Rumiyah (Roma), juga membunuh 90.000 orang (pasukan kafir) hanya untuk mendukung seorang wanita muslimat yang berteriak sambil memanggil: "Waa Mu'tasimaah, di manakah engkau wahai Al Mu'tasim", setelah dilanggar kehormatannya oleh tentara Romawi. Juga jauh sebelumnya, Rasul mengumumkan perang terhadap kaum Yahudi dari Bani Qainuqa', hanya untuk melindungi wanita yang dibuka jilbabnya oleh orang Yahudi. Namun sekarang siapa yang bisa membalas kehormatan kaum muslimin yang dilanggar musuh Islam di Palestina, di India, Bosnia, Myanmar, Filipinaatau di tempat-tempat lainnya? Apa pidato-pidato, seminar, lokakarya, kongres, dll bisa melakukannya!? Mata tidak bisa melawan penusuk mata, tetapi pedang bisa menghancurkan sarungnya. Akhirnya kita dapat simpulkan bahwa setiap pemikiran yang ditujukan untuk membangkitkan kaum muslimin hendaknyamampu membentuk kesadaran individu sebagai langkah awal, menghidupkan dan memperdalamaqidah mereka, juga menampakkan kerusakan dan kekeliruan ideologi Barat, di samping selalu berusaha memperbaiki perilaku setiap muslim semaksimal mungkin, dan memecahkan persoalan- persoalan masyarakat.
  • 31. 31 Tetapi harus selalu diingat bahwa cara tersebut tidak cukup untuk mengubah keadaan. Bahwasanya jalan yang sempurna dan komplit yang ditempuh untukmembangkitkan kaum muslimin adalah dengan membentuk kesatuan politikdan ekonomi di bawah satu bendera dan satu naungan, yaitu negara khilafah yang berusaha menyampaikan da'wah secara totalitas ke seluruh penjuru dunia. Dan hendaknya usaha untuk mewujudkan ini semua harus mendapat perhatian lebih dan memerlukan curahan pikiran dan tenaga yang sangat besar dari seluruh kaum Muslimin di dunia, khususnya yang ada di Timur Tengah sebagai pembawa harapan bagi seluruh umat Islam di dunia. Bila kita sudah tahu bahwa daulah khilafah adalah syarat mutlak untuk membangkitkan kaum muslimin secara sempurna, maka inilah jalan yang ditempuh untuk mengadakan "ishlah" (perbaikan) yang kita inginkan. Yaitu jalan tersebut pernah ditempuh oleh Rasulullah Saw. Karena itu, kita tidak boleh menyimpang sedikitpun dari padanya atau mengambil jalan tengah. Misalnya berkompromi dengan penguasa yang menentang kehadiran Islam di bidang politikdan ekonomi negara, atau di bidang hukum dan peradilan. Kita bukanlah umat yang biasa mengambil jalan tengah (moderat). Pilihan kita hanya dua; keinginan itu tercapai atau kita harus mati karenanya. Cara Kerjasama Antar Gerakan Islam Membentuk Kesatuan Antar Gerakan Jika masih memungkinkan membentuk suatu kesatuan dan kerjasama antara organisasi/gerakan Islam saat ini seperti, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jama'ah Islamiyah, Jama'ah Tabligh, Salafiyah, dan seterusnya,maka bagaimana seharusnya bentuk-bentuk konkrit dari kesatuan tersebut? Segi-segi kerjasama serta koordinasi apa saja yang merupakan bentuk nyata dari kesatuan tersebut? Sebelum kita berbicaratentang kesatuan dan penyatuan gerakan-gerakan Islam, maka terlebih dahulu harus dibicarakan segi-segi apa yang wajib dipersatukan dan segi-segi apa pula yang tidak wajib dipersatukan. Setelah itu, barulah dibicarakan penyatuan gerakan- gerakan Islam, kemudian menyusul pembicaraan tentang bentukhubungan antara berbagai gerakan Islam. Pembagian segi-segi pembicaraan seperti ini dimaksudkan agar jawaban yang ingin diketengahkan dapat lebih menyeluruh. Kalau kita meneliti jama'ah/organisasi/kelompok gerakan atau harakah Islam yang ada pada setiap masa, maka akan kita jumpai keberagaman yang majemuk.Keadaan tersebut disebabkan oleh dua faktor: (1) Bahwa Syara' membolehkan adanya banyak gerakan/kelompok harakah Islam, serta mazhab yang berbeda,sebagaimana yang telah dialami oleh kaum Muslimin terdahulu. Atau, timbulnya berbagai mazhhab ijtihad seperti Hanafi, Syafi'i, Hanbali dan Maliki, dan sebagainya. Semua mazhab ini posisinya sama seperti kelompok /gerakan Islam lainnya.
  • 32. 32 Dasar kebolehan adanya beraneka ragam kelompok dakwah adalah berdasarkan firman Allah SWT: "(Dan) hendaklah ada di antara kamu segolongan umat (jama'ah, kelompok dakwah, partai Islam, dan yang sejenis) yang menyeru kepada bebajikan (Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(Ali Imran: 104) Lafazh "ummah" pada ayat di atas, tidak membatasi jumlah jama'ah atau kelompok gerakan Islam, walaupun ayat itu mewajibkan kaum Muslimin untuk membentuk suatu jama'ah yang melaksanakan tugas dakwah,sebagaimana yang tertera pada ayat di atas. Seandainya telah terbentuk suatu jama'ah, maka kewajiban tersebut tidak lagi dibebankan kepada yang lain. Karena itu, tidaklah wajib membentuk dua jama'ah. Dengan demikian, bila telah terbentuk suatu jama'ah, maka tujuan dari ayat tersebut telah terlaksana. Kalau ternyata kemudian muncul jama'ah yang kedua,maka pembentukan itu hukumnya mubah (boleh ada). Begitu pula kata ___ ("merekalah") dalam ayat tersebut sesungguhnyaadalah penunjukan ("isim isyarah") untuk jamak yang merujuk kepada lafazh "ummah", yakni bahwa jama'ah-jama'ah atau kelompok-kelompok dakwah yang ada semuanya adalah termasuk golongan "muflihun" (orang-orang yang beruntung).Jadi, dengan menunjuk kepada lafazh "ummah", atau dengan menggunakan redaksi (sighah) jamak, berarti boleh terbentuk banyak jama'ah yang beragam. (2) Setiap gerakan berdiri atas dasar pemahaman tertentu terhadap pola operasional da'wahnya, di samping pemahaman mereka dalam menentukan prioritas utama terhadap masalah-masalah vital umat. Mengenai pola operasional da'wah bagi suatu gerakan, memang nash-nash syara' memungkinkan adanya lebih dari satu macam pemahaman. Sebab, nash-nash tersebut khususnya yang berkaitan dengan pola operasional gerakan, menunjukkan lebih dari satu pengertian,karena sifatnya zhanniyatud-dilalah. Misalnya, ada gerakan yang menganalogikan situasi sekarang dengan situasi da'wah Rasulullah saw di Makkah, sehingga mereka beranggapan bahwa menggunakan tindakan fisik (kekerasan) adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan da'wah Rasulullah saw. [Pendapat Hizbut Tahrir. Lihat Ta'rif li Hizbit Tahrir, hal.41] Ada juga gerakan yang bersandar pada Hadits-hadits yang mengharuskan umat menentang penguasa dengan pedang atau kekerasan. Mereka beranggapan bahwahadits-hadits tersebut memang mengharuskan agar umat bertindak demikian. [Pendapat Ikhwanul Muslimin. Lihat Jundullah Tsaqafatan Wa Akhlaqan, Sa'id Hawwa, hal.391-393; juga pendapat Tanzhimul Jihad, serta DI/TII] Dari sudut tinjauan lain, ada sebagian harakah Islam menganalisis bahwa penyebab utama munculnya berbagai krisis politik, ekonomi, militer, maupun pendidikan, dan krisis lainnya dewasa ini, adalah karena tidak adanya negara Islam. [Pendapat Hizbut Tahrir. Lihat Nidaa Al Haar Ilal Muslimin Min Hizbit Tahrir, hal 87-89] Selain itu, ada pula yang beranggapan bahwa semua krisis tersebut muncul karena lemahnyaaspek keimanan dan rendahnya segi kerohanian kaum Muslimin.[Pendapat Salafiyah, kelompok Thariqat Shufiyah, Jama'ah Tabligh,serta kebanyakan dari kelompok yang tidak ingin melibatkan
  • 33. 33 diri dalam masalah politik atas dasar Islam] Sedangkan kelompok lain beranggapan bahwa kelemaham umat Islam pada masa sekarang disebabkan oleh lemahnya bidang penghidupan ekonomi, keterbelakangan umat di bidang pendidikan, termasuk Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. [Pendapat sejumlah besar organisasi sosial-ekonomi (sosek), semisal Ikhwanul Muslimin (Mesir), Jama'atul Islam (Pakistan), Darul Arqam (Malaysia), dan lain-lain] Berdasarkan dua faktor di atas, maka munculnya beraneka ragam gerakan merupakan suatu hal yang wajar. Bahkan menurut sunnatullah, ini merupakah suatu keharusan, sebagaimana firmanNya: "Jika Tuhanmu menghendaki, tentulah Dia menjadikan manusia menjadi umat yang satu. Tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhannya. Dan untuk itu, Allah menciptakan mereka" (Hud: 118-119) Oleh karena itu, tidak boleh dipandang bahwa perbedaan pendapat antar gerakan sebagai sesuatu yang diharamkan oleh syara'. Apabila ada seseorang atau kelompok dakwah tertentu yang berpendapat demikian, maka ini adalah suatu kekeliruan terhadap fakta nash-nash syara', tabi'at manusia, hakikat gerakan, dan pola operasional da'wah. Sepengetahuan kami, tidak terdapat di dalam Al Qurâan maupun Sunnah satu dalil syara' pun yang mengharuskan adanya kesatuan antargerakan Islam; dalam arti bergabung dalam satu wadah gerakan di bawah perintah seorang Amir/pemimpin,dan menjalankan tugas da'wah dengan satu pemahaman serta satu pola operasional da'wah. Sungguh, tidak ada dalil Syar'i yang mengharuskan kesatuan semacam ini. Oleh karena itu, tidak dilarang adanya keberagaman gerakan Islam. Penyatuan berbagai gerakan ke dalam satu wadah, bukanlah merupakan tujuan yang harus dicapai. Sebab, sesungguhnya adanya keragaman tersebut justru dibolehkan. Bahkan wajar pula apabila suatu gerakan mencanangkan dan mengutamakan suatu pola operasional da'wah sesuai dengan pemahamannya sendiri. Namun demikian, perbedaan paham dan pendapat yang terdapat dalam berbagai gerakan/harakah Islam tidak berarti boleh berselisih dan saling memutuskan hubungan! Sebab, hal sikap tersebut telah diharamkan dan tidak boleh terjadi. Jika keberagaman gerakan merupakan hal yang wajar, maka pemutusan hubungan dan saling bertikai satu sama lainnya adalah hal yang tidak wajar bahkan wajib dicegah dan diupayakan agar tidak sampai terjadi. Sebab, Allah SWT berfirman: "...(Dan) Janganlah kamu berselisih (berbantah-bantahan), yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatan (kekuasaan)mu..." (Al Anfaal 46) Jika penyatuan gerakan bukan merupakan tujuan, maka yang wajib menjadi tujuan adalah menjadikan berbagai gerakan/kelompok atau partai politik Islam menjalankan tugas da'wahnya sesuai dengan ketentuan Syara' yaitu, semua pola pemikiran dan operasional dakwahnya bersumber dari dalil-dalil Syara', dan hendaknya keseluruhannya bertujuan melanjutkan kehidupan Islam, yakni menjadikan kaum Muslimin berkehidupan secara Islami dalam semua tindakan/kegiatan mereka sehari-harinya, serta mendorong
  • 34. 34 mereka untuk bertahkim/merujuk hanya kepada Syara' semata dalam semua urusannya, baik dalam persoalan-persoalan kecil maupun besar. Juga, berupaya untuk mewujudkan Islam dalam kehidupan individu,bermasyarakat dan bernegara.Di samping itu, perlu menjauhkan jama'ah, gerakan dan kelompok dakwah Islam dari sikap saling bermusuhan yang pada akhirnya menyibukkan mereka dalam hal- hal yang tidak perlu (semisal mengecam, menyebarkan isu, mengembangkan fitnah,dan yang sejenisnya), sehingga melupakan tujuan utamanya. Apabila hal ini bisa disepakati untuk dicapai oleh semua pihak, berarti tujuan penyatuan pokok-pokok pikiran gerakan telah terealisir. Memang yang kita inginkan adalah adanya pertemuan antara para jama'ah, gerakan dan organisasi Islam, untuk duduk berdampingan dan membahas masalah-masalah penting yang dihadapi oleh umat pada setiap saat, kemudian disepakati cara memecahkan setiap kendala yang dihadapi oleh setiap gerakan guna meraih tujuan utama yang melatarbelakangi keberadaan setiap gerakan Islam, yaitu: melestarikan kehidupan Islam dengan mendirikan khilafah Islamiyah serta membimbing dan mengarahkan semua manusia kepada Islam. Inilah yang merupakan tugas utama umat, sebagaimana yang tertera di dalam firman Allah SWT: "(Dan) demikianlah kami jadikan kalian umat yang terbaik (bertindak adil) agar menjadi saksi bagi manusia, (bahwa kalian telah menyampaikan Risalah Islam kepada mereka) dan Rasul, juga menjadi saksi atas kalian (pada Hari Kiamat bahwa dia telah menyampaikan Risalah tersebut kepada umatnya)" (Al Baqarah: 143) Oleh karena itu, berbagai jama'ah, kelompok, atau gerakan Islam, mempunyai kewajiban agar umat menjadikan Islam sebagai asas bagi kehidupan,serta menjadikan halal dan haram sebagai standar atas segala perbuatan.Selain itu, menjadikan ide-ide atau persepsi-persepsi Islam sebagai suatu keyakinan yang mendominasi semua jama'ah, kelompok, maupun gerakan Islam tersebut. Keberhasilan gerakan-gerakan Islam sekarang mengharuskan adanyajalur komunikasi dan kerjasama, serta penyatuan tujuan bagi semua gerakan Islam yang ada di dunia demi untuk mengatasi problema utama umat, yaitu melanjutkan kehidupan Islam dengan cara membentuk dan menegakkan Khilafah Islam. Oleh karena itu, masing-masing harakah (gerakan)haruslah berupaya memecahkan problema utama tersebut. Sebab dalam hal ini, masalah melanjutkan kelangsungan kehidupan Islam adalah merupakan induk dari semua krisis yang muncul di tubuh umat. Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak dibolehkan suatu gerakan menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan sampingan yang dapat mengalihkan jama'ah/gerakan dari tujuan pokoknya yang telah disebutkan di atas seperti antara lain, mencurahkan sebagian besar perhatian dan waktunya kepada dunia pendidikan,kesehatan, kesenian Islam, media massa dan percetakan buku-buku Islam. Atau, pembinaan jasmani, semisal tenaga dalam, latihan militer, silat, senam kebugaran, berbagai cabang olahraga, dan yang lainnya. Juga, pembinaan rohani seperti bacaan wirid berjam-jam, menyepi, dan sebagainya. Semua itu dapat mengalihkan mengalihkan perhatian suatu gerakan menjadi akademis ilmiah, misalnya; atau kegiatannya hanya seputar lembaga pendidikan; juga