Dokumen tersebut membahas tentang stakeholder perusahaan dan etika bisnis yang sesuai dengan budaya Indonesia. Dibahas mengenai definisi stakeholder, jenis-jenis stakeholder, dan cara menjaga hubungan dengan stakeholder sesuai etika bisnis yang berlaku di Indonesia seperti tanggung jawab sosial, persaingan yang sehat, dan kewajiban perusahaan terhadap karyawan serta sebaliknya.
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
Etika Bisnis dan Stakeholder
1. Stakeholder Dan Cara Menjaga Norma Etika Bisnis Yang Baik Sesuai Dengan
Budaya Dan Etika Bangsa Indonesia
Secara umum pengertian stackholder adalah individu, sekelompok manusia,
komunitasatau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki
hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan.
Stakeholders ditandai dengan adanya kuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap
perusahaan. Stakeholders menjadi bagian dalam kehidupan dunia bisnis, perusahaan dan
organisasi.
Kasali dalam Wibisono (2007) membagi stakeholders menjadi sebagai berikut:
1. Stakeholders internal dan stakeholders eksternal
Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di d(alam lingkungan organisasi.
Misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham shareholder). Sedangkan stakeholders
eksternal adalah stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti penyalur
atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers, kelompok social
responsible investor, licensing partner dan lain-lain.
2. Stakeholders primer, sekunder dan marjinal
Tidak semua elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan. Perusahaan perlu menyusun
skala prioritas. Stakeholders yang paling penting disebut stakeholders primer,
stakeholders yang kura ng penting disebut stakeholders sekunder dan yang biasa
diabaikan disebut stakeholders marjinal. Urutan prioritas ini berbeda bagi setiap
perusahaan meskipun produk atau jasanya sama. Urutan ini juga bisa berubah dari waktu
ke waktu.
3. Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan
Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders tradisional, karena saat ini
sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan adalah
stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya
pada organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial.
4. Proponents, opponents, dan uncommitted
Diantara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi (proponents), menentang
organisasi (opponents) dan ada yang tidak peduli atau abai (uncommitted). Organisasi
perlu mengenal stakeholders yang berbeda-beda ini agar dapat melihat permasalahan,
menyusun rencana dan strategi untuk melakukan tindakan yang proposional.
5. Silent majority dan vokal minority
Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau mendukung
perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secaravokal
(aktif) namun ada pula yang menyatakan secara silent (pasif).
Terdapat beberapa alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan
stakeholders, yaitu:
2. 1. Isu lingkungan melibatkan kepentingan berbagai kelompok dalam masayarakat yang
dapat mengganggu kualitas hidup mereka,
2. Dalam era globalisasi telah mendorong produk-produk yang diperdagangkan harus
bersahabat dengan lingkungan
3. Para investor dalam menanamkan modalnya cenderung untuk memilih perusahaan yang
memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan
4. LSM dan pencinta lingkungan makin vokal dalam mengkritik perusahaan-perusahaan
yang kurang peduli terhadap lingkungan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan etika bisnis yang sesuai dengan budaya
di Indonesia
1. Pengendalian diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka
masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main
curang dan menekan pihak lain
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada
tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan
kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup
keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus
mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap
masyarakat sekitarnya.
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi
dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan
yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi
informasi dan teknologi.
4. Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan
yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap
perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-
kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"
3. Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi
perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas
pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang
semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang
walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan
terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan
curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan
negara.
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai
contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece" dari
"koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan
memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang
terkait.
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha kebawah
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya (trust) antara
golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah
mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.
Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang
sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang
dan berkiprah dalam dunia bisnis.
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila
setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa?
Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik pengusaha
sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi
kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu
ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan
Hal ini untuk menjamin kepastian hokum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi"
terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika
saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan
semakin pesatnya perkembangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan
etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin
4. jurang itu akan dapat diatasi, serta optimis salah satu kendala dalam menghadapi tahun
2000 dapat diatasi.
Sumber:
Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility).
Fascho Publishing. Gresik.
Dalimunthe, Rita F. 2004. Etika Bisnis. Dalam Website Google: Etika Bisnis dan Pengembangan
Iptek.
Kewajiban perusahaan terhadap karyawannya dan kewajiban Karyawan terhadap
perusahaannya dalam kontek Ethical decision making: employer responsibility and
employee right, dan contoh implementasinya di perusahaan
Sebelum karyawan baru resmi menjadi karyawan, perusahaan akan memberikan
pengarahan mengenai hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dan yang tidak bisa dilakukan di
perusahaan, apa saja yang menjadi kewajiban dan hak perusahaan terhadap karyawannya
begitupun sebaliknya kewajiab dan hak karyawan terhadap perusahaa.
Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata
lain kewajiban adalah suatu yang sepatutnya diberikan. Seorang filosof berpendapat bahwa
selalu ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban. Pandangan yang disebut “teori
korelasi” itu mengatakan bahwa setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain
dan sebaliknya setiap hak seseorang berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak
tersebut.
Berikut adalah contoh dan implementasi hak dan kewajiban perusahaan terhadap
karyawan begitupun sebaliknya.
KEWAJIBAN PERUSAHAAN TERHADAP KARYAWAN
Perusahaan memperlakukan Karyawan secara adil (fair) dan tidak membedakan suku,
agama, ras dan jenis kelamin (gender) dalam segala aspek. Perusahaan menyadari bahwa
Karyawan mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan
Perusahaan. Oleh karena itu, antara Perusahaan dengan Karyawan dituntut untuk selalu menjalin
hubungan yang dinamis, harmonis, selaras, serasi dan seimbang. Dalam melaksanakan etika ini,
Perusahaan:
a. Menghormati hak dan kewajiban karyawan
b. Membangun komunikasi yang efektif
c. Menciptakan iklim kompetisi yang sehat diantara Karyawan dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya.
d. Memberikan kesempatan kepada Karyawan untuk mengoptimalkan potensi diri,
kemampuan dan
e. Meningkatkan kompetensi Karyawan melalui pendidikan, dan pelatihan sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi.
5. f. Memperhatikan kesejahteraan Karyawan dengan mempertimbangkan kemampuan
Perusahaan.
g. Memberikan penghargaan kepada segenap Karyawan yang sepadan dengan prestasi dan
jerih payahnya sesuai dengan kapasitas, fungsi, dan tingka tanggung jawabnya masing-
masing.
h. Melarang setiap bentuk diskriminasi, pelecehan, intimidasi, berdasarkan suku, agama,
ras, jenis kelamin (gender), umur, dan daerah asal.
i. Mendukung penciptaan hubungan atasan bawahan dan rekan sekerja yang kondusif,
produktif, dan inovatif.
j. Menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari suasana pertentangan kepentingan dan
kondusif untuk meningkatkan produktivitas, kreativitas dan inovatif.
k. Menjadikan Perusahaan sebagai satu-satunya tempat berkarya yang berkualitas bagi
segenap Karyawan demi kepentingan Perusahaan dan Karyawannya.
l. Menghargai segala bentuk kreativitas, inovasi dan inisiatif Karyawan yang memberikan
nilai tambah bagi Perusahaan
KEWAJIBAN KARYAWAN TERHADAP PERUSAHAAN
a. Menjaga nama baik perusahaan
Menjaga nama baik Perusahaan merupakan kewajiban seluruh Insan Perusahaan, sikap
dan perilaku Insan Perusahaan dalam berinteraksi dengan komunitas dan pihak-pihak lain
di luar Perusahaan dinilai oleh masyarakat secara langsung atau tidak langsung sebagai
cerminan dari budaya Perusahaan serta menjadi tolok ukur dalam menilai citra
Perusahaan Untuk itu segenap Insan Perusahaan harus selalu:
1. Bersikap jujur dan terbuka, berpijak pada nilai nilai budaya kerja, mentaati sistem dan
prosedur secara konsisten, mematuhi norma-norma masyarakat serta mematuhi
peraturan Perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Mempunyai rasa memiliki kewajiban untuk selalu menjaga nama baik dimana Insan
Perusahaan berada dan selalu mempertimbangkan dampak suatu tindakan ataupun
perbuatan terhadap citra Perusahaan.
3. Menghindarkan diri dari perbuatan atau hal hal yang dapat mencemarkan nama baik
Perusahaan dan/ atau dapat menurunkan citra Perusahaan.
4. Senantiasa berupaya meningkatkan kompetensi diri sejalan dengan perkembangan
yang terjadi.
b. Menjaga kerahasiaan data dan informasi perusahaan
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan data dan informasi
Perusahaan. Tanggung jawab ini tidak terbatas pada data yang berasal dari dalam
Perusahaan saja, namun termasuk data yang berasal dari pihak luar seperti Tertanggung
(Pemegang Polis) maupun penyedia barang dan jasa. Untuk itu segenap insanperusahaan
harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
6. 1. Mengelola setiap informasi berdasarkan tingkat kerahasiaan dan mengamankan
informasi sebagai salah satu sumber daya dalam meningkatkan daya saing
Perusahaan.
2. Memberikan informasi yang relevan dan proporsional kepada stakeholders dengan
tetap mempertimbangkan kepentingan Perusahaan.
3. Memberikan jaminan kepada pihak luar khususnya Tertanggung (Pemegang Polis)
dan pemasok bahwa semua data dan informasi yang berkaitan dengan bisnis
Tertanggung (Pemegang Polis) dan pemasok akan dijaga kerahasiaannya dan
pemanfaatannya hanya untuk tujuan bisnis, tidak diberikan kepada pihak lain yang
tidak berwenang kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang mengeluarkan data.
4. Memberikan jaminan bahwa semua data dan informasi yang diperoleh dari pihak luar
dimana Perusahaan melakukan bisnis hanya diperguna kan sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan dan dilarang menyalahgunakan untuk kepentingan pribadi.
5. Dalam hal tertentu ketika insanperusahaan berhenti bekerja atau meninggalkan
Perusahaan atas kemauan sendiri, maka seluruh dokumen atau catatan termasuk
softcopy yang didapat selama bekerja di Perusahaan tetap menjadi milik Perusahaan.
6. Tugas dan tanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan informasi pihak ketiga, dan
Perusahaan tetap melekat meskipun Insan Perusahaan sudah tidak lagi bekerja di
Perusahaan.
c. Menjaga dan memanfaatkan harta benda perusahaan
Harta benda Perusahaan harus dikelola dengan baik dan benar serta digunakan untuk
kepentingan tujuan bisnis. Untuk itu setiap insanperusahaan bertanggung jawab menjaga
dan memelihara keutuhan serta keselamatan harta dan kekayaan Perusahaan sesuai
dengan fungsi, tugas, dan tanggung jawab masing-masing berdasarkan aturan dan
kebijakan Perusahaan. Selain untuk kepentingan dan tujuan bisnis, setiapinsanperusahaan
dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menggunakan dan memanfaatkan harta benda Perusahaan untuk kepentingan pribadi.
2. Menggunakan dan memanfaatkan harta benda Perusahaan untuk kepentingan dan
aktivitas politik serta pihak ketiga lainnya.
3. Menggunakan dan memanfaatkan harta benda Perusahaan untuk kegiatan dan atau
tujuan yang melanggar hukum dan etika.
4. Atas kewenangannya berusaha memiliki, menjual, menggadaikan dan menyewakan
harta benda Perusahaan kepada pihak lain.
d. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan bersih merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja. Untuk itu dalam melaksanakan tugas pekerjaan
sehari-hari Insan Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan,
keselamatan kesehatan kerja, dan lingkungan kerja dengan melakukan hal-hal sebagai
berikut:
7. 1. Mematuhi semua peraturan yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan, serta
kesehatan kerja dan lingkungan.
2. Tanggap terhadap keadaan darurat yang disebabkan oleh gangguan keamanan,
kecelakaan, pencemaran, dan bencana alam.
3. Mengamankan lingkungan kerja, termasuk harta benda, data dan transaksi bisnis
Perusahaan.
4. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengganggu keamanan, keselamatan dan
kesehatan kerja serta kebersihan lingkungan kerja seperti menggunakan minuman
keras, melakukan perjudian, membawa benda benda berbahaya, membawan dan
menggunakan obat-obat terlarang serta tindakan-tindakan tercela lainnya.
5. Tidak melakukan perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan dengan norma-norma
agama, hukum dan etika kesusilaan.
6. Melaporkan kepada Manajemen, apabila mengetahui adanya kondisi yang
membahayakan keamanan dan lingkungan kerja atau merugikan harta kekayaan
Perusahaan.
e. Etika menghindari benturan kepentingan
Benturan kepentingan (conflict of interest) terjadi jika Insan Perusahaan memiliki dua
atau lebih kepentingan yang saling bertentangan antara kepentingan pribadi dengan
kepentingan Perusahaan. Dalam kondisi demikian setiap keputusan yang diambil oleh
setiap insanperusahaan harus didasarkan semata-mata untuk kepentingan terbaik dan
menguntungkan bagi Perusahaan serta pemilik. Oleh karena itu setiap Insan Perusahaan
harus menghindarkan diri dan menjauhi situasi yang dapat menimbulkan suatu benturan
kepentingan. Dalam upaya menghindari dan menjauhi situasi yang dapat menimbulkan
suatu benturan kepentingan, maka Direksi dan Dewan Komisaris membuat surat
pernyataan tidak memiliki benturan kepentingan antara kepentingan pribadi/keluarga,
jabatan lain, atau golongan dengan kepentingan perusahaan pada awal pengangkatan dan
selalu diperbaharui setiap awal tahun. Untuk menghindari konflik antara kepentingan
pribadi dengan kepentingan Perusahaan, setiap insanperusahaan tidak boleh melakukan
hal hal sebagai beriku
1. Melakukan perbuatan/tindakan atau menempatkan diri pada posisi yang dapat
menimbulkan keuntungan pribadi atau benturan kepentingan antara dirinya dengan
Perusahaan.
2. Memiliki saham atau melakukan investasi dengan badan usaha lain yang bermitra
bisnis atau memiliki keterkaitan bisnis dengan Perusahaan.
3. Memiliki usaha yang berhubungan langsung atau terkait dengan aktivitas Perusahaan.
4. Merangkap bekerja di Perusahaan lain atau memegang jabatan pada lembaga
lembaga/ institusi lain dalam bentuk apapun, kecuali telah mendapat persetujuan
tertulis dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris.
5. Membiarkan kondisi keuangan masing-masing yang berpotensi melakukan
penyimpangan dalam menjalankan tanggung jawab kepada Perusahaan.
8. 6. Memanfaatkan informasi internal untuk keuntungan pribadi atau bisnis diluar
Perusahaan.
7. Melakukan transaksi yang mempunyai Benturan Kepentingan dengan kegiatan
Perusahaan.
f. Etika tidak memanfaatkan kedudukan dan jabatan untuk kepentingan pribadi.
Dalam melaksanakan tugas, setiap insanperusahaan harus mengedepankan kepentingan
Perusahaan diatas kepentingan pribadi atau golongan. Insanperusahaan tidak dibenarkan
memanfaatkan atau menyalahgunakan jabatan dan fasilitas Perusahaan untuk kepentingan
pribadi ataupun golongan yang dapat merugikan Perusahaan baik dari segi finansiil
maupun kinerja Perusahaan. Untuk itu setiap insanperusahaan harus menggunakan
wewenang dan jabatan untuk efektivitas operasional sesuai dengan peraturan Perusahaan
dan dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Memanfaatkan kedudukan dan wewenangnya dengan melakukan tindakan yang
diyakini memberikan keuntungan diri sendiri atau orang lain, baik langsung maupun
tidak langsung dan mengakibatkan kerugian Perusahaan.
2. Menyalahgunakan wewenang, kesempatan, atau sarana yang ada karena jabatan dan
kedudukannya untuk kepentingan pribadi, keluarga, teman dekat, atau pihak-pihak
lain, yang secara langsung ataupun tidak langsung merugikan Perusahaan.
3. Menyalahgunakan wewenang, kesempatan, atau sarana yang ada karena jabatan dan
kedudukannya untuk memaksa orang lain melakukan sesuatu, memberikan sesuatu,
melakukan pembayaran, memotong sebagian dalam melakukan pembayaran dengan
tujuan meraih keuntungan pribadi atau pihak lain.
4. Melakukan permufakatan atau kerjasama secara melawan hukum antar Insan
Perusahaan atau antara insanperusahaan dan pihak lain yang merugikan Perusahaan,
orang lain, dan masyarakat.
5. Melakukan perbuatan melawan hukum yang menguntungkan kepentingan
keluarganya dan atau teman dekatnya di atas kepentingan Perusahaan.
g. Etika pemanfaatan fasilitas teknologi informasi
Sistem Teknologi Informasi yang dimiliki dan digunakan Perusahaan berupa komputer
dan jaringan, sistem komunikasi elektronik (termasuk e-mail) serta telepon dan sistem
informasi lainnya yang diproses dengan komputer merupakan aset/property yang
disediakan Perusahaan sebagai sarana untuk memberikan dan meningkatkan pelayanan
yang berhubungan dengan bisnis Perusahaan. Untuk itu setiap insanperusahaan yang
diberi tugas menangani, menggunakan, dan memanfaatkan fasilitas Sistem Teknologi
Informasi milik Perusahaan harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menggunakan fasilitas hanya semata-mata untuk tujuan dan kepentingan bisnis serta
dalam rangka memberikan pelayanan kepada Tertanggung (Pemegang Polis) yang
lebih memuaskan.
2. Menjaga fasilitas dari kemungkinan penyalahgunaan oleh pihak yang tidak
berwenang yang dapat mempengaruhi keamanan data
9. 3. Perusahaan dan dapat mengakibatkan kerugian Perusahaan.
4. Memiliki komitmen, tanggung jawab dan bersedia menanggung kerugian apabila
terjadi penyalahgunaan oleh pihak lain sebagai akibat kelalaian dalam melaksanakan
tugas.
5. Tidak diperkenankan menggunakan teknologi informasi untuk menciptakan,
memperbanyak, menyimpan atau memindahkan informasi yang bersifat terlarang dan
melanggar hukum, bersifat diskriminatif, dan intimidasi untuk tujuan pribadi maupun
pihak lain.
6. Mengoptimalkan penggunaan fasilitas Teknologi Informasi secara bertanggung jawab
dan tidak diperkenankan menggunakan Teknologi Informasi untuk mengakses situs
yang berisi informasi yang melanggar hukum dan nilai susila (termasuk
pengungkapan seksual).
Sumber:
http://abidshoftskill.blogspot.co.id/2015/04/kewajiban-karyawan-dan-perusahaan.html
https://www.askrindo.co.id/new/files/data/gcg/COC_Cetak.pdf