Apakah khilafah adalah istilah fiqhiyah atau politis
1. 5/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Soal Jawab: Apakah Khilafah adalah Istilah Fiqhiyah atau Politis?
Soal Jawab: Apakah Khilafah adalah Istilah Fiqhiyah atau
Politis?
February 4th, 2014 by kafi
ﺑﺳم ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم
Rangkaian Jawaban asy-Syaikh al-‘Alim Atha’ bin Khalil Abu ar-RasytahAmir HIzbut Tahrir
atas Pertanyaan di Akun Facebook Beliau
Jawaban Pertanyaan:
1-
Apakah Istilah al-Khilafah Merupakan Istilah Fiqhiyah atau Istilah Politis?
2-
Apakah Hukuman di Dunia Menebus Dosa pada Hari Kiamat?
Kepada Samih Raihan Abu Maysarah
Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullâh wa barakâtuhu.
Pertama, apakah istilah al-Khilafah untuk daulah islamiyah merupakan istilah fiqhiyah yang
diwajibkan oleh Allah terhadap daulah ataukah merupakan istilah politis?
Kedua, sudah diketahui bahwa dalam Islam seorang hamba jika ia berbuat maksiyat lalu khalifah
melaksanakan had atau qishash atau ta’zir terhadapnya maka gugurlah darinya azab kemaksiyatan
itu pada hari kiamat kelak, pertanyaannya di sini:
Hari ini kita dikuasai oleh pemerintahan diktator sekuler dan kita hidup di dar al-kufur, jika seorang
hamba berdosa lalu dihukum dengan hukuman undang-undang positif buatan manusia (orang
membunuh maka dibunuh) atau orang mencuri lalu dipenjara, perlu diketahui bahwa hukuman
pencuri adalah dipotong tangan, lalu apakah akan gugur darinya dosa kemaksiyatan ini pada hari
kiamat? Semoga Allah memberikan balasan kepada Anda dan kaum muslimin dengan segala
kebaikan.
Jawaban:
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/04/soal-jawab-apakah-khilafah-adalah-istilah-fiqhiyah-atau-politis/
1/7
2. 5/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Soal Jawab: Apakah Khilafah adalah Istilah Fiqhiyah atau Politis?
Wa’alaikumussalam wa rahmatullâh wa barakâtuhu.
Berkaitan dengan pertanyaan pertama, sistem pemerintahan yang difardhukan oleh Allah terhadap
umat adalah al-khilafah. Dengan begitu maka istilah al-khilafah adalah istilah fiqhiyah, yakni
merupakan hakikat syar’iyyah. Demikian juga, al-Khilafah, sistem pemerintahan Islam, di dalamnya
ada aktivitas-aktivitas politik yang dilakukan oleh khalifah. Perinciannya sebagai berikut:
1. Al-khilafah merupakan istilah fiqhiyah “haqiqah syar’iyyah” sebab nash-nash syar’iyah
menunjukkan atas yang demikian. Di antara nash-nash ini:
- Allah SWT berfirman:
ْ
﴿وَﱠﱠذﯾن ُوا ُم و ُوا اﻟ ِﺣََِﺧﱠﮭِﻲ َِْﻣﺎ اَﺧَﱠذﯾن ﻣن ِﮭم ُ َ َﮭم دﯾُﱠذي َﺿ َﮭم
ﻟ
ﻧ
ﻗﺑﻠ ََ ﻛ ﻟ
ﻛ ﺳﺗ
ﱠ ﺎﻟ ت ﻟﯾﺳﺗ َْ اﻷ
ْ ﻠﻔﻧ
ِﻧ ﻋ
ُ ْ ﻠ ِ ِ َِ وﻟ ﻣ ﱠُُِ اﻟ ْ ﺗ
ِ
ََِ ﻋ ا ِ َ ْﻛ
ْ َد ُ اﻟَ آﻣﻧ ﻣْ َﻣﻠ ﺻَ ﺎ َُِْ م ﻓ َرضَ َْف اﻟَ َْْْﯾّﻧن ْ َﮭمِ ارَ ﻰ
ََُْ ْ ِ َِْﻣﻧ ُدِ َ ْرﻛ ِ َﯾﺋَْ َ َِ ََﺋك ُْﻔ ﺳﻘ
﴾َﯾﺑﱠﮭم ﻣن ﺑﻌد ﺧوﻓﮭم ًﺎ ﯾﻌﺑَﻧﻲ ﻻ ﯾﺷُون ﺑﻲ ًﺎ وﻣنَر ﺑﻌَﻟكُوَُم َﺎُون
ﻟ
ﻛَ ذ
ﺷ
ََدﻟﻧ
ِ وﻟُِّ َْ ْْ َُوﻧ ُِ َ ْ َ َﻔ ْد َ ﻓﺄِ ھ اﻟ
ْ َ ِ أ
ِ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orangorang yang fasik.” (TQS an-Nur [24]: 55)
- Ahmad dan Abu Dawud ath-Thayalisi mengeluarkan dari Hudzaifah bin al-Yaman, Rasulullah saw
bersabda:
»ُم ﻓﻲﱡﺑوة ﻣﺎَﺎ ءﱠَنُونُم َﻌﮭﺎَ اَﺎ َن َﻌﮭ ُمُون ٌَ َﻰْﮭﺎجﱡﺑوة، ُون ﻣﺎَﺎ ءﱠَنُونُم
ﺛ
ﱠ َﺗ ُ ﺷ ا ْ ﺗ
ﺛ ُْ ِ َ أ َْ ﱠ ﺗ ِ ﻼﻓ ﻋ ﻣﻧ ُ ﻓ
َ ﻓ
َ ﻓ
ﻧِ ﺷ ا ْ ﺗ
ِﻧ
ِ
ُ ْإ
ﱠﻛِ اﻟﱠ َ َ ُ أ َﻛَ ،ﱠ ﯾر َ إذ ﺷ ءْ ﯾر َ ﺎ، ﺛَﻛُ ﺧَﺔَﻠ َِ اﻟﻧِ َﻛ َ َ ُ أ َﻛَ ،ﱠ
ُ ﱠ َﻌ إ َْ َﻌ ﱠ ﺗ ْرﯾ َﺗ
ُْﮭﺎَ اَﺎ َنَْﮭ ُمُون ًﺎَﺎﺿﺎ، ُون ﻣﺎَﺎ ءﱠَنُونُمُْﮭﺎَ اَﺎ َنَْﮭ ُمُون ًِ، ُون ﻣﺎ
ﻓ
َﺑ
ﯾ ﻓ
ﯾ ﻓ
َﯾ ُ ﺷ ا ْ ﯾ
ﻓ
ﻣﻠ
ﯾ ﻓ
ﯾ ﻓ
َ َر َِذ ﺷ ء أ َر َ ﺎ، ﺛَﻛُ ْﻛ ﻋ َﻛ َ َ ُ أ َﻛَ ، ﺛَر َِذ ﺷ ء أ َر َ ﺎ، ﺛَﻛُ ﺟﱠﺔ َﻛ
ُ َﻌ إ َْ َﻌ ﱠ ﺗ
ٌَ َﺎ ءﱠَنُونُمُْﮭﺎَ اَﺎ َنَْﮭ ُمُون
«َِ ُ أ َﻛَ ، ﺛَر َ إذ ﺷ ء أ َر َ ﺎ، ﺛَﻛُ ﺧَﺔ َﻰْﮭﺎجﱡ
ﺷ ا ْ ﺗ ﱠ َﻌ ِ َْ َﻌ ﱠ ﺗ ِ ﻼﻓ َﻠ َِ ُوة
ﻧﺑ
ﻋ ﻣﻧ
ﯾ ﻓ
ﯾ ﻓ
اﻟﱠ
ِ
“Sesungguhnya kalian ada pada era kenabian, dan atas kehendak Allah akan tetap ada.
Kemudian Allah mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada
khilafah yang mengikuti manhaj kenabian, dan akan terus ada sesuai kehendak Allah.
Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan
ada kekuasaan yang menggigit (mulkan ‘âdhan) dan akan terus ada sesuai kehendak Allah.
Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehandak mengangkatnya. Kemudian akan
ada kekuasaan diktator dan akan terus ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Allah akan
mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang
mengikuti manhaj kenabian.” Hudzaifah berkata: “kemudian beliau diam.”
- Imam Muslim telah mengeluarkan dari Abu Hazim, ia berkata: “Aku ikut majelis Abu Hurairah
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/04/soal-jawab-apakah-khilafah-adalah-istilah-fiqhiyah-atau-politis/
2/7
3. 5/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Soal Jawab: Apakah Khilafah adalah Istilah Fiqhiyah atau Politis?
selama lima tahun dan aku mendengarnya menceritakan hadits dari Nabi saw, beliau bersabda:
ُ َﯾ
: »ﻛُْو ِْﯾل ُ ُﮭم ا َﺎ ء،ﱠﻣﺎ َِﻲ َ ِﻲ، وُ ِﻲْدي، و ُون َﺎ َُرون« ُ َﻣﺎْ َ َﺎل
َ َ َﻧِﺳر اﺋ َﺳو ُ ُِ َ َك ﱞ ﺧُ ﱞ ﱠ َ ﱠ ِ ََﻛُ َﻔ ءََُ َﺎﻟوا:ََﺄﻣرﻧﺎ؟
ﻓ ﺗُ ﻗ
ﻗ
ﺧﻠُ ْﺛ
ﻓﯾﻛ
ﺳ
َﺎﻧت ﺑ إَ َ ﺗ ُ ْﺑﯾ ُﻠ َﻠ َﺑ َﻔَﺑ ِﻧﮫ َﺑ َﻌ
ﻛ ھ ﻧ َﻠ ﮫ ﻧ َ إ ﻻ ﻧ ﺑ
ﺳ َﻧ
ﻷ
ُ
َُوا ﺑَﺔ َوََولَُُم ﱠﮭم
«»ﻓ َِ اﱠ ل ﻓﺎﻷِ ، ْطوْ ﺣ ْ ،ِن َ ُﮭمَﻣﺎ اَر ُم
َ ﻘ ﻓﺈ ا َﺎُ ﻋ ْ ﻋ ھ
ﺳ
ﺳ ﺋﻠ
ِﺑﯾ
ْْﻌ ﻷِ ﱠ أﻋ ھ ُ ﱠ ﱠ ِْ ﱠ ْﺗَﺎ
“Dahulu Bani Israel diatur urusan mereka oleh para nabi, setiap kali seorang nabi wafat
digantikan oleh nabi yang lain, dan sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku, dan akan ada para
khalifah dan mereka banyak.” Mereka (para sahabat) berkata: “Lalu apa yang engkau
perintahkan kepada kami?” Beliau bersabda: “Penuhilah baiat yang pertama lalu yang pertama,
berikan kepada mereka hak mereka, dan sesungguhnya Allah akan meminta
pertanggungjawaban mereka atas apa yang mereka diminta mengurusnya.”
- Imam Muslim telah mengeluarkan dari Abu Sa’id al-Khudzri, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda:
«َ ا ِ ﻊ ِﯾْنَﺎُوا اﻵﺧرْﮭﻣﺎ
ﻗ
ﻟ ﻔﺗ
ُ َ » إذ ﺑ ََ ﻠَﯾ ْﺗ
ِ
َِ ُوﯾِﺧَِ ، ﻓُﻠ ْ َ ﻣﻧ
Jika dibaiat dua orang khalifah maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya
Jadi nash-nash syar’iyah menjelaskan bahwa sistem itu “khilâfah”, dan para penguasa (pemerintah)
di dalam sistem itu adalah “khulafâ’–para khalifah-“. Begitulah Rasul saw menyebutnya begitu,
menyebut al-khulafa’ ar-rasyidun… dan Khalifah adalah amirul mukminin dan imam kaum muslimin
yang memutuskan perkara mereka dengan syariah Allah SWT, yakni bahwa khilafah dan khalifah
merupakan istilah fiqhiyah “haqiqah syar’iyyah” yang dinyatakan oleh syara’. Diantaranya adalah
nash-nash yang disebutkan di atas.
2. Sedangkan bahwa sistem al-Khilafah adalah fardhu, maka dalil-dalil yang dinyatakan tentang
demikian, as-sunnah dan ijmak sahabat. Diantaranya:
Adapun al-kitab,Allah SWT berfirman menyeru Rasul saw:
﴾َﺎُمَﮭِﻣْزل ُ وﻻِ ﻊْو اُمَﻣﺎ ﺟﺎ ءك َْﺣق
ّ ِ َ ْْْ ﺑ ﺎ َ ا َﱠﺑ َھ َ ھ ﻋ
ﺗﺗ
أ
ْ ﺑﯾﻧ
َ
ِ ﴿ﻓ ﺣﻛَُ مََﻧَﱠَ َْ أَ ءْ ﱠَ َ ﻣن اﻟ
“Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu.” (TQS al-Maidah [5]: 48)
Dan firman Allah:
﴾َن اُمَﮭِﻣْزل ُ وﻻِ ﻊْو اُم و اَََُُوكَنْض ﻣْزل ُْك
َِ ﺣﻛَُ مََﻧَﱠَ َْ أَ ء ھَ ﺣذر ھم أن ِﻧَ ﻋ َ ََِﻧَﱠَﯾ
ﺎ َ ا ِﻟ
إ
أ
ْ ﺑﻌ
﴿و أ ْْْ ﺑ ﺎ َ ا َﱠﺑ َھ َْ ْْْْﺗ
ﯾﻔ
ﺗﺗ
أ
ْ ﺑﯾﻧ
ْ
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/04/soal-jawab-apakah-khilafah-adalah-istilah-fiqhiyah-atau-politis/
3/7
4. 5/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Soal Jawab: Apakah Khilafah adalah Istilah Fiqhiyah atau Politis?
Allah kepadamu.” (TQS al-Maidah [5]: 49)
Dan seruan kepada Rasul saw untuk memutuskan perkara di antara mereka dengan apa yang telah
diturunkan oleh Allah merupakan seruan kepada umat beliau saw. Mafhumnya adalah hendaknya
mereka mengadakan seorang hakim (penguasa) setelah Rasul saw yang memutuskan perkara di
antara mereka dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah. Dan perintah dalam seruan (khithab) itu
memberi faedah jazm (tegas) sebab topik seruan adalah fardhu. Ini merupakan qarinah (indikasi)
atas jazm (tegas) seperti yang ada dalam ketentuan ushul. Dan penguasa yang memutuskan
perkara di antara kaum muslimin dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah setelah Rasulullah
saw adalah khalifah. Dan sistem pemerintahan berdasarkan konteks ini adalah sistem khilafah. Ini
di samping bahwa penegakan hudud dan seluruh hukum adalah wajib. Dan kewajiban ini tidak bisa
ditegakkan dengan sempurna kecuali dengan penguasa, sementara suatu kewajiban tidak
sempurna dengan sesuatu maka hukum sesuatu itu menjadi wajib. Artinya, mengadakan penguasa
yang menegakkan syara’ adalah wajib. Dan penguasa berdasarkan konteks ini adalah khalifah dan
sistem pemerintahan adalah sistem khilafah.
Adapun as-sunnah, diriwayatkan dari Nafi’, ia berkata; “Abdullah bin Umar berkata kepadaku:
َ
«ً»ﻣنَ ﻊًا ََْﺔِﻲ َوم اَﺎﻣﺔ ﻻ ﺣَُ، وﻣن ﻣﺎت ْ ِﻲٌُِْ ﻣﺎت ﻣً ﺟﺎ ھ
ْ ﺧﻠَد ﻣن طﺎﻋََ ﷲ َ َِ َُ ﺟَﮫ َ ََ َﯾس ْ ِﮫ َ ََ َ َ ﱠﺔ
ْﺗﺔ ِﯾ
وﻟَ ﻓ ُﻘَﯾﻌﺔ ِ ﯾ ِ ﻠ
ﻋﻧ ﺑ
ﯾ ﻟ
َ َْ ٍ ﻟﻘ َْ ْﻘﯾ ِ ﱠ ﺔ ﻟ
َِ َ ﯾ
“Siapa saja yang melepaskan tangan dari ketaatan, niscaya ia menjumpai Allah pada Hari
Kiamat kelak tanpa memiliki hujjah, dan siapa saja yang mati sementara di pundaknya tidak ada
baiat maka ia mati seperti kematian jahiliyah.” (HR Muslim)
Rasul saw mewajibkan atas setiap muslim agar di pundaknya ada baiat. Dan beliau menyifati orang
yang mati sementara di pundaknya tidak ada baiat bahwa ia mati dengan kematian jahiliyah. Dan
setelah Rasul saw, baiat tidak ada kecuali kepada khalifah, bukan kepada yang lain. Jadi hadits
tersebut mewajibkan adanya baiat di pundak setiap muslim, yakni adanya khalifah yang dengan
keberadaannya akan merealisasikan adanya baiat di pundak setiap muslim. Dan jika tidak maka
orang yang lalai ia mati dengan kematian jahiliyah. Ini untuk menunjukkan atas besarnya dosa
akibat tidak beramal untuk mewujudkan khalifah yang memutuskan perkara dengan Islam.
Adapun ijmak sahabat, mereka ridhwanullah ‘alayhim, mereka berijmak atas keharusan
menegakkan khalifah (pengganti) Rasulullah saw setelah wafat beliau. Penegasan ijmak sahabat
atas penegakan khalifah itu tampak dari pengakhiran pemakaman jenazah Rasul saw pasca wafat
beliau dan kesibukan mereka untuk mengangkat khalifah (pengganti) beliau. Padahal
memakamkan mayit pasca kematiannya adalah fardhu. Dan para sahabat yang wajib menyibukkan
diri menyiapkan jenazah Rasul saw dan menguburkannya, sebagian mereka menyibukkan diri
mengangkat khalifah daripada menyibukkan diri memakamkan jenazah Rasul saw, sementara
sebagian yang lain dari mereka diam dari kesibukan itu dan berserikat dalam mengakhirkan
pemakaman jenazah Rasul selama dua malam padahal mereka mampu memgingkarinya dan
mampu memakamkan. Rasul saw wafat pada waktu dhuha hari Senin, dan belum dikuburkan
malam selasa dan selasa siang, di mana Abu Bakar dibaiat. Kemudian jenazah Rasul saw baru
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/04/soal-jawab-apakah-khilafah-adalah-istilah-fiqhiyah-atau-politis/
4/7
5. 5/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Soal Jawab: Apakah Khilafah adalah Istilah Fiqhiyah atau Politis?
dikuburkan tengah malam, malam Rabu. Artinya penguburan ditunda dua malam, dan Abu Bakar
dibaiat sebelum penguburan jenazah Rasul saw. Maka hal itu menjadi ijmak atas menyibukkan diri
mengangkat khalifah dari menguburkan mayit. Dan hal itu tidak terjadi kecuali jika mengangkat
khalifah lebih wajib dari memakamkan mayit.
Berdasarkan hal itu maka penegakan khilafah adalah fardhu. Dan berikutnya mengadakan
khalifah adalah fardhu, dan sebaik-baik fardhu.
3. Adapun bahwa khilafah, sistem pemerintahan Islam, di dalamnya ada aktifitas-aktifitas politik
yang dilakukan oleh khalifah, maka hal itu karena politik (as-siyâsah) berarti ri’âyah asysyu’ûn (pengaturan urusan). Dan aktivitas pokok Khilafah dan khalifah adalah ri’âyah syu’ûn alummah, dan ri’âyah asy-syu’ûn dari seorang penguasa adalah politik.
Kata politik (as-siyâsah) secara bahasa berasal dari sâsa – yasûsu yakniyar’â al-hâkim asysyu’ûna (penguasa mengatur urusan). Di al-Qâmûs al-Muhîth dinyatakan: “sustu ar-ra’iyyata
siyâsatan, amrtuhâ wa nahaytuhâ (aku mengatur rakyat sebagai politik artinya aku memerintah dan
melarang rakyat).
Di dalam Mukhtâr ash-shihâh pada pasal sa wa sa dikatakan: “sâsa ar-ra’iyata yasûsuhâ
siyâsatan”.
Ada hadits-hadits yang mengaitkan ri’âyah syu’ûn al-ummah dengan khalifah. Diantaranya:
Al-Bukhari telah mengeluarkan dari Ibn Syihab … bahwa Salim menceritakan kepadanya: bahwa
Abdullah bin Umar berkata: “aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
«…»ُم ر اع، وُم ﻣُولَن رﻋﯾﺗﮫ، اﻹﻣﺎم ر اع وﻣُولَن رﻋﯾﺗﮫ
ُْ َ ﻛﻠ
ﻛﻠ
ِِ ْ ٌﱡﻛٍَ ﱡﻛَ ﺳﺋٌ ْ ِِ َ ٍَ َ ﺳﺋ
ِ َ ُْ ْ ﻋ َ ِ ِ ُ َ ْ ﻋ
ﱠ
ﱠ
Setiap dari kalian adalah pemelihara, dan setiap kalian diminta pertanggungjawaban atas
pemeliharaannya, seorang imam adalah pemelihara dan dia akan dimintai pertanggungjawaban
atas pemeliharaan urusan rakyatnya…
Jadi khalifah aktivitasnya adalah ri’âyah asy-syu’ûn. Dan si’âyah asy-syu’ûndari seorang penguasa
adalah politik sesuai makna bahasanya itu.
4. Sedangkan pertanyaan lain: apakah sanksi hukuman menebus dosa pada hari kiamat? Ini benar
jika sanksi hukuman itu syar’iy dari daulah islamiyah, yakni dari negara yang memutuskan perkara
dengan syariah Allah, bukan memutuskan perkara dengan undang-undang positif (buatan manusia).
Detilnya adalah:
Imam Muslim telah mengeluarkan dari Ubadah bin ash-Shamit, ia berkata: “kami bersama
Rasulullah saw dalam suatu majleis, lalu beliau bersabda:
»ِ ِﻲ َ َن ﻻ ْرﻛ ِِ ًﺎ، وﻻ ُوا، و َ ُوا، وﻻ ﺗُوا ْسِﻲ ﺣرم ِﻻْﺣقَﻣنَﻰ ُم ُْ َﻰ
َُوﻧ َﻠﻰْ ُﺷُوا ﺑﺎ ْﺋ َ َزﻧ َ ﻻ ْرﻗ َ ُﻠ ﱠَﱠﺗ ََ ُ إِﺎﻟ ِ ، ﻓْ وﻓ ﻣَْﺟرهَﻠ
َﯾ َْ َ ﺗِ َ ْﺗ اﻟﻧﻔ اﻟ ﱠ ﷲﱠ ﺑ ّ َ َ ْﻛَﺄُ ﻋ
ِﻧ ﻓ
َﻘ
ﺳ
ﺗ
ﺷ
ُﺑﺎﯾﻌ
ﺗ
َ
ِﻋ أ َ ﺗ
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/04/soal-jawab-apakah-khilafah-adalah-istilah-fiqhiyah-atau-politis/
5/7
6. 5/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Soal Jawab: Apakah Khilafah adalah Istilah Fiqhiyah atau Politis?
َْﷲ َ ن ََ ْﺋِ َﻟكُوﻗ ِﮫُ َﻔﺎرَﮫ َ ن ََ ْﺋِ َﻟ ََره ََُُِِﻟ ﷲ،ْ ََﻔ ْﮫ
ِ، وﻣ َﺻﺎب ًﺎ ﻣنِ َ ِب ﺑَﮭوﱠٌُ، وﻣ َﺻﺎب ًﺎ ﻣنِك َُ ﷲ ْﮫ،َﻣر َﻰ ِِنَﺎ ء َﺎ ُ، و إن
ﻋ
َﯾ ُْ إ
ﻋﻠ ﻓﺄ ه
ذ ﺳﺗ
ﺷ
َﯾ ْ َ ﻓﻌ َِ َ ﻛَ ة ﻟ َْ أ
ﻓ
ذ
ﺷ
َْ أ
ِ إ ﺷ ﻋ َﻧ
َ َﯾ ْ َ ﻓ
«ََُﺎ ء
َ ﱠﺑﮫ
ﻋذ
َ ﺷ
Kalian membaiatku untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun, tidak berzina, tidak
mencuri, tidak membunuh jiwa yang telah diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, maka
siapa saja diantara kalian yang memenuhinya, pahalanya menjadi tanggungan Allah, dan siapa
saja yang melanggar, lalu dihukum, maka itu merupakan kafârah (penebus) baginya, dan siapa
yang melanggar dan Allah menutupinya, maka perkaranya kembali kepada Allah; jika Dia
berkehendak, Dia maafkan, dan jika Dia berkehendak Dia mengazabnya
Jadi hadits ini menjelaskan bahwa siapa saja yang dihukum di dunia maka hukumannya itu
menjadi kafârah (penebus) baginya pada hari kiamat kelak sehingga ia tidak akan disiksa atas
dosa itu pada hari kiamat kelak. Dan jelas dari hadits ini bahwa hukuman yang menebus dosa itu
adalah hukuman daulah islamiyah yang di dalamnya seorang khalifah dibaiat untuk memutuskan
perkara dengan Islam. Hadits Rasul SAW tersebut dimulai dengan “tubâyi’ûnî -kalian membaiatku… maka siapa saja yang memenuhinya, pahalanya menjadi tanggungan Allah, dan siapa yang
melanggar sesuatu dari hal itu lalu dihukum maka itu menjadi kafarah (penebus) baginya.” Jadi
hukuman yang menjadi penebus itu bergantung pada baiat, dan baiat adalah untuk penguasa yang
memutuskan perkara dengan Islam. Atas dasar itu maka hukuman dunia yang menjadi penebus
dosa di akhirat adalah hukuman daulah yang memutuskan perkara dengan Islam. Wallâh a’lam.
Saudaramu
Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah
21 Raibul Awal 1435 H
22 Januari 2014 M
http://www.hizb-ut-tahrir.info/info/index.php/contents/entry_32713
Baca juga :
1. Soal Jawab: Apakah Umat Siap Memikul Konsekuensi Tegaknya al-Khilafah?
2. Soal Jawab: Apakah Hizbut Tahrir Mengubah Thariqahnya Melalui Demonstrasi dan
Konferensi?
3. Soal Jawab: Bolehkah Hudud Dilaksanakan oleh Kelompok atau Individu?
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/04/soal-jawab-apakah-khilafah-adalah-istilah-fiqhiyah-atau-politis/
6/7
7. 5/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Soal Jawab: Apakah Khilafah adalah Istilah Fiqhiyah atau Politis?
4. Soal Jawab: Apakah yang Mendorong Iran Merubah Sikapnya Tentang Pemurnian
Uranium?
5. Soal Jawab : Makna kata “al-Hukmu” dan “al-Bai’ah”
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/04/soal-jawab-apakah-khilafah-adalah-istilah-fiqhiyah-atau-politis/
7/7