Tiga studi kasus menunjukkan potensi pembayaran mikro melalui fintech untuk mempercepat proses pembayaran buruh harian dan meningkatkan efisiensi di perkebunan kelapa sawit, peternakan ikan, dan pabrik sarung tangan. Solusi ini dapat menghubungkan buruh dengan toko setempat dan menghilangkan kebutuhan untuk mengantri dan menunggu pembayaran tunai.
2. Case Study 1: Socfin Indonesia
• Lokasi: PSBB Bangun Bandar, Sumatera Utara
• Kantor pusat: Medan
• Website: www.socfin.com
• Beroperasi sejak: 1909
• Jenis perusahaan: Perkebunan Sawit dan Karet
• Jenis kegiatan pada unit Bangun Bandar: Pabrik Kelapa Sawit (ekstraksi) dan Pusat Pembibitan (1 diantara 2 pusat
pembibitan sawit yang dimiliki perusahaan:
• Pada saat itu hanya ada 2 perusahaan penjual bibit sawit bersertifikat di Indonesia, yaitu: Socfin Indonesia (swasta)
dan RISPA (pemerintah/PTPN)
• Jarak tempuh Medan-PSBB: 72Km, 1,5-2 jam perjalanan mobil
• Jarak tempuh PSBB-Tebing Tinggi (kota terdekat): 21Km, 40 menit perjalanan mobil (kondisi jalan aspal namun
rusak)
• Jarak dari kantor ke kebun: bervariasi tergantung blok kebun. Ada blok yang dekat ada blok yang jauh. Antara 1-10
Km jalan tanah
3.
4. Problem Statement
• Ada banyak jenis pekerja disana: buruh panen, sungkup, polinator, mandor lapangan, pekerja proses bibit, pekerja
proses germinator, pekerja proses rendam/packing, dsb.
• Contoh, pada proses olah bibit ada 5 jenis buruh (sebagian besar wanita): Timbang, Rontok, Cincang, Kupas, Sortir
• Pada setiap tahap, buruh akan dibayarkan berdasarkan hasil tally. Setiap bagian ada pricelist. Misalnya: pada bagian
timbang, buruh dibayar berdasarkan berat timbangan angkut. Pada bagian kupas, tiap biji yang berhasil dikupas
sempurna akan dibayar Rp 150,- tetapi kalau pecah/cacat didenda Rp 50,-
• Setiap hari proses ini berlangsung secara manual. Setiap sore, kertas tally dikumpulkan dan di input oleh petugas
administrasi yang berjumlah 2 orang. Setelah dihitung, maka akan muncul data bayaran buruh per hari. Buruh
dibayarkan secara harian, dan upah diterima 3-4 hari setelah pekerjaan dilakukan, dikarenakan butuh waktu untuk
membaca dan imput kertas tally dan mengambil uang tunai ke kota (Tebing Tinggi)
• Buruh adalah masyarakat lokal yang tinggal dan hidup disekitar lokasi. Disana hanya ada warung kelontong kecil
(bahasa lokalnya 'kedai sampah') dan warung makan (setara/lebih kecil dari warteg). Hanya ada 1 sekolah di lokasi
(dibangun oleh PT Socfin). Masyarakat membeli kebutuhan sehari2 di sekitar lokasi, namun untuk kebutuhan
seperti: baju, perlengkapan sekolah, peralatan kerja, bengkel, dsb, harus ke kota terdekat yaitu Tebing Tinggi
5. Pain & Solution
• Pekerja administrasi hanya 2 orang (data entry), bekerja secara shift.
Tidak sebanding dengan jumlah buruh ada banyak (dulu sekitar 600-
700 orang)
• Ada perusahaan lokal yang membuat beberapa solusi, antara lain
untuk mempersingkat proses tally menggunakan alat khusus.
• Proses rekapitulasi dan perhitungan tally menjadi jauh lebih singkat
dan simple. Rekap bisa dihitung sore itu juga dan pembayaran
dilakukan keesokan harinya (H+1)
• Petugas kasir membayarkan upah secara harian dengan sebelumnya
mengambil uang tunai ke bank di kota terdekat
6. Solusi Micro Payment
• Fintech Micro Payment bisa menjadi sarana pembayaran non-cash
bagi buruh-buruh tersebut.
• Akan sangat membantu proses pembayaran di kasir (tidak butuh
antrian, dan bahkan pembayaran bisa dilakukan sore itu juga)
• Namun kendala berikutnya adalah:
• Bagaimana melakukan pencairan tunai
• Bagaimana buruh melakukan pembayaran non-tunai ke warung-warung
setempat
• Bagaimana akun duithape bisa terhubung dengan mudah ke bank/ATM
(sebagian besar buruh tidak punya rekening bank)
7. Case Study 2: Aquafarm Nusantara
• Merupakan sebuah perusahaan integrated aqua farming (ikan nila/tilapia). Produk akhirnya adalah berbagai
jenis/ukuran fillet ikan dalam berbagai merek (white branding) dan mengeluarkan merek sendiri juga dengan nama
Regal Spring
• Kantor pusat berada di Semarang. Operasional bertumpu pada 2 site: Jawa Tengah dan Sumatera Utara (terbesar).
• Kantor cabang di Medan, pembenihan (hatchery) pengolahan fillet berada di Naga Kisar, Serdang Bedagai (1 jam
perjalanan dari Medan, jalan aspal mulus, kecuali pada saat masuk ke site skitar 3Km dari jalan besar). Pembesaran
ikan ada di Danau Toba. Setiap harinya ada puluhan truk angkut ikan hidup dari Toba ke Naga Kisar.
• Lokasi pabrik di Naga Kisar berada di tengah hamparan persawahan (tidak ada pabrik lain di radius 7-8 km. Hanya
ada sawah, beberapa rumah penduduk dan kantor pemerintahan)
• Kota terdekat adalah Sei Rampah (kota kecil), atau Lubuk Pakam/Tebing Tinggi (kota ukuran sedang)
• Hariannya memperkerjakan sekitar 2000 buruh. Namun saat musim panen besar/banyak pengolahan, bisa sampai
5000 buruh.
• Disekitar lokasi ada beberapa toko kelontong ukuran sedang/besar dan warung makan. Sebagian besar bekerja
adalah penduduk lokal yang tinggal di sekitar Sei Rampah/Pantai Cermin.
• Aquafarm Nusantara adalah sumber penghidupan utama masyarakat sekitar, selain dari petani, warung, PNS.
8.
9. Problem Statement
• Sebetulnya tidak ada problem statement yang sifatnya mendasar
(selain dalam hal operasional perusahaan).
• Namun memiliki potensi besar karena: jumlah buruh yang cukup
besar, didukung masyarakat sekitar (karena sebagai sumber
penghasilan utama), sebagian besar buruh adalah wanita/ibu-ibu
(untuk petugas timbang, bleeding, potong, sortir, cold storage, dsb)
• Pabrik bekerja secara shift 24 jam (3 shift), dan sudah ada kantin di
dalam pabrik yang dikelola oleh koperasi karyawan. Namun karyawan
juga belanja warung/makan diluar (sebelum masuk kerja/sepulang
kerja/saat dijemput kerja)
• Pada saat itu sudah bekerjasama dengan bank untuk transfer gaji.
Namun bank terdekat berjarak skitar 3-7km dari lokasi pabrik.
10. Pain & Solution
• Ada berbagai permasalahan penting pada operasional pabrik, salah
satunya adalah absensi. Buruh terbagi 2 jenis: buruh reguler yang
dibayar secara bulanan. Buruh lepas yang dibayar secara harian,
mingguan.
• Dulu absensi dilakukan secara manual di pos satpam. Saat ini sudah
memakai absensi otomatis menggunakan finger print.
• Dulu perhitungan gaji menggunakan Excel. Saat ini sudah
menggunakan aplikasi (custom + SAP).
11. Solusi Micro Payment
• Fintech micro-payment bisa menjadi sarana untuk transfer gaji dan
membayar upah buruh harian/mingguan. Dan bisa di-integrasikan
dengan warung kelontong/minimarket, maupun warung disekitar
lokasi pabrik.
12. Study Case 3: (Perusahaan saat ini sudah tutup)
• N adalah pabrik pembuat sarung tangan latex (medis & non medis)
• Pabrik berada di Kawasan Industri Medan (KIM)
• Jumlah buruh sekitar 2000-3000 orang
• Buruh adalah masyarakat lokal dan skitarnya
• Lokasi pabrik tidak jauh dari pusat keramaian (sekitar 7-10Km, jalan
aspal)
13. Problem Statement
• Pabrik bekerja 24 jam dengan 3 shift. Setiap shift pekerja dapat 1 kali jatah
makan. Kecuali shift malam dan pekerja yang lebur (tambahan jam, dan
melewati jam makan), akan mendapatkan 2x jatah kupon makan.
• Setiap bell jam istirahat, ribuan buruh antri di loket HRD untuk cek dan ambil
kupon makan. Kupon makan kemudian dalam dibelikan paket makan di lokasi
kantin (berada dalam pabrik). Di lokasi kantin ada 7-8 warung berbeda (bukan
dikelola pabrik)
• Warung akan mengumpulkan kupon makan yang sudah di redeem dan akan di
rekap untuk disetorkan ke HRD sore/esok harinya. Kemudian warung akan
mendapatkan reimbursement skitar 1-2 setelah hari H.
• HRD harus menghitung satu per satu kupon makan yang dikumpulkan warung
dan rekonsiliasi dengan budget makan harian (absensi dsb)
14. Pain & Solution
• Ada perusahaan lokal yang digandeng untuk melakukan efisiensi
proses, yaitu dengan cara setiap pekerja membawa name tag yang di
baliknya sudah ditempel barcode.
• Buruh tidak udah lagi mengantri kupon makan, dan langsung bisa
menuju kantin.
• Di kantin ada sebuah komputer dengan barcode scanner dan printer
struk yang akan mencetak otomatis kupon makan, setelah buruh
melakukan scan barcode. HRD langsung dapat memantau redeem
secara otomatis dan memudahkan proses reimburse ke warung
(proses reimburse warung masih menggunakan cash)
15. Solusi Micro Payment
• Fintech micro payment bisa menjadi sarana distribusi kupon makan
dalam bentuh uang elektronik, sehingga buruh dapat
membelanjakannya sesuai kebutuhan (tidak harus dalam nominal
paket makan yang harganya seragam)
• Buruh bisa mengatur sendiri pengeluaran makannya dan mungkin
melakukan penghematan.
• Warung dapat dimudahan dengan proses proses disbursement yang
realtime dan mudah (tidak perlu rekap kupon fisik)