6, kwh, heribertus elingga ajitrisna, prof. dr. hapzi ali, cma, komunikasi dan model kepemimpinan, universitas mercu buana, 2018
1. Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan
Komunikasi didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan dari komunikan
dengan komunikator. Dalam proses ini, baik pembawa dan penerima pesan akan
memakai tanda atau simbol yang sama. Komunikasi dideskripsikan juga sebagai
proses penukaran informasi atau ide untuk mencapai pemahaman bersama.
Komunikasi sangat penting dalam berbagai segi kehidupan manusia, terlebih dalam
hal organisasi. Komunikasi organisasi memiliki banyak fungsi yang akan mendukung
keberhasilan suatu organisasi. Komunikasi organisasi ini erat kaitannya dengan
komunikasi kepemimpinan.
Komunikasi kepemimpinan adalah proses komunikasi yang dilakukan pemimpin
(sebagai komunikator) kepada bawahan organisasinya (sebagai komunikan). Dalam
penerapannya, pemimpin dapat menggunakan berbagai macam jenis komunikasi
kepemimpinan sesuai dengan gaya masing masing yang dipengaruhi oleh banyak
faktor. Jenis komunikasi kepemimpinan atau gaya komunikasi kepemimpinan wajib
dimiliki oleh seorang pemimpin. Gaya komunikasi kepemimpinan ini harus
digunakan pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya untuk mencapai target
organisasi.
Berdasarkan kepribadian maka gaya kepemimpinan dibedakan menjadi:
1.Gaya Kepemimpinan Kharismatis
Gaya kepemimpinan kharismatis adalah gaya kepemimpinan yang mampu menarik
atensi banyak orang, karena berbagai faktor yang dimiliki oleh seorang pemimpin
yang merupakan anugerah dari Tuhan
2. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala
keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
3. Gaya kepemimpinan demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan
wewenang secara luas kepada para bawahan.
2. 4. Gaya Kepemimpinan Moralis
Gaya kepemimpinan moralis adalah gaya kepemimpinan yang paling menghargai
bawahannya.
Sementara itu mengutip mengambil dari sumber lain, Setidaknya ada 9 gaya
kepemimpinan yang berbeda satu dengan yang lain yang diterapkan oleh seorang
pemimpin agar setiap anggotanya mau bekerja sesuai arahannya
1. Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan dan setiap
kebijakan, peraturan, prosedur diambil dari idenya sendiri. Kepemimpinan jenis ini
memusatkan kekuasaan pada dirinya sendiri. Ia membatasi inisiatif dan daya pikir
dari para anggotanya.
2. Kepemimpinan Birokratif
Gaya kepemimpinan ini biasa diterapkan dalam sebuah perusahaan dan akan efektif
apabila setiap karyawan mengikuti setiap alur prosedur dan melakukan tanggung
jawab rutin setiap hari.
3. Kepemimpinan Partisipatif
Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah (anggota)
karena posisi kontrol atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan keputusan
dipegang secara bergantian.
4. Kepemimpinan Delegatif
Gaya kepemimpinan ini biasa disebut Laissez-faire dimana pemimpin memberikan
kebebasan secara mutlak kepada para anggota untuk melakukan tujuan dan cara
mereka masing-masing. Pemimpin cenderung membiarkan keputusan dibuat oleh
siapa saja dalam kelompok sehingga terkadang membuat semangat kerja tim pada
umumnya menjadi rendah.
Jenis kepemimpinan ini akan sangat merugikan apabila para anggota belum cukup
matang dalam melaksanakan tanggung jawabnya dan memiliki motivasi tinggi
terhadap pekerjaan.
Namun sebaliknya dapat menjadi boomerang bagi perusahaan bila memiliki
karyawan yang bertolak belakang dari pernyataan sebelumnya.
3. 5. Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan jenis ini cenderung terdapat aksi transaksi antara pemimpin dan
bawahan dimana pemimpin akan memberikan reward ketika bawahan berhasil
melaksanakan tugas yang telah diselesaikan sesuai kesepakatan. Pemimpin dan
bawahan memiliki tujuan, kebutuhan dan kepentingan masing-masing.
6. Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan transformasional dapat menginspirasi perubahan positif pada
mereka (anggota) yang mengikuti. Para pemimpin jenis ini memperhatikan dan
terlibat langsung dalam proses termasuk dalam hal membantu para anggota
kelompok untuk berhasil menyelesaikan tugas mereka.
Pemimpin cenderung memiliki semangat yang positif untuk para bawahannya
sehingga semangatnya tersebut dapat berpengaruh pada para anggotanya untuk
lebih energik. Pemimpin akan sangat mempedulikan kesejahteraan dan kemajuan
setiap anak buahnya.
7. Kepemimpinan Melayani
Hubungan yang terjalin antara pemimpin yang melayani dengan para anggota
berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin yang
melayani lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi dari para
anggota daripada kepentingan pribadinya.
8. Kepemimpinan Karismatik
Pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang kuat atas para pengikut oleh
karena karisma dan kepercayaan diri yang ditampilkan.
Para pengikut cenderung mengikuti pemimpin karismatik karena kagum dan secara
emosional percaya dan ingin berkontribusi bersama dengan pemimpin karismatik.
Karisma tersebut timbul dari setiap kemampuan yang mempesona yang ia miliki
terutama dalam meyakinkan setiap anggotanya untuk mengikuti setiap arahan yang
ia inginkan.
9. Kepemimpinan Situasional
Pemimpin yang menerapkan jenis kepemimpinan situasional lebih sering
menyesuaikan setiap gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap perkembangan
4. para anggota yakni sejauh mana kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap
tugas.
Sumber tambahan:
https://www.finansialku.com/gaya-kepemimpinan-dalam-organisasi-teori-
kepemimpinan/
Pengimplementasikan atau implementasinya pada perusahaan terkait
Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan.
Pada pekerjaan saya, saya memiliki atasan dan subordinasi/staff/bawahan. Menurut
saya, antara saya dan atasan saya memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda.
Atasan saya cenderug memiliki gaya Otokratis/otoritarian. Hal tersebut dapat
dipengaruhi dari pengalamannya mengikuti dan taat terhadap prosedur, tidak lebih
dan tidak kurang. Namun, kadang situasi bisni dapat berubah, sehingga model
kepimimpinan harus dapat menyesuaikan situasi. Hal ini yang sepertinya kurang
dapat diterapkan atasan saya, yaitu ketika ada masalah yang seharusnya dapat
diselesaikan dengan mudah, atasan saya cenderung tetap harus mengikuti proses
yang cukup panjang (contohnya survey stok, harga barang, mencari harga dan
barang pembanding). Jika ada kebutuhan yang mendesak, proses macam ini kurang
efektif dan kurang dapat memenuhi kebutuhan klien yang sifatnya darurat.
Sementara saya lebih condong menganut model equiltarian, yaitu saya tidak melulu
menjadi atasan bagi bawahan/staff/subordinasi saya. Hal lain adalah karena saya
adalah orang yang terlibat langsung dengan supplier dan klien saya mengetahui
persis kebutuhannya, sehingga penyediaan unit kebutuhan dapat terpenuhi bahkan
di kala darurat sekalipun. Saya juga mencoba memahami kesulitan dan tantangan
bawahan/staff/subordinasi saya dengan tidak memaksakan mengerjakan sesuatu
ketika mereka dirasa kurang sanggup. pekerjaan yang dapat saya kerjakan sendiri
akan saya kerjakan tanpa bantuan orang lain. Namun gaya yang saya anut ini
kadang memiliki kelemahan yaitu dengan kurang menanggap saya sebagai atasan,
5. subordinasi/staff/bawahan kadang suka menunda atau memilih-milih pekerjaan,
bahkan menolak.
Penulis: Heribertus Elingga Ajitrisna
Dosen: Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA
Judul: Komunikasi dan Model Kepemimpinan
Universitas Mercu Buana, 2018