SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 43
PEMANASAN GLOBAL
      (GLOBAL WARMING)



               Oleh:

        dr. Hendrik Sutopo L.
            NIK : 110852L




    FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
           BANDUNG
              2008
BAB I
                             PENDAHULUAN

       Pemanasan global atau global warming ini merupakan masalah dunia yang
tergolong baru. Pemanasan ini merupakan proses peningkatan suhu rata-rata dari
permukaan bumi yang diyakini dipercepat oleh aktivitas manusia melalui efek
rumah kaca. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi saat ini telah meningkat
0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir, dan diperkirakan akan terus
meningkat secara cepat jika tidak dilakukan tindakan untuk mencegahnya.
       Meningkatnya suhu global diperkirakan akan mambawa dampak yang
merugikan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup di dunia. Beberapa dampak
dari pemanasan global antara lain naiknya permukaan air laut, meningkatnya
intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, terpengaruhnya hasil pertanian, pelbagai
masalah kesehatan, juga punahnya berbagai jenis hewan. Bahkan kita sebagai
umat manusia masih diragukan apakah akan mampu beradaptasi atau tidak
terhadap perubahan ini (Zwillich, 2007).
       Pemanasan global ini merupakan masalah global yang akibatnya akan
dirasakan oleh semua orang di dunia ini. Penanganan terhadap pemanasan global
ini tidak dapat dilakukan oleh pihak tertentu saja. Namun diperlukan pengertian
dan peran serta semua pihak di muka bumi ini untuk turut berpartisipasi
menangani pemanasan global ini.
       Dengan mengerti secara lebih mendalam mengenai pemanasan global ini
dan penyebab-penyebabnya, maka diharapkan kita dapat mencegah proses
pemanasan global ini lebih lanjut. Pencegahan terhadap pemanasan global dapat
dilakukan oleh setiap orang dengan memberikan kontribusinya, yang walaupun
kecil, akan sangat bermanfaat bila dilakukan secara bersama-sama. Dengan tujuan
akhir agar dampak-dampak negative yang diakibatkan dari pemanasan global ini
dapat dihindari.




                                                                              1
BAB II
                          TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Pemanasan Global


         Pemanasan global atau global warming adalah adanya proses peningkatan
suhu rata-rata dari permukaan bumi (Annonym A, 2008; EPA, 2008; Soleman,
2008).
         Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ±
0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur
rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui
efek rumah kaca. Aktivitas manusia tersebut dipercaya dimulai terutama sejak era
industrialisasi pada akhir abad ke-19. Kesimpulan dasar dari efek rumah kaca ini
telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk
semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Untuk sebagian besar
wilayah Indonesia sendiri, telah mengalami peningkatan suhu permukaan 0,5
hingga 1 °C dibandingkan suhu rata-rata tahun 1951-1980 (Donohoe, 2007;
Soleman, 2008; Wikipedia, 2008).
         Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu
permukaan global akan meningkat 1.5 hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100.
Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario
berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-
model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian
terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut
diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat
emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas
dari lautan.
         Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-
perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas


                                                                               2
fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.
Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian,
hilangnya gletser, masalah kesehatan, juga punahnya berbagai jenis hewan.




              Gambar 1. Temperatur Rata-rata Tahun 1995-2004.
              (Sumber : http://naturematters.files.wordpress.com)

       Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai
jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana
pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari
satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik
dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk
mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi
terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan
negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto,
yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca (Wikipedia, 2008).




                                                                               3
2.2 Penyebab Pemanasan Global
2.2.1 Efek Rumah Kaca


       Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.
Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk
cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari
cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan
menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas
ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah
gas rumah kaca yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi
dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut
terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat (IPCC, 2007; Wikipedia, 2008)
       Secara alami, gas rumah kaca ini hanya sekitar 1 persen dasi seluruh
atmosfer, tetapi memiliki peranan yang sangat signifikan sebagai “jaket” yang
membungkus dan menghangatkan bumi. Efek Rumah Kaca secara alami terjadi
dan memungkinkan kelangsungan hidup semua makhluk di bumi. Tanpa adanya
Gas Rumah Kaca, seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), atau dinitro
oksida (N2O), suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Tanpa
adanya gas rumah kaca, suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi
seluruh permukaan Bumi. Sejak awal jaman industrialisasi, awal akhir abad ke-17,
konsentrasi Gas Rumah Kaca meningkat drastis. Diperkirakan tahun 1880
temperatur rata-rata bumi meningkat 0.5 – 0.6 derajat Celcius akibat emisi Gas
Rumah Kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di
bawahnya (Donohoe, 2007; UNFCCC, 2008).
       Yang termasuk dalam kelompok Gas Rumah Kaca adalah karbondioksida
(CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC),
perfluorokarbon (PFC), dan sulfur heksafluorida (SF6). Jenis gas rumah kaca


                                                                              4
yang memberikan sumbangan paling besar bagi misi gas rumah kaca adalah
karbondioksida (hampir 60%), metana, dan dinitro oksida. Sebagian besar
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) di
sektor energi dan transport, penggundulan hutan , dan pertanian. Sementara, untuk
gas rumah kaca lainnya (HFC, PFC, SF6 ) hanya menyumbang kurang dari 1%
(UNFCCC, 2008).
       Sumber-sumber emisi karbondioksida, yang merupakan komposisi
terbesar dari gas rumah kaca, secara global dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) dengan princian :
- 36% dari industri energi (pembangkit listrik/kilang minyak, dll)
- 27% dari sektor transportasi
- 21% dari sektor industri
- 15% dari sektor rumah tangga & jasa
- 1% dari sektor lain -lain (UNFCCC, 2008).




                             Gambar 2. Efek Rumah Kaca
                              (Sumber : http://unfccc.int/)



                                                                               5
2.2.1.1 Kontributor Penting Terhadap Efek Rumah Kaca

2.2.1.1.1 Industrialisasi dan Transportasi.


       Sejak jaman pra-industrialisasi hingga saaat ini, konsentrasi CO2 telah
meningkat sekitar 31%. Penyebab utama meningkatnya gas rumah kaca adalah
hasil pembakaran dari bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas alam.
Industrialisasi dan meningkatnya jumlah kendaraan yang tidak efisien juga secara
signifikan memiliki kontribusi terhadap polusi udara dan merusak lapisan ozon
(Donohoe, 2007).
       Bidang transportasi merupakan contoh nyata dalam peran utama penyebab
pemanasan global. Untuk setiap galon bensin yang dihasilkan dan kemudian
digunakan pada kendaraan bermotor, menghasilkan sekitar 11 kilogram
karbondioksida. Di Amerika Serikat terdapat 1 mobil untuk setiap 2 orang, di
Meksiko terdapat 1 mobil untuk setiap 8 orang, dan di China terdapat 1 mobil
untuk setiap 100 orang. Jumlah penggunaan kendaraan untuk setiap orang pun
bertambah seiring dengan meluasnya pemukiman di daerah urban dan hubungan
antara jarak yang jauh yang semakin banyak ditempuh. Dan secara global,
diperkirakan jumlah kendaraan atau mobil akan meningkat dua kali lipat dalam 25
hingga 50 tahun kedepan (Donohoe, 2007).




        Gambar 3. Polusi Kendaraan Bermotor. Polusi ini merupakan
     penyebab penting pemanasan global, dan jumlah kendaraan akan terus
                      bertambah tanpa bisa dibendung.
                        (Sumber : www.kamase.org)



                                                                               6
2.2.1.1.2 Penggundulan Hutan


       Penggundulan hutan, yang dilakukan karena bertambahnya populasi
manusia di dunia, kemiskinan, praktek pertanian yang tidak tetap, dan
penggundulan besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan kertas dan bahan
bangunan, telah memperparah keadaan pemanasan global, penurunan kualitas
tanah, dan membuat banyak spesies yang terancam punah. Penggundulan hutan
membuat bumi menjadi planet dengan kadar CO2 yang tinggi. Setengah dari
seluruh hutan tropis telah rusak bahkan hilang sama sekali; dan pada tahun 2010
diperkirakan 75%-nya akan hilang (Donohoe, 2007).




       Gambar 4. Penggundulan Hutan. Penggundulan hutan besar-besaran
                    telah memperparah pemanasan global.
                         (Sumber : www.abc.net.au)

       2.2.1.1.3 Pembakaran untuk Memasak


       Masalah lainnya yang berperan penting pada pemanasan global dan polusi
udara adalah pembakaran, oleh lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia, dari
batu bara dan biomass (kayu, arang, sisa-sisa panen, dan kotoran hewan) untuk
memasak, menghangatkan, dan mengawetkan makanan. Konsekwensi kesehatan
akibat polusi ini sangat besar akibatnya dan sering dijumpai di banyak Negara
berkembang (Donohoe, 2007).


                                                                             7
2.2.2 Efek Umpan Balik


       Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh
berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada
penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca
seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air
yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga
tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang
dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri.
(Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara,
kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara
menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-
lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer (IPCC, 2007).
       Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek
penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra
merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan.
Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari
dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan.
Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa
detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini
sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil
bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model
iklim. Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila
dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah
pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC
ke Empat (IPCC, 2001; Wikipedia, 2008).
       Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan
cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di
dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan
melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan


                                                                                 8
maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi
Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi
es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan (Wikipedia, 2008).


2.2.3 Variasi Matahari


       Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi
dalam pemanasan saat ini. Namun hal ini masih merupakan perdebatan dan
diragukan oleh banyak ahli.




              Gambar 5. Variasi Matahari Selama 30 Tahun Terakhir.
                   (Sumber : www.globalwarmingart.com)

       Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan
Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat
"keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya
memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama
30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan
global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak
ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985.


                                                                              9
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi
Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Namun walaupun
demikian,     mereka   menyimpulkan    bahwa    bahkan    dengan   meningkatkan
sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar
pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas
rumah kaca (Wikipedia, 2008).


2.2.4 Perubahan Sudut Poros Bumi



       Kemiringan poros bumi yang sebelumnya diketahui oleh banyak orang
sebesar 23,50 sebenarnya telah bertambah, dan hal ini merupakan hal yang terjadi
dengan sendirinya dalam rentang waktu yang cukup lama. Pertambahan
kemiringan poros bumi sebesar 260 ini diyakini telah menyebabkan beberapa
kejadian global yang penting, terutama perubahan iklim. Namun para pakar jarang
membicarakan masalah ini karena dianggap tidak mempunya peran penting
terhadap pemanasan global, dan tidak banyak yang dapat kita lakukan
dibandingkan dengan memerangi pemanasan global.

       Penambahan kemiringan poros bumi ini telah mengakibatkan banyaknya
perubahan iklim yang terjadi. Beberapa perubahan yang terjadi pada tahun 2007
diantaranya ialah pola cuaca dan musim yang aneh; bencana banjir yang tidak
pernah terjadi sebelumnya; meletusnya 7 gunung berapi dan 17 lainnya menjadi
aktif; perubahan warna daun ketika musim semi; terjadi 318 gempa bumi diatas
4,0 skara Richter antara 23 Juni hingga 23 Juli 2007; terjadi 21 gempa bumi diatas
6,0 skala Richter antara Januari hingga Juli 2007; hingga terganggunya teknologi
GPS (Global Positioning System) di seluruh dunia pada Desember 2006 hingga
April 2007.




                                                                               10
(A)                                       (B)

   Gambar 6. Sumbu Kemiringan Bumi. Sumbu kemiringan 23,50 (A). Sumbu
              kemiringan telah bertambah 260 menjadi 49,50(B).
                      (Sumber : www.divulgence.net)

2.3 Mengukur Pemanasan Global


       Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar
fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur
rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang
bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year,
mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil
pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer (Gambar 7). Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan
cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi
peningkatan konsentrasi dari gas rumah kaca di atmosfer (Wikipedia, 2008).
       Peningkatan temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari
lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk
memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas.
Catatan hingga akhir 1980-an memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini,
akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan belum dapat dipercaya. Stasiun
cuaca pada awalnya, terletak di daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur
dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan bangunan dan kendaraan, dan juga
panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data
diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta


                                                                               11
dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama
pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih
akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi
benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh
tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga
tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas
(Jane, 2007).




      Gambar 7. Hasil Pengukuran Konsentrasi CO2 di Mauna Loa, Hawai.
             (Sumber : http://naturematters.files.wordpress.com)

       Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel
on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah
meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. IPCC
memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.5 hingga
6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, jika pendekatan yang digunakan “melihat dan
menunggu, tanpa melakukan apa-apa” (wait and see, and do nothing) (Jane, 2007;
UNFCCC, 2008).




                                                                               12
Gambar 8. Proyeksi Pemanasan Global.
               (Sumber : http://naturematters.files.wordpress.com)

IPCC juga mengatakan bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak
bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode
tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan
tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu
menyerapnya kembali. Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli
memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga
tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri.
Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis (Wikipedia, 2008).
       Berdasarkan catatan sejarah, temperature rata-rata dikutub utara telah
meningkat sebanyak dua kali dibandingkan peningkatan secara global. Bahkan
suhu lapisan es di kutub utara telah meningkat hingga 3°C sejak tahun 1980
(UNFCCC,2008).




                                                                              13
Gambar 9. Prediksi Pemanasan Global.
               (Sumber : http://naturematters.files.wordpress.com)

2.4 Dampak Pemanasan Global


       Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola
presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global.
Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan
mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut,
pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia (Wikipedia, 2008).
       Dari berbagai dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global ini,
tampaknya akibat kerusakan yang terjadi akan dirasakan lebih berat di negara-
negara berkembang, hal ini berhubungan dengan keterbatasan mereka.
Keterbatasan dalam hal ini meliputi keadaan sosial ekonomi, agrikultur, teknologi,
dan ketersediaan tenaga kerja yang memadai (EPA, 2008).


2.4.1 Cuaca


       Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah
bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas



                                                                               14
lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan
mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di
perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan,
mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis,
bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.
Curah hujan yang tinggi akan sering terjadi, juga bersamaan dengan banjir.
Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim
dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Pola cuaca menjadi
tidak terprediksi dan lebih ekstrim (Donohoe, 2007; Wikipedia, 2008).
       Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang
menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut
malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal
ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga
keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap
air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga
akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan
menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat
Fahrenheit pemanasan (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1
persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain
itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan
menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan
mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar.
       Termasuk diantaranya El Nino yang merupakan fenomena alami yang
telah terjadi sejak berabad-abad yang lalu. El Nino ini merupakan gelombang
panas di garis
ekuator Samudera Pasifik. Kini, El Nino muncul setiap 2 – 7 tahun, lebih kuat
dan berkontribusi pada peningkatan temperatur bumi. Dampaknya dapat dirasakan
di seluruh dunia dan menunjukkan bahwa iklim di bumi benar -benar
berhubungan. Para ilmuwan menguji bagaimana Pemanasan Global yang


                                                                              15
diakibatkan oleh aktivitas manusia dapat mempengaruhi El Nino, dan didapatkan
akumulasi Gas Rumah Kaca di atmosfer “membantu” menyuntikkan panas ke
Samudera Pasifik. Oleh karena itu, El Nino muncul lebih sering dan lebih ganas
dari sebelumnya (UNFCCC, 2008).


2.4.2 Perairan dan Tinggi Permukan Air Laut


       Air akan semakin sulit didapat dan semakin langka di beberapa daerah.
Hal ini karena pemanasan global akan mempercepat penguapan air dari
permukaan tanah sehingga mudah terjadi kekeringan, dan juga mengakibatkan
kejenuhan air di udara pada dataran rendah menjadi tinggi sehingga curah hujan
yang tinggi terlokalisir di tempat tertentu. Dengan demikian “kiriman” hujan yang
sebelumnya tiba pada waktunya, akan terlambat atau bahkan tidak sampai sama
sekali. Hingga saat ini, danau-danau besar di Afrika, seperti di Nigeria, Senegal,
dan danau Chan, telah mengalami penyusutan jumlah airnya sebesar 40 hingga 60
persen (UNFCCC, 2008).
       Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan ini akan mencairkan banyak es di kutub dan lapisan
gletser yang merupakan reservoir air, yang lebih memperbanyak volume air di
laut. Bahkan gletser di Switzerland telah berkurang hingga dua per tiganya. Tinggi
permukaan air laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm selama abad ke-
20 atau sejak era industri dimulai. Para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan
lebih lanjut 9 - 88 cm akan terjadi pada abad ke-21 (UNFCCC, 2008).




                                                                               16
Gambar 10. Gletser Berkurang Secara Signifikan pada Abad 21.
                          (Sumber : www.unfccc.int)

         Tinggi permukaan air laut rata-rata secara global meningkat dengan angka
rata-rata 1,8 mm setiap tahunnya antara tahun 1961 hingga 2003. Tetapi antara
tahun 1993 dan 2003 peningkatan tinggi permukaan air laut ini mencapai 3,1 mm
per tahun. Bila keadaan ini dibiarkan terus selama beberapa abad kedepan,
mencairnya es dikutub, terutama es yang saat ini dikenal dengan sebutan
Greenland, akan meningkatkan permukaan air laut hingga 7 meter (UNFCCC,
2008).




         Gambar 11. Perubahan Tinggi Rata-rata Permukaan Air Laut.
             (Sumber : http://naturematters.files.wordpress.com)




                                                                              17
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di
ekosistem daerah pantai. Kenaikan 50 cm akan menenggelamkan separuh dari
rawa-rawa pantai di Amerika Serikat dan menutupi sebagian besar dari Florida
Everglades. Kenaikan 100 cm akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda,
17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau lainnya didunia. Erosi
dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai
muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai (EPA, 2008; Wikipedia, 2008).
       Dampak yang ditimbulkan bagi negara Indonesia khususnya jika tanpa ada
upaya pencegahan maka Indonesia akan kehilangan 2.000 pulau karena air laut
akan naik pada ketinggian 90 cm. Tadinya Indonesia memiliki 17.504 pulau tapi
kini tinggal 17.480 pulau oleh sebab naiknya air laut dan usaha penambangan.
Sementara apbila terjadi, kehilangan asset 2.000 pulau akan luar biasa dampaknya
yang berujung pada penyempitan wilayah kedaulatan RI (Soleman, 2008).
       Air garam yang berasal dari meningkatnya permukaan air laut akan
mengurangi kualitas dan kuantitas dari suplai air tawar yang bersih. Hal ini
merupakan masalah yang penting karena saat ini pun jutaan orang telah
kekurangan akses untuk mendapatkan air tawar yang bersih. Permukaan air laut
yang tinggi telah mencemari sumber mata air bawah tanah di Israel dan Thailand,
pulau-pulau kecil di lautan Pasifik, samudra India, dan lautan Caribia, dan
beberapa delta besar didunia, seperti Delta Yangtze di China dan Delta Mekong di
Vietnam (UNFCCC, 2008).


2.4.3 Pertanian


       Banyak yang berpendapat bahwa bumi yang hangat akan menghasilkan
lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa


                                                                               18
tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika
mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air
irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan
salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair
sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat
mengalami serangan serangga yang berkembang biak lebih cepat dan penyakit
yang lebih hebat (Wikipedia, 2008).


2.4.4 Hewan dan Tumbuhan


       Hewan dan tumbuhan akan mengalami perubahan yang besar dalam
bentuk pola hidup dan kebiasaan mereka. Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk
hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan
telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk
bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan, mencari daerah yang suhunya
tetap sesuai untuk habitat mereka. Tumbuhan dan hewan-hewan akan mengubah
arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi
terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan
ini. Spesies-spesies yang gagal bermigrasi ke utara atau selatan karena terhalangi
oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Sementara
beberapa hewan yang memang hidup di daerah hangat, misalnya nyamuk
penyebab malaria, akan berkembang biak menjadi lebih cepat dan habitat mereka
menjadi lebih luas, yang pastinya akan membawa dampak merugikan bagi
manusia (Donohoe, 2007; UNFCCC, 2008).
       Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju
kutub juga akan punah. Spesies yang jumlahnya terus berkurang, sekitar 25%
mamalia dan 12% burung, akan punah dalan beberapa decade kedepan sebagai
akibat dari pemanasan global. Pemanasan global akan mengubah keadaan hutan,
daerah rawa, dan jangkauan daerah dimana hewan tersebut menggantungkan
hidupnya (UNFCCC, 2008).




                                                                               19
2.4.5 Kesehatan manusia


         Pemanasan global memiliki dampak terhadap kesehatan manusia, baik
langsung maupun tidak langsung. Timbulnya penyakit dipengaruhi oleh empat
factor, yaitu perlaku (45%), lingkungan (40%), interupsi medis (20%), dan
penyakit bawaan (5%). Dampak langsung dari pemanasan global misalnya
gelombang panas yang akan mempengaruhi tubuh kita. Suhu lingkungan yang
lebih dari 27 oC akan membuat jantung memompa lebih cepat agar bisa
mendinginkan tubuh, juga kebutuhan suplai oksigen dan nutrisi sel akan
meningkat, dan hasilnya adalah peningkatan produksi keringat. Pada taraf awal
akan memicu terjadinya dehidrasi, dan pada taraf lanjut dapat menyebabkan shock
karena dehidrasinya ataupun oleh sebab lain. Dampak tidak langsung yaitu adanya
perubahan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk atau hewan lainnya (zoonosis).
Diperkirakan jika suhu menngkat 3oC pada tahun 2100, maka akan terjadi proses
penularan penyakit oleh nyamuk sebanyak dua kali lipat. Misalnya malaria,
demam berdarah dengue, chikungunya, meningitis, dan filariasis. Penyakit avian
influenza, SARS (Severe Acut Respiratory Syndrome), virus Nipah, west nile
virus, dan beberapa penyakit akibat virus lainnya akan meningkat (Soleman,
2008).
         Kerusakan hutan, perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian dan
pertambangan, kualitas udara yang buruk, air yang sulit untuk didapat, kerusakan
ekosistem, dan bahkan lingkungan yang lebih mendukung untuk hidupnya hewan
atau serangga pembawa penyakit sangat berpotensial membawa dampak yang
besar bagi kesehatan manusia. Bahkan PBB meramalkan di tahun 2030 sebanyak
2,9 miliar manusia akan kekurangan pasokan air. Proyeksi perubahan iklim
menunjukkan adanya peningkatan intensitas hujan badai, gelombang panas, dan
banjir, yang menciptakan peluang menguntungkan untuk berkembangnya
patogen-patogen lama maupun baru sebagai penyebab penyakit (Kay, 2007;
Soleman, 2008).
         Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang
meninggal karena masalah yang berhubungan dengan pemanasan global,


                                                                             20
kecelakaan akibat keadaan alam, penyakit infekasi, dan meninggal karena
kelainan yang berhubungan dengan stress. Dampak dari pemanasan global ini
diyakini oleh para ahli akan membawa akibat yang buruk, walaupun masih jauh
lebih banyak dampak yang belum diketahui dibandingkan dengan yang telah
ketahui (Kay, 2007; Zwillich, 2007; EPA, 2008).


2.4.5.1 Penyakit infeksi


       Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit infeksi,
terutama penyakit yang memang berada pada daerah hangat dan disebarkan oleh
nyamuk dan serangga lainnya. Penyakit-penyakit tropis yang dapat menyebar
terutama malaria, demam dengue, demam kuning, dan encephalitis (EPA, 2008).
       Suhu yang tinggi dapat mempermudah siklus hidup nyamuk malaria dan
nyamuk-nyamuk lainnya yang merupakan penyebar penyakit di daerah tropis.
Sejalan dengan pemanasan global, penyebaran nyamuk menjadi lebih luas, bahkan
ke daerah dataran tinggi. Dimana sebelumnya daerah tersebut terlalu dingin bagi
mereka. Saat ini telah didapatkan insidensi malaria yang meningkat pada dataran
tinggi, yang dipengaruhi oleh bertambahnya suhu pada daerah tersebut. Vektor
seperti Anopheles sp., selama ini dianggap hanya mampu berkembang biak pada
daerah tropis saja dengan daerah isoterm 16 derajat lintang utara dan lintang
selatan, dimana suhu tidak kurang dari 16 derajat Celcius dan pada ketinggian
kurang dari 1.000 meter. Namun saat ini, nyamuk tersebut dengan mudah dapat
ditemui pada daerah ketinggian 3.000 meter diatas permukaan air laut, walaupun
endemic malaria hanya didapatkan hingga daerah ketinggian 2.000 meter diatas
permukaan air laut (Kay, 2007; Reiter, 2007; Soleman, 2008).
       Tahun 2006, sebuah penelitian di Barat sungai Nil, Illinois, Dakota,
Colorado dan Idaho, Reisen melaporkan bahwa temperatur yang lebih tinggi
membuat nyamuk menjadi lebih mudah untuk mentransmisikan penyakit dan
siklus hidup mereka menjadi lebih singkat. Saat ini, 45 persen penduduk dunia
tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit
malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature


                                                                            21
meningkat. IPCC telah memperingatkan daerah yang diprediksi terkena malaria
paling banyak, yaitu Afrika, Inggris, Australia, India, dan Portugal. Malaria itu
sendiri telah membunuh sekitar 1 juta orang setiap tahunnya, dan kebanyakan
mereka adalah anak-anak (Donohoe, 2007; Kay, 2007; Reiter, 2007; EPA, 2008;
UNFCCC, 2008).
       Demikian pula virus Weissera meningitides yang dapat menyebabkan
meningitis, dapat menyebar dalam radius yang sangat luas melalui debu
(Soleman, 2008).
       Sementara itu, penyakit Lyme merupakan penyakit yang penyebarannya
dibatasi oleh suhu dingin di daerah utara. Suhu lingkungan yang dingin telah
membatasi pergerakan tiks pembawa penyakit tersebut (sejenis kutu rusa), dan
akan semakin berkurang penyebarannya. Hal ini karena pergerakan tiks tadi
dihambat oleh lingkungan yang lebih hangat dan lembab. Studi-studi terbaru telah
menemukan bahwa batas cakupan penyebaran tiks akan semakin sempit dan
bergeser kearah utara sejauh 200 kilometer pada tahun 2020 dan 1,000 kilometer
pada 2080 (Kay, 2007; EPA, 2008).


2.4.5.2 Food- and Water-Borne Diseases


       Sebuah penelitian dari Universitas Wisconsin melaporkan bahwa dari
semua Food- and water-borne diseases di dalam Amerika Serikat antara 1948 dan
1994 didapatkan bahwa dua pertiga dari kasus-kasus tersebut didahului oleh
adanya curah hujan yang tinggi (Kay, 2007).
       Perkembangan bakteri Salmonella sangat berhubungan dan didukung oleh
temperatur-temperatur yang lebih tinggi. Penelitian di Kanada, Eropa dan
Australia telah menunjukkan suatu korelasi antara temperatur dan peningkatan
kasus karena Salmonella (Kay, 2007).
       Peningkatan temperature pada permukaan laut dan ketinggian permukaan
air laut yang bertambah dapat meningkatkan insidensi water borne disease, seperti
Kolera dan keracunan kerang. Zooplankton dapat menyembunyikan proliferasi
kolera pada temperature yang hangat, dan merupakan reservoir dengan keadaan


                                                                              22
yang potensial untuk penyakit ini. Kolera telah membunuh 120.000 orang pada
tahun 1995, dan kebanyakan mereka adalah anak-anak (EPA, 2008).


2.4.5.3 Dampak dari Bencana Alam


       Dan pemanasan global dapat mengakibatkan peningkatan curah hujan
didaerah tertentu, yang bersama dengan rusaknya lingkungan mengakibatkan
seringnya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Juga bencana banjir
yang dapat datang dari naiknya tinggi permukaan air laut, sehingga memudahkan
banjir terjadi pada saat pasang (Kay, 2007).
       Dampak dari banjir ialah terbawanya sejumlah bakteri dan parasit
penyebab penyakit, seperti kholera, diare, thyphoid, dan leptospirosis. Ini belum
termasuk berbagai penyakit tidak menular yang diakibatkan oleh pencemaran
lingkungan dan bahan toksin. Pada saat banjir pula dapat dipastikan bahwa
pasokan air bersih akan terganggu. Sehingga penularan penyakit infeksi kulit,
saluran pernafasan maupun pencernaan akan semakin mudah. Dengan adanya
banjir, maka sampah-sampah atau limbah akan terbawa ke pemukiman manusia,
hal ini meningkatkan kemungkinan kontak antara manusia dengan hewan pengerat
sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit yang diperantarai
hewan pengerat.(Soleman, 2008).
       Dampak lain dari bencana alam adalah timbulnya kecelakaan akibat
bencana, yang mungkin dapat mengakibatkan kecacatan yang menetap, bahkan
hingga kematian. Belum lagi gangguan psikologis dengan timbulnya stress pasca
trauma (Post Traumatik Stress Disorders), yang dapat menurunkan kualitas hidup
(Donohoe, 2007).


2.4.5.4 Penyakit Saluran Pernafasan


       Menurut penelitian-penelitian dari Universitas Columbia dan Johns
Hopkins, kematian akibat masalah saluran pernapasan yang berhubungan dengan




                                                                              23
perubahan iklim diperkirakan meningkat sekitar 4,5 % dari tahun 1990 hingga
tahun 2050 (Kay, 2007).
       Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi, asma, dan
masalah pernafasan karena polusi udara dan udara yang lebih hangat akan
memperbanyak polutan, spora dan serbuk sari (Zwilich, 2007).
       Serbuk sari dan kontaminan udara lainnya yang merupakan penyebab
penting masalah saluran pernapasan, tampaknya akan turut meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu dan kadar karbondioksida.             Sebuah penelitian
mengatakan bahwa penggandaan kadar karbondioksida akan merangsang produksi
tepung sari meningkat lebih dari 50%. Selain itu, rumput-rumputan menjadi lebih
cepat tumbuh, berbunga, dan secara signifikan memprodiksi serbuk sari lebih
banyak (Kay, 2007).
       Polusi udara akan semakin bermasalah dan sering dijumpai seiring dengan
pemanasan global, karena akan semakin seringnya terjadi gelombang panas, tanah
kering berdebu, dan kebakaran hutan. Salah satu bentuk polusi udara yang
dikhawatirkan adalah banyaknya kabut asap dan partikel debu yang kecil. Partikel
debu dan kabut asap dapat merusak jaringan paru-paru, meningkatkan penyakit
pernapasan, penyakit jantung, bahkan kematian kematian. Bahkan peningkatan
kadar kabut asap yang rendah dapat memicu serangan asma pada anak-anak
(Zwillich, 2007; Kay, 2007).
       Sumber polusi dari asap kendaraan bermotor dan pabrik berperan besar
meningkatkan insidensi penyakit infeksi pernapasan dan menurunkan kualitas
hidup seseorang. Polusi akibat industri dan kendaraan telah menyebabkan sekitar
800.000 kematian premature per tahun, dan 65%-nya terjadi di Negara
berkembang Asia (Donohoe, 2007; Soleman, 2008).


2.5 Pengendalian Pemanasan Global


       Pemanasan global adalah masalah modern yang sangat kompleks,
mempengaruhi seluruh dunia, dan terikat erat dengan masalah berbeda seperti
kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan polplasi. Penanganan dan


                                                                             24
pengendalian pemanasan global ini tidak akan mudah, sementara tidak
mengacuhkannya akan membawa dampak yang lebih buruk bagi umat manusia
(EPA, 2008).
       Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-
tahun, al ini akan mengakibatkan pemanasan global terus berlangsung. Langkah-
langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini belum ada yang
dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini
adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk
mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan (Wikipedia, 2008).


2.5.1 Pengendalian Dampak dari Pemanasan Global


       Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara, namun
penanganan tentu akan berbeda di setiap daerah. Daerah pantai dapat dilindungi
dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Namun
pengendalian ini mungkin hanya dapat dilakukan oleh Negara-negara kaya untuk
melindungi pantainya. Sementara untuk banyak Negara yang tidak mampu
menyelamatkan pantainya, akan menghadapi gelombang pengungsian yang besar-
besaran dari daerah pantai, sehingga jalur dan daerah pengungsian harus mulai
diperhatikan (UNFCCC, 2008).
       Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di daerah pantai dan
populasi lainnya yang hampir punah untuk dapat pindah ke daerah yang lebih
tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan
dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah
yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-
lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin
tanpa terhalang oleh blok manusia (Wikipedia, 2008).
       Meningkatnya insidensi penyakit infeksi parasit, gangguan kesehatan
karena pencemaran air,     polusi udara, meningkatnya suhu lingkungan, dan
gangguan alam seperti banjir dan badai, juga masalah kesehatan pada daerah
pengungsian, memerlukan sistem penanganan kesehatan dan promosi kesehatan


                                                                              25
masyarakat yang lebih baik. Akses pada pelayanan kesehatan harus dapat dijamin
dengan baik, terutama didaerah yang sebelumnya bukan merupakan endemis
suatu penyakit atau tidak familiar dengan keadaan baru akibat pemanasan global.
Dalam bidang kesehatan misalnya, agar tenaga kesehatan lebih waspada terhadap
penyakit infeksi daerah tropis seperti malaria, demam dengue, bahkan demam
berdarah dengue yang banyak menyebabkan kematian, karena pada dokter di
Amerika      dan     negara-negara   lain   hanya    memiliki   sedikit   pengalaman
mendiagnosis dan menangani penyakit-penyakit tersebut. Sehingga diharapkan
kualitas tenaga kesehatan dan sistem kesehatan masyarakat yang baik dapat
mengurangi efek dari pemanasan global pada kesehatan manusia (IPCC, 2007;
Zwilich, 2007; EPA, 2008; Sierra, 2008).


2.5.2 Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca


          Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya
gas rumah kaca. Pertama, mencegah gas rumah kaca dilepas ke atmosfer dengan
menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini
disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi
produksi gas rumah kaca (Wikipedia, 2008).


2.5.2.1 Penanaman Pohon


          Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara
adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi.
Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon
dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, menyimpan
karbon dalam kayunya, juga turut andil dalam menyerap panas matahari,
menghasilkan oksigen, nencegah erosi, dan banyak keuntungan lainnya. Di
seluruh     dunia,   tingkat   perambahan    hutan    telah   mencapai    level   yang
mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali
karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain,


                                                                                    26
seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk
mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam
mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca (EPA, 2008; UNFCCC,
2008).




              Gambar 12. Pepohonan Pencegah Pemanasan Global.
                          (Sumber : www.abc.net)

         Menanam pohon tidak terbatas pada lahan pertanian, halaman rumah dan
sebagainya. Tetapi dapat juga ditanam pada atap rumah. Konsep ini diilhami dari
Taman Gantung Babilonia. Taman atap ini mampu menyerap panas dan
mengurangi karbon dioksida (Soleman, 2008).


2.5.2.2 Hentikan Produksi Gas Rumah Kaca


         Gas rumah kaca yang dimaksud disini adalah karbon dioksida, karena
merupakan factor utama penyebab pemanasan global. Energy Information
Administration (EIA) mencatat tahun 2030 emisi karbon dioksida akan mencapai
8.000 juta metrik ton. Gas ini dapat dihilangkan secara langsung. Salah satu
caranya pada bidang perminyakan, dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas
tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke
permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk
mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara
atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas



                                                                            27
pantai Norwegia, di mana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama
gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat
kembali ke permukaan (Wikipedia, 2008).
       Pengolahan limbah berbasis karbon dapat dilakukan untuk mencegah
diproduksinya lebih banyak karbon, misalnya dengan mengubur limbah karbon
Mengubur merupakan langkah paling sederhana yang dapat dilakukan, misalnya
untuk aneka limbah elektronik. Namun ilmuwan masih belum yakin bahwa gas
berbahaya akan aman tersimpan. Tetapi kelak tetap akan muncul imbas negatifnya
bagi lingkungan (Soleman, 2008).
       Sementara cara lainnya yaitu melakukan proses thermo-depolymerization
terhadap limbah berbasis karbon untuk menghasilkan minyak. Proses ini
merupakan proses yang sama dengan bagaimana alam memproduksi minyak dari
fosil. Limbah akan dipanaskan dan diberi tekanan tepat maka akan menghasilkan
minyak. Secara alami proses ini memakan waktu jutaan tahun. Dari penelitian
yang telah dilakukan didapatkan bahwa dari kotoran ayam kalkun dapat
diproduksi sekitar 600 pon petroleum (Soleman, 2008).


2.5.2.3 Mengganti Sumber Energi Ramah Lingkungan


       PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) memperkirakan hingga tahun 2030
kebutuhan energi akan melonjak sebesar 60%. Ini merupakan tantangan tersendiri
dalam memerangi pemanasan global. Walaupun banyak sumber energi yang dapat
dimanfaatkan, namun sumber energi yang dominan hingga saat ini adalah tetap
bahan bakar fosil. Sehingga diharapkan untuk memenuhi kebutuhan energi dimasa
depan, dapat meningkatkan penggunaan sumber energi lainnya (Soleman, 2008).
       Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan
bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi
industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan
untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada
abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi.
Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak


                                                                            28
langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena
gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak
apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Pengharapan yang ingin dicapai
sebagai sumber energi oleh para pakar saat ini adalah penggunaan sumber energi
yang bebas emisi atau sekecil mungkin emisi untuk menggantikan suplai energi
dari bahan bakar fosil (IPCC, 2007; UNFCCC, 2008).




          Gambar 13. Polusi Akibat Pembakaran Bahan Bakar Fosil.
         Penggunaan bahan bakar fosil memiliki peranan besar terhadap
                            pemanasan global.
                        (Sumber : www.unfccc.int)

       Sejumlah teknologi yang menggunakan bahan bakar fosil perlu
diperhatikan agar dapat menggunakan bahan bakarnya lebih efisien, sehingga
biaya operasi dapat berkurang, polusi berkurang, dan yang terpenting jumlah
karbondioksida juga berkurang, sehingga pemanasan global dapat dikurangi.
Misalnya teknologi automotif dapat mengurangi emisi karbondioksida dengan
menggunakan teknologi “hybrid”, yang menggabungkan sumber energi dari bahan
bakar fosil dengan energi listrik atau cahaya matahari. Dan kendaraan dengan
teknologi hybrid ini telah tersedia dibeberapa negara, dan akan terus dipasarkan,
walaupun pada saat ini harganya masih mahal (UNFCCC, 2008).




                                                                              29
Gambar 14. Mobil hybrid ramah lingkungan. Mobil ini
       menggunakan bensin dan baterai sebagai sumber tenaganya, mampu
            menghemat penggunaan bensin lebih dari setengahnya.
                       (Sumber : www.otakku.com)

       Bahan bakar hidrogen dianggap sebagai bahan bakar alternatif bebas
polusi. Energi yang dihasilkan didapat antara perpaduan hydrogen dan oksigen.
Namun masalah pada sumber energi ini adalah bagaimana hydrogen itu
dihasilkan. Proses untuk menghasilkan hidrogen itu sendiri masih membutuhkan
energi besar. Namun setidaknya kemajuan teknologi ini telah memulai babak baru
penelitian untuk menghasilkan hidrogen dengan lebih sederhana (Soleman, 2008).
       Energi matahari dan energi angin dapat digunakan untuk menggantikan
penggunaan bahan bakar fosil, dan akhir-akhir ini mulai banyak digunakan.
Perkembangan teknologi mendukung penggunaan kedua jenis sumber energi ini
menjadi cukup efisien dan mempermurah biaya operasi. Bahkan untuk energy
matahari, telah banyak perusahaan dan perumahan yang menggunakan aplikasi
ini. Kontribusi kedua sumber energy ini pada total energy global saat ini baru
mencapai kurang dari 2 persen (UNFCCC, 2008).




                                                                            30
Gambar 15. Kincir Angin. Tenaga angin dapat menjadi
                sumber listrik alternative yang menjanjikan.
                        (Sumber : www.unfccc.int)




           Gambar 16. Panel Surya. Panel ini bermanfaat untuk
                    menangkap energy matahari.
                  (Sumber : media.arstechnica.com)

      Penggunaan hydro-electric power, atau sumber listrik tenaga air, juga
dapat membuat kontribusi besar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Jenis
sumber energy ini dapat dijumpai dibeberapa pedesaan di Negara kita. Bahkan
energy tenaga air dapat didapat dari gelombang air laut. Laut itu sendiri
melingkupi 70% permukaan bumi. Gelombangnya membawa energy besar yang
dapat menggerakan turbin untuk menghasilkan listrik. Sungai Timur kota New



                                                                        31
York saat ini sedang menjadi proyek percobaan dengan enam turbin bertenaga
gelombang air. Sedangkan di Portugis telah mempraktekan teknologi ini dan
sukses menerangi lebih dari 1500 rumah. Akan tetapi penggunaan teknologi ini
masih terbatas pada keadaan lingkungan dan keadaan sungai daerah setempat
(UNFCCC, 2008).




   Gambar 17. Kincir Air. Merupakan salah satu sumber energy yang ramah
                               lingkungan.
                      (Sumber : www.radheika.com)

       Sumber energi nuklir tidak melepas karbon dioksida sama sekali, dan
dapat turut mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Namun sumber
energi ini banyak menuai kontroversi, karena masalah limbahnya yang dapat
membahayakan banyak orang dan memakan waktu yang sangat lama untuk dapat
diurai. Namun peran energi nuklir sendiri telah mencapai 6,8% dari total suplai
energi global (UNFCCC, 2008).


2.5.2.4 Merubahan Kebiasaan dan Gaya Hidup


       Banyak orang-orang belum memikirkan apapun tindakan mereka
berdasarkan efisiensi atau kesehatan untuk lingkungan. Mereka lebih condong
untuk melakukan apa yang sebelumnya telah menjadi kebiasaan, apa yang teman
atau tetangga mereka lakukan, dan apa yang sedang menjadi trend. Namun



                                                                            32
sebenarnya semuanya itu merupakan pilihan yang dapat kita pilih dengan
mudahnya. Menggunakan mobil dengan kapasitas mesin besar dengan mesin kecil
(yang mengkonsumsi bahan bakar lebih sedikit), merupakan pilihan yang dapat
dilakukan oleh semua orang. Sama halnya dengan pilihan sering berganti
perangkat elektronik, seperti telepon genggam, dimana Indonesia merupakan
Negara dengan pengguna terbanyak di dunia. Pola hidup seperti ini merupakan
masalah besar karena meningkatkan produksi industri yang menghasiklan karbon
dan limbah berbasis karbon dikemudian hari. Dalam pemilihan kendaraan, alat-
alat elektronik, pemanas ruangan, dan penyejuk ruangan, merupakan pilihan yang
dapat   diambil   berdasarkan    pertimbangan     perubahan    iklim    yang   akan
diakibatkannya. Dan apabila ribuan dan jutaan orang melakukan pilihan ini untuk
melawan pemanasan global, maka efeknya akan dapat dirasakan lebih nyata
(UNFCCC, 2008).




         Gambar 18. Penggunaan Kendaraan Bermotor. Gaya hidup
        menggunakan kendaraan boros energi berperan penting terhadap
                           pemanasan global.
                       (Sumber : www.unfccc.int)

        Penebangan pohon juga dapat kita kurangi dengan merubah kebiasaan
untuk mengurangi penggunaan kertas. Penggunaan kertas seperti untuk surat-
menyurat, majalah, koran, buku pelajaran, kertas faks, hingga tisu toilet.



                                                                                 33
Mengirim surat dalam bentuk surat elektronik melalui internet atau email, buku
elektronik atau yang dikenal dengan e-book, penggunaan tisu secukupnya juga
merupakan pilihan dalam kebiasaan dan gaya hidup kita untuk mencegah
penebangan pohon lebih banyak lagi (Soleman, 2008).

         Kurangnya kebutuhan pasar, lambatnya inovasi dan perkembangan
teknologi mengurangi perkembangan dari teknologi ramah lingkungan. Kuncinya
disini adalah “keinginan”. Jika para konsumen dan rakyat kebanyakan memiliki
keinginan yang kuat untuk melawan pemanasan global dan mereka mau membeli
produk yang ramah lingkungan, maka teknologi dan proses baru akan lebih
mudah berkembang dan melakukan inovasi untuk melahirkan produk-produk lain
yang ramah lingkngan. Karena teknologi yang kita temui dipasaran saat ini
menjadi laris karena adanya minat pembeli yang menggunakannya (UNFCCC,
2008).



2.5.2.5 Peran Peraturan Pemerintah



         Hukum dan peraturan dapan membawa pengaruh besar terhadap emisi gas
rumah kaca karena dapat mempengaruhi perilaku bisnis dan kebiasaan rakyatnya.
Beberapa pemerintahan mendorong rakyatnya untuk menggunakan transportasi
masal, misalnya dengan pengaturan pajak, program pembangunan jalan, terutama
jalan tol, dan bahkan subsidi, yang mendorong pengurangan penggunaan bahan
bakar fosil. Salah satu cara untuk merubah kebiasaan adalah dengan membuatnya
menjadi illegal atau membuatnya menjadi mahal, baik melalui pajak atau denda
(UNFCCC, 2008).

         Penerapan standar minimum untuk efisiensi energi pada bangunan baru
telah ditetapkan akhir-akhir ini di beberapa Negara, termasuk Austria, Prancis,
Jepang, New Zealand, dan Inggris. Standar ini mengatur ketentuan dinding dan
atap agar dapat menahan panas lebih baik dan sistem pencahayaan yang baik.
Sehingga kebutuhan akan tungku perapian dan sumber energi yang tidak ramah



                                                                                 34
lingkungan lainnya untuk memanaskan dan menerangi ruangan akan berkurang
(UNFCCC, 2008).

         Penerapan standar efisiensi energi pada peralatan elektronik telah
ditetapkan oleh beberapa pemerintah. Suatu program dimulai di Jepang pada
tahun 1988 dan diharapkan dapat mengurangi kebutuhan energy untuk video
recorder rumahan sebesar 59%, lemari pendingin 30%, dan computer sebesar
80%. Penekanan ini sangat bervariasi di berbagai Negara, misalnya lebih ringan di
Belanda, tetapi lebih berat di kawasan Eropa. Beberapa Negara juga menerapkan
potongan harga bagi beberapa produk yang lebih efisien (UNFCCC, 2008).

         Peraturan ekonomi dan fiscal dibuat agar jalur angkutan transportasi yang
sebelumnya menggunakan jalan raya umum menjadi jalan tol, kapal laut atau
menggunakan kereta api. Beberpa Negara mendorong penggunaan jalan tol dan
kereta api, serta meningkatkan investasi dibidang ini seperti Ausria, Jerman,
China, Slovenia, dan Belgia. Juga promosi untuk menggunakan kapal laut
dilakukan oleh Belgia, Switzerland, dan Jepang. Juga di beberapa Negara
penghasil mobil di Eropa dan Asia telah sepakat untuk mengurangi emisi karbon
dioksia dari mobil-mobil yang mereka produksi (UNFCCC, 2008).

         Beberapa langkah telah diambil oleh beberapa Negara untuk sampah atau
limbah dari peternakan dan perkebunan, seperti di Switzerland dan Norwegia,
mereka menerapkan tingginya pajak perton sampah yang dihasilkan. Hal ini
dilakukan terutama untuk mengurangi produksi gas metana, yang merupakan
salah satu gas rumah kaca. Dan di Austria, pajak akan lebih tinggi bagi mereka
yang tidak memiliki fasilitas untuk menangani produksi metana (UNFCCC,
2008).


2.6 Perjanjian internasional


         Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan
emisi gas rumah kaca. Langkah pertama yang dilakukan adalah pembuatan
Kerangka Konvensi untuk Perubahan Iklim (Framework Convention on Climate



                                                                               35
Change) tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil. Pada Earth Summit di Rio de
Janeiro, Brazil tersebut, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas
rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian
yang mengikat. Kerangka konvensi ini mengikat secara moral semua negara-
negara industri untuk menstabilkan emisi karbondioksida mereka. Sayangnya,
hanya sedikit negara industri yang memenuhi target. Langkah selanjutnya berarti
membuat komitmen yang mengikat secara hukum dan memperkuatnya dalam
sebuah protokol. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan
yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
       Perjanjian ini, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang
memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk
memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990.
Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya,
Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih
ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990;
Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8
persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara
berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.
       Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru
terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan
karbon dioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal
dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan
persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Kyoto Protokol tidak berpengaruh
apa-apa bila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55
persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya.
Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir
Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian
ini mulai 16 Februari 2005.
       Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika
perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi
bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang


                                                                            36
keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang
dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah
kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat.
Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh
industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang
produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim
bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat
menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi.
Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan
hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan
dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan
proses industri yang lebih effisien.
       Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya
dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi
membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh,
Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil
mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam
mengurangi produksi karbon dioksida.
       Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto
bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan
seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara
untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem di
mana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat
mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke
negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang
sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di
pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan
negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990,
ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena
kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat




                                                                              37
1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri
lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa (EPA, 2008; Wikipedia, 2008).




                                                                               38
BAB III

                               KESIMPULAN


       Pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata dari
permukaan bumi. Suhu rata-rata permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C
selama seratus tahun terakhir, terutama sejak era industrialisasi. Pemanasan global
ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, dan apabila tidak dilakukan
tindakan apapun untuk mencegahnya, akan terjadi peningkatan suhu 1.5 hingga
6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100.
       Efek rumah kaca dianggap sebagai penyebab utama pemanasan global.
Sementara gas CO2 merupakan gas utama (hampir 60%) yang memberikan efek
rumah kaca tersebut. Gas CO2 tersebut banyak dihasilkan dari hasil aktivitas
manusia, yaitu pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas
alam, seperti dalam dunia industri dan transportasi. Hal lain yang juga berperan
dalam pemanasan global adalah penggundulan hutan dan pembakaran yang
dilakukan untuk memasak, menghangatkan, dan mengawetkan makanan.
       Dampak dari pemanasan global belum dapat diprediksi secara pasti.
Bahkan lebih sulit lagi untuk memprediksi apakah kita sebagai manusia akan
berhasil atau gagal untuk beradaptasi terhadap pemanasan global. Meningkatnya
suhu global akan menyebabkan perubahan-perubahan besar seperti perubahan
iklim, naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrim, terpengaruhnya hasil perkebunan dan pertanian, pelbagai masalah
kesehatan, juga punahnya berbagai jenis hewan.
       Pemanasan global merupakan masalah modern yang sangat kompleks,
mempengaruhi seluruh dunia, dan terikat erat dengan masalah berbeda seperti
kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan populasi. Penanganan dan
pengendaliannya tidaklah mudah, dan penanganannya pun tentu akan berbeda di
setiap daerah. Namun apapun tindakannya dan sekecil apapun itu, harus segera
dilakukan oleh semua pihak untuk mulai mengatasi pemanasan global ini sedini
mungkin.


                                                                                39
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya
gas rumah kaca, yaitu dengan mencegah dan mengurangi produksi gas rumah
kaca, terutama karbondioksida. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi laju pemanasan gobal, misalnya dengan melindungi dan menanam
pohon, menghentikan produksi gas rumah kaca, menggunakan sumber energi
yang ramah lingkungan, dan merubah kebiasaan dan gaya hidup agar lebih ramah
lingkungan. Pada intinya, peran nyata dan kerjasama semua pihak sangat
diperlukan dan memegang peran penting untuk mengatasi pemanasan global.




                                                                          40
DAFTAR PUSTAKA


Annonym A. 2007. Pemanasan global. http://geo.ugm.ac.id/archives/28

Annonym             B.           2008.            Global          warming.
http://www.globalwarmingindonesia.co.cc/index.php?option=com_content&task=
view&id=21&Itemid=32

Annonym                 C.           2008.           Global          warming.
http://naturematters.files.wordpress.com/2006/11/global_warming_predictions.pn
g

Annonym D. 2008. Earth's Axis Tilt . http://www.divulgence.net/

Donohoe M. 2007. Global warming: a public health crisis demanding immediate
action. http://www.medscape.com/viewarticle/548985.htm

Environmental Protection Agency (EPA). 2008. Health and environmental effects.
http://www.epa.gov/climatechange/effects/health.html

Gambar Kincir air (tenaga listrik) .
http://www.radheika.com/files.php?file=kincir_449639892.jpg

Gambar Mobil hyrid. http://www.otakku.com/wp-
content/uploads/2007/08/hybrid-car-hyper.jpg

Gambar Panel Surya.
http://media.arstechnica.com/journals/science.media/solar_panel.jpg

Gambar Penggundulan Hutan.
http://www.abc.net.au/reslib/200703/r134363_451924.jpg

Gambar Polusi Kendaraan Bermotor. http://kamase.org/wp-
ontent/uploads/2008/01/polusi.jpg

Gambar Solar Cycle Variation.
http://www.globalwarmingart.com/images/4/43/Solar_Cycle_Variations.png




                                                                           41
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2007. Global warming :
early warning sign. http://www.climatehotmap.org/

Jane K. 2007. Global warming health effects.
http://www.truthout.org/article/global-warming-health-effects

Kay J. 2007. Global warming health effects.
http://www.sfgate.com/templates/types/article/style/article41.css

Reiter P. 2007. Human ecology and human behavior, climate change and health in
perspective. London, UK : International Policy Press. Hal 3-16

Sierra. 2008. Global warming impact.
http://www.sierraclub.org/energy/health/disease.asp

Soleman E E. 2008. Bumi memanas, manusia terancam sakit. Dalam : Samaritan,
Pemanasan global dan dunia medis. Yayasan Perkantas : Jakarta. Hal 5-9

United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). 2008.
The                      Green                    House                Effect.
http://unfccc.int/essential_background/feeling_the_heat/items/3157.php

Wikipedia,      the     free     encyclopedia.     2008.     Global           warming.
http://en.wikipedia.org/wiki/global_warming

Zwillich   T.    2007.   Experts:     global   warming              affects     health.
http://www.medscape.com/viewarticle/564806.html




                                                                                    42

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Presentasi Pemanasan Global (Global Warming)
Presentasi Pemanasan Global (Global Warming)Presentasi Pemanasan Global (Global Warming)
Presentasi Pemanasan Global (Global Warming)Abel_Kame
 
Makalah pemanasan global
Makalah pemanasan globalMakalah pemanasan global
Makalah pemanasan globalWaidatin Azizah
 
Laporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajat
Laporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajatLaporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajat
Laporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajatAzizah Fitria Sari
 
Laporan praktikum percepatan_gravitasi
Laporan praktikum percepatan_gravitasiLaporan praktikum percepatan_gravitasi
Laporan praktikum percepatan_gravitasiMichaelSimanjuntak5
 
Teori teori terbentuknya alam semesta
Teori teori terbentuknya alam semestaTeori teori terbentuknya alam semesta
Teori teori terbentuknya alam semestaNandita Larasati
 
Rancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin Sederhana
Rancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin SederhanaRancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin Sederhana
Rancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin SederhanaFirstky Firstky
 
ppt 9. sistem galaksi ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa U...
ppt 9. sistem galaksi ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa U...ppt 9. sistem galaksi ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa U...
ppt 9. sistem galaksi ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa U...Nurul Shufa
 
Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)Nanda Reda
 
Powerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XI
Powerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XIPowerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XI
Powerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XIwisnuwms
 
SUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPT
SUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPTSUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPT
SUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPTameliarizkap
 
Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)
Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)
Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)Putri Nadhilah
 
Proses pernapasan untuk kelas 8 SMP
Proses pernapasan untuk kelas 8 SMPProses pernapasan untuk kelas 8 SMP
Proses pernapasan untuk kelas 8 SMPLili Andajani
 
Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)
Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)
Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)nicolas simanungkalit
 

Mais procurados (20)

PPT Suhu dan Kalor
PPT Suhu dan KalorPPT Suhu dan Kalor
PPT Suhu dan Kalor
 
Presentasi Pemanasan Global (Global Warming)
Presentasi Pemanasan Global (Global Warming)Presentasi Pemanasan Global (Global Warming)
Presentasi Pemanasan Global (Global Warming)
 
Pemanasan global
Pemanasan globalPemanasan global
Pemanasan global
 
Efek Rumah Kaca
Efek Rumah Kaca Efek Rumah Kaca
Efek Rumah Kaca
 
Makalah pemanasan global
Makalah pemanasan globalMakalah pemanasan global
Makalah pemanasan global
 
Laporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajat
Laporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajatLaporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajat
Laporan praktikum suhu dan kalor untuk SMA sederajat
 
Kalor SMP
Kalor SMPKalor SMP
Kalor SMP
 
FISIKA Pemanasan global
FISIKA Pemanasan global FISIKA Pemanasan global
FISIKA Pemanasan global
 
Laporan praktikum percepatan_gravitasi
Laporan praktikum percepatan_gravitasiLaporan praktikum percepatan_gravitasi
Laporan praktikum percepatan_gravitasi
 
Teori teori terbentuknya alam semesta
Teori teori terbentuknya alam semestaTeori teori terbentuknya alam semesta
Teori teori terbentuknya alam semesta
 
Rancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin Sederhana
Rancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin SederhanaRancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin Sederhana
Rancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin Sederhana
 
ppt 9. sistem galaksi ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa U...
ppt 9. sistem galaksi ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa U...ppt 9. sistem galaksi ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa U...
ppt 9. sistem galaksi ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA Nurul Faela Shufa U...
 
Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)
 
Perubahan iklim
Perubahan iklimPerubahan iklim
Perubahan iklim
 
Powerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XI
Powerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XIPowerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XI
Powerpoint Global Warming (Pemanasan Global) Fisika Kelas XI
 
Gravitasi
GravitasiGravitasi
Gravitasi
 
SUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPT
SUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPTSUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPT
SUMBER ENERGI FISIKA KELAS 12 PPT
 
Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)
Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)
Lapisan bumi (Litosfer, Hidrosfer, Atmosfer)
 
Proses pernapasan untuk kelas 8 SMP
Proses pernapasan untuk kelas 8 SMPProses pernapasan untuk kelas 8 SMP
Proses pernapasan untuk kelas 8 SMP
 
Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)
Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)
Makalah praktikum fisika dasar theresia siregar(0)
 

Semelhante a Global Warming Insights (20)

8.1.+global+warming
8.1.+global+warming8.1.+global+warming
8.1.+global+warming
 
Makalah bahaya pemanasan global
Makalah bahaya pemanasan globalMakalah bahaya pemanasan global
Makalah bahaya pemanasan global
 
Pemanasan Global
Pemanasan GlobalPemanasan Global
Pemanasan Global
 
Dampak pemanasan global
Dampak pemanasan globalDampak pemanasan global
Dampak pemanasan global
 
Makalah bahaya pemanasan global
Makalah bahaya pemanasan globalMakalah bahaya pemanasan global
Makalah bahaya pemanasan global
 
Makalah bahaya pemanasan global
Makalah bahaya pemanasan globalMakalah bahaya pemanasan global
Makalah bahaya pemanasan global
 
Makalah bahaya pemanasan global
Makalah bahaya pemanasan globalMakalah bahaya pemanasan global
Makalah bahaya pemanasan global
 
Global warming lh
Global warming lhGlobal warming lh
Global warming lh
 
KONSEP PEMASAN GLOBAL.pdf
KONSEP PEMASAN GLOBAL.pdfKONSEP PEMASAN GLOBAL.pdf
KONSEP PEMASAN GLOBAL.pdf
 
Pemanasan Global Fisika PPT.pptx
Pemanasan Global Fisika PPT.pptxPemanasan Global Fisika PPT.pptx
Pemanasan Global Fisika PPT.pptx
 
Makalah (2)
Makalah (2)Makalah (2)
Makalah (2)
 
Pemanasan Global Indonesian
Pemanasan Global IndonesianPemanasan Global Indonesian
Pemanasan Global Indonesian
 
Artikel global warming
Artikel global warmingArtikel global warming
Artikel global warming
 
Dampak pemanasan global
Dampak pemanasan globalDampak pemanasan global
Dampak pemanasan global
 
Makalah bahaya pemanasan global sutamin
Makalah bahaya pemanasan global sutaminMakalah bahaya pemanasan global sutamin
Makalah bahaya pemanasan global sutamin
 
Makalah (2)
Makalah (2)Makalah (2)
Makalah (2)
 
Makalah (3)
Makalah (3)Makalah (3)
Makalah (3)
 
Makalah (3)
Makalah (3)Makalah (3)
Makalah (3)
 
Knalpot Plasma
Knalpot PlasmaKnalpot Plasma
Knalpot Plasma
 
Pemanasan global
Pemanasan global Pemanasan global
Pemanasan global
 

Mais de Hendrik Sutopo

terapi gen kelainan genetik genetic disorders treatment
terapi gen kelainan genetik genetic disorders treatmentterapi gen kelainan genetik genetic disorders treatment
terapi gen kelainan genetik genetic disorders treatmentHendrik Sutopo
 
Prenatal Testing, deteksi kelainan bawaan sejak dalam kandungan
Prenatal Testing, deteksi kelainan bawaan sejak dalam kandunganPrenatal Testing, deteksi kelainan bawaan sejak dalam kandungan
Prenatal Testing, deteksi kelainan bawaan sejak dalam kandunganHendrik Sutopo
 
mengenali kelainan fisik tubuh manusia
mengenali kelainan fisik tubuh manusiamengenali kelainan fisik tubuh manusia
mengenali kelainan fisik tubuh manusiaHendrik Sutopo
 
Penyebab terjadinya pecah ketuban
Penyebab terjadinya pecah ketubanPenyebab terjadinya pecah ketuban
Penyebab terjadinya pecah ketubanHendrik Sutopo
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalHendrik Sutopo
 
Tesis preeklampsia presentasi PIT
Tesis preeklampsia presentasi PIT Tesis preeklampsia presentasi PIT
Tesis preeklampsia presentasi PIT Hendrik Sutopo
 
Characteristics of patients with hypertension in pregnancy at sanglah hospita...
Characteristics of patients with hypertension in pregnancy at sanglah hospita...Characteristics of patients with hypertension in pregnancy at sanglah hospita...
Characteristics of patients with hypertension in pregnancy at sanglah hospita...Hendrik Sutopo
 
Endokrinologi reproduksi siklus menstruasi
Endokrinologi reproduksi siklus menstruasiEndokrinologi reproduksi siklus menstruasi
Endokrinologi reproduksi siklus menstruasiHendrik Sutopo
 
Upaya upaya peningkatan efektivitas program kemitraan bidan dan paraji
Upaya upaya peningkatan efektivitas program kemitraan bidan dan parajiUpaya upaya peningkatan efektivitas program kemitraan bidan dan paraji
Upaya upaya peningkatan efektivitas program kemitraan bidan dan parajiHendrik Sutopo
 
USG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilanUSG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilanHendrik Sutopo
 
Hipertensi Dalam Kehamilan RSUP sanglah 2009-2010
Hipertensi Dalam Kehamilan RSUP sanglah 2009-2010Hipertensi Dalam Kehamilan RSUP sanglah 2009-2010
Hipertensi Dalam Kehamilan RSUP sanglah 2009-2010Hendrik Sutopo
 
Varisela dalam kehamilan
Varisela dalam kehamilanVarisela dalam kehamilan
Varisela dalam kehamilanHendrik Sutopo
 

Mais de Hendrik Sutopo (14)

terapi gen kelainan genetik genetic disorders treatment
terapi gen kelainan genetik genetic disorders treatmentterapi gen kelainan genetik genetic disorders treatment
terapi gen kelainan genetik genetic disorders treatment
 
Prenatal Testing, deteksi kelainan bawaan sejak dalam kandungan
Prenatal Testing, deteksi kelainan bawaan sejak dalam kandunganPrenatal Testing, deteksi kelainan bawaan sejak dalam kandungan
Prenatal Testing, deteksi kelainan bawaan sejak dalam kandungan
 
mengenali kelainan fisik tubuh manusia
mengenali kelainan fisik tubuh manusiamengenali kelainan fisik tubuh manusia
mengenali kelainan fisik tubuh manusia
 
Penyebab terjadinya pecah ketuban
Penyebab terjadinya pecah ketubanPenyebab terjadinya pecah ketuban
Penyebab terjadinya pecah ketuban
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan Normal
 
Tesis preeklampsia presentasi PIT
Tesis preeklampsia presentasi PIT Tesis preeklampsia presentasi PIT
Tesis preeklampsia presentasi PIT
 
Endokrinologi Fetus
Endokrinologi FetusEndokrinologi Fetus
Endokrinologi Fetus
 
Characteristics of patients with hypertension in pregnancy at sanglah hospita...
Characteristics of patients with hypertension in pregnancy at sanglah hospita...Characteristics of patients with hypertension in pregnancy at sanglah hospita...
Characteristics of patients with hypertension in pregnancy at sanglah hospita...
 
Endokrinologi reproduksi siklus menstruasi
Endokrinologi reproduksi siklus menstruasiEndokrinologi reproduksi siklus menstruasi
Endokrinologi reproduksi siklus menstruasi
 
Diare - penyuluhan
Diare -  penyuluhan Diare -  penyuluhan
Diare - penyuluhan
 
Upaya upaya peningkatan efektivitas program kemitraan bidan dan paraji
Upaya upaya peningkatan efektivitas program kemitraan bidan dan parajiUpaya upaya peningkatan efektivitas program kemitraan bidan dan paraji
Upaya upaya peningkatan efektivitas program kemitraan bidan dan paraji
 
USG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilanUSG dasar dalam kehamilan
USG dasar dalam kehamilan
 
Hipertensi Dalam Kehamilan RSUP sanglah 2009-2010
Hipertensi Dalam Kehamilan RSUP sanglah 2009-2010Hipertensi Dalam Kehamilan RSUP sanglah 2009-2010
Hipertensi Dalam Kehamilan RSUP sanglah 2009-2010
 
Varisela dalam kehamilan
Varisela dalam kehamilanVarisela dalam kehamilan
Varisela dalam kehamilan
 

Último

421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 

Último (20)

421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 

Global Warming Insights

  • 1. PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING) Oleh: dr. Hendrik Sutopo L. NIK : 110852L FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG 2008
  • 2. BAB I PENDAHULUAN Pemanasan global atau global warming ini merupakan masalah dunia yang tergolong baru. Pemanasan ini merupakan proses peningkatan suhu rata-rata dari permukaan bumi yang diyakini dipercepat oleh aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi saat ini telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir, dan diperkirakan akan terus meningkat secara cepat jika tidak dilakukan tindakan untuk mencegahnya. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan mambawa dampak yang merugikan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup di dunia. Beberapa dampak dari pemanasan global antara lain naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, terpengaruhnya hasil pertanian, pelbagai masalah kesehatan, juga punahnya berbagai jenis hewan. Bahkan kita sebagai umat manusia masih diragukan apakah akan mampu beradaptasi atau tidak terhadap perubahan ini (Zwillich, 2007). Pemanasan global ini merupakan masalah global yang akibatnya akan dirasakan oleh semua orang di dunia ini. Penanganan terhadap pemanasan global ini tidak dapat dilakukan oleh pihak tertentu saja. Namun diperlukan pengertian dan peran serta semua pihak di muka bumi ini untuk turut berpartisipasi menangani pemanasan global ini. Dengan mengerti secara lebih mendalam mengenai pemanasan global ini dan penyebab-penyebabnya, maka diharapkan kita dapat mencegah proses pemanasan global ini lebih lanjut. Pencegahan terhadap pemanasan global dapat dilakukan oleh setiap orang dengan memberikan kontribusinya, yang walaupun kecil, akan sangat bermanfaat bila dilakukan secara bersama-sama. Dengan tujuan akhir agar dampak-dampak negative yang diakibatkan dari pemanasan global ini dapat dihindari. 1
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemanasan Global Pemanasan global atau global warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata dari permukaan bumi (Annonym A, 2008; EPA, 2008; Soleman, 2008). Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca. Aktivitas manusia tersebut dipercaya dimulai terutama sejak era industrialisasi pada akhir abad ke-19. Kesimpulan dasar dari efek rumah kaca ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Untuk sebagian besar wilayah Indonesia sendiri, telah mengalami peningkatan suhu permukaan 0,5 hingga 1 °C dibandingkan suhu rata-rata tahun 1951-1980 (Donohoe, 2007; Soleman, 2008; Wikipedia, 2008). Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.5 hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model- model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan- perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas 2
  • 4. fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, masalah kesehatan, juga punahnya berbagai jenis hewan. Gambar 1. Temperatur Rata-rata Tahun 1995-2004. (Sumber : http://naturematters.files.wordpress.com) Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca (Wikipedia, 2008). 3
  • 5. 2.2 Penyebab Pemanasan Global 2.2.1 Efek Rumah Kaca Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat (IPCC, 2007; Wikipedia, 2008) Secara alami, gas rumah kaca ini hanya sekitar 1 persen dasi seluruh atmosfer, tetapi memiliki peranan yang sangat signifikan sebagai “jaket” yang membungkus dan menghangatkan bumi. Efek Rumah Kaca secara alami terjadi dan memungkinkan kelangsungan hidup semua makhluk di bumi. Tanpa adanya Gas Rumah Kaca, seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), atau dinitro oksida (N2O), suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Tanpa adanya gas rumah kaca, suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Sejak awal jaman industrialisasi, awal akhir abad ke-17, konsentrasi Gas Rumah Kaca meningkat drastis. Diperkirakan tahun 1880 temperatur rata-rata bumi meningkat 0.5 – 0.6 derajat Celcius akibat emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya (Donohoe, 2007; UNFCCC, 2008). Yang termasuk dalam kelompok Gas Rumah Kaca adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), dan sulfur heksafluorida (SF6). Jenis gas rumah kaca 4
  • 6. yang memberikan sumbangan paling besar bagi misi gas rumah kaca adalah karbondioksida (hampir 60%), metana, dan dinitro oksida. Sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) di sektor energi dan transport, penggundulan hutan , dan pertanian. Sementara, untuk gas rumah kaca lainnya (HFC, PFC, SF6 ) hanya menyumbang kurang dari 1% (UNFCCC, 2008). Sumber-sumber emisi karbondioksida, yang merupakan komposisi terbesar dari gas rumah kaca, secara global dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) dengan princian : - 36% dari industri energi (pembangkit listrik/kilang minyak, dll) - 27% dari sektor transportasi - 21% dari sektor industri - 15% dari sektor rumah tangga & jasa - 1% dari sektor lain -lain (UNFCCC, 2008). Gambar 2. Efek Rumah Kaca (Sumber : http://unfccc.int/) 5
  • 7. 2.2.1.1 Kontributor Penting Terhadap Efek Rumah Kaca 2.2.1.1.1 Industrialisasi dan Transportasi. Sejak jaman pra-industrialisasi hingga saaat ini, konsentrasi CO2 telah meningkat sekitar 31%. Penyebab utama meningkatnya gas rumah kaca adalah hasil pembakaran dari bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas alam. Industrialisasi dan meningkatnya jumlah kendaraan yang tidak efisien juga secara signifikan memiliki kontribusi terhadap polusi udara dan merusak lapisan ozon (Donohoe, 2007). Bidang transportasi merupakan contoh nyata dalam peran utama penyebab pemanasan global. Untuk setiap galon bensin yang dihasilkan dan kemudian digunakan pada kendaraan bermotor, menghasilkan sekitar 11 kilogram karbondioksida. Di Amerika Serikat terdapat 1 mobil untuk setiap 2 orang, di Meksiko terdapat 1 mobil untuk setiap 8 orang, dan di China terdapat 1 mobil untuk setiap 100 orang. Jumlah penggunaan kendaraan untuk setiap orang pun bertambah seiring dengan meluasnya pemukiman di daerah urban dan hubungan antara jarak yang jauh yang semakin banyak ditempuh. Dan secara global, diperkirakan jumlah kendaraan atau mobil akan meningkat dua kali lipat dalam 25 hingga 50 tahun kedepan (Donohoe, 2007). Gambar 3. Polusi Kendaraan Bermotor. Polusi ini merupakan penyebab penting pemanasan global, dan jumlah kendaraan akan terus bertambah tanpa bisa dibendung. (Sumber : www.kamase.org) 6
  • 8. 2.2.1.1.2 Penggundulan Hutan Penggundulan hutan, yang dilakukan karena bertambahnya populasi manusia di dunia, kemiskinan, praktek pertanian yang tidak tetap, dan penggundulan besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan kertas dan bahan bangunan, telah memperparah keadaan pemanasan global, penurunan kualitas tanah, dan membuat banyak spesies yang terancam punah. Penggundulan hutan membuat bumi menjadi planet dengan kadar CO2 yang tinggi. Setengah dari seluruh hutan tropis telah rusak bahkan hilang sama sekali; dan pada tahun 2010 diperkirakan 75%-nya akan hilang (Donohoe, 2007). Gambar 4. Penggundulan Hutan. Penggundulan hutan besar-besaran telah memperparah pemanasan global. (Sumber : www.abc.net.au) 2.2.1.1.3 Pembakaran untuk Memasak Masalah lainnya yang berperan penting pada pemanasan global dan polusi udara adalah pembakaran, oleh lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia, dari batu bara dan biomass (kayu, arang, sisa-sisa panen, dan kotoran hewan) untuk memasak, menghangatkan, dan mengawetkan makanan. Konsekwensi kesehatan akibat polusi ini sangat besar akibatnya dan sering dijumpai di banyak Negara berkembang (Donohoe, 2007). 7
  • 9. 2.2.2 Efek Umpan Balik Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan- lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer (IPCC, 2007). Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim. Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat (IPCC, 2001; Wikipedia, 2008). Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan 8
  • 10. maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan (Wikipedia, 2008). 2.2.3 Variasi Matahari Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Namun hal ini masih merupakan perdebatan dan diragukan oleh banyak ahli. Gambar 5. Variasi Matahari Selama 30 Tahun Terakhir. (Sumber : www.globalwarmingart.com) Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985. 9
  • 11. Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Namun walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca (Wikipedia, 2008). 2.2.4 Perubahan Sudut Poros Bumi Kemiringan poros bumi yang sebelumnya diketahui oleh banyak orang sebesar 23,50 sebenarnya telah bertambah, dan hal ini merupakan hal yang terjadi dengan sendirinya dalam rentang waktu yang cukup lama. Pertambahan kemiringan poros bumi sebesar 260 ini diyakini telah menyebabkan beberapa kejadian global yang penting, terutama perubahan iklim. Namun para pakar jarang membicarakan masalah ini karena dianggap tidak mempunya peran penting terhadap pemanasan global, dan tidak banyak yang dapat kita lakukan dibandingkan dengan memerangi pemanasan global. Penambahan kemiringan poros bumi ini telah mengakibatkan banyaknya perubahan iklim yang terjadi. Beberapa perubahan yang terjadi pada tahun 2007 diantaranya ialah pola cuaca dan musim yang aneh; bencana banjir yang tidak pernah terjadi sebelumnya; meletusnya 7 gunung berapi dan 17 lainnya menjadi aktif; perubahan warna daun ketika musim semi; terjadi 318 gempa bumi diatas 4,0 skara Richter antara 23 Juni hingga 23 Juli 2007; terjadi 21 gempa bumi diatas 6,0 skala Richter antara Januari hingga Juli 2007; hingga terganggunya teknologi GPS (Global Positioning System) di seluruh dunia pada Desember 2006 hingga April 2007. 10
  • 12. (A) (B) Gambar 6. Sumbu Kemiringan Bumi. Sumbu kemiringan 23,50 (A). Sumbu kemiringan telah bertambah 260 menjadi 49,50(B). (Sumber : www.divulgence.net) 2.3 Mengukur Pemanasan Global Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer (Gambar 7). Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas rumah kaca di atmosfer (Wikipedia, 2008). Peningkatan temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan hingga akhir 1980-an memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan belum dapat dipercaya. Stasiun cuaca pada awalnya, terletak di daerah perkotaan sehingga pengukuran temperatur dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan bangunan dan kendaraan, dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta 11
  • 13. dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas (Jane, 2007). Gambar 7. Hasil Pengukuran Konsentrasi CO2 di Mauna Loa, Hawai. (Sumber : http://naturematters.files.wordpress.com) Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.5 hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, jika pendekatan yang digunakan “melihat dan menunggu, tanpa melakukan apa-apa” (wait and see, and do nothing) (Jane, 2007; UNFCCC, 2008). 12
  • 14. Gambar 8. Proyeksi Pemanasan Global. (Sumber : http://naturematters.files.wordpress.com) IPCC juga mengatakan bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali. Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis (Wikipedia, 2008). Berdasarkan catatan sejarah, temperature rata-rata dikutub utara telah meningkat sebanyak dua kali dibandingkan peningkatan secara global. Bahkan suhu lapisan es di kutub utara telah meningkat hingga 3°C sejak tahun 1980 (UNFCCC,2008). 13
  • 15. Gambar 9. Prediksi Pemanasan Global. (Sumber : http://naturematters.files.wordpress.com) 2.4 Dampak Pemanasan Global Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia (Wikipedia, 2008). Dari berbagai dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global ini, tampaknya akibat kerusakan yang terjadi akan dirasakan lebih berat di negara- negara berkembang, hal ini berhubungan dengan keterbatasan mereka. Keterbatasan dalam hal ini meliputi keadaan sosial ekonomi, agrikultur, teknologi, dan ketersediaan tenaga kerja yang memadai (EPA, 2008). 2.4.1 Cuaca Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas 14
  • 16. lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Curah hujan yang tinggi akan sering terjadi, juga bersamaan dengan banjir. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim (Donohoe, 2007; Wikipedia, 2008). Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Termasuk diantaranya El Nino yang merupakan fenomena alami yang telah terjadi sejak berabad-abad yang lalu. El Nino ini merupakan gelombang panas di garis ekuator Samudera Pasifik. Kini, El Nino muncul setiap 2 – 7 tahun, lebih kuat dan berkontribusi pada peningkatan temperatur bumi. Dampaknya dapat dirasakan di seluruh dunia dan menunjukkan bahwa iklim di bumi benar -benar berhubungan. Para ilmuwan menguji bagaimana Pemanasan Global yang 15
  • 17. diakibatkan oleh aktivitas manusia dapat mempengaruhi El Nino, dan didapatkan akumulasi Gas Rumah Kaca di atmosfer “membantu” menyuntikkan panas ke Samudera Pasifik. Oleh karena itu, El Nino muncul lebih sering dan lebih ganas dari sebelumnya (UNFCCC, 2008). 2.4.2 Perairan dan Tinggi Permukan Air Laut Air akan semakin sulit didapat dan semakin langka di beberapa daerah. Hal ini karena pemanasan global akan mempercepat penguapan air dari permukaan tanah sehingga mudah terjadi kekeringan, dan juga mengakibatkan kejenuhan air di udara pada dataran rendah menjadi tinggi sehingga curah hujan yang tinggi terlokalisir di tempat tertentu. Dengan demikian “kiriman” hujan yang sebelumnya tiba pada waktunya, akan terlambat atau bahkan tidak sampai sama sekali. Hingga saat ini, danau-danau besar di Afrika, seperti di Nigeria, Senegal, dan danau Chan, telah mengalami penyusutan jumlah airnya sebesar 40 hingga 60 persen (UNFCCC, 2008). Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan ini akan mencairkan banyak es di kutub dan lapisan gletser yang merupakan reservoir air, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Bahkan gletser di Switzerland telah berkurang hingga dua per tiganya. Tinggi permukaan air laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm selama abad ke- 20 atau sejak era industri dimulai. Para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm akan terjadi pada abad ke-21 (UNFCCC, 2008). 16
  • 18. Gambar 10. Gletser Berkurang Secara Signifikan pada Abad 21. (Sumber : www.unfccc.int) Tinggi permukaan air laut rata-rata secara global meningkat dengan angka rata-rata 1,8 mm setiap tahunnya antara tahun 1961 hingga 2003. Tetapi antara tahun 1993 dan 2003 peningkatan tinggi permukaan air laut ini mencapai 3,1 mm per tahun. Bila keadaan ini dibiarkan terus selama beberapa abad kedepan, mencairnya es dikutub, terutama es yang saat ini dikenal dengan sebutan Greenland, akan meningkatkan permukaan air laut hingga 7 meter (UNFCCC, 2008). Gambar 11. Perubahan Tinggi Rata-rata Permukaan Air Laut. (Sumber : http://naturematters.files.wordpress.com) 17
  • 19. Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di ekosistem daerah pantai. Kenaikan 50 cm akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat dan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades. Kenaikan 100 cm akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau lainnya didunia. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai (EPA, 2008; Wikipedia, 2008). Dampak yang ditimbulkan bagi negara Indonesia khususnya jika tanpa ada upaya pencegahan maka Indonesia akan kehilangan 2.000 pulau karena air laut akan naik pada ketinggian 90 cm. Tadinya Indonesia memiliki 17.504 pulau tapi kini tinggal 17.480 pulau oleh sebab naiknya air laut dan usaha penambangan. Sementara apbila terjadi, kehilangan asset 2.000 pulau akan luar biasa dampaknya yang berujung pada penyempitan wilayah kedaulatan RI (Soleman, 2008). Air garam yang berasal dari meningkatnya permukaan air laut akan mengurangi kualitas dan kuantitas dari suplai air tawar yang bersih. Hal ini merupakan masalah yang penting karena saat ini pun jutaan orang telah kekurangan akses untuk mendapatkan air tawar yang bersih. Permukaan air laut yang tinggi telah mencemari sumber mata air bawah tanah di Israel dan Thailand, pulau-pulau kecil di lautan Pasifik, samudra India, dan lautan Caribia, dan beberapa delta besar didunia, seperti Delta Yangtze di China dan Delta Mekong di Vietnam (UNFCCC, 2008). 2.4.3 Pertanian Banyak yang berpendapat bahwa bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa 18
  • 20. tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga yang berkembang biak lebih cepat dan penyakit yang lebih hebat (Wikipedia, 2008). 2.4.4 Hewan dan Tumbuhan Hewan dan tumbuhan akan mengalami perubahan yang besar dalam bentuk pola hidup dan kebiasaan mereka. Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan, mencari daerah yang suhunya tetap sesuai untuk habitat mereka. Tumbuhan dan hewan-hewan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang gagal bermigrasi ke utara atau selatan karena terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Sementara beberapa hewan yang memang hidup di daerah hangat, misalnya nyamuk penyebab malaria, akan berkembang biak menjadi lebih cepat dan habitat mereka menjadi lebih luas, yang pastinya akan membawa dampak merugikan bagi manusia (Donohoe, 2007; UNFCCC, 2008). Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub juga akan punah. Spesies yang jumlahnya terus berkurang, sekitar 25% mamalia dan 12% burung, akan punah dalan beberapa decade kedepan sebagai akibat dari pemanasan global. Pemanasan global akan mengubah keadaan hutan, daerah rawa, dan jangkauan daerah dimana hewan tersebut menggantungkan hidupnya (UNFCCC, 2008). 19
  • 21. 2.4.5 Kesehatan manusia Pemanasan global memiliki dampak terhadap kesehatan manusia, baik langsung maupun tidak langsung. Timbulnya penyakit dipengaruhi oleh empat factor, yaitu perlaku (45%), lingkungan (40%), interupsi medis (20%), dan penyakit bawaan (5%). Dampak langsung dari pemanasan global misalnya gelombang panas yang akan mempengaruhi tubuh kita. Suhu lingkungan yang lebih dari 27 oC akan membuat jantung memompa lebih cepat agar bisa mendinginkan tubuh, juga kebutuhan suplai oksigen dan nutrisi sel akan meningkat, dan hasilnya adalah peningkatan produksi keringat. Pada taraf awal akan memicu terjadinya dehidrasi, dan pada taraf lanjut dapat menyebabkan shock karena dehidrasinya ataupun oleh sebab lain. Dampak tidak langsung yaitu adanya perubahan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk atau hewan lainnya (zoonosis). Diperkirakan jika suhu menngkat 3oC pada tahun 2100, maka akan terjadi proses penularan penyakit oleh nyamuk sebanyak dua kali lipat. Misalnya malaria, demam berdarah dengue, chikungunya, meningitis, dan filariasis. Penyakit avian influenza, SARS (Severe Acut Respiratory Syndrome), virus Nipah, west nile virus, dan beberapa penyakit akibat virus lainnya akan meningkat (Soleman, 2008). Kerusakan hutan, perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian dan pertambangan, kualitas udara yang buruk, air yang sulit untuk didapat, kerusakan ekosistem, dan bahkan lingkungan yang lebih mendukung untuk hidupnya hewan atau serangga pembawa penyakit sangat berpotensial membawa dampak yang besar bagi kesehatan manusia. Bahkan PBB meramalkan di tahun 2030 sebanyak 2,9 miliar manusia akan kekurangan pasokan air. Proyeksi perubahan iklim menunjukkan adanya peningkatan intensitas hujan badai, gelombang panas, dan banjir, yang menciptakan peluang menguntungkan untuk berkembangnya patogen-patogen lama maupun baru sebagai penyebab penyakit (Kay, 2007; Soleman, 2008). Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang meninggal karena masalah yang berhubungan dengan pemanasan global, 20
  • 22. kecelakaan akibat keadaan alam, penyakit infekasi, dan meninggal karena kelainan yang berhubungan dengan stress. Dampak dari pemanasan global ini diyakini oleh para ahli akan membawa akibat yang buruk, walaupun masih jauh lebih banyak dampak yang belum diketahui dibandingkan dengan yang telah ketahui (Kay, 2007; Zwillich, 2007; EPA, 2008). 2.4.5.1 Penyakit infeksi Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit infeksi, terutama penyakit yang memang berada pada daerah hangat dan disebarkan oleh nyamuk dan serangga lainnya. Penyakit-penyakit tropis yang dapat menyebar terutama malaria, demam dengue, demam kuning, dan encephalitis (EPA, 2008). Suhu yang tinggi dapat mempermudah siklus hidup nyamuk malaria dan nyamuk-nyamuk lainnya yang merupakan penyebar penyakit di daerah tropis. Sejalan dengan pemanasan global, penyebaran nyamuk menjadi lebih luas, bahkan ke daerah dataran tinggi. Dimana sebelumnya daerah tersebut terlalu dingin bagi mereka. Saat ini telah didapatkan insidensi malaria yang meningkat pada dataran tinggi, yang dipengaruhi oleh bertambahnya suhu pada daerah tersebut. Vektor seperti Anopheles sp., selama ini dianggap hanya mampu berkembang biak pada daerah tropis saja dengan daerah isoterm 16 derajat lintang utara dan lintang selatan, dimana suhu tidak kurang dari 16 derajat Celcius dan pada ketinggian kurang dari 1.000 meter. Namun saat ini, nyamuk tersebut dengan mudah dapat ditemui pada daerah ketinggian 3.000 meter diatas permukaan air laut, walaupun endemic malaria hanya didapatkan hingga daerah ketinggian 2.000 meter diatas permukaan air laut (Kay, 2007; Reiter, 2007; Soleman, 2008). Tahun 2006, sebuah penelitian di Barat sungai Nil, Illinois, Dakota, Colorado dan Idaho, Reisen melaporkan bahwa temperatur yang lebih tinggi membuat nyamuk menjadi lebih mudah untuk mentransmisikan penyakit dan siklus hidup mereka menjadi lebih singkat. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature 21
  • 23. meningkat. IPCC telah memperingatkan daerah yang diprediksi terkena malaria paling banyak, yaitu Afrika, Inggris, Australia, India, dan Portugal. Malaria itu sendiri telah membunuh sekitar 1 juta orang setiap tahunnya, dan kebanyakan mereka adalah anak-anak (Donohoe, 2007; Kay, 2007; Reiter, 2007; EPA, 2008; UNFCCC, 2008). Demikian pula virus Weissera meningitides yang dapat menyebabkan meningitis, dapat menyebar dalam radius yang sangat luas melalui debu (Soleman, 2008). Sementara itu, penyakit Lyme merupakan penyakit yang penyebarannya dibatasi oleh suhu dingin di daerah utara. Suhu lingkungan yang dingin telah membatasi pergerakan tiks pembawa penyakit tersebut (sejenis kutu rusa), dan akan semakin berkurang penyebarannya. Hal ini karena pergerakan tiks tadi dihambat oleh lingkungan yang lebih hangat dan lembab. Studi-studi terbaru telah menemukan bahwa batas cakupan penyebaran tiks akan semakin sempit dan bergeser kearah utara sejauh 200 kilometer pada tahun 2020 dan 1,000 kilometer pada 2080 (Kay, 2007; EPA, 2008). 2.4.5.2 Food- and Water-Borne Diseases Sebuah penelitian dari Universitas Wisconsin melaporkan bahwa dari semua Food- and water-borne diseases di dalam Amerika Serikat antara 1948 dan 1994 didapatkan bahwa dua pertiga dari kasus-kasus tersebut didahului oleh adanya curah hujan yang tinggi (Kay, 2007). Perkembangan bakteri Salmonella sangat berhubungan dan didukung oleh temperatur-temperatur yang lebih tinggi. Penelitian di Kanada, Eropa dan Australia telah menunjukkan suatu korelasi antara temperatur dan peningkatan kasus karena Salmonella (Kay, 2007). Peningkatan temperature pada permukaan laut dan ketinggian permukaan air laut yang bertambah dapat meningkatkan insidensi water borne disease, seperti Kolera dan keracunan kerang. Zooplankton dapat menyembunyikan proliferasi kolera pada temperature yang hangat, dan merupakan reservoir dengan keadaan 22
  • 24. yang potensial untuk penyakit ini. Kolera telah membunuh 120.000 orang pada tahun 1995, dan kebanyakan mereka adalah anak-anak (EPA, 2008). 2.4.5.3 Dampak dari Bencana Alam Dan pemanasan global dapat mengakibatkan peningkatan curah hujan didaerah tertentu, yang bersama dengan rusaknya lingkungan mengakibatkan seringnya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Juga bencana banjir yang dapat datang dari naiknya tinggi permukaan air laut, sehingga memudahkan banjir terjadi pada saat pasang (Kay, 2007). Dampak dari banjir ialah terbawanya sejumlah bakteri dan parasit penyebab penyakit, seperti kholera, diare, thyphoid, dan leptospirosis. Ini belum termasuk berbagai penyakit tidak menular yang diakibatkan oleh pencemaran lingkungan dan bahan toksin. Pada saat banjir pula dapat dipastikan bahwa pasokan air bersih akan terganggu. Sehingga penularan penyakit infeksi kulit, saluran pernafasan maupun pencernaan akan semakin mudah. Dengan adanya banjir, maka sampah-sampah atau limbah akan terbawa ke pemukiman manusia, hal ini meningkatkan kemungkinan kontak antara manusia dengan hewan pengerat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit yang diperantarai hewan pengerat.(Soleman, 2008). Dampak lain dari bencana alam adalah timbulnya kecelakaan akibat bencana, yang mungkin dapat mengakibatkan kecacatan yang menetap, bahkan hingga kematian. Belum lagi gangguan psikologis dengan timbulnya stress pasca trauma (Post Traumatik Stress Disorders), yang dapat menurunkan kualitas hidup (Donohoe, 2007). 2.4.5.4 Penyakit Saluran Pernafasan Menurut penelitian-penelitian dari Universitas Columbia dan Johns Hopkins, kematian akibat masalah saluran pernapasan yang berhubungan dengan 23
  • 25. perubahan iklim diperkirakan meningkat sekitar 4,5 % dari tahun 1990 hingga tahun 2050 (Kay, 2007). Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi, asma, dan masalah pernafasan karena polusi udara dan udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora dan serbuk sari (Zwilich, 2007). Serbuk sari dan kontaminan udara lainnya yang merupakan penyebab penting masalah saluran pernapasan, tampaknya akan turut meningkat seiring dengan meningkatnya suhu dan kadar karbondioksida. Sebuah penelitian mengatakan bahwa penggandaan kadar karbondioksida akan merangsang produksi tepung sari meningkat lebih dari 50%. Selain itu, rumput-rumputan menjadi lebih cepat tumbuh, berbunga, dan secara signifikan memprodiksi serbuk sari lebih banyak (Kay, 2007). Polusi udara akan semakin bermasalah dan sering dijumpai seiring dengan pemanasan global, karena akan semakin seringnya terjadi gelombang panas, tanah kering berdebu, dan kebakaran hutan. Salah satu bentuk polusi udara yang dikhawatirkan adalah banyaknya kabut asap dan partikel debu yang kecil. Partikel debu dan kabut asap dapat merusak jaringan paru-paru, meningkatkan penyakit pernapasan, penyakit jantung, bahkan kematian kematian. Bahkan peningkatan kadar kabut asap yang rendah dapat memicu serangan asma pada anak-anak (Zwillich, 2007; Kay, 2007). Sumber polusi dari asap kendaraan bermotor dan pabrik berperan besar meningkatkan insidensi penyakit infeksi pernapasan dan menurunkan kualitas hidup seseorang. Polusi akibat industri dan kendaraan telah menyebabkan sekitar 800.000 kematian premature per tahun, dan 65%-nya terjadi di Negara berkembang Asia (Donohoe, 2007; Soleman, 2008). 2.5 Pengendalian Pemanasan Global Pemanasan global adalah masalah modern yang sangat kompleks, mempengaruhi seluruh dunia, dan terikat erat dengan masalah berbeda seperti kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan polplasi. Penanganan dan 24
  • 26. pengendalian pemanasan global ini tidak akan mudah, sementara tidak mengacuhkannya akan membawa dampak yang lebih buruk bagi umat manusia (EPA, 2008). Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per- tahun, al ini akan mengakibatkan pemanasan global terus berlangsung. Langkah- langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini belum ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan (Wikipedia, 2008). 2.5.1 Pengendalian Dampak dari Pemanasan Global Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara, namun penanganan tentu akan berbeda di setiap daerah. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Namun pengendalian ini mungkin hanya dapat dilakukan oleh Negara-negara kaya untuk melindungi pantainya. Sementara untuk banyak Negara yang tidak mampu menyelamatkan pantainya, akan menghadapi gelombang pengungsian yang besar- besaran dari daerah pantai, sehingga jalur dan daerah pengungsian harus mulai diperhatikan (UNFCCC, 2008). Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di daerah pantai dan populasi lainnya yang hampir punah untuk dapat pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan- lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin tanpa terhalang oleh blok manusia (Wikipedia, 2008). Meningkatnya insidensi penyakit infeksi parasit, gangguan kesehatan karena pencemaran air, polusi udara, meningkatnya suhu lingkungan, dan gangguan alam seperti banjir dan badai, juga masalah kesehatan pada daerah pengungsian, memerlukan sistem penanganan kesehatan dan promosi kesehatan 25
  • 27. masyarakat yang lebih baik. Akses pada pelayanan kesehatan harus dapat dijamin dengan baik, terutama didaerah yang sebelumnya bukan merupakan endemis suatu penyakit atau tidak familiar dengan keadaan baru akibat pemanasan global. Dalam bidang kesehatan misalnya, agar tenaga kesehatan lebih waspada terhadap penyakit infeksi daerah tropis seperti malaria, demam dengue, bahkan demam berdarah dengue yang banyak menyebabkan kematian, karena pada dokter di Amerika dan negara-negara lain hanya memiliki sedikit pengalaman mendiagnosis dan menangani penyakit-penyakit tersebut. Sehingga diharapkan kualitas tenaga kesehatan dan sistem kesehatan masyarakat yang baik dapat mengurangi efek dari pemanasan global pada kesehatan manusia (IPCC, 2007; Zwilich, 2007; EPA, 2008; Sierra, 2008). 2.5.2 Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah gas rumah kaca dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca (Wikipedia, 2008). 2.5.2.1 Penanaman Pohon Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, menyimpan karbon dalam kayunya, juga turut andil dalam menyerap panas matahari, menghasilkan oksigen, nencegah erosi, dan banyak keuntungan lainnya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, 26
  • 28. seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca (EPA, 2008; UNFCCC, 2008). Gambar 12. Pepohonan Pencegah Pemanasan Global. (Sumber : www.abc.net) Menanam pohon tidak terbatas pada lahan pertanian, halaman rumah dan sebagainya. Tetapi dapat juga ditanam pada atap rumah. Konsep ini diilhami dari Taman Gantung Babilonia. Taman atap ini mampu menyerap panas dan mengurangi karbon dioksida (Soleman, 2008). 2.5.2.2 Hentikan Produksi Gas Rumah Kaca Gas rumah kaca yang dimaksud disini adalah karbon dioksida, karena merupakan factor utama penyebab pemanasan global. Energy Information Administration (EIA) mencatat tahun 2030 emisi karbon dioksida akan mencapai 8.000 juta metrik ton. Gas ini dapat dihilangkan secara langsung. Salah satu caranya pada bidang perminyakan, dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas 27
  • 29. pantai Norwegia, di mana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan (Wikipedia, 2008). Pengolahan limbah berbasis karbon dapat dilakukan untuk mencegah diproduksinya lebih banyak karbon, misalnya dengan mengubur limbah karbon Mengubur merupakan langkah paling sederhana yang dapat dilakukan, misalnya untuk aneka limbah elektronik. Namun ilmuwan masih belum yakin bahwa gas berbahaya akan aman tersimpan. Tetapi kelak tetap akan muncul imbas negatifnya bagi lingkungan (Soleman, 2008). Sementara cara lainnya yaitu melakukan proses thermo-depolymerization terhadap limbah berbasis karbon untuk menghasilkan minyak. Proses ini merupakan proses yang sama dengan bagaimana alam memproduksi minyak dari fosil. Limbah akan dipanaskan dan diberi tekanan tepat maka akan menghasilkan minyak. Secara alami proses ini memakan waktu jutaan tahun. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa dari kotoran ayam kalkun dapat diproduksi sekitar 600 pon petroleum (Soleman, 2008). 2.5.2.3 Mengganti Sumber Energi Ramah Lingkungan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) memperkirakan hingga tahun 2030 kebutuhan energi akan melonjak sebesar 60%. Ini merupakan tantangan tersendiri dalam memerangi pemanasan global. Walaupun banyak sumber energi yang dapat dimanfaatkan, namun sumber energi yang dominan hingga saat ini adalah tetap bahan bakar fosil. Sehingga diharapkan untuk memenuhi kebutuhan energi dimasa depan, dapat meningkatkan penggunaan sumber energi lainnya (Soleman, 2008). Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak 28
  • 30. langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Pengharapan yang ingin dicapai sebagai sumber energi oleh para pakar saat ini adalah penggunaan sumber energi yang bebas emisi atau sekecil mungkin emisi untuk menggantikan suplai energi dari bahan bakar fosil (IPCC, 2007; UNFCCC, 2008). Gambar 13. Polusi Akibat Pembakaran Bahan Bakar Fosil. Penggunaan bahan bakar fosil memiliki peranan besar terhadap pemanasan global. (Sumber : www.unfccc.int) Sejumlah teknologi yang menggunakan bahan bakar fosil perlu diperhatikan agar dapat menggunakan bahan bakarnya lebih efisien, sehingga biaya operasi dapat berkurang, polusi berkurang, dan yang terpenting jumlah karbondioksida juga berkurang, sehingga pemanasan global dapat dikurangi. Misalnya teknologi automotif dapat mengurangi emisi karbondioksida dengan menggunakan teknologi “hybrid”, yang menggabungkan sumber energi dari bahan bakar fosil dengan energi listrik atau cahaya matahari. Dan kendaraan dengan teknologi hybrid ini telah tersedia dibeberapa negara, dan akan terus dipasarkan, walaupun pada saat ini harganya masih mahal (UNFCCC, 2008). 29
  • 31. Gambar 14. Mobil hybrid ramah lingkungan. Mobil ini menggunakan bensin dan baterai sebagai sumber tenaganya, mampu menghemat penggunaan bensin lebih dari setengahnya. (Sumber : www.otakku.com) Bahan bakar hidrogen dianggap sebagai bahan bakar alternatif bebas polusi. Energi yang dihasilkan didapat antara perpaduan hydrogen dan oksigen. Namun masalah pada sumber energi ini adalah bagaimana hydrogen itu dihasilkan. Proses untuk menghasilkan hidrogen itu sendiri masih membutuhkan energi besar. Namun setidaknya kemajuan teknologi ini telah memulai babak baru penelitian untuk menghasilkan hidrogen dengan lebih sederhana (Soleman, 2008). Energi matahari dan energi angin dapat digunakan untuk menggantikan penggunaan bahan bakar fosil, dan akhir-akhir ini mulai banyak digunakan. Perkembangan teknologi mendukung penggunaan kedua jenis sumber energi ini menjadi cukup efisien dan mempermurah biaya operasi. Bahkan untuk energy matahari, telah banyak perusahaan dan perumahan yang menggunakan aplikasi ini. Kontribusi kedua sumber energy ini pada total energy global saat ini baru mencapai kurang dari 2 persen (UNFCCC, 2008). 30
  • 32. Gambar 15. Kincir Angin. Tenaga angin dapat menjadi sumber listrik alternative yang menjanjikan. (Sumber : www.unfccc.int) Gambar 16. Panel Surya. Panel ini bermanfaat untuk menangkap energy matahari. (Sumber : media.arstechnica.com) Penggunaan hydro-electric power, atau sumber listrik tenaga air, juga dapat membuat kontribusi besar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Jenis sumber energy ini dapat dijumpai dibeberapa pedesaan di Negara kita. Bahkan energy tenaga air dapat didapat dari gelombang air laut. Laut itu sendiri melingkupi 70% permukaan bumi. Gelombangnya membawa energy besar yang dapat menggerakan turbin untuk menghasilkan listrik. Sungai Timur kota New 31
  • 33. York saat ini sedang menjadi proyek percobaan dengan enam turbin bertenaga gelombang air. Sedangkan di Portugis telah mempraktekan teknologi ini dan sukses menerangi lebih dari 1500 rumah. Akan tetapi penggunaan teknologi ini masih terbatas pada keadaan lingkungan dan keadaan sungai daerah setempat (UNFCCC, 2008). Gambar 17. Kincir Air. Merupakan salah satu sumber energy yang ramah lingkungan. (Sumber : www.radheika.com) Sumber energi nuklir tidak melepas karbon dioksida sama sekali, dan dapat turut mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Namun sumber energi ini banyak menuai kontroversi, karena masalah limbahnya yang dapat membahayakan banyak orang dan memakan waktu yang sangat lama untuk dapat diurai. Namun peran energi nuklir sendiri telah mencapai 6,8% dari total suplai energi global (UNFCCC, 2008). 2.5.2.4 Merubahan Kebiasaan dan Gaya Hidup Banyak orang-orang belum memikirkan apapun tindakan mereka berdasarkan efisiensi atau kesehatan untuk lingkungan. Mereka lebih condong untuk melakukan apa yang sebelumnya telah menjadi kebiasaan, apa yang teman atau tetangga mereka lakukan, dan apa yang sedang menjadi trend. Namun 32
  • 34. sebenarnya semuanya itu merupakan pilihan yang dapat kita pilih dengan mudahnya. Menggunakan mobil dengan kapasitas mesin besar dengan mesin kecil (yang mengkonsumsi bahan bakar lebih sedikit), merupakan pilihan yang dapat dilakukan oleh semua orang. Sama halnya dengan pilihan sering berganti perangkat elektronik, seperti telepon genggam, dimana Indonesia merupakan Negara dengan pengguna terbanyak di dunia. Pola hidup seperti ini merupakan masalah besar karena meningkatkan produksi industri yang menghasiklan karbon dan limbah berbasis karbon dikemudian hari. Dalam pemilihan kendaraan, alat- alat elektronik, pemanas ruangan, dan penyejuk ruangan, merupakan pilihan yang dapat diambil berdasarkan pertimbangan perubahan iklim yang akan diakibatkannya. Dan apabila ribuan dan jutaan orang melakukan pilihan ini untuk melawan pemanasan global, maka efeknya akan dapat dirasakan lebih nyata (UNFCCC, 2008). Gambar 18. Penggunaan Kendaraan Bermotor. Gaya hidup menggunakan kendaraan boros energi berperan penting terhadap pemanasan global. (Sumber : www.unfccc.int) Penebangan pohon juga dapat kita kurangi dengan merubah kebiasaan untuk mengurangi penggunaan kertas. Penggunaan kertas seperti untuk surat- menyurat, majalah, koran, buku pelajaran, kertas faks, hingga tisu toilet. 33
  • 35. Mengirim surat dalam bentuk surat elektronik melalui internet atau email, buku elektronik atau yang dikenal dengan e-book, penggunaan tisu secukupnya juga merupakan pilihan dalam kebiasaan dan gaya hidup kita untuk mencegah penebangan pohon lebih banyak lagi (Soleman, 2008). Kurangnya kebutuhan pasar, lambatnya inovasi dan perkembangan teknologi mengurangi perkembangan dari teknologi ramah lingkungan. Kuncinya disini adalah “keinginan”. Jika para konsumen dan rakyat kebanyakan memiliki keinginan yang kuat untuk melawan pemanasan global dan mereka mau membeli produk yang ramah lingkungan, maka teknologi dan proses baru akan lebih mudah berkembang dan melakukan inovasi untuk melahirkan produk-produk lain yang ramah lingkngan. Karena teknologi yang kita temui dipasaran saat ini menjadi laris karena adanya minat pembeli yang menggunakannya (UNFCCC, 2008). 2.5.2.5 Peran Peraturan Pemerintah Hukum dan peraturan dapan membawa pengaruh besar terhadap emisi gas rumah kaca karena dapat mempengaruhi perilaku bisnis dan kebiasaan rakyatnya. Beberapa pemerintahan mendorong rakyatnya untuk menggunakan transportasi masal, misalnya dengan pengaturan pajak, program pembangunan jalan, terutama jalan tol, dan bahkan subsidi, yang mendorong pengurangan penggunaan bahan bakar fosil. Salah satu cara untuk merubah kebiasaan adalah dengan membuatnya menjadi illegal atau membuatnya menjadi mahal, baik melalui pajak atau denda (UNFCCC, 2008). Penerapan standar minimum untuk efisiensi energi pada bangunan baru telah ditetapkan akhir-akhir ini di beberapa Negara, termasuk Austria, Prancis, Jepang, New Zealand, dan Inggris. Standar ini mengatur ketentuan dinding dan atap agar dapat menahan panas lebih baik dan sistem pencahayaan yang baik. Sehingga kebutuhan akan tungku perapian dan sumber energi yang tidak ramah 34
  • 36. lingkungan lainnya untuk memanaskan dan menerangi ruangan akan berkurang (UNFCCC, 2008). Penerapan standar efisiensi energi pada peralatan elektronik telah ditetapkan oleh beberapa pemerintah. Suatu program dimulai di Jepang pada tahun 1988 dan diharapkan dapat mengurangi kebutuhan energy untuk video recorder rumahan sebesar 59%, lemari pendingin 30%, dan computer sebesar 80%. Penekanan ini sangat bervariasi di berbagai Negara, misalnya lebih ringan di Belanda, tetapi lebih berat di kawasan Eropa. Beberapa Negara juga menerapkan potongan harga bagi beberapa produk yang lebih efisien (UNFCCC, 2008). Peraturan ekonomi dan fiscal dibuat agar jalur angkutan transportasi yang sebelumnya menggunakan jalan raya umum menjadi jalan tol, kapal laut atau menggunakan kereta api. Beberpa Negara mendorong penggunaan jalan tol dan kereta api, serta meningkatkan investasi dibidang ini seperti Ausria, Jerman, China, Slovenia, dan Belgia. Juga promosi untuk menggunakan kapal laut dilakukan oleh Belgia, Switzerland, dan Jepang. Juga di beberapa Negara penghasil mobil di Eropa dan Asia telah sepakat untuk mengurangi emisi karbon dioksia dari mobil-mobil yang mereka produksi (UNFCCC, 2008). Beberapa langkah telah diambil oleh beberapa Negara untuk sampah atau limbah dari peternakan dan perkebunan, seperti di Switzerland dan Norwegia, mereka menerapkan tingginya pajak perton sampah yang dihasilkan. Hal ini dilakukan terutama untuk mengurangi produksi gas metana, yang merupakan salah satu gas rumah kaca. Dan di Austria, pajak akan lebih tinggi bagi mereka yang tidak memiliki fasilitas untuk menangani produksi metana (UNFCCC, 2008). 2.6 Perjanjian internasional Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan emisi gas rumah kaca. Langkah pertama yang dilakukan adalah pembuatan Kerangka Konvensi untuk Perubahan Iklim (Framework Convention on Climate 35
  • 37. Change) tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil. Pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil tersebut, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Kerangka konvensi ini mengikat secara moral semua negara- negara industri untuk menstabilkan emisi karbondioksida mereka. Sayangnya, hanya sedikit negara industri yang memenuhi target. Langkah selanjutnya berarti membuat komitmen yang mengikat secara hukum dan memperkuatnya dalam sebuah protokol. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto. Perjanjian ini, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas. Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Kyoto Protokol tidak berpengaruh apa-apa bila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005. Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang 36
  • 38. keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien. Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida. Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem di mana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 37
  • 39. 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa (EPA, 2008; Wikipedia, 2008). 38
  • 40. BAB III KESIMPULAN Pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata dari permukaan bumi. Suhu rata-rata permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir, terutama sejak era industrialisasi. Pemanasan global ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, dan apabila tidak dilakukan tindakan apapun untuk mencegahnya, akan terjadi peningkatan suhu 1.5 hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100. Efek rumah kaca dianggap sebagai penyebab utama pemanasan global. Sementara gas CO2 merupakan gas utama (hampir 60%) yang memberikan efek rumah kaca tersebut. Gas CO2 tersebut banyak dihasilkan dari hasil aktivitas manusia, yaitu pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas alam, seperti dalam dunia industri dan transportasi. Hal lain yang juga berperan dalam pemanasan global adalah penggundulan hutan dan pembakaran yang dilakukan untuk memasak, menghangatkan, dan mengawetkan makanan. Dampak dari pemanasan global belum dapat diprediksi secara pasti. Bahkan lebih sulit lagi untuk memprediksi apakah kita sebagai manusia akan berhasil atau gagal untuk beradaptasi terhadap pemanasan global. Meningkatnya suhu global akan menyebabkan perubahan-perubahan besar seperti perubahan iklim, naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, terpengaruhnya hasil perkebunan dan pertanian, pelbagai masalah kesehatan, juga punahnya berbagai jenis hewan. Pemanasan global merupakan masalah modern yang sangat kompleks, mempengaruhi seluruh dunia, dan terikat erat dengan masalah berbeda seperti kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan populasi. Penanganan dan pengendaliannya tidaklah mudah, dan penanganannya pun tentu akan berbeda di setiap daerah. Namun apapun tindakannya dan sekecil apapun itu, harus segera dilakukan oleh semua pihak untuk mulai mengatasi pemanasan global ini sedini mungkin. 39
  • 41. Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca, yaitu dengan mencegah dan mengurangi produksi gas rumah kaca, terutama karbondioksida. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi laju pemanasan gobal, misalnya dengan melindungi dan menanam pohon, menghentikan produksi gas rumah kaca, menggunakan sumber energi yang ramah lingkungan, dan merubah kebiasaan dan gaya hidup agar lebih ramah lingkungan. Pada intinya, peran nyata dan kerjasama semua pihak sangat diperlukan dan memegang peran penting untuk mengatasi pemanasan global. 40
  • 42. DAFTAR PUSTAKA Annonym A. 2007. Pemanasan global. http://geo.ugm.ac.id/archives/28 Annonym B. 2008. Global warming. http://www.globalwarmingindonesia.co.cc/index.php?option=com_content&task= view&id=21&Itemid=32 Annonym C. 2008. Global warming. http://naturematters.files.wordpress.com/2006/11/global_warming_predictions.pn g Annonym D. 2008. Earth's Axis Tilt . http://www.divulgence.net/ Donohoe M. 2007. Global warming: a public health crisis demanding immediate action. http://www.medscape.com/viewarticle/548985.htm Environmental Protection Agency (EPA). 2008. Health and environmental effects. http://www.epa.gov/climatechange/effects/health.html Gambar Kincir air (tenaga listrik) . http://www.radheika.com/files.php?file=kincir_449639892.jpg Gambar Mobil hyrid. http://www.otakku.com/wp- content/uploads/2007/08/hybrid-car-hyper.jpg Gambar Panel Surya. http://media.arstechnica.com/journals/science.media/solar_panel.jpg Gambar Penggundulan Hutan. http://www.abc.net.au/reslib/200703/r134363_451924.jpg Gambar Polusi Kendaraan Bermotor. http://kamase.org/wp- ontent/uploads/2008/01/polusi.jpg Gambar Solar Cycle Variation. http://www.globalwarmingart.com/images/4/43/Solar_Cycle_Variations.png 41
  • 43. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). 2007. Global warming : early warning sign. http://www.climatehotmap.org/ Jane K. 2007. Global warming health effects. http://www.truthout.org/article/global-warming-health-effects Kay J. 2007. Global warming health effects. http://www.sfgate.com/templates/types/article/style/article41.css Reiter P. 2007. Human ecology and human behavior, climate change and health in perspective. London, UK : International Policy Press. Hal 3-16 Sierra. 2008. Global warming impact. http://www.sierraclub.org/energy/health/disease.asp Soleman E E. 2008. Bumi memanas, manusia terancam sakit. Dalam : Samaritan, Pemanasan global dan dunia medis. Yayasan Perkantas : Jakarta. Hal 5-9 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). 2008. The Green House Effect. http://unfccc.int/essential_background/feeling_the_heat/items/3157.php Wikipedia, the free encyclopedia. 2008. Global warming. http://en.wikipedia.org/wiki/global_warming Zwillich T. 2007. Experts: global warming affects health. http://www.medscape.com/viewarticle/564806.html 42