SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 170
Baixar para ler offline
TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK I :
MENCARI KEBENARAN
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : TIGA (3)
MHS SMT 4 KELAS A
1. Hilyah Ruby W 1211900043
2. Fitri Oktaviani 1211900046
3Sukmawati 1211900050
. 
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
PENGANTAR
FILSAFAT
ILMU
Manajemen A
Dr. Sigit Sardjono, MS
Kelompok 3
Hilyah Ruby W
1211900043
Fitri Oktaviani
1211900046
Sukmawati
1211900050
Pengertian Filsafat
4
Dari sisi kebahasaan
• Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia.
Philo=cinta Sophia= kebijaksanaan/kebenaran. Jadi philosophia
adalah orang yang mencintai kebenaran, sehingga berupaya
memperoleh dan memilikinya.
• Kata philosophia ditransformasikan ke berbagai bahasa. Dalam
bahsa arab disebut falsafah. Dalam bahsa Indonesia disebut
falsafat/filsafat. Dalam bahsa Belanda dan Jerman disebut
Philosophie.
Penyebab Lahirnya Filsafat
2. RASA INGIN TAHU
Karena mite hanya bersifat dongeng belaka,
maka orang mulai berpikir rasional, untuk
mencari jawaban-jawaban yang logis.
Keingintahuan terhadap alam semesta,
keingintahuan terhadap penciptanya dsb.
1.PERTENTANGAN ANTARA MITOS DAN
LOGOS.
Dikalangan masyarakat Yunani dikenal
adanya mitos, sebagai suatu keyakinan
lama yang berkembang dengan pesat
misalnya mite kosmologi yang
melukiskan kejadian alam. Lama-lama
mitos hilang dikalahkan oleh logos,
maka logos penyebab pertama lahirnya
filsafat.
5
Karakteristik Filsafat
1.SKEPTISIS
Skeptisis adalah keraguan terhadap suatu kebenaran sebelum mendapat argumen yang kuat
terhadap kebenaran tersebut. Di kelompokan bersifat Gradasi , dari ragu ke yakin, bersifat
degradasi, dari yakin ke ragu, bertahan sophisme, terus menurus ragu.Sifat gradasi
diungkapkan oleh RENE DECARTES Filsuf Prancis cagito ergo sum (saya berpikir maka saya
ada)
2.KOMUNALISME
Hasil pemikiran filsafat dimiliki masyarakat umum tidak memandang ras, kelas, ekonomi, dan
keyakinan. Misalnya hasil pemikiran Yunani bermanfaat untuk orang Eropa, Asia Afrika dsb.
6
3. DISENTERESTEDNESS
YANG BERASAL DARI KATA INTEREST, yaitu suatu kegiatan filsafat
yang tidak dimotivasi untuk suatu kepentingan tertentu.
4. UNIVERSALISME
Filsafat bersifat umum, berati filsafat adalah hak seluruh umat
manusia secara umum atau sifatnya internasional. Semua umat
manusia berhak mengadakan kajian filsafat.
7
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam
Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar
(knowledge is justified true belief).'
Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut
Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu
tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua
milik atau isi pikiran.2 Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia
untuk tahu.
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang
diketahui manusia secara Iangsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui
(subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang
menge­tahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif .
8
PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Jenis Pengetahuan
1. Pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan
dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense,
karena seseorang me­miliki sesuatu di mana is menerima secara baik.
Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah,
benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya. Dengan
common sense, semua orang sampai pada keya­kinan secara umum tentang
sesuatu, di mana mereka akan berpendapat sama semuanya. Common
sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari
2. Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam
pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu
pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
.
10
Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengor­ganisasikan dan
mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan
menggunakan berbagai metode.
3. Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau
ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat
membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan
pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan
cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
Dengan hal ini manfaat filsafat adalah didasarkan pada pengertian filsafat sebagai suatu
integrasi atau pengintegrasi sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan.
Sebagian besar orang hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan apa yang paling
dibutuhkannya pada saat dan tempat tertentu.
 
Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak bersangkut paut
dengan kehidupan sehari-hari yang kongkret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat
itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan nyata setiap hari.Kendali tidak
memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistic dan elok, filsafat
sanggup membantu manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistic dan elok
dalam kearsitekturan se
hingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman itu akan menjadi patokan utama
bagi pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut.
 
11
12
TERIMAKASIH
TUGAS MEMBUAT SLIDE
TOPIK 2 :
TOPIK 2
PERENUNGAN FILSAFAT
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : TIGA (3)
MHS SMT 4 KELAS A
1. Hilyah Ruby W 1211900043
2. Fitri Oktaviani 1211900046
3Sukmawati 1211900050
. 
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
PERENUNGAN
FILSAFAT
Dr.Sigit Sardjono,MS
PERENUNGAN TENTANG FILSAFAT TIDAK BEGITU SAJA,
TETAPI DIMULAI DULU DENGAN MELIHAT PERKEMBANGAN
FILSAFAT DAN PENALARAN TENTANG HAKEKAT FILSAFAT
KELOMPOK 3
1211900046
FITRI OKTAVIANI
1211900043
HILYA RUBI W
1211900050
SUKMAWATI
Awal pemikiran filsa­fat dapat ditelusuri dari sejarah para pemikiran sebelum masehi, namun yang mudah dilacak yaitu sejak ada
buah pemikiran dari Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-528 SM), Pythagoras (532 SM), Heraclitus (535­475 SM), Parmenides
(540-475 SM), serta banyak lagi pemikir lainnya. Pythagoras, Plato, Aristoteles, Archimedes, Descartes, mereka ialah orang pertama
yang dianggap meletakkan dasar ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan alam dan matematika. Pandangan para filsuf ini, di antara­nya
Pythagoras mengartikan filsafat sebagai pecinta kebijaksanaan (lover of wisAwal pemikiran filsa­fat dapat ditelusuri dari sejarah para
pemikiran sebelum masehi, namun yang mudah dilacak yaitu sejak ada buah pemikiran dari Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-
528 SM), Pythagoras (532 SM), Heraclitus (535­475 SM), Parmenides (540-475 SM), serta banyak lagi pemikir lainnya. Pythagoras,
Plato, Aristoteles, Archimedes, Descartes, mereka ialah orang pertama yang dianggap meletakkan dasar ilmu pengetahuan, ilmu
pengetahuan alam dan matematika. Pandangan para filsuf ini, di antara­nya Pythagoras mengartikan filsafat sebagai pecinta
kebijaksanaan (lover of wisdom). Plato mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang
hakiki lewat dialektika.dom). Seorang pemikir pertama dan terkemuka pada jaman Yunani Kuno yang dalam sejarah filsafat diakui
sebagai The Father of Philosophy atau bapak filsafat dan bapak penalaran deduktif, terkenal sebagai ilmuwan pertama di dunia dan
ahli matematika Yunani yang pertama serta termasuk sebagai salah seorang dari Seven Wise Men of Greece atau tujuh orang arif
bangsa Yunani adalah Thales hidup tahun 640 sampai 546 sebelum masehi. Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang
mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi dari alam semesta, menurutnya semuanya berasal dari air sebagai
materi dasar kosmis.
PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
Tahap berikutnya muncullah Pythagoras yang hidup pada tahun 572 sampai 497 sebelum masehi, dia seorang ahli matematika yang
mengemukakakan ajaran metafisika dari Yunani Kuno dan pendiri mazhab filsafat Pythagoreanisme yang mengajarkan bahwa
bilangan merupakan substansi dari semua benda. Menurut Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata
oleh Tuhan, oleh karena itu ia tidak mau disebut sebagai orang arif seperti halnya Thales, melainkan menganggap dirinya hanya
seorang philosophos yang artinya pecinta kearifan
Menurut pendapat Plato yang hidup pada tahun 428 hingga 348 sebelum masehi adalah seorang filsuf besar Yunani Kuno yang
mengembangkan filsafat spekulatif mengenai dunia ide yang sempurna dan abadi. Baginya filsafat merupakan pencarian yang bersifat
spekulatif terhadap pandangan kebenaran yang menyeluruh. Ia menegaskan bahwa filsuf adalah pecinta pandangan tentang
kebenaran atau vision of truth, sedangkan filsafat merupakan pencarian yang bersifat perekaan atau spekulatif terhadap pandangan
tentang seluruh kebenaran, sehingga filsafat Plato disebut filsafat spekulatif. Seorang filsuf besar Yunani Kuno, Aristoteles yang hidup
pada tahun 382 sampai dengan 322 sebelum masehi merupakan tokoh pelopor logika dan seorang ilmuwan yang menelaah biologi,
psikologi dan ilmu politik, kini diakui sebagai filsuf ilmu yang pertama. Pendapatnya episteme adalah an organized body of rational
knowledge with its proper object yang berarti suatu kumpulan yang teratur dari pengetahuan rasional dengan obyeknya sendiri yang
tepat, dengan demikian filsafat dan ilmu tergolong sebagai pengetahuan rasional yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
atau rasio manusia
 
Pemikiran Aristoteles selanjutnya, disebut episteme atau pengetahuan rasional yang kemudian dapat dibedakan menjadi tiga bagian
yaitu :
 
1.Pengetahuan praktis atau praktike
2.Pengetahuan produktif atau poietike
3.Pengetahuan teoritis atau theoretike
 
Theoretike atau pengetahuan teoretis oleh Aristoteles dibedakan pula menjadi tiga kelompok yaitu :
 
1.Pengetahuan matematika atau mathematike
2.Pengetahuan fisika atau physike
3.Pengetahuan filsafat pertama atau prote
4.philosophia
 
Hakekat Filsafat yang paling awal adalah pengetahuan teoritis yang menelaah peradaban yang abadi, tidak berubah dan terpisah dari
materi. Aristoteles mendefinisikannya sebagai the science of first principles atau ilmu tentang asas-asas yang pertama. Semua
pengetahuan lainnya secara logis mengandaikan atau berdasarkan ilmu ini, oleh karena itu ilmu ini dianggap sebagai filsafat pertama,
dan kemudian definisinya dilengkapi menjadi suatu ilmu yang menyelidiki peradaban sebagai peradaban dan ciri-ciri yang tergolong
pada obyek berdasarkan sifat dasarnya sendiri. Oleh karena dalam pembagian dan urutannya Aristoteles menempatkan filsafat
pertama setelah fisika maka pengetahuan filsafat tersebut kemudian disebutnya dengan metafisika yang artinya sesudah fisika,
sedangkan pengetahuan fisika itu sendiri oleh Aristoteles disebutnya sebagai filsafat kedua. Matematika, fisika dan metafisika telah
berkembang pada masa Aristoteles
Filsafat telah dimulai oleh Thales dan berkembang ke arah kosmologi, sedangkan filsafat spekulatif dikembangkan oleh Plato dan
Pada abad pertengahan filsafat dianggap sebagai the supreme art (pengetahuan yang tertinggi), namun kedudukan dan
peranannya adalah sebagai pelayan dari teologi. Kebenaran yang diterima oleh kepercayaan melalui wahyu tidak dapat ditentang
oleh kebenaran filsafati yang dicapai dengan akal manusia. Filsafat merupakan sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran
tentang Tuhan yang dapat dicapai oleh akal manusia.
Pada abad-abad selanjutnya filsafat berkembang melalui dua jalur yaitu jalur yang pertama adalah filsafat alam atau natural
philosophy yang mempelajari benda dan peristiwa alamiah dan jalur yang kedua disebut filsafat mental dan moral atau mental and
moral philosophy. Pada zaman Junani kuno episteme atau pengetahuan rasional mencakup filsafat maupun ilmu, tidak terdapat
masalah besar atau kebutuhan penting untuk membedakan secara tegas kedua jenis pengetahuan tersebut. Thales sebagai
seorang filsuf juga mempelajari astronomi dan topik pengetahuan termasuk fisika. Fisika adalah pengetahuan teoritis yang
mempelajari alam dan pengetahuan tersebut kemudian disebut dengan filsafat alam.
Tetapi pada zaman Renaissance sejak abad XIV sampai abad XVI terjadi perkembangan baru. Tokoh pembaharu dan pemikir
seperti Galileo Galilei, Francis Bacon dan pada abad berikutnya Rene Descartes dan Issac Newton memperkenalkan metode
matematik dan metode eksperimental untuk mempelajari alam. Sejak abad XVII Filsafat alam sesungguhnya bukanlah
pengetahuan filsafat melainkan pengetahuan yang dikenal sebagai Ilmu Alam. Perkembangan ilmu mencapai puncak kejayaan
ditangan Newton. Dalam perkembangan selanjutnya pada abad XVIII philosophia naturalis memisahkan diri dari filsafat dan para
ahli menyebutnya dengan nama Fisika. Pada zaman modern timbul kebutuhan untuk memisahkan secara nyata kelompok ilmu
modern dari filsafat karena perbedaan ciri-cirinya yang menyolok. Filsafat kebanyakan masih bercorak spekulatif sedang ilmu
modern telah menerapkan metode empiris, eksperimental, dan induktif. Kini secara pasti semua cabang ilmu dinyatakan sebagai
ilmu-ilmu empiris, sifat empiris inilah yang membentuk ciri umum dari kelompok ilmu modern dan yang membedakannya dari
filsafat
TUGAS MEMBUAT SLIDE
TOPIK 2 :
TOPIK 3
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : TIGA (3)
MHS SMT 4 KELAS A
1. Hilyah Ruby W 1211900043
2. Fitri Oktaviani 1211900046
3Sukmawati 1211900050
. 
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
Pancasila sebagai filsafat
bangsa indonesia
Dr.Sigit Sardjono,MS.
Berdasarkan catatan sejarah, sebagaimana diungkapkan Hamdani dan Fuad (2007), Plato mengumpamakan seorang filsuf ialah
laksana seorang kapten kapal yang menghabiskan banyak waktunya memandang bintang-bintang di langit. Para kelasi
mengungkapkannya sebagai para­sit tidak berguna, tapi kata Plato, tanpa kerja sang kapten kapal akan tersesat, dan pekerjaan para
kelasi menjadi sia-sia, begitulah gambaran posisi dan peran filsafat dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
banyak ilmuwan menyatakan bahwa filsafat merupakan induk dari segala ilmu.
Sejarah kefilsafatan di kalangan filsuf menjelaskan tentang tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau
keheranan, keraguan atau kegengsian dan kesadaran akan keterbatasan. Plato mengatakan: 'Mats kita memberi pengamatan bintang-
bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi. dorongan kepada kita untuk, menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berawal
filsafat'. Sejak zaman kuno, zaman pertengahan dan zaman modern sekarang ini telah melahirkan suatu cara pandang terhadap gejala
alam dengan berbagai variasinya. Lebih jauh dikatakan Amsal (2006), proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitif-
klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman.
Di sinilah pemikiran filsuf telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola fikir ilmiah oriented,
perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan. Berdasarkan catatan sejarah, Plato
mengumpamakan seorang filsuf ialah laksana seorang kapten kapal yang menghabiskan banyak waktunya memandang bintang-
bintang di langit. Para kelasi mengungkapkannya sebagai para­sit tidak berguna, tapi kata Plato, tanpa kerja sang kapten kapal akan
tersesat, dan pekerjaan para kelasi menjadi sia-sia, begitulah gambaran posisi dan peran filsafat dalam upaya pengembangan ilmu
pengetahuan. Sejarah juga membuktikan, bahwa perjalanan manusia telah diantarkan dalam berbagai fase ke­hidupan. Sejak zaman
kuno, zaman pertengahan dan zaman modern sekarang ini telah melahirkan suatu cara pandang terhadap gejala alam dengan
berbagai variasinya. Lebih jauh proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitif-klasik dan kuno menuju manusia modern
telah melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Di sinilah pemikiran filsuf telah
mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola fikir ilmiah oriented, perubahan dari pola pikir
mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan.
Filsafat berusaha untuk menyatukan hasil-hasil ilmu dan pemahaman tentang moral, estetik, dan agama. Para
fil­suf telah mencari suatu pandangan tentang hidup secara terpadu, menemukan maknanya serta mencoba
memberikan suatu kon­sepsi yang beralasan tentang alam semesta dan tempat manusia di dalamnya.
Filsafat tidak memberi petunjuk-petunjuk untuk mencapai taraf hidup yang lebih tinggi, juga tidak melukiskan
teknik­-teknik baru untuk membuat nuklir. Sementara penalaran diartikan sebagai pola pemikiran yang logik
dan analitis. Orang menalar jika ingin mendapat /menemukan pemahaman yang benar. Seorang yang
berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang.
Sebenarnya jika di dalam filsafat itu kita ingin mencari jawaban yang terakhir terhadap persoalan yang kita
hadapi, yakni jawaban yang disepakati oleh semua filsuf sebagai hal yang benar, maka kita akan kecewa dan
bersedih hati. Setelah lama mempelajarinya, kita dapat mulai menyusun suatu sistem filsafat yang di
dalamnya kita dapat menempatkan persoalan-persoalan yang kita hadapi dan memberikan jawaban-jawaban
yang kiranya cocok.
HAKEKAT FILSAFAT
Kata falsafah atau filsafat merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yu­nani "philosophia."
Menurut bahasa, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia = persahabatan atau cinta dan shopia =
kebijaksanaan. Sehingga arti lughowinya atau semantik adalah seorang pencinta kebijaksanaan atau ilmu. Istilah lain yang juga
sering digunak­an dan dianggap mengandung makna yang sama, yaitu kata philare atau philo yang berarti cinta; dalam arti yang
luas yaitti ingin dan oleh karena itu berusaha untuk mencapai yang diinginkan. Orang yang cinta kepada ilmu pengetahuan disebut
philosopher, yang dalam bahasa Arab dikenal sebagai failasuf. Pencinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan
sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
 
Dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy, yang juga ber­arti filsafat yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar
kata ini yaitu kata philos dan sophos. Philos maknanya gemar atau cinta, dan sophos artinya bijaksana atau arif (wise). Menurut,
pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno, filsafat berarti cinta kearifan.
Dalam dunia Islam para pemikir atau ahli filsafat disebut filsuf, se­cara populer diketahui seperti Ibnu Khaldun, Ibnu Shina, al-Kindi,
al­Ghazali. Sayyid ar-Rhadi menyatakan guru dari semua filsuf Islam ialah Imam Ali bin Abi Thalib r.a. Ini tercermin dalam bukunya
yang berjudul Nahjul Balaghah. Buku ini berisi kumpulan khotbah Imam Ali semasa hidupnya. Ar-Rhadi mengatakan bahwa
kumpulan khotbah ini syarat dengan muatan filsafat ketuhanan, filsafat matafisika, filsafat etika, fil­safat estetika, dan filsafat ilmu
seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, maupun ilmu politik.
Filsafat ilmu adalah telaah kefilsafatan yang ingin menjawab perta­nyaan mengenai hakikat ilmu, baik ditinjau dari sudut ontoiogis,
epis­temologis, maupun aksiologis yang dilakukan melalui proses dialektika secara mendalam (radic) yang sistematis dan bersifat
spekulatif. Rosen­berg (2003), mengatakan dalam filsafat ilmu dibagi dalam dua pertahya­an utama
Filsafat ilmu yaitu ilmu yang meng­kaji seluk-beluk dan tata cara memperoleh suatu pengetahuan, cumber
pengetahuan, metode dan pendekatan yang digunakan untuk mendapat pengetahuan logis dan rasional. Suwardi
Endrawara (2012) mengungkap­kan pandangan Magnis Suseno, adanya perkembangan ilmu yang luas dan maju
menunjukkan semua pertanyaan yang menyangkut ilmu pe­ngetahuan dapat dijawab. Biasanya yang mempunyai andil
besar dalam menjawab pertanyaan itu ialah para filsuf yang menekuni filsafat
Oleh karena itu, pertanyaan yang tidak dapat di jawab menjadi porsi pekerjaan filsuf lain sampai dia menemukan
jawaban terhadap ilmu penge­tahuan, dan ketika mereka berhenti pada suatu pertanyaan tentang ilmu pengetahuan
itu, artinya di sana dia telah menemukan sesuatu yang baru, kemudian merambah lagi ke pertanyaan berikutnya untuk
menemukan ilmu pengetahuan baru.
Filsafat Memiliki Cara Berfikir Yang Menyeluruh

Sistematik berarti secara teratur dan tersusun se­hingga merupakan pengertian yang sistematis,
dan bahwa pendalaman mengenai hakikat sesuatu itu disertai pembuktian yang dapat diterima
akal dan tersusun berjalinan dan dapat dipertanggungjawabkan (Langeveld, 1957: 9). Sistematik
berarti juga bahwa hakikat sesuatu yang didalami itu dilihat sebagai bagian atau subsistem dalam
kerangka entitas sistem itu.

Radikal berasal dan kata "radix, (Yunani, berarti akar)". Berpikir radikal berpikir sampai akar-
akamya, dan tidak kepalang tanggung, hingga kepada konsekwensi-konsekwensinya terakhir.

Universal, berarti berpikir secara keseluruhan dan tidak hanya me­ngenai bagian-bagian tertentu
saja.

Berfilsafat, ialah mencari kebenaran, dari kebenaran untuk kebenaran, tentang segala,sesuatu
yang dipermasalahkan, dengan berpikir secara radikal sistematik dan universal.
KARAKTERISTIK BERFIKIR SECARA
FILSAFAT

Hubungan Filsafat Dengan Kebudayaan : Kebudayaan berasal dari kata ke-budaya-an. Budaya berarti budi dan daya.
Unsur budi adalah cipta (akal), rasa, dan karsa (kehendak). Kebudayaan adalah hasil budaya atau kebulatan cipta (akal),
rasa dan karsa (kehendak) manusia yang hidup bermasyarakat. Antara manusia dan masyarakat serta kebudayaan ada
hubungan yang erat.  

Hubungan Filsafat Dengan Lingkungan : Manusia, masyarakat dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat, juga
dengan alam sekitar atau lingkungan. Filsafat sebagai hasil budaya manusia juga tidak lepas dari pengaruh alam
sekitarnya. Itulah sebabnya terdapat berbagai jenis kefilsafatan tertentu yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. 

Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan : Yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran. Demikian juga ilmu
pengetahuan dan agama.  

Hubungan Filsafat Dengan Agama : Jika seseorang melihat sesuatu kemudian mengatakan tentang sesuatu tersebut
maka dikatakan bahwa ia telah mempunyai pengetahuan tentang sesuatu. Pengetahuan adalah sesuatu yang tergambar
dalam pikiran manusia. Misal, ia melihat manusia dan mengatakan bahwa itu manusia. Dikatakan ia telah mempunyai
pengetahuan tentang manusia. Jika ia bertanya lebih lanjut mengenai manusia itu, darimana asalnya, bagaimana
susunannya, ke mana tujuannya, dan sebagainya, maka akan diperoleh jawaban yang lebih rinci mengenai manusia
tersebut.
HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DENGAN
KEBUDAYAAN DAN LINGKUNGAN
Berdasarkan uraian tersebut maka filsafat mempunyai kegunaan sebagai berikut:
 Melatih din untuk berpikir kritis dan runtut serta menyusun hasil pikiran tersebut secara sistematis.

Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tetutup.
 Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian, dan memutuskan atau meng­ambil kesimpulan mengenai
sesuatu hal secara mendalam dan komprehensif.Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam
menghadapi berbagai problem.
 Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa.

Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadi maupun dalam hubungannya dengan
orang lain.
 Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun dalam hubungannya dengan orang lain,
alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha Esa

Menjadikan manusia lebih taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
GUNA DAN FUNGSI FILSAFAT
Filsafat, meminjam pikiran Will Darunt, dapat diibaratkan pasukan marinir yang
merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infantri ini adalah
berbagai pengetahuan yang di antaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang
memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmulah
yang membelah gunung dan merambah hutan, yang dapat diandalkan. Setelah
penyerahan dilakukan maka filsafatpun pergi. Dia kembali menjelajah laut
lepas, berspekulasi dan meneratas.
FILSAFAT MEMPERJELAS PENGETAHUAN
(1). Permasalahan Tentang “ADA”
Permasalahan tentang `ada' (being) menghasilkan cabang filsafat metafisika. Meta berarti di balik dan physika berarti benda-
benda fisik. Pengertian sederhana dari metafisika yaitu kajian tentang sifat paling dalam dan radikal dari kenyataan.  
(2). Permasalahan Tentang Pengetahuan (KNOWLEDGE)
Permasalahan tentang pengetahuan (knowledge) menghasilkan cabang filsafat epistemologi, yaitu filsafat pengetahuan.  
(3). Permasalahan Tentang Metode
Permasalahan tentang metode menghasilkan cabang filsafat metodologi. Istilah ini berasal dari metos dengan unsur meta yang
berarti cara, perjalanan, sesudah, dan hodos yang berarti cara perjalanan, arah.  
(4). Permasalahan Tentang Penyimpulan  
Permasalahan tentang penyimpulan menghasilkan cabang filsafat logika (logis). Logika berasal dari kata logos yang berarti
uraian, nalar. Secara. .
(5). Permasalahan Tentang Moralitas (MORAL/TY)
Permasalahan tentang moralitas menghasilkan cabang filsafat etika (ethics). Istilah etika berasal dari kata ethos yang berarti
adat kebiasaan.  
(6). Permasalahan Tentang Keindahan
PERMASALAHAN FILSAFAT
THANK YOU
TUGAS MEMBUAT SLIDE
TOPIK 2 :
TOPIK 4
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : TIGA (3)
MHS SMT 4 KELAS A
1. Hilyah Ruby W 1211900043
2. Fitri Oktaviani 1211900046
3Sukmawati 1211900050
. 
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
Pancasila sebagai filsafat
bangsa indonesia
Dr.Sigit Sardjono,MS.
SUKMAWATI
1211900050
HILYA RUBI W
1211900043
FITRI OKTAVIANI
1211900046
KELOMPOK 3
Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat
masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber
dari segala sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa,
dan negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalam menentukan pandan-
gan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu masalah, hakikat dan
sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata krama
pergaulan dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan
manusia lainnya (Prayitno, 1989:2).
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti
bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama
Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup
bangsa Indonesia.
BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILAADALAH SUATU FILSAFA
§
Pada kalimat pertama dari
mukadimah Republik In-
donesia yang berbunyi :
Bahwa sesungguhnya ke-
merdekaan itu ialah hak
segala bangsa. Oleh sebab 
itu penjajahan harus di-
hapuskan karena bertentan-
gan  dengan peri kemanusi-
aan dan peri keadilan. Ka-
limat pertama ini adalah ka-
limat antithese.
Muh.Yamin
01
§
beliau mengemukakan bahwa pancasila
itu disajikan sebagai pidato  untuk
memenuhi permintaan memberikan
dasar fiilsafat negara, maka disajik-
annya Pancasila sebagai filsafat. Pan-
casila masih merupakan filsafat Negara
(staats-filosofie).
Soediman Kartohadiprodjo
02
§
filsafat ada di dalam lingkungan
ilmu pengetahuan dan Weltan-
schauung didalam lingkungan
hidup. Dengan belajar filsafat or-
ang tidak dengan sendirinya
mempelajari Weltanscauung. Dan
juga tidak pada tempatnya jika
dalam filsafat aspek Weltan-
schauug ditekan-tekan dengan 
berlebih-lebihan. Shingga
dikemukakan bahwa Pancasila
sudah lama merupakan Weltans-
cauung bagi kita banggsa Indone-
sia
Drijrkoro
03
Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh.
Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat
Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi
keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara induktif (dengan
mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya dan
menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu).
Pengertian Filsafat Dan Dasar Filsafat Pancasila
Ada beberapa dasar yang menjadikan pancasila sebagai filsafat
bangsa Indonesia yaitu :
Dasar ontologi Pancasila adalah
manusia yang memiliki hakikat
mutlak monopluralis, oleh karen-
anya disebut juga sebagai dasar
antropologis. Subyek pen-
dukungnya adalah manusia,
yakni : yang berketuhanan, yang
berkemanusiaan, yang berpersatu-
an, yang berkerakyatan dan yang
berkeadilan pada hakikatnya ada-
lah manusia
Landasan
Ontologis Pancasila
01.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
pada hakikatnya adalah suatu sistem
pengetahuan. Dalam kehidupan sehar-
i-hari Pancasila menjadi pedoman
atau dasar bagi bangsa Indonesia
dalam memandang realitas alam
semesta, manusia, masyarakat,
bangsa, dan negara tentang makna
hidup serta sebagai dasar bagi
manusia Indonesia untuk menyele-
saikan masalah yang dihadapi dalam
hidup dan kehidupan.
Landasan
Epistemologis Pan-
casila
02.
Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek
budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti
manusia secara sadar mencari memilih dan
melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai
merupakan fungsi rohani jasmani manusia.
Dengan demikian, aksiologi adalah cabang
fisafat yang menyelidiki makna nilai, sum-
ber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan
hakikat nilai, termasuk estetika, etika,
ketuhanan dan agama
Landasan Aksiologis
Pancasila
03.
Click icon to add picture
Click icon to add picture
Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Tidak
ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra, karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat
bangsa Indonesia
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
1. Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam kehidupan bernegara. Segala aspek yang erat
kaitannya dengan kehidupan masyarakat bangsa tersebut dan yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dari negara ber-
sangkutan. Oleh karena itu, fungsi Pancasila sebagai filsafat dalam kehidupan bernegara, haruslah memberikan jawaban yang
mendasar tentang hakikat kehidupan bernegara. Hal yang fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, susunan
politik atau sistem politikdari negara, bentuk negara, susunan  perekonomian dan dasar-dasar pengembangan ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini Pancasila yang dikaji dari sudut fungsinya  telah mampu memberikan jawabannya.
2. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan
negara. Dasar Negara kita ada lima dasar dimana setap silanya berkaitan dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan
yang utuh, tidak terbagi dan tidak terpisahkan. Saling memberikan arah dan sebagai dasar kepada sila yang lainnya. Tujuan neg-
ara akan selalu kita temukan dalam setiap konstitusi negara bersangkutan. Karenanya tidak selalu sama dan bahkan ada kecend-
erungan perbedaan yang jauh sekali antara tujuan disatu negara dengan negara lain. Bagi Indonesia secara fundamental tujuan
itu ialah Pancasila dan sekaligus menjadi dasar berdirinya negara ini.
3. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu dari berbagai ilmu yang dikembangkan di In-
1.      Arti Pancasila sebagai Filsafat
2.      Fungsi Filsafat Pancasila
Pancasila merupakan filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila ter-
simpul hal-hal yang asasi tentang manusia. Oleh karena itu pokok-pokok
Pancasila bersifat universal.
Dari pembahasan ini dapat diperoleh unsure inti yang tetap dari Pancasila,
yang tidak mengalami perubahan dalam dunia yang selalu berubah ini. Si-
fatnya yang abstrak, umum dan universal ini mengemukakan Pancasila
dalam isi dan artinya sama dan mutlak bagi seluruh bangsa, diseluruh
tumpah darah dan sepanjang waktu sebagai cita-cita bangsa dalam Negara
Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
  PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Click icon to add picture
PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM FILSAFAT PANCASILA
Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia bersifat majemuk tunggal
(monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari sila-silanya. Akan tetapi bukan manusia yang
menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila Pancasila itu, melainkan dasar persatuan dan kesatuan
itu terletak pada hakikat manusia. Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat
kodratnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk  sosial, dan kedudukan kodratnya adalah sebagai
makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri (otonom). Pancsila yang bulat dan utuh yang bersifat ma-
jemuk tunggal itu menjadi dasar hidup bersama bangsa Indonesia yang bersifat majemuk tunggal pula.
Dalam kenyataannay, bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat, kebudayaan dan 
agama  yang berbeda. Dan diantara perbedaan yang ada sebenarnya juga terdapat kesamaan. Secara hakiki,
bangsa Indonesia yang memiliki perbedaan-perbedaan itu juga memiliki kesamaan,.bangsa Indonesia be-
rasal dari keturunan nenenk moyang yang sama, jadi dapat dikatakan memiliki kesatuan  darah.
Kedudukan  Dan Pandangan Integralistik Pancasila Sebagai  Sistem Filsafat
Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing silanya saling kait
mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup filsafat hidup dan
cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya. Menurut Driyakarya, Pancasila
memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang
tertentu. Pancasila merupakan filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal
yang asasi tentang manusia. Oleh karena itu, pokok-pokok Pancasila bersifat universal. Berdasarkan
hal tersebut,  dapat diperoleh unsur inti yang tetap dari Pancasila, yang tidak mengalami perubahan
dalam dunia yang selalu berubah ini. Sifatnya yang abstrak, umum dan universal ini mengemukakan
Pancasila dalam isi dan artinya sama dan mutlak bagi seluruh bangsa, diseluruh tumpah darah dan
sepanjang waktu sebagai cita-cita bangsa dalam Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan
pada 17 Agustus 1945.
Dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
1.     Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasila diakui sebagai
filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan.
2.        Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar negara (filsafat negara) RI.
3.        Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan bangsa dan budaya manapun.
Karenanya, wajar bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain (Cina, India, Arab, Eropa) mewarisi sistem filsafat
dalam budayanya. Jadi, Pancasila adalah filsafat yang diwarisi dalam budaya Indonesia.
4.     Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya; filsafat Pancasila akan berkem-
bang secara konsepsional, kaya konsepsional dan kepustakaan secara kuantitas dan kualitas. Filsafat Pancasila merupakan
bagian dari khasanah dan filsafat yang ada dalam kepustakaan dan peradaban modern.
Thanks !
TUGAS MEMBUAT SLIDE
TOPIK 2 :
TOPIK 5
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : TIGA (3)
MHS SMT 4 KELAS A
1. Hilyah Ruby W 1211900043
2. Fitri Oktaviani 1211900046
3Sukmawati 1211900050
. 
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Manajemen A
KELOMPOK 3
Hilyah Ruby W
1211900043
Hilyah Ruby W
1211900043
Sukmawati
1211900050
Fitri Oktaviani
1211900046
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi
sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Melalui
argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa,
sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu
itu benar atau tidak. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam
ilmu pengetahuan. Dan dalam• dunia ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain
daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-
kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
PENALARAN
Sebuah topik tertentu dapat saka disoroti dengan mempergunakan salah satu
bentuk retorika moderen. Topik perguruan tinggi misalnya dapat disoroti dengan
mempergunakan keempat macam bentuk retorika itu. Seorang mahasiswa,
misalnya, dapat menulis mengenai .topik itu dengan mempergunakan bentuk
narasi, kalau ia berbicara atau berceritera mengenai sejarah pendirian dan
perkembangan perguruan tinggi itu. Ia dapat juga mempergunakan bentuk
deskripsi, bila ia berusaha melukiskan keadaan yang nyata sekarang dalam
perguruan tinggi itu, tentang pimpinannya, tentang peranan para dosen,
mahasiswa, dsb. Atau ia dapat pula mempergunakan bentuk eksposisi, yaitu bila
ia berusaha menguraikan tujuan atau cita-cita perguruan tinggi tersebut. Dan
yang terakhir ia dapat juga mempergunakan bentuk argumentasi. Melalui
argumentasi ia menyatakan pendiriannya agar diadakan perubahan dan
perbaikan, atau bagaimana seharusnya kebijaksanaan pendidikan di perguruan
tinggi. Agar para pembaca dapat diyakinkan mengcnai maksudnya itu, ia harus
mengemukakan pula bukti-bukti untuk memperkuat pendirian atau pendapatnya
itu.
Book
1
Book
2
Ketiga, bagaimana mengadakan penilaian atau penolakan (kalau perlu) atas pendapat
orang-orang lain atau pendapat sendiri yang pernah dicetuskan. Dengan prinsip- prinsip
itu akhirnya dikemukakan bagaimana menyusun tulisan argumentatif itu sendiri. Dan
kelima, akan dikemukakan pula masalah persuasi yang mempunyai pertalian sangat erat
dengan argumentasi, dan bahkan sering diadakan pengacauan atas kedua istilah
tersebut.
Berdasarkan semua kenyataan di atas, maka untuk berbicara mengenai sebuah
tulisan argumentatif, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa dasar yang penting
yang menjadi landasan argumentasi. Untuk itu akan dikemukakan pertama-tama
masalah penalaran yaitu bagaimana dapat merumuskan pendapat yang benar
sebagai hasil dart suatu proses berpikir untuk merangkaikan fakta-fakta menuju suatu
kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat.
2. Proposisi
Proposisi selalu
berbentuk kalimat, tetapi
tidak semua kalimat
adalah proposis.
Hanya kalimat deklaratif yang
dapat mengandung proposisi,
karena hanya kalimat
semacam itulah yang dapat
dibuktikan atau disangkal
kebenarannya.
Penalaran (reasoning, jalan pikiran)
adalah suatu proses berpikir yang
berusaha menghubung-hubungkan
fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang
diketahui menuju kepada suatu
kesimpulan. Bila kita bandingkan
argumentasi dengan sebuah bangunan,
maka fakta, evidensi, dan sebagainya
dapat disamakan dengan batu bata,
batu kali, semen, dsb., sedangkan
proses penalaran itu sendiri dapat
disamakan dengan bagan atau
arsitektur untuk membangun gedung
tersebut. Penalaran merupakan sebuah
proses berpikir untuk mencapai suatu
kesimpulan yang logis.
2. Proposisi
Fakta adalah hal yang
ada tanpa
memperhatikan atau
mempersoalkan
bagaimana pendapat
orangorang tentangnya.
pendapat merupakan
kesimpulan keyakinan
seseorang tentang
fakta atau fakta-fakta
itu.
Tiap proposisi dapat mencerminkan dua
macam kemungkinan. Pertama, ia
merupakan ucapan-ucapan faktual
sebagai akibat dari pengalaman atau
pengetahuan seseorang mengenai
sesuatu hal. Kedua, proposisi dapat
juga merupakan pendapat, atau
kesimpulan seseorang mengenai
sesuatu hal.
Untuk membuktikan kebenaran yang
terkandung dalam sebuah kesimpulan,
harus dicari dan diuji fakta-fakta yang
dijadikan landasan untuk menyusun
kesimpulan itu.
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by
Freepik.
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
3. Inferensi dan Implikasi
Tiap proposisi dapat mencerminkan dua macam kemungkinan.
Pertama, ia merupakan ucapan-ucapan faktual sebagai akibat
dari pengalaman atau pengetahuan seseorang mengenai
sesuatu hal. Kedua, proposisi dapat juga merupakan pendapat,
atau kesimpulan seseorang mengenai sesuatu hal. Kalimat-
kalimat seperti "Tadi terjadi sebuah tabrakan di depan
Universitas" merupakan sebuah proposisi yang bersifat
pernyataan faktual, yaitu sebuah pernyataan yang menyangkut
fakta atau peristiwa yang dialami oleh seseorang Untuk
membuktikan kebenaran yang terkandung dalam sebuah
kesimpulan, harus dicari dan diuji fakta-fakta yang dijadikan
landasan untuk menyusun kesimpulan itu.
Kata inferensi berasal dari kata
Latin inferre yang berarti
menarik kesimpulan. Kata
implikasi juga berasal dari
bahasa Latin, yaitu dari kata
implicare yang berarti melibat
atau merangkum. Dalam logika,
juga dalam bidang ilmiah
lainnya, kata inferensi adalah
kesimpulan yang diturunkan
dari apa yang ada atau dari
fakta-fakta yang ada.
implikasi adalah rangkuman,
yaitu sesuatu dianggap ada
karena sudah dirangkum
dalam fakta atau evidensi itu
sendiri. Banyak dari
kesimpulan sebagai hasil dari
proses berpikir yang logis
harus disusun dengan
memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan
yang tercakup dalam evidensi
(= implikasi), dan kesimpulan
yang masuk akal berdasarkan
implikasi (= inferensi).
4. Wujud Evidensi
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada
hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau
autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang
dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-
apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekadar menegaskan apakah suatu fakta itu benar
atau tidak.
Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang
dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu
sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan keterangan-
keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada .seseorang,
semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan
keterangan).
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by
Freepik.
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
5. Cara Menguji Data
Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam
penalaran data dan informasi itu harus merupakan fakta.
Dalam kedudukannya yang pasti sebagai fakta, bahan-
bahan itu siap digunakan sebagai evidensi. Sebab itu perlu
diadakan pengujian-pengujian melalui cara-cara tertentu.
Di bawah ini akan dikemukakan beberapa cara yang dapat
dipergunakan untuk mengadakan pengujian tersebut.
Cara Menguji Data
A. Observasi
Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang
atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya
sebaik-baiknya dalam usaha rneyakinkan para pembaca, maka kadang- kadang pengarang
merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data
atau informasi itu. Dan sesungguhnya dalam banyak hal pernyataan- pernyataan yang
diberikan oleh seseorang, biasanya didasarkan Pula atas observasi yang telah diadakan.
Nina mengabarkan bahwa di Kebun Raya Bogor terdapat sebuah kolam, karena
ia pernah berkunjung ke sana. Tomi sebaliknya mengatakan bahwa ada pohon
yang tumbang melintang jalan, karena ia melihatnya ketika pulang dari sekolah
tadi. Demikian Pak Jiman mengatakan bahwa beras jatah bulan ini telah
ditimbang sebanyak 50 kg, sebagai terbaca pada jarum timbangan. Penegasan
pada semua contoh di atas diberikan, karena mereka sendiri yang mengalami
hal itu. Tetapi apakah betul semua informasi itu? Apakah semuanya merupakan
fakta? Haruslah diingat bahwa pengalaman saja belum menjamin sepenuhnya
bahwa pernyataan-pernyataan itu merupakan pernyataan yang faktual. Ada
kemungkinan bahwa para informan atau pembicara membuat kesalahan pada
waktu mereka beralih dari fakta kepada pendapat atau pernyataan, yaitu ketika
mereka harus menginterpretasikan faktafakta yang berada di sekelilingnya
atau yang berada di depan mata kepalanya.
Cara Menguji Data
B.Kesaksian
Kesaksian Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus dilakukan dengan
observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang mengadakan
observasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan
biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat
melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang telah
mengalami sendiri atati menyelidiki sendiri persoalan itu.
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita mengetahui bahwa untuk memutuskan
suatu perkara, hakim tidak perlu mengadakan penyelidikan sendiri tentang
fakta-fakta dari perkara yang tengah diadili. Ia dapat memanggil orang-orang
lain yang telah mengalami sendiri peristiwa tersebut. Seorang pengajar
arkeologi tidak perlu menyelidiki sendiri reruntuhan atau peninggalan-
peninggalan di lembah Sungai Indus untuk menguraikan persoalan Ilmu
Purbakala India kepada mahasiswanya. Ia dapat menggunakan kesaksian
orang lain yang pernah mengadakan penelitian di sana melalui buku-buku
atau maj alah- maj alah. Demikian pula halnya dengan semua pengarang atau
penulis. Untuk memperkuat evidensinya, mereka dapat mempergunakan
kesaksiankesaksian orang lain yang telah mengalami sendiri peristiwa
tersebut.
Cara Menguji Data
C. Autoritas
Autoritas Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha menyusun
evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli,
atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua
kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan
keahlian mereka dalam bidang itu. Nasihat seorang dokter tentang penyakit yang diderita
akan ditaati oleh pasien, karena dokter itu dianggap sebagai suatu autoritas untuk setiap
penyakit. Dalam sidang pengadilan mengenai pembunuhan seseorang dengan
mempergunakan racun, seorang ahli dalam bidang obat-obatan akan dimintakan
pendapatnya untuk menguji semua keterangan baik dari saksi maupun penuntut umum.
6. Cara Menguji Fakta
Sebagai telah dikemukakan di atas, untuk menetapkan
apakah data atau informasi yang kita peroleh itu
merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian, apakah
data-data atau informasi merupakan kenyataan atau hal
yang sungguh-sungguh terjadi. Penilaian tersebut Baru
merupakan penilaian-penilaian tingkat pertama. Penilaian
tingkat pertama hanya diarahkan untuk mendapatkan
keyakinan, bahwa semua bahan itu adalah fakta. Dan
penilaian itu tidak saja berhenti di sini. Pengarang atau
penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua, yaitu
yang mana dari semua fakta itu dapat digunakan sehingga
benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
Atau dengan kata lain harus diadakan seleksi untuk
menentukan fakta-fakta mana yang dapat dijadikan
evidensi dalam argumentasi itu.
6. Cara Menguji Fakta
A. Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai
evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga
persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi
bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain. Untuk membuktikan bahwa kita tidak
sanggup secara ekonomis, sehingga tidak dapat membayar uang kuliah sekaligus diajukan
evidensi seperti: pekerjaan orang tua adalah buruh harian, dari golongan rendah, pendidikan
orang tua sekolah dasar tidak tamat, dan sebagainya. Tetapi sementara itu juga ada evidensi
lain yang mengatakan bahwa ada tujuh orang saudara bersekolah di perguruan tinggi swasta
lain, dan untuk ketujuh saudara yang lain itu orang tua telah mengeluarkan biaya yang sekian
banyak, sehingga untuk diri sendiri dapat dimintakan kcringanan berupa pencicilan uang
kuliah.
6. Cara Menguji Fakta
B. Koherensi
Koherensi Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana yang
dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan
digunakan sebagai evidensi harus pula koheren dengan pcngalaman-pengalaman manusia,
atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku. Bila penulis menginginkan agar
sesuatu hal dapat diterima, is harus meyakinkan pembaca bahwa karena pembaca setuju
atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang dikemukakannya, maka secara konsekuen
pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya. Dalam menerangkan atau
mengargumentasikan sesuatu hal, maka ada baiknya kalau penulis bertolak dari hal-hal yang
sangat intim dalam kehidupan manusia, baru kemudian menuju kepada hal yang umum
7. Cara Menilai Autoritas
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan
menghindari semua desas-de- sus, atau kesaksian dari
tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula
apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat
yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau
data-data eksperimental. Demikian pula .sikap seorang
penulis menghadapi pendapat autoritas. Ada
kemungkinan bahwa suatu autoritas dapat melakukan
kesalahan- kesalahan. Di pihak lain autoritas-autoritas
yang sungguh-sungguh ahli, masih dapat berbeda
pendapat mengenai suatu persoalan. Suatu autoritas
dapat pula mempergunakan keterangan dari autoritas lain,
atau mempergunakan kesaksian dan interpretasi orang-
orang biasa untuk menyusun pendapatnya.
7. Cara Menilai Autoritas
A. Kemashuran dan Prestise Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk
menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip
sebagai autoritas itu hanya sekadar bersembunyi di balik kemashuran dan prestise pribadi di
bidang lain. Apakah ahli itu menyertakan pendapatnya dengan fakta-fakta yang meyakinkan?
Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise tertentu, dianggap
berwenang pula dalam segala bidang. Seorang yang menjadi terkenal karena memperoleh
lima medali emas berturut-turut dalam pertandingan lomba lari jarak lima ribu meter, diminta
pendapatnya tentang cara-cara pemberantasan korupsi. Selama apa yang dikatakannya
hanya merupakan pendapat, maka tidak menjadi masalah. Tetapi sangat menyedilikan bila
pendapatnya itu dikutip dan diperlakukan sebagai suatu autoritas, tanpa mengadakan
penilaian sampai di mana kebenaran pendapatnya itu, dan dasar-dasar mana yang dipakai
dan diandalkan untuk menyusun pendapat itu.
7. Cara Menilai Autoritas
B. Koherensi dengan Kemajuan Hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi
adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan
kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.
Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti bahwa pendapat itulah yang terbaik.
Tetapi harus diakui bahwa pendapatpendapat terakhir dari ahli-ahli dalam bidang yang sama
lebih dapat diandalkan, karena autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan
yang paling baik untuk membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala
kebaikan dan keburukannya atau kelemahannya, sehingga mereka dapat mencetuskan
suatu pendapat yang lebih baik, yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.
7. Cara Menilai Autoritas
Sebab itu untuk memberi evaluasi yang tepat terhadap autoritas yang dikutip, pengarang
harus menyebut nama autoritas, gelar, kedudukan, dan sumber khusus tempat kutipan itu
dijumpai. Bila mungkin penulis harus mengutip setepat-tepatnya kata-kata atau kalimat
autoritas tersebut. Dalam diskusi-oral pembicara tidak perlu memberi sumber yang lengkap
bagi sebuah kutipan dari suatu autoritas, sebab menceriterakan judul buku dengan nomor
halaman dan tahun penerbitan akan merusak suasana umum dalam argumentasi. Untuk
memperlihatkan bahwa penulis sungguh-sungguh siap dengan persoalan yang tengah
diargumentasikan, maka sebaiknya seluruh argumentasi itu jangan didasarkan hanya pada
satu autoritas. Dengan bersandar pada satu autoritas saja, maka hal itu memperlihatkan
bahwa penulis kurang menyiapkan diri.
TERIMAKASIH
TUGAS MEMBUAT SLIDE
TOPIK 6 :
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
FILSAFAT MANUSIA HAKEKAT MANUSIA DILIHAT DARI SISI FILSAFAT ILMU
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : TIGA (3)
MHS SMT 4 KELAS A
1. Hilyah Ruby W 1211900043
2. Fitri Oktaviani 1211900046
3Sukmawati 1211900050
. 
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
FILSAFAT MANUSIA
HAKEKAT MANUSIA DILIHAT
DARI SISI FILSAFAT ILMU
Dr.Sigit Sardjono,MS
Kelompok 3
SUKMawa
ti
12119000
50
Hilya rubi
w
121190004
3
Fitri
oktaviani
121190004
6
PENGERTIAN
FILSAFAT
MANUSIA
Filsafat manusia adalah cabang filsafat
khusus yang secara spesifik mempelajari
hakekat/esensi manusia. Filsafat adalah
metode pemikiran yang membahas
tentang sifat dasar dan hakikat kebenaran
yang ada di dunia ini. Filsafat manusia
adalah bagian filsafat yang membahas
apa arti manusia sendiri secara mendetail.
Filsafat manusia terus berkembang
karena manusia adalah objek yang penuh
dengan misteri. Titik tolak filsafat
manusia adalah pengetahuan dan
pengalaman manusia, serta dunia yang
melingkupinya.
pandangan para ahli tentang filsafat manusia
Menurut Paulo Freire manusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki
hubungan dengan dunia. Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki sejarah,
dan hidup dalam masa kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis dengan
dunia, yang hanya berada dalam dunia. Manusia dibedakan dan hewan dikarenakan
kemampuannya untuk melakukan refleksi (termasuk operasi-operasi intensionalitas,
keterarahan, temporaritas dan trasendensi) yang menjadikan mahluk berelasi
dikarenakan kapasitasnya untuk menyampaikan hubungan dengan dunia. Tindakan
dan kesadaran manusia bersifat historis, manusia membuat hubungan dengan
dunianya bersifat epokal, yang menunjukan disini berhubungan disana, sekarang
berhubungan masa lalu dan berhubungan dengan masa depan. manusia menciptakan
sejarah jugs sebaliknya manusia diciptakan oleh sejarah.
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang
membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme, yang
mencari unsur pokok yang menentukan yang bersifat tunggal,
yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani
dalam pandangan spritualisme, atau dualisme yang memiliki
pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus
yang keduanya tidak saling menafikan yaitu materi dan rohani,
yakni pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan pada
adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan
unsur yang ada dalam marco kosmos atau pandangan mono dualis
yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, ataukah
mono pluralisme yang meletakkan hakekat pada kesatuannya
semua unsur yang membentuknya
Hakekat manusia
Kedudukan filsafat manusia dalam kehidupan manusia
● Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia
akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan
oleh filfafat
● Berdasarkan atas dasar hasil-hasil kenyataan itu, maka
filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia.
Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar
manusia sendiri, seperti kedudukan dalam
hubungannyadengan yang lain. Kita juga mengetahui
bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa,
dan kehendak
Filsafat bukanlah ilmu positif seperti fisika, kimia, biologi,
tetapi filsafat adalah ilmu kritis yang otonom di luar ilmu-
ilmu positif. Tiga unsur pembentukan manusia, yaitu:
1. Pengetahuan manusia tentang din sendiri dan lingkungannya
Pengetahuan yang dimaksud di sini lebih pada pengetahuan manusia tentang din
sendiri dan dunianya. Ketika manusia mengetahui dan mengenal dirinya secara penuh,
ia akan hidup secara lebih sempurna dan lebih baik dalam dunia yang adalah dunianya
2. Manusia Dalam Hubungannya Dengan Hidup Komunitas
Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat membentuk dan mengembangkan
dirinya sehingga dapat hidup secara lebih baik, lebih bijaksana dan lebih kritis.
Dengan demikian manusia pada hakikatnya hidup bersama dengan orang lain atau
hidup dalam suatu komunitas tertentu, mengalami kehidupan polis.
HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN DISIPLIN ILMU
LAIN TENTANG MANUSIA
Psikologi membahas
objek materi yakni
manusia
Antropologi juga
membahas objek
materi yakni manusia
Sosiologi juga
membahas objek
materi yakni manusia
ESENSI DAN EKSISTENSI FILSAFAT MANUSIA SERTA
PERANAN MANUSIA
Model esensi adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu
objek dengan cars yang abstrak. Model ini memandang
manusia terlepas dan situasi dan perkembangannya. Model
esensi hanya memperhatikan kodrat yang menentukan manusia
sebagai manusia. Sementara itu model eksistensi adalah
pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan
memandangnya secara menyeluruh
Esensi Manusia Menurut Sejumlah Aliran dalam Filsafat
Material isme
Idealisme
Dualisme
Vitalisme
Eksistensialisme
Strukturalisme
Postmodernisme
Eksistensi dan peranan manusia
Kedudukan dan peran manusia adalah memerankan ia dalam kelima eksistensi tersebut. Misalkan
sebagai khalifah di muka bumi sebagai pengganti Tuhan manusia di siti harus bersentuhan dengan
sejarah dan membuat sejarah dengan mengembangkan esensi ingin tahu menjadikan ia bersifat kreatif
dan dengan di semangati nilai-nilai trasendensi. Manusia dengan Tuhan memiliki kedudukan sebagai
hamba, yang memiliki inspirasi nilai-nilai ketuhanan yang tertanam sebagai penganti Tuhan dalam
muka bumi.
A.Hubungan kepada Tuhan (Manusia sebagai hamba)
Dalam kondisi sosial tertentu, tidak sedikit manusia yang melupakan faktor ketuhanan sehingga mereka menjadi atheis. Utamanya bagi
penganut materialisme yang mempercayai bahwa segala sesuatu berasal dari benda. Tidak ada unsur spiritual yang membuat benda itu
tercipta. Hal ini bertolak belakang dengan ajaran agama-agama di dunia yang mengatakan sumber segala sumber ialah Tuhan.
B.Hubungan Antar Manusia (Manusia sebagai makhluk sosial)
Hubungan lain yang harus dijalankan manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial ialah hubungan antarmanusia itu sendiri.
Setelah membahas mengenai hubungan kepada Tuhan, pasti menimbulkan perbedaan pendapat antara satu golongan dengan golongan
yang lain.
C.Hubungan kepada Alam (Manusia sebagai makhluk)Hubungan terpenting lainnya ialah hubungan kepada alam. Alam tidak
terjustifikasi sebagai bentuk dari pepohonan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Namun alam mencakup semua hal, baik alam yang
terlihat maupun yang tidak terlihat.
TIGA RANTAI KEHIDUPAN :
a. Peran manusia sebagai manusia biasa
Tujuan hidup manusia dari penciptaan hingga kembali kepada dzat yang menciptakan menapaki
beberapa tahap. Keterhubungan dan ketersaling­ketergantungan menjadi sistem kehidupan yang tidak
dapat ditawar-tawar lagi.
b.Peran manusia sebagai khalifah
Tidak perlu dipertanyakan lagi ketika seseorang mengatakan manusia diciptakan sebagai makhluk
paling sempurna (menurut aliran filsafat idealisme/spiritualisme).
PERANAN SEBAGAI
MANUSIA
Perbedaan filsafat manusia dan ilmu tentang manusia
Ilmu Tentang Manusia Filsafat Manusia
Bersifat positifistik menggunakan
metodologi ilu alam, observasional dan
eksperimental yang terbatasa tampak
secara empiris
Bersifat metafisis menggunakan metode
ilmu kemanusiaan, sintetis, reflektif, intensif,
dan kritis yang merupakan gejala seperti
filsafat manusia.
Oleh karena itu tidak dapat menjawab
pertanyaan yang mendasar tentang
manusia
Oleh karena itu dapat menjawab pertanyaan
yang berdasar tentang manusia
Metode lebih fragmentaris yaitu menyelidiki
hanya bagian tertentu dari manusia,
contohnya : psikologis manusia sebagai
organisme. Antropologi dan sosiologi pada
gejala budaya dan pranata sosial.
Metode sintetis dan reflektif (ektensif) atau
menyeluruh, intensif (mendalam) dan kritis,
contoh: filsafat manusia menekankan
kesatuan dua aspek/lebih dalam satu visi.
MANFAAT DAN TUJUAN MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA
MANFAAT
a. Mencari menemukan jawaban tentang siapakah sesunguhnya manusia itu, masalah-masalah terkait manusia
sangat kompleks sehingga persoalan tentang manusia tidak habis untuk dibicarakan.
b. Essensi manusia pada prinsipnya adalah sebuah misteri.
TUJUAN
Filsafat manusia muncul berawal dari pertanyaan akan manusia. Pertanyaan­pertanyaan dalam filsafat manusia
yang
dapat menunjukkan tujuan filsafat manusia adalah:
1. Apakah sifat-sifat manusia yang unik yang membedakannya dan makhluk­mahluk yang lain?
2. Bagaimanakah hubungan antara badan atau raga dengan jiwa manusia?
3. Bagaimana mungkin manusia dapat bebas dan merdeka untuk melakukan segala yang dia inginkan?
4. Apakah arti kepribadian seorang manusia?
Ciri — Ciri Filsafat Manusia :
1. Ekstensif: dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian
yang di geluti oleh filsafat.
2. Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti
hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan.
3. Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk
memahami din sendiri maka hal apa saja yang secara langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan pemahaman din manusia, tidak luput dari kritik filsafat.
KELOMPOK 3
Fitri oktaviani
1211900046
Sukmawati
1211900050
Hilya rubi w
1211900043
CREDITS: This presentation template was created by ​
Slidesgo​, including icons by Flaticon​, infographics &
images by ​Freepik
THANKS!
TUGAS MEMBUAT SLIDE
TOPIK 7 :
FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : TIGA (3)
MHS SMT 4 KELAS A
1. Hilyah Ruby W 1211900043
2. Fitri Oktaviani 1211900046
3Sukmawati 1211900050
. 
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
FILSAFAT ETIKA
DAN MORAL
Dr.Sigit Sardjono,MS
KELOMPOK 3
Fitri oktaviani
1211900046
Sukmawati
1211900050
Hilya rubi w
1211900043
A.pendahuluan
§
Socrates, seorang filsuf besar Yunani, telah berbicara pada abad se­belum masehi. Kenalilah dirimu
sendiri, demikianlah kurang lebih pesan yang ingin is sampaikan. Manusia ialah makhluk berpikir
yang dengan itu menjadikan dirinya ada , filsuf Yunani yang lain mengemukakan bahwa manusia ia-
lah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pen­dapat, yang berbicara berdasarkan akal
pikirannya
§
Dengan menempatkan manusia sebagai hewan yang berpikir, intelektual, dan berbudaya, maka
dapat disadari kemudian bila pada kenyataannya manusialah yang memiliki ke­mampuan untuk me-
nelusuri keadaan dirinya dan lingkungannya. Manu­sialah yang membiarkan pikirannya mengembara
dan akhirnya bertanya. Berpikir yaitu bertanya, bertanya yaitu mencari jawaban, mencari jawab­an
mencari kebenaran, mencari jawaban tentang alam dan Tuhan yaitu mencari kebenaran tentang
alam dan Tuhan. Dari proses tersebut lahir­lah pengetahuan, teknologi, kepercayaan, atau agama
B. Hakikat etika
Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethos", yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom)
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari
terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika yaitu untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Koetjaraningrat
(1980) mengatakan, etika deskriptif tugasnya seba­tas menggambarkan atau mem-
perkenalkan dan sama sekali tidak mem­berikan penilaian moral. Pada masa sekarang ob-
jek kajian etika deskriptif lebih banyak dibicarakan oleh antropologi budaya, sejarah, atau
sosiolo­gi. Karena sifatnya yang empiris, maka etika deskriptif lebih tepat dima­sukkan ke
dalam bahasan ilmu pengetahuan dan bukan filsafat.
K. Bertens (2011) menjelaskan lebih jauh, etika normatif bertujuan merumuskan prinsip
etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara ra­sional dan dapat diterapkan dalam per-
buatan nyata. Berbeda dengan etika deskriptif, etika normatif tidak bersifat netral tetapi
memberikan penilaian terhadap tingkah laku moral berdasar norma-norma tertentu. Etika
normatif tidak sekadar mendeskripsikan atau menggambarkan, melainkan bersifat preskriptif
atau memberi petunjuk mengenai baik atau tidak baik, boleh atau tidak bolehnya suatu per-
buatan. Untuk itu di dalamnya dikemukakan argumen atau diskusi yang mendalam, dan
etika normatif merupakan bagian penting dari etika
C.Hakikat moral versus ilmu
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya tata cara atau
adat istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. pengertian moral se-
cara lebih komprehensif rumusan formalnya sebagai berikut:
1. Moral sebagai perangkat ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia
di da­lam lingkungan tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pan­dangan hidup atau agama tertentu.
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa is terikat oleh keharusan untuk men-
capai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan­nya.
Pokok persoalan dalam etika keilmuwan selalu mengacu kepada "ele­men" kaidah moral, yaitu
Kati nurani kebebasan dan bertanggung jawab nilai dan norma yang bersifat utilitaristik (kegunaan).
Hati nurani di sini yaitu penghayatan tentang yang baik dan yang buruk yang dihubungkan dengan
perilaku manusia.
Nilai dan norma yang hams berada pada etika keilmuan yaitu nilai dan norma nilai. Lalu apa yang
menjadi kriteria pada nilai dan norma moral itu? Nilai moral tidak berdiri sendiri, tetapi ketika ia be-
rada pada atau menjadi seseorang, ia akan bergabung dengan nilai yang ada seperti nilai agama,
hukum, dan budaya; yang paling utama dalam nilai moral yaitu yang terkait dengan tanggung jawab
seseorang. Norma moral me­nentukan apakah seseorang berlaku baik ataukah buruk dari sudut
etis.
Di bidang etika, tanggung jawab seorang ilmuwan bukan lagi mem­beri informasi melainkan hams
memberi contoh. Dia hams bersifat ob­jektif, terbuka, menerima kritik dan menerima pendapat orang
lain, ku­kuh dalam pendirian yang dianggap benar, dan kalau berani mengakui kesalahan. Ber-
Click icon to add picture
Nilai moral berkaitan dengan tanggung jawab dan hati nurani. Ni­lai bersikap
mewajibkan dan formal. Nilai merupakan fenomena psikis manusia yang
menganggap sesuatu hal bermanfaat dan berharga dalam kehidupannya, se-
hingga seseorang dengan sukarela terlibat fisik dan mental ke dalam fenomena
itu. Ada beberapa jenis nilai, misalnya nilai moral, nilai religius, nilai elconomi,
nilai keindahan, dan nilai psikologis.
Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai untuk tolok ukur dalam
menilai sesuatu. Ada tiga jenis norma umum, yaitu norma keso­panan atau
etiket, norma hukum, dan norma moral. Etiket hanya meng­ukur apakah suatu
situasi sopan atau tidak. Norma moral menentukan perilaku seseorang baik atau
buruk dari segi etis. Norma moral yaitu nor-ma tertinggi yang tidak dapat dika-
lahkan untuk kepentingan norma yang lain. Norma moral bertugas menilai nor-
ma-norma lainnya.
D.Aspek dan sifat moral dalam ilmu pengetahuan
1. Moralitas Versus Legalitas dalam Ilmu Pengetahuan
Menurut Immanuel Kant dalam Tjahjadi (1991), filsafat Yunani di­bagi menjadi tiga bagian, ya' itu fisika, etika, dan logika. Logika bersifat apriori, maksudnya tidak membutuhkan
pengalaman empiris. Logika si­buk dengan pemahaman dan rasio itu sendiri, dengan hukum pemikiran universal. Fisika, di samping memiliki unsur apriori juga memiliki unsur
empiris atau aposteriori, sebab sibuk dengan hukum alam yang berlaku bagi alam sebagai objek pengalaman. Kant mengemukakan adanya dua macam prinsip yang mendasari
tindakan manusia, yaitu maksim (maxime) dan kaidah objek­tif. Maksim adalah prinsip yang berlaku secara subjektif, yang dasarnya yaitu pandangan subjektif dan menjadik-
annya sebagai dasar bertindak. Meskipun memiliki budi, akan tetapi manusia sebagai subjek merupakan makhluk yang tidak sempurna, yang juga memiliki nafsu, emosi, selera,
dan lain-lain. Oleh karena itu, manusia memerlukan prinsip lain yang memberinya pedoman dan menjamin adanya "tertib hukum" di dalam dirinya sendiri, yaitu yang disebut
kaidah objektif tadi. Kaidah ini tidak dicampuri pertimbangan untung atau rugi, menyenangkan atau menyu­sahkan.
2.Moralitas Objektivistik Versus Relativistik dalam Ilmu Pengetahuan
Menurut Kurtines dan Gerwitz (1992), timbulnya perbedaan pan­dangan tentang sifat moral. sebagaimana dikemukakan itu tak terlepas dari sejarah perkembangan intelektual
Barat yang dibagi dalam tiga pe­riode, yaitu zaman Abad Klasik, Abad Pertengahan, dan Abad Modern. Sejarah ide dunia Barat dimulai sejak zaman Yunani Kuno sekitar abad
ke-5 SM, dengan ahli pikirnya yang sangat terkenal, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Ketiga pemikir terbesar Abad Klasik ini berpandangan bahwa prinsip moral itu bersifat
objektivistik, naturalistik, dan rasional. Maksudnya, meskipun bersifat objektif sebagaimana yang telah dike­mukakan, akan tetapi moral itu merupakan bagian dari kehidupan du­
niawi (natural) dan dapat dipahami melalui proses penalaran atau peng­gunaan akal budi (rasional).
3.Sifat Moral dalam Perspektif Objektivistik Versus Relativistik
Pembicaraan tentang moral seperti yang telah dikemukakan terda­pat perbedaan pandangan yang menyangkut pertanyaan, apakah moral itu sifatnya objektivistik atau relativ-
istik? Pertanyaan yang hampir sama, apakah moral itu bersifat absolut atau relatif, universal atau kontek­stual, kultural, situasional, dan bahkan individual? Menurut perspektif
objektivistik, baik dan buruk itu bersifat pasti atau tidak berubah. Suatu perilaku yang dianggap baik akan tetap baik, bukan kadang baik dan kadang tidak baik. Senada dengan
pandangan objektivistik, yaitu pan­dangan absolut yang menganggap bahwa baik dan buruk itu bersifat mutlak, sepenuhnya, dan tanpa syarat.Menurut pandangan ini perbuatan
mencuri itu sepenuhnya tidak baik, sehingga orang tidak boleh mengatakan bahwa dalam keadaan ter­paksa, mencuri itu bukan perbuatan yang jelek. Demikian pula halnya
dengan pandangan yang universal, prinsip moral itu berlaku di mana saja dan kapan saja. Prinsip moral itu bebas dari batasan ruang dan waktu. Se­baliknya, pandangan yang
menyatakan bahwa persoalan moralitas itu si­fatnya relatif, baik dan buruknya suatu perilaku itu sifatnya "tergantung" dalam arti konteksnya, kulturalnya, situasinya, atau bahkan
tergantung pada masing-masing individu.
Click icon to add picture
•
Menurut Jhon G. Kemeny dalam The Liang Gie (2005) mengatakan, ilmu adalah seluruh pengetahuan yang
dihimpun dengan perantara metode ilmiah (all knowledge collected by means of the scientific method). Ilmu
pengetahuan merupakan warisan bersama umat manusia, bu­kan milik pribadi dari orang-orang tertentu.
Permulaannya dimulai de­ngan permulaan umat manusia. Ketika budaya intelektual Eropa menca­pai ke-
dewasaan yang memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain-Eropa
lainnya, ilmu eksperimental secara khusus telah matang bagi perkembangan bare menyeluruh melalui Re­
naisans, Abad KebangkitanJika gagasan ilmu pengetahuan yang diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat
seolah merupakan bagian dari risalah Ilahi, dan yang dipelajari dengan semangat ibadah, tidak pernah terkena
serangan Mo­ngol yang menghancurkan serta terpaan Perang Salib yang tak berbelas kasih dari Eropa, maka
dunia hari ini akan lebih tercerahkan, memiliki kehidupan intelektual yang lebih kaya, teknologi yang lebih se-
hat, dan ilmu pengetahuan yang lebih menjanjikan. Gagasan Islam tentang ilmu pengetahuan menyatu
dengan keinginan mencapai kebahagiaan akhirat, cita-cita akan manfaat bagi kemanusiaan, dan tanggung
jawab dalam rangka merafh ridha Allah.
E.Hakikat ilmu pengetahuan dan manusia
Click icon to add picture
•
Dalam perspektif sejarah hukum, juga dikenal nama Hugo de Groot (Grotius) sebagai orang yang per-
tama memakai hukum alam atau hu­kum kodrat yang berasal dari pikiran terhadap hal-hal kenegaraan, dia
mengemas teorinya sebagai berikut: Pertama, pada dasarnya manusia mempunyai sifat mau berbuat baik
kepada sesama manusia. Kedua, ma­nusia mempunyai "appetitus societaties" yang dimaknai hasrat kema­
syarakatan. Atas dasar appetites societaties ini manusia bersedia mengor­bankan jiwa dan raganya untuk
kepentingan orang lain, golongan, dan masyarakat. Ada empat macam hidup dalam masyarakat menurut
teori hukum kodrat:
a. Abstinentia alieni (hindarkan diri dari milik orang lain).
b. Oblagatio implendorum promissorum (penuhilah janji).
c. Damni culpa dati reparatio (bayarlah kerugian yang disebabkan ke­salahan sendiri).
d. Poenae inter humanies meratum (berilah hukum yang setimpal).
•.Hukum sebagai landasan etika moral ilmuwan haruslah dijabarkan dan diimplementasikan dalam
realitas kemasyarakatan dan sistem ke­negaraan. Terlebih di tengah perkembangan ilmu pengetahuan
dan tek­nologi seperti saat ini, semua orang bebas mengembangkan atau menik­mati teknologi dengan
tanpa memperhatikan etika moral keilmuan, dan hanya mengedepankan aspek material atau finansial
bisnis, atau untuk kepentingan pribadi saja.
•. Jadi, etika moral harus mengikat para pihak, baik ilmuwan, pemakai atau pengguna, maupun produsen
atau pihak dunia industri yang meng­hasilkan produk ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sangat pent-
F.Etika dan moral dalam ilmu pengetahuan
Click icon to add picture
Sikap manusia
Hubungan manusia yang mempunyai ikatan kosmos de­ngan lingkungannya bersifat mutlak dan objektif yang terjalin dalam suatu ekosistem. Demiki-
an pula hubungan tersebut tidak sekedar bersifat pragmatis yang hanya berdasar pada guna dan manfaat sejauh manusia membutuhkannya. Namun se-
cara alami­ah manusia harus memiliki hubungan yang bersifat timbal batik, saling membutuhkan dan saling tergantung satu dengan yang lain sehingga
manusia amt tergantung pada ekosistem lingkungan di mana manusia itu hidup dan tinggal.
Masalah hubungan manusia dengan manusia, menurut Hei­degger sebagaimana dikutif oleh Bakker (1987) bahwa alam seba­gai alat atau sarana
(Zeug), yang berhubungan erat dengan peng­gunaannya (Zubanden). Oleh karena itu menurut Heidegger, alam tidak dapat dipahami lepas dari manusia.
Maka alam pun akan memperoleh maknanya secara lengkap dalam kaitannya dengan integrasi dengan manusia.
Dalam hal hubungannya dengan manusia, maka alam menemukan dirinya dan menuntut potensinya yang paling tinggi. Manusia juga mengem-
bangkan dunianya secara real. Benda-ben­da dan alam hidup diberi anti oleh manusia, dikelola, diperindah, dijaga kelestariannya. Secara intrinsik sifat-sifat
yang ada dalam alam semesta ju­ga dimiliki manusia, karena pada hakikatnya dalam did manusia terdapat pula unsur-unsur yang bersifat alamiah. Manusia
sebagai mahluk alamiah dan bersifat real adalah merupakan bagian dari alam semesta dan oleh karena itu tunduk pada hukum-hukum alamDi dalam ke-
hidupan manusia terdapat dua sikap. Kedua sikap sikap itu satu dengan lainnya cukup berbeda bahkan berten­tangan. Sikap itu adalah pertama, sikap
manusia yang mengem­bangkan ilmu dan teknologi untuk menguasai alam dan menun­dukan alam. Revolusi ilmu dan teknologi mengantarkan manusia ke
arah kejayaannya. Manusia berhasil menguasai alam, meng­olah, dan mengeklporasi kekayaan alam. Akan tetapi, hal itu membawa manusia ke arah sikap
superior. Sikap superior yang berkehendak untuk menguasai alam tanpa memperhitungkan kemampuan dan kelestariannya. Sikap kedua, adalah sikap ma­
nusia yang yang mendewakan alam. Dalam hal ini manusia hanya menyerah kepada struktur dan norma yang ada pada alam. Aki­batnya manusia tidak
mampu membedakan mana objek dan mana subjek. Akibat lebih jauh lagi manusia tak mampu mengem­bangkan ilmu dan teknologi yang membawa ke
arah kemajuan manusia.
Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan itu antara lain adalah pertama tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya
suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenan-
gan pri­badi; kedua, bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu mengadakan pemilihan
terhadap pel­bagai hal yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang berragam, meto­dologi yang masing-masing menunjukkan
kekuatannya masing­masing, atau, cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walau­pun masing-masing menunjukkan ak-
urasinya; ketiga, adanya rasa per_aya yang layak balk terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indera serta budi
(mind); keempat, adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti (conviction) bahwa
setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian; kelima, adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang
ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dikakukan, sebingga selalu ada dorongan untuk riset, dan riset
sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya; dan akhir­nya keenam, seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlaq)
yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk ke­majuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus
untuk pembangunan bangsa dan negara
Terimakasih
TUGAS MEMBUAT SLIDE
TOPIK 8 :
FILSAFAT KEBENARAN
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : TIGA (3)
MHS SMT 4 KELAS A
1. Hilyah Ruby W 1211900043
2. Fitri Oktaviani 1211900046
3Sukmawati 1211900050
. 
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
FILSAFAT KEBENARAN
(Proposisi Akan Benar Jika
Dilandasi Teori, Hanya Allah
Yang Maha Benar)
Dr.Sigit Sardjono,MS
MANAJEMEN A
HILYA RUBI W
1211900043
FITRI
OKTAVIANI
1211900046
SUKMAWATI
1211900050
KELOMPOK 3
FILSAFAT
KEBENARAN 01
Banyak pakar ilmu filsafat yang menganggap benar bahwa pengetahuan itu terdiri
atas sebagai berikut:
1. Pengetahuan Akal.
2. Pengetahuan Budi.
3. Pengetahuan Indrawi.
4. Pengetahuan Kepercayaan (otoritatifl).
5. Pengetahuan Intuitif. .
pengetahuan akal itu disebut ilmu yang kemudian untuk membahasnva disebut
logika pengetahuan budi itu disebut moral yang kemudian untuk membahasnya
disebut etika, pengetahuan indrawi itu disebut seni yang untuk membahasnya
disebut estetika. Sedangkan pengetahuan kepercayaan itu disebut agama, tetapi
dalam hal ini tidak boleh otoritatif karena agama tidak memaksa, agama harus
diterima secara logika, etika dan estetika dan agama itu hanyalah Islam yang terbukti
kebenarannya, keinclahannya dan kebaikannya. Jadi titik temu antara logika, etika
dan estetika adalah Islam, oleh karena itu pengetahuan intuitif kepada seseorang
yang kemudian disebut nabi harus diuji lebi.h dahulu seperti halnya keberadaan Nabi
Muhammad SAW
A.FILSAFAT KEBENARAN
KRITERIA UNTUK MELIHAT
SESUATU ITU BENAR ATAU TIDAK
1. Teori Kebenaran Korespondensi.
2. Teori Kebenaran Koherensi.
3. Teori Kebenaran Pragmatis.
4. Teori Kebenaran Sintaksis.
5. Teori Kebenaran Semantis.
6. Teori Kebenaran Non Deskripsi.
7. Teori Kebenaran Logika yang Berlebihan.
8. Teori Kebenaran Performatif
9. Teori Kebenaran Paradigmatik.
10. Teori Kebenaran Proposisi
Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu
pernyataan tidak sama dengan mengetahui apakah
pernyataan itu benar ataukah tidak. Bahkan mereka
yang mengatakan bahwa makna sama dengan
keadaan yang dapat diverifikasi, akan bersepakat
demikianlah harapan saya bahwa mengetahui syarat-
syarat untuk menetapkan suatu pemyataan dapat
diverifikasi tidaklah sama dengan mengetahui bahwa
syarat-syarat itu sudah dipenuhi.
PROPOSISI SUATU PERNYATAAN YANG
BENAR
kebenaran ialah makna yang merupakan halnya, dan karena
kenyataan ialah juga merupakan halnya, maka keduanya
dipandang sama sepenuhnya Karena makna pernyataan "Di
luar hawanya dingin", artinya proposisi Di luar hawanya
dingin, sekarang sungguh-sungguh merupakan halnya pada
waktu menulis catatan ini, maka keadaan dingin-di luar
merupakan bagian dari keadaan kenyataan yang ada pada
waktu sekarang serta pada tempat ini, dan proposisi tersebut
dikatakan 'benar'.
KEBENARAN BERSIFAT
SEMANTIK
UKURAN
KEBENARAN
02
B.UKURAN KEBENARAN
Ukuran kebenaran sesungguhnya tergantung pada apakah
sebenarnya yang diberikan kepada kita oleh metode-metode
untuk memperoleh pengetahuan. Jika apa yang dapat kita ketahui
ialah ide-ide kita, maka pengetahuan hanya dapat terdiri dari ide-
ide yang dihubungkan secara tepat; dan kebenaran merupakan
keadaan-saling-berhubungan (coherence) di antara ide-ide
tersebut atau keadaan saling berhubungan di antara proposisi-
proposisi. Jika sebaliknya, kita dengan suatu cara tertentu
mengetahui kenyataan, maka pengetahuan atau ide-ide yang
benar terdiri dari - seperti yang dikatakan oleh Spinoza -
kejumbuhan antara ide dengan ideatum-nya, atau selanjutnya
kesesuaian (correspodence) antara ide-ide dengan apa yang
diwakilinya.
4 TEORI PERNYATAAN ITU BENAR ATAU
TIDAK TERHADAP MASALAH UKURAN
KEBENARAN
Paham
Koherensi
(Coherence
Theory)
Teory
Kebenaran
Korespodensi
(Corresponden
ce Theory)
Paham Empiris
(Emperical
Theory) Teory
Pragmatisme
Bagaimanakah kita mengetahui bahwa proposisi itu benar?
Menurut Dewey, kita baru mengetahui setelah kita mengadakan
verifikasi, dan yang demikian ini kita kerjakan dengan cara
berjalan ke kiri. Jika dengan berjalan ke arah kiri, kita sungguh-
sungguh ke luar dari hutan, maka barulah proposisi tersebut
sungguh-sungguh benar. Proposisi yang kita ajukan merupakan
suatu hipotesa yang meramalkan konsekuensi-konsekuensi. Dan
karenanya, akan benar jika dan hanya jika - konsekuensi-
konsekuensi tersebut terwujud. Kebenaran ialah pembenaran
(verification), dan hal ini ditunjukkan bila penyelidikan yang
menimbulkan perumusan proposisi tersebut diselesaikan dengan
sukses.
Memverifikasi Pernyataan Yang
Benar
Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah
Yang Maha Benar (AI Haq), itulah sebabnya para
pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah"
(Segala Puji Bagi Allah) pada setiap penyelesaian
penemuan itmiahnya, ataupun ketika selesai
melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak tiga puluh tiga
kali. Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka
bahwa ilmu tidaklah bebas nilai, karena antara logika
dan etika harus berdialektika, jadi bukan hanya karena
penggabungan ilmu dan agama yang dalam
pembicaraan kita sehari-hari biasanya disebut dengan
Imtaq (Iman dan Taqwa).
ALLAH LAH YANG MAHA BENAR
TERIMAKASIH
TUGAS MEMBUAT SLIDE
TOPIK 9 :
BERPIKIR SECARA FILSAFAT MENUJU KEPASTIAN DAN KEBENARAN ILMIAH
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : TIGA (3)
MHS SMT 4 KELAS A
1. Hilyah Ruby W 1211900043
2. Fitri Oktaviani 1211900046
3Sukmawati 1211900050
. 
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
PENGANTAR
FILSAFAT ILMU
Manajemen A
Dr. Sigit Sardjono, MS
BERPIKIR SECARA FILSAFAT MENUJU KEPASTIAN
DAN KEBENARAN ILMIAH
Kelompok 3
117
Sukmawati
1211900050
Fitri Oktaviani
1211900046
Hilyah Ruby W
1211900043
Mengapa Harus Berpikir Secara Filsafat
119
Perkembangan globalisasi dewasa ini menuntut seseorang, pemikir, cendekiawan, atau
ilmuwan untuk dapat mengkaji permasalahan-permasalahan secara luas atau dari sudut
pandang yang berbeda-beda. Kenyataan yang sering ditemui adalah pikiran manusia hanya
terfokus atau terspesialisasi pada bidang-bidang kehidupan atau keilmuan tertentu.
Pemikiran yang cenderung terkotak-kotak, parsial, atau fragmented adalah wajar. Namun
perlu disadari, manusia hidup pada suatu sistem besar yang saling terkoneksi satu dengan
lainnya. Apabila, manusia tetap mengkhususkan diri dengan pemikirannya yang sempit,
maka tidak tertutup kemungkinan dia akan menjadi seseorang yang fanatik, tidak
berkembang. Sebuah fenomena yang terjadi di dunia harus disikapi dari kaca mata yang
berbeda karena adanya suatu jalinan yang saling kait-mengkait
Dengan demikian, filsafat mengajak berpikir secara holistik
dalam rangka mananggapi dan memecahkan suatu masalah
demi mewujudkan suatu sistem kehidupan manusia yang
seimbang secara ragawi dan rohani. Berpikir adalah proses
yang intens untuk memecahkan masalah, dengan
menghubungkan satu hal dengan yang lain, sehingga
mendapatkan pemecahan. Hal-hal yang akan dihubungkan
tersebut belum tentu ada atau hadir di benak kita. Oleh karena
itu, berpikir melibatkan kemampuan untuk membayangkan atau
menyajikan objek-objek yang tidak ada secara fisik atau
kejadian- kejadian yang tidak sedang berlangsung.
120
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki
kemampuan untuk berpikir (homo thinking), makhluk yang
mampu membangun atau mengembangkan potensi rasa dan
karsa (emotional quotion), dan makhluk yang mampu
membangun kualitas kedekatan pada Tuhan (spiritual.quotionl
Dengan ungkapan lain, manusia adalah makhluk 'multi
dimensional', dengan segala kemampuan yang dimiliki
manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, dan
ilmu pengetahuan itulah yang menjadi senjata pamungkas
bagi manusia dalam menguasai atau memberdayakan alam
seisinya.
121
Di antara bagian terpenting dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan
adalah lemampuan manusia untuk menalar'. Dari kemampuan menalar itulah
manusia dapat; pertama, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
secara maksimal; kedua, memilih dan membedakan sesuatu itu benar atau
salah, sesuatu itu baik atau tidak baik; ketiga, memilih beragam alternatif
pilihan jalan hidup yang benar atau tidak benar, bermanfaat atau tidak
bermanfaat; dan keempat, tents melakukan inovasi diberbagai bidang
kehidupan dengan pola perubahan yang bersifat progress of change
Tidak semua dari mereka yang mampu atau bersedia berpikir lebih mendalam
dalam kehidupan sehari-harinya. Inilah maksudnya perihal `berpikir filsafat'.
Padahal berpikir filsafat sangatlah penting untuk semua orang dalam rangka
menjalani aktivitas seharihari, atau untuk mencari solusi bagi sebuah
permasalahan.
122
Berfilsafat adalah berpikir. Ini tidak berarti bahwa berpikir adalah berfilsafat.
Kalau dikatakan berfilsafat adalah berpikir, hal ini dimaksudkan bahwa
berfilsafat termasuk kegiatan berpikir. Berpikir adalah berbicara dengan dirinya
sendiri di dalam batin. Sedangkan berpikir dengan benar mengandung
pengertian mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, membuktikan
sesuatu, menunjukkan alasan alasan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari
bagaimana berbagai hal berhubungan satu sama lain, menarik kesimpulan,
mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi dan membahasakan suara realitas.
123
Filsafat membawa kita berpikir secara mendalam, maksudnya untuk mencari kebenaran
substansial atau kebenaran yang sebenarnya dan mempertimbangkan semua aspek,
serta menuntun kita untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap.
Perubahan sistem nilai atau pandangan-pandangan dunia kita itu dapat mengubah
perspektif kebahagiaan kita, tujuan yang hendak kita kejar dalam profesi kita, atau
sekadar gaya hidup kita. Namun, manfaat-manfaat itu lebih merupakan hasil sampingan
saja, bukan tujuan yang spesifik, dari kajian filsafat.
Di kalangan para filsuf bisa kita tarik suatu garis simpul bahwa hal yang mendorong
manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau keheranan, keraguan dan kesadaran
akan keterbatasan. Plato misalnya mengatakan,"Mata kita memberi pengamatan bintang-
bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk
menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat."
124
Mengukur Berpikir Filsafat
Karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh, sifat mendasar dan sifat
spekulatif. Orang yang berpikir filsafati berarti orang tersebut membongkar
tempat berpijak secara fundamental. Dia tidak percaya begitu raja bahwa ilmu
itu benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar? Bagaimana proses penilaian
berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Lalu benar itu apa? Pertanyaan itu
melingkar sebagai sebuah lingkaran yang untuk menyusunnya, harus dimulai
dari sebuah titik, sebagai awal sekaligus sebagai akhir.
126
Seorang ilmuwan misalnya, tidak akan pernah pugs mengenal ilmu hanya dari
sisi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakekat ilmu dalam konstelasi
pengetahuan lainnya. Pertanyaan yang bisa muncul misalnya, apa kaitan ilmu
dengan moral, dengan agama, dan apakah ilmu itu membawa kebahagiaan
kepada dirinya?. Dalam sifat spekulatif berpikir filsafati, tidaklah mungkin
manusia menangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan manusiapun
tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Itu
hanya sebuah spekulasi. Menyusun sebuah lingkaran memang harus dimulai
dari sebuah titik, bagaimanapun spekulatifnya
Yang penting dalam prosesnya nanti, dalam analisis maupun pembuktiannya,
manusia harus dapat memisahkan spekulasi mana yang paling dapat diandalkan.
Tugas filsafat adalah menetapkan dasar dasar yang dapat diandalkan
127
Semua pengetahuan dimulai dari spekulatif. Dari serangkaian spekulatif tersebut dapat
dipilih buah pikiran yang paling dapat diandalkan, yang merupakan titik awal dari
penjelajahan pengetahuan. Tanpa menerapkan apa yang disebut benar, maka tidak mungkin
pengetahuan lain berkembang atas dasar pengetahuan. Tanpa menetapkan apa yang
dimaksud balk atau buruk tidak mungkin bicara tentang moral.
Dalam menghadapi berbagai masalah hidup di dunia ini, manusia akan menampilkan
berbagai alat untuk mengatasinya. Alat itu adalah pikiran atau akal yang berfungsi di dalam
pembahasannya secara filosofis tentang masalah yang dihadapi. Pikiran yang manakah
yang dapat masuk dalam bidang filsafat ini? Jawabannya adalah pikiran yang senantiasa
bersifat ilmiah. Jadi, pikiran itu adalah yang mempunyai kerangka ilmiah-filsafat.
128
Pertama, Konsepsional. Perenungan
filsafat berusaha untuk menyusun
suatu bagian konsepsional.
Konsepsi merupakan hasil
generalisasi dan abstraksi dari
pengalaman tentang hal-hal serta
proses-proses satu demi satu.
Beberapa buku menjelaskan ciri-ciri berpikir filsafat dengan
bermacam macam pula. Diantaranya dijelaskan sebagai
berikut
Kedua, Koheren. Perenungan
kefilsafatan berusaha untuk
menyusun suatu bagan yang
koheren yang konsepsional. Secara
singkat, istilah koheren ialah runtut.
Bagan konsepsional yang
merupakan hasil perenungan
kefilsafatan haruslah bersifat runtut.
Dalam arti lain, koheren bisa juga
dikatakan berpikir sistematis
129
Ketiga, Memburu kebenaran. Filsuf adalah
pemburu kebenaran, kebenaran yang
diburunya adalah kebenaran hakiki
tentang seluruh realitas dan setiap hal
yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab itu,
dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti
memburu kebenaran tentang segala
sesuatu. Kebenaran filsafat tidak pernah
bersifat mutlak dan final, melainkan terus
bergerak dari suatu kebenaran menuju
kebenaran baru yang lebih pasti.
Keempat, Radikal. Berfilsafat berarti
berpikir radikal. Filsuf adalah pemikir
yang radikal. Karena berpikir secara
radikal, ia tidak akan pernah berhenti
hanya pada suatu wujud realitas
tertentu. Keradikalan berpikirnya itu
akan senantiasa mengobarkan
hasratnya untuk menemukan realitas
seluruh kenyataan, berarti dirinya
sendiri sebagai suatu realitas telah
termasuk ke dalamnya sehingga ia pun
berupaya untuk mencapai akar
pengetahuan tentang dirinya sendiri.
130
Kelima, Rasional. Perenungan
kefilsafatan berusaha menyusun
suatu bahan konsepsional yang
bersifat rasional. Yang dimaksudkan
dengan bagan konsepsionl yang
bersifat rasional ialah bagan yang
bagian-bagiannya secara logis
berhubungan satu dengan yang lain.
Berpikir secara rasional berarti
berpikir logis, sistematis, dan kritis
Keenam, Menyeluruh. Perenungan
kefilsafatan berusaha menyusun
suatu bagan konsepsional yang
memadai untuk dunia tempat kita
hidup maupun diri kita sendiri. Suatu
sistem filsafat harus bersifat
komprehensif, dalam arti tidak ada
sesuatu pun yang berada di luar
jangkauannya. Jika tidak demikian,
filsafat akan ditolak serta dikatakan
berat sebelah dan tidak memadai
131
beberapa teori mengenai kebenaran
1. Kebenaran sebagai
Persesuaian (the
correspondent theory of
truth). Pendasar teori ini
adalah Aristoteles.
Menurutnya, mengatakan
sesuatu yang ada sebagai
tidak ada, atau yang tidak
ada sebagai ada adalah
salah. Sebaliknya
mengatakan hal yang ada
sebagai ada, dan yang tidak
ada sebagai tidak ada,
adalah benar.
2. Kebenaran sebagai
Keteguhan (the coherent
theory of truth). Pandangan
ini dudukung oleh
Pythagoras, Parmenides,
Spinoza, dan Hegel. Teori ini
dianut oleh kaum rasionalis.
Kebenaran tidak lagi
ditemukan dalam
kesesuaian dengan
kenyataan, melainkan dalam
relasi antara proposisi baru
dengan proposisi lama atau
yang sudah ada.
3. Teori Pragmatis tentang
Kebenaran (the pragmatic
theory of truth). Teori ini
dikembangkan oleh Charles
Sanders Peirce dan William
James. Kebenaran memiliki
arti yang sama dengan
kegunaan. Suatu ide benar
adalah ide yang bisa
memungkinkan seseorang
melakukan sesuatu secara
paling berhasil dan tepat
guna
132
4. Teori Kebenaran
Performatif (Performative
theory of truth). Anggapan
tentang terlaksananya
kebenaran dalam bahasa
(ungkapan) manusia berasal
dari Inggris (Frank Ramsey,
John Austin, dan Peter
Strawson). Mereka melawan
teori klasik bahwa benar dan
salah adalah ungkapan
deskriptif. Suatu pernyataan
dianggap benar kalau is
menciptakan realitas.
5. Teori Kebenaran Historis.
Ini pada umumnya diakui
oleh kelompok post-
modernis atau strukturalis
dan post-strukturalis.
Menurut mereka kebenaran
selalu bersifat historis dan
selalu berpusat pada
kebebasan batin setiap
manusia, dan bukannya
ditentukan lebih dahulu
atau ditentukan oleh orang
lain.
133
Sifat-Sifat Kebenaran Ilmiah
Ø
Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis (berdasarkan kesimpulan yang
logis-rasional dari premis-premis tertentu). Karena itu bersifat rasional, maka semua
orang rasional dapat menggunakan akal budinya secara balk dan memahami
kebenaran ilmiah ini. Sebab itu is bersifat universal.
Ø
Isi empiris: kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada (empiris).
Ø
Sifat pragmatis mau menggabungkan dua sifat kebenaran di atas. Pernyataan itu
logis dan empiris, maka harus juga berguna dalam hidup manusia dalam
memecahkan permasalahan
135
Kepastian dan Kebenaran
Dalam diskusi tentang macam-macam teori kebenaran pertanyaan yang muncul ialah apakah
kebenaran ilmiah bersifat pasti atau sementara? Jawaban atas pertanyaan ini memunculkan
dua pandangan berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis yang menekankan kebenaran
logis-rasional dan pandangan kaum empiris yang menekankan kebenaran empiris. Karena itu
kita harus berbicara tentang taraftaraf kepastian (subyektivitas dan obyektivitas). Pemakaian
istilah S dan 0 sudah dibicarakan, demikian pula pengetahuan yang dimengerti sebagai
kesadaran si subyek tentang obyek yang dikenalnya. Di sana terang terjadi pada pihak
subyek (yang dapat membedakan obyek dari dirinya) dan dari pihak obyek yang seolah
membuka diri kepada S. Terang justru terjadi dalam diri S (bdk. Kant dengan pengetahuan
apriori-sintetis). Dari sudut pengetahuan kita mengenal apa yang disebut evidensi dan
kepastian. Dalam hubungan S dan 0, evidensi terletak pada pihak obyek. Sedangkan
kepastian ada pada pihak subyek. Evidensi adalah terang atau daya obyek yang
menampakkan diri, sedangkan kepastian ialah keyakinan dalam diri subyek bahwa apa yang
dikenalnya sungguh adalah obyek yang ingin diketahuinya
136
Taraf Kepastian Ilmu Empiris dan Ilmu Eksakta
Dalam kaitan dengan kepastian sering kita mengatakan bahwa sesuatu hanya dapat
ditempatkan dalam "barangkali" atau "mungkin."Istilah ini digunakan para ilmuwan untuk
menunjuk pada sesuatu yang dalam gejala pengetahuan terletak pada pihak obyek. Untuk
mengatasi kesulitan ini kita diperkenalkan dengan istilah `kepercayaan' (credibility).
Kepercayaan adalah ciri khas hipotesis ilmiah. Hipotesis ini justru ada pada pihak subyek.
Kepercayaan hipotesis bisa Iemah, bisa kuat, tetapi ini tergantung pada mutu dan jumlah
data empiris yang dapat diterangkan. Bila data empiris ini dirumuskan dalam serangkaian
pernyataan ilmiah P, maka kepercayaan p dari hipotesis H tertentu (p (H,P) dapat diberi nilai
kuantitatif antara 0 dan 1. 0 berarti tidak ada kepercayaan (kalah atau hipotesis yang tidak
bisa diperiksa secara empiris). Angka 1 adalah kuat
137
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Tugas dds 2 kel v (sejarah perkembangan ilmu)
Tugas dds 2 kel v (sejarah perkembangan ilmu)Tugas dds 2 kel v (sejarah perkembangan ilmu)
Tugas dds 2 kel v (sejarah perkembangan ilmu)Agnes Ervinda Ginting
 
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyKelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyM Fatkhur Rohman
 
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MSMakalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MSdindadwi4587
 
FilSAFAT ILMU tugas akhir
FilSAFAT ILMU tugas akhir FilSAFAT ILMU tugas akhir
FilSAFAT ILMU tugas akhir Lika Saras
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiNabilahMaharani1
 
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.elia_deardy
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lainNick V
 
Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2
Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2
Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2Agoes Rakbika
 
Hakikat ilmu dan pengetahuan
Hakikat ilmu dan pengetahuanHakikat ilmu dan pengetahuan
Hakikat ilmu dan pengetahuanAbdul H-u
 
Kelompok 11 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sard...
Kelompok 11 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya)  Dosen Pengampu : DR. Sigit Sard...Kelompok 11 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya)  Dosen Pengampu : DR. Sigit Sard...
Kelompok 11 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sard...FristaDeaAmanda
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanEkoBowo2
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Fandi Fandi
 
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmupengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmumas karebet
 
Soal soal filsafat
Soal soal filsafatSoal soal filsafat
Soal soal filsafatJennyJenny47
 
Kelompok 1
Kelompok 1Kelompok 1
Kelompok 1Saidatin
 

Mais procurados (20)

Tugas dds 2 kel v (sejarah perkembangan ilmu)
Tugas dds 2 kel v (sejarah perkembangan ilmu)Tugas dds 2 kel v (sejarah perkembangan ilmu)
Tugas dds 2 kel v (sejarah perkembangan ilmu)
 
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyKelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
 
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MSMakalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
 
filsafat ilmu
filsafat ilmufilsafat ilmu
filsafat ilmu
 
Modul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Modul filsafat ilmu filsafat IlmuModul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Modul filsafat ilmu filsafat Ilmu
 
FilSAFAT ILMU tugas akhir
FilSAFAT ILMU tugas akhir FilSAFAT ILMU tugas akhir
FilSAFAT ILMU tugas akhir
 
APA ITU ILMU
APA ITU ILMUAPA ITU ILMU
APA ITU ILMU
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
 
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
 
Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2
Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2
Pengertian dan tujuan filsafat ilmu pertemuan 2
 
Tugas 2 filsafat ilmu
Tugas 2 filsafat ilmuTugas 2 filsafat ilmu
Tugas 2 filsafat ilmu
 
Hakikat ilmu dan pengetahuan
Hakikat ilmu dan pengetahuanHakikat ilmu dan pengetahuan
Hakikat ilmu dan pengetahuan
 
Hakikat Filsafat Ilmu
Hakikat Filsafat IlmuHakikat Filsafat Ilmu
Hakikat Filsafat Ilmu
 
Kelompok 11 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sard...
Kelompok 11 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya)  Dosen Pengampu : DR. Sigit Sard...Kelompok 11 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya)  Dosen Pengampu : DR. Sigit Sard...
Kelompok 11 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sard...
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1
 
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmupengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
 
Soal soal filsafat
Soal soal filsafatSoal soal filsafat
Soal soal filsafat
 
Kelompok 1
Kelompok 1Kelompok 1
Kelompok 1
 

Semelhante a Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec

Tugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptx
Tugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptxTugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptx
Tugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptxFauziaIndahningsih
 
artikel falsafah kesatuan ilmu,Meta Fitriani..docx
artikel falsafah kesatuan ilmu,Meta Fitriani..docxartikel falsafah kesatuan ilmu,Meta Fitriani..docx
artikel falsafah kesatuan ilmu,Meta Fitriani..docxMetaFitriani1
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Sbaguspw12
 
Filsafat ilmu
Filsafat  ilmu Filsafat  ilmu
Filsafat ilmu Ram Dhany
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanvian rahayu
 
Filsafat dan ilmu
Filsafat dan  ilmuFilsafat dan  ilmu
Filsafat dan ilmuifa lutfita
 
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docxBUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docxMunatarKause
 
[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPAIrma Fitriani
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1juniotrov
 
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Grunge Cobain
 
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2Amas Imania Fadlie
 
PERTEMUAN 1 FILSAFAT HUKUM.docx
PERTEMUAN 1 FILSAFAT HUKUM.docxPERTEMUAN 1 FILSAFAT HUKUM.docx
PERTEMUAN 1 FILSAFAT HUKUM.docxFatherSon3
 
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAFilsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAChristian Lokas
 
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxArtikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxMetaFitriani1
 
Hakikat fi ls_afat_ilmu
Hakikat fi ls_afat_ilmuHakikat fi ls_afat_ilmu
Hakikat fi ls_afat_ilmuIkramComputer
 

Semelhante a Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec (20)

Tugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptx
Tugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptxTugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptx
Tugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptx
 
artikel falsafah kesatuan ilmu,Meta Fitriani..docx
artikel falsafah kesatuan ilmu,Meta Fitriani..docxartikel falsafah kesatuan ilmu,Meta Fitriani..docx
artikel falsafah kesatuan ilmu,Meta Fitriani..docx
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
 
Filsafat ilmu
Filsafat  ilmu Filsafat  ilmu
Filsafat ilmu
 
Tugas filsafat ilmu
Tugas filsafat ilmu Tugas filsafat ilmu
Tugas filsafat ilmu
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Filsafat dan ilmu
Filsafat dan  ilmuFilsafat dan  ilmu
Filsafat dan ilmu
 
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docxBUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
 
[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 
36413-99553-1-PB.pdf
36413-99553-1-PB.pdf36413-99553-1-PB.pdf
36413-99553-1-PB.pdf
 
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
 
PERTEMUAN 1 FILSAFAT HUKUM.docx
PERTEMUAN 1 FILSAFAT HUKUM.docxPERTEMUAN 1 FILSAFAT HUKUM.docx
PERTEMUAN 1 FILSAFAT HUKUM.docx
 
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAFilsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
 
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxArtikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
Hakikat fi ls_afat_ilmu
Hakikat fi ls_afat_ilmuHakikat fi ls_afat_ilmu
Hakikat fi ls_afat_ilmu
 

Último

Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 

Último (20)

Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 

Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec

  • 1. TUGAS MEMBUAT SLIDE PENGANTAR FILSAFAT ILMU TOPIK I : MENCARI KEBENARAN Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec Oleh Kelompok : TIGA (3) MHS SMT 4 KELAS A 1. Hilyah Ruby W 1211900043 2. Fitri Oktaviani 1211900046 3Sukmawati 1211900050 .  FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA JUNI 2021
  • 3. Kelompok 3 Hilyah Ruby W 1211900043 Fitri Oktaviani 1211900046 Sukmawati 1211900050
  • 4. Pengertian Filsafat 4 Dari sisi kebahasaan • Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Philo=cinta Sophia= kebijaksanaan/kebenaran. Jadi philosophia adalah orang yang mencintai kebenaran, sehingga berupaya memperoleh dan memilikinya. • Kata philosophia ditransformasikan ke berbagai bahasa. Dalam bahsa arab disebut falsafah. Dalam bahsa Indonesia disebut falsafat/filsafat. Dalam bahsa Belanda dan Jerman disebut Philosophie.
  • 5. Penyebab Lahirnya Filsafat 2. RASA INGIN TAHU Karena mite hanya bersifat dongeng belaka, maka orang mulai berpikir rasional, untuk mencari jawaban-jawaban yang logis. Keingintahuan terhadap alam semesta, keingintahuan terhadap penciptanya dsb. 1.PERTENTANGAN ANTARA MITOS DAN LOGOS. Dikalangan masyarakat Yunani dikenal adanya mitos, sebagai suatu keyakinan lama yang berkembang dengan pesat misalnya mite kosmologi yang melukiskan kejadian alam. Lama-lama mitos hilang dikalahkan oleh logos, maka logos penyebab pertama lahirnya filsafat. 5
  • 6. Karakteristik Filsafat 1.SKEPTISIS Skeptisis adalah keraguan terhadap suatu kebenaran sebelum mendapat argumen yang kuat terhadap kebenaran tersebut. Di kelompokan bersifat Gradasi , dari ragu ke yakin, bersifat degradasi, dari yakin ke ragu, bertahan sophisme, terus menurus ragu.Sifat gradasi diungkapkan oleh RENE DECARTES Filsuf Prancis cagito ergo sum (saya berpikir maka saya ada) 2.KOMUNALISME Hasil pemikiran filsafat dimiliki masyarakat umum tidak memandang ras, kelas, ekonomi, dan keyakinan. Misalnya hasil pemikiran Yunani bermanfaat untuk orang Eropa, Asia Afrika dsb. 6
  • 7. 3. DISENTERESTEDNESS YANG BERASAL DARI KATA INTEREST, yaitu suatu kegiatan filsafat yang tidak dimotivasi untuk suatu kepentingan tertentu. 4. UNIVERSALISME Filsafat bersifat umum, berati filsafat adalah hak seluruh umat manusia secara umum atau sifatnya internasional. Semua umat manusia berhak mengadakan kajian filsafat. 7
  • 8. Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).' Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.2 Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara Iangsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang menge­tahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif . 8 PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
  • 9. Jenis Pengetahuan 1. Pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang me­miliki sesuatu di mana is menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya. Dengan common sense, semua orang sampai pada keya­kinan secara umum tentang sesuatu, di mana mereka akan berpendapat sama semuanya. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari 2. Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
  • 10. . 10 Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengor­ganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. 3. Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
  • 11. Dengan hal ini manfaat filsafat adalah didasarkan pada pengertian filsafat sebagai suatu integrasi atau pengintegrasi sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan. Sebagian besar orang hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan apa yang paling dibutuhkannya pada saat dan tempat tertentu.   Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang kongkret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan nyata setiap hari.Kendali tidak memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistic dan elok, filsafat sanggup membantu manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistic dan elok dalam kearsitekturan se hingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman itu akan menjadi patokan utama bagi pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut.   11
  • 13. TUGAS MEMBUAT SLIDE TOPIK 2 : TOPIK 2 PERENUNGAN FILSAFAT Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec Oleh Kelompok : TIGA (3) MHS SMT 4 KELAS A 1. Hilyah Ruby W 1211900043 2. Fitri Oktaviani 1211900046 3Sukmawati 1211900050 .  FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA JUNI 2021
  • 14. PERENUNGAN FILSAFAT Dr.Sigit Sardjono,MS PERENUNGAN TENTANG FILSAFAT TIDAK BEGITU SAJA, TETAPI DIMULAI DULU DENGAN MELIHAT PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN PENALARAN TENTANG HAKEKAT FILSAFAT
  • 16. Awal pemikiran filsa­fat dapat ditelusuri dari sejarah para pemikiran sebelum masehi, namun yang mudah dilacak yaitu sejak ada buah pemikiran dari Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-528 SM), Pythagoras (532 SM), Heraclitus (535­475 SM), Parmenides (540-475 SM), serta banyak lagi pemikir lainnya. Pythagoras, Plato, Aristoteles, Archimedes, Descartes, mereka ialah orang pertama yang dianggap meletakkan dasar ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan alam dan matematika. Pandangan para filsuf ini, di antara­nya Pythagoras mengartikan filsafat sebagai pecinta kebijaksanaan (lover of wisAwal pemikiran filsa­fat dapat ditelusuri dari sejarah para pemikiran sebelum masehi, namun yang mudah dilacak yaitu sejak ada buah pemikiran dari Thales (624-548 SM), Anaximenes (590- 528 SM), Pythagoras (532 SM), Heraclitus (535­475 SM), Parmenides (540-475 SM), serta banyak lagi pemikir lainnya. Pythagoras, Plato, Aristoteles, Archimedes, Descartes, mereka ialah orang pertama yang dianggap meletakkan dasar ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan alam dan matematika. Pandangan para filsuf ini, di antara­nya Pythagoras mengartikan filsafat sebagai pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom). Plato mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang hakiki lewat dialektika.dom). Seorang pemikir pertama dan terkemuka pada jaman Yunani Kuno yang dalam sejarah filsafat diakui sebagai The Father of Philosophy atau bapak filsafat dan bapak penalaran deduktif, terkenal sebagai ilmuwan pertama di dunia dan ahli matematika Yunani yang pertama serta termasuk sebagai salah seorang dari Seven Wise Men of Greece atau tujuh orang arif bangsa Yunani adalah Thales hidup tahun 640 sampai 546 sebelum masehi. Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi dari alam semesta, menurutnya semuanya berasal dari air sebagai materi dasar kosmis. PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
  • 17. Tahap berikutnya muncullah Pythagoras yang hidup pada tahun 572 sampai 497 sebelum masehi, dia seorang ahli matematika yang mengemukakakan ajaran metafisika dari Yunani Kuno dan pendiri mazhab filsafat Pythagoreanisme yang mengajarkan bahwa bilangan merupakan substansi dari semua benda. Menurut Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan, oleh karena itu ia tidak mau disebut sebagai orang arif seperti halnya Thales, melainkan menganggap dirinya hanya seorang philosophos yang artinya pecinta kearifan Menurut pendapat Plato yang hidup pada tahun 428 hingga 348 sebelum masehi adalah seorang filsuf besar Yunani Kuno yang mengembangkan filsafat spekulatif mengenai dunia ide yang sempurna dan abadi. Baginya filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif terhadap pandangan kebenaran yang menyeluruh. Ia menegaskan bahwa filsuf adalah pecinta pandangan tentang kebenaran atau vision of truth, sedangkan filsafat merupakan pencarian yang bersifat perekaan atau spekulatif terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran, sehingga filsafat Plato disebut filsafat spekulatif. Seorang filsuf besar Yunani Kuno, Aristoteles yang hidup pada tahun 382 sampai dengan 322 sebelum masehi merupakan tokoh pelopor logika dan seorang ilmuwan yang menelaah biologi, psikologi dan ilmu politik, kini diakui sebagai filsuf ilmu yang pertama. Pendapatnya episteme adalah an organized body of rational knowledge with its proper object yang berarti suatu kumpulan yang teratur dari pengetahuan rasional dengan obyeknya sendiri yang tepat, dengan demikian filsafat dan ilmu tergolong sebagai pengetahuan rasional yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran atau rasio manusia  
  • 18. Pemikiran Aristoteles selanjutnya, disebut episteme atau pengetahuan rasional yang kemudian dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :   1.Pengetahuan praktis atau praktike 2.Pengetahuan produktif atau poietike 3.Pengetahuan teoritis atau theoretike   Theoretike atau pengetahuan teoretis oleh Aristoteles dibedakan pula menjadi tiga kelompok yaitu :   1.Pengetahuan matematika atau mathematike 2.Pengetahuan fisika atau physike 3.Pengetahuan filsafat pertama atau prote 4.philosophia   Hakekat Filsafat yang paling awal adalah pengetahuan teoritis yang menelaah peradaban yang abadi, tidak berubah dan terpisah dari materi. Aristoteles mendefinisikannya sebagai the science of first principles atau ilmu tentang asas-asas yang pertama. Semua pengetahuan lainnya secara logis mengandaikan atau berdasarkan ilmu ini, oleh karena itu ilmu ini dianggap sebagai filsafat pertama, dan kemudian definisinya dilengkapi menjadi suatu ilmu yang menyelidiki peradaban sebagai peradaban dan ciri-ciri yang tergolong pada obyek berdasarkan sifat dasarnya sendiri. Oleh karena dalam pembagian dan urutannya Aristoteles menempatkan filsafat pertama setelah fisika maka pengetahuan filsafat tersebut kemudian disebutnya dengan metafisika yang artinya sesudah fisika, sedangkan pengetahuan fisika itu sendiri oleh Aristoteles disebutnya sebagai filsafat kedua. Matematika, fisika dan metafisika telah berkembang pada masa Aristoteles Filsafat telah dimulai oleh Thales dan berkembang ke arah kosmologi, sedangkan filsafat spekulatif dikembangkan oleh Plato dan
  • 19. Pada abad pertengahan filsafat dianggap sebagai the supreme art (pengetahuan yang tertinggi), namun kedudukan dan peranannya adalah sebagai pelayan dari teologi. Kebenaran yang diterima oleh kepercayaan melalui wahyu tidak dapat ditentang oleh kebenaran filsafati yang dicapai dengan akal manusia. Filsafat merupakan sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran tentang Tuhan yang dapat dicapai oleh akal manusia. Pada abad-abad selanjutnya filsafat berkembang melalui dua jalur yaitu jalur yang pertama adalah filsafat alam atau natural philosophy yang mempelajari benda dan peristiwa alamiah dan jalur yang kedua disebut filsafat mental dan moral atau mental and moral philosophy. Pada zaman Junani kuno episteme atau pengetahuan rasional mencakup filsafat maupun ilmu, tidak terdapat masalah besar atau kebutuhan penting untuk membedakan secara tegas kedua jenis pengetahuan tersebut. Thales sebagai seorang filsuf juga mempelajari astronomi dan topik pengetahuan termasuk fisika. Fisika adalah pengetahuan teoritis yang mempelajari alam dan pengetahuan tersebut kemudian disebut dengan filsafat alam. Tetapi pada zaman Renaissance sejak abad XIV sampai abad XVI terjadi perkembangan baru. Tokoh pembaharu dan pemikir seperti Galileo Galilei, Francis Bacon dan pada abad berikutnya Rene Descartes dan Issac Newton memperkenalkan metode matematik dan metode eksperimental untuk mempelajari alam. Sejak abad XVII Filsafat alam sesungguhnya bukanlah pengetahuan filsafat melainkan pengetahuan yang dikenal sebagai Ilmu Alam. Perkembangan ilmu mencapai puncak kejayaan ditangan Newton. Dalam perkembangan selanjutnya pada abad XVIII philosophia naturalis memisahkan diri dari filsafat dan para ahli menyebutnya dengan nama Fisika. Pada zaman modern timbul kebutuhan untuk memisahkan secara nyata kelompok ilmu modern dari filsafat karena perbedaan ciri-cirinya yang menyolok. Filsafat kebanyakan masih bercorak spekulatif sedang ilmu modern telah menerapkan metode empiris, eksperimental, dan induktif. Kini secara pasti semua cabang ilmu dinyatakan sebagai ilmu-ilmu empiris, sifat empiris inilah yang membentuk ciri umum dari kelompok ilmu modern dan yang membedakannya dari filsafat
  • 20. TUGAS MEMBUAT SLIDE TOPIK 2 : TOPIK 3 PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec Oleh Kelompok : TIGA (3) MHS SMT 4 KELAS A 1. Hilyah Ruby W 1211900043 2. Fitri Oktaviani 1211900046 3Sukmawati 1211900050 .  FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA JUNI 2021
  • 21. Pancasila sebagai filsafat bangsa indonesia Dr.Sigit Sardjono,MS.
  • 22. Berdasarkan catatan sejarah, sebagaimana diungkapkan Hamdani dan Fuad (2007), Plato mengumpamakan seorang filsuf ialah laksana seorang kapten kapal yang menghabiskan banyak waktunya memandang bintang-bintang di langit. Para kelasi mengungkapkannya sebagai para­sit tidak berguna, tapi kata Plato, tanpa kerja sang kapten kapal akan tersesat, dan pekerjaan para kelasi menjadi sia-sia, begitulah gambaran posisi dan peran filsafat dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, banyak ilmuwan menyatakan bahwa filsafat merupakan induk dari segala ilmu. Sejarah kefilsafatan di kalangan filsuf menjelaskan tentang tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau keheranan, keraguan atau kegengsian dan kesadaran akan keterbatasan. Plato mengatakan: 'Mats kita memberi pengamatan bintang- bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi. dorongan kepada kita untuk, menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berawal filsafat'. Sejak zaman kuno, zaman pertengahan dan zaman modern sekarang ini telah melahirkan suatu cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Lebih jauh dikatakan Amsal (2006), proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitif- klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Di sinilah pemikiran filsuf telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola fikir ilmiah oriented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan. Berdasarkan catatan sejarah, Plato mengumpamakan seorang filsuf ialah laksana seorang kapten kapal yang menghabiskan banyak waktunya memandang bintang- bintang di langit. Para kelasi mengungkapkannya sebagai para­sit tidak berguna, tapi kata Plato, tanpa kerja sang kapten kapal akan tersesat, dan pekerjaan para kelasi menjadi sia-sia, begitulah gambaran posisi dan peran filsafat dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Sejarah juga membuktikan, bahwa perjalanan manusia telah diantarkan dalam berbagai fase ke­hidupan. Sejak zaman kuno, zaman pertengahan dan zaman modern sekarang ini telah melahirkan suatu cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Lebih jauh proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitif-klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Di sinilah pemikiran filsuf telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola fikir ilmiah oriented, perubahan dari pola pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan.
  • 23. Filsafat berusaha untuk menyatukan hasil-hasil ilmu dan pemahaman tentang moral, estetik, dan agama. Para fil­suf telah mencari suatu pandangan tentang hidup secara terpadu, menemukan maknanya serta mencoba memberikan suatu kon­sepsi yang beralasan tentang alam semesta dan tempat manusia di dalamnya. Filsafat tidak memberi petunjuk-petunjuk untuk mencapai taraf hidup yang lebih tinggi, juga tidak melukiskan teknik­-teknik baru untuk membuat nuklir. Sementara penalaran diartikan sebagai pola pemikiran yang logik dan analitis. Orang menalar jika ingin mendapat /menemukan pemahaman yang benar. Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Sebenarnya jika di dalam filsafat itu kita ingin mencari jawaban yang terakhir terhadap persoalan yang kita hadapi, yakni jawaban yang disepakati oleh semua filsuf sebagai hal yang benar, maka kita akan kecewa dan bersedih hati. Setelah lama mempelajarinya, kita dapat mulai menyusun suatu sistem filsafat yang di dalamnya kita dapat menempatkan persoalan-persoalan yang kita hadapi dan memberikan jawaban-jawaban yang kiranya cocok. HAKEKAT FILSAFAT
  • 24. Kata falsafah atau filsafat merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yu­nani "philosophia." Menurut bahasa, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia = persahabatan atau cinta dan shopia = kebijaksanaan. Sehingga arti lughowinya atau semantik adalah seorang pencinta kebijaksanaan atau ilmu. Istilah lain yang juga sering digunak­an dan dianggap mengandung makna yang sama, yaitu kata philare atau philo yang berarti cinta; dalam arti yang luas yaitti ingin dan oleh karena itu berusaha untuk mencapai yang diinginkan. Orang yang cinta kepada ilmu pengetahuan disebut philosopher, yang dalam bahasa Arab dikenal sebagai failasuf. Pencinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.   Dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy, yang juga ber­arti filsafat yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar kata ini yaitu kata philos dan sophos. Philos maknanya gemar atau cinta, dan sophos artinya bijaksana atau arif (wise). Menurut, pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno, filsafat berarti cinta kearifan. Dalam dunia Islam para pemikir atau ahli filsafat disebut filsuf, se­cara populer diketahui seperti Ibnu Khaldun, Ibnu Shina, al-Kindi, al­Ghazali. Sayyid ar-Rhadi menyatakan guru dari semua filsuf Islam ialah Imam Ali bin Abi Thalib r.a. Ini tercermin dalam bukunya yang berjudul Nahjul Balaghah. Buku ini berisi kumpulan khotbah Imam Ali semasa hidupnya. Ar-Rhadi mengatakan bahwa kumpulan khotbah ini syarat dengan muatan filsafat ketuhanan, filsafat matafisika, filsafat etika, fil­safat estetika, dan filsafat ilmu seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, maupun ilmu politik. Filsafat ilmu adalah telaah kefilsafatan yang ingin menjawab perta­nyaan mengenai hakikat ilmu, baik ditinjau dari sudut ontoiogis, epis­temologis, maupun aksiologis yang dilakukan melalui proses dialektika secara mendalam (radic) yang sistematis dan bersifat spekulatif. Rosen­berg (2003), mengatakan dalam filsafat ilmu dibagi dalam dua pertahya­an utama
  • 25. Filsafat ilmu yaitu ilmu yang meng­kaji seluk-beluk dan tata cara memperoleh suatu pengetahuan, cumber pengetahuan, metode dan pendekatan yang digunakan untuk mendapat pengetahuan logis dan rasional. Suwardi Endrawara (2012) mengungkap­kan pandangan Magnis Suseno, adanya perkembangan ilmu yang luas dan maju menunjukkan semua pertanyaan yang menyangkut ilmu pe­ngetahuan dapat dijawab. Biasanya yang mempunyai andil besar dalam menjawab pertanyaan itu ialah para filsuf yang menekuni filsafat Oleh karena itu, pertanyaan yang tidak dapat di jawab menjadi porsi pekerjaan filsuf lain sampai dia menemukan jawaban terhadap ilmu penge­tahuan, dan ketika mereka berhenti pada suatu pertanyaan tentang ilmu pengetahuan itu, artinya di sana dia telah menemukan sesuatu yang baru, kemudian merambah lagi ke pertanyaan berikutnya untuk menemukan ilmu pengetahuan baru.
  • 26. Filsafat Memiliki Cara Berfikir Yang Menyeluruh  Sistematik berarti secara teratur dan tersusun se­hingga merupakan pengertian yang sistematis, dan bahwa pendalaman mengenai hakikat sesuatu itu disertai pembuktian yang dapat diterima akal dan tersusun berjalinan dan dapat dipertanggungjawabkan (Langeveld, 1957: 9). Sistematik berarti juga bahwa hakikat sesuatu yang didalami itu dilihat sebagai bagian atau subsistem dalam kerangka entitas sistem itu.  Radikal berasal dan kata "radix, (Yunani, berarti akar)". Berpikir radikal berpikir sampai akar- akamya, dan tidak kepalang tanggung, hingga kepada konsekwensi-konsekwensinya terakhir.  Universal, berarti berpikir secara keseluruhan dan tidak hanya me­ngenai bagian-bagian tertentu saja.  Berfilsafat, ialah mencari kebenaran, dari kebenaran untuk kebenaran, tentang segala,sesuatu yang dipermasalahkan, dengan berpikir secara radikal sistematik dan universal. KARAKTERISTIK BERFIKIR SECARA FILSAFAT
  • 27.  Hubungan Filsafat Dengan Kebudayaan : Kebudayaan berasal dari kata ke-budaya-an. Budaya berarti budi dan daya. Unsur budi adalah cipta (akal), rasa, dan karsa (kehendak). Kebudayaan adalah hasil budaya atau kebulatan cipta (akal), rasa dan karsa (kehendak) manusia yang hidup bermasyarakat. Antara manusia dan masyarakat serta kebudayaan ada hubungan yang erat.    Hubungan Filsafat Dengan Lingkungan : Manusia, masyarakat dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat, juga dengan alam sekitar atau lingkungan. Filsafat sebagai hasil budaya manusia juga tidak lepas dari pengaruh alam sekitarnya. Itulah sebabnya terdapat berbagai jenis kefilsafatan tertentu yang mempunyai ciri-ciri tersendiri.   Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan : Yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran. Demikian juga ilmu pengetahuan dan agama.    Hubungan Filsafat Dengan Agama : Jika seseorang melihat sesuatu kemudian mengatakan tentang sesuatu tersebut maka dikatakan bahwa ia telah mempunyai pengetahuan tentang sesuatu. Pengetahuan adalah sesuatu yang tergambar dalam pikiran manusia. Misal, ia melihat manusia dan mengatakan bahwa itu manusia. Dikatakan ia telah mempunyai pengetahuan tentang manusia. Jika ia bertanya lebih lanjut mengenai manusia itu, darimana asalnya, bagaimana susunannya, ke mana tujuannya, dan sebagainya, maka akan diperoleh jawaban yang lebih rinci mengenai manusia tersebut. HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DENGAN KEBUDAYAAN DAN LINGKUNGAN
  • 28. Berdasarkan uraian tersebut maka filsafat mempunyai kegunaan sebagai berikut:  Melatih din untuk berpikir kritis dan runtut serta menyusun hasil pikiran tersebut secara sistematis.  Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tetutup.  Melatih diri melakukan penelitian, pengkajian, dan memutuskan atau meng­ambil kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam dan komprehensif.Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.  Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa.  Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentingan pribadi maupun dalam hubungannya dengan orang lain.  Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun dalam hubungannya dengan orang lain, alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha Esa  Menjadikan manusia lebih taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. GUNA DAN FUNGSI FILSAFAT
  • 29. Filsafat, meminjam pikiran Will Darunt, dapat diibaratkan pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infantri ini adalah berbagai pengetahuan yang di antaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, yang dapat diandalkan. Setelah penyerahan dilakukan maka filsafatpun pergi. Dia kembali menjelajah laut lepas, berspekulasi dan meneratas. FILSAFAT MEMPERJELAS PENGETAHUAN
  • 30. (1). Permasalahan Tentang “ADA” Permasalahan tentang `ada' (being) menghasilkan cabang filsafat metafisika. Meta berarti di balik dan physika berarti benda- benda fisik. Pengertian sederhana dari metafisika yaitu kajian tentang sifat paling dalam dan radikal dari kenyataan.   (2). Permasalahan Tentang Pengetahuan (KNOWLEDGE) Permasalahan tentang pengetahuan (knowledge) menghasilkan cabang filsafat epistemologi, yaitu filsafat pengetahuan.   (3). Permasalahan Tentang Metode Permasalahan tentang metode menghasilkan cabang filsafat metodologi. Istilah ini berasal dari metos dengan unsur meta yang berarti cara, perjalanan, sesudah, dan hodos yang berarti cara perjalanan, arah.   (4). Permasalahan Tentang Penyimpulan   Permasalahan tentang penyimpulan menghasilkan cabang filsafat logika (logis). Logika berasal dari kata logos yang berarti uraian, nalar. Secara. . (5). Permasalahan Tentang Moralitas (MORAL/TY) Permasalahan tentang moralitas menghasilkan cabang filsafat etika (ethics). Istilah etika berasal dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan.   (6). Permasalahan Tentang Keindahan PERMASALAHAN FILSAFAT
  • 32. TUGAS MEMBUAT SLIDE TOPIK 2 : TOPIK 4 PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec Oleh Kelompok : TIGA (3) MHS SMT 4 KELAS A 1. Hilyah Ruby W 1211900043 2. Fitri Oktaviani 1211900046 3Sukmawati 1211900050 .  FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA JUNI 2021
  • 33. Pancasila sebagai filsafat bangsa indonesia Dr.Sigit Sardjono,MS.
  • 34. SUKMAWATI 1211900050 HILYA RUBI W 1211900043 FITRI OKTAVIANI 1211900046 KELOMPOK 3
  • 35. Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalam menentukan pandan- gan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata krama pergaulan dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan manusia lainnya (Prayitno, 1989:2). Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia.
  • 36. BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILAADALAH SUATU FILSAFA § Pada kalimat pertama dari mukadimah Republik In- donesia yang berbunyi : Bahwa sesungguhnya ke- merdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab  itu penjajahan harus di- hapuskan karena bertentan- gan  dengan peri kemanusi- aan dan peri keadilan. Ka- limat pertama ini adalah ka- limat antithese. Muh.Yamin 01 § beliau mengemukakan bahwa pancasila itu disajikan sebagai pidato  untuk memenuhi permintaan memberikan dasar fiilsafat negara, maka disajik- annya Pancasila sebagai filsafat. Pan- casila masih merupakan filsafat Negara (staats-filosofie). Soediman Kartohadiprodjo 02 § filsafat ada di dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan Weltan- schauung didalam lingkungan hidup. Dengan belajar filsafat or- ang tidak dengan sendirinya mempelajari Weltanscauung. Dan juga tidak pada tempatnya jika dalam filsafat aspek Weltan- schauug ditekan-tekan dengan  berlebih-lebihan. Shingga dikemukakan bahwa Pancasila sudah lama merupakan Weltans- cauung bagi kita banggsa Indone- sia Drijrkoro 03
  • 37. Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif dan secara induktif (dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu). Pengertian Filsafat Dan Dasar Filsafat Pancasila
  • 38. Ada beberapa dasar yang menjadikan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia yaitu : Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karen- anya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek pen- dukungnya adalah manusia, yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatu- an, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan pada hakikatnya ada- lah manusia Landasan Ontologis Pancasila 01. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehar- i-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyele- saikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Landasan Epistemologis Pan- casila 02. Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian, aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai, sum- ber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama Landasan Aksiologis Pancasila 03.
  • 39. Click icon to add picture Click icon to add picture Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra, karena Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT 1. Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam kehidupan bernegara. Segala aspek yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat bangsa tersebut dan yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dari negara ber- sangkutan. Oleh karena itu, fungsi Pancasila sebagai filsafat dalam kehidupan bernegara, haruslah memberikan jawaban yang mendasar tentang hakikat kehidupan bernegara. Hal yang fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, susunan politik atau sistem politikdari negara, bentuk negara, susunan  perekonomian dan dasar-dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini Pancasila yang dikaji dari sudut fungsinya  telah mampu memberikan jawabannya. 2. Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara. Dasar Negara kita ada lima dasar dimana setap silanya berkaitan dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terbagi dan tidak terpisahkan. Saling memberikan arah dan sebagai dasar kepada sila yang lainnya. Tujuan neg- ara akan selalu kita temukan dalam setiap konstitusi negara bersangkutan. Karenanya tidak selalu sama dan bahkan ada kecend- erungan perbedaan yang jauh sekali antara tujuan disatu negara dengan negara lain. Bagi Indonesia secara fundamental tujuan itu ialah Pancasila dan sekaligus menjadi dasar berdirinya negara ini. 3. Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu dari berbagai ilmu yang dikembangkan di In- 1.      Arti Pancasila sebagai Filsafat 2.      Fungsi Filsafat Pancasila
  • 40. Pancasila merupakan filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila ter- simpul hal-hal yang asasi tentang manusia. Oleh karena itu pokok-pokok Pancasila bersifat universal. Dari pembahasan ini dapat diperoleh unsure inti yang tetap dari Pancasila, yang tidak mengalami perubahan dalam dunia yang selalu berubah ini. Si- fatnya yang abstrak, umum dan universal ini mengemukakan Pancasila dalam isi dan artinya sama dan mutlak bagi seluruh bangsa, diseluruh tumpah darah dan sepanjang waktu sebagai cita-cita bangsa dalam Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.   PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
  • 41. Click icon to add picture PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM FILSAFAT PANCASILA Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia bersifat majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari sila-silanya. Akan tetapi bukan manusia yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila Pancasila itu, melainkan dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat manusia. Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk  sosial, dan kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri (otonom). Pancsila yang bulat dan utuh yang bersifat ma- jemuk tunggal itu menjadi dasar hidup bersama bangsa Indonesia yang bersifat majemuk tunggal pula. Dalam kenyataannay, bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat, kebudayaan dan  agama  yang berbeda. Dan diantara perbedaan yang ada sebenarnya juga terdapat kesamaan. Secara hakiki, bangsa Indonesia yang memiliki perbedaan-perbedaan itu juga memiliki kesamaan,.bangsa Indonesia be- rasal dari keturunan nenenk moyang yang sama, jadi dapat dikatakan memiliki kesatuan  darah.
  • 42. Kedudukan  Dan Pandangan Integralistik Pancasila Sebagai  Sistem Filsafat Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing silanya saling kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya. Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila merupakan filsafat tentang kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi tentang manusia. Oleh karena itu, pokok-pokok Pancasila bersifat universal. Berdasarkan hal tersebut,  dapat diperoleh unsur inti yang tetap dari Pancasila, yang tidak mengalami perubahan dalam dunia yang selalu berubah ini. Sifatnya yang abstrak, umum dan universal ini mengemukakan Pancasila dalam isi dan artinya sama dan mutlak bagi seluruh bangsa, diseluruh tumpah darah dan sepanjang waktu sebagai cita-cita bangsa dalam Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
  • 43. Dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Alasan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia adalah sebagai berikut: 1.     Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan. 2.        Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar negara (filsafat negara) RI. 3.        Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan bangsa dan budaya manapun. Karenanya, wajar bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain (Cina, India, Arab, Eropa) mewarisi sistem filsafat dalam budayanya. Jadi, Pancasila adalah filsafat yang diwarisi dalam budaya Indonesia. 4.     Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya; filsafat Pancasila akan berkem- bang secara konsepsional, kaya konsepsional dan kepustakaan secara kuantitas dan kualitas. Filsafat Pancasila merupakan bagian dari khasanah dan filsafat yang ada dalam kepustakaan dan peradaban modern.
  • 45. TUGAS MEMBUAT SLIDE TOPIK 2 : TOPIK 5 PENGANTAR FILSAFAT ILMU Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec Oleh Kelompok : TIGA (3) MHS SMT 4 KELAS A 1. Hilyah Ruby W 1211900043 2. Fitri Oktaviani 1211900046 3Sukmawati 1211900050 .  FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA JUNI 2021
  • 47. KELOMPOK 3 Hilyah Ruby W 1211900043 Hilyah Ruby W 1211900043 Sukmawati 1211900050 Fitri Oktaviani 1211900046
  • 48. Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dan dalam• dunia ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan- kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal. PENALARAN
  • 49. Sebuah topik tertentu dapat saka disoroti dengan mempergunakan salah satu bentuk retorika moderen. Topik perguruan tinggi misalnya dapat disoroti dengan mempergunakan keempat macam bentuk retorika itu. Seorang mahasiswa, misalnya, dapat menulis mengenai .topik itu dengan mempergunakan bentuk narasi, kalau ia berbicara atau berceritera mengenai sejarah pendirian dan perkembangan perguruan tinggi itu. Ia dapat juga mempergunakan bentuk deskripsi, bila ia berusaha melukiskan keadaan yang nyata sekarang dalam perguruan tinggi itu, tentang pimpinannya, tentang peranan para dosen, mahasiswa, dsb. Atau ia dapat pula mempergunakan bentuk eksposisi, yaitu bila ia berusaha menguraikan tujuan atau cita-cita perguruan tinggi tersebut. Dan yang terakhir ia dapat juga mempergunakan bentuk argumentasi. Melalui argumentasi ia menyatakan pendiriannya agar diadakan perubahan dan perbaikan, atau bagaimana seharusnya kebijaksanaan pendidikan di perguruan tinggi. Agar para pembaca dapat diyakinkan mengcnai maksudnya itu, ia harus mengemukakan pula bukti-bukti untuk memperkuat pendirian atau pendapatnya itu.
  • 50. Book 1 Book 2 Ketiga, bagaimana mengadakan penilaian atau penolakan (kalau perlu) atas pendapat orang-orang lain atau pendapat sendiri yang pernah dicetuskan. Dengan prinsip- prinsip itu akhirnya dikemukakan bagaimana menyusun tulisan argumentatif itu sendiri. Dan kelima, akan dikemukakan pula masalah persuasi yang mempunyai pertalian sangat erat dengan argumentasi, dan bahkan sering diadakan pengacauan atas kedua istilah tersebut. Berdasarkan semua kenyataan di atas, maka untuk berbicara mengenai sebuah tulisan argumentatif, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa dasar yang penting yang menjadi landasan argumentasi. Untuk itu akan dikemukakan pertama-tama masalah penalaran yaitu bagaimana dapat merumuskan pendapat yang benar sebagai hasil dart suatu proses berpikir untuk merangkaikan fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat.
  • 51. 2. Proposisi Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah proposis. Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung proposisi, karena hanya kalimat semacam itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya. Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Bila kita bandingkan argumentasi dengan sebuah bangunan, maka fakta, evidensi, dan sebagainya dapat disamakan dengan batu bata, batu kali, semen, dsb., sedangkan proses penalaran itu sendiri dapat disamakan dengan bagan atau arsitektur untuk membangun gedung tersebut. Penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.
  • 52. 2. Proposisi Fakta adalah hal yang ada tanpa memperhatikan atau mempersoalkan bagaimana pendapat orangorang tentangnya. pendapat merupakan kesimpulan keyakinan seseorang tentang fakta atau fakta-fakta itu. Tiap proposisi dapat mencerminkan dua macam kemungkinan. Pertama, ia merupakan ucapan-ucapan faktual sebagai akibat dari pengalaman atau pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal. Kedua, proposisi dapat juga merupakan pendapat, atau kesimpulan seseorang mengenai sesuatu hal. Untuk membuktikan kebenaran yang terkandung dalam sebuah kesimpulan, harus dicari dan diuji fakta-fakta yang dijadikan landasan untuk menyusun kesimpulan itu.
  • 53. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik. 3. Inferensi dan Implikasi Tiap proposisi dapat mencerminkan dua macam kemungkinan. Pertama, ia merupakan ucapan-ucapan faktual sebagai akibat dari pengalaman atau pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal. Kedua, proposisi dapat juga merupakan pendapat, atau kesimpulan seseorang mengenai sesuatu hal. Kalimat- kalimat seperti "Tadi terjadi sebuah tabrakan di depan Universitas" merupakan sebuah proposisi yang bersifat pernyataan faktual, yaitu sebuah pernyataan yang menyangkut fakta atau peristiwa yang dialami oleh seseorang Untuk membuktikan kebenaran yang terkandung dalam sebuah kesimpulan, harus dicari dan diuji fakta-fakta yang dijadikan landasan untuk menyusun kesimpulan itu.
  • 54. Kata inferensi berasal dari kata Latin inferre yang berarti menarik kesimpulan. Kata implikasi juga berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya, kata inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada. implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam evidensi (= implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi (= inferensi).
  • 55. 4. Wujud Evidensi Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa- apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekadar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan keterangan- keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada .seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
  • 56. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik. 5. Cara Menguji Data Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupakan fakta. Dalam kedudukannya yang pasti sebagai fakta, bahan- bahan itu siap digunakan sebagai evidensi. Sebab itu perlu diadakan pengujian-pengujian melalui cara-cara tertentu. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengujian tersebut.
  • 57. Cara Menguji Data A. Observasi Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha rneyakinkan para pembaca, maka kadang- kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu. Dan sesungguhnya dalam banyak hal pernyataan- pernyataan yang diberikan oleh seseorang, biasanya didasarkan Pula atas observasi yang telah diadakan.
  • 58. Nina mengabarkan bahwa di Kebun Raya Bogor terdapat sebuah kolam, karena ia pernah berkunjung ke sana. Tomi sebaliknya mengatakan bahwa ada pohon yang tumbang melintang jalan, karena ia melihatnya ketika pulang dari sekolah tadi. Demikian Pak Jiman mengatakan bahwa beras jatah bulan ini telah ditimbang sebanyak 50 kg, sebagai terbaca pada jarum timbangan. Penegasan pada semua contoh di atas diberikan, karena mereka sendiri yang mengalami hal itu. Tetapi apakah betul semua informasi itu? Apakah semuanya merupakan fakta? Haruslah diingat bahwa pengalaman saja belum menjamin sepenuhnya bahwa pernyataan-pernyataan itu merupakan pernyataan yang faktual. Ada kemungkinan bahwa para informan atau pembicara membuat kesalahan pada waktu mereka beralih dari fakta kepada pendapat atau pernyataan, yaitu ketika mereka harus menginterpretasikan faktafakta yang berada di sekelilingnya atau yang berada di depan mata kepalanya.
  • 59. Cara Menguji Data B.Kesaksian Kesaksian Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus dilakukan dengan observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang mengadakan observasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang telah mengalami sendiri atati menyelidiki sendiri persoalan itu.
  • 60. Dalam kehidupan kita sehari-hari kita mengetahui bahwa untuk memutuskan suatu perkara, hakim tidak perlu mengadakan penyelidikan sendiri tentang fakta-fakta dari perkara yang tengah diadili. Ia dapat memanggil orang-orang lain yang telah mengalami sendiri peristiwa tersebut. Seorang pengajar arkeologi tidak perlu menyelidiki sendiri reruntuhan atau peninggalan- peninggalan di lembah Sungai Indus untuk menguraikan persoalan Ilmu Purbakala India kepada mahasiswanya. Ia dapat menggunakan kesaksian orang lain yang pernah mengadakan penelitian di sana melalui buku-buku atau maj alah- maj alah. Demikian pula halnya dengan semua pengarang atau penulis. Untuk memperkuat evidensinya, mereka dapat mempergunakan kesaksiankesaksian orang lain yang telah mengalami sendiri peristiwa tersebut.
  • 61. Cara Menguji Data C. Autoritas Autoritas Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu. Nasihat seorang dokter tentang penyakit yang diderita akan ditaati oleh pasien, karena dokter itu dianggap sebagai suatu autoritas untuk setiap penyakit. Dalam sidang pengadilan mengenai pembunuhan seseorang dengan mempergunakan racun, seorang ahli dalam bidang obat-obatan akan dimintakan pendapatnya untuk menguji semua keterangan baik dari saksi maupun penuntut umum.
  • 62. 6. Cara Menguji Fakta Sebagai telah dikemukakan di atas, untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian, apakah data-data atau informasi merupakan kenyataan atau hal yang sungguh-sungguh terjadi. Penilaian tersebut Baru merupakan penilaian-penilaian tingkat pertama. Penilaian tingkat pertama hanya diarahkan untuk mendapatkan keyakinan, bahwa semua bahan itu adalah fakta. Dan penilaian itu tidak saja berhenti di sini. Pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua, yaitu yang mana dari semua fakta itu dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Atau dengan kata lain harus diadakan seleksi untuk menentukan fakta-fakta mana yang dapat dijadikan evidensi dalam argumentasi itu.
  • 63. 6. Cara Menguji Fakta A. Konsistensi Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain. Untuk membuktikan bahwa kita tidak sanggup secara ekonomis, sehingga tidak dapat membayar uang kuliah sekaligus diajukan evidensi seperti: pekerjaan orang tua adalah buruh harian, dari golongan rendah, pendidikan orang tua sekolah dasar tidak tamat, dan sebagainya. Tetapi sementara itu juga ada evidensi lain yang mengatakan bahwa ada tujuh orang saudara bersekolah di perguruan tinggi swasta lain, dan untuk ketujuh saudara yang lain itu orang tua telah mengeluarkan biaya yang sekian banyak, sehingga untuk diri sendiri dapat dimintakan kcringanan berupa pencicilan uang kuliah.
  • 64. 6. Cara Menguji Fakta B. Koherensi Koherensi Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula koheren dengan pcngalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku. Bila penulis menginginkan agar sesuatu hal dapat diterima, is harus meyakinkan pembaca bahwa karena pembaca setuju atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang dikemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya. Dalam menerangkan atau mengargumentasikan sesuatu hal, maka ada baiknya kalau penulis bertolak dari hal-hal yang sangat intim dalam kehidupan manusia, baru kemudian menuju kepada hal yang umum
  • 65. 7. Cara Menilai Autoritas Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas-de- sus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data-data eksperimental. Demikian pula .sikap seorang penulis menghadapi pendapat autoritas. Ada kemungkinan bahwa suatu autoritas dapat melakukan kesalahan- kesalahan. Di pihak lain autoritas-autoritas yang sungguh-sungguh ahli, masih dapat berbeda pendapat mengenai suatu persoalan. Suatu autoritas dapat pula mempergunakan keterangan dari autoritas lain, atau mempergunakan kesaksian dan interpretasi orang- orang biasa untuk menyusun pendapatnya.
  • 66. 7. Cara Menilai Autoritas A. Kemashuran dan Prestise Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekadar bersembunyi di balik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Apakah ahli itu menyertakan pendapatnya dengan fakta-fakta yang meyakinkan? Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise tertentu, dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Seorang yang menjadi terkenal karena memperoleh lima medali emas berturut-turut dalam pertandingan lomba lari jarak lima ribu meter, diminta pendapatnya tentang cara-cara pemberantasan korupsi. Selama apa yang dikatakannya hanya merupakan pendapat, maka tidak menjadi masalah. Tetapi sangat menyedilikan bila pendapatnya itu dikutip dan diperlakukan sebagai suatu autoritas, tanpa mengadakan penilaian sampai di mana kebenaran pendapatnya itu, dan dasar-dasar mana yang dipakai dan diandalkan untuk menyusun pendapat itu.
  • 67. 7. Cara Menilai Autoritas B. Koherensi dengan Kemajuan Hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu. Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti bahwa pendapat itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapatpendapat terakhir dari ahli-ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan keburukannya atau kelemahannya, sehingga mereka dapat mencetuskan suatu pendapat yang lebih baik, yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.
  • 68. 7. Cara Menilai Autoritas Sebab itu untuk memberi evaluasi yang tepat terhadap autoritas yang dikutip, pengarang harus menyebut nama autoritas, gelar, kedudukan, dan sumber khusus tempat kutipan itu dijumpai. Bila mungkin penulis harus mengutip setepat-tepatnya kata-kata atau kalimat autoritas tersebut. Dalam diskusi-oral pembicara tidak perlu memberi sumber yang lengkap bagi sebuah kutipan dari suatu autoritas, sebab menceriterakan judul buku dengan nomor halaman dan tahun penerbitan akan merusak suasana umum dalam argumentasi. Untuk memperlihatkan bahwa penulis sungguh-sungguh siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, maka sebaiknya seluruh argumentasi itu jangan didasarkan hanya pada satu autoritas. Dengan bersandar pada satu autoritas saja, maka hal itu memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.
  • 70. TUGAS MEMBUAT SLIDE TOPIK 6 : PENGANTAR FILSAFAT ILMU FILSAFAT MANUSIA HAKEKAT MANUSIA DILIHAT DARI SISI FILSAFAT ILMU Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec Oleh Kelompok : TIGA (3) MHS SMT 4 KELAS A 1. Hilyah Ruby W 1211900043 2. Fitri Oktaviani 1211900046 3Sukmawati 1211900050 .  FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA JUNI 2021
  • 71. FILSAFAT MANUSIA HAKEKAT MANUSIA DILIHAT DARI SISI FILSAFAT ILMU Dr.Sigit Sardjono,MS
  • 73. PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari hakekat/esensi manusia. Filsafat adalah metode pemikiran yang membahas tentang sifat dasar dan hakikat kebenaran yang ada di dunia ini. Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang membahas apa arti manusia sendiri secara mendetail. Filsafat manusia terus berkembang karena manusia adalah objek yang penuh dengan misteri. Titik tolak filsafat manusia adalah pengetahuan dan pengalaman manusia, serta dunia yang melingkupinya.
  • 74. pandangan para ahli tentang filsafat manusia Menurut Paulo Freire manusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki hubungan dengan dunia. Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki sejarah, dan hidup dalam masa kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis dengan dunia, yang hanya berada dalam dunia. Manusia dibedakan dan hewan dikarenakan kemampuannya untuk melakukan refleksi (termasuk operasi-operasi intensionalitas, keterarahan, temporaritas dan trasendensi) yang menjadikan mahluk berelasi dikarenakan kapasitasnya untuk menyampaikan hubungan dengan dunia. Tindakan dan kesadaran manusia bersifat historis, manusia membuat hubungan dengan dunianya bersifat epokal, yang menunjukan disini berhubungan disana, sekarang berhubungan masa lalu dan berhubungan dengan masa depan. manusia menciptakan sejarah jugs sebaliknya manusia diciptakan oleh sejarah.
  • 75. Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme, yang mencari unsur pokok yang menentukan yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan yaitu materi dan rohani, yakni pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco kosmos atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, ataukah mono pluralisme yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya Hakekat manusia
  • 76. Kedudukan filsafat manusia dalam kehidupan manusia ● Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filfafat ● Berdasarkan atas dasar hasil-hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar manusia sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannyadengan yang lain. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa, dan kehendak
  • 77. Filsafat bukanlah ilmu positif seperti fisika, kimia, biologi, tetapi filsafat adalah ilmu kritis yang otonom di luar ilmu- ilmu positif. Tiga unsur pembentukan manusia, yaitu: 1. Pengetahuan manusia tentang din sendiri dan lingkungannya Pengetahuan yang dimaksud di sini lebih pada pengetahuan manusia tentang din sendiri dan dunianya. Ketika manusia mengetahui dan mengenal dirinya secara penuh, ia akan hidup secara lebih sempurna dan lebih baik dalam dunia yang adalah dunianya 2. Manusia Dalam Hubungannya Dengan Hidup Komunitas Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat membentuk dan mengembangkan dirinya sehingga dapat hidup secara lebih baik, lebih bijaksana dan lebih kritis. Dengan demikian manusia pada hakikatnya hidup bersama dengan orang lain atau hidup dalam suatu komunitas tertentu, mengalami kehidupan polis.
  • 78. HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN TENTANG MANUSIA Psikologi membahas objek materi yakni manusia Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia
  • 79. ESENSI DAN EKSISTENSI FILSAFAT MANUSIA SERTA PERANAN MANUSIA Model esensi adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan cars yang abstrak. Model ini memandang manusia terlepas dan situasi dan perkembangannya. Model esensi hanya memperhatikan kodrat yang menentukan manusia sebagai manusia. Sementara itu model eksistensi adalah pendekatan dalam filsafat kepada suatu objek dengan memandangnya secara menyeluruh
  • 80. Esensi Manusia Menurut Sejumlah Aliran dalam Filsafat Material isme Idealisme Dualisme Vitalisme Eksistensialisme Strukturalisme Postmodernisme Eksistensi dan peranan manusia Kedudukan dan peran manusia adalah memerankan ia dalam kelima eksistensi tersebut. Misalkan sebagai khalifah di muka bumi sebagai pengganti Tuhan manusia di siti harus bersentuhan dengan sejarah dan membuat sejarah dengan mengembangkan esensi ingin tahu menjadikan ia bersifat kreatif dan dengan di semangati nilai-nilai trasendensi. Manusia dengan Tuhan memiliki kedudukan sebagai hamba, yang memiliki inspirasi nilai-nilai ketuhanan yang tertanam sebagai penganti Tuhan dalam muka bumi.
  • 81. A.Hubungan kepada Tuhan (Manusia sebagai hamba) Dalam kondisi sosial tertentu, tidak sedikit manusia yang melupakan faktor ketuhanan sehingga mereka menjadi atheis. Utamanya bagi penganut materialisme yang mempercayai bahwa segala sesuatu berasal dari benda. Tidak ada unsur spiritual yang membuat benda itu tercipta. Hal ini bertolak belakang dengan ajaran agama-agama di dunia yang mengatakan sumber segala sumber ialah Tuhan. B.Hubungan Antar Manusia (Manusia sebagai makhluk sosial) Hubungan lain yang harus dijalankan manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial ialah hubungan antarmanusia itu sendiri. Setelah membahas mengenai hubungan kepada Tuhan, pasti menimbulkan perbedaan pendapat antara satu golongan dengan golongan yang lain. C.Hubungan kepada Alam (Manusia sebagai makhluk)Hubungan terpenting lainnya ialah hubungan kepada alam. Alam tidak terjustifikasi sebagai bentuk dari pepohonan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Namun alam mencakup semua hal, baik alam yang terlihat maupun yang tidak terlihat. TIGA RANTAI KEHIDUPAN :
  • 82. a. Peran manusia sebagai manusia biasa Tujuan hidup manusia dari penciptaan hingga kembali kepada dzat yang menciptakan menapaki beberapa tahap. Keterhubungan dan ketersaling­ketergantungan menjadi sistem kehidupan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. b.Peran manusia sebagai khalifah Tidak perlu dipertanyakan lagi ketika seseorang mengatakan manusia diciptakan sebagai makhluk paling sempurna (menurut aliran filsafat idealisme/spiritualisme). PERANAN SEBAGAI MANUSIA
  • 83. Perbedaan filsafat manusia dan ilmu tentang manusia Ilmu Tentang Manusia Filsafat Manusia Bersifat positifistik menggunakan metodologi ilu alam, observasional dan eksperimental yang terbatasa tampak secara empiris Bersifat metafisis menggunakan metode ilmu kemanusiaan, sintetis, reflektif, intensif, dan kritis yang merupakan gejala seperti filsafat manusia. Oleh karena itu tidak dapat menjawab pertanyaan yang mendasar tentang manusia Oleh karena itu dapat menjawab pertanyaan yang berdasar tentang manusia Metode lebih fragmentaris yaitu menyelidiki hanya bagian tertentu dari manusia, contohnya : psikologis manusia sebagai organisme. Antropologi dan sosiologi pada gejala budaya dan pranata sosial. Metode sintetis dan reflektif (ektensif) atau menyeluruh, intensif (mendalam) dan kritis, contoh: filsafat manusia menekankan kesatuan dua aspek/lebih dalam satu visi.
  • 84. MANFAAT DAN TUJUAN MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA MANFAAT a. Mencari menemukan jawaban tentang siapakah sesunguhnya manusia itu, masalah-masalah terkait manusia sangat kompleks sehingga persoalan tentang manusia tidak habis untuk dibicarakan. b. Essensi manusia pada prinsipnya adalah sebuah misteri. TUJUAN Filsafat manusia muncul berawal dari pertanyaan akan manusia. Pertanyaan­pertanyaan dalam filsafat manusia yang dapat menunjukkan tujuan filsafat manusia adalah: 1. Apakah sifat-sifat manusia yang unik yang membedakannya dan makhluk­mahluk yang lain? 2. Bagaimanakah hubungan antara badan atau raga dengan jiwa manusia? 3. Bagaimana mungkin manusia dapat bebas dan merdeka untuk melakukan segala yang dia inginkan? 4. Apakah arti kepribadian seorang manusia?
  • 85. Ciri — Ciri Filsafat Manusia : 1. Ekstensif: dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian yang di geluti oleh filsafat. 2. Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan. 3. Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk memahami din sendiri maka hal apa saja yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pemahaman din manusia, tidak luput dari kritik filsafat.
  • 87. CREDITS: This presentation template was created by ​ Slidesgo​, including icons by Flaticon​, infographics & images by ​Freepik THANKS!
  • 88. TUGAS MEMBUAT SLIDE TOPIK 7 : FILSAFAT ETIKA DAN MORAL Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec Oleh Kelompok : TIGA (3) MHS SMT 4 KELAS A 1. Hilyah Ruby W 1211900043 2. Fitri Oktaviani 1211900046 3Sukmawati 1211900050 .  FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA JUNI 2021
  • 91. A.pendahuluan § Socrates, seorang filsuf besar Yunani, telah berbicara pada abad se­belum masehi. Kenalilah dirimu sendiri, demikianlah kurang lebih pesan yang ingin is sampaikan. Manusia ialah makhluk berpikir yang dengan itu menjadikan dirinya ada , filsuf Yunani yang lain mengemukakan bahwa manusia ia- lah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pen­dapat, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya § Dengan menempatkan manusia sebagai hewan yang berpikir, intelektual, dan berbudaya, maka dapat disadari kemudian bila pada kenyataannya manusialah yang memiliki ke­mampuan untuk me- nelusuri keadaan dirinya dan lingkungannya. Manu­sialah yang membiarkan pikirannya mengembara dan akhirnya bertanya. Berpikir yaitu bertanya, bertanya yaitu mencari jawaban, mencari jawab­an mencari kebenaran, mencari jawaban tentang alam dan Tuhan yaitu mencari kebenaran tentang alam dan Tuhan. Dari proses tersebut lahir­lah pengetahuan, teknologi, kepercayaan, atau agama
  • 92. B. Hakikat etika Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethos", yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom) Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika yaitu untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Koetjaraningrat (1980) mengatakan, etika deskriptif tugasnya seba­tas menggambarkan atau mem- perkenalkan dan sama sekali tidak mem­berikan penilaian moral. Pada masa sekarang ob- jek kajian etika deskriptif lebih banyak dibicarakan oleh antropologi budaya, sejarah, atau sosiolo­gi. Karena sifatnya yang empiris, maka etika deskriptif lebih tepat dima­sukkan ke dalam bahasan ilmu pengetahuan dan bukan filsafat. K. Bertens (2011) menjelaskan lebih jauh, etika normatif bertujuan merumuskan prinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan secara ra­sional dan dapat diterapkan dalam per- buatan nyata. Berbeda dengan etika deskriptif, etika normatif tidak bersifat netral tetapi memberikan penilaian terhadap tingkah laku moral berdasar norma-norma tertentu. Etika normatif tidak sekadar mendeskripsikan atau menggambarkan, melainkan bersifat preskriptif atau memberi petunjuk mengenai baik atau tidak baik, boleh atau tidak bolehnya suatu per- buatan. Untuk itu di dalamnya dikemukakan argumen atau diskusi yang mendalam, dan etika normatif merupakan bagian penting dari etika
  • 93. C.Hakikat moral versus ilmu Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya tata cara atau adat istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. pengertian moral se- cara lebih komprehensif rumusan formalnya sebagai berikut: 1. Moral sebagai perangkat ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di da­lam lingkungan tertentu. 2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pan­dangan hidup atau agama tertentu. 3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa is terikat oleh keharusan untuk men- capai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan­nya. Pokok persoalan dalam etika keilmuwan selalu mengacu kepada "ele­men" kaidah moral, yaitu Kati nurani kebebasan dan bertanggung jawab nilai dan norma yang bersifat utilitaristik (kegunaan). Hati nurani di sini yaitu penghayatan tentang yang baik dan yang buruk yang dihubungkan dengan perilaku manusia. Nilai dan norma yang hams berada pada etika keilmuan yaitu nilai dan norma nilai. Lalu apa yang menjadi kriteria pada nilai dan norma moral itu? Nilai moral tidak berdiri sendiri, tetapi ketika ia be- rada pada atau menjadi seseorang, ia akan bergabung dengan nilai yang ada seperti nilai agama, hukum, dan budaya; yang paling utama dalam nilai moral yaitu yang terkait dengan tanggung jawab seseorang. Norma moral me­nentukan apakah seseorang berlaku baik ataukah buruk dari sudut etis. Di bidang etika, tanggung jawab seorang ilmuwan bukan lagi mem­beri informasi melainkan hams memberi contoh. Dia hams bersifat ob­jektif, terbuka, menerima kritik dan menerima pendapat orang lain, ku­kuh dalam pendirian yang dianggap benar, dan kalau berani mengakui kesalahan. Ber-
  • 94. Click icon to add picture Nilai moral berkaitan dengan tanggung jawab dan hati nurani. Ni­lai bersikap mewajibkan dan formal. Nilai merupakan fenomena psikis manusia yang menganggap sesuatu hal bermanfaat dan berharga dalam kehidupannya, se- hingga seseorang dengan sukarela terlibat fisik dan mental ke dalam fenomena itu. Ada beberapa jenis nilai, misalnya nilai moral, nilai religius, nilai elconomi, nilai keindahan, dan nilai psikologis. Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai untuk tolok ukur dalam menilai sesuatu. Ada tiga jenis norma umum, yaitu norma keso­panan atau etiket, norma hukum, dan norma moral. Etiket hanya meng­ukur apakah suatu situasi sopan atau tidak. Norma moral menentukan perilaku seseorang baik atau buruk dari segi etis. Norma moral yaitu nor-ma tertinggi yang tidak dapat dika- lahkan untuk kepentingan norma yang lain. Norma moral bertugas menilai nor- ma-norma lainnya.
  • 95. D.Aspek dan sifat moral dalam ilmu pengetahuan 1. Moralitas Versus Legalitas dalam Ilmu Pengetahuan Menurut Immanuel Kant dalam Tjahjadi (1991), filsafat Yunani di­bagi menjadi tiga bagian, ya' itu fisika, etika, dan logika. Logika bersifat apriori, maksudnya tidak membutuhkan pengalaman empiris. Logika si­buk dengan pemahaman dan rasio itu sendiri, dengan hukum pemikiran universal. Fisika, di samping memiliki unsur apriori juga memiliki unsur empiris atau aposteriori, sebab sibuk dengan hukum alam yang berlaku bagi alam sebagai objek pengalaman. Kant mengemukakan adanya dua macam prinsip yang mendasari tindakan manusia, yaitu maksim (maxime) dan kaidah objek­tif. Maksim adalah prinsip yang berlaku secara subjektif, yang dasarnya yaitu pandangan subjektif dan menjadik- annya sebagai dasar bertindak. Meskipun memiliki budi, akan tetapi manusia sebagai subjek merupakan makhluk yang tidak sempurna, yang juga memiliki nafsu, emosi, selera, dan lain-lain. Oleh karena itu, manusia memerlukan prinsip lain yang memberinya pedoman dan menjamin adanya "tertib hukum" di dalam dirinya sendiri, yaitu yang disebut kaidah objektif tadi. Kaidah ini tidak dicampuri pertimbangan untung atau rugi, menyenangkan atau menyu­sahkan. 2.Moralitas Objektivistik Versus Relativistik dalam Ilmu Pengetahuan Menurut Kurtines dan Gerwitz (1992), timbulnya perbedaan pan­dangan tentang sifat moral. sebagaimana dikemukakan itu tak terlepas dari sejarah perkembangan intelektual Barat yang dibagi dalam tiga pe­riode, yaitu zaman Abad Klasik, Abad Pertengahan, dan Abad Modern. Sejarah ide dunia Barat dimulai sejak zaman Yunani Kuno sekitar abad ke-5 SM, dengan ahli pikirnya yang sangat terkenal, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Ketiga pemikir terbesar Abad Klasik ini berpandangan bahwa prinsip moral itu bersifat objektivistik, naturalistik, dan rasional. Maksudnya, meskipun bersifat objektif sebagaimana yang telah dike­mukakan, akan tetapi moral itu merupakan bagian dari kehidupan du­ niawi (natural) dan dapat dipahami melalui proses penalaran atau peng­gunaan akal budi (rasional). 3.Sifat Moral dalam Perspektif Objektivistik Versus Relativistik Pembicaraan tentang moral seperti yang telah dikemukakan terda­pat perbedaan pandangan yang menyangkut pertanyaan, apakah moral itu sifatnya objektivistik atau relativ- istik? Pertanyaan yang hampir sama, apakah moral itu bersifat absolut atau relatif, universal atau kontek­stual, kultural, situasional, dan bahkan individual? Menurut perspektif objektivistik, baik dan buruk itu bersifat pasti atau tidak berubah. Suatu perilaku yang dianggap baik akan tetap baik, bukan kadang baik dan kadang tidak baik. Senada dengan pandangan objektivistik, yaitu pan­dangan absolut yang menganggap bahwa baik dan buruk itu bersifat mutlak, sepenuhnya, dan tanpa syarat.Menurut pandangan ini perbuatan mencuri itu sepenuhnya tidak baik, sehingga orang tidak boleh mengatakan bahwa dalam keadaan ter­paksa, mencuri itu bukan perbuatan yang jelek. Demikian pula halnya dengan pandangan yang universal, prinsip moral itu berlaku di mana saja dan kapan saja. Prinsip moral itu bebas dari batasan ruang dan waktu. Se­baliknya, pandangan yang menyatakan bahwa persoalan moralitas itu si­fatnya relatif, baik dan buruknya suatu perilaku itu sifatnya "tergantung" dalam arti konteksnya, kulturalnya, situasinya, atau bahkan tergantung pada masing-masing individu.
  • 96. Click icon to add picture • Menurut Jhon G. Kemeny dalam The Liang Gie (2005) mengatakan, ilmu adalah seluruh pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah (all knowledge collected by means of the scientific method). Ilmu pengetahuan merupakan warisan bersama umat manusia, bu­kan milik pribadi dari orang-orang tertentu. Permulaannya dimulai de­ngan permulaan umat manusia. Ketika budaya intelektual Eropa menca­pai ke- dewasaan yang memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain-Eropa lainnya, ilmu eksperimental secara khusus telah matang bagi perkembangan bare menyeluruh melalui Re­ naisans, Abad KebangkitanJika gagasan ilmu pengetahuan yang diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat seolah merupakan bagian dari risalah Ilahi, dan yang dipelajari dengan semangat ibadah, tidak pernah terkena serangan Mo­ngol yang menghancurkan serta terpaan Perang Salib yang tak berbelas kasih dari Eropa, maka dunia hari ini akan lebih tercerahkan, memiliki kehidupan intelektual yang lebih kaya, teknologi yang lebih se- hat, dan ilmu pengetahuan yang lebih menjanjikan. Gagasan Islam tentang ilmu pengetahuan menyatu dengan keinginan mencapai kebahagiaan akhirat, cita-cita akan manfaat bagi kemanusiaan, dan tanggung jawab dalam rangka merafh ridha Allah. E.Hakikat ilmu pengetahuan dan manusia
  • 97. Click icon to add picture • Dalam perspektif sejarah hukum, juga dikenal nama Hugo de Groot (Grotius) sebagai orang yang per- tama memakai hukum alam atau hu­kum kodrat yang berasal dari pikiran terhadap hal-hal kenegaraan, dia mengemas teorinya sebagai berikut: Pertama, pada dasarnya manusia mempunyai sifat mau berbuat baik kepada sesama manusia. Kedua, ma­nusia mempunyai "appetitus societaties" yang dimaknai hasrat kema­ syarakatan. Atas dasar appetites societaties ini manusia bersedia mengor­bankan jiwa dan raganya untuk kepentingan orang lain, golongan, dan masyarakat. Ada empat macam hidup dalam masyarakat menurut teori hukum kodrat: a. Abstinentia alieni (hindarkan diri dari milik orang lain). b. Oblagatio implendorum promissorum (penuhilah janji). c. Damni culpa dati reparatio (bayarlah kerugian yang disebabkan ke­salahan sendiri). d. Poenae inter humanies meratum (berilah hukum yang setimpal). •.Hukum sebagai landasan etika moral ilmuwan haruslah dijabarkan dan diimplementasikan dalam realitas kemasyarakatan dan sistem ke­negaraan. Terlebih di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan tek­nologi seperti saat ini, semua orang bebas mengembangkan atau menik­mati teknologi dengan tanpa memperhatikan etika moral keilmuan, dan hanya mengedepankan aspek material atau finansial bisnis, atau untuk kepentingan pribadi saja. •. Jadi, etika moral harus mengikat para pihak, baik ilmuwan, pemakai atau pengguna, maupun produsen atau pihak dunia industri yang meng­hasilkan produk ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sangat pent- F.Etika dan moral dalam ilmu pengetahuan
  • 98. Click icon to add picture Sikap manusia Hubungan manusia yang mempunyai ikatan kosmos de­ngan lingkungannya bersifat mutlak dan objektif yang terjalin dalam suatu ekosistem. Demiki- an pula hubungan tersebut tidak sekedar bersifat pragmatis yang hanya berdasar pada guna dan manfaat sejauh manusia membutuhkannya. Namun se- cara alami­ah manusia harus memiliki hubungan yang bersifat timbal batik, saling membutuhkan dan saling tergantung satu dengan yang lain sehingga manusia amt tergantung pada ekosistem lingkungan di mana manusia itu hidup dan tinggal. Masalah hubungan manusia dengan manusia, menurut Hei­degger sebagaimana dikutif oleh Bakker (1987) bahwa alam seba­gai alat atau sarana (Zeug), yang berhubungan erat dengan peng­gunaannya (Zubanden). Oleh karena itu menurut Heidegger, alam tidak dapat dipahami lepas dari manusia. Maka alam pun akan memperoleh maknanya secara lengkap dalam kaitannya dengan integrasi dengan manusia. Dalam hal hubungannya dengan manusia, maka alam menemukan dirinya dan menuntut potensinya yang paling tinggi. Manusia juga mengem- bangkan dunianya secara real. Benda-ben­da dan alam hidup diberi anti oleh manusia, dikelola, diperindah, dijaga kelestariannya. Secara intrinsik sifat-sifat yang ada dalam alam semesta ju­ga dimiliki manusia, karena pada hakikatnya dalam did manusia terdapat pula unsur-unsur yang bersifat alamiah. Manusia sebagai mahluk alamiah dan bersifat real adalah merupakan bagian dari alam semesta dan oleh karena itu tunduk pada hukum-hukum alamDi dalam ke- hidupan manusia terdapat dua sikap. Kedua sikap sikap itu satu dengan lainnya cukup berbeda bahkan berten­tangan. Sikap itu adalah pertama, sikap manusia yang mengem­bangkan ilmu dan teknologi untuk menguasai alam dan menun­dukan alam. Revolusi ilmu dan teknologi mengantarkan manusia ke arah kejayaannya. Manusia berhasil menguasai alam, meng­olah, dan mengeklporasi kekayaan alam. Akan tetapi, hal itu membawa manusia ke arah sikap superior. Sikap superior yang berkehendak untuk menguasai alam tanpa memperhitungkan kemampuan dan kelestariannya. Sikap kedua, adalah sikap ma­ nusia yang yang mendewakan alam. Dalam hal ini manusia hanya menyerah kepada struktur dan norma yang ada pada alam. Aki­batnya manusia tidak mampu membedakan mana objek dan mana subjek. Akibat lebih jauh lagi manusia tak mampu mengem­bangkan ilmu dan teknologi yang membawa ke arah kemajuan manusia.
  • 99. Sikap ilmiah yang perlu dimiliki para ilmuwan itu antara lain adalah pertama tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenan- gan pri­badi; kedua, bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan mampu mengadakan pemilihan terhadap pel­bagai hal yang dihadapi. Misalnya hipotesis yang berragam, meto­dologi yang masing-masing menunjukkan kekuatannya masing­masing, atau, cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walau­pun masing-masing menunjukkan ak- urasinya; ketiga, adanya rasa per_aya yang layak balk terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat indera serta budi (mind); keempat, adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian; kelima, adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap penelitian yang telah dikakukan, sebingga selalu ada dorongan untuk riset, dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya; dan akhir­nya keenam, seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlaq) yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk ke­majuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan negara
  • 101. TUGAS MEMBUAT SLIDE TOPIK 8 : FILSAFAT KEBENARAN Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec Oleh Kelompok : TIGA (3) MHS SMT 4 KELAS A 1. Hilyah Ruby W 1211900043 2. Fitri Oktaviani 1211900046 3Sukmawati 1211900050 .  FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA JUNI 2021
  • 102. FILSAFAT KEBENARAN (Proposisi Akan Benar Jika Dilandasi Teori, Hanya Allah Yang Maha Benar) Dr.Sigit Sardjono,MS MANAJEMEN A
  • 105. Banyak pakar ilmu filsafat yang menganggap benar bahwa pengetahuan itu terdiri atas sebagai berikut: 1. Pengetahuan Akal. 2. Pengetahuan Budi. 3. Pengetahuan Indrawi. 4. Pengetahuan Kepercayaan (otoritatifl). 5. Pengetahuan Intuitif. . pengetahuan akal itu disebut ilmu yang kemudian untuk membahasnva disebut logika pengetahuan budi itu disebut moral yang kemudian untuk membahasnya disebut etika, pengetahuan indrawi itu disebut seni yang untuk membahasnya disebut estetika. Sedangkan pengetahuan kepercayaan itu disebut agama, tetapi dalam hal ini tidak boleh otoritatif karena agama tidak memaksa, agama harus diterima secara logika, etika dan estetika dan agama itu hanyalah Islam yang terbukti kebenarannya, keinclahannya dan kebaikannya. Jadi titik temu antara logika, etika dan estetika adalah Islam, oleh karena itu pengetahuan intuitif kepada seseorang yang kemudian disebut nabi harus diuji lebi.h dahulu seperti halnya keberadaan Nabi Muhammad SAW A.FILSAFAT KEBENARAN
  • 106. KRITERIA UNTUK MELIHAT SESUATU ITU BENAR ATAU TIDAK 1. Teori Kebenaran Korespondensi. 2. Teori Kebenaran Koherensi. 3. Teori Kebenaran Pragmatis. 4. Teori Kebenaran Sintaksis. 5. Teori Kebenaran Semantis. 6. Teori Kebenaran Non Deskripsi. 7. Teori Kebenaran Logika yang Berlebihan. 8. Teori Kebenaran Performatif 9. Teori Kebenaran Paradigmatik. 10. Teori Kebenaran Proposisi
  • 107. Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan tidak sama dengan mengetahui apakah pernyataan itu benar ataukah tidak. Bahkan mereka yang mengatakan bahwa makna sama dengan keadaan yang dapat diverifikasi, akan bersepakat demikianlah harapan saya bahwa mengetahui syarat- syarat untuk menetapkan suatu pemyataan dapat diverifikasi tidaklah sama dengan mengetahui bahwa syarat-syarat itu sudah dipenuhi. PROPOSISI SUATU PERNYATAAN YANG BENAR
  • 108. kebenaran ialah makna yang merupakan halnya, dan karena kenyataan ialah juga merupakan halnya, maka keduanya dipandang sama sepenuhnya Karena makna pernyataan "Di luar hawanya dingin", artinya proposisi Di luar hawanya dingin, sekarang sungguh-sungguh merupakan halnya pada waktu menulis catatan ini, maka keadaan dingin-di luar merupakan bagian dari keadaan kenyataan yang ada pada waktu sekarang serta pada tempat ini, dan proposisi tersebut dikatakan 'benar'. KEBENARAN BERSIFAT SEMANTIK
  • 110. B.UKURAN KEBENARAN Ukuran kebenaran sesungguhnya tergantung pada apakah sebenarnya yang diberikan kepada kita oleh metode-metode untuk memperoleh pengetahuan. Jika apa yang dapat kita ketahui ialah ide-ide kita, maka pengetahuan hanya dapat terdiri dari ide- ide yang dihubungkan secara tepat; dan kebenaran merupakan keadaan-saling-berhubungan (coherence) di antara ide-ide tersebut atau keadaan saling berhubungan di antara proposisi- proposisi. Jika sebaliknya, kita dengan suatu cara tertentu mengetahui kenyataan, maka pengetahuan atau ide-ide yang benar terdiri dari - seperti yang dikatakan oleh Spinoza - kejumbuhan antara ide dengan ideatum-nya, atau selanjutnya kesesuaian (correspodence) antara ide-ide dengan apa yang diwakilinya.
  • 111. 4 TEORI PERNYATAAN ITU BENAR ATAU TIDAK TERHADAP MASALAH UKURAN KEBENARAN Paham Koherensi (Coherence Theory) Teory Kebenaran Korespodensi (Corresponden ce Theory) Paham Empiris (Emperical Theory) Teory Pragmatisme
  • 112. Bagaimanakah kita mengetahui bahwa proposisi itu benar? Menurut Dewey, kita baru mengetahui setelah kita mengadakan verifikasi, dan yang demikian ini kita kerjakan dengan cara berjalan ke kiri. Jika dengan berjalan ke arah kiri, kita sungguh- sungguh ke luar dari hutan, maka barulah proposisi tersebut sungguh-sungguh benar. Proposisi yang kita ajukan merupakan suatu hipotesa yang meramalkan konsekuensi-konsekuensi. Dan karenanya, akan benar jika dan hanya jika - konsekuensi- konsekuensi tersebut terwujud. Kebenaran ialah pembenaran (verification), dan hal ini ditunjukkan bila penyelidikan yang menimbulkan perumusan proposisi tersebut diselesaikan dengan sukses. Memverifikasi Pernyataan Yang Benar
  • 113. Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (AI Haq), itulah sebabnya para pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah) pada setiap penyelesaian penemuan itmiahnya, ataupun ketika selesai melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak tiga puluh tiga kali. Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka bahwa ilmu tidaklah bebas nilai, karena antara logika dan etika harus berdialektika, jadi bukan hanya karena penggabungan ilmu dan agama yang dalam pembicaraan kita sehari-hari biasanya disebut dengan Imtaq (Iman dan Taqwa). ALLAH LAH YANG MAHA BENAR
  • 115. TUGAS MEMBUAT SLIDE TOPIK 9 : BERPIKIR SECARA FILSAFAT MENUJU KEPASTIAN DAN KEBENARAN ILMIAH Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec Oleh Kelompok : TIGA (3) MHS SMT 4 KELAS A 1. Hilyah Ruby W 1211900043 2. Fitri Oktaviani 1211900046 3Sukmawati 1211900050 .  FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA JUNI 2021
  • 116. PENGANTAR FILSAFAT ILMU Manajemen A Dr. Sigit Sardjono, MS BERPIKIR SECARA FILSAFAT MENUJU KEPASTIAN DAN KEBENARAN ILMIAH
  • 118. Mengapa Harus Berpikir Secara Filsafat
  • 119. 119 Perkembangan globalisasi dewasa ini menuntut seseorang, pemikir, cendekiawan, atau ilmuwan untuk dapat mengkaji permasalahan-permasalahan secara luas atau dari sudut pandang yang berbeda-beda. Kenyataan yang sering ditemui adalah pikiran manusia hanya terfokus atau terspesialisasi pada bidang-bidang kehidupan atau keilmuan tertentu. Pemikiran yang cenderung terkotak-kotak, parsial, atau fragmented adalah wajar. Namun perlu disadari, manusia hidup pada suatu sistem besar yang saling terkoneksi satu dengan lainnya. Apabila, manusia tetap mengkhususkan diri dengan pemikirannya yang sempit, maka tidak tertutup kemungkinan dia akan menjadi seseorang yang fanatik, tidak berkembang. Sebuah fenomena yang terjadi di dunia harus disikapi dari kaca mata yang berbeda karena adanya suatu jalinan yang saling kait-mengkait
  • 120. Dengan demikian, filsafat mengajak berpikir secara holistik dalam rangka mananggapi dan memecahkan suatu masalah demi mewujudkan suatu sistem kehidupan manusia yang seimbang secara ragawi dan rohani. Berpikir adalah proses yang intens untuk memecahkan masalah, dengan menghubungkan satu hal dengan yang lain, sehingga mendapatkan pemecahan. Hal-hal yang akan dihubungkan tersebut belum tentu ada atau hadir di benak kita. Oleh karena itu, berpikir melibatkan kemampuan untuk membayangkan atau menyajikan objek-objek yang tidak ada secara fisik atau kejadian- kejadian yang tidak sedang berlangsung. 120
  • 121. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan untuk berpikir (homo thinking), makhluk yang mampu membangun atau mengembangkan potensi rasa dan karsa (emotional quotion), dan makhluk yang mampu membangun kualitas kedekatan pada Tuhan (spiritual.quotionl Dengan ungkapan lain, manusia adalah makhluk 'multi dimensional', dengan segala kemampuan yang dimiliki manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan itulah yang menjadi senjata pamungkas bagi manusia dalam menguasai atau memberdayakan alam seisinya. 121
  • 122. Di antara bagian terpenting dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan adalah lemampuan manusia untuk menalar'. Dari kemampuan menalar itulah manusia dapat; pertama, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara maksimal; kedua, memilih dan membedakan sesuatu itu benar atau salah, sesuatu itu baik atau tidak baik; ketiga, memilih beragam alternatif pilihan jalan hidup yang benar atau tidak benar, bermanfaat atau tidak bermanfaat; dan keempat, tents melakukan inovasi diberbagai bidang kehidupan dengan pola perubahan yang bersifat progress of change Tidak semua dari mereka yang mampu atau bersedia berpikir lebih mendalam dalam kehidupan sehari-harinya. Inilah maksudnya perihal `berpikir filsafat'. Padahal berpikir filsafat sangatlah penting untuk semua orang dalam rangka menjalani aktivitas seharihari, atau untuk mencari solusi bagi sebuah permasalahan. 122
  • 123. Berfilsafat adalah berpikir. Ini tidak berarti bahwa berpikir adalah berfilsafat. Kalau dikatakan berfilsafat adalah berpikir, hal ini dimaksudkan bahwa berfilsafat termasuk kegiatan berpikir. Berpikir adalah berbicara dengan dirinya sendiri di dalam batin. Sedangkan berpikir dengan benar mengandung pengertian mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan alasan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari bagaimana berbagai hal berhubungan satu sama lain, menarik kesimpulan, mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi dan membahasakan suara realitas. 123
  • 124. Filsafat membawa kita berpikir secara mendalam, maksudnya untuk mencari kebenaran substansial atau kebenaran yang sebenarnya dan mempertimbangkan semua aspek, serta menuntun kita untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap. Perubahan sistem nilai atau pandangan-pandangan dunia kita itu dapat mengubah perspektif kebahagiaan kita, tujuan yang hendak kita kejar dalam profesi kita, atau sekadar gaya hidup kita. Namun, manfaat-manfaat itu lebih merupakan hasil sampingan saja, bukan tujuan yang spesifik, dari kajian filsafat. Di kalangan para filsuf bisa kita tarik suatu garis simpul bahwa hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau keheranan, keraguan dan kesadaran akan keterbatasan. Plato misalnya mengatakan,"Mata kita memberi pengamatan bintang- bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat." 124
  • 126. Karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh, sifat mendasar dan sifat spekulatif. Orang yang berpikir filsafati berarti orang tersebut membongkar tempat berpijak secara fundamental. Dia tidak percaya begitu raja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Lalu benar itu apa? Pertanyaan itu melingkar sebagai sebuah lingkaran yang untuk menyusunnya, harus dimulai dari sebuah titik, sebagai awal sekaligus sebagai akhir. 126
  • 127. Seorang ilmuwan misalnya, tidak akan pernah pugs mengenal ilmu hanya dari sisi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakekat ilmu dalam konstelasi pengetahuan lainnya. Pertanyaan yang bisa muncul misalnya, apa kaitan ilmu dengan moral, dengan agama, dan apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya?. Dalam sifat spekulatif berpikir filsafati, tidaklah mungkin manusia menangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan manusiapun tidak yakin pada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Itu hanya sebuah spekulasi. Menyusun sebuah lingkaran memang harus dimulai dari sebuah titik, bagaimanapun spekulatifnya Yang penting dalam prosesnya nanti, dalam analisis maupun pembuktiannya, manusia harus dapat memisahkan spekulasi mana yang paling dapat diandalkan. Tugas filsafat adalah menetapkan dasar dasar yang dapat diandalkan 127
  • 128. Semua pengetahuan dimulai dari spekulatif. Dari serangkaian spekulatif tersebut dapat dipilih buah pikiran yang paling dapat diandalkan, yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menerapkan apa yang disebut benar, maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang atas dasar pengetahuan. Tanpa menetapkan apa yang dimaksud balk atau buruk tidak mungkin bicara tentang moral. Dalam menghadapi berbagai masalah hidup di dunia ini, manusia akan menampilkan berbagai alat untuk mengatasinya. Alat itu adalah pikiran atau akal yang berfungsi di dalam pembahasannya secara filosofis tentang masalah yang dihadapi. Pikiran yang manakah yang dapat masuk dalam bidang filsafat ini? Jawabannya adalah pikiran yang senantiasa bersifat ilmiah. Jadi, pikiran itu adalah yang mempunyai kerangka ilmiah-filsafat. 128
  • 129. Pertama, Konsepsional. Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagian konsepsional. Konsepsi merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu. Beberapa buku menjelaskan ciri-ciri berpikir filsafat dengan bermacam macam pula. Diantaranya dijelaskan sebagai berikut Kedua, Koheren. Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren yang konsepsional. Secara singkat, istilah koheren ialah runtut. Bagan konsepsional yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat runtut. Dalam arti lain, koheren bisa juga dikatakan berpikir sistematis 129
  • 130. Ketiga, Memburu kebenaran. Filsuf adalah pemburu kebenaran, kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala sesuatu. Kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Keempat, Radikal. Berfilsafat berarti berpikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berpikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya sendiri. 130
  • 131. Kelima, Rasional. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan konsepsional yang bersifat rasional. Yang dimaksudkan dengan bagan konsepsionl yang bersifat rasional ialah bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain. Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis Keenam, Menyeluruh. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita hidup maupun diri kita sendiri. Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya. Jika tidak demikian, filsafat akan ditolak serta dikatakan berat sebelah dan tidak memadai 131
  • 132. beberapa teori mengenai kebenaran 1. Kebenaran sebagai Persesuaian (the correspondent theory of truth). Pendasar teori ini adalah Aristoteles. Menurutnya, mengatakan sesuatu yang ada sebagai tidak ada, atau yang tidak ada sebagai ada adalah salah. Sebaliknya mengatakan hal yang ada sebagai ada, dan yang tidak ada sebagai tidak ada, adalah benar. 2. Kebenaran sebagai Keteguhan (the coherent theory of truth). Pandangan ini dudukung oleh Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Teori ini dianut oleh kaum rasionalis. Kebenaran tidak lagi ditemukan dalam kesesuaian dengan kenyataan, melainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi lama atau yang sudah ada. 3. Teori Pragmatis tentang Kebenaran (the pragmatic theory of truth). Teori ini dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce dan William James. Kebenaran memiliki arti yang sama dengan kegunaan. Suatu ide benar adalah ide yang bisa memungkinkan seseorang melakukan sesuatu secara paling berhasil dan tepat guna 132
  • 133. 4. Teori Kebenaran Performatif (Performative theory of truth). Anggapan tentang terlaksananya kebenaran dalam bahasa (ungkapan) manusia berasal dari Inggris (Frank Ramsey, John Austin, dan Peter Strawson). Mereka melawan teori klasik bahwa benar dan salah adalah ungkapan deskriptif. Suatu pernyataan dianggap benar kalau is menciptakan realitas. 5. Teori Kebenaran Historis. Ini pada umumnya diakui oleh kelompok post- modernis atau strukturalis dan post-strukturalis. Menurut mereka kebenaran selalu bersifat historis dan selalu berpusat pada kebebasan batin setiap manusia, dan bukannya ditentukan lebih dahulu atau ditentukan oleh orang lain. 133
  • 135. Ø Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis (berdasarkan kesimpulan yang logis-rasional dari premis-premis tertentu). Karena itu bersifat rasional, maka semua orang rasional dapat menggunakan akal budinya secara balk dan memahami kebenaran ilmiah ini. Sebab itu is bersifat universal. Ø Isi empiris: kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada (empiris). Ø Sifat pragmatis mau menggabungkan dua sifat kebenaran di atas. Pernyataan itu logis dan empiris, maka harus juga berguna dalam hidup manusia dalam memecahkan permasalahan 135
  • 136. Kepastian dan Kebenaran Dalam diskusi tentang macam-macam teori kebenaran pertanyaan yang muncul ialah apakah kebenaran ilmiah bersifat pasti atau sementara? Jawaban atas pertanyaan ini memunculkan dua pandangan berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis yang menekankan kebenaran logis-rasional dan pandangan kaum empiris yang menekankan kebenaran empiris. Karena itu kita harus berbicara tentang taraftaraf kepastian (subyektivitas dan obyektivitas). Pemakaian istilah S dan 0 sudah dibicarakan, demikian pula pengetahuan yang dimengerti sebagai kesadaran si subyek tentang obyek yang dikenalnya. Di sana terang terjadi pada pihak subyek (yang dapat membedakan obyek dari dirinya) dan dari pihak obyek yang seolah membuka diri kepada S. Terang justru terjadi dalam diri S (bdk. Kant dengan pengetahuan apriori-sintetis). Dari sudut pengetahuan kita mengenal apa yang disebut evidensi dan kepastian. Dalam hubungan S dan 0, evidensi terletak pada pihak obyek. Sedangkan kepastian ada pada pihak subyek. Evidensi adalah terang atau daya obyek yang menampakkan diri, sedangkan kepastian ialah keyakinan dalam diri subyek bahwa apa yang dikenalnya sungguh adalah obyek yang ingin diketahuinya 136
  • 137. Taraf Kepastian Ilmu Empiris dan Ilmu Eksakta Dalam kaitan dengan kepastian sering kita mengatakan bahwa sesuatu hanya dapat ditempatkan dalam "barangkali" atau "mungkin."Istilah ini digunakan para ilmuwan untuk menunjuk pada sesuatu yang dalam gejala pengetahuan terletak pada pihak obyek. Untuk mengatasi kesulitan ini kita diperkenalkan dengan istilah `kepercayaan' (credibility). Kepercayaan adalah ciri khas hipotesis ilmiah. Hipotesis ini justru ada pada pihak subyek. Kepercayaan hipotesis bisa Iemah, bisa kuat, tetapi ini tergantung pada mutu dan jumlah data empiris yang dapat diterangkan. Bila data empiris ini dirumuskan dalam serangkaian pernyataan ilmiah P, maka kepercayaan p dari hipotesis H tertentu (p (H,P) dapat diberi nilai kuantitatif antara 0 dan 1. 0 berarti tidak ada kepercayaan (kalah atau hipotesis yang tidak bisa diperiksa secara empiris). Angka 1 adalah kuat 137