EBM merupakan pendekatan kedokteran berbasis bukti ilmiah terkini untuk pengambilan keputusan klinik dengan mempertimbangkan bukti ilmiah, keahlian klinis, dan nilai pasien. EBM bertujuan menyediakan bukti ilmiah relevan dan terpercaya seperti hasil meta-analisis dan uji klinis acak buta ganda untuk memfasilitasi keputusan klinik berbasis bukti.
5. Materi Pembelajaran
Menganalisis Konsep Dasar EBM
Memformulasikan Permasalahan Klinis dan
Penyusunan PICO
Mengklasifikasikan Jenis Pustaka, Pangkalan
Data Elektronik, dan Metode Searching
Mengkritisi dan Menganalisis Karya Ilmiah dan
Aplikasi EBM di Farmasi
Menganalisis Secara Kritis Karya Ilmiah Jurnal
Efikasi dan Apliksasinya dalam Bidang
Farmasi Klinis Komunitas
Menganalisis Secara Kritis dan
mengaplikasikan EBM uji diagnostik
Menganalisis Secara Kritis dan Pengaplikasian
EBM Sistematk Review-Meta Analysisi
6. The road to success and the road to failure are almost exactly
the same.
Success is the
sum of small
efforts, repeated
day-in and day-
out.
7. EBM ?
Evidence based medicine
(EBM) adalah proses yang
digunakan secara sistematik untuk
melakukan evaluasi, menemukan,
menelaah/ me-review, dan
memanfaatkan hasil-hasil studi
sebagai dasar dari pengambilan
keputusan klinik.
Menurut Sackett et al. (2000), Evidence-based
medicine (EBM) adalah suatu pendekatan medik
yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini
untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita.
Dengan demikian, dalam praktek, EBM
memadukan antara kemampuan dan pengalaman
klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling
dapat dipercaya..
8. Con’t....
Evidence-based medicine (EBM) adalah
suatu pendekatan medik yang didasarkan
pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk
kepentingan pelayanan kesehatan
penderita. Dengan demikian, dalam
praktek, EBM memadukan antara
kemampuan dan pengalaman klinik
dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang
paling dapat dipercaya
maka salah satu syarat utama untuk
memfasilitasi pengambilan
keputusan klinik yang evidence-
based adalah dengan menyediakan
bukti-bukti ilmiah yang relevan
dengan masalah klinik yang
dihadapi, serta diutamakan yang
berupa hasil meta-analisis, review
sistematik, dan randomized double
blind controlled clinical trial (RCT).
9. Secara ringkas, ada beberapa alasan utama mengapa EBM diperlukan?
Dengan bertambahnya pengalaman klinik
klinisi, maka kemampuan atau
ketrampilan untuk mendiagnosis dan
menetapkan bentuk terapi juga
meningkat. Namun pada saat yang
bersamaan, kemampuan ilmiah serta
kinerja klinik menurun secara signifikan.
Bahwa informasi-informasi tradisional
(misalnya yang terdapat dalam
textbook) tentang hal-hal di atas
sudah sangat tidak adekuat pada saat
ini; beberapa informasi sering keliru
(misalnya informasi dari medrep atau
detailer), informasi tidak efektif
(misalnya continuing medical
education yang bersifat didaktik), atau
informasi terlalu banyak sehingga
membingungkan (misalnya dari jurnal
biomedik/ kedokteran yang berjumlah
lebih dari 25.000 jenis).
.
Bahwa informasi yang selalu
diperbarui (update) mengenai
diagnosis, prognosis, terapi dan
pencegahan, promotif, rehabilitatif
sangat dibutuhkan dalam praktek
sehari-hari. Sebagai contoh, teknologi
diagnostik dan terapi selalu
disempurnakan dari waktu ke waktu.
.
Dengan meningkatnya jumlah pasien,
waktu yang diperlukan untuk pelayanan
semakin banyak. Akibatnya, waktu yang
dimanfaatkan untuk meng-update ilmu,
misalnya membaca jurnal jadi sangat
kurang.
10. Secara lebih rinci, EBM merupakan keterpaduan
antara:
es
01
02
03
Best research evidence
Clinical expertise
Patient values
11.
12. Best research evidence
Penelitian yang dimaksud juga
harus menggunakan variabel-
variabel yang dapat diukur dan
dinilai secara objektif (misalnya
tekanan darah, kadar Hb, dan
kadar kolesterol), di samping
memanfaatkan metode-metode
pengukuran yang dapat
menghindari risiko “bias” dari
penulis atau peneliti.
Di sini mengandung arti bahwa
bukti-bukti ilmiah tersebut harus
berasal dari penelitian-penelitian
yang dilakukan dengan
metodologi yang sangat
terpercaya (khususnya
randomized double blind
controlled clinical trial), yang
dilakukan secara benar.
13. Clinical expertise
Keterampilan klinik ini hendaknya
juga disertai dengan pengenalan
secara baik terhadap nilai-nilai
yang dianut oleh pasien serta
harapan- harapan yang tersirat
dari pasien.
Untuk menjabarkan EBM
diperlukan suatu keterampilan
klinik yang memadai. Di sini
termasuk keterampilan untuk
secara cepat mengidentifikasi
kondisi pasien dan menentukan
diagnosis secara cepat dan
tepat, termasuk mengidentifikasi
faktor-faktor risiko yang
menyertai serta memperkirakan
kemungkinan manfaat dan risiko
dari bentuk intervensi yang akan
diberikan.
14. Patient Values
Mengingat bahwa EBM merupakan
suatu cara pendekatan ilmiah yang
digunakan untuk pengambilan
keputusan terapi, maka dasar-dasar
ilmiah dari suatu penelitian juga
perlu diuji kebenarannya untuk
mendapatkan hasil penelitian yang
selain update, juga dapat
digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan.
Setiap pasien dari manapun
berasal, dari suku atau agama
apapun, tentu mempunyai nilai-nilai
yang unik tentang status kesehatan
dan penyakitnya. Pasien juga tentu
mempunyai harapan-harapan atas
upaya penanganan dan
pengobatan yang diterimanya.
Hal ini harus dipahami benar oleh
seorang klinisi atau praktisi medik,
agar setiap upaya pelayanan
kesehatan yang dilakukan, selain
dapat diterima dan didasarkan
pada bukti-bukti ilmiah, juga
mempertimbangkan nilai-nilai
subjektif yang dimiliki oleh pasien..