1. Pemberdayaan
GAYA KOMUNIKASI
Ada orang-orang tertentu yang seolah-olah dilahirkan untuk menjadi orang yang
sukses dalam pergaulan. Dengan mudahnya mereka dapat menjalin
persahabatan setiap bertemu dengan teman yang baru. Bukan itu saja,
persahabatan merekapun biasanya bertahan sampai kekal. Sebaliknya, ada pula
orang-orang yang justru mengalami kesukaran dalam pergaulan. Tema “disalah
mengerti” merupakan tema pokok hidup mereka meski mereka tak henti-
hentinya berusaha mengoreksi diri. Banyak faktor yang terlibat yang
menyebabkan keberhasilan atau kegagalan kegiatan dalam penyuluhan, salah
satunya adalah gaya seorang penyuluh berkomunikasi.
Tanpa kita sadari, sebenarnya gaya komunikasi itu sendiri adalah baigan dari isi
berita yang kita komunikasikan dalam melakukan penyuluhan. Pada umumnya
orang yang sukses dalam pergaulan bukan saja memahami dampak gaya
komunikasinya pada orang lain, ia pun telah berhasil mengubahnya menjadi
gaya komunikasi yang luwes dan menyenangkan. Gaya komunikasinya bukan
saja tidak mengganggu isi berita yang ingin disampaikan, malah ganyanya yang
luwes itu menambah kekuataqn atau bukan adakalanya melengkapi kekurangan
isi berita yang ingin dikemukakan.
GAYA 1 : SI PENGAGAP -----------------------------------------
Ungkapan yang biasanya terlontar dari dirinya adalah, “Saudara seharusnya
sudah mengerti maksud saya.” Si pengagap umumnya melakukan satu
kesalahan yang cukup serius dalam komunikasi, yakni menganggap orang lain
pasti memahami isi hatinya. Sebelum kita mengaggap orang lain sudah
menangkap maksud kita, kita perlu mengecek ulang, apakah benar ia sudah
memahami pembicaraan kita. Gaya komunikasi seperti ini acap kali
membuahkan kekecewaan dan bahkan kemarahan.
GAYA 2 : SI SEPENGGAL -----------------------------------------
Orang ini berpikir, “Bukankah sudah katakan semuanya itu?!: namun
sesungguhnya yang terjadi adalah ia memang belum mengemukakan seluruh
pikirannya – baru sepenggal saja. Sewaktu kita berbicara, kecepatan pikiran kita
bergerak dari satu topik ke topik yang lainnya tidaklah sama dengan kecepatan
lidah kita mengungkapkan isi pikiran itu sendiri. Bagi si Sepenggal, pikirannya
bergerak terlalu cepat atau lidahnya terlalu lamban sehingga maksud hatinya
tidak tertuang sepenuhnya melalui bahasa ucapan. Masalahnya ialah, ia tidak
FK PSM Kota Sukabumi Page 1
2. Pemberdayaan
menyadari hal ini, sehingga dalam benaknya, ia sudah mengatakan semua yang
ingin ia sampaikan. Si Sepenggal rentan terhadap frustasi karena komunikasinya
menjadi terpotong-potong dan sudah tentu, membuka pintu terhadap
kesalahpahaman.
GAYA 3 : SI PEREMEH --------------------------------------------
Ucapan Si Peremeh pada umumnya ditandai dengan kalimat sejenis ini,
“Kenapa tidak mengerti-mengerti?” atau “Memang bodoh kamu!” Si Peremeh
memiliki sati masalah yang lumayan serius yakni ia memperlakukan semua
orang sama seperti dirinya. Alhasil, apabila orang lain tidak bisa mengikuti
kemauan atau pikirannya, iapun marah. Sewaktu marah, bukannya ia melihat
bahwa orang lain berbeda dengannya, ia justru memandang perbedaan sebagai
kekurangan di pihak orang lain. Gaya komunikasi ini cenderung merusakkan
hubungan dengan orang lain. Siapa saja yang pernah disakitinya akan menjaga
jarak karena tidak mau terluka lagi.
GAYA 4 : SI PENYENANG ----------------------------------
Si Penyenang mempunyai satu misi dalam hidupnya, yakni menyenangkan hati
semua orang. Akibatnya, tema seperti ini sering keluar dari bibirnya, “Saya
akan lakukan apa saja bagimu asal kamu bahagia.” Bicara dengan Si Penyenang
memang bisa menyenangkan karena ia akan mengangguk-anggunk saja, namun
biasanya gaya komunikasi ini dapat mendangkalkan relasi pribadi. Sukar sekali
untuk mengetahui hati Si Penyenang karena ia tidak terbuka.
Ketidakterbukaannya itu juga cenderung membuatnya menumpuk semua
perasaan dalam hati. Kalau tidak tertahankan, ia mudah menjadi orang tertekan
dan tidak bahagia.
GAYA 5 : SI PELUPA -------------------------------------------
Kita bisa saja lupa dan adakalanya sengaja melupakan peristiwa tertentu.
Malangnya, Si Pelupa lupa dan melupakan terlalu banyak hal dan frekuensinya
terlalu sering. Ia acap kali berujar, “Tidak, saya tidak mengatakan hal itu.”
Namun kenyataannya ialah ia mengatakan hal tersebut. Baik lupa atau
melupakan informasi yang akhirnya dibutuhkan oleh orang lain cenderung
melemahkan kepercayaan orang pada dirinya sendiri. Orang lain dapat
membentuk anggapan bahwa Si Pelupa meremahkan atau bisa juga, orang lain
menilai bahwa Si Pelupa tidak tulus. Ini berbahaya! Komunikasi sangat
bergantung pada kepercayaan; tanpa itu, yang mendengarkan adalah suara
belaka.
FK PSM Kota Sukabumi Page 2
3. Pemberdayaan
GAYA 6 : SI PENDEBAT -------------------------------------
Repot juga berkomunikasi dengan Si Pendepat karena pembicaraan dengannya
cenderung menjadi arena balapan kebenaran. Perhatikan kata-kata yang
biasanya keluar dari mulutnya, “Apa benar saya berkata demikian? Apa kamu
yakin? Bagaimana dengan dirimu sendiri?” Si Pendebatkaya dengan kata-kata
dan gaya berkomunikasinya mirip dengan taktik menyerbu orang lain dengan
bombardemen kata-kata. Si Pendebat cenderung melemparkan fokus masalah ke
pihak lawannya sehingga ia bebas dari kesulitan. Gaya komunikasi ini bisa
menimbulkan rasa tidak suka dan jenuh pada orang lain karena bicara
dengannya membuat diri merasa diserang. Lebih jauh lagi, Si Pendebat akhirnya
membuat orang beranggapan bahwa ia senantiasa mengelak dari tanggung
jawabnya.
GAYA 7 : SI TAK TEGA-------------------------------------
Rasa iba, kasihan, simpati adalah beberapa kata yang sering diasosiasikan
dengan Si Tak Tega karena perasaan-perasaan seperti itulah yang timbul tatkala
melihatnya. Si Tak Tega selalu menyediakan dirinya menjadi sasaran tudingan
orang lain tanpa benar-benar menyadari dimana letak kesalahannya (kalau
memang ada). Ucapan seperti ini cenderung muncul dari bibirnya “Betul,
memang saya yang salah dan sudah sepantasnya dimarahi.” Masalahnya ialah,
ia melakukan itu karena tidak berani atau berkekuatan memberhadapkan orang
lain dengan kebenaran. Ia tidak suka keributan dan baginya silang pendapat
tidaklah bijaksana, jadi harus dihindarkan. Gaya komunikasi ini sangat
merugikan dirinya dan bisa mengundang penghinaan dari orang lain. Orang lain
semakin berani berbuat sekendak hatinya tanpa memperdulikan perasaannya.
Namun, bukankan ia jugalah yang memulainya?
Dari penjelasan diatas kita melihat bahwa gaya komunikasi dapat memancarkan
kepribadian kita yang sesungguhnya, namun bisa juga merupakan gaya yang
dipelajari. Adakalanya untuk mendaptkan penerimaan dari orang lain, kita
terpaksa mengikuti gaya komunikasi yang tertentu. Atau kita belajar dari
keluarga kita sendiri sehingga kita menganggap gaya komunikasi kita dipahami
semua orang, alias universal. Jika gaya komuinikasi kita memang merupakan
buah kepribadian sendiri, sudah tentu perlu koreksi.
Obat penawarnya ada beberapa, misalnya meminta tanggapan orang lain.
Mungkin kita dapat memeriksa ucapan-ucapan kita dengan lebih teliti dan
menanyakan, apa kira-kira yang orang lain rasakan (bukan kita, sebab kalau
FK PSM Kota Sukabumi Page 3
4. Pemberdayaan
kita, mungkin sekali kita tak merasa apa-apa karena sudah terbiasa) tatkala
mendengar kata-kata kita. Kita rela membayar mahal dan menanamkan waktu
yang panjang untuk pendidikan kita; ironisnya, kita sering tidak bersedia
membayar mahal untuk belajar menyehatkan gaya komunikasi kita. Memang,
adakalanya hal yang penting tampaknya sederhana
FK PSM Kota Sukabumi Page 4